Anda di halaman 1dari 13

B.

10

LAPORAN
Melaksanakan Sistem Jaminan Mutu Organik

1. Menggunakan elemen standar pangan organik


2. Membuat dokumen sistem mutu organik
3. Melakukan persiapan sertifikasi tanaman organik

Oleh :
Sirrun Najwa Azalia
NIRM. 07.1.2.15.1884

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN (POLBANGTAN) MALANG


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2018
KETERANGAN KODE BARANG BUKTI

Laporan :B
Mengorganisasikan Pekerjaan : 10
Elemen Kompetensi
- Menggunakan elemen standar pangan organik :1
- Membuat dokumen sistem mutu organik :2
- Melakukan persiapan sertifikasi tanaman organik :3

B.10.1 : Laporan Melaksanakan Sistem Jaminan Mutu Organik Pada Elemen


Kompetensi Menggunakan elemen standar pangan organik
B.10.2 : Laporan Melaksanakan Sistem Jaminan Mutu Organik Pada Elemen
Kompetensi Membuat Dokumen Sistem Mutu Organik
B.10.3 : Laporan Melaksanakan Sistem Jaminan Mutu Organik Pada Elemen
Kompetensi Melakukan Persiapan Sertifikasi Tanaman Organik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan
oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Masyarakat semakin menyadari
bahwa penggunaan bahan-bahan kimia non alami, seperti pupuk dan pestisida kimia
sintesis serta hormon tumbuh dalam produksi pertanian ternyata menimbulkan efek
negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Residu yang menempel pada
sayuran apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama dan terus menerus akan
menumpuk dalam tubuh sehingga akan menjadi racun bagi kesehatan manusia itu
sendiri. Gaya hidup demikian telah mengalami pelembagaan secara international yang
diwujudkan melalui regulasi perdagangan global yang mensyaratkan jaminan bahwa
produk pertanian harus ber-atribut aman dikonsumsi (food safety attributes),kandungan
nutrisi tinggi (nutrisional attributes),dan ramah lingkungan (eco labelling attributes).

Kebutuhan konsumen terhadap buah dan sayur yang cukup tinggi dan semakin
meningkat seharusnya diringi dengan peningkatan kualitas produk. Dengan demikian
maka seharusnya ada peningkatan kualitas dan kuantitas bagi produk pertanian. Hal
tersebut dapat diusahakan dengan adanya sertifikasi prima sehingga ada jaminan
pada produk yang dihasilkan. Selain itu, untuk dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat serta meningkatkan perkembangan potensi pertanian. Dalam
memanfaatkan potensi alam,seharusnya juga diimbangi dengan menjaga lingkungan
secara tepat dengan melakukan pengelolaan pertanian yang baik dan benar. Untuk itu
penelitian tentang strategi pengembangan usahatani sayuran prima dianggap penting
untuk dilakukan.
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang
dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
Keamanan pangan telah menjadi salah satu isu sentral dalam perdagangan produk
pangan. Penyediaan pangan yang cukup disertai dengan terjaminnya keamanan,
mutu dan gizi pangan untuk dikonsumsi merupakan hal yang tidak bisa ditawar
dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Era globalisasi mendorong terjadinya
persaingan yang semakin ketat dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam
bidang pertanian. Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut,
produk-produk pertanian yang dihasilkan seharusnya memiliki standar mutu,
berkualitas dan kuantitas baik sehingga mampu meningkatkan daya saing
ditingkat pasar domestik maupun pasar dunia. Peningkatan mutu produk, jaminan
keamanan pangan yang ramah lingkungan merupakan cara penerapan praktik
pertanian untuk menghasilkan kualitas produk yang mampu bersaing di era
globalisasi. Salah satu cara untuk mewujudkannya dan menghasilkan produk
pertanian yang terjamin mutunya yaitu dengan adanya sertifikasi prima.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan sistem penjaminan mutu adalah untuk


mengidentifikasikan standar mutu pangan organik sesuai ketentuan dan kebutuhan
serta mendokumentasikan data jaminan mutu yang disesuaikan dokumen permohonan
sertifkasi secara lengkap dan benar.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan tempat
Melaksanakan jaminan mutu pada bulan Agustus 2016. Kegiatan tersebut
dilaksanakan pada saat mata kuliah Produksi Benih Tanaman di Kampus
Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

2.2 Langkah kerja


Melaksanakan Sistem Jaminan Mutu Organik dengan menggunakan
a. Melakukan identifikasi bahan organik, agen hayati dan bahan pembenah tanah
b. Memilih Instrumen dan metode inspeksi
c. Memeriksa bahan pengeloaan tanah dan penelusuran proses penyuburan tanah
d. Mencatat semua hasil inspeksi dalam dokumen penilaian
e. Mempersiapkan dokumen sertifikasi dengan benar
f. Melaksanakan audit internal proses budaya
BAB III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Melaksanakan Sistem Jaminan Mutu Organik
1. Menggunakan Elemen Standar Pangan Organik
a. Elemen Standar Mutu Pangan Organik yang berlaku dan relevan diidentifikasi
sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan
b. Elemen Standar Mutu Pangan Organik dipilih yang relevan dengan unit usaha
c. Elemen Standar Pangan Organik terpilih disiapkan aspek legalitasnya untuk
dapat dilaksanakan.
2. Membuat Dokumen Sistem Mutu Organik
a. Kebijakan mutu, prosedur, instruksi kerja dan format untuk sistem jaminan mutu
standar pangan organik disiapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Data pelaksanaan sistem mutu organik direkam berdasarkan ketentuan sistem
mutu
c. Rekaman data didokumentasikan.
3. Melakukan Persiapan Sertifikasi Tanaman Organik
a. Bahan sertifikasi tanaman organik disiapkan
b. Audit internal dilakukan terhadap proses budidaya yang dilaksanakan
c. Dokumen permohonan sertifikasi disiapkan secara lengkap dan benar.

Fasilitator pertanian organic dalam Melaksanakan Sistem Jaminan Mutu Organik


adalah dengan cara :
a. Mengidentifikasi elemen Standar Mutu Pangan Organik yang berlaku dan relevan
sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan
b. Memilih elemen Standar Mutu Pangan Organik yang relevan dengan unit usaha.
c. Menyiapkan elemen Standar Pangan Organik terpilih aspek legalitasnya untuk
dapat dilaksanakan
d. Menyiapkan kebijakan mutu, prosedur, instruksi kerja dan format untuk sistem
jaminan mutu standar pangan organik sesuai dengan ketentuan yang berlaku
e. Merekam data pelaksanaan sistem mutu organik berdasarkan ketentuan sistem
mutu
f. Mendokumentasikan rekaman data
g. Menyiapkan bahan sertifikasi tanaman organic
h. Melakukan audit internal terhadap proses budidaya yang dilaksanakan
i. Menyiapkan dokumen permohonan sertifikasi secara lengkap dan benar.
Dalam melaksanakan pekerjaan harus mempertimbangkan beberapa hal antara
lain tidak terbatas dengan Prinsip Pertanian Organik dan standar minimal kriteria
sertifikasi organik. Fasilitator harus mampu menganalisa rencana program fasilitasi
usaha pertanian organic berdasarkan prioritas kebutuhan sasaran dimana standar
mutu pangan organik harus diidentifikasi berdasarkan masa berlaku dan relevan.
Dalam melakukan audit internal harus secara periodik, sesuai jadual dan sesuai
prosedur. Tentunya dalam rangka memastikan kesinambungan kecocokan dan
aktivitas pertanian organik maka perlu dilakukan kaji ulang sistem sehingga upaya
untuk mengendalikan produk yang tidak sesuai adalah dengan menghentikan
pekerjaan, tindakan perbaikan dan menahan produk. Dalam melaksanakan sistem
jaminan mutu organic maka harus membuat dokumen sisitem mutu yang meliputi
prosedur, instruksi kerja dan format untuk sistem jaminan mutu.
Dalam pengembangan pertanian organik, kelompok sasaran harus melakukan
pengolahan bahan pangan secara organic,cara menerapkan sistem jaminan mutu
organik dalam pengolahan bahan pangan secara organik adalah sebagai berikut :
 Cara Melaksanakan Sistem Jaminan Mutu Organik dalam Pengolahan
Bahan Pangan yaitu Memenuhi persyatan teknis yaitu:
a) Integritas produk :Selama pengolahan dijaga integritas produk pangan
organik
b) Bahan baku min 95 % organik dan bahan tambahan non organiknya
maksimal 5 %
c) Tidak mendapat perlakuan iradiasi
d) Proses pengolahannya :
 Bahan tambahannya sesuai SNI
 Alat bantu tidak terkontaminasi
 Air memenuhi syarat air minum
 Proses pengolahan non organic memenuhi rentang waktu
 Pemrosesna secara mekanis, fisik atau bilogis (fermentasi dan
pengasapan)
e) Pengemasan dan pelabelan : menggunakan bahan yang dapat diurai/daur
ulang/ hasil daur ulang yang menggunakan label
f) Penyimpanan : tidak beredekatan dg yang non organik
g) Pengendalian hama dg cara :
 Tindakan pencegahan: penghilangna sarang
 Selanjutnya tindakan mekanis/fisik dan biologis
 Terakhir dg pestisida sesuai SNI secara hati2
h) Penerapan Good Manufacturing Practices : Hama dihindari dg cara ini dan
pengendalian hama di penyimpanan dapat dilakukan dg pemisah, sound
dan pencahayaan

B. Menyusun Dokumen Standar Sistem Mutu Organik


Standar Mutu Organik
1. Standar Pengelolaan Sistem Usahatani
- Dilarang menggunakan seluruh input berbahan kimia sintetis, termasuk pupuk,
pestisida, dan hormon buatan.
- Kebun yang telah tersertifikasi organik tidak boleh dikonversi secara bolak-balik
antara produksi organik dan non organik [produksi konvensional].
- Dilarang melakukan produksi menggunakan sistem hidroponik.
- Produsen harus memiliki catatan-catatan berikut sehingga jelas dan tersedia
ketika diperiksa : 1) Rekaman semua tahapan produksi dari penanaman,
pemeliharaan, panen, pasca panen, 2). DLL.
2. Standar konversi lahan
3. standar pengelolaan tanah dan pemupukan
4. Standar pengairan dan irigasi
5. Standar pengendalian hama dan penyakit
6. Standar penanganan panen dan pasca panen
Mengacu Pada Peraturan Pemerintah Yang Dituangkan Dalam Permentan No. 20
Tahun 2010.
PERATURAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010
TENTANG
SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN
BAB II
PERSYARATAN MUTU PANGAN
Bagian Kesatu
Mutu dan Keamanan Pangan
Pasal 4
(1) Mutu dan keamanan pangan hasil pertanian dapat diperoleh melalui program
jaminan mutu dan keamanan pangan.
(2) Program jaminan mutu dan keamanan pan gan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan pada kegiatan budidaya, pasca panen dan pengolahan.
(3) Program jaminan mutu dan keamanan pangan pada budidaya, pasca panen dan
pengolahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup persyaratan dasar
dan/atau sistem jaminan mutu dan keamanan pangan.
Pasal 5
(1) Persyaratan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) meliputi bidang
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
(2) Persyaratan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
penerapan GAP/GFP, GHP dan GMP yang dite tapkan dengan Peraturan
tersendiri.
Pasal 6
Sistem jaminan mutu dan keamanan pangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3) pada budidaya, pasca panen dan pengolahan pangan hasil pertanian
dilakukan dengan penerapan manajemen mutu dan keamanan pangan berdasarkan
Sistem HACCP.

Bagian Kedua
Pangan Organik
Pasal 7
(1) Pangan organik diperoleh melalui penerapan SNI Sistem Pangan Organik.
(2) Setiap orang yang memproduksi pangan organik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus menerapkan Sistem Pangan Organik.
(3) Ketentuan mengenai persyaratan tatacara penerapan sistem pangan organik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Peraturan tersendiri.
Bagian Ketiga
Produk Varietas
Pasal 8
(1) Produk Varietas diperoleh melalui penerapan persyaratan jaminan varietas.
(2) Setiap orang yang memproduksi hasil pertanian dengan jaminan produk varietas
diperoleh dengan menerapkan Persyaratan Jaminan Varietas.
(3) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara penerapan persyaratan jaminan
varietas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Peraturan
tersendiri.
(4)
BAB IV
JAMINAN MUTU DAN KETELUSURAN
Bagian Kesatu
Penerapan Mutu Pangan
Pasal 13
(1) Mutu dan keamanan pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5,
Pasal 6, Pangan organik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Produk varietas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Produk rekayasa genetika sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9, Irradiasi pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
dan Bahan tambahan pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 harus
diterapkan oleh unit usaha yang memproduksi pangan untuk diedarkan.
(2) Penerapan mutu dan keamanan pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memperhatikan kesiapan dan kebutuhan pelaku usaha.
Bagian Kedua
Standar Mutu
Pasal 14
(1) Penerapan jaminan mutu dan keamanan pangan hasil pertanian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 mengacu standar mutu pangan hasil pertanian.
(2) Standar mutu pangan hasil pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI).
(3) Apabila SNI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum ada, mengacu pada
Persyaratan Teknis Minimal (PTM).
(4) PTM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan peraturan
tersendiri.
Bagian Ketiga
Pendaftaran
Pasal 15
(1) Produk pangan hasil pertanian yang beredar di wilayah negara Republik Indonesia
harus didaftar.
(2) Syarat dan tatacara pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu
pada ketentuan persyaratan dan tatacara pendaftaran pangan segar.
Bagian Keempat
Sertifikasi
Pasal 16
(1) Setiap orang yang menerapkan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
pada kegiatan budidaya, pasca panen dan pengolahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (1) dilakukan penilaian.
(2) Hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang memenuhi
persyaratan diberikan sertifikat jaminan mutu.
Bagian Kelima
Kemasan
Pasal 17
(1) Setiap pangan yang diedarkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi
dilakukan pengemasan.
(2) Kemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus terbuat dari bahan yang
dapat melindungi dan tidak mengkontaminasi produk.
Bagian Keenam
Pelabelan
Pasal 18
(1) Pangan hasil pertanian yang diedarkan dalam kemasan harus mencantumkan
label pada dan/atau di dalam kemasan pangan.
(2) Label sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan peraturan
perundangan di bidang label dan iklan pangan.
Bagian Ketujuh
Ketelusuran Produk
Pasal 19
(1) Sistem ketelusuran harus diterapkan dalam rantai pasokan pangan segar hasil
pertanian sesuai kebutuhan.
(2) Persyaratan dan tata cara penerapan sistem ketelusuran yang mencakup ruang
lingkup, informasi, skim pencatatan, persyaratan sertifikasi, pelabelan,
kadaluwarsa, akses informasi dan peraturan administrasi yang diperlukan akan
ditetapkan dengan peraturan tersendiri.
Pasal 20
Pelaku usaha pada rantai pasokan pangan segar hasil pertanian dari produksi
domestik maupun impor yang menyatakan bahwa unit usahanya menerapkan sistem
ketelusuran, harus memiliki sistem informasi dan data ketelusuran produk
sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 ayat (2) dan menyimpannya untuk jangka
waktu minimal 3 (tiga) tahun.

Peserta Diklat

Nama Sirrun Najwa Azalia

TTD/Tanggal

Catatan : Instruktur

Nama Moch. Saikhu, SP, M.Agr

TTD/Tanggal
C.10

Anda mungkin juga menyukai