(SOP)
Budidaya
Disusun oleh :
Tahun 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadlirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya Buku Standar
Operasional Prosedur (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar Provinsi Kalimantan Tengah,
yang merupakan salah satu upaya teknis dalam rangka peningkatan produksi dan
mutu produk tanaman buah yang penyebarannya cukup luas di wilayah Provinsi
Kalimantan tengah.
SOP ini memuat tentang teknis budidaya jeruk siam banjar yang baik dan benar,
mulai dari penetapan lokasi, pemilihan benih, penanaman, pemeliharaan hingga panen
dan pasca panen. Materi ini disusun sebagai acuan dalam budidaya jeruk siam banjar
bagi petugas, petani dan pelaku usaha agribisnis hortikultura di Provinsi Kalimantan
Tengah guna memperoleh produk yang bermutu, ramah lingkungan dan aman
konsumsi, khususnya bagi petani yang akan mendaftarkan kebunnya untuk diregistrasi
sebagai lahan usaha yang telah menerapkan Good Agriculture Practices (GAP).
Isi buku SOP ini tidak bersifat mutlak. Saran dan masukan yang bersifat
membangun guna penyempurnaannya sangat diharapkan, karena revisi dapat
dilakukan untuk menyesuaikan pedoman dengan kondisi lapangan dan perkembangan
teknologi pertanian di waktu yang akan datang.
Semoga buku ini bermanfaat untuk pengembangan hortikultura khususnya
komoditas jeruk siam banjar di Provinsi Kalimantan Tengah.
Palangka Raya,
Oktober 2014
BAB I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia, negara Cina
dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk
sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Jeruk varietas introduksi
yang banyak ditanam adalah varietas Lemon dan Grapefruit. Sedangkan varietas lokal
adalah jeruk siem, jeruk baby, keprok medan, bali, nipis dan purut.
Tanaman jeruk banyak dibudidayakan oleh masyarakat luas karena memiliki nilai
ekonomis yang tinggi. Jeruk siam digemari karena, kombinasi rasa asam dan manis
menyegarkan yang terkandung pada buahnya. Adapun beberapa manfaat dari buah jeruk
antara lain sebagai berikut :
1. Memilliki kandungan vitamin C yang tinggi, dapat dimakan langsung sebagai buah segar
atau menjadi produk pangan olahan
2. Di beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol
dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat
minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk campuran kue.
Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi : Garut (Jawa Barat), Tawangmangu
(Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak
(Kalimantan Barat), Banjar (Kalimantan Selatan) dan Medan (Sumatera Utara). Karena
adanya serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloen Degeneration), beberapa sentra
penanaman mengalami penurunan produksi yang diperparah lagi oleh sistem monopoli tata
niaga jeruk yang saat ini tidak berlaku lagi.
Jeruk Siam Banjar merupakan komoditi hortikultura unggulan Provinsi Kalimantan
Selatan dan telah dikukuhkan menjadi varietas buah unggul nasional melalui SK. Menteri
Pertanian Nomor : 862/Kpts/TP.240/II/1998 tanggal 4 November 1998. Varietas jeruk ini
merupakan tumbuhan lokal yang telah dibudidayakan secara luas di Kabupaten Banjar, luas
penanamannya sekitar 95% dari total populasi jeruk di wilayah tersebut. Hanya sebagian
kecil petani membudidayakan jeruk varietas lain (seperti varietas lokal dengan nama daerah
limau kuit dan limau nipis).
pemupukan,
pengairan,
penyerbukan
buatan,
penjarangan
buah,
pembungkusan buah, pengendalian hama dan penyakit, panen serta penanganan pasca
panen.
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Clasis
: Magnoliopsida
Sub Clasis
: Diileniidae
Ordo
: Sapindales
Famillia
: Rutaceae
Genus
: Citrus
Spesies
: Citrus nobilis
Varietas
b. Struktur tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat
727%, debu 25 - 50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.
c. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk, sedangkan untuk
penanaman pada jenis tanah lainnya diperlukan perlakuan agronomis yang spesifik
lokasi agar dapat berproduksi baik dan rasa buahnya tidak menjadi masam.
d. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk siam banjar
adalah 5,5 6,5 dengan pH optimum berada pada kisaran nilai 6.
e. Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 50 200 cm di bawah permukaan
tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk
pada umumnya menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
f. Jeruk siam banjar pada umumnya dibudidayakan pada kontur lahan yang datar,
namun tanaman ini masih dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki
kemiringan maksimal < 300.
3. Ketinggian Tempat
Tinggi tempat dimana tanaman jeruk dapat dibudidayakan bervariasi dari dataran
rendah sampai tinggi, tergantung pada daya adaptasi masing-masing spesies :
a. Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1900 m dpl.
b. Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl.
c. Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300800 m dpl.
d. Jenis Siem: 1700 m dpl.
e. Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1700 m dpl.
f. Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl.
g. Jenis Purut: 1400 m dpl.
Di wilayah asalnya yaitu Provinsi Kalimantan Selatan, jeruk siam banjar berkembang di
daerah dataran rendah yaitu antara 1 700 meter dpl. Jeruk siam banjar memiliki
potensi penyebaran yang luas hampir di seluruh wilayah Indonesia, karena bisa ditanam
di mana saja, baik di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Pada daerah yang
lebih tinggi lagi, jeruk siam banjar masih dapat tumbuh dan mampu menghasilkan buah,
tetapi rasa buahnya sering asam.
BAB II.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
BUDIDAYA JERUK SIAM BANJAR
Standar Operasional
Prosedur
Nomor :
SOP.JR-SB.KT I
Persiapan Lahan
Tanggal dibuat :
01 Oktober 2014
Revisi ke .............
Tanggal .............
Disyahkan
................
I. PERSIAPAN LAHAN
A. Definisi :
Kegiatan penyiapan lahan untuk digunakan sebagai media pertumbuhan
optimal bagi tanaman.
B. Tujuan :
Mempersiapkan lahan yang baik agar tanaman mendapatkan zone/ruang
perakaran yang baik.
C. Alat dan Bahan
a. Kertas/alat tulis/penggaris
b. Bambu/golok/pisau/palu besar
c. Cangkul/sekop/garpu
d. Meteran
e. Tali
f. Sprayer
g. Herbisida
h. Pupuk kandang
i. Dolomit/kapur tanah
perencanaan
denah
kebun,
yakni
menentukan
lokasi
pengairan/irigasi, bak penampung air, jalan masuk dan keluar kebun serta
tempat pengumpulan buah.
d. Buat sketsa kebun
e. Lakukan penebangan pada pohon besar/kecil
f. Lakukan pembersihan lahan
g. Lakukan pencincangan pada pohon besar/kecil menjadi bagianbagian kecil
untuk memudahkan pengangkutan.
h. Lakukan pembabatan dan pendongkelan akar pada lahan bersemak belukar
i. Hasil pembersihan dikumpulkan diluar lokasi kebun dan kayu yang telah
dipotong ditumpuk memanjang garis kontur.
j. Buat teras apabila kemiringan lahan >10
k. Tetapkan titik-titik calon lubang tanam dengan jarak antar lubang sekitar 5x5
meter dan buat lubang tanam berukuran 60x60x60 cm.
l. Bedengan (guludan) berukuran 1x1x1 m hanya dibuat jika jeruk ditanam di
tanah sawah.
m. Gali lubang tanam, letakkan lapisan atas tanah ( 25 cm) secara terpisah
dengan lapisan tanah yang berada di bagian bawahnya.
n. Biarkan lubang tanam terbuka selama 2 minggu sebelum penanaman
dilaksanakan.
o. Campurkan pupuk kandang 20-25 kg dan kapur dolomit 1 kg per lubang
tanam sebelum tanah dikembalikan pada lubang tanam.
p. Catat setiap kegiatan persiapan lahan yang telah dilaksanakan.
Pupuk kandang
10 - 20 kg
Dolomit
1 kg/lubang
Pupuk NPK
250 gram
Standar Operasional
Prosedur
Nomor :
SOP.JR-SB.KT II
Persiapan Benih
Tanggal dibuat :
01 Oktober 2014
Revisi ke .............
Tanggal .............
Disyahkan
................
E. Prosedur Pelaksanaan :
a. Sediakan benih sesuai dengan luas lahan (80 pohon/ha) ditambah 10%
cadangan untuk penyulaman
b. Gunakan benih bermutu, bersertifikat dan berlabel biru dengan spesifikasi
sebagai berikut :
- Benih jeruk yg biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif
(okulasi/grafting)
- Tinggi benih 75 100 cm dan diameter batang 2 - 3 cm
- Warna batang hijau kecoklatan, batang lurus dengan permukaan batang
halus
- Benih yang dipilih sebaiknya telah berumur 12 bulan atau lebih setelah
diokulasi
- Benih bebas dari serangan hama dan penyakit
- Memiiki banyak akar serabut dan akar tunggang berukuran sedang
c. Jaminan mutu dan produk (label/sertifikat) harus dicatat dan disimpan.
d. Catat setiap kegiatan persiapan benih yang telah dilaksanakan
10
Standar Operasional
Prosedur
Nomor :
SOP.JR-SB.KT
III
Penanaman
3
Tanggal dibuat :
01 Oktober 2014
Revisi ke .............
Tanggal .............
Disyahkan
................
III. PENANAMAN
A. Definisi :
Merupakan rangkaian kegiatan menanam hingga tanaman berdiri tegak dan
siap tumbuh di lapangan.
B. Tujuan :
Menjamin benih yang ditanam tumbuh optimal
C. Bahan dan Alat
a. Benih jeruk siam banjar bermutu, bersertifikat dan berlabel biru
b. Cangkul/Sekop/garpu
c. Gerobak dorong
d. Pupuk kandang dan pupuk pabrik (an organik)
e. Pisau/gunting
f. Ajir
g. Daun kelapa/pakis/pelepah salak
D. Fungsi Bahan dan Alat
a. Benih jeruk siam banjar bermutu/berlabel, digunakan sebagai bahan yang
akan ditanam pada lubang tanam yang telah disiapkan
b. Cangkul/Sekop/Garpu digunakan pada saat pengolahan lahan
11
12
k. Ikat antara batang tanaman dan ajir dengan tali. Ikatan diusahakan tidak
tidak terlalu kencang.
l. Lakukan pengurangan daun dan cabang yang berlebihan
m Buat naungan dari daun kelapa/pakis/pelepah salak, rumput kering atau
anyaman bambu sebagai pelindung tanaman
n. Lakukan penyiraman setelah penanaman
o. Catat proses kegiatan penanaman benih.
13
Standar Operasional
Prosedur
Nomor :
SOP.JR-SB.KT IV
Pemangkasan
Tanggal dibuat :
01 Oktober 2014
Revisi ke .............
Tanggal .............
Disyahkan
................
IV. PEMANGKASAN
Pemangkasan tanaman jeruk siam banjar ada dua jenis yaitu :
1. Pemangkasan bentuk
2. Pemangkasan pemeliharaan
3. Pemangkasan pengaturan produksi
Pemangkasan Bentuk
A. Definisi
Kegiatan memotong bagian tanaman yang itdak diiginkan agar tanaman
mempunyai bentuk yang ideal sesuai yang diinginkan.
B. Tujuan :
Bertujuan untuk mendapatkan bentuk tanaman seperti yang diinginkan (tajuk
rendah dan melebar).
C. Bahan dan Alat
a. Gunting pangkas/gergaji pangkas
b. Meni/pupuk daun (PPC)
c. Kuas halus/tangga
14
D. Fungsi :
a. Gunting pangkas digunakan untuk memotong tunas, ranting dan cabang
kecil.
b. Gergaji pangkas digunakan untuk memotong cabang besar.
c. Meni digunakan sebagai pelapis/penutup luka bekas pangkasan.
d. Pupuk daun PPC digunakan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif
e. Kuas halus digunakan untuk mengoleskan meni pada bekas bagian tanaman
yang dipangkas
f. Tangga digunakan untuk mencapai bagian tanaman yang tidak bisa
dijangkau oleh tangan untuk melakukan pemangkasan.
E. Prosedur Pelaksanaan:
Pemangkasan dengan sistem 1,3,9 adalah suatu rekayasa teknologi dengan
cara pengaturan pertumbuhan ranting yaitu, batang utama yang dipelihara
hanya 1 batang, cabang utama kedua hanya 3 cabang, dan masing-masing
cabang hanya mengembangkan 3 ranting, sehingga menjadi 9 ranting.
a. Pemangkasan bertujuan untuk mengatur tinggi tanaman, memudahkan
perawatan, membentuk percabangan (1,3,9) agar tanaman kokoh dan
seimbang, memudahkan sinar matahari masuk ke seluruh permukaan daun,
sehingga pertumbuhan normal, memperbaiki kualitas buah, baik ukuran,
warna, maupun jumlah. Selain itu juga untuk memperbanyak tunas baru
yang memunculkan bunga, buah dan mengurangi kerimbunan pohon untuk
mencegah tumbuhnya jamur dan penyakit.
b. Waktu pemangkasan dilakukan secara berkala saat tanaman tumbuh sehat
untuk pembentukan percabangan pertama, setelah pemupukan, saat
penjarangan buah dan setelah panen.
c. Ketika batang utama tanaman sudah tumbuh sekitar 70 cm (umur 4- 6
bulan), semua cabang yang tumbuh di atasnya harus dipangkas.
15
d. Setelah tumbuh cabang pada batang utama, pilih hanya 3 cabang yang akan
dikembangkan. Pemilihan cabang dilihat berdasarkan jarak yang simetris,
artinya tidak terlalu berdekatan antara cabang yang satu dengan lainnya>
Cabang lain yang tidak dipelihara agar dipotong.
e. Setelah cabang mencapai ukuran sekitar 25 30 cm (satu depa) lakukan
pemilihan masing-masing cabang hanya 3 ranting, dan ranting lainnya di
potong. Dengan demikian sudah terbentuk tanaman dengan sistem 1 batang,
3 cabang dan 9 ranting.
f. Bagian tanaman yang dipangkas diolesi dengan meni.
g. Catat setiap kegiatan pemangkasan yang telah dilaksanakan
16
kegiatan
membuang
mengoptimalkan
pertumbuhan
tanaman
dan
menghambat
perkembangbiakan OPT.
C. Alat dan Bahan
a. Gunting pangkas
b. Gergaji pangkas
c. Meni/parafin
d. Kuas halus
e. Tangga
f. Pupuk daun PPC
17
D. Fungsi
a. Gunting pangkas digunakan untuk memotong tunas, ranting dan cabang kecil
b. Gergaji pangkas diguanakan untuk memotong cabang besar
c. Meni/parafin digunakan sebagai pelapis/penutup luka bekas pangkasan
d. Kuas halus digunakan untuk mengoleskan meni/parafin pada bekas bagian
tanaman yang dipangkas.
e. Tangga digunakan untuk mencapai bagian tanaman yang tidak bisa
dijangkau oleh tangan untuk dilakukan pemangkasan.
E. Prosedur Pelaksanaan:
a. Pemangkasan ini disebut juga pemangkasan rutin, dilakukan setiap tahun
baik terhadap tanaman jeruk yang belum menghasilkan maupun yang sudah
menghasilkan.
b. Pemangkasan dilaksanakan pada setiap permulaan musim hujan, bekas
pemangkasan dilumuri dengan Meni agar tidak terkena infeksi bakteri.
c. Bagian-bagian tanaman yang haru dipangkas adalah :
- Tunas yang tumbuh searah batang pokok.
- Ranting yang tumbuh ke dalam.
- Ranting yang bertumpang tindih.
- Ranting yang mulai mengering dan sudah mati.
- Ranting yang sudah tumbuh pada batang bawah.
- Cabang yang tumbuh dekat dengan tanah.
- Cabang yang menunduk ke bawah.
d. Apabila tanaman telah mencapai tinggi 3-5 meter, ujung tanaman selalu
dipangkas supaya tingginya tetap.
e. Apabila tajuk sudah saling bertemu, ujung cabang juga perlu dipangkas pada
batas yang kulitnya berwarna hijau keabu-abuan agar tumbuh ranting yang
sehat.
f. Catat setiap kegiatan pemangkasan yang telah dilaksanakan
18
19
akar
mengakibatkan
yang
tanaman
besar
kurang
dan
baik
dalam
jumlah
tumbuhnya
banyak
atau
akan
bahkan
mengakibatkan kematian.
d. Tanaman yang sangat rindang tumbuhnya biasanya produksinya kurang,
untuk itu selain pemangkasan akar perlu dilakukan pemangkasan terhadap
batang, cabang dan daun.
e. Untuk memperoleh buah jeruk yang berukuran besar perlu dilakukan
pemangkasan buah atau penjarangan buah, karena pohon yang berbuah
terlalu lebat akan mengakibatkan ukuran buahnya kecil dan dapat merusak
dahan.
f. Pada kegiatan pemangkasan ada beberapa hal yang harus diperhatikan
untuk memperoleh hasil yang baik.
g. Dahan yang besar jangan sampai terbelah karena kan menjadi sarang
penyakit. Pemangkasan dilakukan dengan alat yang tajam (sebaiknya
gunting pangkas).
h. Luka bekas potongan gergaji sebaiknya dilicinkan dengan pisau tajam.
i. Luka yang besar harus dilumuri dengan meni/parafin.
j. Selanjutnya dahan dan daun sisa pemangkasan sebaiknya dibakar agar tidak
menjadi sarang hama dan penyakit.
f. Catat setiap kegiatan pemangkasan yang telah dilaksanakan
20
Standar Operasional
Prosedur
Nomor :
SOP.JR-SB.KT V
Pemupukan
Tanggal dibuat :
01 Oktober 2014
Revisi ke .............
Tanggal .............
Disyahkan
................
V. PEMUPUKAN
Pemupukan pada tanaman jeruk siam banjar dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
Pemupukan untuk tanaman belum menghasilkan (fase juvenil) dan Pemupukan
untuk tanaman sudah menghasilkan
Pemupukan untuk tanaman belum menghasilkan :
A. Definisi
Proses kegiatan pemberian nutrisi pada tanaman yang belum menghasilkan
agar kondisi unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman dapat
memenuhi kebutuhan.
B. Tujuan
Untuk mendapatkan pertumbuhan optimal tanaman serta mempertahankan
status hara tanah.
C. Bahan dan Alat
a. Pupuk kandang (organik) dan pupuk pabrik (pupuk anorganik)
b. Cangkul
c. Ember/gayung
d. Gerobak dorong
e. Alat ukur
21
D. Fungsi :
a. Pupuk kandang (organik) dan pupuk pabrik (pupuk anorganik), digunakan
sebagai unsur tambahan hara/nutrisi yang dibutuhkan tanaman.
b. Cangkul berfungsi untuk menggali tanah
c. Ember/gayung sebagai tempat/wadah air
d. Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut bahan dan alat ke lokasi
pemupukan.
e. Alat ukur digunakan untuk mengukur jumlah/dosis pupuk yang diberikan
E. Prosedur Pelaksanaan:
a. Hitung jumlah pupuk berdasarkan dosis pupuk dan jumlah tanaman
b. Sediakan bahan/pupuk yang akan digunakan, sesuai kebutuhan
c. Cara memupuknya, tanah di bawah tajuk daun terluar digali melingkar dibuat
parit kecil sedalam 20 - 30 cm, lalu pupuk ditaburkan dalam parit sekeliling
di bawah tajuk daun terluar dan ditutup kembali dengan tanah.
d. Untuk tanaman yang belum berbuah, pemupukan dilakukan 2x setahun pada
awal dan akhir musIm hujan, masing-masing setengah dosis yang
ditentukan.
e. Waktu pemupukan sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan.
f. Lakukan penyiraman setelah pemupukan
g. Untuk mendapatkan rasa buah yang manis dan kulit buah yang mulus, pada
pemupukan pertama dan kedua, urea diganti dengan ZA, dan KCI diganti ZK.
Tetapi selanjutnya memakai urea dan KCI lagi. Pupuk kandang diberikan
sekali dalam setahun, waktu pemberiannya bersama pemupukan ketiga (bagi
tanaman yang sudah berbuah). Untuk tanaman yang belum berbuah, pupuk
kandang diberikan pada awal musim hujan.
h. Catat setiap kegiatan pemupukan yang telah dilaksanakan.
22
Pupuk Kandang
(Blek/Tahun)
Urea
Saat Tanam
1
2
3
4
5
6
7
8
9
3
34
4
6
8
10
14
16
18
20
100
200 300
300 400
400 500
500 600
600 800
800 1000
1000 1200
1200 1400
1400 1600
TSP
KCI
(Gram/Tahun)
100
100 250
150 200
200 250
200 300
300 400
400 500
500 600
600 700
600 800
50
100 200
150 200
200 250
250 300
300 400
400 500
500 600
600 700
600 800
23
24
E. Prosedur Pelaksanaan :
Lakukan penyiraman secukupnya pada permukaan tanah (hindari genangan air)
sebelum dilakukan pemupukan
a. untuk tanaman yang sudah berbuah, pemupukan dilakukan 3x setahun.
Pemupukan pertama dilakukan sebelum bunga muncul, sebanyak 2/5 bagian
dari dosis per tahunnya. Pemupukan kedua pada saat pemasakan buah
sebanyak 1/5 bagian, dan sisanya diberikan beberapa saat setelah panen.
b. Lakukan pemberian pupuk dengan cara pupuk diberikan dibawah ujung
sampai sepertiga bagian ujung tajuk tanaman dengan cara menabur di dalam
alur dangkal atau beberapa lobang dangkal (5-7 cm) melingkar tajuk
tanaman, bisa juga dengan cara ditugal, kemudian ditutup.
c. Waktu pemupukan sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan.
d. Lakukan penyiraman setelah pemupukan
e. Selain pupuk organik dan anorganik, tanaman boleh diberi zat pengatur
tumbuh, misalnya Atonik, Dekamon atau Dharmasri. Penyemprotan zat
perangsang ini dilakukan sebelum tanah berbunga hingga pentil buah mulai
terbentuk
f. Catat semua kegiatan pemupukan yang telah dilaksanakan.
25
Gejala tanaman kekurangan unsur hara N adalah bentuk daun tidak normal,
warna menguning dimulai dari tulang daun dan akhirnya menjalar ke seluruh daun.
Gejala mula-mula tampak pada daun yang sudah tua kemudian dengan cepat menjalar
ke daun yang lebih muda.
Adapun gejala tanaman kekurangan unsur hara P adalah tanaman kerdil, daun
berwarna hijau tua, berukuran kecil dan berdiri tegak. Bila berlanjut, daun akan
berwarna perunggu dan ranting-ranting mati. Buahnya sedikit, berukuran kecil,
berkulit tebal, berwarna tua, rasanya sangat masam.
Sedangkan gejala tanaman kekurangan unsur hara K adalah daun menguning
dimulai dari tepi-tepinya dan menjalar ke arah tulang daun, bagian yang menguning
kemudian mengering dan berubah warna menjadi kecoklatan, dan tulang daun tetap
hijau. Pertumbuhan tanaman terhambat, tanaman kerdil dan tangkai daun terkulai.
Buah kerdil, rasa masam, dan cepat gugur.
26
27
Standar Operasional
Prosedur
Nomor :
SOP.JR-SB.KT VI
Penyiangan
Tanggal dibuat :
01 Oktober 2014
Revisi ke .............
Tanggal .............
Disyahkan
................
VI. PENYIANGAN
A. Definisi :
Rangkaian kegiatan menyiangi gulma yang tumbuh di sekitar batang tanaman
dengan mengkored, mencangkul dan atau penyemprotan herbisida.
B. Tujuan
Meningkatkan daya saing tanaman dalam memperoleh unsur hara dan air agar
diperoleh pertumbuhan tanaman jeruk siam banjar yang optimal.
C. Bahan dan Alat
a. Kored/cangkul
b. Herbisida
c. Knapsack sprayer
D. Fungsi Bahan dan Alat
a. Kored dan cangkul digunakan untuk menyiangi gulma yang tumbuh di bawah
tajuk.
b. Herbisida digunakan sebagai bahan pemberantas gulma
c. Knapsack Sprayer digunakan sebagai alat untuk penyemprotan herbisida
28
E. Prosedur Pelaksanaan :
a. Lakukan pengamatan keberadaan besarnya populasi rumput/gulma di sekitar
tanaman.
b. Cabut atau potong rumput serta cangkul dan balik tanah dimana gulma
tumbuh.
c. Lakukan pencabutan/pembersihan pada gulma yang tumbuh di bawah tajuk
pohon
d. Kendalikan gulma diluar kanopi dengan herbisida atau dapat dipotong
pendek.
e. Catat setiap kegiatan penyiangan yang telah dilakukan.
29
Standar Operasional
Prosedur
Nomor :
SOP.JR-SB.KT
VII
Pembumbunan
2
Tanggal dibuat :
01 Oktober 2014
Revisi ke .............
Tanggal .............
Disyahkan
................
VI. PEMBUMBUNAN
A. Definisi :
Rangkaian kegiatan menggemburkan dan meninggikan tanah di sekitar batang
tanaman dengan mencangkul dan atau mendangir.
B. Tujuan
Meningkatkan daya saing tanaman dalam memperoleh unsur hara dan air agar
diperoleh pertumbuhan tanaman jeruk siam banjar yang optimal.
C. Bahan dan Alat
a. Kored/cangkul
b. Herbisida
c. Knapsack sprayer
D. Fungsi Bahan dan Alat
a. Kored dan cangkul digunakan untuk menyiangi gulma yang tumbuh di bawah
tajuk.
b. Herbisida digunakan sebagai bahan pemberantas gulma
c. Knapsack Sprayer digunakan sebagai alat untuk penyemprotan herbisida
30
E. Prosedur Pelaksanaan :
a. Lakukan pengamatan keberadaan besarnya populasi rumput/gulma di sekitar
tanaman.
b. Cabut atau potong rumput serta cangkul dan balik tanah dimana gulma
tumbuh.
c. Lakukan pencabutan/pembersihan pada gulma yang tumbuh di bawah tajuk
pohon
d. Kendalikan gulma diluar kanopi dengan herbisida atau dapat dipotong
pendek.
e. Catat setiap kegiatan penyiangan yang telah dilakukan.
31
Standar Operasional
Prosedur
Nomor :
SOP.JR-SB.KT
VII
Pengairan
2
Tanggal dibuat :
01 Oktober 2014
Revisi ke .............
Tanggal .............
Disyahkan
................
VII. PENGAIRAN
A. Definisi
Kegiatan yang dilakukan untuk memberikan air sesuai dengan kebutuhan
tanaman/sesuai fase pertumbuhan tanaman.
B. Tujuan
Untuk menyediakan air yang cukup dalam rangka memenuhi kebutuhan bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
C. Bahan dan Alat :
Bahan
dan
alat
yang
digunakan
diantaranya
pompa
air,
pipa
air
penampungan
air/terpal
tahan
air
berfungsi
sebagai
alat
32
E. Prosedur Pelaksanaan :
a. Sumber air irigasi pada kebun jeruk dapat berasal dari aliran sungai, air hujan
ataupun dari sumur galian.
b. Lakukan penyiraman tanaman dengan sistem irigasi basin, dimana air
diberikan ke cekungan/piringan yang sudah dibuat sebelumnya disekitar
tanaman dengan selang.
c. Berikan air pada tanaman melalui tetesan secara berkesinambungan dan
perlahan pada daerah perakaran dengan menggunakan jerigen, baik pada
permukaan media maupun dalam media tanaman.
d. Kebutuhan air harus dipenuhi pada fase tunas pada tanaman belum
berproduksi dan pada fase tunas, kuncup bunga dan pembentukan buah
pada periode tanaman yang telah berproduksi.
e. Kekurangan air dapat menyebabkan gugurnya daun dan buah, tunas, ranting
dan pucuk menjadi layu bahkan mati. Kelebihan air, dapat menyebabkan
pembusukan perakaran, dan bila terjadi pada fase pembungaan dapat
mengakibatkan pecah buah dan buah ngapas. Upaya pengendalian kelebihan
air dapat dilakukan dengan membuat saluran drainase.
f. Sebaiknya pemberian air dilakukan pada sore hari.
g. Catat setiap kegiatan pengairan yang telah dilaksanakan.
33
Standar Operasional
Prosedur
Nomor :
SOP.JR-SB.KT XI
Pengendalian OPT
26
Tanggal dibuat :
01 Oktober 2014
Revisi ke .............
Tanggal .............
Disyahkan
................
33
b. Alat
- Hand sprayer, power sprayer (alat aplikator)
- Ember
- Pengaduk
- Takaran (skala ml dan liter)
- Kuas
- Pisau
- Minyak tanah, air
- Gunting pangkas
- Gergaji
- Kantong Plastik
- Alat/sarana pelindung: sarung tangan, masker, topi, sepatu boot, baju
lengan panjang.
D. Fungsi Bahan dan Alat
a. Pestisida
(pestisida
kimiawi,
biopestisida,
pestisida
nabati)
untuk
34
- Deterjen :
Untuk mencuci alat aplikator;
Untuk mengendalikan hama dan penyakit tertentu;
Untuk pencampur bahan pestisida nabati;
- Alkohol 70%, formalin 4-8%, kloroks 1% (Bayclin) dan lysol. Untuk
mensucihamakan (desinfektan) alat-alat pertanian (pisau, gunting
pangkas dan gergaji);
- Pisau, gunting pangkas, gergaji : untuk memotong bagian tanaman yang
terserang OPT;
- Alat pelindung untuk melindungi bagian tubuh dari cemaran bahan kimiawi
(pestisida).
E. Prosedur Pelaksanaan
a. Lakukan pengamatan terhadap OPT secara berkala (seminggu sekali).
b. Lakukan identifikasi gejala serangan, jenis OPT, dan musuh alaminya.
c. Perkirakan OPT yang perlu diwaspadai dan .
d. Tentukan tingkat serangan maksimum yang masih ditolerir. Untuk penggerek
buah tingkat serangan maksimum 5% sedangkan penyakit busuk buah
maksimum 1%.
e. Tetapkan alternatif pengendalian untuk hama dan penyakit :
- Pengendalian
hayati/biologis
(pengendalian
hama
dan
penyakit
35
A. Morfologi/Bioekologi
a. Telur-telur diletakkan oleh kupu-kupu betina secara terpencar di atas
permukaan bagian bawah daun, tangkai daun atau bagian tanaman lain yang
masih muda. Telur menetas setelah 4 hari dan larvanya masuk ke dalam
epidermis, kemudian memakan jaringan tanaman yang masih muda. Stadium
larva berlangsung 6 - 7 hari, kemudian pada akhirnya mencari tempat untuk
menjalani stadium kepompong (pupa). Panjang kepompong antara 5 6 mm
dan lamanya fase pupa 6 - 7 hari. Setelah menjalani fase pupa, kemudian
menjadi ngengat. Siklus hidup lengkap dari mulai telur sampai ngengat
adalah 16-18 hari. Ngengat aktif pada malam hari, sedangkan pada siang
hari, biasanya hinggap di sekitar tanaman, atau di atas permukaan tanah.
b. Tanaman yang banyak terserang dan populasi banyak ditemukan pada daundaun muda di pembibitan atau pada tunas-tunas.
36
B. Gejala serangan
a. Setelah telur menetas, ulat masuk ke dalam jaringan tanaman, yaitu membuat liang di bawah jaringan epidermis tanaman, terutama daun yang masih
muda. Walaupun demikian, ulat kadang-kadang meliang di bagian tanaman
yang lain, seperti ranting, tangkai daun dan buah yang masih muda. Pada
ulat yang sedang aktif, yaitu fase larva, larva terlihat berwarna kuning sedang
meliang, sambil memakan jaringan tanaman.
b. Apabila fase larva telah cukup, ulat menuju ke tepi daun, kemudian
mempersiapkan diri untuk memasuki fase pupa atau kepompong, caranya
adalah dengan menggulung atau melipat tepi daun, sehingga pupanya terlindungi dari gangguan luar.
c. Gejala lainnya adalah pada serangan yang berat dan berlanjut, daun tampak
mengkerut, menggulung atau keriting. Sedangkan gejala yang khas adalah
berupa bekas serangga tersebut aktif makan, warnanya keperakan, coklat
atau hitam, tergantung lamanya bekas ulat-ulat tersebut pada daun tersebut,
berupa garis atau jalur-jalur yang berkelok-kelok, sesuai dengan tempat yang
dilalui ketika makan. Kerusakan yang disebabkan oleh hama ini dapat
mencapai 67,7%, dan juga dapat menularkan bakteri Xanthomonas citri
(Chase) Dowson, yaitu kanker pada tanaman jeruk.
C. Cara pengendalian
a. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang
mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu: terpenuhinya persyaratan
tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan
jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan secara teratur 2 minguan.
b. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/
sanitasi bagian tanaman yang terserang/mengandung hama dengan cara
memotong/memetik bagian tanaman terserang dan memusnahkannya.
c. Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif
sesuai rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada bagian
37
2. Kutu Daun
Kutu Daun Coklat (Toxoprera citricidus Kirk.), Kutu Daun Hitam (T. aurantii Boy.),
Kutu Daun Hijau (Myzus persicae Sulz. dan Aphis gossypii Glov.)
A. Morfologi/Bioekologi
a. Secara umum kutu berukuran kecil, antara 1 - 6 mm, tubuhnya lunak,
berbentuk seperti buah pir, mobilitasnya rendah dan biasanya hidup secara
berkoloni.
b. Satu generasi kutu ini berlangsung selama 6 - 8 hari pada kondisi lingkungan
sekitar 25oC, dan 21 hari pada 15oC.
c. Di antara semua kutu daun yang menyerang jeruk, kutu daun coklat
merupakan yang terpenting. Karena kutu tersebut merupakan penular virus
penyebab penyakit Tristeza yang paling efisien. Secara visual, bentuk dan
ukuran spesies-spesies kutu daun ini serupa.
d. Perbedaan antara T. citricidus dan T. aurantii terlihat pada pembuluh sayap
bagian depan, dimana pada T. aurantii tidak bercabang, sedangkan pada T.
citricidus bercabang. Kutu daun ini berbeda dengan serangga lainnya dalam
berkembang biak, yaitu dengan melahirkan anaknya, dan termasuk serangga
yang vivipar partenogenesis atau baik jantan maupun betinanya melahirkan
anak, demikian juga imago kutu daun dapat bersayap maupun tidak
bersayap.
38
e. Kutu daun tidak menyebabkan kerusakan yang berarti pada tanaman, tetapi
perannya sebagai vektor virus Tristeza jauh lebih berbahaya karena virus ini
menyebabkan kerugian ekonomis yang tinggi.
f. Pada saat tanaman sedang bertunas, perkembangbiakan kutu mencapai
optimum.
B. Gejala serangan
a. Kerusakan karena hama ini tampak pada bagian-bagian tanaman yang masih
muda, misalnya tunas-tunas dan daun-daun serta tangkai daun yang masih
muda. Hal ini terjadi karena serangga menusukkan stiletnya, kemudian
mengisap cairan sel tanaman, sehingga hanya jaringan tanaman yang lunak
yang paling disukainya.
b. Daun berkerut dan keriting serta penumbuhannya terhambat. Pada bagian
tanaman di sekitar aktivitas kutu daun tersebut terlihat adanya kapang hitam,
yaitu Capnodium sp. yang tumbuh pada sekresi atau kotoran kutu daun
berupa embun madu. Kadang-kadang di sekitar koloni tersebut terdapat
semut yang juga menyukai sekresi yang dihasilkan serangga ini.
C. Cara pengendalian
a. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang
mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan
tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan
jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25
m2. Hitung serangga dewasa yang ada setiap 2 minggu.
b. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/
sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa jerami di
bedengan pembibitan jeruk, serta membunuh langsung serangga yang ditemukan.
c. Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami predator dari
famili Syrphidae, Menochillus sp., Scymnus sp. (Coccinelidae), Crysophidae,
Lycosidae dan parasitoid Aphytis sp.
39
A, Morfologi / Bioekologi
a. Lepidosaphes beckii. Imagonya berwarna ungu atau coklat gelap,
mempunyai bentuk yang bervariasi yaitu panjang, melingkar dan koma. Telur
diletakkan secara berkelompok sebanyak 40 - 80 butir di sekitar tubuhnya.
Pada musim kemarau telur-telur tersebut akan menetas selama 15 - 20 hari
sedangkan pada musim hujan waktu penetasan akan lebih panjang lagi. Kutu
betina mengalami 2 kali pergantian kulit sebelum mencapai dewasa, dan kutu
jantan 4 kali pergantian kulit.
b. Uniaspis citri. Telur diletakkan oleh serangga betina secara terpisah.
Peletakkan telur kedua tidak akan berlangsung apabila telur pertama belum
menetas. Kutu dewasa berbentuk oblong. Serangga betina berwarna coklat
dengan pinggiran berwarna abu-abu. Panjang kutu betina 1,5 - 2,25 mm.
Serangga jantan berwarna putih. Spesies ini mengeluarkan sekresi toksin
yang dapat menyebabkan kerusakan pada pertanaman jeruk dan gugrnya
daun.
40
B. Gejala serangan
a. Bagian tanaman jeruk yang diserang oleh kutu ini adalah daun, buah dan
tangkai. Kutu-kutu tersebut menyukai tempat-tempat yang terlindung,
terutama banyak dijumpai di bawah permukaan daun di sepanjang tulang
daun. Daun jeruk yang terserang akan berwarna kuning, terdapat bercak bercak khlorotis dan seringkali gugur.
b. Serangan yang lebih berat akan mengakibatkan ranting dan cabang menjadi
kering, serta terjadi retakan -retakan pada kulit. Jika serangan terjadi di
sekeliling batang, akan meninggalkan bercak-bercak hijau atau kuning pada
kulit buah.
serangan yang berat biasanya terjadi pada bagian tengah tajuk pohon.
Uniaspis citri banyak menyerang tanaman jeruk jenis Citrus nobilis.
C. Cara pengendalian
a. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang
mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu: terpenuhinya persyaratan
tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan
jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25
m2. Hitung serangga dewasa yang ada setiap 2 minggu.
b. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/
sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa jerami di
bedengan pembibitan jeruk, serta membunuh langsung serangga yang ditemukan.
c. Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif
sesuai rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada bagian tanaman yang
mengandung kutu.
41
A. Morfologi/Bioekologi
a. Kutu loncat jeruk mempunyai tiga stadia hidup, yaitu serangga dewasa, telur,
dan nimfa. Siklus hidupnya mulai dari telur sampai dewasa berlangsung
antara 16- 18 hari pada kondisi panas, sedangkan pada kondisi dingin sampai
45 hari. SeIama setahun serangga ini dapat mencapai 9 - 10 generasi.
b. Stadium dewasa ditandai dengan terbentuknya sayap dan kutu ini dapat
terbang atau meloncat. Warna kutu dewasanya coklat muda sampai coklat
tua,
matanya
berwarna
kelabu
dan
bercak-bercak
coklat.
Bagian
42
masih muda, seperti tangkai tunas dan permukaan daun bagian atas dan
bawah yang belum membuka. Setelah 2- 3 hari telur menetas menjadi nimfa.
e. Nimfa yang baru menetas hidup berkelompok pada jaringan tanaman muda
dan mengisap cairan tanaman. Setelah nimfa berumur 2 - 3 hari, kemudian
menyebar dan mencari makan pada daun-daun muda di sekitarnya. Periode
nimfa berlangsung selama 12 - 17 hari dan selama ini terjadi 5 kali pergantian
kulit. Setelah pergantian kulit yang pertama nimfa bertambah aktif mencari
makanan dan berpindah dari satu daun ke daun lainnya, dan nimfa tersebut
merusak tanaman, bila dibandingkan dengan serangga dewasanya. Warna
nimfa tersebut kuning sampai kuning kecoklatan. Kelima instar nimfa
tersebut dapat dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk awal perkembangan
terbentuknya sayap dan penyusunan sklerit pada toraks bagian dorsal.
f. D. citri tertarik pada tunas-tunas muda sebagai tempat peletakan telur,
sehingga
pertunasan
tanaman
merupakan
faktor
penting
dalam
43
44
45
C. Cara pengendalian
a. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang
mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan
tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), penggunaan
bibit yang sehat, pengaturan jarak tanam yang cukup untuk menghindari
kelembaban yang tinggi, pemupukuan berimbang, dan pengamatan secara
teratur terhadap kulit cabang atau ranting yang menunjukkan gejala adanya
benang-benang mengkilat seperti sarang laba-laba, bintil-bintil putih,
miselium merah jambu, dan bintil merah (nekator) pada kayu-kayu yang
telah mati.
b. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan/sanitasi
bagian tanaman yang menunjukkan gejala serangan dan sisa tanaman/kayu
mati yang terinfeksi, serta memusnahkannya.
c. Pengendalian kimiawi, dengan penggunaan fungisida yang efektif sesuai
rekomendasi.
46
theobromae Pat.,
47
Sering terjadi penyakit ber kembang terus sehingga pada kulit terjadi lukaluka yang tidak teratur, kadang-kadang terbatas pada jalur yang sempit dan
memanjang dan dapat juga berkembang melingkari batang atau cabang
yang dapat menyebabkan kematian cabang atau tanaman. Cendawan
berkembang diantara kulit dan kayu, dan merusak kambium tanaman. Kayu
yang telah mati berwarna hijau biru sampai hitam.
c. Serangan Diplodia kering umumnya lebih berbahaya karena gejala
permulaan sukar diketahui. Kulit batang atau cabang tanaman terserang
mengering, terdapat celah-celah kecil pada permukaan kulit dan bagian kulit
dan batang yang ada di bawahnya berwarna hitam kehijauan. Pada bagian
celah-celah kulit terlihat adanya massa spora cendawan berwarna putih atau
hitam. Perluasan kulit yang mengering sangat cepat dan bila sampai
menggelang tanaman menyebabkan menguningnya daun- daun tanaman
dan kematian cabang atau pohon.
48
C. Cara pengendalian
a. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang
mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan
tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), penggunaan
bibit dengan batang bawah yang tahan, pengaturan jarak tanam yang cukup
untuk menghindari kelembaban yang tinggi, pemupukuan berimbang, hindari
pelukaan tanaman, menjaga dranase tetap baik, membersihkan alat-alat
pertanian dengan karbolinim plantarum 8 %, pengamatan secara teratur
terhadap bagian tanaman yang menunjukkan gejala, dan penjarangan buah
agar tanaman tetap sehat/kekar.
b. Pengendalian
mekanis
dan
fisik,
dilakukan
dengan
membersihkan/
49
muda,
dan
mengakibatkan
tunas
menjadi
keriting
dan
50
rendah) dibanding pada suhu rendah (dataran tinggi). Tanaman inang kutu
loncat ini adalah kemuning (Muraya peniculata) dan dari famili Rutaceae.
e. Kutu loncat ini juga menghasilkan sekresi berwarna putih berbentuk spiral,
diletakkan di atas permukaan daun atau pucuk tunas. Diaphorina citri
mempunyai 3 stadia hidup, yaitu telur, nimfa dan dewasa. Siklus hidupnya
berlangsung selama 16 - 18 hari pada suhu panas atau 45 hari pada suhu
dingin. Serangga penular ini mampu bertelur sebanyak 500 - 800 butir
selama masa hidupnya yang biasanya diletakkan secara tunggal atau
kelompok pada kuncup dan tunas-tunas muda sehingga pola pertunasan
merupakan faktor penting dalam perkembangbiakannya.
f. Tingkat populasi serangga penular, kecepatan angin, tingkat ketahanan
varietas berpengaruh terhadap kecepatan penularan penyakit ini.
C. Cara pengendalian
a. Pengendalian pengaturan karntina, dengan cara melarang peredaran bibit
yang tidak jelas asal usulnya, dan melarang memasukkan bibit jeruk dari
daerah serangan endemis ke daerah lain.
b. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang
mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan
tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah/lahan bebas
sumber inokulum), pengaturan jarak tanam, bibit sehat/tidak menanam bibit
sakit, dan pengamatan terhadap gejala tanaman terserang.
c. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan dan
sanitasi kebun terhadap inang lain dan membongkar tanaman sakit serta
memusnahkannya.
d. Pengendalian biologi, dengan cara memanfaatkan parasit, predator, dan
patogen untuk mengendalikan vektornya, yaitu :
Parasit nimfa antara lain Tamanxia radiata dan Diaphorencyrtus aligarhensis
dengan tingkat parasitisme 90% dan 60 - 80%
Predator seperti Curinus coeruleus, Coccinella repanda, Syrpidae dan
Chrysophydae.
51
Entomopatogen antara lain adalah Metharrizium sp. dan Hirsutella sp. hingga
mencapai, 30%.
Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida untuk mengendalikan vektornya bila cara-cara lain tidak efektif.
8. Busuk Pangkal Batang (Phytophthora parasitica sp)
52
d. Penyakit lebih banyak menyerang pada kebun dengan ketinggian lebih dari
400 m dari permukaan laut. Tingkat ketahanan varietas sangat berpengaruh
terhadap serangan patogen ini. Jeruk manis, jeruk nipis, sitrun Italia,
Japanese Citroen (JC) dan Rough Lemon (RL) sangat rentan terhadap
penyakit ini.
e. Tanah basah dan fluktuasi suhu yang kecil, pH tanah yang agak masam yaitu
6.0 6.5 merupakan kondisi yang cocok untuk perkembangan patogen.
B. Gejala serangan
a. Penyakit ini umumnya menyerang bagian pangkal batang, atau bagian
sambungan antara batang atas dan bawah untuk bibit jeruk okulasi. Gejala
awal tampak berupa bercak basah yang berwarna gelap pada kulit batang.
Jaringan kulit kayu yang terserang mengalami perubahan warna bahkan
permukaan kulit, kambium, kayu, terutama pada serangan lanjut. Kulit
batang yang terserang, permukaannya cekung dan mengeluarkan blendok,
dan pada tanaman terserang sering berbentuk kalus. Kematian tanaman
akibat serangan penyakit ini terjadi apabila bercak pada kulit melingkari
batang.
b. Perkembangan bercak ke bagian atas, umumnya terbatas hingga 60 cm di
atas permukaan tanah, sedangkan perkembangan ke bagian bawah dapat
meluas ke bagian akar tanaman.
C. Cara pengendalian
a. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang
mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan
tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan
jarak tanam yang cukup untuk menghindari kelembaban yang tinggi,
pemupukuan, penggunaan bibit dengan batang bawah yang tahan seperti
Troyer dan Cleopatra Mandarin dengan tinggi sambungan 45 cm di atas
permukaan tanah, hindari pelukaan pada akar dan batang saat penyiangan,
menjaga dranase tetap baik, pengamatan secara teratur terhadap bagian
tanaman yang menunjukkan gejala.
53
A. Morfologi/Bioekologi
a. Kutu dewasa berbentuk oval, datar, berwarna kuning kecoklatan, kuning
muda atau kuning tua, panjang 3- 4 mm, lebar 1,5- 2 mm. Tubuh serangga
ditutupi lapisan lilin. Di sepanjang tepi badan kutu terdapat duri-duri dari
bahan semacam lilin sebanyak 14- 18 pasang dan duri pada bagian pangkal
panjangnya dua kali dari panjang duri lainnya.
b. Telur berwarna kuning dan diletakkan di dalam kantong yang terbuat dari
bahan menyerupai benang-benang lilin halus yang berada di belakang tubuh
kutu betina. Ukuran kantong-kantong ini kadang-kadang lebih besar dari
ukuran kutu betina. Seekor kutu betina mampu bertelur 300 butir, telur
diletakkan pada bagian tanaman dan berlangsung antara 2 - 17 hari.
c. Nimfa yang baru menetas dari telur berwarna hijau muda atau kuning pucat,
atau merah tua tergantung stadiumnya, bergerak meninggalkan induknya
dan mencari tempat di bagian tanaman lain. Perkembangan nimfa jantan
telah sempurna ditandai dengan adanya sekresi puparium yang berlilin di
akhir instar kedua. P. citri betina mengeluarkan sex-feromon yang khas yang
dapat menarik kutu jantan pada jarak dekat.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
54
55
A. Morfologi/Bioekologi
a. Telur lalat buah bentuknya menyerupai bulan sabit, dan diletakkan
berkelompok di bawah kulit jeruk atau di dalam luka atau cacat pada
permukaan buah. Jumlah telur yang diletakkan kurang lebih 15 butir. Setelah
2 hari telur menetas menjadi larva yang berwarna putih keruh, berbentuk
bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva hidup dan
berkembang dalam daging buah selama 6 - 9 hari, menyebabkan buah
menjadi busuk. Apabila larva sudah dewasa, kemudian akan keluar dari buah
dan memasuki stadium pupa tepat di bawah permukaan tanah. Pupa
berwarna kecoklatan, berbentuk oval dengan panjang 5 mm.
56
57
- Pengasapan
Tujuan dari pengasapan adalah untuk mengusir lalat buah yang datang
ke
pertanaman.
Pengasapan
dilakukan
dengan
cara
membakar
A. Morfologi/Bioekologi
a. Prays citri mempunyai telur dengan ukuran 0,1 - 0,2 mm, berwarna
transparan, kuning muda atau kuning tua sesuai dengan umurnya.
b. Telur-telur ini diletakkan oleh induk betina pada malam hari secara terpisah
pada kuncup bunga dan kadang-kadang pada buah muda.
58
c. Larva yang baru menetas berupa ulat masuk ke dalam bunga dan menggerek
bunga dari bagian dalam. Kadang-kadang ulat juga masuk ke dalam kulit
buah dan tetap tinggal dalam endokarpa sampai stadium pupa.
d. Ulat berwarna hijau muda dengan kepala coklat, panjang 5 mm. Stadium ulat
berlangsung 3 minggu.
e. Pupa berwarna coklat, berukuran 5 - 5,5 mm, berada dalam bunga, kulit
buah atau bagian-bagian tanaman yang tersembunyi. Stadium dewasa
berupa kupu dan stadium ini keluar dari pupa dengan meninggalkan bekas
puru di bagian tanaman tempat pupa tinggal.
f. Prays endocarpa mempunyai telur yang datar, berwarna hijau transparan,
dengan diameter 0,4 mm. Telur-telur diletakkan secara berserakan di bagian
kulit buah muda pada malam hari. Telur menetas 4 hari kemudian dan larva
yang keluar berwarna hijau, kemudian nampak garis-garis melintang
berwarna merah pada tubuh larva, ukuran panjang larva sampai dengan 5 7 mm. Ulat atau larva menggerek kulit buah jeruk serta hidup di dalamnya.
g. Kepompong berwarna merah abu-abu, panjang 4,5 - 5 mm. Pupa dapat
ditemukan pada buah, atau lebih sering ditemukan pada ranting atau tepi
daun. Siklus hidup dari telur hingga menjadi kupu-kupu dewasa berlangsung
29 hari.
h. Pada saat tanaman jeruk mulai berbunga, larva akan masuk ke dalam
kuncup- kuncup bunga atau pada kulit buah-buah muda dan hidup di
dalamnya.
59
B. Gejala serangan
a. Prays citri terutama menyerang kuncup bunga jeruk manis atau jeruk besar
yang belum mekar sehingga apabila buah berkembang, akan meninggalkan
bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3 - 0,5 cm. Bunga-bunga yang
terserang parah mudah rontok atau gugur. Infeksi sekunder sering terjadi
melalui luka, menyebabkan buah muda gugur sebelum tua.
b. Prays endocarpa menyerang buah-buah muda dan meninggalkan bekas
berupa puru-puru. Seiring dengan perkembangan buah, pada puru-puru
tersebut terjadi lubang, menyebabkan buah berkualitas rendah. Buah-buah
yang banyak diserang oleh ulat ini terutama dari jenis jeruk yang berkulit
tebal seperti jeruk besar, jeruk manis, jeruk sitrun, dan grapefruit.
C. Cara pengendalian
a. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang
mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu: terpenuhinya persyaratan
tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan
jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan secara teratur setiap 2 minggu.
b. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan mengumpulkan buahbuah muda yang menunjukkan puru dan memusnahkannya agar populasi
tidak berkembang. Bunga-bunga yang terserang dan gugur dikumpulkan
serta dimusnahkan.
c. Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif
sesuai rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada bagian tanaman yang
terserang.
60
Standar Operasional
Prosedur
Nomor :
SOP.JR-SB.KT IX
Penjarangan buah
Tanggal dibuat :
01 Oktober 2014
Revisi ke .............
Tanggal .............
Disyahkan
................
61
E. Prosedur Pelaksanaan :
a. Penjarangan buah dilakukan untuk mengatur jumlah dan ukuran buah serta
mengatur masa berbuah. Jumlah buah ideal untuk jeruk siam banjar adalah
6 8 buah/tangkai.
b. Penjarangan buah dilakukan saat buah berukuran sebesar kelereng.
c. Buah yang dipertahankan adalah buah yang terletak di bagian luar,
bentuknya sempurna dan sehat, letak buah tidak berdempetan.
d. Buah yang diutamakan untuk dibuang adalah buah-buah yang menghadap
ke atas dan yang memiliki diameter tangkai buah terlalu besar, karena buahbuah ini cenderung memiliki kandungan asam lebih tinggi dan gula yang lebih
rendah, pertumbuhannya relatif lebih lambat, dan penampakannya kurang
baik.
e. Catat setiap kegiatan penjarangan buah yang telah dilaksanakan.
62
Standar Operasional
Prosedur
Nomor :
SOP.JR-SB.KT X
Panen
Tanggal dibuat :
01 Oktober 2014
Revisi ke .............
Tanggal .............
Disyahkan
................
X. PANEN
A. Definisi
Proses pengambilan buah yang sudah menunjukkan ciri (sifat khusus) matang
panen.
Kriteria matang panen
a. Buah harus dipanen dalam keadaan masak optimum (matang 80%), karena
setelah dipetik rasa buah tidak akan berubah atau meningkat.
b. Ciri buah jeruk siem siap panen ditandai dengan warna buah hijau terang,
dan terdapat semburat kuning paling tidak 1/3 bagian buah, dan tekstur agak
lunak.
c. Ciri buah jeruk siam banjar siap panen, ditandai oleh warna Kulit buah
megkilat dan berwarna hijau muda kekuningan, tekstur buah agak lunak.
Sistem Pilih Buah
Buah jeruk akan mengalami kematangan yang tidak sama. Untuk mendapatkan
buah yang seragam harus dipilih buah-buah yang sudah memenuhi kriteria
panen saja
B. Tujuan
Untuk mendapatkan buah segar bermutu.
63
64
Gambar 11. Buah jeruk siam banjar yang telah matang panen
65
Nama Daerah
Asal Tanaman
Tinggi Tanaman
Lebar Tajuk
Bentuk Tanaman
Percabangan
Warna Batang
Bentuk Batang
Lingkar Batang
Warna Daun Bagian Atas
Warna Daun Bagian Bawah
Lebar Daun
Panjang Daun
Tepi Daun
Bentuk Bunga
Jumlah Bunga/Tandan
Jumlah Bunga jadi Buah
Warna Buah :
- Buah Muda
- Buah Matang
Bentuk Buah
Lingkar Buah
Diameter Buah
Tebal Kulit Buah
Warna Daging Buah
Jumlah Septa Tiap Buah
Jumlah Biji Tiap Buah
Berat Buah Utuh
Berat Buah Kupasan
Rasa Buah
Aroma Buah
Sifat Buah
Kandungan Air
Batang Bawah
Produksi buah/pohon/musim
Perbanyakan
Ketahanan terhadap
Hama
Deskripsi
66