Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:
Dr. Yuniseffendri, S.Pd., M.Pd.
197110272003121001

Disusun Oleh:
Azaria Syahla Fitan Adibah
22031554019

FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA


SAINS DATA 2022A
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan
pada tahun 1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan
kerusakan lingkungan akibat pemakaian pupuk dan pestisida kimia yang tidak
terkendali. Sistem pertanian berbasis high input energy seperti pupuk kimia dan
pestisida dapat merusak tanah yang akhirnya dapat menurunkan produktifitas tanah,
sehingga berkembang pertanian organik. Pertanian organik sebenarnya sudah sejak
lama dikenal, sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia, semuanya dilakukan
secara tradisional dan menggunakan bahan-bahan alamiah. Pertanian organik
modern didefinisikan sebagai sistem budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-
bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis. Pengelolaan pertanian
organik didasarkan pada prinsip kesehatan, ekologi, keadilan, dan perlindungan.
Prinsip kesehatan dalam pertanian organik adalah kegiatan pertanian harus
memperhatikan kelestarian dan peningkatan kesehatan tanah, tanaman, hewan,
bumi, dan manusia sebagai satu kesatuan karena semua komponen tersebut saling
berhubungan dan tidak terpisahkan.
Pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan
mempercepat biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Sertifikasi produk
organik yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pasca panen dan pemasaran
harus sesuai standar yang ditetapkan oleh badan standardisasi (IFOAM, 2008).
Menurut Badan Standardisasi Nasional (2002), "Organik" adalah istilah
pelabelan yang menyatakan bahwa suatu produk telah diproduksi sesuai dengan
standar produksi organik dan disertifikasi oleh otoritas atau lembaga sertifikasi resmi.
Pertanian organik didasarkan pada penggunaan masukan eksternal yang minimum,
serta menghindari penggunaan pupuk dan pestisida sintetis. Praktek pertanian
organik tidak dapat menjamin bahwa produknya bebas sepenuhnya dari residu
karena adanya polusi lingkungan secara umum. Namun beberapa cara digunakan
untuk mengurangi polusi dari udara, tanah dan air. Pekerja, pengolah dan pedagang
pangan organik harus patuh pada standar untuk menjaga integritas produk pertanian
organik.
Bagi negara-negara berkembang, khususnya Indonesia, pangan organik
masih merupakan hal yang baru dan mulai populer sekitar 4-5 tahun lalu. Damardjati
(2005) mengatakan bahwa permintaan pangan organik meningkat di seluruh dunia
dan jika Indonesia bisa memenuhi kebutuhan ini dan bisa meningkatkan eksport
produk organik, akan meningkatkan dayasaing usaha pertanian (agribisnis) di
Indonesia dan dapat meningkatkan devisa dan pendapatan rumah tangga tani.
Produk pertanian organik utama yang dihasilkan Indonesia adalah padi, sayuran,
buah-buahan, kopi, coklat, jambu mete, herbal, minyak kelapa, rempah-rempah dan
2
madu. Diantara komoditi-komoditi tersebut, padi dan sayuran yang banyak
diproduksi oleh petani skala kecil untuk pasar lokal. Tidak ada data statistik resmi
mengenai produksi pertanian organik di Indonesia. Namun perkembangan ekonomi
dan tingginya kesadaran akan kesehatan, merupakan pemicu berkembang cepatnya
pertumbuhan permintaan produk organik.

1.2 Permasalahan Penelitian


1. Bagaimana perkembangan pertanian organik di Indonesia?
2. Apa saja kelebihan dan kelemahan pada sistem pertanian organik?
3. Bagaimana prinsip-prinsip pertanian organik di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini agar dapat mengetahui bahwa pertanian organik
ditujukan untuk mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas komunitas
interdependen dari kehidupan di tanah, tumbuhan, hewan dan manusia, serta
didalam penelitian ini juga mencari tahu tentang potensi dalam meningkatkan
pendapat petani yang telah berperan penting dalam proses pengembangan
pertanian organic di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini yaitu supaya dapat mengetahui perkembangan,
prinsip-prinsip, kebijakan, peluang, dan kendala pertanian organik di Indonesia.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


Pertanian organik merupakan suatu cara budidaya yang
mempertimbangkan semua faktor dalam kegiatan usahatani yang mampu
bertahan dan dapat dimanfaatkan secara terus menerus untuk masa yang akan
datang (Elliot et al, 1984). Selain itu menurut Sutanto (2002) pertanian organik
merupakan suatu sistem produksi tanaman menggunakan daur ulang unsur hara
secara hayati dengan menggunakan teknologi yang berwawasan lingkungan.
Menurut Winangun (2005) pertanian organik merupakan suatu cara
dengan ciri bekerja sesuai dengan ketersediaan alam untuk mencukupi
kebutuhan pangan yang sehat bagi manusia. Pertanian organik dirancang
menjadi sebuah sistem usahatani dengan menggunakan prinsip alam untuk
membangun agroekosistem yang bermanfaat untuk tanah, air, udara serta
seluruh makhluk hidup termasuk didalamnya adalah OPT (Organisme
Penganggu Tanaman) hingga menyediakan pangan sehat bagi kebutuhan
manusia. Sistem pertanian organik juga merupakan suatu sistem produksi dalam
pertanian dengan menggunakan bahan organik sebagai faktor terpenting dalam
proses produksi hasil pertanian. Dengan menggunakan pupuk organik (alami
atau buatan), pemberantasan hama, penyakit dan gulma menggunakan cara
biologis, penggunaan pupuk hayati merupakan salah satu penerapan sistem
pertanian organik. Sedangkan menurut Sugito, dkk (1995) pertanian dalam arti
luas adalah sistem pertanian organik yang mencakup lingkup peternakan,
perikanan yang berhubungan dengan bidang pertanian.
Menurut (International Federation of Organic Agriculture Movements)/
IFOAM (2005) pertanian organik didefinisikan sebagai sistem produksi pertanian
yang terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas
agroekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan, serat yang cukup,
berkualitas dan berkelanjutan. Pertanian organik adalah sistem yang mendukung
dan mempercepat biodiversitas, siklus biologi dan aktivitas biologi dalam tanah.
Tujuan yang hendak dicapai dalam sistem pertanian organik menurut IFOAM
adalah mendorong dan meningkatkan daur ulang sistem usaha tani dengan
mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah, tanaman serta
hewan, memberikan jaminan yang semakin baik bagi para produsen pertanian
(terutama petani) dengan kehidupan yang lebih sesuai dengan hak asasi
manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh penghasilan,
termasuk lingkungan kerja yang sehat, aman, dan meningkatkan kesuburan
tanah.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan topik
penelitian evaluasi pelaksanaan program pertanian organik yaitu: Penelitian
4
tentang penerapan sistem pertanian organik oleh Sumartono (2009) yang
berjudul Evaluasi Penerapan Sistem Pertanian Organik Terhadap Peningkatan
Produktivitas Lahan Dan Tanaman. Hasil dari penelitian tersebut adalah
peningkatan penerapan sistem pertanian organik meningkat setiap musimnya
dikabupaten Wonosobo menghasilkan gabah 3,5ton perhektar, meningkat 23%
dari musim sebelumnya.
Hasil yang diperoleh dari kabupaten Purbalingga adalah 4,39ton perhektar
meningkat sekitar 38% menjadi 6,10% ton perhektar. Sedangkan pada
kabupaten Cilacap mengalami peningkatan sebesar 53% yaitu dari 4,5 ton
perhektar menadi 6,90 ton perhektar. Penelitian pertanian organik selanjutnya
oleh Widiarta (2011) yang berjudul Analisis Keberlanjutan Praktik Pertanian
Organik Di Kalangan Petani. hasil dari penelitian tersebut adalah keberlanjutan
ekonomi petani berdasarkan penelitian tentang analisis finansial usahatani dan
analisis statistik menggunakan uji Paired Sample T-test. Hasil analisis finansial
usaha tani untuk nilai B/C rasio sebesar 1,7 sedangkan nilai untuk pertanian
konvensional B/C rasio hanya 0,9.
Penelitian tersebut menyatakan pelaksanaan pertanian organik
berpengaruh positif terhadap keberlanjutan kehidupan ekonomi petani, hal ini
dibuktikan dengan Uji Paired Samples T-test yang menunjukkan keuntungan
rata-rata usahatani sebelum dan sesudah diterapkannya pertanian organik yakni
0,24 Ha dan nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian ini menyatakan
tingkat komplektisitas praktik pertanian organik tersebut lebih tinggi signifikan jika
dibandingkan dengan pertanian konvensional menurut persepsi dari petani.
terdapat dua variabel yang diteliti pada penelitian ini yaitu: praktik mengkonversi
lahan dari non organik menjadi lahan organik dengan kurun waktu 3 tahun, dan
praktik memisahkan sumber irigasi dari pertanian konvensional. Keberlanjutan
dari pertanian organik di kalangan petani dapat dikatakan rendah disebabkan
banyak petani yang belum mampu menggunakan sistem pertanian organik
dengan alasan pertanian organik yang sulit untuk dijalankan.

5
BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Pertanian Organik di Indonesia


Pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung
dan mempercepat biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Sertifikasi
produk organik yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pasca panen dan
pemasaran harus sesuai standar yang ditetapkan oleh badan standarisasi.
Perkembangan Pertanian Organik Di Indonesia Menurut IFOAM (2008)
terdapat 23.605 petani organik dengan luas lahan 41.431 Ha pada tahun 2006.
Peningkatan paling signifikan terjadi pada tahun 2008 yakni menjadi 208.535 Ha,
namun pada tahun 2011 menurun sebesar 5,77% menjadi 225.062,65 Ha.
Penyebab dari turunnya luas lahan tersebut adalah para petani enggan
melanjutkan sertifikasi produknya pada tahun 2011.
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumberdaya alam
yang melimpah, sinar matahari, air, tanah yang bagus, budaya masyarakat yang
menghormati alam, dan potensi pertanian organik yang besar. Pengembangan
tanaman budidaya lebih diprioritaskan untuk tanaman dengan nilai ekonomis
tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor. Data WTO
menunjukkan Pada tahun 2000 perdagangan produk pertanian organik telah
mencapai US$ 17,5 Milyar. Pangsa pasar organik dunia pada tahun 2010 akan
mencapai US$ 100 milyar.
Produk pertanian organik yang banyak dihasilkan Indonesia adalah sayur
mayur, padi, kopi, coklat, jambu mete, buah-buahan, minyak kelapa, rempah-
rempah. Dari produk pertanian tersebut komoditas yang paling banyak ditanaman
adalah padi dan sayur yang diproduksi petani kecil untuk pasar lokal.
Semakin meningkatnya produksi pertanian organik dan kesadaran
konsumen akan pentingnya produk organik, akan menjadikan sangat rentan
terhadap bahaya dari pihak-pihak yang ingin memperoleh keuntungan sendiri.
Dimulai dari tingkat harga yang dipermainkan, segingga produk sangat mahal di
tangan konsumen dan sangat murah di tingkat petani, produk palsu dan
sebagainya. Keadaan ini sudah seharusnya diimbangi dan diatur oleh
pemerintah. Selain hal tersebut regulasi penting karena masyarakat periode 2002
telah uncul berbagai pendapat dan pemahaman yang berbeda mengenai
pertanian organik.
Pertanian organik belum sepenuhnya memasyarakat, baik dari petani
maupun pemerintah yang telah mencanangkan program kembali ke organik (Go
Organic) pada tahun 2010. Meskipun program go organic masih belum bisa
berjalan sesuai dengan harapan, namun Indonesia mampu dan memiliki peluang
untuk mengembangkan pertanian organiknya (Mayrowani, 2012).

6
2.2 Kelebihan dan Kelemahan dalam Sistem Pertanian Organik
2.1.1 Kelebihan Pertanian Organik
1. Pertanian organik pastinya juga memiliki kelebihan dan
kekurangan didalam sistemnya, berikut beberapa kelebihan jika
dibandingkan dengan sistem pertanian non-organik diantaranya:
Tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia sehingga tidak
menyebabkan pencemaran pada lingkungan (pencemaran air,
udara, tanah) dan produk hasil pertaniannya tidak mengandung
racun.
2. Tanaman (sayuran, buah) yang menggunakan sisitem pertanian
organik rasanya lebih manis.
3. Harga jual lebih tinggi.

2.1.2 Kekurangan Pertanian Organik


Diantara beberapa kelebihan tersebut, pertanian organik
juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
1. sistem pengelolaan yang sulit, dibutuhkan waktu yang lama untuk
mendapatkan hasilnya,
2. Pada awal penerapan sistem pertanian organik membutuhkan
biaya yang cukup besar akan tetapi pada awal penerapan sistem
pertanian ini biasanya mengalami kerusakan atau bahkan
kegagalan panen.

2.3 Prinsip-Prinsip Pertanian Organik di Indonesia


Didalam sistem pertanian organik tentunya memiliki prinsip-prinsip yang
dapat dilakukan guna mendapatkan hasil yang maksimal. Prinsip- prinsip
tersebut adalah:
a. Prinsip Kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah,
tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak
terpisahkan. Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan
komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem tanah yang sehat
akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan
dan manusia. Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem
kehidupan. Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan
memelihara kesejahteraan fisik, mental, sosial dan ekologi. Ketahanan tubuh,
keceriaan dan pembaharuan diri merupakan hal mendasar untuk menuju
sehat. Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi
dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan
ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang berada di dalam tanah
hingga manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk
menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung
pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Mengingat hal tersebut, maka

7
harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan
bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan.
b. Prinsip Ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi
kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus
ekologi kehidupan. Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam
sistem ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan
pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh
melalui ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus; sebagai contoh,
tanaman membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem
peternakan, ikan dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan.
Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk liar organik haruslah
sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. Siklus ini bersifat
universal tetapi pengoperasiannya bersifat spesifik-lokal. Pengelolaan
organik harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya dan skala lokal.
Bahan-bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali,
didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan-bahan dan energi secara efisien
guna memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam.
Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola
sistem pertanian, membangun habitat, pemeliharaan keragaman genetika
dan pertanian. Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau
mengkonsumsi produk-produk organik harus melindungi dan memberikan
keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di dalamnya tanah,
iklim, habitat, keragaman hayati, udara dan air.
c. Prinsip Keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin
keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.
Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan
pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam
hubungannya dengan makhluk hidup yang lain. Prinsip ini menekankan
bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun
hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua
pihak di segala tingkatan seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur,
pedagang dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan kualitas
hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang kedaulatan
pangan dan pengurangan kemiskinan. Pertanian organik bertujuan untuk
menghasilkan kecukupan dan ketersediaan pangan maupun produk lainnya
dengan kualitas yang baik. Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak
harus dipelihara dalam kondisi dan habitat yang sesuai dengan sifat-sifat
fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya. Sumber daya alam dan
lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola
dengan cara yang adil secara social dan ekologis, dan dipelihara untuk
generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan
perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan
lingkungan yang sebenernya

8
d. Prinsip Perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab
untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan
mendatang serta lingkungan hidup. Pertanian organik merupakan suatu
sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang
bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organik didorong
meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi tidak boleh membahayakan
kesehatan dan kesejahteraannya. Maka, harus ada penanganan atas
pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak utuh. Prinsip ini menyatakan
bahwa pencegahan dan tanggung jawab merupakan hal mendasar dalam
pengelolaan, pengembangan dan pemilihan teknologi di pertanian organik.
Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik
bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan
ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktis yang
dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional menjadi solusi tepat.
Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan
dengan menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak
dapat diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering).
Segala keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan dari
semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses-
proses yang transparan dan partisipatif.

9
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pertanian organik
merupakan pertanian yang berwawasan lingkungan karena ikut melestarikan
lingkungan dan memberikan keuntungan pada pembangunan pertanian. Dengan
melihat kondisi permintaan produk pertanian organik terus meningkat
sehubungan dengan masyarakat mulai menyadari akan bahaya makanan non
organik maka perlu bagi pemerintah dan semua pihak segera mewujudkan go
organic and back to nature untuk terus memanfaatkan potensi yang masih cukup
besar untuk dikembangkan. Terbatasnya produk pertanian organik yang
diperdagangkan di pasar internasional merupakan peluang cukup besar untuk
pengembangan pertanian organik bagi Indonesia. Keberhasilan pengembangan
pertanian organik akan terwujud ketika ada dukungan dari pemerintah baik dalam
bentuk pelatihan, modal produksi serta regulasi masing-masing tingkat
Pemerintah Daerah.

4.2 Saran
Saran penulis setelah menyusun proposal penelitian ini adalah agar
dapat memberi memasukan bagi beberapa pihak yang diharapkan dapat
memberikan referensi positif bagi segala pihak yang membutuhkan hasil
dari penelitian ini
1. Bagi kalangan akademisi masih banyak yang hal yang bisa diteliti lebih lanjut
tentang sudut pandang petani seperti tingkat pendidikan, jumlah
pendapatan, risiko usaha tani, lama bertani, dan sikap petani yang bisa
dijadikan acuan untuk penelitian lanjutan yang serupa.
2. Bagi para petani yang sudah melaksanakan sistem pertanian organik ada
baiknya ikut menyebarkan dampak positif yang sudah mereka rasakan
sehingga dapat meningkatkan jumlah petani organik dan turut meningkatkan
kualitas pertanian di daerah maupun Indonesia.
3. Perlunya kebijakan pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk
mewujudkan kemandirian petani organik dengan pengembangan
sarana/prasarana dan pengembangan lembaga sertifikasi produk organik
juga penguatan lembaga-lembaga pendukung seperti kelompok tani,
penyuluh, dan lembaga pemasaran.

10
DAFTAR PUSTAKA

Arifianto, D., & Funatik, A. (2009). Anti Gaptek Hardware Komputer. Kawan Pustaka.
Permana, B., & Kom, S. (2003). Perangkat Keras Komputer.
Rachmadi, T., & Kom, S. (2020). Organisasi dan Arsitektur Komputer (Vol. 1). Tiga
Ebook.
Sudjiman, P. E., & Sudjiman, L. S. (2018). Analisis sistem informasi manajemen
berbasis
komputer dalam proses pengambilan keputusan. TeIKa, 8(2), 55-66.

11

Anda mungkin juga menyukai