PENDAHULUAN
Dari efek negatif yang timbul ini pada tahun 2003 pemerintah mulai
mencanangkan sistem pertanian organik.
Sistem pertanian organik adalah suatu sistem pertanian yang berusaha untuk
mengembalikan segala jenis bahan organik kedalam tanah baik pada bentuk residu
maupun olahan limbah tanaman dan ternak yang bertujuan untuk menyediakan
hara bagi tanaman. Sasaran utama dari sistem pertanian organik adalah untuk
mengembalikan kesuburan dan produktifitas tanah.
Visi
Visi Organik adalah mengembangkan budidaya pertanian dengan basis pertanian
organik, Energi Hijau, dan pola penghematan secara menyeluruh.
Misi
Misi pertanian Organik adalah menerapkan dan mengembangkan teknik budidaya
organik berbiaya murah, membangun mekanisme komunikasi, dan kondisi
ekonomi,sosial masyarakat petani Indonesia.
Tujuan Sistem Pertanian Organik
Mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologi dan ekosistem pertanian.
Menghindarkan segala bentuk cemaran akibat dari penerapan teknik pertanian.
Meningkatkan usaha konservasi tanah dan air serta mengurangi masalah erosi
akibat dari pengolahan tanah yang intensif.
Meningkatkan peluang pasar produk organik baik domestik maupun global.
a. Prinsip ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi
kehidupan.
b. Prinsip kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah,
tanaman, hewan, manusia, dan bumi sebagai satu kesatuan.
c. Prinsip perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab
untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan
mendatang serta lingkungan hidup.
d. Prinsip keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin
keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.
Kendala dan Solusi dalam Sistem Pertanian Organik
a. Kendala
Adanya hama transmigran dari kebun non-organik yang menyebabkan
menurunnya produksi.
Tanah sudah banyak mengandung residu.
Tanah untuk sistem pertanian organik sebaiknya tanah yang masih
perawan atau asli, sementara banyak penelitian yang menyatakan bahwa
tanah pertanian di Indonesia sudah jenuh Fosfat.
Pasar terbatas karena hasil produk organik hanya di konsumsi oleh
kalangan tertentu saja.
Kesulitan menggantungkan pasokan dari alam, contohnya pupuk yang
harus mengerahkan suplai kotoran ternak dalam jumlah besar dan kontinu.
Sulitnya meninggalkan kebiasaan petani yang bergantung pada pupuk
dan pestisida kimia.
b. Solusi
Sosialisasi pada masyarakat mengenai pertanian yang ramah lingkungan.
Menggalakkan konsumsi produk hasil pertanian organik.
Diperlukan kajian lebih banyak untuk mendapatkan SAPROTAN
(Sarana Produksi Pertanian) organik yang terbaik.
Hasil dari program system pertanian organic saat ini yaitu banyaknya petani
memakai teknik system pertanian organic ini dan telah banyak produk-produk
pertanian di pasaran hasil dari pertanian organic, hanya saja harga jualnya
lumayan mahal dibandingkan produk dengan menggunakan system pertanian
kimia karena memiliki mutu yang bagus dan baik untuk kesehatan apabila
dikonsumsi.
B. Rencana strategis kementrian pertanian
Era industrialisasi ini, pertanian masih merupakan sektor yang berperan
penting bagi perekonomian bangsa Indonesia. Berdasarkan PDB pertanian tahun
2007, pertumbuhan sektor pertanian pasca krisis mencapai 4,62%, dan
berdasarkan neraca perdagangan, kinerja pertanian setiap tahunnya selalu
meningkat. Tercatat hingga 2007, pertanian mencapai nilai US$ 8,2 milyar1.
Melihat potensi yang demikian besarnya, berbagai program pembangunan
pertanian digalakkan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
Pembangunan di sektor pertanian masih dititik beratkan pada peningkatan
produksi dan produktivitas tanaman pangan. Berbagai program pembangunan
pertanian digalakkan melalui kegiatan penyuluhan pertanian (RKPP, 2008).
Namun, upaya pembangunan pertanian melalui peningkatan pemanfaatan potensi
alam dewasa ini telah menimbulkan masalah baru bagi kelestarian alam dan
struktur komposisi tanah (Sutanto, 2002). Inovasi pertanian organik menjadi salah
satu alternatif dalam menjawab kegagalan dari penerapan sistem pertanian
konvensional pada umumnya.
Upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia melalui peningkatan
pemanfaatan potensi alam dewasa ini telah menimbulkan masalah baru bagi
kelestarian alam dan struktur komposisi tanah (Sutanto, 2002). Hal ini didukung
dengan peningkatan jumlah penduduk sehingga turut mempengaruhi upaya
peningkatan produktivitas pertanian. Sektor pertanian menjadi tumpuan harapan
bagi keberlanjutan pembangunan ekonomi nasional terutama di pedesaan di masa
yang akan datang.
Perubahan iklim dan kebutuhan akan keberlanjutan energi yang menjadi
tantangan dalam produktivitas agrosistem dan persediaan bahan pangan. Oleh
sebab itu, pertanian organik menjadi sangat penting untuk menjamin generasi
yang akan datang dengan prinsip kesehatan, keadilan, lingkungan baik untuk
harmonisasi kehidupan yang menghargai keberadaan manusia dan bumi (IFOAM
2008).
1. Departemen Pertanian, 2008, Kinerja Pembangunan Sektor Pertanian,
DEPTAN, Jakarta
2. Dengan demikian, pertanian organik menjadi salah satu alternatif dalam
menjawab kegagalan dari penerapan sistem pertanian konvensional pada
umumnya.
Pertanian organik merupakan salah satu bagian dari pendekatan pertanian
berkelanjutan. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan sertifikasi,
larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan produktivitas tanah,
sehingga sangat aman bagi kesehatan sekaligus merupakan teknologi pertanian
yang ramah lingkungan (IFOAM, 2008). Selain itu, pertanian organik juga
bernilai tinggi secara ekonomi, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Mengacu pada hal tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Bogor sejak
November 2002 memfokuskan program peningkatan ketahanan pangan dan
pengembangan agribisnis melalui pembangunan budidaya pertanian organik, yang
merupakan kebijakan Pemkot Bogor berdasarkan Rencana Strategis (Renstra)
Dinas Pertanian setempat pada 2001-20052. Meskipun demikian, pertanian
organic belum dapat diterapkan sepenuhnya dalam aktivitas pertanian masyarakat.
Adapun upaya untuk menerapkan sistem pertanian organik agar dapat diterima
dan dapat membudaya dalam lingkungan dan aktivitas pertanian masyarakat pada
umumnya, sangat memerlukan upaya pemberdayaan dan partisipasi dari seluruh
elemen terutama komunitas tani yang merupakan aktor dalam melaksanakan
aktivitas pertanian. Namun, upaya untuk mewujudkan pemberdayaan dan
partisipasi tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Terdapat banyak faktor yang harus
diperhatikan, tidak hanya faktor internal dari masyarakatnya, tetapi juga faktor
eksternal masyarakat.
Selain itu, kesiapan institusi dalam mempersiapkan program juga
mempengaruhi upaya pemberdayaan tersebut seperti upaya penyadaran
masyarakat terhadapprogram meliputi proses inisiasi, dan sosialisasi hingga
aplikasi pelaksanaan program.
Pemberdayaan komunitas tani mutlak memerlukan perhatian dalam upaya
mewujudkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Namun, proses
pemberdayaan itu sendiri tidak terlepas dari faktor-faktor dari dalam dan luar
masyarakat itu sendiri. Selain itu, ancaman ketidakberlanjutan pertanian di
pedesaan saat ini sangat tinggi, seperti masalah kepemilikan dan penguasaan lahan
serta akses komunitas tani terhadap sumberdaya pertanian, masalah posisi tawar
petani yang rendah dan beragam masalah lingkungan akibat sistem pertanian
konvensional yang sulit dipulihkan. Untuk mengatasi hal demikian,
pemberdayaan komunitas tani dalam aktivitas pertanian organik menjadi upaya
yang sangat penting untuk dilaksanakan.
C. Permasalahan usaha tani dan solusinya
Aspek sosial dan ekonomi, yang berkaitan dengan kebijakan bagi petani
Solusi
Untuk mengatasi permasalahan diatas, perlu diperhatikan kembali faktor-
faktor yang dapat mendukung keberhasilan pengembangan dan pembanagunan
pertanian, terutama aspek sumberdaya , baik sumberdaya alam maupun
sumberdaya manusia (petani), dan aspek kelembagaan. Teroboson inovatif dalam
upaya mengembalikan kembali kesuburan tanah dan produktifitas harus
dilakukan. Pada saat ini ada harapan sebagai solusi terbaik bagi pertanian di
Indonesia dalam peningkatan hasil produksi yaitu melalui pola pertanian dengan
metoda SRI-Organik.
Pola pertanian padi SRI Organik (beras organik/organic rice) ini
merupakan gabungan antara metoda SRI (System of Rice Intensification) yang
pertamakali dikembangkan di Madagascar, dengan pertanian organik. Metode ini
dikembangkan dengan beberapa prinsip dasar diantaranya pemberian pupuk
organik, peningkatan pertumbuhan akar tanaman dengan pengaturan pola
penanaman padi yaitu dengan jarak yang renggang, penggunaan bibit tunggal
tanpa dilakukan perendaman lahan persawahan.
Pemilihan pengembangan pola tanam padi SRI Organik untuk
menghasilkan beras organik (organic rice) yang juga termasuk sebagai beras sehat
(healthy rice) berdasarkan pertimbangan beberapa hal berikut :
• Aspek lingkungan yang baik dengan tidak digunakannya pupuk dan pestisida
kimia, serta menggunakan sedikit air (tidak direndam) sehingga terjadi
penghematan dalam penggunaan air.
• Aspek kesehatan yang baik yaitu tidak tertinggalnya residu kimia dalam padi/beras
akibat dari pupuk/pestisida kimia juga terjaganya kesehatan para petani karena
terhindar dari menghirup uap racun dari pestisida kimia.
• Produktifitas yang tinggi sebagai hasil dari diterapkannya prinsip penanaman SRI.
Untuk lahan yang sudah mulai pulih kesuburan tanah dan ekosistem sawahnya,
hasil yang diperoleh bisa mencapai lebih dari 10 ton/hektar dimana dari benih
tunggal bisa menghasilkan sampai lebih dari 100 anakan (malai).
• Kualitas yang tinggi, beras organik (organic rice) yang juga merupakan beras sehat
(healthy rice) selain tidak mengandung residu kimia juga aman dikonsumsi oleh
para penderita diabet, penyakit jantung, hipertensi dan beberapa penyakit lainnya.
• Hemat penggunaan air. Kebutuhan air hanya 20-30% dari kebutuhan air untuk
cara konvensional, memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta
mewujudkan keseimbangan ekologi tanah, membentuk petani mandiri yang
mampu meneliti dan menjadi ahli di lahannya sendiri.
• Tidak tergantung pada pupuk dan pertisida kimia buatan pabrik yang semakin
mahal dan terkadang langka.
Hasil panen pada metode SRI pada musim pertama tidak jauh berbeda
dengan hasil sebelumnya (metode konvensional) dan terus meningkat pada musim
berikutnya sejalan dengan meningkatnya bahan organik dan kesehatan tanah.
Beras organik yang dihasilkan dari sistem tanam di musim pertama memiliki
harga yang sama dengan beras dari sistem tanam konvesional, harga ini
didasarkan atas dugaan bahwa beras tersebut belum tergolong organik, karena
pada lahan tersebut masih ada pupuk kimia yang tersisa dari musim
tanamsebelumnya. Dan untuk musim berikutnya dengan menggunakan metode
SRI secara berturut-turut,maka sampai musim ke 3 akan diperoleh beras organik
dan akan memiki harga yang lebih tinggi dari beras padi dari sistem konvensional.
Pada penanaman padi organik harus mengikuti standar ketat untuk
produksi dan pengolahan yang ditetapkan oleh badan sertifikasi, membuat dan
menyerahkan rencana tahunan yang memperlihatkan bahwa akan memenuhi
persyaratan produksi dan pengolahan dari badan sertifikasi, produk hanya dapat
disertifikasi “ organik” bila produk ditanam dilahan yang telah bebas dari zat zat
terlarang ( misalnya, pestisida dan pupuk kimia buatan)selama tiga tahun sebelum
disertifikasi.
Tantangan utama dari penanaman awal padi berkaitan dengan pengelolaan
hara dan pengendalian hama dan penyakit tanaman, karena tidak menggunakan
pupuk /pestisida dengan jumlah yang banyak sehingga petani harus lebih
telaten.Oleh karena itu, aspak sumberdaya manusia perlu diperhatikan dengan
diberikannya informasi- informasi serta teknologi yang menunjang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari paper ini adalah:
1. Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usahatani kecil karena mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat
Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang
rendah
Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten
Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya
2. Indonesia memulai revolusi hiau pada tahun 1970 dengan pengunaan bibit unggul
padi seperti IR, PB. Cisadane, Raja lele, dan lain-lain. Pada masa ini dalam
pembudidayaan tanaman masyarakat Indonesia banyak menggunakan bahan
kimia, seperti pupuk kimia dan pestisida kimia secara berlebihan dengan tujuan
agar hasil produksi tanaman meningkat. Namun setelah sekian lama banyak
ditemukan efek negatif dari penggunaan bahan-bahan kimia
3. Tujuan Sistem Pertanian Organik
Menghindarkan segala bentuk cemaran akibat dari penerapan teknik pertanian.
Meningkatkan usaha konservasi tanah dan air serta mengurangi masalah erosi
akibat dari pengolahan tanah yang intensif.