Anda di halaman 1dari 51

BUDIDAYA KENTANG

Standart Operasional Prosedur


Produksi Benih Kentang

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Content Syarat Tumbuh Penyiangan dan Sanitasi
Persiapan Lahan Rouguing
Pengolahan Lahan Pemangkasan
Jarak Tanam Panen
Benih Pasca Panen
Penanaman Sortasi dan Grading
Pemupukan dasar Pencucian
Pengairan Penyimpanan
Pemasangan Ajir Pengemasan
Pemupukan susulan Sertifikasi Benih
Pembubunan
Syarat Tumbuh - Lokasi
• Tinggi tempat : > 1000 dpl
• Kemiringan lahan : 0-20o
• Curah hujan : 1.500–5.000 mm/th
• Suhu : 15o-20o C
• Lahan yang digunakan
• Bukan bekas tanaman sejenis atau
sefamili, jika memungkinkan hingga 3
musim tanam.
• Lahan terbuka, tidak ternaungi sehingga
matahari dapat langsung menyinari
tanaman.
• Lokasi lahan dekat dengan mata air
Waktu tanam ditentukan berdasar perkiraan datangnya musim hujan atau
tersedianya air irigasi serta berdasar pada kebutuhan

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 3
Persiapan Lahan
• Tujuannya agar diperoleh lahan yang siap ditanami
dan terbebas dari gangguan fisik (batu-batuan,
sampah, dll) maupun biologis (gulma atau sisa-sisa
tanaman) sehingga optimal untuk pertumbuhan
tanaman dan diperoleh benih dengan kualitas prima.
Standar Tentang Pembersihan Lahan
• Lahan bersih dari batu batuan, gulma, semak yang
dapat mengganggu
• lahan dari batu-batuan, gulma, semak belukar yang
dapat menghalangi pertumbuhan tanaman muda.
• Buang kotoran dan sisa-sisa bahan yang telah
dibersihkan pada tempat tertentu yang aman.
• Bongkar tanaman atau bagian tanaman yang dapat
menjadi sumber penyakit.
• Kubur/ benamkan sisa-sisa gulma dan semak
belukar.

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 4
Pengolahan Lahan
• Pengolahan tanah dilakukan dengan cara
mencangkul atau membajak tanah
sedalam 30 cm sampai gembur,
kemudian dibiarkan selama 15 hari untuk
memperbaiki keadaan tata udara dan
aerasi tanah serta menghilangkan gas-
gas beracun dan panas hasil dekomposisi
sisa-sisa tanaman
• Garitan dibuat dengan kedalaman ± 7-10
cm. Jarak antar garitan 70 – 80 cm. Pada
areal lahan yang miring garitan dibuat
melintang dengan arah kemiringan lahan.
• Lahan berupa lahan lereng/ trap harus
ada perlakuan lain, semisal dengan
penanaman pohon penguat pematang

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 5
Jarak Tanam
• Tujuannya agar diperoleh tempat benih
dan pupuk dengan jarak yang sama pada
seluruh garitan
• Jarak tanam yang ditetapkan harus
sesuai dengan ukuran benih, tipe tanah,
kemiringan lahan, kemampuan tanah
menyimpan air dan arah datangnya sinar.
• Jarak tanam dapat menggunakan
belahan bambu yang ditandai atau
menggunakan roda berjari dengan jarak
30 – 40 cm.

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 6
Benih kentang
Perbanyakan benih kentang dimulai dengan pengadaan benih induk berupa planlet, umbi
mini/micro-tuber, atau stek yang perbanyakannya melalui teknik kultur jaringan.
Benih induk berasal dari sel tanaman atau jaringan tanaman (meristem) yang bebas virus dan
diambil dari bagian tanaman tertentu, yaitu meristem pucuk, tunas umbi, pucuk tanaman atau
dari umbi mini yang bebas virus hasil penanaman secara kultur jaringan.

Benih Induk

G0 (Benih Penjenis) Perbanyakan benih kentang kelas G0 dengan teknik kultur


jaringan dilakukan di laboratorium dan rumah kasa A

G1 (Benih Dasar 1)

Perbanyakan benih kentang kelas G1 di rumah kasa B


G2 (Benih Dasar 2) mendapatkan pengawasan dengan ketat agar bebas virus
dan pathogen lainnya

G3 (Benih Pokok)

Perbanyakan benih kentang kelas G2, G3, G4


G4 (Benih Sebar) dilakukan di lapangan dengan tetap menjaga
bebas virus dan pathogen lainnyha

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 7
Benih kentang

Gambar : Benih Penjenis (G0), Benih dasar (G1) dan Benih Pokok (G2)

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 8
Persiapan Benih Sumber
• Tujuannya adalah menjamin benih yang
ditanam berkualitas (memiliki
keseragaman, kekuatan tumbuh, dan
sehat)
• Benih yang digunakan adalah benih
bersertifikat dari penangkar yang telah
terdaftar di BPSBTPH atau Dinas
Pertanian Kabupaten dan benih tersebut
siap tanam.
• Benih yang digunakan mempunyai kelas
benih yang lebih tinggi dari kelas benih
yang akan dihasilkan.
• Benih harus sehat tidak terinfeksi maupun
luka akibat serangga atau luka mekanis

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 9
Penanaman & Pemupukan Dasar
• Penanaman dan pemupukan dasar
adalah memberikan hara dasar di dalam
tanah dan meletakkan benih dengan
posisi tunas menghadap ke atas di antara
pupuk pada garitan yang disiapkan.
• Pemupukan harus mengacu pada empat
tepat, yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat
waktu, dan tepat jenis.
• Pupuk organik yang diberikan harus
berupa pupuk yang sudah matang dan
terdekomposisi dengan baik.
• Penanaman benih harus tidak
bersinggungan dengan pupuk, terutama
pupuk anorganik, karena dapat
mengakibatkan pembusukan

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 10
Pemupukan Dasar
• Pupuk kandang matang sebanyak
• 7-10 ton/ha (bokhasi)
• 15 -20 ton/ha (kotoran ayam)
• dan 20- 30 ton/ha (kotoran sapi)

• N sebanyak 100 - 150 kg/ha setara


dengan 476 - 714 kg ZA/ha atau
217- 326 kg Urea /ha
• P2O5 sebanyak 150 – 200 kg/ha setara
dengan 416 – 555 kg SP 36/ ha
• K2O sebanyak 100 – 150 kg/ ha setara
dengan 166 – 250 kg KCl/ ha

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 11
Pemupukan Dasar
• Pupuk organik ditempatkan diantara
benih yang telah diletakkan di dalam
garitan
• Pupuk kimia diletakkan di atas pupuk
organik
• Selanjutnya benih dan pupuk ditimbun/
disaeur dengan tanah sehingga
membentuk guludan dengan tinggi
±10 cm dari permukaan tanah

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 12
Pengairan (musim kemarau)
• Tujuan agar terpenuhi kebutuhan air bagi
tanaman dan membantu penyerapan
unsur hara oleh tanaman.
• Air irigasi diberikan pada lahan
pertanaman bila pertanaman dilakukan
pada musim kemarau. Pada prinsipnya air
irigasi diberikan hanya untuk menjaga
kelembaban tanah, terutama dalam
proses penyerapan unsur hara.
• Air dari sumber air dipompa dengan
menggunakan pompa air dan dialirkan
dengan menggunakan selang ke areal
pertanaman (sistem leb/geledeg ) atau
menggunakan sprinkle.
• Pengairan dilakukan secara rutin sesuai
kebutuhan
Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 13
Pemasangan Ajir (bila diperlukan)
• Tujuannya agar pertanaman mendapat sinar
matahari yang optimal dan tidak rebah.
• Ajir dipasang tanpa melukai dan mengganggu
pertumbuhan umbi, yang fungsi utamanya
sebagai penyangga tanaman agar tidak rebah.
• Membuat ajir dari bambu yang dibelah dengan
panjang 70–80 cm, lebar 2-3 cm.
• Untuk 1 tanaman 1 ajir lakukan pemasangan
ajir dengan cara ditancapkan berjarak +5 cm
dari tanaman kemudian antara ajir dengan
tanaman diikat menggunakan tali plastik
• Untuk pemasangan ajir/turus sistem jepit
dilakukan dengan memasang beberapa
pasang ajir/turus pada sisi guludan, yang
dihubungkan dengan tali plastik.

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 14
Pemupukan Susulan
• Pemupukan susulan sebagai nutrisi
tambahan sesuai kondisi pertumbuhan
tanaman.
• Taburkan pupuk susulan disekitar
tanaman setelah tanaman berumur
25–30 HST setelah penyiangan dan
dilanjutkan dengan pembumbunan I.
• Pupuk susulan dosis 5–10 gr pupuk
majemuk ( NPK ) per tanaman

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 15
Pembubunan
• Pembumbunan adalah meninggikan
guludan di lokasi pertanaman supaya
perakaran dan umbi kentang dapat
tumbuh optimal.
• Pembumbunan II dilakukan pada
tanaman umur 35 – 40 HST.
Pembumbunan dilakukan dengan
mencangkul tanah di antara guludan
(parit) kemudian dinaikkan ke atas
guludan sebelah kanan dan kiri parit

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 16
Penyiangan & Sanitasi
• Penyiangan dan sanitasi adalah
melakukan pemeliharaan dan
membersihkan guludan dari gulma,
tanaman pengganggu lainnya, dan
tanaman yang sakit sehingga
pertumbuhan tanaman optimal.
• Penyiangan dilakukan pada saat
tanaman berumur 20 – 30 HST.
• Melakukan pembenaman gulma atau
tanaman pengganggu hasil penyiangan
dan sanitasi diantara guludan.
• Untuk sisa tanaman yang sakit
dimusnahkan dengan cara dibakar atau
dibenamkan pada tempat terpisah

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 17
Pengendalian OPT

• Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah tindakan untuk


menekan serangan OPT guna mempertahankan produksi dengan sistem
Pengendalian Hama Terpadu
• Tujuannya adalah agar OPT terkendali tanpa merusak lingkungan.
• Lakukan pengamatan dan identifikasi terhadap OPT di pertanaman secara
berkala.
• Lakukan pengendalian OPT bilamana serangan mencapai ambang
pengendalian sesuai dengan kondisi serangan OPT dan fase atau stadia
tanaman dan teknik yang dianjurkan.
• Tentukan tindakan yang perlu segera dilakukan sesuai dengan jenis OPT.

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 18
Layu Bakteri
• Bakteri Ralstonia solanacearum dapat
menyerang tanaman melalui akar maupun daun.
• Layu diawali dari pucuk daun kemudian layu
menyeluruh pada tanaman terserang
• Kelayuan bersifat permanen, diikuti dengan
kematian tanaman.
• Bila batang dipotong akan tampak garis vaskuler
berwarna gelap, bila dimasukkan ke dalam air
bening akan mengeluarkan eksudat berupa
lendir berwarna putih keabu-abuan dan bila
pangkal batang dipijat dengan tang/penjepit
akan terlihat eksudat putih.

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 19
Pengendalian Layu Bakteri
Cara kultur teknis
• Gunakan benih sebar, bersertifikat dan berlabel
• Lakukan rotasi tanam dengan tanaman yang
bukan inang patogen selama minimal 3 musim.
• Pilih lahan dengan drainase yang baik
• Lakukan sanitasi kebun dengan memberantas
gulma dan pengganggu lainnya
• Hindari pelukaan karena mekanis maupun
nematoda pada akar dan umbi
Cara fisik/mekanis
• Cabut tanaman teserang sampai ke akar-
akarnya beserta tanah disekitar perakaran,
dimasukkan kedalam kantong plastik kemudian
dimusnahkan.
Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 20
Pengendalian Layu Bakteri
Cara biologis
Menggunakan agens hayati seperti bakteri
Pseudomonas fluorescens dengan dosis aplikasi
10 ml/liter air pada saat awal tanam, dan 100
ml/liter air pada saat tanaman berumur 15 hari
dengan cara disemprotkan ke seluruh permukaan
bedengan secara merata.

Cara kimiawi
Aplikasi dengan bakterisida untuk mengendalikan
penyakit layu bakteri dengan bahan aktif asam
oksolinik 20%, dengan dosis sesuai anjuran .

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 21
Busuk Daun
Penyebab: Phytophthora infestans yaitu jamur
yang termasuk famili Phythiaceae
Gejala
• Gejala terjadi pada saat mulai tumbuh daun
atau tanaman berumur 3 – 6 minggu dan
dijumpai pada daun-daun bawah, kemudian
merambat ke daun yang lebih muda, terkadang
juga menyerang pada bagian batang
• Awal serangan terdapat bercak kebasah-
basahan, bercak kemudian melebar dan
terbentuklah daerah nekrotik yang berwarna
coklat.
• Serangan tingkat lanjut muncul bercak-bercak
nekrotik yang berkembang ke seluruh daun
tanaman dan menyebabkan tanaman mati.
Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 22
Pengendalian Busuk Daun
Cara kultur teknis
• Hindari penanaman yang berdekatan dengan
pertanaman inang terutama yang lebih tua,
agar tidak terjadi penularan.
• Lakukan sanitasi lingkungan dari sisa tanaman
yang terserang kemudian dibakar atau
dimusnahkan
Cara fisik/mekanis
Pemetikan bagian tanaman yang terserang,
dimasukkan dalam kantong plastik kemudian
dimusnahkan.
Cara biologi
Pengendalian secara biologi menggunakan agens
hayati seperti cendawan Trichoderma atau Gliocladium
dengan dosis penyemprotan 100 gram/10 liter air
ditambah dengan zat perekat.
Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 23
Virus Daun Menggulung (Potato Leaf Roll Virus/ PLRV)
Penyebab: Virus yang ditularkan melalui kutu daun
seperti Myzus persicae, Aphis sp.
Gejala
• Daun menggulung ke atas di sepanjang urat daun
utama yang dimulai dari ujung anak daun.Tangkai
daun agak tegak dan helaian anak daun kaku dan
regas, warna daun kekuningan atau mengalami
klorosis.
• Apabila infeksi akibat terbawa benih, maka gejala
pada umumnya diawali dari daun bagian bawah,
sedangkan terjadinya infeksi di lapangan maka
gejala yang terlihat pada bagian atasnya
• Daun dan batang tanaman yang sakit menjadi pucat
dan kurus serta batang mengecil.
• Tanaman yang terinfeksi membentuk umbi yang
kecil-kecil.

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 24
Pengendalian Virus Daun Menggulung
(Potato Leaf Roll Virus/ PLRV)

Cara kultur teknis


• Gunakan benih sebar, bersertifikat dan berlabel.
• Tanaman yang memperlihatkan gejala serangan
virus supaya tidak menjadi sumber infeksi bagi
tanaman lain dianjurkan untuk segera dicabut.
• Sanitasi kebun dilakukan dengan memusnahkan
gulma yang mungkin menjadi inang virus.
• Pemanfaatan musuh alami seperti kumbang
Coccinella
Cara kimiawi
• Gunakan insektisida sistemik dengan tujuan
menekan populasi vektorbvirus kentang, sehingga
penyebaran virus yang terjadi antar tanaman atau
yang dari luar dapat dicegah atau dikurangi.
• Beberapa insektisida sistemik yang dianjurkan

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 25
Virus Mozaik
Penyebab penyakit virus mozaik yang biasa dijumpai pada varietas granola adalah virus
kentang Y/ Potato Virus Y ( PVY ) yang ditularkan oleh vektor Aphis gossypii, Myzus persicae
Gejala
Daun terlihat belang belang ( mozaik ), bagian tepi daun bergelombang, permukaan daun
berkerut, pertumbuhan tanaman kerdil. Umbi yang dihasilkan berukuran kecil - kecil
Pengendalian
a. Cara kultur teknis
• Gunakan benih sebar, bersertifikat dan berlabel.
• Tanaman yang memperlihatkan gejala serangan virus supaya tidak menjadi sumber infeksi
bagi tanaman lain dianjurkan untuk segera dicabut.
• Sanitasi kebun dilakukan dengan memusnahkan gulma yang menjadi inang virus.
• Pemanfaatan musuh alami seperti kumbang Coccinella
b. Cara kimiawi
Gunakan insektisida sistemik dengan tujuan menekan populasi vektor virus sehingga
penyebaran virus yang terjadi antar tanaman
Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 26
Nematoda Sista Kentang (NSK)
Penyebab: Globodera sp
Gejala
• Kerusakan, baru tampak nyata setelah lahan yang
terinfeksi NSK ditanami berkali-kali.
• Perakaran rusak dan tidak berfungsi secara normal
dalam menyerap air dan hara.
• Pertumbuhan tanaman terganggu, klorosis dan
cenderung layu hingga akhirnya tanaman mati.
• Serangan pada akar tidak spesifik tapi akan terlihat
sista kuning, krim atau keputih
• Pada serangan berat, tanaman gagal membentuk
umbi sehingga menurunkan produksi kentang
secara nyata.

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 27
Pengendalian Nematoda Sista Kentang
(NSK)
Cara kultur jaringan
• Gunakan benih sebar, bersertifikat dan berlabel · Lahan pertanaman
yang bebas dari NSK
• Sanitasi kebun, dengan cara mencangkul lahan sedalam 30 cm juga
dilakukan penyiangan gulma sebersih mungkin terutama dari famili
Solanaceae.
• Melakukan rotasi tanaman dengan menanam jenis tanaman yang tahan
atau bukan inang NSK
Cara biologi
• Gunakan agens hayati seperti beberapa cendawan yang mampu
memparasit telur dan induk nematoda seperti Verticillium
chlamydosporium, Clydocarpon destructants, Acremanium strictum
• Menggunakan 40 gram/tanaman biakan jamur Verticillium lecanii
• Menggunakan dosis 40 gram per tanaman biakan murni Arthrobotrys.
• Menggunakan tepung kulit udang 6 gram per tanaman.
Cara kimiawi
• Aplikasi nematisida yang efektif dan aman lingkungan dan tidak
fitotoksik
Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 28
Lalat Pengorok Daun
Penyebab: Liriomyza huidobrensis
Gejala
• Serangga dewasa betina memasukkan
ovipositor ( alat peletak telur) pada daun,
menyebabkan gejala bintik bintik putih
• Larva di dalam lapisan daun menimbulkan liang
korokan yang berkelok kelok, meluas sehingga
daun menjadi kering dan berwarna coklat
seperti terbakar
• Serangan dapat terjadi sejak fase pra
pembentukan umbi (umur 21- 35 hari setelah
tanam) dan berlanjut hingga fase tua (umur 61
hst – menjelang panen).

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 29
Pengendalian Lalat Pengorok Daun
Cara kultur teknis
• Melakukan pembersihan semua jenis gulma pada areal
pertanaman sebelum penanaman dilakukan.
• Menggunakan bibit kentang yang sehat dan diupayakan
tanaman tumbuh subur dengan pengairan yang cukup,
pemupukan berimbang, penyiangan dan pembumbunan.
• Menanam tanaman perangkap, seperti kacang merah,
kenikir yang ditanam lebih awal sebelum tanaman kentang
ditanam (2 minggu) tanaman perangkap ini ditanam di
sekitar pinggiran tanaman kentang.
Cara mekanis
• Memotong daun-daun yang terserang dan ditimbun dalam
tanah (bersamaan pada waktu pembumbunan).
• Pengairan yang cukup.
• Penggunaan perangkap kuning berperekat sebanyak 40
buah per hektar.
Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 30
Pengendalian Lalat Pengorok Daun
Cara Biologi
Menggunakan musuh alami seperti beberapa parasit
tabuhan seperti: Acecodes sp, Hemiptarsenus
varicornis, Granotoma sp dan Opius sp.

Cara kimiawi
Penggunaan pestisida yang sudah diizinkan.
Liriomyza merupakan hama yang sulit dikendalikan
karena mampudengan cepat berkembang menjadi
resisten. Oleh karena itu pergiliran penggunaan
insektisida sangat dianjurkan. Beberapa jenis
insektisida yang diketahui efektif adalah
Cyromazine, Abamectin, Klourfluazuron, Dimethoat,
Bensultap dan Profenofos.

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 31
Pengisap Daun Thrips
Cara kultur teknis
• Melakukan pembersihan semua jenis gulma pada areal
sebelum penanaman dilakukan
• Menggunakan bibit kentang sehat dan diupayakan
tanaman tumbuh subur dengan pengairan yang cukup,
pemupukan berimbang, penyiangan dan pembumbunan.
• Penggunaan perangkap perekat warna biru atau putih
sebanyak 40 buah per hektar.
Cara mekanis
• Memotong daun-daun yang terserang, lalu dikumpulkan
dan dimusnahkan.
• Menggunakan mulsa plastik berwarna perak, yang
dipasang sebelum bibit kentang ditanam.
Cara kimiawi
Ambang pengendalian thrips adalah 100 nimfa/10 tanaman.

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 32
Pengendalian Thrips
Penyebab: Thrips palmi
Thrips merupakan hama yang sangat kecil (panjang 1 - 2 mm),
menghisap cairan sel pada permukaan bawah daun. Thrips
juga dapat menyebarkan penyakit Tomato Spindle Wilt Virus
(TSWV).
Gejala
• Serangga dapat menyerang tanaman pada stadia nimfa dan
dewasa merusak tanaman dengan cara mengisap isi cairan
daun.
• Daun yang teserang berwarna keperak-perakan atau
kekuning-kuningan seperti perunggu pada permukaan
bawah daun, karena cairan sel daun diisap sehingga daun
seperti berkerut.
• Pada serangan berat, bagian bawah helaian daun berwarna
merah tembaga mengkilat dan pucuk tanaman mengering
kemudian mati.
• Populasi hama meningkat pada musim kering. Oleh karena
itu pengairan yang cukup merupakan cara pengendalian
yang baik
Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 33
Ulat Penggerek Daun dan Umbi Kentang
Penyebab: Phthorimaea operculella
Gejala
• Larva merusak daun kentang di lapangan dan merusak umbi
kentang di dalam gudang. Larva masuk melalui ujung
tanaman dan batang, menggerek daun dan melubangi umbi
• Daun yang terserang tampak ada jalinan seperti benang yang
membungkus ulat kecil berwarna kelabu.
• Kadangkala daun kentang menggulung, disebabkan karena
larva merusak permukaan daun sebelah atas kemudian
bersembunyi di dalam gulungan daun tersebut.
• Larva juga membuat gerekan pada tulang dan tangkai daun.
Hal ini menyebabkan matinya titik tumbuh serta lemah dan
rapuhnya batang.
• Serangan pada umbi dapat dilihat dengan adanya kotoran
berwarna coklat tua pada kulit umbi. Bila umbi kentang
dibelah maka akan terlihat lubang-lubang atau alur-alur yang
dibuat oleh ulat sewaktu memakan umbi.

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 34
Pengendalian Penggerek Daun dan Umbi
Cara kultur teknis
• Penanaman kentang dilakukan pada musim hujan.
• Pengairan yang sesuai untuk mencegah keretakan tanah
yang memungkinkan masuknya ulat ke dalam umbi.
• Pertinggi guludan, agar umbi tidak muncul ke tanah
Cara mekanis
• Memotong daun yang terserang dan dimusnahkan.
• Melakukan sanitasi kebun dengan mengendalikan gulma
Cara biologi
Memanfaatkan agens hayati seperti Bacillus thuringinesis
atau Baculovirus dapat digunakan untukumbi-umbi kentang
yang disimpan digudang.
Cara kimiawi
Penyemprotan dengan menggunakan pestisida yang sudah
diizinkan

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 35
Kutu daun/Aphid
Penyebab: Myzus persicae
Gejala
• Kutu daun menghisap cairan daun muda atau bagian
tanaman yang masih muda.
• Pada daun yang terserang tampak bercak tanaman yang
terserang didapati segerombolan kutu.
• Serangan berat pada daun menyebabkan daun
berkeriput, berkerutkerut, tumbuhnya kerdil, berwarna
kekuningan, daun terpuntir dan menggulung kemudian
mati

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 36
Pengendalian Kutu daun
Cara kultur teknis
• Melakukan sanitasi dengan membersihkan gulma
• Menanam tanaman perangkap di sekeliling pertanaman kentang
dengan tanaman yang lebih tinggi dari tanaman kentang, terutama
yang berwarna kuning.
• Menanam bawang daun secara tumpang sari satu minggu sebelum
dilakukan penanaman kentang yang berfungsi sebagai penangkal
serangan Aphid
Cara mekanis
• Memotong daun-daun yang terserang dan musnahkan
• Menggunakan baskom berwarna kuning berisi air sebanyak 40 buah
per hektar atau 2 buah per 500 m2 sejak tanaman berumur 2 minggu.
Cara biologi
Memanfaatkan agens hayati seperti parasitoid Aphidius sp dan predator
kumbang macan (Coccinelidae repanda) atau patogen Enthomopthora
sp.
Cara kimiawi
Aplikasi insektisida dianjurkan apabila populasi kutu daun telah berada di
atas ambang pengendalian yaitu 7 ekor per tanaman
Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 37
Rouguing
Rouguing adalah memilih tanaman yang sehat dan tidak
cacat sesuai dengan identitas varietas. Tujuannya agar
diperoleh mutu benih yang baik sesuai dengan ciri-ciri
varietas yang ditanam.

Standar tentang rouguing


• Rouguing dilakukan minimal tiga kali yaitu pada saat
tanaman berumur 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan.
• Hal yang harus diperhatikan pada waktu rouguing
adalah keseragaman, tipe pertumbuhan, warna daun,
warna batang, warna umbi dan kesehatan tanaman.
Prosedur Kerja Penentuan Saat Rouguing
• Lakukan pengamatan terhadap perkembangan fisik
tanaman pada saat tanaman berumur 1 bulan, 2
bulan dan 3 bulan.
• Cabut tanaman yang sakit, kerdil, tidak normal dan
layu, tipe simpang dan varietas lain (off type ).

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 38
Pemangkasan
• Pemangkasan adalah pemotongan batang dan daun
di atas permukaan tanah dengan menyisakan sedikit
pangkal batang (± 5 cm) sehingga pada saat
dilakukan panen kulit umbi menjadi lebih kuat.
• Tujuannya adalah untuk menguatkan kulit umbi,
memperoleh ukuran umbi yang dikehendaki,
mengendalikan atau mencegah penyakit yang ada di
bagian batang dan daun tidak sampai turun ke umbi.
• Pemangkasan dilakukan pada saat tanaman
berumur ± 70-85 hari setelah tanam (± 1-2 minggu
sebelum panen).
• Setelah dilakukan pemangkasan dilakukan panen
percobaan untuk mengetahui saat waktu panen yang
tepat dan perkiraan hasil yang akan dicapai;

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 39
Panen
Panen dilakukan setelah :
• Tanaman berumur 100-105 hari
• Ciri-ciri fisik perubahan warna
daun dari hijau segar menjadi
kekuningan
• Kulit umbi kentang tidak mudah
lecet atau terkelupas

1. Lakukan pencangkulan guludan dengan hati-


hati agar umbi tidak luka.
2. Setelah guludan roboh dan gembur, umbi
diambil dengan tangan dan dikumpulkan
dalam barisan diantara guludan.
3. Biarkan untuk sementara agar tanah pada
kulit umbi kering dan lepas

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 40
Pasca Panen
• Pembersihan dan Seleksi Benih di lapangan adalah
proses menghilangkan kotoran yang menempel pada
umbi dan memisahkan umbi-umbi yang terinfeksi
hama dan penyakit, luka mekanis/serangga dan
varietas lain.
• Tujuannya adalah untuk memperoleh benih yang
bersih , sesuai varietas dan sehat
• Kumpulkan benih yang sudah bersih dan dimasukan
dalam wadah.
• Umbi hasil sortir lapang dimasukan kedalam wadah
dan disimpan digudang selama satu minggu agar
benih mudah dibersihkan dari kotoran yang masih
melekat pada kulit umbi, kulit umbi lebih kuat dan
memudahkan untuk mengidentifikasi adanya
kontaminasi penyakit dari tanah.

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 41
Sortasi dan Grading
• Sortasi dan Grading adalah proses pemilihan dan
pemisahan umbi untuk benih berdasarkan kualitas dan
ukuran
• Tujuannya untuk memisahkan benih yang baik dengan
yang tidak baik, yang seragam dalam ukuran dan
kualitas
• Sortasi umbi calon benih dilakukan secara teratur,
pisahkan umbi-umbi yang terinfeksi hama maupun
penyakit, luka mekanis/serangga dan varietas lain;
• Seleksi ukuran benih dikelompokan berdasarkan berat
umbi :
• a. Ukuran LL adalah Lebih dari 120 gram;
• b. Ukuran L2 adalah 90 - 120 gram;
• c. Ukuran L1 adalah 60 - 90 gram;
• d. Ukuran M adalah 60 - 90 gram;
• e. Ukuran S adalah 30 - 90 gram; dan
• f. Ukuran SS adalah kurang dari 10 gram.

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 42
Pencucian umbi dan Perlakuan
Pestisida
• Pencucian Umbi dan Perlakuan Pestisida adalah mencuci benih
untuk menghilangkan kotoran yang masih melekat pada umbi
selanjutnya dicelupkan kedalam bak yang berisi larutan pestisida
sistemik yang dianjurkan
• Tujuannya adalah untuk memperoleh benih yang bersih dan
mencegah serangan hama dan penyakit.]

Prosedur kerja pencucian dan perlakuan pestisida


• Lakukan pencucian umbi yang telah dikelompokkan dengan air untuk
menghilangkan kotoran yang masih melekat pada umbi
• Celupkan umbi yang telah dicuci dengan air kedalam bak yang berisi
larutan pestisida sistemik yang dianjurkan
• Kering anginkan umbi yang telah dicelupkan dalam pestisida agar air
yang melekat di permukaan umbi menjadi kering;

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 43
Penyimpanan
Standar Penyimpanan
• Penyimpanan dilakukan dalam gudang dengan ventilasi yang
memadai agar sirkulasi udara lancar dan kelembaban sekitar 65
– 70%, sinar matahari cukup dan tempat penyimpanan harus
bersih.
• Calon benih yang disimpan harus dikelompokan dengan
memperhatikan keseragaman/homogenitas. Satu kelompok
benih harus berasal dari satu unit penangkaran dan tidak lebih
dari 20 ton..
Prosedur Pelaksana
• Persiapkan kotak kayu/krat/ keranjang/ waring digunakan
sebagai wadah umbi kentang yang akan disimpan dalam gudang.
• Umbi calon benih yang disimpan digudang bagian permukaan
umbi ditaburi insektisida secara merata.
• Masukkan wadah berisi umbi kentang ke dalam ruang
penyimpanan dan disusun secara rapi.
• Dalam penyimpanan, umbi calon benih ditutup dengan kain kasa
atau kelambu untuk mencegah serangga dan menginfeksi umbi

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 44
Pengemasan
Standar Pengemasan
• Pengemasan harus menggunakan bahan yang kuat
dan aman. Jumlah tiap kemasan harus sesuai dengan
tujuan pengemasan sehingga tidak merusak umbi
calon benih.

Prosedur Pelaksana
• Pengemasan dilakukan dengan dua alternatif yaitu
• Apabila langsung dijual ke pasar bisa langsung
dalam waring dengan kapasitas ± 25- 40kg
• Untuk pasar khusus kapasitas dan jenis kemasan
disesuaikan dengan permintaan pasar

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 45
Sertifikasi Benih Kentang

• UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem budidaya tanaman, pada pasal 13 menyebutkan
bahwa benih dari varietas yang sudah dilepas apabila akan diperdagangkan/diedarkan
harus melalui sertifikasi benih.

• Tujuan utama sertifikasi benih adalah untuk melindungi konsumen dari perolehan benih
yang tidak benar baik varietas maupun mutunya. Pelaksanaan sertifikasi ini dapat
dilakukan oleh instansi pemerintah yang dikenal dengan nama Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih (BPSB) serta perorangan atau badan hukum yang telah memperoleh
ijin dari lembaga yang berwenang

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 46
Sertifikasi Benih Kentang

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 47
Sertifikasi Benih Kentang

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 48
Sertifikasi Benih Kentang

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 49
Sertifikasi Benih Kentang

Sumber : SPO Produksi Benih Kentang, Kab Bandung, DirJen Hortikultura 2010
Page 50
Thank you for your attention

Anda mungkin juga menyukai