Anda di halaman 1dari 17

I.

PENDAHULUAN
Jeruk yang saat ini dikembangkan di Indonesia terdiri dari beberapa
jenis, yaitu jeruk manis dan sitrun yang berasal dari Asia Timur atau Cina; dan
jeruk nipis, jeruk purut dan jeruk bali (pamelo) dari Asia Tenggara. Jenis-jenis
jeruk sangatlah beragam karena beberapa jenis dapat saling bersilangan dan
menghasilkan hibrida antarjenis yang memiliki karakter khas berbeda dari
jenis tetuanya. Buah jeruk bermanfaat sebagai sumber vitamin C dan
wewangian parfum.
Nilai gizi sari buah jeruk lokal lebih baik dibandingkan jeruk impor
yang telah disimpan berbulan-bulan lamanya sebelum dikonsumsi oleh
pembelinya. Jeruk dapat dikembangkan di lahan subur maupun di areal sub
optimal seperti di lahan kering, rawa (pasang surut), dan sawah. Volume impor
buah Jeruk Mandarin atau Keprok Indonesia pada tahun 2011 sebanyak
182.342 ton atau senilai US$ 164,787,966. Jika diasumsikan produksi buah 50
kg/pohon, dengan populasi 400 pohon/ha, maka untuk mengurangi impor jeruk
diperlukan pengembangan tanaman Jeruk Mandarin atau Keprok seluas 9.117
ha di Indonesia. Pemerintah mencanangkan program pengembangan jeruk
berwarna kulit buah oranye seluas 10.000 ha pada tahun 2012–2016 di 18
Kabupaten/ Kota dari 10 provinsi. Kesuksesan program pengembangan jeruk
harus didukung oleh teknologi budidaya secara benar.
II. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BUDIDAYA
TANAMAN JERUK DI BALAI PENELITIAN TANAMAN JERUK
DAN BUAH SUBTROPIKA (BALITJESTRO)
A. PEMILIHAN LOKASI
a. Definisi
Pemilihan lokasi adalah penetapan lokasi usaha tani yang sesuai
dengan karakteristik komoditi untuk menghasilkan jeruk yang
bermutu optimal.
b. Tujuan
Mendapatkan lokasi yang sesuai untuk budidaya tanaman jeruk.
c. Alat dan Bahan
1. Data curah hujan
2. Alat pengukur pH
d. Pelaksanaan
1. Mencari data kesesuaian lahan untuk curah hujan tahunan,
struktur tanah, tekstur tanah, dan kemiringan lahan.
2. Mengukur pH tanah.
e. Hasil Kegiatan

Ketinggian 0-700-1000 mdpl.


tempat

Suhu 13–35°C (optimum 22–23°C).

Curah hujan 1.000–3.000 mm/th (optimum 1.500–2.500


mm/th). Bulan kering curah hujan kurang dari
60 mm/ bulan.
Tanah Ph 5–8 (optimum ±6); solum dalam (optimum
>1m), tidak ada lapisan kedap air; tekstur
berpasir hingga lempung berpasir, drainase
dan airasi baik

 Tinggi tempat.
Meskipun adaptasinya luas, beberapa kelompok jeruk
berproduksi optimal hanya jika ditanam di dataran rendah (400
m dpl) : pamelo, sebagian besar varietas Siam, keprok Tejakula
dan Madura. Sedangkan sebagian lain berproduksi optimal jika
ditanaman di dataran tinggi (700 m dpl): jenis keprok (Batu 55,
Tawangmangu, Pulung, Garut, Kacang, dll), jeruk manis
(Punten, Groveri dan WNO, dll.), jeruk Siam Madu.
 Iklim.
Tanaman jeruk menghendaki sinar matahari penuh (bebas
naungan), suhu 13 – 35°C (optimum 22 – 23°C), curah hujan
1.000 – 3.000 mm/th (optimum 1.500 – 2.500 mm/th), dan bulan
kering (< 60 mm) selama 2 – 6 bulan (optimum 3 – 4 bulan
berturut-turut).
 Tanah.
Lahan ideal yaitu memiliki lapisan tanah yang dalam, hingga
kedalaman 150 cm tidak ada lapisan kedap air, kedalaman air
tanah ± 75 cm, tekstur lempung berpasir, dan pH ± 6. Jika pH
tanah dibawah 5, unsur mikro dapat meracuni tanaman dan
sebaliknya tanaman akan kekurangan jika pH diatas 7.
B. PERSIAPAN BIBIT
a. Definisi
Menyiapkan bibit yang bermutu untuk menghasilkan buah yang
bermutu.
b. Tujuan
Untuk menjamin jenis bibit sesuai dengan yang direncanakan.
c. Alat dan Bahan
1. Tanaman jeruk
2. Pisau okulasi
3. Tali plastik
d. Pelaksanaan
1. Menyemai batang bawah sudah siap diokulasi jika sudah:
 Berumur 2,5–3 bulan sejak pindah tanam;
 Batang lurus dan berdiameter minimal 5 mm;
 Sehat dan pertumbuhannya subur.
2. Memangkas duri dan daun semai batang bawah pada ketinggian
±25 cm.
3. Mengokulasi dengan metode irisan kulit berkayu.
4. Mengikat dengan tali plastik yang telah disediakan dari bawah ke
atas.
5. Menjaga tanaman yang telah diokulasi agar tidak kekeringan.
6. Membuka tali okulasi pada hari ke-21.
7. Memangkas batang 1 cm di atas bidang okulasi
8. Membuang setiap tunas liar yang tumbuh pada batang bawah dan
hanya disisakan tunas okulasi saja
e. Hasil Kegiatan
Bibit yang siap tanam sebaiknya dipilih yang:
1. Segar (vigor) dan bebas penyakit;
2. Memiliki asal usul induk yang jelas memiliki kualitas buah yang
baik;
3. Sebaiknya hasil okulasi mata tempel dariBlok Penggandaan Mata
Tempel (BPMT) pada batang bawah di dalam polibag
4. Tinggi tanaman ±50-75 cm;
5. Pertumbuhan serta perakarannya normal.
Untuk penanaman bibit di lahan kering, pilih bibit yang sudah
diokulasi. Sedangkan di lahan basah berokulasi-cangkok atau okucang.
C. PENYIAPAN LAHAN
a. Definisi
Penyiapan lahan adalah rangkaian kegiatan mulai dari sanitasi lahan
dengan membersihkan bebatuan dan gulma sampai pemberian pupuk
dasar.
b. Tujuan
Menyiapkan lingkungan siap tanam yang sesuai bagi pertumbuhan
tanaman.
c. Alat dan Bahan beserta fungsinya
1. Cangkul : untuk membantu dalam meratakan tanah dan dari
bebatuan
2. Sabit/parang : untuk membersihkan semak/gulma yang tinggi-
tinggi
3. Roll meter : untuk mengukur jarak tanam dan luas bidang
4. Gambar/peta lahan : untuk menentukan lahan yang akan
digunakan budidaya
d. Pelaksanaan
1. Menentukan lahan siap tanam perlu dilihat kriteria lahan yang
baik, mulai dari segi fisik, kimia ataupun dari segi biologi lahan.
Namun yang terpenting dari segi fisik lahan, kriterinya seperti :
 Tanahnya dalam
 Tanahnya tidak kedap
 Tanah mudah ditembus oleh air
 Tekstur berpasir/lempung berpasir
 Ph 6-6,5
 Tanah subur
2. Membebaskan lahan dari batuan dan pohon besar.
3. Membuat teras untuk lahan miring.
4. Membuat lubang tanam untuk lahan kering (dalam = 0,75 m,
lebar atau panjang = 0,6 m). Jarak tanam 5 x 4 m2 (jeruk
keprok), 5 x 6 m2 (jeruk manis), dan 6 x 7 m2 (pamelo). Baris
tanam diatur sejajar arah timur – barat agar penyebaran sinar
matahari optimal.
5. Menutup lubang tanam dicampur pupuk kandang ± 20 kg/lubang
atau dibuat campuran 3 bagian tanah + 1 bagian pasir + 2 bagian
pupuk kandang jika tanahnya berat. Tambahkan 1 kg dolomite
jika pH tanah < 5,5.
6. Hasil Kegiatan
1. Lahan dibuat terasering
2. Lahan sudah dibuat lubang tanam
3. Sudah diberi pupuk dan siap tanam
D. PENANAMAN
a. Definisi
Penanaman adalah proses meletakkan bibit tanaman jeruk ke dalam
lubang tanam.
b. Tujuan
Memberikan ruang bagi pertumbuhan akar dan tanaman agar bibit
dapat tumbuh secara optimal.
c. Alat dan Bahan beserta fungsinya
1. Pisau/gunting sebagai alat untuk membuka polybag sebagai
tempat bibit.
2. Cangkul untuk membuat lubang tanam dan juga tukungan (
khusus lahan basah).
3. Tali/kenur untuk membuat jarak tanam.
4. Ember sebagai wadah untuk menyiram tanaman
d. Pelaksanaan
1. Menyiapkan bibit yang bagus, bebas dari penyakit.
2. Membuat lubang tanam minimal 60 cm x 60 cm x 60 cm
(tergantung jenis jeruk).
3. Kemudian membuka polybang dengan hati-hati agar tidak
melukai perakaran.
4. Memeriksa akar tanaman sebelum ditanam, gunting yang busuk
atau bengkok dan apabila akar tunggang bengkok melilit jangan
ditanam.
5. Meletakkan bibit di dasar lubang tanaman.
6. Menimbun bibit, dengan tanah bagian atas selanjutnya berlapis
ditimbun dengan tanah bagian bawah (jangan terlalu tinggi).
7. Selanjutnya memadatkan tanah bagian atas.
8. Kemudian lakukan penyiraman.
e. Hasil Kegiatan
Bibit sudah tertanam dengan prosedur yang sudah ditentukan.
E. PEMUPUKAN
a. Definisi
Pemberian unsur hara berupa pupuk organik dan an organik ke
tanaman.
b. Tujuan
Agar kebutuhan unsur hara tanaman jeruk terpenuhi dan tanaman
dapat tumbuh optimal.
c. Alat dan Bahan
1. Tugal
2. Sprayer
3. Cangkul
4. Pupuk makro (N, P, K, Ca)
5. Pupuk mikro (Mg, B)
6. Pupuk kandang
d. Pelaksanaan
1. Memupuk pupuk makro (N,P,K,Ca) dilakukan dengan cara
ditugal atau disebar secara melingkari tanaman pada bagian
bawah tajuk.
2. Memupuk pupuk mikro (Mg, B) dilakukan dengan cara
disemprotkan pada bagian daun dengan frekuensi 3 kali sebelum
dan sesudah berbunga.
3. Memberikan pupuk kandang dilakukan sekali dalam satu tahun
dengan cara seperti pada pemberian pupuk makro.
4. Memupuk dengan cara membuat parit kecil mengelilingi
tanaman dengan jarak sesuai tajuk tanaman.
5. Berikan pupuk kandang sekali setahun sebanyak 20 – 40 kg per
pohon untuk umur 1 – 4 tahun dan 40 – 60 kg untuk umur diatas
4 tahun. Pupuk mikro diberikan 2 – 3 kali saat pertunasan
dengan menyemprotkan senyawa atau pupuk daun yang
mengandung unsur seng, tembaga, mangan, dan besi.
6. Rekomendasi pemupukan

e. Hasil Kegiatan
Tanaman telah dilakukan pemupukan.
F. PENGAIRAN
a. Definisi
Kegiatan pemberian air sesuai kebutuhan tanaman.
b. Tujuan
Menyediakan air pada daerah perakaran tanaman dengan prinsip
tepat waktu, tepat jenis, tepat cara, dan tepat dosis.
c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penyiraman adalah selang atau pipa yang
dibenamkan dalam tanah atau dapat juga diletakkan dipermukaan.
Selang ini dipasang 2 buah dengan tinggi 30 cm dari permukaan
tanah utnuk satu tanaman.
d. Pelaksanaan
1. Penyiraman dilakukan tergantung pada kondisi tanaman apakah
sudah membutuhkan air atau belum.
Apabila kondisi ketersediaan air sebesar 50% maka interval yang
digunakan adalah 7 hari sekali (umur tanaman < 1 tahun), 14-21
hari sekali (umur tanaman 1-2 tahun), 21-30 hari sekali (umur
tanaman >2 tahun)Tanaman dewasa dilakukan stres air
(dibiarkan mengalami kekeringan) selama sekitar 2 bulan
kemudian diberikan pasokan air yang cukup. Stres air dilakukan
untuk memacu keluarnya bunga yang optimal. Pemberian air
tidak boleh melibihi kapasitas lapang, karena pemberian air yang
melebihi kapasitas lapang dapat menyebabkan busuk akar pada
tanaman.
2. Tanda-tanda kekurangan air dapat dilihat secara kasat mata yaitu
daun layu, dan apabila berkepanjangan baik daun, bunga maupun
buah akan rontok kemudian mati.
3. Tanaman yang masih kecil membutuhkan penyiraman lebih
dibandingkan tanaman yang sudah dewasa. Untuk tanaman
dewasa apabila dilakukan penyiraman terlalu sering maka akan
menghambat pembuahan.
e. Hasil Kegiatan
Tanaman jeruk terairi dengan cara membuat tanaman stres terlebih
dahulu untuk merangsang pembungaan dan sesuai dengan kebutuhan
makanan.
G. PEMANGKASAN TAJUK
a. Definisi
Kegiatan pemotongan dahan/rarting untuk membentuk tajuk,
merangsang pembungaan, dan memudahkan proses perawatan.
b. Tujuan
Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk membentuk struktur
percabangan yang diinginkan, meningkatkan kesehatan pohon dan
produktivitas serta mutu buah.
c. Alat dan Bahan
1. Gunting pangkas
2. Gergaji pangkas
3. Alkohol 70%
d. Pelaksanaan
1. Pemangkasan dilakukan setelah panen dengan tujuan
menyeimbangkan pertumbuhan vegetatif dan generatif.
2. Tajuk yang dipangkas:
 Tunas yang tumbuh di pangkal batang bawah karena akan
menggangu pertumbuhan batang utama
 Tunas air yang tumbuh cepat
 Ranting kering
 Ranting atau tunas yang terserang hama dan penyakit
3. Ranting yang pertumbuhannya mengarah ke dalam bagian
tanaman dilakukan pada tanaman yang sudah produktif yatu
pada umur > 3 tahun.
4. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam proses pemmangkasan
 Waktu pemangkasan harus diperhatikan agar tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman
 Alat yang digunakan harus bersih
 Pemangkasan harus tepat agar tidak membuang cabang
yang produktif
5. Alat pemangkasan sebelum digunakan harus dicelupkan ke
dalam alkohol 70%.
6. Memotong cabang atau ranting yang sakit, ranting kering, tunas
air, tunas yang tumbuh di pangkal batang baah serta ranting
yang pertumbuhannya mengarah kebagian dalam tanaman.
7. Menggunting bekas tangkai buah agar tunas bunga pada ranting
tumbuh.
8. Mengumpulkan ranting dan tunas bekas pangkasan pada satu
tempat kemudian dibakar supaya santiasi kebun dapat terjaga.
9. Alat dibersihkan dari kotoran dan dicelupkan kembali ke dalam
alkohol 70%.
e. Hasil Kegiatan
Tanaman sudah terpangkas sesuai prosedur.
H. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
a. Definisi
Pengendalian hama dan penyakit adalah tindakan perawatan
tanaman untuk mencegah kerugian dan menjaga kestabilan tanaman.
b. Tujuan
Mencegah kerugian pada budidaya serta memelihara proses
pertumbuhan.
c. Alat dan Bahan
1. Ember
2. Air
3. Serbuk belerang
4. Kapur CaCO
5. Sikat pastik
6. Kuas
7. Perangkap kuning
d. Pelaksanaan
Hama:
1. Thrips (Scirtothrips citri)
 Gejala: mengakibatkan helai daun muda menebal, kedua sisi
daun agak menggulung ke atas dan pertumbuhannya tidak
normal. Serangan pada buah meninggalkan bekas luka
berwarna coklat keabu-abuan yang disertai garis nekrotis di
sekeliling luka, tampak di permukaan kulit buah di sekeliling
tangkai atau melingkar pada sekeliling kulit buah.
 Fase kritis pada tunas muda dan bunga 5-10% terserang.
 Ambang pengendalian: 5-10 ekor/kelopak bunga.
 Pengendalian (Alfametrin/Abamektin 2 ml/l). Menjaga agar
lingkungan tajuk tanaman tidak terlalu rapat sehingga sinar
matahari bisa menerobos sampai ke bagian dalam tajuk. Hindari
penggunaan mulsa jerami yang dapat digunakan untuk tempat
bertelur.
2. Tungau Merah (P. citri Mcgregor),Tungau Karat (P. oleivora
Ashmead)
 Gejala awal menimbulkan warna buah keperakan (pada jenis
lemon dan grapefruit) atau coklat keperakan (pada jeruk jenis
lain). Pada fase selanjutnya buah yang terserang warnanya
berubah menjadi coklat sampai ungu kehitaman. Serangan lebih
parah di musim kering di mana kelembapan dalam tanaman
menurun.
 Fase kritis pada t\unas muda dan bunga 5-10% terserang.
 Ambang pengendalian: 10-20 ekor/daun.
 Pengendalian (Propagit, Dikofol, Dinobuton, Sipermetrin,
Karbosulfan, Permetrin, dan Piridabean 2 ml/l). Penyemprotan
dengan akarisida atau larutan yang mengandung Sulfur
sebanyak 2-3 kali pada tanaman menjelang berbunga efektif
dalam mengendalikan hama tungau.
 Untuk agen hayatinya yaitu Phytoseidoe, Hirsutella, Mimba.
Penyakit:
1. Embun Jelaga
 Gejala serangan pada daun, ranting, dan buah dilapisi oleh
lapisan berwarna hitam.
 Buah yang tertutup lapisan hitam biasanya ukurannya lebih
kecil dan terlambat masak.
 Pengendaliannya : Semprot dengan Bubur Kalifornia 7-10
cc/liter, semprot dengan detergen 2-3% dua kali dalam setahun,
dan penyemprotan air bertekanan tinggi secara rutin pada
bagian tanaman yang terserang dapat mengurangi populasi
jamur jelaga pada tanaman jeruk.
2. Penyakit Embun Tepung (Oidium tingitanium carter)
 Gejala serangan: adanya lapisan tepung putih pada bagian atas
daun yang menyebabkan daun mengering tapi tidak gugur.
 Fase kritis serangan adalah periode pertunasan dan daun muda
yang sedang tumbuh, buah muda yang terserang mudah gugur.
 Pengendaliannya : Semprot menjelang bertunas dan diulang saat
daun muda Siprokonozal, Propineb, Copper Hidrocide dan
Benomyl 1-2 cc. Senyawa merusak sel jamur embun tepung.
Serangan yang parah pada tunas muda disarankan untuk
dipangkas, kemudian dimasukkan kantong plastik untuk
mengurangi penyebaran di kebun

Salah satu cara mengendalikan hama dan penyakit adalah


menggunakan bubur kalifornia dan perangkap kuning. Berikut penjelasan
terkait bubur kalifornia dan perangkap kuning.

1. Bubur Kalifornia
Cara pembuatan bubur kalifornia sebagai berikut:
 Panaskan 10 liter air sampai mendidih, kemudian masukkan 1
kg serbuk belerang lalu diaduk sambil terus dipanaskan hingga
mendidih.
 Larutkan 1 kg kapur (CaCO ) dalam 1 liter air, tunggu sampai
mengendap. Buang air yang jernihnya. Lalu masukkan endapan
kapur tersebut sedikit-sedikit ke larutan belerang yang mendidih
sambil terus diaduk dan dipanaskan hingga mendidih.
 Dinginkan larutan, hingga menjadi 2 campuran yang berwarna
kuning dan merah.
Cara aplikasi pengolesan bubur kalifornia sebagai berikut :
 Batang dan ranting sebelum dilabur dibersihkan dengan sikat
plastik/ijuk.
 Larutan bubur kalifornia setelah diaduk rata kemudian
dilaburkan pada batang dan ranting.
 Pelaburan dilakukan pada awal dan akhir musim hujan.
2. Perangkap kuning
Dalam pengendalian hama tanaman jeruk juga
menggunakan perangkap kuning yang diletakkan pada pagar-pagar
terluar lahan. Perangkap kuning ini menggunakan metil eugenol
yang di oleskan pada alat untuk menarik lalat jantan serta di cat
warna kuning untuk menarik serangga. Serangga khususnya hama
daun lebih suka daun yang masih muda. Bagi hama daun warna
kuning terlihat seperti kumpulan daun-daun muda. Warna kuning
juga bagi serangga menandakan buah-buahan itu telah masak. Maka
dari itu, warna kuning sangat efektif untuk menarik serangga dengan
cepat.
e. Hasil Kegiatan
Tanaman dilakukan pengendalian menggunakan pelaburan dan
perangkap hama.
I. PENJARANGAN CALON BUAH
a. Definisi
Kegiatan mengurangi calon buah dalam satu tangkai buah.
b. Tujuan
Penjarangan buah dilakukan untuk menghasilkan buah yang memiliki
ukuran yang besar dan seragam.
c. Alat dan Bahan
Gunting pangkas
d. Pelaksanaan
Penjarangan perlu dilakukan karena Jika dalam satu ranting
tanaman jeruk terdapat banyak buah menyebabkan buah pada
tanaman jeruk tersebut sulit untuk besar dan menghambat proses
pertumbuhan buah. Waktu penjarangan disesuaikan dengan varietas
jeruknya. Pada umumnya penjarangan dilakukan saat buah jeruk
sudah berdiameter sekitar 2 cm. Penjarangan buah dilakukan dengan
memelihara 2-3 buah per pucuk cabang atau tandan dengan
menggunakan gunting pangkas. Kriteria buah yang dibuang: cacat,
terserang hama penyakit, dan ukurannya paling kecil.

Cara melakukan penjarangan yaitu sebagai berikut:


a. Memilih buah jeruk yang sudah sebesar kelereng diameter
kurang lebih 2 cm.
b. Memilih ranting tanaman jeruk yang terdapat lebih dari 2 buah
jeruk .
c. Memilih buah jeruk yang kecil dibanding jeruk lainnya dalam
satu ranting lalu dibuang, buah jeruk yang sehat dan bebas hama
dan penyakit.
d. Mengunting atau memutar buah jeruk perlahan.
e. Hasil Kegiatan
Dalam 1 tangkai tersisa 2 buah jeruk.
J. SANITASI KEBUN
a. Definisi
Kegiatan membersihkan lingkungan kebun.
b. Tujuan
Sanitasi kebun yang dilakukan pada saat tanaman masih
kecil bertujuan untuk menghindari kompetisi dalam peyerapan
cahaya/ sinar matahari. Sanitasi kebun yang dilakukan saat tanaman
sudah dewasa bertujuan untuk menghindari kompetisi dalam
pengambilan unsur hara dan mineral dari dalam tanah.
c. Alat dan Bahan
Cangkul
d. Pelaksanaan
1. Sanitasi kebun dilakukan ketika terjadi kompetisi antara gulma
dan tanaman jeruk pada lahan budidaya.
2. Sanitasi kebun dilakukan dengan membersihkan gulma di
sekeliling tanaman.
e. Hasil Kegiatan
Lahan menjadi bersih.
K. PANEN
a. Definisi
Kegiatan pengambilan buah dari pohon berdasarkan tingkat
kemasakan buah.
b. Tujuan
Mendapatkan buah yang masak sesuai permintaan pasar.
c. Alat dan Bahan
Gunting panen
d. Pelaksanaan
1. Umur panen buah jeruk bermacam-macam tergantung
varietasnya. Misalnya umur panen jeruk siem berkisar ± 3 bulan,
sedangkan umur panen jeruk keprok ± 9 bulan.
2. Pemanenan dilakukan pada saat buah jeruk masak fisiologis
yaitu ditandai dengan mulai keluarnya warna kuning (baik itu
masih semburat).
3. Siapkan alat yang dibutuhkan dalam pemanenan yaitu gunting
panen.
4. Cara pemotongannya adalah dipotong dengan tangkainya.
Pemotongan pada tangkai dengan bentuk yang tidak runcing,
agar tidak melukai jeruk yang lainnya.
5. Atau juga bisa dengan memutar tangkai jeruk dengan tangan
pelan-pelan sampai putus..
e. Hasil Kegiatan
Jeruk dipanen sesuai pada umurrnya.
L. PASCA PANEN
a. Definisi
Tindakan yang dilakukan setelah panen mulai dari membersihkan
hasil panen hingga proses pengiriman.
b. Tujuan
Mengurangi resiko penurunan mutu buah.
c. Alat dan Bahan
1. Pisau/gunting
2. Kardus kemasan
d. Pelaksanaan
Balitjestro untuk pemasaran hasil buah jeruk cukup
mengadakan Wisata Petik buah. Bisa dikatakan dalam prakteknya
minim pasca panen karena jeruk langsung dipanen oleh konsumen
atau wisatawan yang datang pada saat Wisata Petik buah tersebut.
Pasca panen buah jeruk dilakukan tergantung dijual dalam bentuk
apa. Secara garis besar apabila dijual dalam bentuk segar,
1. Buah harus dalam kondisi kering,
2. Tangkai buah tidak runcing dan tidak mepet dengan buah
3. Terdapat kegiatan Grading atau pengkelasan buah sesuai dengan
berat jeruk. Grading atau pengkelasan ini terdapat kriteria-
kriteria setiap kelasnya sesuai dengan varietas jeruk yang
dibudidayakan.
4. Packing dilakukan sesuai dengan pasar atau konsumen yang
dituju. Packing dengan menggunakan kardus yang sudah ada
sekat-sekat biasanya untuk pemesanan supermarket atau
konsumen luar kota yang mengharapkan jeruk dipacking dengan
baik. Sedangkan untuk pasar tradisional dan jaraknya relatif
dekat, biasanya hanya menggunakan keranjang buah.
e. Hasil Kegiatan
Buah jeruk sudah di packing.
M. PENCATATAN
Balitjestro sendiri melakukan pengkodean terhadap tanaman
yang dibudidayakan sebagai bahan penelitian. Pengkodean dilakukan
menggunakan penomoran terhadap tanaman.
N. SUMBER SOP
Balai Penelitian Jeruk dan Buah Sub Tropika menggunakan
SOP sesuai dengan hasil penelitian-penelitian yang dilakukan.
III. PENUTUP
Standar Operasional Prosedur (SOP) jeruk di Balitjestro ini
mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan sehingga sesuai dengan
kondisi yang ada di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai