A. Latar Belakang
Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh
pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Intensifikasi pertanian yang berlebihan
ternyata telah menimbulkan dampak lingkungan yang kurang menguntungkan. Sejalan
dengan perkembangan ilmu pertanian dan ledakan populasi manusia maka kebutuhan
pangan juga meningkat. Saat itu revolusi hijau memberikan hasil yang signifikan
terhadap pemenuhan kebutuhan pangan, dimana penggunaan pupuk sintetis, penanaman
varietas unggul berproduksi tinggi (high yield variety), penggunaan pestisida,
intensifikasi lahan dan lainnya mengalami peningkatan. Namun belakangan ditemukan
berbagai permasalahan akibat kesalahan manajemen di lahan pertanian.
Pemakaian pupuk dalam jumlah yang besar menimbulkan pencemaran bagi tanah
dan air tanah dengan kadar racun yang beraneka ragam. Degradasi tanah pertanian sudah
makin parah dan dengan sudah mengendapnya bahan agrokimia dalam waktu yang cukup
lama. Hal ini terlihat dari menurunnya produktivitas karena hilangnya kemampuan tanah
untuk memproduksi nutrisi. Untuk itu diperlukan waktu yang sangat lama untuk
mengembalikan lahan pertanian tersebut agar bersih dari dampak pupuk dan pestisida
buatan, atau membuka lahan perawan, sedangkan untuk merusaknya hanya perlu
beberapa tahun saja (Anonim, 2007).
Penggunaan pestisida sintetis yang tidak sesuai juga menimbulkan banyak
masalah, 1) pencemaran air dan tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
manusia dan makhluk lainnya dalam bentuk makanan dan minuman yang tercemar, 2)
matinya musuh alami hama atau patogen dan akan menimbulkan resurgensi, 3)
kemungkinan terjadinya serangan hama sekunder, misalnya penyemprotan insektisida
secara rutin untuk mengendalikan ulat grayak (hama primer) dapat membunuh serangga
lain seperti walang sembah yang merupakan predator kutu daun (hama sekunder) dan
akibatnya setelah ulat grayak dapat dikendalikan, kemungkinan besar tanaman akan
diserang oleh kutu daun, 4) kematian serangga berguna dan menguntungkan seperti lebah
yang sangat serbaguna untuk penyerbukan, dan 5) timbulnya kekebalan/resistensi hama
maupun patogen terhadap pestisida sintetis (Pandit, 2006). Bahkan, hama dan penyakit
tanaman bukannya menurun, justru semakin kebal terhadap bahan-bahan kimia tersebut
sehingga petani memerlukan dosis yang lebih tinggi lagi untuk membasminya. Ini
artinya, petani tidak saja menebar racun untuk membasmi hama dan penyakit, tetapi juga
meracuni dirinya sendiri (Husnain dan Syahbuddin, 2007)
Mengutip data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Program
Lingkungan Persatuan Bangsa-bangsa (UNEP), 1-5 juta kasus keracunan pestisida terjadi
pada pekerja yang bekerja di sektor pertanian. Sebagian besar kasus keracunan pestisida
tersebut terjadi di negara berkembang (Javarice, 2008). Menurut WHO, paling tidak
20.000 orang per tahun meninggal akibat keracunan pestisida, dan sekitar 5.000-10.000
orang per tahun mengalami dampak yang sangat fatal seperti kanker, cacat tubuh,
kemandulan dan penyakit liver. Berbagai jenis pestisida terakumulasi di dalam tanah dan
air yang berdampak buruk terhadap keseluruhan ekosistem (Pandit, 2006). Jumlah
F. PENUTUP
Perkembangan PO di Indonesia dapat menjadi suatu alternatif pemenuhan
kebutuhan pangan di Indonesia dalam jangka panjang. Sasaran jangka pendek dari sistem
PO adalah kesadaran masyarakat dan petani akan perlunya melestarikan lahan dan
menjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan bahan kimia sintetis seperti pupuk
dan pestisida buatan, serta berusaha semampunya memanfaatkan bahan-bahan alami
disekitar mereka. Untuk jangka panjang, potensi pasar produk organik di pasar dunia
terbuka lebar bagi Indonesia. Namun demikian potensi lahan yang dapat dijadikan lahan
PO sangat kecil sehingga lahan pertanian non organik masih menjadi andalan produksi
pangan di Indonesia, namun setidaknya kebutuhan pasar akan produk organik dapat
terpenuhi oleh petani
PO berpeluang berkembang dengan baik ke depan karena 1) adanya kritik
terhadap asupan kimia yang menyebabkan terjadi degradasi lingkungan pertanian
membawa pada praktek bertani ke arah organik, 2) kesadaran konsumen untuk
memperoleh produk yang sehat dan ramah lingkungan juga semakin tinggi, 3) peluang
ekspor produk organik juga besar karena tingginya permintaan dari Negara maju, 4) ada
peluang untuk meningkatkan pendapatan petani karena produk pertanian organik
menghemat biaya produksi dan harga jualnya di atas produk pertanian konvensional.
Untuk mengakhiri tulisan ini, ada baiknya kita renungkan petikan dialog berikut
ini :
Kepustakaan
Anonim. 2002. Prospek Pertanian Organik di Indonesia.
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/
Anonim. 2005. Potret Pertanian dan Potensi Pasar Pangan Organik Indonesia.
http://www.terranet.or.id/kemitraan.php
Anonim. 2007. Darah Petani Keracunan Pestisida.
http://akusukablog.com/2007/11/08 .
Anonim. 2007. Pengembangan Pertanian Oganik di Indonesia dan Kendala Yang
Dihadapi. http://pengawasbenihtanaman.blogspot.com/
Anonim. 2007. Apa Itu Pertanian Organik? http://www.organicindonesia.org
Anonim. 2008. Organic farming. http://en.wikipedia.org/wiki/Organic_farming
Anonim. 2008. Pertanian organis vs Pertanian organik.
http://spmabogor.net-website.wp-content-uploads-2008-03-organik
Anonim. 2008. Mengenal Pertanian Organik. http://mitrafm.com/ 2 Feb, 2008
Anonim. tt. Tentang Pertanian Organik di Indonesia.
http://www.idepfoundation.org/indonesia/index.html
Ar–Ridho. 2008. Prospek Pertanian Organik di Indonesia.
http://ridhomr.multiply.com/journal/item/25/Prospek. edit 21 April 2008.
Husnain dan Haris Syahbuddin . 2005. Mungkinkah Pertanian Organik di Indonesia?
Peluang dan Tantangan. http://Inovasi Online Vol_4-XVII-Agustus 2005.
Husnain dan Haris Syahbuddin. 2007. Mungkinkah Pertanian Organik di Indonesia ?
http://klipingut.wordpress.com/2007/12/16
JavariceOrganic. 2008. Pestisida Peranan dan Bahayannya. http://javarice-
organic.com/indo/index.php
Nurcahyo. 2007. Dukungan Pemerintah Terhadap Pertanian Organik Masih Minim.
http://www.indonesiaindonesia.com/nurcahyo
Pandit, I Gde Suranaya. 2006. Risiko Pestisida Pertanian.
http://www.balipost.co.id/index.php edit 5 April 2006
Widodo, S. 2008. Pertanian Organik Wujud Baru Kapitalisme : Perspektif Ekologi dan
Ekonomi. http://learning-of.slametwidodo.com/?p=63