Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH PROYEK PENGEMBANGAN TEKNOLOGI


PERTANIAN BERKELANJUTAN

Dosen Pengampu :

Joko Gagung, SP., M.Agr

Farida, SST

Disusun Oleh :

Khalisa Ayu Komang Putri Salsabilla

NIRM 04.01.19.269

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG

BADAN PENYULUHAN DAN PENGAMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2023
Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pertanian yang
berlanjut untuk saat ini dan saat yang akan datang dan selamanya, Artinya
pertanian tetap ada dan bermanfaat bagi semuanya dan tidak menimbulkan
bencana bagi semuanya. Jadi dengan kata lain pertanian yang bisa dilaksanakan
saat ini, saat yang akan datang dan menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu
kita.

Ada pun definisi lain dari sistem pertanian berkelanjutan adalah sebagai
alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan sistem produksi pertanian yang dapat
menguntungkan secara ekonomi dan aman secara lingkungan.

Sistem pertanian berkelanjutan juga dapat diartikan sebagai keberhasilan


dalam mengelola sumberdaya untuk kepentingan pertanian dalam memenuhi
kebutuhan manusia, sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas
lingkungan serta konservasi sumberdaya alam. Pertanian berwawasan lingkungan
selalu memperhatikan nasabah tanah, air, manusia, hewan/ternak, makanan,
pendapatan dan kesehatan.

Sedangkan tujuan pertanian yang berwawasan lingkungan adalah


mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah; meningkatkan dan
mempertahankan basil pada aras yang optimal; mempertahankan dan
meningkatkan keanekaragaman hayati dan ekosistem; dan yang lebih penting
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan penduduk dan makhluk
hidup lainnya.

Berarti dapat disimpulkan bahwa pertanian berkelanjutan (sustainable


agriculture) adalah pertanian yang meliputi komponen-komponen fisik, biologi,
sosial ekonomi, lingkungan dan manusia yang berjalan secara ideal untuk saat ini
dan yang akan datang.
Setelah Perang Dunia II penggunaan bahan kimia dan rekayasa teknologi
meningkat lagi dan mencapai puncaknya pada tahun 1970-an., dimana pada tahun
yang sama terjadi krisis energi. Semua negara berlomba-lomba memacu
produktivitas industri pertanian untuk memenuhi bahan baku agroindustri.
Semangat berkompetisi melahirkan teknologi-teknologi baru didunia pertanian
seperti rekayasa genetika, kultur jaringan, dan teknologi canggih pertanian.

Di negara-negara selatan seperti Indonesia, dicanangkan program


intensifikasi usaha tani, khususnya padi sebagai makanan pokok, dengan
mendorong pemakaian benih varietas unggul (high variety seeds), pupuk kimia
dan obat-obatan pemberantas hama dan penyakit. Kebijakan pemerintah saat itu
memang secara jelas merekomendasikan penggunaan energi luar yang dikenal
dengan paket Panca Usaha Tani, yang salah satunya menganjurkan penggunaan
pupuk kimia dan pestisida.

Terminologi pertanian berkelanjutan (susitainable agriculture) sebagai


padanan istilah agroekosistem pertama kali dipakai sekitar awal tahun 1980-an
oleh pakar pertanian FAO (Food Agriculture Organization). Argoekosistem
sendiri mengacu pada modifikasi ekosistem alamiah dengan sentuhan
campurtangan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, serat, dan kayu, untuk
memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Conway (1984) juga
menggunakan istilah pertanian berkelanjutan dengan agroekosistem yang
berupaya memadukan antara produktivitas
(productivity), stabilitas (Stability), Pemerataan (equlity), jadi semakin jelas
bahwa konsep agroekosistem atau pertanian berkelanjutan adalah jawaban
kegamangan dampak green revolution antara lain di tengarai oleh semakin
merosotnya produktivitas pertanian (leaffing off).

Kegagalan pertanian modern memaksa pakar pertanian dan lingkungan


berpikir keras dan mencoba merumuskan kembali sistem pertanian ramah
lingkungan atau back to nature. Jadi sebenarnya sistem pertanian berkelanjutan
merupakan paradigma lama yang mulai diaktualisasikan kembali menjelang
masuk abad ke 21 ini. Hal ini merupakan fenomena keteraturan siklus alamiah
sesuai dengan pergantian abad.

Saat ini, negara-negara barat dilanda gelombang budaya teknologi tinggi


(information technology) yang disertai pesatnya penggunaan teknologi super
canggih dalam bidang telekomunikasi, misalnya penemuan internet, telepon
seluler, dan lain sebagainya. Sementara, negara-negara selatan masih berada
dalam masa transisi dari gelombang budaya pertanian ke gelombang budaya
industri. Teknologi yang diadopsi oleh masyarakat manusia turut menentukkan
semangat, corak, sifat, struktur, serta proses ekonomi, sosial, dan budaya.

Ada dua peristiwa penting yang melahirkan paradigma baru sistem


pertanian berkelanjutan, peristiwa pertama adalah laporan Brundland dari komisi
Dunia tentang Lingkungan dan Pembangunan pada tahun 1987, yang
mendefinisikan dan berupaya mempromosikan paradigma pembangunan
berkelanjutan. Peristiwa kedua adalah konfrensi dunia di Rio de Janeiro Brazil
pada tahun 1992, yang memuat pembahasan agenda 21 dengan
mempromosikan Sustainable Agriculture and Rural Development (SARD) yang
membawa pesan moral pada dunia bahwa ”without better enviromental
stewardship, development will be undermined” berbagai agenda penting termasuk
pembahasan bidang yang termasuk dalam pembahasan bidang pertanian dalam
konferensi tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Menjaga kontinuitas produksi dan keuntungan usaha dibidang pertanian
dalam arti yangluas (pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,
peikanan, dan peternakan) untuk jangka panjang, bagi kelangsungan
kehidupan manusia.
2. Melakukan perawatan dan penigkatan SDA yang berbasis pertanian.
3. Memenimalkan damapak negatif aktivitas usaha pertanian yang dapat
merugikan bagi kesuburan lahan dan kesehatan manusia.
4. Mewujudkan keadilan sosoal antardesa dan antar sektor dengan
pendekatan pembangunan pertanian berkelanjutan.
Memasuki abad 21 ini, kesadaran akan bertani yang ramah lingkungan
semakin meningkat, sejalan dengan tuntuan era globalisasi dan perdagangan
bebas, hal ini terutama sekali dirasakan di negara-negara maju, misalnya negara-
negara Amerika dan negara-negara Eropa. Smsentara itu negara-negara
berkembang misalnya Indonesia, tampaknya masih terpuruk dan berkutat dengan
dampak negatif green revolution. Lahan-lahan sawah di pulau Jawa sebagai sentra
produksi padi menunjukkan indikasi adanya penurunan produktifitas. Sawah-
sawah mengalami kejenuhan berat atau pelandaian produktivitas karena
pemakaian pupuk kimia dan obat-obatan yang sudah melampaui ambang batas
normal.

Konsep pertanian yang berkelanjutan terus berkembang, diperkaya dan


dipertajam dengan kajian pemikiran, model, metode, dan teori berbagai disiplin
ilmu sehingga menjadi suatu kajian ilmu terapan yang diabadikan bagi
kemaslahatan umat manusia untuk generasi sekarang dan mendatang.

Pertanian berkelanjutan dengan pendekatan sistem dan besifat holistik


mempertautkan berbagai aspek dan disiplin ilmu yang sudah mapan antara lain
agronomi, ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya.

Sistem pertanian berkelanjutan juga berisi suatu ajakan moral untuk berbuat
kebajikan pada lingkungan sumber daya alam dengan memepertimbangkan tiga
matra atau aspek sebagai berikut:
1. Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian
tidak boleh menyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbangan
adalah indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang
mekanismena dikendalikanoleh hukum alam.
2. Bernilai Ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian
harus mengacu pada pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri dan
orang lain, untuk jangka pandek dan jangka panjang, serta bagi
organisme dalam sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi.
3. Berwatak Sosial atau Kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian
harus selaras dengan norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan di
junjung tinggi oleh masyarakat disekitarnya sebagai contoh seorang
petani akan mengusahakan peternakan ayam diperkaangan milik sendiri.
Mungkin secra ekonomis dan ekologis menjanjikan keuntungan yang
layak, namun ditinjau dari aspek sosial dapat memberikan aspek yang
kurang baik misalnya, pencemaran udara karena bau kotoran ayam.

Norma-norma sosial dan budaya harus diperhatikan, apalagi dalam sistem


pertanian berkelanjutan di Indonesia biasanya jarak antara perumahan penduduk
dengan areal pertanian sangat berdekatan. Didukung dengan tingginya nilai sosial
pertimbangan utama sebelum merencanakan suatu usaha pertanian dalam arti luas.

Lima kriteria untuk mengelola suatu sistem pertanian berkelanjutan


1. Kelayakan Ekonomis (Economic Viability)
2. Bernuansa Dan Bersahabat Dengan Ekologi (Accologically Sound And
Friendly)
3. Diterima Secara Sosial (Social Just)
4. Kepantasan Secara Budaya (Culturally Approiate)
5. Pendekatan Sistem Holistik (Sistem And Hollisticc Approach)

Prinsip Dasar Sistem Pertanian Berkelanjutan


Menurut Jaker PO (Jaringan Kerja Pertanian Organik) dan IFOAM
(International Federation of Organic Agriculture Movement), ada 4 prinsip dasar
dalam membangun gerakan pertanian berkelanjutan :

1. Prinsip Ekologis
Prinsip ini mengembangkan upaya bahwa pola hubungan antara organisme
dengan alam adalah satu kesatuan. Upaya-upaya pemanfaatan air, tanah, udara,
iklim serta sumber-sumber keane-karagaman-hayati di alam harus seoptimal
mungkin (tidak mengeksploitasi). Upaya-upaya pelestarian harus sejalan dengan
upaya pemanfaatan.
2. Prinsip Teknis
Produksi dan pengolahan prinsip teknis ini merupakan dasar untuk
mengupayakan suatu produk organik. Yang termasuk dalam prinsip ini mulai dari
transisi lahan model pertanian konvensional ke pertanian berkelanjutan, cara
pengelolaannya, pemupukan, pengelolaan hama dan penyakit hingga penggunaan
teknologi yang digunakan sejauh mungkin mempertimbangkan kondisi fisik
setempat.
3. Prinsip Sosial Ekonomis
Prinsip ini menekankan pada penerimaan model pertanian secara sosial dan
secara ekonomis menguntungkan petani. Selain itu juga mendorong
berkembangnya kearifan lokal, kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, dan
mendorong kemandirian petani.
4. Prinsip Politik
Prinsip ini mengutamakan adanya kebijakan yang tidak bertentangan
dengan upaya pengembangan pertanian berkelanjutan. Kebijakan ini baik dalam
upaya produksi, kebijakan harga, maupun adanya pemasaran yang adil.

Ciri-ciri sistem pertanian berkelanjutan


1. Secara Ekonomi Menguntungkan Dan Dapat Dipertanggung Jawabkan
(Economically Viable).
Petani mampu menghasilkan keuntungan dalam tingkat produksi yang
cukup dan stabil, pada tingkat resiko yang bisa ditolerir/diterima.
2. Berwawasan Ekologis (Ecologically Sound).
Kualitas agroekosistem dipelihara atau ditingkatkan, dengan menjaga
keseimbangan ekologi serta konservasi keanekaragaman hayati. Sistem pertanian
yang berwawasan ekologi adalah sistem yang sehat dan mempunyai ketahanan
yang tinggi terhadap tekanan dan gangguan (stress dan shock).
3. Berkeadilan Sosial.
Sistem pertanian yang menjamin terjadinya keadilan dalam akses dan
kontrol terhadap lahan, modal, informasi, dan pasar, bagi yang terlibat tanpa
membedakan status sosial-ekonomi, gender, agama atau kelompok etnis.
4. Manusiawi Dan Menghargai Budaya Lokal.
Menghormati eksistensi dan memperlakukan dengan bijak semua jenis
mahluk yang ada. Dalam pengembangan pertanian tidak melepaskan diri dari
konteks budaya lokal dan menghargai tatanan nilai, spirit dan pengetahuan lokal.
5. Mampu Berdaptasi (Adaptable).
Mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi yang selalu berubah, seperti
pertumbuhan populasi, tantangan kebijaksanaan yang baru dan perubahan
konstalasi pasar.

Berdasarkan Lembaga Konsultasi Penelitian Pertanian Internasional,


pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk
usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah, sekaligus
mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan
sumber daya alam. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
1. Mantap secara ekologis, berarti kualitas sumber daya alam
dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan mulai
dari manusia, tanaman dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan.
Berarti tanah harus dikelola dan kesehatan tanaman dan hewan serta
masyarakat dipertahankan melalui proses biologis. Sumber daya lokal
digunakan secara ramah dan dapat diperbaharui.
2. Dapat berlanjut secara ekonomis.
3. Adil, yang berarti sumber daya dan kekuasaan didistribusikan
sedemikian rupa sehingga keperluan dasar semua anggota masyarakat
dapat terpenuhi dan begitu pula hak mereka dalam penggunaan lahan dan
modal yang memadai serta bantuan teknis yang terjamin.
4. Manusiawi, menghargai martabat dasar semua makhluk hidup dan
menghargai budaya lokal.
5. Luwes, masyarakat memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri
(mampu beradaptasi) dengan perubahan kondisi usaha pertanian.
6. Secara ekonomi menguntungkan dan dapat dipertanggung
jawabkan. Para petani mampu menghasilkan keuntungan dalam tingkat
produksi yang cukup dan stabil, pada tingkat resiko yang masih bisa
ditolerir/diterima.
7. Berkeadilan sosial, ini yang sering mendapat hambatan, sistem ini harus
menjamin terjadinya keadilan dalam akses dan kontrol terhadap lahan,
modal, informasi dan pasar bagi yang terlibat, tanpa membedakan status
sosial, ekonomi, jenis kelamin, agama, maupun etnis.

Sifat-Sifat Sistem Pertanian Berkelanjutan


Pertanian berkelanjutan memiliki lima sifat, diantaranya:
1. Mampertahankan fungsi ekologis, artinya tidak merusak ekologi
pertanian itu sendiri.
2. Berlanjut secara ekonomis artinya mampu memberikan nilai yang layak
bagi pelaksana pertanian itu dan tidak ada pihak yang diekploitasi.
Masing-masing pihak mendapatkan hak sesuai dengan partisipasinya.
3. Adil berarti setiap pelaku pelaksanan pertanian mendapatkan hak-haknya
tanpa dibatasi dan dibelunggu dan tidak melanggar hal yang lain.
4. Manusiawi artinya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dimana
harkat dan martabat manusia dijunjung tinggi termasuk budaya yang
telah ada.
5. Luwes yang berarti mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi
saat ini, dengan demikian pertanian berkelanjutan tidak statis tetapi
dinamis bisa mengakomodir keinginan konsumen maupun produsen.

Indikator Sistem pertanian berkelanjutan


1. Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas
memadai.
2. Membudidayakan tanaman secara alami.
3. Mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem
pertanian.
4. Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang.
5. MenghindarI seluruh bentuk cemaran akibat penerapan teknik pertanian.
6. Memelihara keragaman genetik sistem pertanian.
Konsep sistem pertanian berkelanjutan berorientasi pada tiga dimensi
keberlanjutan, yaitu: keberlanjutan usaha ekonomi (profit), keberlanjutan
kehidupan sosial manusia (people), dan keberlanjutan ekologi alam (planet).

Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan


yang dapat diperoleh dengan setidaknya mempertahankan aset produktif yang
menjadi basis dalam memperoleh pendapatan tersebut. Indikator utama dimensi
ekonomi ini ialah tingkat efisiensi dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai
tambah dan stabilitas ekonomi. Dimensi ekonomi menekankan aspek pemenuhan
nebutuhan ekonomi manusia baik untuk generasi sekarang ataupun mendatang.

Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan


akan kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis
(termasuk tercegahnya konflik sosial), preservasi keragaman budaya dan modal
sosio-kebudayaan, termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu,
pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan,
partisipasi sosial politik dan stabilitas sosial budaya merupakan indikator-
indikator penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan.

Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem


alam yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Termasuk
dalam hal ini ialah terpeliharanya keragaman hayati dan daya tekstur bilogis,
sumber daya tanah, air dan agroklimat, serta kesehatan dan kenyamanan
lingkungan. Penekanan dilakukan pada preservasi daya lentur dan dinamika
ekosistem untuk beradaptasi terhadap perubahan bukan pada konservasi kondisi
ideal statis yang mustahil dapat diwujudkan. Ketiga dimensi tersebut saling
mempengaruhi sehingga ketiganya harus dipertimbangkan secara berimbang.
Sistem sosial yang stabil dan sehat serta sumberdaya alam dan lingkungan
merupakan basis untuk kegiatan ekonomi, sementara kesejahteraan ekonomi
merupakan prasyarat untuk terpeliharanya stabilitas sosial budaya maupun
kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Aplikasi pertanian berkelanjutan
Beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan
kontribusi dalam meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian dalam jangka
panjang, meningkatkan kualitas lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup
masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian Hama Terpadu


Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu pendekatan untuk
mengendalikan hama yang dikombinasikan dengan metode-metode biologi,
budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk meminimalkan; biaya, kesehatan dan
resiko-resiko lingkungan. Adapun caranya dapat melalui;
a) Penggunaan insect, reptil atau binatang-binatang yang diseleksi untuk
mengendalikan hama atau dikenal musuh alami hama, seperti
Trichogamma sp., sebagai musuh alami dari parasit telur dan parasit
larva hama tanaman.
b) Menggunakan tanaman-tanaman “penangkap” hama, yang berfungsi
sebagai pemikat (atraktan), yang menjauhkan hama dari tanaman
utama.
c) Menggunakan drainase dan mulsa sebagai metode alami untuk
menurunkan infeksi jamur, dalam upaya menurunkan kebutuhan
terhadap fungisida sintetis.
d) Melakukan rotasi tanaman untuk memutus populasi pertumbuhan
hama setiap tahun.

2. Sistem Rotasi dan Budidaya Rumput


Sistem pengelolaan budidaya rumput intensif yang baru adalah dengan
memberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang
ditanami rumput berkualitas tinggi, dan secara tidak langsung dapat menurunkan
biaya pemberian pakan. Selain itu, rotasi dimaksudkan pula untuk memberikan
waktu bagi pematangan pupuk organik. Areal peternakan yang dipadukan dengan
rumput atau kebun buah-buahan dapat memiliki keuntungan ganda, antara lain
ternak dapat menghasilkan pupuk kandang yang merupakan pupuk untuk areal
pertanian.

3. Konservasi Lahan
Beberapa metode konservasi lahan termasuk penanaman alur, mengurangi
atau tidak melakukan pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang baik oleh
erosi angin maupun erosi air.
Kegiatan konservasi lahan dapat meliputi:
a) Menciptakan jalur-jalur konservasi.
b) Menggunakan dam penahan erosi.
c) Melakukan penterasan.
d) Menggunakan pohon-pohon dan semak untuk menstabilkan tanah.

4. Menjaga Kualitas Air/Lahan Basah


Konservasi dan perlindungan sumberdaya air telah menjadi bagian penting
dalam pertanian. Banyak diantara kegiatan-kegiatan pertanian yang telah
dilaksanakan tanpa memperhatikan kualitas air. Biasanya lahan basah berperan
penting dalam melakukan penyaringan nutrisi (pupuk anorganik) dan pestisida.
Adapun langkah-langkah yang ditujukan untuk menjaga kualitas air, antara lain;
a) Mengurangi tambahan senyawa kimia sintetis ke dalam lapisan tanah
bagian atas (top soil) yang dapat mencuci hingga muka air tanah
(water table).
b) Menggunakan irigasi tetes (drip irrigation).
c) Menggunakan jalur-jalur konservasi sepanjang tepi saluran air.
d) Melakukan penanaman rumput bagi binatang ternak untuk mencegah
peningkatan racun akibat aliran air limbah pertanian yang terdapat
pada peternakan intensif.

5. Tanaman Pelindung
Penanaman tanaman-tanaman seperti gandum dan semanggi pada akhir
musim panen tanaman sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat
termasuk menekan pertumbuhan gulma (weed), pengendalian erosi, dan
meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah.

6. Diversifikasi Lahan dan Tanaman


Bertanam dengan memiliki varietas yang cukup banyak di lahan pertanian
dapat mengurangi kondisi ekstrim dari cuaca, hama penggangu tanaman, dan
harga pasar. Peningkatan diversifikasi tanaman dan jenis tanaman lain seperti
pohon-pohon dan rumput-rumputan, juga dapat memberikan kontribusi terhadap
konservasi lahan, habitat binatang, dan meningkatkan populasi serangga yang
bermanfaat. Beberapa langkah kegiatan yang dilakukan;
a) Menciptakan sarana penyediaan air, yang menciptakan lingkungan
bagi katak, burung dan binatang-binatang lainnya yang memakan
serangga dan insect.
b) Menanam tanaman-tanaman yang berbeda untuk meningkatkan
pendapatan sepanjang tahun dan meminimalkan pengaruh dari
kegagalan menanam sejenis tanaman saja.

7. Pengelolaan Nutrisi Tanaman


Pengelolaan nutrisi tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi tanah
dan melindungi lingkungan tanah. Peningkatan penggunaan sumberdaya nutrisi di
lahan pertanian, seperti pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan
(leguminosa) sebagai penutup tanah dapat mengurangi biaya pupuk anorganik
yang harus dikeluarkan. Beberapa jenis pupuk organik yang bisa digunakan antara
lain:
a)Pengomposan
b)Penggunaan kascing
c)Penggunaan Pupuk Hijauan (dedaunan)
d)Penambahan nutrisi pada tanah dengan emulsi ikan dan rumput laut.
8. Agroforestri (Wana Tani)
Agroforestri merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen,
dimana tanaman semusim maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam
rotasimembentuk suatu tajuk yang berlapis, sehingga sangat efektif untuk
melindungi tanah dari hempasan air hujan. Sistem ini akan memberikan
keuntungan baik secara ekologi maupun ekonomi.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan lahan dengan sistem
agroforestri ini antara lain:
a) Dapat diperoleh secara berkesinambungan hasil tanaman-tanaman
musiman dan tanaman-tanaman tahunan.
b) Dapat dicegah terjadinya serangan hama secara total yang sering
terjadi pada tanaman satu jenis (monokultur).
c) Keanekaan jenis tanaman yang terdapat pada sistem agroforestri
memungkinkan terbentuknya stratifikasi tajuk yang mengisi ruang
secara berlapis ke arah vertikal. Adanya struktur stratifikasi tajuk
seperti ini dapat melindungi tanah dari hempasan air hujan, karena
energi kinetik air hujan setelah melalui lapisan tajuk yang berlapis-
lapis menjadi semakin kecil daripada energi kinetik air hujan yang
jatuh bebas.

Anda mungkin juga menyukai