Anda di halaman 1dari 21

REGULASI TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN :

1. UU No. 12 Tahun 1992; Sistem Budidaya Tanaman.


2. UU No. 18 Tahun 2004; Perkebunan – UU No.39 Tahun 2014; Perkebunan
3. UU No. 16 Tahun 1992; Karantina Hewan, Ikan dan tumbuhan
4. PP No. 6 Tahun 1995; Perlindungan Tanaman
5. PP No. 14 Tahun 2000; Karantina tumbuhan
6. PERMENTAN No. 64 Tahun 2013; Sistem Pertanian Organik
7. UU No. 22 Tahun 2019; Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan
8. UU No. 13 Tahun 2010; Hortikultura
9. Inpres No. 3 Tahun 1986; Peningkatan Pengendalian Hama Wereng Coklat pada Tanaman Padi
10. Kepmen No. 887 Tahun 1997; Pedoman Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
11. PERMENTAN No. 80 Tahun 2012; Pengendalian OPT

TUPOKSI POPT

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 80/Permentan/OT.140/12/2012 Pengendalian OPT adalah


kegiatan yang meliputi pelaksanaan pengamatan, peramalan, pemeriksaan, pengasingan, dan Pengendalian
OPT/tindakan karantina, analisis dan evaluasi hasil Pengendalian OPT, bimbingan Pengendalian OPT,
pengembangan metode pengamatan/peramalan/pengendalian/tindakan karantina, pemantauan daerah
sebar OPT, pembuatan koleksi, visualisasi, dan informasi.

Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan merupakan jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas,
tanggung jawab dan wewenang untuk pengendalian organisme pengganggu tumbuhan yang diduduki oleh
PNS dengan hak dan kewajiban secara penuh yang diberikan oleh pejabat yang berwenang.

Fungsi Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan

Fungsi dari Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yakni:

 Pengamatan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman pangan dan hortikultura;


 Peramalan OPT tanaman pangan dan hortikultura secara spesifik lokasi;
 Pemberian rekomendasi pengendalian OPT tanaman pangan dan hortikultura;
 Pengkajian dan penerapan teknik pengendalian OPT tanaman pangan dan hortikultura; dan
 Pengawasan dan pemantauan dampak residu pestisida dan pupuk pada Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Tugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan

Tugas pokok Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah menyiapkan, melaksanakan


pengendalian, menganalisis dan mengevaluasi, membimbing, mengembangkan metode
pengendalian/tindakan karantina, dan mengamati/memantau daerah sebar serta membuat koleksi.

Adapun tugas pokok Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan, meliputi:

 Persiapan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan;


 Pelaksanaan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan;
 Analisis dan evaluasi hasil pengendalian organisme pengganggu tumbuhan/organisme pengganggu
tumbuhan karantina;
 Bimbingan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan;
 Pengembangan metode pengendalian/tindakan karantina;
 Pengamatan/pemantauan daerah sebar organisme pengganggu tumbuhan/organisme pengganggu
tumbuhan karantina;
 Pembuatan koleksi, visualisasi, dan informasi.

SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

Prinsip Dasar Sistem Pertanian Berkelanjutan

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pertanian yang berlanjut untuk saat ini dan saat
yang akan datang dan selamanya, Artinya pertanian tetap ada dan bermanfaat bagi semuanya dan tidak
menimbulkan bencana bagi semuanya. Jadi dengan kata lain pertanian yang bisa dilaksanakan saat ini, saat
yang akan datang dan menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu kita.

Ada pun definisi lain dari sistem pertanian berkelanjutan adalah sebagai alternatif-alternatif untuk mencapai
tujuan sistem produksi pertanian yang dapat menguntungkan secara ekonomi dan aman secara lingkungan.

Sistem pertanian Berkelanjutan juga dapat diartikan sebagai keberhasilan dalam mengelola sumberdaya
untuk kepentingan pertanian dalam memenuhi kebutuhan manusia, sekaligus mempertahankan dan
meningkatkan kualitas lingkungan serta konservasi sumberdaya alam. Pertanian berwawasan lingkungan
selalu memperhatikan nasabah tanah, air, manusia, hewan/ternak, makanan, pendapatan dan kesehatan.

Sedangkan tujuan pertanian yang berwawasan lingkungan adalah mempertahankan dan meningkatkan
kesuburan tanah; meningkatkan dan mempertahankan basil pada aras yang optimal; mempertahankan dan
meningkatkan keanekaragaman hayati dan ekosistem; dan yang lebih penting untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan penduduk dan makhluk hidup lainnya.

Berarti dapat disimpulkan bahwa pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pertanian yang
meliputi komponen-komponen fisik, biologi, sosial ekonomi, lingkungan dan manusia yang berjalan secara
ideal untuk saat ini dan yang akan datang.

Setelah perang dunia II penggunaan bahan kimia dan rekayasa teknologi meningkat lagi dan mencapai
puncaknya pada tahun 1970-an., dimana pada tahun yang sama terjadi krisis energi. Semua negara
berlomba-lomba memacu produktivitas industri pertanian untuk memenuhi bahan baku agroindustri.
Semangat berkompetisi melahirkan teknologi-teknologi baru didunia pertanian seperti rekayasa genetika,
kultur jaringan, dan teknologi canggih pertanian.

Dinegara-negara selatan seperti Indonesia, dicanangkan program intensiifikasi usaha tani, khususnya padi
sebagai makanan pokok, dengan mendorong pemakaina benih varietas unggul (high variety vield), pupuk
kimia dan obat-obatan pemeberantas hama dan penyakit. Kebijakkan pemerintah saat itumemang secara
jelas merekomondasaikan penggunaan energi luar yang dikenal dengan paket Panca Usaha Tani, yang salah
satunya menganjurkan penggunaan pupuk kimia dan pestisida.

Terminologi pertanian berkelanjutan (susitainable agriculture) sebagai padanan istilah agroekosistem


pertama kali dipakai sekitar awal tahun 1980-an oleh pakar pertanian FAO (Food Agriculture Organization)
Argoekosistem sendiri mengacu pada modifikasi ekosistem alamiah dengan sentuhan campurtangan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, serat, dan kayu, untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan
manusia. Conway (1984) juga menggunakan istilah pertanian berkelanjutan dengan agro ekosistem yang
berupaya memadukan antara produktivitas (productivity), stabilitas (Stability), Pemerataan (equlity), jadi
semakin jelas bahwa konsep agroekosistem atau pertanian berkelanjutan adalah jawaban kegamangan
dampak green revolution anatara lain di tenggarai oleh semakin merosotnya produktivitas pertanian (leaffing
off).

Kegagalan pertanian modern memaksa pakar pertanian dan lingkungan berpikir keras dan
mencobamerumuskan kembali sistem pertanian ramah lingkungan atauback to nature. Jadi sebenarnay
sistem pertaninan berkelanjutan merupakan paradigma lama yang mulai diaktualisasikan kembali menjelang
masuk abad ke 21 ini. Hal ini merupakan fenomena keteraturan siklus alamiah sesuai dengan pergantian
abad.

Saat ini, negara-negara barat dilanda gelombang budaya teknologi tinggi (information technology) yang
disertai pesatnya penggunaan teknologi super canggih dalam bidang telekomunikasi, misalnya penemuan
internet, telepon seluler, dan lain sebagainya. Sementara, negara-negara selatan masih berada dalam masa
transisi dari gelombang budaya pertanian ke gelombang budaya industri. Teknologi yang diadopsi oleh
masyarakat manusia turut menentukkan semangat, corak, sifat, struktur, serta proses ekonomi, sosial, dan
budaya.

Ada dua peristiwa penting yang melahirkan paradigma baru sistem pertanian berkelanjutan, peristiwa
pertama adalah laporan Brundland dari komisi Dunia tentang Lingkungan dan Pembangunan pada tahun
1987, yang mendefinisikan dan berupaya mempromosikan paradigma pembangunan berkelanjutan.
Peristiwa kedua adalah konfrensi dunia di Rio de Jeneri Brazil pada tahun 1992, yang memuat pembahasan
agenda 21 dengan mempromosikan Sustainable Agriculture and Rural Development (SARD) yang membawa
pesan moral pada dunia bahwa ”without better enviromental stewardship, development will be
undermined”berbagai agenda penting termasuk pembahasan bidang yang termasuk dalam pembahasan
bidang pertanian dalam konferensi tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Menjaga kontinuitas produksi dan keuntungan usaha dibidang pertanian dalam arti yangluas (pertanian
tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peikanan, dan peternakan) untuk jangka panjang, bagi
kelangsungan kehidupan manusia.
2. Melakukan perawatan dan penigkatan SDA yang berbasis pertanian.
3. Memenimalkan damapak negatif aktivitas usaha pertanian yang dapat merugikan bagi kesuburan lahan
dan kesehatan manusia.
4. Mewujudkan keadilan sosoal antardesa dan antar sektor dengan pendekatan pembangunan pertanian
berkelanjutan.

Memasuki abad 21 ini, kesadaran akan ertabiab yang anah lingkungan semakin meningkat, sejalan dengan
tuntuan era globalisasi dan perdagangan bebas, ha ini terutama sekali dirasakan di negara-negara maju,
misalnya negara-negara Amerika dan negara-negara Eropa. Smsentara itu negara-negara berkembang
misalnya Indonesia, tampaknya masih terpuruk an berkutat dengan dampak negatif green revolution. Lahan-
lahan sawah di pulau Jawa sebagai sentra produksi padi menunjukkan indikasi adanya oenuruanan
produktifitas. Sawah-sawah mengalami kejenuhan berat atau pelandaian produktivitas karena pemakain
pupuk kimia dan obat-obatan yang sudah melampaui ambang batas normal.

Konsep pertanian yang berkelanjutan terus berkembang, diperkaya dan dipertajam dengan kajian pemikiran,
model, metode, dan teori berbagai disiplin ilmu sehingga menjadi suatu kajian ilmu terapan yang diabadikan
bagi kemaslahatan umat manusia untuk generasi sekarang dan mendatang.
Pertanian berkelanjutan dengan pendekatan sistem dan besifat holistik mempertautkan berbagai aspek atau
gatrs dan disiplin ilmu yang sudah mapan antara lain agronomi, ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya.

Sistem pertanian berkelanjutan juga beisi suatu ajakan moral untuk berbuat kebajikkan pada lingkungan
sumber daya alam dengan memepertimbangkan tiga matra atau aspek sebagai berikut:

1. Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian tidak boleh mnyimpang dari
sistem ekologis yang ada. Keseimbanganadalah indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang
mekanismena dikendalikanoleh hukum alam.
2. Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus mengacu pada pertimbangan
untung rugi, baik bagi diri sendiri dan orang lain, untuk jangka pandek dan jangka panjang, serta bagi
organisme dalam sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi.
3. Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian harus selaras dengan norma-noma
sosial dan budaya yang dianut dan di junjung tinggi oleh masyarakat disekitarnya sebagai contoh seorang
petani akan mengusahakan peternakan ayam diperkaangan milik sendiri. Mungkin secra ekonomis dan
ekologis menjanjikkan keuntungan yang layak, namun ditinjau dari aspek sosial dapat memberikan aspek
yang kurang baik misalnya, pencemaran udara karena bau kotoran ayam.

Norma-norma sosial dan budaya harus diperhatikan, apalagi dalam sistem pertanian berkelanjutan di
Indonesia biasanya jarak antara perumahan penduduk dengan areal pertanian sangat berdekatan. Didukung
dengan tingginya nilai sosial pertimbangan utama sebelum merencanakan suatu usaha pertanian dalam arti
luas.

Lima kriteria untuk mengelola suatu sistem pertanian berkelanjutan

1. Kelayakan ekonomis (economic viability)


2. Bernuansa dan bersahabat dengan ekologi (accologically sound and friendly)
3. Diterima secara sosial (Social just)
4. Kepantasan secara budaya (Culturally approiate)
5. Pendekatan sistem holistik (sistem and hollisticc approach)
6. Prinsip Dasar Sistem Pertanian Berkelanjutan

Menurut Jaker PO (Jaringan Kerja Pertanian Organik) dan IFOAM (International Federation of Organic
Agriculture Movement), ada 4 prinsip dasar dalam membangun gerakan pertanian berkelanjutan :

1. Prinsip ekologis

Prinsip ini mengembangkan upaya bahwa pola hubungan antara organisme dengan alam adalah satu
kesatuan. Upaya-upaya pemanfaatan air, tanah, udara, iklim serta sumber-sumber keane-karagaman-hayati
di alam harus seoptimal mungkin (tidak mengeksploitasi). Upaya-upaya pelesta-rian harus sejalan dengan
upaya pemanfaatan.

2. Prinsip teknis

Produksi dan pengolahan Prinsip teknis ini merupakan dasar untuk mengupayakan suatu produk organik.
Yang termasuk dalam prinsip ini mulai dari transisi lahan model pertanian konvensional ke pertanian
berkelanjutan, cara pengelolaannya, pemupukan, pengelolaan hama dan penyakit hingga penggunaan
teknologi yang digunakan sejauh mungkin mempertimbangkan kondisi fisik setempat.
3. Prinsip Sosial ekonomis

Prinsip ini menekankan pada penerimaan model pertanian secara sosial dan secara ekonomis
menguntungkan petani. Selain itu juga mendorong berkembangnya kearifan lokal, kesetaraan antara
perempuan dan laki-laki, dan mendorong kemandirian petani.

4. Prinsip Politik

Prinsip ini mengutamakan adanya kebijakan yang tidak bertentangan dengan upaya pengembangan
pertanian berkelanjutan. Kebijakan ini baik dalam upaya produksi, kebijakan harga, maupun adanya
pemasaran yang adil.

Ciri-ciri sistem pertanian berkelanjutan

1. Secara ekonomi menguntungkan dan dapat dipertanggung jawabkan (economically viable).

Petani mampu menghasilkan keuntungan dalam tingkat produksi yang cukup dan stabil, pada tingkat
resiko yang bisa ditolerir/diterima.

2. Berwawasan ekologis (ecologically sound).

Kualitas agroekosistem dipelihara atau ditingkatkan, dengan menjaga keseimbangan ekologi serta
konservasi keanekaragaman hayati. Sistem pertanian yang berwawasan ekologi adalah sistem yang sehat
dan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap tekanan dan gangguan (stress dan shock).

3. Berkeadilan sosial.

Sistem pertanian yang menjamin terjadinya keadilan dalam akses dan kontrol terhadap lahan, modal,
informasi, dan pasar, bagi yang terlibat tanpa membedakan status sosial-ekonomi, gender, agama atau
kelompok etnis.

4. Manusiawi dan menghargai budaya lokal.

Menghormati eksistensi dan memperlakukan dengan bijak semua jenis mahluk yang ada. Dalam
pengembangan pertanian tidak melepaskan diri dari konteks budaya lokal dan menghargai tatanan nilai,
spirit dan pengetahuan lokal.

5. Mampu berdaptasi (adaptable).

Mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi yang selalu berubah, seperti pertumbuhan populasi, tantangan
kebijaksanaan yang baru dan perubahan konstalasi pasar. Berdasarkan Lembaga Konsultasi Penelitian
Pertanian Internasional, pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha
pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah, sekaligus mempertahankan atau
meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :

1. Mantap secara ekologis, berarti kualitas sumber daya alam dipertahankan dan kemampuan
agroekosistem secara keseluruhan mulai dari manusia, tanaman dan hewan sampai organisme tanah
ditingkatkan. Berarti tanah harus dikelola dan kesehatan tanaman dan hewan serta masyarakat
dipertahankan melalui proses biologis. Sumber daya lokal digunakan secara ramah dan dapat
diperbaharui.
2. Dapat berlanjut secara ekonomis.
3. Adil, yang berarti sumber daya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa sehingga keperluan dasar
semua anggota masyarakat dapat terpenuhi dan begitu pula hak mereka dalam penggunaan lahan dan
modal yang memadai serta bantuan teknis yang terjamin.
4. Manusiawi, menghargai martabat dasar semua makhluk hidup dan menghargai budaya lokal.
5. Luwes, masyarakat memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri (mampu beradaptasi) dengan
perubahan kondisi usaha pertanian.
6. Secara ekonomi menguntungkan dan dapat dipertanggung jawabkan. Para petani mampu menghasilkan
keuntungan dalam tingkat produksi yang cukup dan stabil, pada tingkat resiko yang masih bisa
ditolelir/diterima.
7. Berkeadilan sosial, ini yang sering mendapat hambatan, sistem ini harus menjamin terjadinya keadilan
dalam akses dan kontrol terhadap lahan, modal, informasi dan pasar bagi yang terlibat, tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, jenis kelamin, agama, maupun etnis.

Sifat-sifat sistem pertanian berkelanjutan

Pertanian berkelanjutan memiliki lima sifat, diantaranya:

1. Mampertahankan fungsi ekologis, artinya tidak merusak ekologi pertanian itu sendiri.
2. Berlanjut secara ekonomis artinya mampu memberikan nilai yang layak bagi pelaksana pertanian itu dan
tidak ada pihak yang diekploitasi. Masing-masing pihak mendapatkan hak sesuai dengan partisipasinya.
3. Adil berarti setiap pelaku pelaksanan pertanian mendapatkan hak-haknya tanpa dibatasi dan dibelunggu
dan tidak melanggar hal yang lain.
4. Manusiawi artinya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dimana harkat dan martabat manusia
dijunjung tinggi termasuk budaya yang telah ada.
5. Luwes yang berarti mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini, dengan demikian pertanian
berkelanjutan tidak statis tetapi dinamis bisa mengakomodir keinginan konsumen maupun produsen.

Indikator Sistem pertanian berkelanjutan

1. Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai.


2. Membudidayakan tanaman secara alami.
3. Mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian.
4. Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang.
5. Menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian.
6. Memelihara keragaman genetik sistem pertanian.

Konsep sistem pertanian berkelanjutan berorientasi pada tiga dimensi keberlanjutan, yaitu: keberlanjutan
usaha ekonomi (profit), keberlanjutan kehidupan sosial manusia (people), dan keberlanjutan ekologi alam
(planet).

Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan yang dapat diperoleh dengan
setidaknya mempertahankan asset produktif yang menjadi basis dalam memperoleh pendapatan tersebut.
Indicator utama dimensi ekonomi ini ialah tingat efisiensi dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai
tambah dan stabilitas ekonomi. Dimensi ekonomi menekankan aspek pemenuhan nebutuhan ekonomi
manusia baik untuk generasi sekarang ataupun mendatang.
Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan akan kesejahteraan sosial yang
dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis (termasuk tercegahnya konflik sosial), preservasi
keragaman budaya dan modal sosio-kebudayaan, termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu,
pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan, partisipasi sosial politik dan
stabilitas sosial budaya merupakan indikator-indikator penting yang perlu dipertimbangkan dalam
pelaksanaan pembangunan.

Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem alam yang mencakup sistem
kehidupan biologis dan materi alam. Termasuk dalam hal ini ialah terpeliharanya keragaman hayati dan daya
tekstur bilogis, sumber daya tanah, air dan agroklimat, serta kesehatan dan kenyamanan lingkungan.
Penekanan dilakukan pada preservasi daya lentur dan dinamika ekosistem untuk beradaptasi terhadap
perubahan bukan pada konservasi sustu kondisi ideal statis yang mustahil dapat diwujudkan. Ketiga dimensi
tersebut saling mempengaruhi sehingga ketiganya harus dipertimbangkan secara berimbang. Sistem sosial
yang stabil dan sehat serta sumberdaya alam dan lingkungan merupakan basis untuk kegiatan ekonomi,
sementara kesejahteraan ekonomi merupakan prasyarat untuk terpeliharanya stabilitas sosial budaya
maupun kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup

Aplikasi pertanian berkelanjutan

Beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan
keuntungan produktivitas pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan kualitas lingkungan, serta
meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut:

Pengendalian Hama Terpadu

Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu pendekatan untuk mengendalikan hama yang dikombinasikan
dengan metode-metode biologi, budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk meminimalkan; biaya,
kesehatan dan resiko-resiko lingkungan. Adapun caranya dapat melalui;

a) Penggunaan insek, reptil atau binatang-binatang yang diseleksi untuk mengendalikan hama atau dikenal
musuh alami hama, seperti Tricogama sp., sebagai musuh alami dari parasit telur dan parasit larva hama
tanaman.

b) Menggunakan tanaman-tanaman “penangkap” hama, yang berfungsi sebagai pemikat (atraktan), yang
menjauhkan hama dari tanaman utama.

c) Menggunakan drainase dan mulsa sebagai metode alami untuk menurunkan infeksi jamur, dalam upaya
menurunkan kebutuhan terhadap fungisida sintetis.

d) Melakukan rotasi tanaman untuk memutus populasi pertumbuhan hama setiap tahun .

e) Sistem Rotasi dan Budidaya Rumput

Sistem pengelolaan budidaya rumput intensif yang baru adalah dengan

memberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang ditanami rumput berkualitas
tinggi, dan secara tidak langsung dapat menurunkan biaya pemberian pakan. Selain itu, rotasi dimaksudkan
pula untuk memberikan waktu bagi pematangan pupuk organik. Areal peternakan yang dipadukan dengan
rumput atau kebun buah-buahan dapat memiliki keuntungan ganda, antara lain ternak dapat menghasilkan
pupuk kandang yang merupakan pupuk untuk areal pertanian.

3. Konservasi Lahan

Beberapa metode konservasi lahan termasuk penanaman alur, mengurangi atau tidak melakukan
pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang baik oleh erosi angin maupun erosi air.

Kegiatan konservasi lahan dapat meliputi:

1. Menciptakan jalur-jalur konservasi.


2. Menggunakan dam penahan erosi.
3. Melakukan penterasan.
4. Menggunakan pohon-pohon dan semak untuk menstabilkan tanah.

4. Menjaga Kualitas Air/Lahan Basah

Konservasi dan perlindungan sumberdaya air telah menjadi bagian penting dalam pertanian. Banyak diantara
kegiatan-kegiatan pertanian yang telah dilaksanakan tanpa memperhatikan kualitas air. Biasanya lahan basah
berperan penting dalam melakukan penyaringan nutrisi (pupuk anoraganik) dan pestisida. Adapun langkah-
langkah yang ditujukan untuk menjaga kualitas air, antara lain;

1. Mengurangi tambahan senyawa kimia sintetis ke dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) yang dapat
mencuci hingga muka air tanah (water table).
2. Menggunakan irigasi tetes (drip irrigation).
3. Menggunakan jalur-jalur konservasi sepanjang tepi saluran air.
4. Melakukan penanaman rumput bagi binatang ternak untuk mencegah peningkatan racun akibat aliran air
limbah pertanian yang terdapat pada peternakan intensif.

5. Tanaman Pelindung

Penanaman tanaman-tanaman seperti gandum dan semanggi pada akhir musim panen tanaman sayuran
atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat termasuk menekan pertumbuhan gulma (weed),
pengendalian erosi, dan meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah.

6. Diversifikasi Lahan dan Tanaman

Bertanam dengan memiliki varietas yang cukup banyak di lahan pertanian dapat mengurangi kondisi ekstrim
dari cuaca, hama penggangu tanaman, dan harga pasar. Peningkatan diversifikasi tanaman dan jenis
tanaman lain seperti pohon-pohon dan rumput-rumputan, juga dapat memberikan kontribusi terhadap
konservasi lahan, habitat binatang, dan meningkatkan populasi serangga yang bermanfaat. Beberapa langkah
kegiatan yang dilakukan;

1. Menciptakan sarana penyediaan air, yang menciptakan lingkungan bagi katak, burung dan binatang-
binatang lainnya yang memakan serangga dan insek.
2. Menanam tanaman-tanaman yang berbeda untuk meningkatkan pendapatan sepanjang tahun dan
meminimalkan pengaruh dari kegagalan menanam sejenis tanaman saja.
7. Pengelolaan Nutrisi Tanaman

Pengelolaan nutrisi tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi tanah dan melindungi lingkungan
tanah. Peningkatan penggunaan sumberdaya nutrisi di lahan pertanian, seperti pupuk kandang dan tanaman
kacang-kacangan (leguminosa) sebagai penutup tanah dapat mengurangi biaya pupuk anorganik yang harus
dikeluarkan. Beberapa jenis pupuk organik yang bisa digunakan antara lain:

1. Pengomposan
2. Penggunaan kascing
3. Penggunaan Pupuk Hijauan (dedaunan)
4. Penambahan nutrisi pada tanah dengan emulsi ikan dan rumput laut.

8. Agroforestri (wana tani)

Agroforestri merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen, dimana tanaman semusim maupun
tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam rotasimembentuk suatu tajuk yang berlapis, sehingga sangat
efektif untuk melindungi tanah dari hempasan air hujan. Sistem ini akan memberikan keuntungan baik secara
ekologi maupun ekonomi.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan lahan dengan sistem agroforestri ini antara lain:

1. Dapat diperoleh secara berkesinambungan hasil tanaman-tanaman musiman dan tanaman-tanaman


tahunan.
2. Dapat dicegah terjadinya serangan hama secara total yang sering terjadi pada tanaman satu jenis
(monokultur).
3. Keanekaan jenis tanaman yang terdapat pada sistem agroforestri memungkinkan terbentuknya stratifikasi
tajuk yang mengisi ruang secara berlapis ke arah vertikal. Adanya struktur stratifikasi tajuk seperti ini
dapat melindungi tanah dari hempasan air hujan, karena energi kinetik air hujan setelah melalui lapisan
tajuk yang berlapis-lapis menjadi semakin kecil daripada energi kinetik air hujan yang jatuh bebas.

1. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Sistem pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pertanian yang seimbang antara ekosistem,
ekonomi, lingkungan dan manusia yang berkelanjutan untuk saat ini dan yang akan datang. Dan sistem
pertanian berkelanjutan juga mempunyai kriteria, prinsip-prinsip, sifat-sifat, dampak positif maupun negatif,
indikator dan aplikasi dalam menjalankan pertanian yang sustainable agar dapat berjalan dengan seimbang.
2. prinsip dasar sistem pertanian berkelanjutan adalah prinsip ekologis, prinsip sosial ekonomi, prinsip teknis,
dan prinip politik prinsip.
3. Ciri dari sistem pertanian berkelanjutan adalah Secara ekonomi menguntungkan dan dapat dipertanggung
jawabkan (economically viable). Berwawasan ekologis (ecologically sound). Berkeadilan sosial. Manusiawi
dan menghargai budaya lokal. dan mampu bradaptasi.
4. Sifat sistem pertanian berkelanjutan adalah Mampertahankan fungsi ekologis, berlanjut secara ekonomis,
adil manusiawi, dan luwes.
5. Indikator dari sistem pertanian berkelanjutan adalah menghasilkan produk pertanian yang berkualitas
dengan kuantitas memadai, membudidayakan tanaman secara alami, mendorong dan meningkatkan siklus
hidup biologis dalam ekosistem pertanian, memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang,
menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian,memelihara
keragaman genetik sistem pertanian.
6. Aplikasi pada penerapan yang terdapat pada sistem pertanian berkelanjutan adalah engendalian hama
terpadu, sistem rotasi dan budidaya rumput, konservasi lahan, menjaga kualitas air/lahan basah, tanaman
pelindung, diversifikasi tanaman dan lahan, pengolahan nutrisi tanaman, dan agroforestry.

KLASIFIKASI DAN IDENTIFIKASI SERANGGA

LIHAT FILE DENGAN JUDUL “PEDOMAN MENGOLEKSI DAN PRESERVASI.pdf” Halaman 3 - 24

TEKNIS KOLEKSI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN SECARA UMUM

LIHAT FILE DENGAN JUDUL “PEDOMAN MENGOLEKSI DAN PRESERVASI.pdf” Halaman 24 - 70

LIHAT FILE DENGAN JUDUL “ELEARNING_67-5d91b79041cf5.pdf”

DEFINISI ISTILAH TERKAIT PERLINDUNGAN TANAMAN

A. Pengertian Perlindungan Tanaman

Perlindungan Tanaman mempunyai makna yang sangat penting didalam menentukan keberhasilan tujuan
membudidayakan tanaman. Secara harfiah, perlindungan adalah sesuatu yang diberikan untuk melindungi
sesuatu atau seseorang yang tak kuat atau lemah terhadap suatu ancaman atau gangguan yang dapat
merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang
normal. Sedangkan, tanaman adalah tumbuhan yang dibudidayakan atau ditanam oleh manusia untuk
tujuan tertentu. Tujuan tersebut, selain untuk konsumsi, adalah untuk mencapai hasil atau produksi tanaman
yang berkuantitas tinggi dan berkualitas baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
bagi yang membudidayakan.
Dengan demikian, Perlindungan Tanaman adalah usaha untuk melindungi tanaman dari ancaman atau
gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal, sejak pra-
tanam sampai pasca tanam (Djafaruddin, 1996)
Gangguan atau ancaman pada tanaman dapat berupa jasad penganggu atau organisme penganggu tanaman
(OPT), keadaan cuaca/iklim, keadaan tanah, maupun kesalahan dalam budidaya tanaman pertanian. Akan
tetapi, mata kuliah Perlindungan Tanaman hanya membahas sebatas OPT pertanian; sedangkan, pengganggu
tanaman lainnya dibahas pada kuliah lain, diantaranya klimatologi, ilmu tanah, dan agronomi.

B. Kegiatan Perlindungan Tanaman (Djafaruddin,1996)

B.1. Pencegahan (Preventive)

Pencegahan berarti melindungi tanaman, baik bahan perbanyakan (benih/bibit, dan sebagainya), tanaman di
lapangan (baik di pesemaian, maupun di areal tanam/pertanaman/di kebun), maupun hasil panen (yang
masih di lapangan sesudah di panen, selama pengangkutan, pengolahan/pengerjaan hasil, penyimpanan,
ataupun selama pemasaran) dari segala macam gangguan yang disebabkan oleh OPT.
Sasaran pada kegiatan ini adalah tanaman yang belum (diduga belum) terganggu, atau dalam istilah
penyakitnya dikatakan masih sehat, dengan yang memperlakukan atau mengusahakan tindakan tertentu
agar ia tidak terganggu, terserang, terinfeksi, atau rusak oleh OPT yang mungkin datang atau berkontak
dengannya. Misalnya, kita memperlakukan benih (seed treatment) padi sebelum disemaikan dengan
fungisida Dithane M-45, untuk mencegah bibit penyakit atau patogen jamur Helminthosporium oryzae yang
menyebabkan penyakit becak.
Pencegahan dapat dilakukan pada berbagai jenis OPT (patogen, hama, maupun gulma). Perlakuannya pun
tidak hanya secara kimia (dengan fungisida atau pestisida saja), tetapi juga dapat dengan cara lain, seperti
mekanis, fisis, ataupun biologi, dan sebagainya.

B.2. Pemberantasan (Eradication)

Pemberantasan berarti melindungi tanaman dari OPT (hama, patogen, dan gulma) yang telah menyerang,
bahkan merusak atau menimbulkan persaingan yang negatif, baik terhadap bahan perbanyakan tanaman,
tanaman di lapangan/di pesemaian, maupun hasil panen (yang masih di lapangan/sebelum dikerjakan,
selama pengangkutan, pengerjaan, atau pemasarannya, sebelum ia dikonsumsikan).
Sasaran kegiatan ini adalah hama/patogen yang sedang menyerang dan merusak tanaman atau bagian
tertentu tanaman; dan tumbuhan penganggu tanaman (gulma) yang menimbulkan persaingan negatif
terhadap tanaman budidaya. Tujuannya adalah untuk mematikan atau memusnahkan, atau sekurang-
kurangnya mengurangi jumlah OPT tersebut, sekaligus mengurangi atau menghentikan kerusakan yang
ditimbulkannya pada tanaman. Pemberantasan dilakukan secara kimia, mekanik, maupun fisik.

B.3. Pengobatan (Curative)

Pengobatan berarti melindungi (mengobati) tanaman yang sakit akibat terinfeksi patogen.
Sasarannya adalah tanaman yang sakit atau bagian tertentu tanaman yang telah terinfeksi patogen.
Tujuannya untuk menyembuhkan tanaman dari penyakit. Pengobatan dapat dilakukan dengan memakai obat
atau bahan kimia lainnya, seperti pestisida. Misalnya, untuk menyembuhkan penyakit bercak coklat pada
tanaman padi kita menggunakan fungisida. Dengan demikian, tanaman tersebut dapat pulih dan
memberikan hasil yang baik.
Berbagai tindakan pemberantasan maupun pengobatan, tergantung dari jasad pengganggunya, dan
tingkatan atau stadia tumbuh dari tanaman (baik bahan perbanyakan, bibit di pesemaian, tanaman di
lapangan, ataupun hasil panen yang masih di lapangan, selama pengangkutan, pengerjaannya, penyimpanan,
bahkan selama pemasarannya, sampai kepada konsumen yang mempergunakannya).

B.4. Pengendalian atau Pengelolaan (Controlling atau Managing)

Pengendalian atau pengelolaan berarti melindungi tanaman dengan mengelola OPT yang menganggu
tanaman, maupun tanaman itu sendiri, sedemikian rupa sehingga kerusakan yang ditimbulkan oleh OPT tidak
sampai menimbulkan kerusakan ekonomis atau merugikan.
Sasarannya adalah tanaman yang belum terganggu maupun yang telah terganggu atau terserang OPT.
Tujuan pengendalian bukan memberantas atau memusnahkan OPT, akan tetapi bertujuan untuk untuk
menekan populasi OPT di bawah ambang ekonomi atau ambang populasi OPT yang tidak menimbulkan
kerusakan ekonomis atau merugikan.
Pengendalian dilakukan dengan memadukan berbagai teknik pengendalian OPT yang ada atau strategi dari
metode atau cara-cara budidaya sejak awal hingga pasca panen, di mana satu sama lainnya tidak
bertentangan. Jadi di sini, mulai dari bahan perbanyakan, benih, bibit di pesemaian, tanaman di lapangan,
hasilnya, sampai pemasaran, bahkan juga jasad hidup lainnya selain tanaman dan OPT diantisipasikan, juga
faktor cuaca/iklim sejauh memungkinkan untuk dikelola secara terpadu atau dikenal dengan
istilah Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Mengenai Pengendalian Hama Terpadu akan dibahas pada Pokon
Bahasan IX.

C. Peranan Perlindungan Tanaman

Seperti yang dikemukakan sebelumnya, perlindungan tanaman mempunyai peranan yang sangat penting dan
tidak dapat dipisahkan dari usaha peningkatan produksi tanaman atau produksi pertanian. Dengan
demikian, perlindungan tanaman berperan didalam menjamin kepastian hasil dan memperkecil resiko
berproduksi suatu tanaman, karena walaupun langkah-langkah lainnya dari budidaya suatu tanaman sudah
dilakukan, seperti penggunaan varietas unggul, cara penanaman, pemupukan, pengairan, penyiangan,
pemanenan dan pasca panen telah dilaksanakan dengan baik, tetapi pengendalian OPT diabaikan, maka apa
yang diberikan tidak berarti atau hilang.
Kegiatan perlindungan tanaman, ialah kegiatan yang bertujuan untuk melindungi, mencegah, atau
menghindari agar tanaman kita agar tidak menderita suatu gangguan, kerusakan, kematian, kemerosotan
hasilnya atau memperkecil kerugian yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, mereka harus memiliki prinsip
didalam memperkecil kerugian dan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan mencegah
atau mengurangi sekecil mungkin kerugian, atau bahkan sama sekali meniadakan kerugian tersebut.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perlindungan tanaman merupakan alat penunjang yang sangat
penting dari sistem produksi dan usaha tani tanaman. Bahkan dikatakan bahwa perlindungan tanaman
merupakan asuransi yang menjamin keberhasilan setiap usaha tani dan pembangunan pertanian dari
kerugian sebagai akibat dari gangguan, baik oleh jasad penganggu, bencana alam maupun kesalahan dalam
budi daya tanaman pertanian itu. Kegiatan perlindungan tanaman, mulai dari awal kegiatan budidaya
tanaman sampai pasca panen harus selalu berorientasikan pada upaya memperkecil kerusakan oleh
gangguan yang mungkin timbul.

JENIS ORGANISME PENGANGGU TUMBUHAN, INANG DAN GEJALA SERANGAN YANG DITIMBULKAN.

DAFTAR HAMA BERDASARKAN CARA MENYERANG

A. Memakan batang/daun/buah/biji
 Larva
Lepidoptera (Ulat)
o Hama putih (Nymphula depunctalis)Daun *Padi
o Hama Putih Palsu (Cnaphalocrocis medinalis)Daun *Padi
o Penggulung Daun (Lamprosema indicata)Daun *Kedelai
o Ulat penggulung daun (Hymenia recurvalis) *Bayam
o Ulat grayak (Spodoptera frugiperda)Daun *Jagung
o Ulat grayak (spodoptera litura)Daun *Jagung
o Ulat grayak (Mythimma separata)
o Ulat Jengkal (Plusia (=Chrysoideixis) chalcites)Daun *Kedelai
o Ulat Jengkal (Trichoplusiana sp.) *Brokoli
o PB Merah Jambu (Sesamia inferens)Batang *Padi
o PB Bergaris (Chilo suppressalis)Batang *Padi
o PB padi Kuning (Scirpophaga incertulas)Batang *Padi
o PB Padi Putih (Scirpophaga innotata)Batang *Padi
o Penggerek Batang (Ostrinia fumacalis)Batang *Jagung
o Penggerek Tongkol (Helicoverpa armigera)Buah *Jagung
o Penggerek Polong (Etiella zinckenella)Buah *Kedelai
o Ulat buah (Heliothis armigera)Buah *Kedelai
o Ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis) *Kubis/kol
o Ulat tanah (Agrotis ipsilon)Akar/batang*Jagung, DLL
o Ulat daun (Plutella xylostella) *Kubis/kol, Sawi, Pakcoy
o Penggerek batang (Xystrocera festiva) *Petai
o Penggerek Umbi (Phtorimae poerculella)

Coleoptera (Kumbang)
o Uret (Phyllophaga helleri)Akar *Jagung
o Uret (lepidiota stigma)
o kumbang anjing (phyllotreta vittata) *Kubis/kol

Diptera (Lalat)
o Ganjur (Orseolia oryzae)Daun *Padi
o Lalat bibit (Atherigona sp)Daun *Jagung
o Lalat Kacang (Ophiomya phaseoli)Daun *Kedelai
o lalat buah (Bactrocera sp.)Buah *Cabai
o Penggorok daun (lirimyza sp) *Sawi

 Nimfa/Imago (stilet)
Hemiptera (Kepik)
o Wereng hijau (Nephotettix virescens)Daun *Padi
o Wbc (Nilaparvata lugens)Batang *Padi
o Kepik cokelat (Riptortus linearis)Penghisap Polong *Kedelai
o Kepik hijau (Nezara viridula) Penghisap Polong *Kedelai
o Kepik hijau pucat (Piezodorus sp.) Penghisap Polong *Kedelai
o Kepinding Tanah (Scotinophara sp)Batang *Padi
o Walang sangit (Leptocorisa oratorius)Bulir/Buah *Padi
o Kutu kebul (Bemisa tabaci)Daun *Kedelai, DLL

Homoptera (Kutu-Kutuan)
o Kutu Daun (Mysus persicae)Daun *Cabai, DLL
o Kutu daun Kedelai (Aphis gosypii)Daun *Kedelai
o Kutu (Aphis glycines)Daun *Kedelai
o Thrips *Salada
o Kutu Aphis (Aphis craccivora)Daun *Pakcoy
o Kutu daun (Aphis brassicae) *Brokoli

o Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus)Daun *Kedelai


o Tungau kuning (Polyphagotarsonemus latus) *Cabai
 Imago (menguyah)
Orthoptera (Belalang, Jangkrik, dll)
o Belalang (Locusta migratoria. & Oxya chinensis)Daun *Jagung
o Belalang (Sexava spp.) *Bayam
o Anjing tanah/Orong-orong (Gryllotalpa sp) *Bawang Merah

Coleoptera (Kumbang)
o Kumbang Kedelai (Phaedonia inclusa)Batang/daun *Kedelai
o Kumbang tanah kuning (longitarsus suturillinus)Batang/daun *Kedelai
o kumbang anjing (phyllotreta vittata) *Kubis/kol
o Kumbang Daun (Epilachna spp.)

 Lainnya
o Keong mas/siput murbei (Pomacea canaliculata) *Padi
o Tikus (Rattus argentiventer) *Padi
o Burung pipit (Munia leucogastroides) & Burung manyar (Ploceus spp)Bulir padi *Padi, Dll
o Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais)Hama gudang *Jagung
o Babi Hutan
o Siput Jengel (Bradybaena similaris)Daun
o Siput (Achatina fulica)Daun *Brokoli
o Siput Tangek (Parmalion pupilaris)Daun *Salada

GEJALA SERANGAN HAMA

o lalat buah (Bactrocera sp.) *Cabai


Gejala serangan lalat buah ini biasanya berupa noda-noda kecil bekas tusukan pada buah yang
menimbulkan bercak coklat dan lubang di sekitar buah. Banyaknya jamur dan bakteri yang hidup
sekitar lubang tersebut makin mempercepat proses pembusukan buah sehingga buah tersebut gugur

sebelum waktunya

o Anjing tanah/Orong-orong (Gryllotalpa sp) *Bawang Merah


Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala seranagn orong-orong ditunjukkan oleh daun tampak
layu dan umbi berlubang. Nimfa dan imago ditemukan membentuk lorong-lorong di dalam tanah
menuju umbi.
o Thrips
Vektor penyakit

DAFTAR PENYAKIT BERDASARKAN CARA MENYEBAR

A. Lewat Udara
 Jamur
o Bercak daun coklat (Helminthosporium/Drechslera oryzae)Daun *Padi, Jagung
- Bercak transparan seperti mata burung dengan lingkaran berwarna putih di
tengah pada daun tua.

o Bercak daun coklat bergaris (Cercospora oryzae)Daun *Padi


- Pada daun terdapat bercak-bercak sempit memanjang, berwarna coklat
kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun.

o Penyakit Blas, Busuk leher (Pyricularia/Magnaporthe grisea)Daun *Padi


- Blas berbentuk belah Ketupat

o Antrakonsa (Colletotrichum spp)Batang/Daun/Buah*Cabai, Kedelai, DLL


- munculnya bintik-bintik hitam kecil melingkar pada kulit buah/daun yang
menyebar ke arah sumbu panjang, sehingga menjadi lebih kurang berbentuk
elips
o Bulai (Peronosclerospora maydis)Daun *Jagung
- Gejala khas penyakit bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar
tulang daun dengan batas yang jelas antara daun sehat. Pada daun
permukaan atas dan bawah terdapat warna putih seperti tepung dan ini
sangat jelas pada pagi hari.
- Pada serangan berat, seluruh tubuh tanaman berubah berwarna kuning
pucat dan kerdil, akhirnya mati.

o Hawar Daun (Bipolaris maydis Syn)Daun *Jagung


- Gejala penyakit ini terjadi ketika muncul bercak daun berwarna hijau
kekuningan atau cokelat kemerahan.

o Karat Daun (Puccinia polysora)Daun *Jagung


- Gejala penyakit ini terjadi ketika timbul bercak-bercak kecil berbentuk bulat
sampai oval terdapat pada permukaan daun jagung di bagian atas dan
bawah.
o Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi)Daun *Kedelai
o Bercak cokelat tomat/kuning (Alternaria solani) *Tomat
 Bakteri

o Hawar bakteri (Pseudomonas syringae)Daun *Kedelai


- Tanaman yang terinfeksi pada awal tanam/fase perkecambahan hingga
berpolong dicirikan dengan noda cokelat di bagian tepi.
- Pada tanaman dewasa gejala pada daun berupa bercak bersudut, dimulai

dari bintik kuning dan menjadi coklat

o Hawar daun/BLB/Kresek/daun bergaris (Xanthomonas campestris pv)Daun *Padi


- Kresek/layu daun (fase vegetatif) tepi daun, berwarna keabu-abuan dan

lama-lama daun menjadi kering


- Hawar (fase generatif) dimulai dari tepi daun, berwarna keabu-abuan dan
daun menjadi kering. Bagian yang kering ini akan semakin meluas ke arah
tulang daun hingga seluruh daun akan mengering.

o Bisul Bakteri (Xanthomonas campestris pv) *Kedelai

B. Tular Tanah
 Jamur
o Penyakit hawar pelepah daun (Rhizoctonia solani)Pelepah Daun *Padi, Jagung
- Bercak dimulai pada bagian pelepah dekat permukaan air pertama,
selanjutnya berkembang ke pelepah atau helai daun bagian atasnya
o Penyakit Busuk (Rhizoctonia solani)Akar-Daun *Kedelai
- Busuk Tanaman

o Layu Fusarium (Fusarium spp.) *Cabai


- Tanaman akan tampak layu pada pukul 10.00-14.30 (selama siang hari) dan
akan kembali tampak segar pada pagi serta sore hari selama proses
fotosintesis berkurang.

o Busuk Batang (Fusarium spp) *Jagung


- Menyebabkan pembusukan pada batang, tongkol, dan biji jagung.
 Bakteri
o Layu bakteri (Ralstonia solanacearum) *solanacea(cabai, terung, tomat, paprika,
dan kentang.)
- Awalnya bagian tertentu saja yang layu seperti pucuk atau cabang (sebelum
layu keseluruhan) dan tetap layu di sore atau malam hari berarti tanaman
terserang layu bakteri.

 Nematoda
o Nematoda(puru) buncak akar (Meloidogyne sp.)Akar *Kedelai, DLL
- Gejala serangan tampak pada perakaran terdapat benjolan-benjolan seperti
jerawat.
o Nematoda layu akar/luka akar (Pratylenchus sp.)Akar *Kedelai ,DLL
- Gejala kerusakan spesifik yang disebabkan oleh nematoda adalah tanaman
mati secara perlahan-lahan

C. Vektor
 Virus
o Penyakit kerdil hampa (Rice ragged stunt virus (RRSV))*Padi
- Vektor wbc
- Tanaman kerdil dan saat fase generatif bulir hampa

o Penyakit kerdil rumput (Rice Grassy Stunt Virus (RGSV))


- Vektor wbc
- Penghambatan pertumbuhan, anakannya banyak, daunnya menjadi pendek
dan sempit, dan tumbuhnya tegak serta berwarna hijau pucat atau kuning
pucat.

o Penyakit Kerdil (Soybean Stunt Virus (SSV)) *Kedelai


- Vektor Kutu Aphis glycines dan A. Craccivora
- Tanaman tumbuh kerdil, pada helai daun tampak adanya mosaik, daun agak
menggulung dan keriput, dan tulang daun terang

o Tungro *Padi
- Vektor wereng hijau
- Perubahan warna pada daun muda tanaman padi yang menguning hingga
berwarna jingga.
- Tanaman padi menjadi kerdil karena jarak antar buku atau ruas memendek.

o Virus mosaik kuning kedelai *Kedelai


- Vektor kutu-kutuan
- Tanaman menjadi berkerut, kerdil, daun melengkung, vena berwarna hijau
gelap, daerah intervenal hijau terang

A. Lewat Udara

• Jamur

o Bercak daun coklat (Helminthosporium/Drechslera oryzae)Daun *Padi, Jagung


o Bercak daun coklat bergaris (Cercospora oryzae)Daun *Padi
o Penyakit Blas, Busuk leher (Pyricularia/Magnaporthe grisea)Daun *Padi
o Antrakonsa (Colletotrichum spp)Batang/Daun/Buah*Cabai, Kedelai, DLL
o Bulai (Peronosclerospora maydis)Daun *Jagung
o Hawar Daun (Bipolaris maydis Syn)Daun *Jagung
o Karat Daun (Puccinia polysora)Daun *Jagung
o Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi)Daun *Kedelai
o Busuk Daun (Phytoptora sp.) *Sawi, DLL
o Penyakit Karat putih (Albogo candida) *Bayam
o Tepung Berbulu pada Kubis (Peronospora parasitica) *Kubis

• Bakteri

o Hawar bakteri (Pseudomonas syringae)Daun *Kedelai


o Hawar daun/BLB/Kresek/daun bergaris (Xanthomonas campestris pv) *1 *Padi
o Bisul Bakteri (Xanthomonas campestris pv) *Kedelai
B. Tular Tanah

• Jamur

o Penyakit hawar pelepah daun (Rhizoctonia solani)Pelepah Daun *Padi, Jagung


o Penyakit Busuk (Rhizoctonia solani)Akar-Daun *Kedelai
o Rebah kecambah (Pythium spp) *Kubis
o Layu Fusarium (Fusarium spp.) *Cabai
o Busuk Batang (Fusarium spp) *Jagung
o Akar gada kubis (Plasmodiopora brassicae) *Kubis, Sawi, DLL

• Bakteri

o Layu bakteri (Ralstonia solanacearum) *solanacea(cabai, terung, tomat, paprika,


dan kentang.)
o Busuk basah kubis (Erwinia carotovora) *Kubis

• Nematoda

o Nematoda buncak akar (Meloidogyne sp.)Akar *Kedelai, DLL


o Nematoda layu akar/luka akar (Pratylenchus sp.)Akar *Kedelai ,DLL

C. Vektor
• Virus

o Penyakit kerdil hampa (Rice ragged stunt virus (RRSV))*Padi


o Penyakit kerdil rumput (Rice Grassy Stunt Virus (RGSV))
o Penyakit Kerdil (Soybean Stunt Virus (SSV)) *Kedelai
o Tungro *Padi
o Virus mosaik kuning kedelai *Kedelai
o Virus mosaik kuning cabai *Cabai

Anda mungkin juga menyukai