Anda di halaman 1dari 17

1

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Salah satu rempah-rempah yang cukup terkenal adalah Buah Pala. Tanaman Pala
ini termasuk tanaman asli dari Indonesia. Meski tanaman ini asli Indonesia namun belum
tentu anda pernah melihatnya. Salah satu oleh-oleh yang cukup terkenal adalah manisan
pala yang rasanya semriwing itu. Nama ilmiah dari pala adalah Myristica Fragan dan
tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman pala menyebar ke Sulawesi, Jawa.
Kisah persebaran buah pala juga terkait dengan perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang
melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295 pembudidayaan tanaman pala terus
meluas sampai Sumatera dan daerah lain.
Jenis pala yang banyak diusahakan masyarakat kita adalah Myristica fragrans,
sebab jenis pala ini mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi daripada jenis lainnya.
Tanaman Pala banyak biasa dipelihara sebagai tanaman pengisi kebun campuran dan
belum banyak dipelihara secara intensif.
Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang
tinggi tanpa adanya periode (masa) kering yang nyata. Di daerah yang tropis seperti
Indonesia, tanaman pala dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh. Misalnya,
di Pulau Banda tanaman pala tumbuh pada ketinggian 500 m dari permukaan laut(dpl).
Namun, tanaman pala di daerah yang ketinggian tempatnya di atas 700 m dpl, dinilai
tidak produktif.
Secara umum tanaman pala tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah
dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl., dengan suhu udara optimum berkisar
antara 20C-30C, kelembapan antara 50%-80%, curah hujan antara 2.000 mm -3.500
mm/tahun, dan tempatnya terbuka (mendapat cukup sinar matahari). Jumlah curah hujan
yang baik bagi pertumbuhan dan produksi tanaman pala belum diketahui dengan pasti,
tetapi dari pengalaman menunjukkan bahwa curah hujan 2.175 mm-3.550 mm/tahun
merupakan curah hujan yang baik bagi pertumbuhan tanaman pala. Makin tinggi curah
hujan makin tinggi pula produksi yang dihasilkan.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana teknis budidaya tanaman pala?
2. Bagaimana penanganan proses pasca panen tanaman pala?
3. Apa saja standar mutu biji dan fuli pala?



2

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui teknis tentang budidaya tanaman pala secara baik dan benar.
2. Megetahui cara penanganan proses pasca panen tanaman pala secara baik dan
benar untuk meningkatkan nilai tambah hasil pala.
3. Mengetahui standar mutu biji dan fuli pala.

1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup teknis budidaya tanaman pala dan komoditas serta Penanganan
pasca panen meliputi :
1. Teknis budidaya yang terdiri dari penyiapan lahan, penyiapan bibit,
penanaman, pemeliharaan dan pengendalian hama dan penyakit
2. Penanganan pasca panen yan terdiri dari proses: pemisahan daging buah, biji
dan fuli, pengeringan biji pala, sortasi biji pala, pengeringan fuli, sortasi fuli,
penyimpanan, dan pengemasan.
3. Standar mutu biji pala dan fuli pala













3

II. Pembahasan

2.1 Teknis Budiaya Tanaman Pala
Teknis budiaya tanaman merupakan suatu proses penyesuaian kondisi lingkungan
agar sesuai dengan syarat tumbuh dan kebutuhan tanaman sehingga nantinya tanaman
dapat tumbuh, berkembang, dan memberikan hasil yang optimal. Berikut adalah
beberapa aspek budiaya tanaman pala yang harus diperhatikan agar nantinya pala yang
dihasilkan mampu memberikan hasil yang optimal baik dari segi kualitas ataupun
kuantitasnya.
Kegiatan pokok dalam teknik budidaya tanaman pala meliputi aktivitas-aktivitas
sebagai berikut.
1. Penyiapan Lahan
penyiapan lahan untuk menanam tanaman pala sebaiknya dilakukan pada musim
kemarau atau minimal satu bulan sebelum tanam. Tahap-tahap penyiapan lahan meliputi
berikut ini.
a. Pembukaan Lahan
Pekerjaan membuka lahan diawali dengan pembabatan semak belukar dan
penebangan pohon-pohon, kemudian semua pohon-pohon tersebut dikumpulkan di suatu
tempat agar mudah di . manfaatkan untuk kebutuhan kayu bakar.
b. Pengolahan tanah
Lahan yang sudah bersih dari pepohonan dapat segera dicangkul sedalam 30 cm
hingga gembur sambil tanahnya dibalikkan. Pengolahan tanah bertujuan menggemburkan
tanah, menyingkirkan akar dan sisa-sisa tanaman, serta menciptakan areal yang aerasi
dan drainasenya baik. Pengolahan tanah pada lahan yang miring harus dilakukan menurut
arah melintang lereng (contour) agar terbentuk alur yang dapatr menghambat aliran
permukaan dan menghindari terjadinya erosi.
c. Pembuatan lubang tanam
Tata cara membuat lubang tanam meliputi langkah-langkah kerja sebagai berikut:
1. Tetapkan tempat lubang tanam yang pertama sejauh setengah jarak tanam dari
pinggir atau batas kebun, yaitu jarak 4,5 m-5,0 m apabila digunakan jarak tanam 9
m x 9 m atau 10 m x 9 m
2. Pasang ajir dari bilah bamboo sebagai ciri tempat lubang tanam dengan jarak antar
ajir 3 m x 3 m
4

3. Buat lubang berbentuk segi empat ukuran 60 cm x 60 cm atau 1m x 1m, tergantung
kesuburan tanah
4. Galilah tanah dalam lubang tersebut sedalam 30 cm, kemudian tanah galiannya di
angkat ke bagian kiri lubang yang terkena sinar matahari pagi.
5. Perdalam lubang tadi menjadi 60 cm, hingga ukurannya menjadi 60 cm x 60 cm
atau 1 m x 1 m x 0,6 m. Tanah galiannya diangkat ke bagian kanan lubang atau
tempat yang terkena sinar matahari siang atau sore.
6. Keringkan lubang tanam minimal 15 hari agar gas-gas beracun dalam tanah
menguap.
7. Masukkan kembali lapisan tanah yang berasal dari dasar lubang ke tempat semula.
8. Lapisan tanah atas dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 20 kg-40 kg,
kemudian masukkan ke dalam lubang tanam.

2. Penyiapan Bibit
Bibit tanaman pala yang siap ditanam adalah bibit yang telah berumur lebih dari
satu tahun dan tidak lebih dari dua tahun. Jika umur bibit melebihi dari ketentuan tersebut
karena terlalu lama di tempat pembibitan, maka pertumbuhannya akan terhambat dan
akarnya berlipat-lipat.
Pedoman menetukan jumlah bibit per satuan luas lahan digunakan pendekatan
rumus sebagai berikut:
Jumlah bibit yang dibutuhkan = Luas lahan(m): jarak tanam x 1 batang bibit.
Lahan seluas 1 hektar dengan jarak tanam 9 m x 9 m dan lahan yang efektif
ditanami 90%, dibutuhkan bibit tanaman pala sebanyak kurang lebih 111 batang bibit
tanaman pala. Sebulan sebelum tanam sebaiknya bibit diadaptasikan dulu di lokasi dekat
kebun.

3. Penanaman
Waktu tanam yang paling baik adalah pada musim hujan untuk menjamin
tersedianya sumber air yang sangat dibutuhkan pada fase awal pertumbuhan bibit
tanaman pala. Bibit dipindahkan dari pesemaian dengan system putaran.Bibit putaran
dibungkus dengan gedebok pisang atau pembungkus lainnya yang dapat merembeskan
air. Namun, bibit dalam polibag dapat langsung ditanam pada lubang tanam yang
tersedia.
5

Pengaturan jarak tanam sangat penting karena tanpa mengatur jarak tanam yang
tepat, maka tanaman tidak dapat berproduksi secara maksimal. Jarak tanam pada tanah
datar adalah 9 m x 10 m, sedangkan pada tanah bergelombang(bukit) 9 m x 9 m.
Tata cara menanam bibit tanaman meliputi langkah-langkah kerja sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan bahan yang terdiri atas bibit tanaman pala dalam polibag,
cangkul, gembor (embrat), dan sarana penunjang lainnya.
2. Galilah tanah seukuran daun cangkul pada lubang tanam yang telah disiapkan
jauh sebelumnya
3. Siramlah medium tanam pada polibag yang berisi bibit tanaman pala dengan air
bersih hingga cukup basah atau lembap.
4. Keluarkan bibit bersama medium tanamnya dari polibag secara hati-hati agar
tidak merusak akar.
5. Bibit tersebut segera ditanam tepat di tengah-tengah lubang tanam dengan posisi
tegak
6. Tanah di sekitar pangkal batang bibit tanaman pala dipadatkan pelan-pelan agar
akar tanaman langsung kontak lansung dengan air tanah.
7. Tanah di sekeliling bibit tanaman pala disiram hingga cukup basah atau lembab.
8. Pasanglah kayu atau bilah bamboo penyangga di sisi kiri dan kanan batang
tanaman tersebut.
9. Seusai menanam dilakukan penyiraman hingga tanah di sekitar pangkal batang
dan akar cukup basah

4. Pemeliharaan tanaman pala
Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman pala meliputi aktivitas-aktivitas sebagai
berikut:
a. Penyulaman
Pada periode sejak bibit pala ditanam sampai berumur 1 bulan perlu diperhatikan
pengamatan tanaman secara teliti Bibit tanaman yang mati atau tumbuhnya abnormal
segera disulam atau diganti dengan bibit baru.
Cara menyulam adalah mula-mula bibit tanaman yang lama dibongkar, kemudian
bibit yang baru dikeluarkan dari polibag bersama akar dan mediumnya. Bibit tersebut
ditanam di tengah-tengah lubang tanam secara tegak dan tanah di sekitar pangkal batang
di padatkan pelan-pelan. Setelah selesai menyulam segera siram air seperlunya.
6


b. Pengairan
Tanaman pala membutuhkan cukup air, karena apabila kekurangan air pada fase
vegetatif akan menghambat pertumbuhan tunas dan akar. Sedangkan kekurangan air pada
fase generative mengakibatkan kerontokan bunga atau buah, sehingga menurunkan
produksi dan mutu buah, sehingga menurunkan produksi dan mutu buah.
Persediaan air dan pengairan harus cukup, terutama selama musim kering
(kemarau). Sumber air dapat berasal dari sungai, kolam, waduk, serta sumur pantek. Pada
tanaman pala yang baru ditanam, pengairan dapat dilakukan 1-2 kali sehari, terutama jika
tidak hujan. Pada tanaman pala yang dewasa, pengairan dapat disesuaikan dengan
keadaan tanah
Cara mengairi dapat dilakukan dengan system jaringan pipa PVC atau pipa
ledeng yang ditanam dalam tanah dan peralatan pompamuntuk mengatur distribusi air.
Pemberian air bisa dikontrol hanya pada saat dibutuhkan dan dalam jumlah tertentu.
Pengairan dapat pula dengan system percikan (springkler) atau tetesan yang
digerakakkan mesin agar air yang disalurkan dapat memancar rata membasahi bidang
lahan yang diinginkan.
c. Penyiangan
Sebulan setelah tanam biasanya lahan kebun tanaman pala ditumbuhi dengan
rumput-rumput liar (gulma). Gulma tersebut perlu disiangi karena gulma akan menjadi
pesaing bagi tanaman pala dalam hal kebutuhan unsure hara, air, dan sinar matahari,
bahkan gulma kadang-kadang menjadi sarang hama atau penyakit. Penyiangan
selanjutnya dilakukan secara teratur, yaitu setiap 3 bulan atau pada saat rumput telah
tumbuh kembali.
Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang terdapat di bawah tajuk
tanaman, sekitar 30 cm-50 cm dari pangkal batang. Sambil menyiangi dilakukan
penggemburan tanah secara hati-hati, kemudian tanahnya ditimbunkan dekat pangkal
batang atau perakaran yang muncul ke permukaan tanah.
d. Pohon Pelindung
Tanaman muda umumnya tidaktahan terhadap panas matahari. Oleh karena itu
untuk menghindari kerusakan tanaman perlu disiapkan pohon pelindung yang cukup.
Setelah tanaman berumur 4 tahun, pohon pelindung dapat diperjarang.
e. Pemupukan
Untuk menjamin tanaman pala tumbuh dengan baik dan terus menerus
berproduksi tinggi, pemupukan perlu dilakukan. Pupuk yang diberikan dapat berupa
pupuk organic (pupuk kandang, kompos) dan pupuk buatan (urea,TSP, dan KCL). Pupuk
organic sangat baik untuk menjaga keremehan tanah serta kesuburannya. Syarat
7

pentingpupuk organikadalah unsur N harus terdapat dalam persenyawaan organik agar
mudah diserap tanaman dan pupuk tidak meninggalkan sisa asam organik di dalam tanah.
Pupuk anorganik yang paling dibutuhkan adalah Nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K),
serta unsure-unsur hara makro atau mikro seperti Zn, Cu, Mn, dan lain-lain. Dosis pupuk
yang diberikan terdiri atas 1 kg Urea + 1,1 kg TSP + 1,2 kg KCL per pohon. Pupuk
diberikan 2 kali dalam setahun, yaitu pada awal musim hujan dan pada akhir musim
hujan dengan menyesuaikan kandungan unsure dari pupuk yang digunakan. Pupuk
kandang dapat diberikan asal telah masak sehingga kontaminasi antara tanaman dengan
zat yang berbahaya dapat dihindari
Sumber pupuk organik dan kandungan mineralnya setiap jenis pupuk tersebut.Sebelum
dipupuk, sekeliling tanaman dibersihkan dahulu kemudian dibuat parit melingkari
tanaman selebar kanopi sedalam 2-10 cm. pupuk ditaburkan di dalamnya dan kemudian
dapat ditutup kembali.
f. Penanaman tanaman sela
Pada fase vegetatif, yaitu sejak bibit pala ditanam sampai tanaman mulai belajar
berbuah, maka di antara tanaman-tanaman pala tersebut masih longgar. Lahan tersebut di
olah dengan baik dan dibuat bedengan-bedengan untuk ditanami tanaman sela, misalnya
menanam kacang-kacangan atau sayuran.
Setelah tanaman pala mulai belajar berbuah, tanamana sela dapat diganti dengan
tanaman penutup tanah atau rumput. Penutup tanah berguna untuk menjaga kelembapan
tanah, memperbaiki struktur tanah, menekan pertumbuhan gulma, dan mencegah erosi
lahan disekitar tanaman.
g. Peremajaan
Peremajaan pada tanaman pala ada beberapa metode, antara lain:
1. Metode New Clearing
Menebang seluruh pohon yang telah tua dan menggantinya dengan tanaman pala
yang masih muda
2. Metode Gradual Thinning
Metode penanaman sisipan, yakni menanan tanaman pala muda diantara pohon-
pohon pala yang sudah tua. Penyisipan dilakukan secara bertahap. Penebangan tanaman
pala yang sudah tua dilakukan setelah tanaman muda berumur 1-3 tahun. Penebangan
tanaman pala ini juga dilakukan bertahap
3. Metode No Thinning
Pada metode ini, tanaman muda ditanam dengan menyisipkan diantara pohon pala
tua. Penebangan pohon tua dilakukan setelah tanaman muda berproduksi.
8

5. Pengendalian Hama dan Penyakit
a. Hama
Hama utama yang sering menyerang tanaman pala adalah sebagai berikut:
1. Penggerek batang (Batocera spp)
Serangan hama penggerek batang menimbulkan gejala terdapat gerekan pada
batang dengan diameter -2 cm, dan dalam lubang gerekan tadi terdapat serbuk kayu.
Akibat serangan hama ini dalam waktu yang lama dapat mematikan tanaman.
Pengendalian hama penggerek batang dapat dilakukan dengan cara menutup
lubang gerekan dengan kayu, menginjeksi racun sehingga sistemik ke dalam batang,
membuat lekukan pada lubang gerekan dan membunuh hamanya.
2. Rayap
Serangan rayap banyak dijumpai pada kebun-kebun yang kurang bersih dari
semak dan tunggul-tunggul pohon. Rayap biasanya menyerang bagian bawah tanaman,
dimulai dari akar dan pangkal batang hingga bagian dalam batang, sehingga seluruh
bagian batang terserang.
Tanda khusus serangan rayap adalah terjadinya bercak hitam pada permukaan
batang. Apabila bercah hitam dikupas, maka kelihatan sarang serta saluran yang dibuat
oleh rayap di dalamnya. Akhirnya batang tanaman yang terserang berat akan mati.
Pengendalian rayap dapat dilakukan dengan cara menyemprot larutan insektisida
dua kali dalam setahun. Penyemprotan ditujukan pada tanah dan sekitar batang untuk
mencegah naiknya rayap ke bagian batang sebelah atas.
3. Kumbang (areoceum foriculatus)
Hama Ini menyerang biji pala yang telah jatuh. Imago menggerek biji, kemudian
meletakkan telur di dalamnya. Dalam biji tersebut, telur akan berkembang menjadi lundi
yang dapat menggerek biji pala secara keseluruhan.
Pengendalian hama kumbang dapat dilakukan dengan cara memetik buah pala
yang terserang, kemudian buah atau biji pala tersebut segera dikeringkan.

b. Penyakit pada tanaman pala
Penyakit utama yang sering merugikan tanaman pala diantaranya adalah sebagai
berikut.


9

1. Busuk buah kering
Penyebab penyakit busuk buah kering adalah cendawan (jamur) Siigmina
myristicae (Stein) Mand. Sum Et Rifai. Gejala serangan yang dapat diamati secara visual
adalah pada buah yang terinfeksi mula-mula terdapat bercak-bercak kecil bulat bergaris
tengah kurang lebih 0,3 cm, berwarna cokelat atau mengendap (cekung).
Bercak tersebut akan terus meluas mencapai kurang lebih 2,5 cm. Pada
permukaan bercak, jamur akan membentuk massa berwarna hitam kehijauan. Akhirnya
bercak akan mengering daan menjadi keras sehingga buah pecah dan gugur.
Pengendalian penyakit busuk buah kering dapat dilakukan dengan cara
mengurangi kelembapan dengan mengadakan pembabatam gulma dan sanitasi kebun,
membakar sisa-sisa tanaman yang sakit, dan penyemprotan fungisida Dithame M-45
konsentrasi 0,2 %.
2. Busuk buah basah
Penyebab penyakit busuk buah basah adalahcendawan (jamur) Colletotrichum
gloeosporioides Penz. Gejala serangan yang dapat diamati adalah paha pangkal buah
yang terinfeksi terdapat bercak-bercak berwarna cokelat. Perkembangan bercak cepat
sekali, sehingga dalam beberapa hari garis tengahnya mencapai 2,5 cm . Bagian dalam
daging buah menjadi rusak, lunak, dan berair kebasah basahan. Buah yang sakit menjadi
mudah gugur dan berwarna cokelat seperti habis direbus.
Pengendalian penyakit busuk buah basah dapat di lakukan dengan cara menjaga
kebersihan (sanitasi) kebun, memangkas buah yang terserang berat, dan menyemprot
tanaman dengan fungisida selama musim hujan antara lain dengan Dithane M-45
konsentrasi 0,2%.
3. Busuk buah dan gugur daun
Penyebab penyakit busuk buah dan gugur daun adalah cendawan (jamur)
phythopthora palmivora (Butl) Butl. Gejala serangan penyakit ini adalah terdapat bercak-
bercak kecil berwarna kehitaman pada buah yang masih muda. Bercak tersebut terus
meluas, sehingga akhirnya buah menjadi pecah, dan fuli berwarna putih tampak dari luar,
hingga akhirnya buah busuk.
Serangan pada buah pala yang masak menyebabkan kulit buah bebercak-bercak
berwarna kuning sampai cokelat tua kehitaman. Daun dan pangkal daun yang terinfeksi
menjadi berwarna cokelat tua kehitaman, daun rontok, dan akhirnya pohon menjadi
gundul.
Pengendalian penyakit busuk buah dan gugur daun dapat dilakukan dengan cara
mengatur jarak tanam yang lebar (jarang), pemangkasan bagian tanaman yang sakit, dan
sanitsi kebun.

10

4. Terbelah putih
Penyebab penyakit terbelah putih adalah cendawan (jamur) Coreneum sp. Gejala
serangannya adalah terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecokelatan pada bagian
luar daging buah yang berumur antara 5-8 bulan. Beecak tersebut bertambah besar dan
berubah menjadi hitam. Daging buah yang terinfeksi menjadi hitam. Daging buah yang
terinfeksi menjadi terbelah dan kemudian buah akan jatuh sebelum tua.
Pengendalian penyakit terbelah putih dapat dilakukan dengan cara membuat
saluran pembuangan air (drainase) yang baik, pengasapan belerang di bawah pohon
dengan dosis 100 gram belerang/pohon, membuang buah-buah yang terserang, dan
penyemprotan fungisida.

5. Pecah buah mentah
Penyakit pecah buah mentah disebut penyakit fisiologis yang disebabkan oleh
beberapa factor, di antaranya umur pohon telah tua, penyerbukan dan pembuahan yang
menyimpang, sifat-sifat keturunan, jarak tanam rapat, dan kondisi kebun tidak
terpelihara. Serangan penyakit fisiologis biasanya terjadi pada buah yang berumur 4-6
bulan.
Gejala serangan yang dapat diamati adalah buah pecah, sehingga biji dan fuli
yang masih berwarna putih kemerahan sampai merah muda terlihat dari luar.
Pengendalian penyakit fisiologis dapat dilakukan dengan cara memelihara tanaman
secara intensif, terutama pemupukan dan sanitasi kebun.

6. Penyakit lainnya
Penyakit lain yang sering ditemukan adalah kanker batang dan rumah laba-laba.
Penyakit kanker batang menyerang batang, cabang,dan ranting, sehingga membengkak.
Sedangkan penyakit rumah laba-laba menyerang cabang, ranting, dan daun, yang
menimbulkan gejala daun mongering, kemudian diikuti oleh ranting serta cabang.
Pengendalian kedua jenis penyakit ini dapat dilakukan dengan cara
membersihkan kebun dari semak belukar, memangkas bagian yang terserang dan
kemudian membakarnya.




11

2.2 Penanganan Pascapanen tanaman pala
1. Panen
Tanaman ini mulai berbuah saat umur 7 tahun dan berproduksi maksimal pada
umur 25 tahun. Pohon pala dapat terus berproduksi sampai umur 60-70 tahun. Dalam
satu tahun, apat dilakukan 2 kali pemetikaan. Buah dipanen setelah cukup masak, yaitu
sekitar 6-7 bulan sejak mulai berbunga.
Tanda-tanda buah pala yang sudah masak adalah sebagian buah mulai merekah
dan terlihat biji yang diselaputi fuli. Pemetikan buah pala dilakukan dengan galah
bamboo yang diberi keranjang. Dapat pula dilakukan dengan memanjat pohon dan
memilih buah pala yang sudah benar-benar masak.

2. Pascapanen pala
Buah pala terdiri dari 83,3% daging buah, 3,22% fuli, 3,94% tempurung biji, dan
9,54% daging. Penanganan pascapanen untuk bagian daging buah, biji dan fuli dilakukan
secara terpisah karena membutuhkan kondisi yang berbeda. Proses tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Pemisahan Daging Buah, Biji, dan Fuli
Setelah buah pala masak dikumpulkan, buah dibelah dan antara daging
buah, fuli dan bijinya dipisahkan. Setiap bagian buah pala tersebut ditempatkan pada
wadah yang bersih dan kering.Pelepasan fuli dari bijinya dilakukan dengan hati-
hati, dari ujung kearah pangkal, agar diperoleh fuli yang utuh yang diklasifikasikan
sebagai mutu yang tinggi.
Biji yang terkumpul dipilah pilah menjadi 3 jenis, yaitu:
a. yang gemuk dan utuh;
b. yang kurus atau keriput; dan
c. yang cacat.

2. Pengeringan Biji Pala
Proses pengeringan biji pala dilakukan secara
bertahap yaitu :
a. Pengeringan awal
Pengeringan awal adalah pengeringan terhadap biji pala yang masih memiliki
tempurung/ cangkang biji. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara dijemur dibawah
sinar matahari atau menggunakan alat pengering berupa para-para, dan alat pengering
12

mekanis. Pengeringan harus dilakukan secara bertahap dan perlahan-lahan. proses
pengeringan tidak dianjurkan untuk dilakukan pada saat matahari terik. Pengeringan
dengan cara pengasapan dan alat pengering lain perlu memperhatikan suhunya supaya
tidak lebih dari 45 C, karena akan diperoleh bijipala dengan mutu yang rendah yang
disebabkan oleh mencairnya kandungan lemak, biji menjadi keriput, rapuh dan aromanya
akan berkurang Pengeringan biji dapat berlangsung sekitar 9 hari tergantung dari cuaca
sekitarnya. Biji pala yang telah kering ditandai dengan terlepasnya bagian kulit biji
(cangkang) dengan kadar air sekitar 8-10 %.

b. Pengupasan tempurung/cangkang Biji
Biji-biji yang sudah kering kemudian dipecah untuk memisahkan
tempurung/cangkang dari biji dengan daging biji. Pemecahan biji dapat dilakukan secara
manual dengan cara memecah biji menggunakan pemukul atau menggunakan alat
pemecah biji. Pemisahan tempurun dilakukan secara hati-hati dengan posisi tegak di atas
matanya agar biji tidak rusak. Luka pada daging biji akan menurunkan kualitas. Daging
biji tersebut disortir berdasarkan ukuran besar kecilnya, dan biji yang pecah dipisahkan
dari yang utuh. Kriteria sortasi biji berdasarkan ukuran adalah sebagai berikut :
1. Besar : dalam 1 Kg terdapat 120 butir isi biji.
2. Sedang : dalam 1 Kg terdapat sekitar 150 butir isi biji
3. Kecil : dalam 1 Kg terdapat sekitar 200 butir isi biji.

c. Pengapuran
Untuk mencegah pembusukan dan gangguan hama, daging biji pala
dilapisi dengan larutan kapur. Pengapuran biji pala yang banyak dilakukan adalah
dengan cara basah, yaitu :
1. Kapur yang sudah disaring sampai lembut, dibuat larutan kapur dalam bak
besar/bejana (seperti yang digunakan untuk mengapur atau melabur
dinding/tembok);
2. Isi biji pala ditaruh dalam keranjang kecil dan dicelupkan dalam larutan kapur
2-3 kali dengan digoyang-goyangkan demikian rupa sehingga air kapur
menyentuh semua biji
3. Selanjutnya isi biji itu diletakkan menjadi tumpukan dalam gudang untuk diangin
anginkan sampai kering.




13

d. Pengeringan akhir
Pengeringan lanjutan dilakukan setelah pengupasan cangkang biji/tempurung. Proses
pengeringan daging biji dilakukan perlahan-lahan dan bertahap sampai mencapai kadar
air 10-12%. Pengeringan daging biji dapat berlangsung selama 3- 4 minggu. Sebaiknya
pengeringan dilakukan di atas rak yang diangkat sehingga jaraknya sekitar 1 meter di atas
tanah untuk menghindarkan cemaran dari kotoran hewan maupun debu.

3.Sortasi Biji Pala
Sortasi akhir dilakukan berdasarkan : ukuran, warna, keriput/tidak, ada lubang
atau tidak. Pada garis besarnya dibedakan menjadi tiga golongan kualitas, kemudian
tiap golongan kualitas masih dipisahkan menjadi sub golongan kualitas
1. Kualitas I (ABCD) : berasal dari buah yang dipetik cukuptua dan permukaan biji
licin. Kualitas ABCD dibagi lagi menjadi kualitas A, B, C, dan D berdasarkan
ukurannya.
2. Kualitas II (Rimple atau SS) : keriput karena berasal dari biji kurang tua
atau pemanasan yang melebihi 45C. Kualitas ini dibagi lagi menjadi R/A dan
R/E berdasarkan ukurannnya.
3. Kualitas II (BWP = Broken, Wormy, Punky ) : berasal dari buah yang muda,
hasil pemungutan atau kerusakan waktu penanganan pasca panen. Kualitas ini
dibagi lagi menjadi BWP I dan BWP II.
4. Pengeringan Fuli
Fuli memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehinggamemerlukan perhatian dalam
tahapan pengeringannya. Tahapan pengeringan fuli adalah sebagai berikut :
a. Fuli dilepas dari bijinya kemudian dihamparkan pada alas yang bersih lalu
dijemur pada panas matahari secara perlahan-lahan selama beberapa jam,
kemudian diangin-anginkan.
b. Setelah setengah kering fuli dipipihkan bentuknyadengan menggunakan alat
mirip penggilingan, kemudian dijemur kembali sampai kadar airnya tinggal 10-
12%. Warna fuli yang semula merah cerah, setelah dikeringkanmenjadi merah
tua dan akhirnya menjadi jingga. Dengan pengeringan seperti ini dapat
menghasilkan fuli yang kenyal (tidak rapuh) dan berkualitas tinggi sehingga
nilai ekonomisnya pun tinggi.
c. Sebaiknya pengeringan dilakukan di atas rak yang diangkatsehingga jaraknya
sekitar 1 meter di atas tanah untuk menghindarkan cemaran dari kotoran hewan
maupun debu.
d. Penjemuran membutuhkan waktu sekitar 23 hari kalau cuaca cerah. Pada
keadaan cuaca yang kurang baik, pengeringan akan tertunda dan akan
14

menghasilkanfuli dengan mutu yang kurang baik karena berjamur danwarnanya
kusam. Untuk menghindarkan hal seperti di atas, pada waktu musim hujan
pengeringan dapat dilakukandengan memakai alat pengering dengan suhu rendah
tidak lebih dari 60C untuk menghindarkan proses pengeringan yang terlalu cepat
yang aka menyebabkan rapuhnyafuli dan hilangnya sebagian minyak atsiri.
e. Setelah kering fuli disimpan dalam gudang yang gelap selama sekitar 3 bulan.
Warna fuli yang semula merah api berubah menjadi merah tua dan akhirnya
menjadi kuning tua hingga oranye. Banyaknya fuli keringrata-rata 10% dari
berat biji pala.
5. Sortasi Fuli
Sortasi fuli dilakukan untuk meningkatkan nilai Tambah fuli. Sortasi fuli
dilakukan dengan cara memisahkan fuli yang utuh dari yang tidak utuh. Fuli disortir
menjadi dua golongan mutu, yaitu:
1. Gruis I yang dibagi lagi menjadi 2 golongan : Gruis I/Amerika dan Gruis I/Eropa.
2. Gruis II yang dibagi lagi menjadi 2 golongan: Gruis II/Amerika dan Gruis II/Eropa.

6. Penyimpanan
Penyimpanan biji dan fuli dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Agar daging biji dan fuli memiliki mutu yangbaik, harus disimpan secara
baik pada tempatyang cukup kering dan teduh.
b. Daging biji dan fuli yang telah melalui prosespengeringan, dapat disimpan
dalam karungatau kaleng tertutup rapat.
c. Fuli yang tersimpan dalam tempat yang tertutup rapatdan di tempat yang gelap
selama 3 bulan dapat meningkatkan mutunya.
7. Pengemasan
Tujuan pengemasan adalah untuk mencegah kerusakan produk hingga ke tangan
konsumen.Pengemasan yang umum adalah dengan karung goni karena dapat mencegah
kerusakan dalam waktu yang relatif lama. Pengemasan biji dan fuli pala dilakukan secara
sederhana. Pala yang telah disortir dikemas dengan menggunakan karung goni berlapis
dua. Rata-rata dari setiap kualitas pala adalah sebagai berikut:
a. Pala kupas ABCD dalam satu sak berat 90 kg.
b. Pala kupas RIMPEL dalam satu sak berat 80 kg.
c. Pala kupas BWP dalam satu sak berat 75 kg. Khusus untuk pengemasan fuli biasanya
dilakukan dalampeti kayu (triplek) dengan berat rata- rata 70-75 kg/peti. Hal-hal yang
perlu diperhatikansebelum dilakukan pengemasanan adalah: fuli yangakan dipak
15

harus difumigasi terlebih dahulu. Apabila ada permintaan khusus dari konsumen
maka dapat dilakukan pengawetan biji pala dengan fumigasi menggunakan zat
methyl bromide (CH3B1) atau Carbon bisulfide (BS2). Pemberian fumigant pada
biji Pala harus dilakukan di suatu ruang yang tertutup rapat selama 2 x 24 jam.
Penanganan pascapanen terutama dalam perlakuan pengeringan dan penyimpanan
yang baik dan benar dapat menghindarkan dari cemaran aflatoxin karena jamur
penyebab aflatoxin akan tumbuh apabila kadar air yang terkandung dalam biji pala
tinggi. Oleh karena itu dalam Proses pengeringan dan selama dalam penyimpanan
atau pengangkutan kadar air perlu dipertahankan pada batas aman untuk
penyimpanan ( 8-10 C).

2.3 STANDAR MUTU PALA
Standar mutu diperlukan untuk meningkatkan mutu biji dan fuli pala
dalam dunia perdagangan.
Tabel 1. Spesifikasi persyaratan umum mutu biji pala





Tabel 2. Standar umum mutu fuli










No Jenis Uji Satuan Persyaratan
1
2
3
4
5
6
Kadar air (b/b)
Biji berkapang
Serangga utuh mati
Kotoran mamalia
Kotoran binatang lain
Benda asing (b/b)
%
%
ekor
mg/ lbs
mg/ lbs
%
maks.10
maks. 8
maks 4
maks. 0
maks. 0
maks. 0

No Jenis Uji Satuan Persyaratan
1
2
3
4
5
6
7
Kadar air(b/b)
Kotoran mamalia
Kotoran binatang lain
Benda asing (b/b)
Serangga utuh mati
Fuli berkapang (b/b)
Cemaran serangga (b/b)
%
mg/ lbs
mg/ lbs
%
ekor
%
%
maks.10
maks. 3
maks 1
maks. 0.5
maks. 4
maks. 2
maks 1





16

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Teknik budidaya tanaman pala meliputi aktivitas-aktivitas yaitu: penyiapan
lahan, penyiapan bibit, penanaman, pemeliharaan tanaman pala dan
pengendalian hama dan penyakit pala.
2. Penanganan pasca panen ialah: Pemisahan Daging Buah, Biji, dan Fuli,
pengeringan biji pala, sortasi biji pala, pengeringan fuli, sortasi fuli,
penyimpanan dan pengemasan.
3. Standar mutu diperlukan untuk meningkatkan mutu biji dan fuli pala dalam
dunia perdagangan.
3.2 Saran
Untuk mendapatkan buah pala yang mempunyai kuantitas dan kualitas
baik harus diikuti teknik budidaya sesuai pedoman yang baik. Dan penanganan
pascapanen harus tepat agar menghasilkan nilai tambah bagi kita.















17

Daftar Pustaka

Abdul, 2010. Informasi Budidaya Pala dan Pengolahannya.
http://berbagiilmupertanian.blogspot.com/2013/04/informasi-budidaya-paladan.html.
diakses pada 5 oktober 2013
Saiyo, Karan. 2013. Buku Panduan Budidaya tanaman Pala.
http://karansaiyo.blogspot.com/2013/05/buku-panduan-budidaya-tanaman-
pala.html. Diakses pada 7 oktober 2013.

Anda mungkin juga menyukai