Anda di halaman 1dari 21

PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN

PERANAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN TERHADAP


AGROINDUSTRI GLOBAL

DOSEN PENGAMPUH:

Ir. Surhaini S.tp, M.P

David Deni Saputra

J1A117041

THP/R-002

TEKNOLOGI PERTANIAN

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2017
Daftar isi

Kata pengantar .......................................................................................


Daftar isi ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
1.1 Latar belakang ...................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................
2.1 pengertian agroindustri......................................................................
2.2 Peranan teknologi pasca panen dalam perkembangan IPTEK ..........
2.3 Bagimana teknologi hasil pertanian di Indonesia .............................
BAB III PENUTUP ................................................................................
3.1 Kesimpulan .......................................................................................
3.2 Saran ..................................................................................................
Daftar pustaka .........................................................................................
Kata pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang peranan teknologi hasil pertanian terhadap
agroindustri global.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang peranan teknologi
hasil pertanian terhadap agroindustri global ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jambi,27 Oktober 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam pengembangan agroindustri di tingkat perusahaan skala besar atau


BUMN sebagaimana dicanamgkan oleh Pemerintah penting artinya dijalin
kemitraan dengan usaha dan kegiatan yang dilakukan industri kecil at au
pedesaan, Industri kecil ini dapat berperan dalam penyediaan atau penanganan
serta pengolahan awal dari bah an baku yang akan diolah oleh industri besar (
Mangunwidjaja, 1998 ). Sehingga dapat kasus minyak atsiri misalnya, maka
penyediaan baku sampai pengolahan minyak atsiri dikerjakan oleh industri
keciL Minyak atsiri dari industri keeil atau pedesaan inilah yang kcmudian
diolah oleh perusahaan besar (BUMN, swasta ) dcngan tcknologi yang lebih
clisien unluk dihasilkan produk hilir bernilai tambah tinggi. Contoh serupa
dapat dikembangkan untuk produk kimia-oleo (oleoehemicals ) baik dengan
bahan dasar kelapa atau kelapa sawit.

Bahwa pengembangan agroindustri di Indonesia selama ini banyak dililit


oleh kendala , hal ini tak dapat dipungkiri. Salah satu kendala teknis adaJah
kemampuan mengolah kita yang masih rendah. Hal itu ditunjukkan dengan
sebagian besar k’1moditas pertanian yang diekspor merupakan bahan mentah,
dengan nilai indeks retensi pengolahan sebesar 0,71 – 0,75 %. Angka tersebut
menunjukkan bahwa hanya 25 – 29% produk pertanian Indonesia yang
diekspor dalam bentuk olahan. Kondisi ini tentllsaja memperkecil nilai tambah
yang diperoleh dari ekspor produk: pertanian, sehingga pengolahan lebih
lanjut menjadi tuntutan bagi perkembangan agroindustri di era global.

Dalam lingkup pcrdagangan pengolahan hasil perlanian mcnjadi produk


agroindustri ditujukan untuk meningkatkan nilai tam bah komoditas tersebut.
Semakin tinggi nilai produk olahan (seperti dicontohkan diatas) diharapkan
devisa yang diterima oleh negara juga meningkat, serta keuntungan yang
diperoleh oleh para pelaku agroindustri juga relatif tinggi. Konsepsi
peningkatan nilai tambah agroindustri ini menjadi tema utama Simposium
Nasional Agroindustri 111, tahun 1997 (Anonim, 1997) Teknologi proses
yang dapat diterapkan untuk agroindustri sangat beragam, dan yang sederhana
(fisik, mekanik seperti pengE’ringan ) teknologi sedang (reaksi hidrolisis )
sampai ke teknologi tinggi (proses bioteknologis). Dengan ragam teknologi
yang demikian luas, maka diperlukan strategi pemilihan teknologi yang tepat
untuk pengembangan agroindustri. Strategi ini bertumpu pada prinsip dasar
pendayagunaan sumberdaya pertanian yang merupakan keunggulan
komparatif menjadi pf(lduk agroindustri unggulan yang mampu bersaing
dipasaran dunia (keunggulan kompetitif).

Perkembangan iptek dan penerapannya di industri, menyebabkan batasan


suatu ranah (domain) iptek mengalami pembaharuan dari masa ke masa.
Demikian pula dengan teknoiogi proses yang pada awal tahun 1940-an
senantiasa dihubungkan dengan proses kimiawi (Austin,1984). Dalam konteks
tersebut teknologi proses diberi pengertian tentang tatacara berlandaskan ilmu
pengetahuan untuk mengubah bahan secara kimiawi menjadi produk yang
nilai ekonominya lebih tinggi. Oleh karena selain proses kimiawi, perlakuan
fisik juga mampu meningkatkan nilai tambah suatu bahan, cakupan ini
kemudian dipilahkan menjadi Satuan Operasi (Unit operation). Dengan
demikian, teknologi proses diberi batasan tentang tatacara berlandaskan ilmu
pengetahuan untuk mengubah secara kimiawi dan/atau fisik secara komersial
suatu bahan menjadi produk.

BAHAN MENTAH —-> PENGUBAHAN(KONVERSIO)——> PRODUk

Berdasarkan batasan tersebut, teknologi (proses) untuk agroindustri


merupakan penerapan pengubahan (kimiaw/biokimiawi dan/atau fisik ) pada
hasil pertar.ian menjadi produk dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Produk agroindustri ini dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi
atau digunakan oleh manusia ataupun procuk yang merupakan bahan baku
industri lain. Dalam tahapan proses, termasuk tahapan perlakuan/proses hulu
(pasca panen). penyiapan, pengondisian, pemilihan (sortasi), dan lain lain,
serta proses hilir berupa pemisahan dan pemurnian produk.

Sampai tahun 1980-an, perguruan tinggi teknologi (kimia, lingkungan,


pertanian, farmasi) dalam kurikulum pendidikanya mengacu pada pemilahan
tersebut, yaitu satuan operasi (pengelompokan berdasarkan pengubahan fisik)
dan satuan proses (pengelompokan berdasarkan pengubahan kimiawi). Dalam
pendekatan ini, tinjauan dtau telaahan teknologi proses menjadi lebih bersifat
analisis. Sehabis Perang Dunia II, pendidikan rekayasa (teknik, engineering)
kimia, terutama di Eropa berkembang pesat dengan pusatnya di Jerman dan
Perancis, dan pendekatan analisis parsial tersebut mulai ditinggalkan dan
mengubahnya dengan pendekatan kearah lebih sintesis. Dalam pendekatan ini
teknologi proses dilihat sebagai sistem proses dan dicakup dalarn ranah
rekayasa proses (process engineering). Dalam perkembangan berikutnya
diparuh tahun 1970 dasar rekayasa proses itu diterapkan untuk konversi
biokimiawi (enzimatik maupun mikrobial ) dan memunculkan ranah bam
bioproses. Dalam pendekatan rekayasa proses, fokus lebih diarahkan pada
tatacara untuk mencari atau merealisasikan langkah proses yang diperlukan
untuk mengubah bahan. menjadi pr?duk secara .opt.irhal, dan mengendalikan
sistem pemroses beroperasl secara optImal (SoerawldJaJa, 1992). Berdasarkan
perkembangan tersebut, bahasan dalam teknologi proses meliput sintesis,
optimasi, pemodelan dan simulasi, serta pengendalian proses (Rudd dan
Watson, 1988. Seider, et aI, 1999, Suryani dan Mangunwidjaja, 2000)

1.2 Rumusan masalah


1. Pengertian agroindustri?
2. Apa Peranan teknologi pasca panen dalam perkembangan IPTEK?
3. Bagimana teknologi hasil pertanian di Indonesia?
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu agroindustri
2. Untuk mengetahui apa peranan teknologi pasca panendalam
perkembangan IPTEK
3. Untuk mengetahui bagaimana teknologi hasil pertanian di indonesia
BAB II

PEMBAHSAN

2.1 pengertian agroindustri

Agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dengan mengoptimalkan lahan


pertanian sebagai sumber agrobisnis. Menurut Soekartawi (1991) ada enam
subsistem dari agrobisnis, yaitu :

a) Penyediaan sarana produksi dan peralatan

b) Usaha tani

c) Pengolahan hasil (agroindustri)

d) Pemasaran

e) Sarana

f) Pembinaan

Keenam subsistem agrobisnis ini perlu dikembangkan karena


sangat menunjang dalam melaksanaan pembangunan.

Agroindustri merupakan fase pertumbuhan setelah pembangunan


pertanian, tetapi sebelum pembangunan tersebut memulai ke tahapan
pembangunan industri. Agroindustri dapat dibedakan menjadi :

a) Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk


pertanian.
b) Agroindustri adalah suatu tahapan pembangunan sebagai
kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum mencapai

tahapan pembangunan industri.

Agroindustri didefenisikan menurut para ahli :

 Soeharjo (1991) Agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dan


karena itu agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis
yang disepakati selama ini yaitu subsistem penyediaan sarana produksi
dan peralatan , usaha tani, pengolahan hasil (agroindustri), pemasaran,
sarana dan pembinaan.
 Manalili dan Sajise (1996) Agroindustri adalah fase pertumbuhan setelah
pembangunan pertanian, tetapi sebelum pembangunan tersebut memulai
ke tahapan pembangunan industri. Jadi setelah pembangunan pertanian
diikuti oleh pembangunan agroindustri kemudian pembangunan industri.
 Menurut Sarigih (2000) Agroindustri dapat digolongkan menjadi 4 yang
meliputi : agroindustri pengolahan hasil pertanian, agroindustri yang
memproduksi peralatan dan mesin pertanian, agroindustri input pertanian
(pupuk, pestisida, herbisida dan lain-lain) dan, agroindustri jasa sektor
pertanian.
 Ø Austin (1981)Agroindustri yaitu perusahaan yang memproses bahan
nabati (yang berasal dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh
hewan).

Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai


bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan
tersebut. Secara eksplisit pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh
Austin (1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari
tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan
mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi,
penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk Agroindustri ini dapat
merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan
baku industri lainnya.

Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri pertanian sejak


produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai
penggunaannya oleh konsumen. Agroindustri merupakan kegiatan yang saling
berhubungan (interlasi) produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan,
pendanaan, pemasaran dan distribusi produk pertanian. Dari pandangan para pakar
sosial ekonomi, agroindustri (pengolahan hasil pertanian) merupakan bagian dari
lima subsistem agribisnis yang disepakati, yaitu subsistem penyediaan sarana
produksi dan peralatan. usaha tani, pengolahan hasil, pemasaran, sarana dan
pembinaan. Agroindustri dengan demikian mencakup Industri Pengolahan Hasil
Pertanian (IPHP), Industri Peralatan Dan Mesin Pertanian (IPMP) dan Industri
Jasa Sektor Pertanian (IJSP).

Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP) dapat dibagi menjadi beberapa bagian
sebagai berikut :

1. IPHP Tanaman Pangan, termasuk di dalamnya adalah bahan pangan kaya


karbohidrat, palawija dan tanaman hortikultura.
2. IPHP Tanaman Perkebunan, meliputi tebu, kopi, teh, karet, kelapa, kelapa
sawit, tembakau, cengkeh, kakao, vanili, kayu manis dan lain-lain.
3. IPHP Tanaman Hasil Hutan, mencakup produk kayu olahan dan non kayu
seperti damar, rotan, tengkawang dan hasil ikutan lainnya.
4. IPHP Perikanan, meliputi pengolahan dan penyimpanan ikan dan hasil laut
segar, pengalengan dan pengolahan, serta hasil samping ikan dan laut.
5. IPHP Peternakan, mencakup pengolahan daging segar, susu, kulit, dan
hasil samping lainnya.

Industri Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP) dibagi menjadi dua kegiatan
sebagai berikut :

1. IPMP Budidaya Pertanian, yang mencakup alat dan mesin pengolahan


lahan (cangkul, bajak, traktor dan lain sebagainya).
2. IPMP Pengolahan, yang meliputi alat dan mesin pengolahan berbagai
komoditas pertanian, misalnya mesin perontok gabah, mesin penggilingan
padi, mesin pengering dan lain sebagainya.

Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP) dibagi menjadi tiga kegiatan sebagai
berikut :

1. IJSP Perdagangan, yang mencakup kegiatan pengangkutan, pengemasan


serta penyimpanan baik bahan baku maupun produk hasil industri
pengolahan pertanian.
2. IJSP Konsultasi, meliputi kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengawasan
mutu serta evaluasi dan penilaian proyek.
3. IJSP Komunikasi, menyangkut teknologi perangkat lunak yang melibatkan
penggunaan komputer serta alat komunikasi modern lainya.

Dengan pertanian sebagai pusatnya, agroindustri merupakan sebuah sektor


ekonomi yang meliputi semua perusahaan, agen dan institusi yang menyediakan
segala kebutuhan pertanian dan mengambil komoditas dari pertanian untuk diolah
dan didistribusikan kepada konsumen. Nilai strategis agroindustri terletak pada
posisinya sebagai jembatan yang menghubungkan antar sektor pertanian pada
kegiatan hulu dan sektor industri pada kegiatan hilir. Dengan pengembangan
agroindustri secara cepat dan baik dapat meningkatkan, jumlah tenaga kerja,
pendapatan petani, volume ekspor dan devisa, pangsa pasar domestik dan
internasional, nilai tukar produk hasil pertanian dan penyediaan bahan baku
industri.

Salah satu kendala dalam pengembangan agroindustri di Indonesia adalah


kemampuan mengolah produk yang masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan
sebagian besar komoditas pertanian yang diekspor merupakan bahan mentah
dengan indeks retensi pengolahan sebesar 71-75%. Angka tersebut menunjukkan
bahwa hanya 25-29% produk pertanian Indonesia yang diekspor dalam bentuk
olahan. Kondisi ini tentu saja memperkecil nilai tambah yang yang diperoleh dari
ekspor produk pertanian, sehingga pengolahan lebih lanjut menjadi tuntutan bagi
perkembangan agroindustri di era global ini. Teknologi yang digolongkan sebagai
teknologi agroindustri produk pertanian begitu beragam dan sangat luas
mencakup teknologi pascapanen dan teknologi proses. Untuk memudahkan,
secara garis besar teknologi pascapanen digolongkan berdasarkan tahapannya
yaitu, tahap atau tahap sebelum pengolahan, tahap pengolahan dan tahap
pengolahan lanjut. Perlakuan pascapanen tahap awal meliputi, pembersihan,
pengeringan, sortasi dan pengeringan berdasarkan mutu, pengemasan, transport
dan penyimpanan, pemotongan/pengirisan, penghilangan biji, pengupasan dan
lainnya. Perlakuan pascapanen tahap pengolahan antara lain, fermentasi, oksidasi,
ekstraksi buah, ekstraksi rempah, distilasi dan sebagainya. Sedangkan contoh
perlakuan pascapanen tahap lanjut dapat digolongkan ke dalam teknologi proses
untuk agroindustri, yaitu penerapan pengubahan (kimiawi, biokimiawi, fisik) pada
hasil pertanian menjadi produk dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti,

1. Kakao ; lemak kakao,bubuk kakao, produk coklat.


2. Kopi ; Kopi bakar, produk-produk kopi, minuman, kafein.
3. Teh ; Produk-produk teh, minuman kesehatan.
4. Ekstrak/oleoresin ; produk-produk dalam bentuk bubuk atau enkapsulasi.
5. Minyak atsiri ; produk-produk aromaterapi, isolat dan turunan kimia.

Produk-produk yang dihasilkan ada yang dapat digunakan secara langsung


dari sejak tahap awal, seperti rempah-rempah, sari buah dan lainnya, serta ada
pula yang menjadi bahan baku untuk industri lainya, seperti industri makanan,
kimia dan farmasi.

2.2 Peranan teknologi pasca panen dalam perkembangan IPTEK

Proses menghasilkan (proses produksi) komoditas hasil pertanian


dipandang perlu untuk dilakukan secara lebih terencana, baik dalam produktifitas,
kualitas, maupun waktu panen. Dengan demikian, perencanaan produksi dan
penanganan hasil, termasuk jaringan distribusi dan pemasarannya, haruslah
dilakukan sebagai suatu sistem terpadu didalam suatu tatanan industri pertanian
yang berbasis bisnis agroindustri yang dapat dikendalikan secara penuh. Dengan
demikian pola pandang pertanian modern semacam ini akan berbeda jika
dibandingkan dengan pertanian pada umumnya (konvensional) yang sangat
tergantung kepada keadaan alam. Dalam hal ini, teknologi produksi dan
penanganan pasca panen hasil pertanian dipandang sebagai ujung tombak serta
satu syarat mutlak untuk suatu rangkaian proses didalam sistem agribisnis. Bila
keseluruhan jaringan mata rantai didalam agribisnis dapat dikendalikan secara
ketat, maka putaran bisnis didalamnya akan lebih terjamin layaknya sebagai suatu
industri.
Permasalahan utama yang dihadapi didalam kegiatan agribisnis adalah
sifat mudah rusak (perishable) dari produk ini sehingga mengakibatkan tingginya
susut pasca panen serta terbatasnya masa simpan (sheff life) dari komoditas
pertanian setelah pemanenan. Dipihak lain, sebagian besar komoditas hasil
pertanian ini juga bersifat musiman. Tingginya susut pasca panen akan berakibat
menurunnya pendapatan dan nilai jual dari komoditas tersebut, sedangkan
pendeknya masa simpan serta sifat musiman akan membatasi jangkauan
pemasaran dari produk hasil pertanian tersebut. Dengan demikian hal yang paling
mendasar darisegi teknologinya (pra maupun pasca panen) adalah bagaimana
caranya agar bisa menyediakan produk ini selama mungkin di pasaran, tanpa
banyak terganggu dengan hal-hal tersebut.
Teknologi rumah kaca misalnya merupakan salah satu teknologi untuk
menghilangkan ketergantungan musim dalam memproduksinya. Sedangkan dari
sisi pasca panennya, teknologi penyimpanan dengan CA (controled atmosfir)
misalnya dapat dijadikan alternatif untuk memperpanjang masa simpan produk
segar hasil pertanian, sehingga pasokan pasar bisa dilakukan sepanjang tahun,
tanpa tergantung pada musim panen. Oleh karena itu, didalam pengembangan
agribisnis, terutama pada produk segar, haruslah dipertimbangkan beberapa hal
sehubungan dengan teknologi penanganan pasca panen, baik teknologi yang saat
ini telah diterapkan baik oleh petani kecil maupun oleh suatu industri pertanian
besar, maupun tingkat teknologi yang akan diintroduksikan, sehingga akan
diperoleh keuntungan secara maksimal dari kegiatan agribisnis yang dilakukan.

Kegiatan penanganan pasca panen didefinisikan sebagai suatu kegiatan


penanganan produk hasil pertanian, sejak pemanenan hingga siap dimeja
konsumen, dimana didalamnya juga termasuk pada kegiatan distribusi dan
pemasarannya (Kader, 1988). Sedangkan dari rentang kegiatannya, cakupan
teknologi pasca panen dibedakan menjadi dua kelompok kegiatan besar, yakni
penanganan primer yang meliputi penanganan komoditas hingga menjadi produk
setengah jadi atau produk siap olah, dimana perubahan transformasi produk hanya
terjadi secara fisik, sedangkan perubarlin secara kimiawi biasanya tidak terjadi
pada tahap ini. Yang kedua adalah penanganan sekunder, yakni sebagai kelanjutan
dari penanganan primer, dimana pada tahap ini akan terjadi baik perubahan
bentuk fisik maupun komposisi kimia dari produk akhir melalui suatu proses
pengolahan (Shewfelt dan Prusia, 1993).
Termasuk kedalam penanganan primer antara lain adalah pengumpulan di
kebun, pangangkutan dari kebun ketempat penampungan (rumah
pengemasan/paeking house), pembersihan dan pencucian (cleaning and washing),
pemilihan dan penggolongan (sorting and grading), pemberian perlakuan
misalnya fumigasi, perlakuan dengan air panas (hot water treatment) atau uap
panas (vapour heat treatment atau VHT), pelapisan lilin untuk buah-buahan
(waxing), pelabelan, pengemasan, penyimpanan, pemeraman dan pengangkutan
ke tempat pemasaran, tempat pengolahan atau langsung ke konsumen
(transportation and distribution). Sedangkan yang termasuk kedalam kegiatan
penanganan sekunder adalah seluruh kegiatan yang mengolah lebih lanjut produk
penanganan primer menjadi bahan olahan, misalnya pembuatan sari buah (juice),
pengalengan, pengeringan, pembuatan keripik pisang, pembuatan cabe kering,
pembuatan tepung beras, pengolahan sause tomat dan sejenisnya. Kegiatan
penanganan primer biasanya dilakukan didekat daerah sentra produksi, sedangkan
pengolahan pada tahap penanganan sekunder umumnya dilakukan dekat daerah
pemasaran dan dilakukan oleh suatu perusahaan industri pengolahan.

2.3 Bagimana teknologi hasil pertanian di Indonesia

Bahan hasil pertanian mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak seragam,
makadari itu diperlukan ilmu untuk mengukur dan menganalisa bentuk dan
ukuran bahan hasil pertanian untuk mengklasifikasinya kedalam keseragaman
bentuk. Karakteristik dari suatu bahan hasil pertanian sangat penting untuk
klasifikasi standar bentuk dan ukuran. oleh karena itu dibuatlah suatu standar yang
telah disepakati bersama untuk mempermudah penanganan dan pengolahan
produk tersebut. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menjelaskan
bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian, yaitu: bentuk acuan, kebundaran,
kebulatan, dimensi sumbu bahan, serta kemiripan bahan hasil pertanian terhadap
benda geometri tertentu(Sandira Ari, 2015).

Karakteristik fisik hasil pertanian akan mempengaruhi bentuk dan ukuran


berat atau volume. Konsumen tertentu memiliki penerimaan (Aseptabilitas)
tertentu mempertimbangkan karakteristik fisik.Bentuk, ukuran berat dan warna
yang seragam menjadi pilihan konsumen.untuk mencegah kerusakan seminimal
mungkin, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik watak atau sifat teknik
bahan hasil pertanian yang berkaitan dengan karakteristik fisik, mekanik dan
termis. Buah – buahan adalah jenis makanan yang memiliki kandungan gizi,
vitamin dan mineral yang pada umumnya sangat baik untuk dikonsumsi setiap
hari. (Sandira Ari, 2015).

Kedua bahan pangan tersebut memiliki beberapa sifat yang sama, yaitu
mudah rusak karena mempunyai tekstur lunak, kadar air (KA) tinggi, adanya
komponen zat-zat dan enzim yang masih aktif. Hal tersebut di indikasikan oleh
adanya perubahan-perubahan fisiologis secara spontan yang disertai perubahan
fisik, kimia dan mikrobiologi maka dari itu, perlu diketahui cara-cara penanganan
untuk mempertahankan mutunya melalui proses pengolahan lebih lanjut. Tidak
semua bagian buah-buahan dapat dimakan untuk memperhitungkan jumlah bagian
yang termakan dan yang terbuang dari buah-buahan perlu diketahui jumlah bagian
yang biasa dimakan (Edible Portion) dari buah-buahan tersebut. (Sandira Ari,
2015).

Jumlah masing-masing komponen dari setiap jenis buah–buahan sangat


berbeda tergantung dari sifat alamiah bahan tersebut. Pengukuran sifat kimia buah
–buahan biasanya ditetapkan secara obyektif kuantitatif. Sifat fisik
buah–buahan yang sering diamati yaitu warna, aroma, rasa, bentuk, berat, ukuran,
dan kekerasan. Biasanya dalam praktek sehari-hari, sifat-sifat fisis ini diamati
secara subjektif, sedangkan berat ditentukan secara objektif dengan menggunakan
timbangan.Sedangkan uji coba kimia dapat dilakukan terhadap pH, total asam,
padatan terlarut (Soluble Solid) dan vitamin C. (Sandira Ari, 2015).

Bahan pangan sebagai salah satu kebutuhan primer manusia, sangat intensif
dijadikan kajian sebagai objek formal ilmu teknik dan ditopang dengan tuntutan
industri, terutama di negara maju.Kondisi ini melahirkan cabang bidang ilmu
teknologi pangan yang merupakan penerapan ilmu-ilmu dasar (kimia, fisika dan
mikrobiologi) serta prinsip-prinsip teknik (engineering), ekonomi dan manajemen
pada seluruh mata rantai penggarapan bahan pangan dari sejak pemanenan sampai
menjadi hidangan.

Teknologi pangan merupakanpenerapan ilmu dan teknik pada penelitian,


produksi, pengolahan,distribusi, penyimpanan pangan berikut pemanfaatannya.
Ilmu terapan yang menjadi landasan pengembangan teknologi pangan meliputi
ilmu pangan,kimia pangan, mikrobiologi pangan, fisika pangan dan teknik proses
Ilmu pangan merupakan penerapan dasar-dasar biologi, kimia, fisika dan teknik
dalam mempelajari sifat-sifat bahan pangan, penyebab kerusakan pangan dan
prinsip-prinsip yang mendasari pegolahan pangan.

1. Manfaat teknologi pangan


Adanya teknologi pangan sangat mempengaruhi ketersediaan
pangan. Alam menghasilkan bahan pangan secara berkala, sementara
kebutuhan manusia akan pangan adalah rutin. Kita tidak mungkin
menunda kebutuhan jasmani hingga masa panen tiba.Oleh karena itu,
terciptalah teknologi pengawetan sehingga makanan dapat disimpan
untuk jangka waktu yang cukup lama.Teknik pengawetan juga
memungkinkan untuk mendistribusikan bahan pangan secara merata ke
seluruh penjuru dunia.Dulu, orang-orang di Eropa tidak bisa menikmati
makanan-makanan Asia.Tetapi sekarang karena teknologi pangan setiap
bangsa dapat menikmati makanan khas bangsa lainnya.Pemanfaatan ilmu
teknologi dalam bidang panganPada zaman yang serba canggih ini,
perkembangan teknologi tumbuh dengan sangat pesat. Penguasaan
terhadap teknologi komunikasi maupun informasi harus kita miliki dan
pahami, jika tidak mau terlindas dan tergerus era yang kaya akan
kompetisi. Semakin canggih teknologi, kebutuhan akan memahami
teknologi semakin besar, apalagi teknologi informasi maupun komunikasi
ini dapat memberikan kemudahan yang begitu besarnya dalam segala
bidang, seperti dalam bidang pendidikan, perbankan, kedokteran, industri,
pertanian dan sebagainya.
Teknologi informasi sangat banyak membawa kemudahan dan
keuntunga tersendiri bagi masing-masing bidang.Salah satu contoh
teknologi informasi komunikasi adalah internet.Dengan adanya internet,
kita bisa menjelajah dunia tanpa batas.Melalui internet juga kita bisa tau
segala informasi yang tersebar di seluruh dunia pun dapat kita lihat
dengan mudahnya.Hal ini mengakibatkan, kerja kita lebih efektif dan
efisien.Salah satu contoh lainnya yaitu di bidang Pertanian, Pertanian
merupakan salah satu bidang yang perkembangan teknologinya cukup
pesat. Walaupun sekarang banyak muncul perkembangan dalam bidang
pertanian, akan tetapi masih banyak masyarakat yang belum paham akan
pengaplikasian teknologi, terutama pada masyarakat pedesaan. Namun,
jika kita mampu untuk mengaplikasikanya, Ilmu Teknologi akan menjadi
sumber manfaat bagi kita.
Berbagai macam kontribusi diberikan oleh ilmu teknologi demi
kemajuan dalam bidang pertanian, khususnya dalam teknologi pangan
saat ini. Salah satu manfaatnya yaitu sebagai sarana mempermudah proses
produksi maupun proses pengolahan pangan. Dengan adanya komputer,
proses produksi akan menjadi lebih efektif dan efisien. Sangat berbeda
dengan jaman saat teknologi masih minim, semua dikerjakan oleh
manusia secara manual. Hal itu akan membuat kerja menjadi kurang
efektif dan hanya membuang tenaga serta waktu.
Teknologi pangan merupakan suatu bagian dari proses pertanian
industri. Proses dari pertanian industri antara lain, budidaya tanaman,
panen, pasca panen, pengangkutan, pengolahan pangan, pengemasan,
penyimpanan dan sebagainya. Tahap demi tahap menghasilkan suatu
produk makanan yang berkualitas memerlukan informasi, baik dari segi
bahan baku, cara pengolahan, maupun cara pengemasannya. Setiap sistem
yang diterapkan untuk mendapatkan informasi, harus menghasilkan suatu
bentuk output yang akurat dan lengkap dengan memperhatikan efisiensi
waktu serta mudah diakses. Ilmu teknologi yang diterapkan dapat berupa
pengolahan, pertukaran serta pengelolaan data menjadi suatu informasi.
2. Manfaat dari ilmu teknologi dalam bidang pangan antara lain:

a.Dapat dijadikan sarana penunjang kreatifitas bagi produsen yang ingin


membuat desain-desain produk pangan terbaru.

b.Dengan perkembangan ilmu teknologi, komputer dapat mendukung


dengan berbagai macam software yang dibutuhkan dalam pengolahan
pangan.

c.Komputer dapat digunakan sebagai pengawas keadaan dari zat-zat kimia


dari produk yang akan diolah, sehingga produsen dapat memantau dengan
mudah apa yang akan ia produksi.

d.Dari segi pengemasan, mesin-mesin khusus digunakan untuk membuat


kemasan dan mengotomatisasi proses ini untuk memaksimalkan efisiensi
dan mengurangi biaya produksi.

e.Iklan serta publikasi produk-produk yang diolah. Jika kita menggunakan


luasnya jaringan IT, akan lebih mudah memasarkannya.

3. Keadaan pangan di Indonesia

Kondisi ketahanan pangan indonesia pada saat ini semakin


memburuk, dikarenakan beralih fungsinya lahan pertanian di indonesia.
pemerintah indonesia seharusnya lebih sensitif terhadap kondisi ini, bukan
hanya permasalahan lahan, seperti yg diposting FAO (Food and
Agriculture Organisation), Indonesia berada di level serius dalam indeks
kelaparan global. Hal ini diprediksi akan terus memburuk dengan terus
bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Di masa depan diprediksi
akan terjadi kelangkaan pangan yang diakibatkan oleh beberapa hal seperti
kerusakan lingkungan, konversi lahan, tingginya harga bahan bakar fosil,
pemanasan iklim dan lain-lain. Belum lagi adanya Washington Consensus
yang kini menjadi boomerang bagi Indonesia.Selama Indonesia masih
berkiblat pada Konsensus Washington, selama itu juga Indonesia tidak
bisa mandiri secara pangan. Menurut Herry Priyono, Konsensus
Washington membuat Rakyat Indonesia tak leluasa bergerak dalam
menentukan nasib produktivitas pertaniannya. Maka, tak heran jika
ketahanan pangan Indonesia lemah. Tidak heran jika rakyat yang miskin di
Indonesia malah semakin miskin dan akan ada banyak yang kehilangan
pekerjaan. Akibat Konsensus Washington, liberalisasi pasar akan
menguasai cara pasar Indonesia. Akibat Konsensus Washington,
privatisasi beberapa perusahaan Negara diberlakukan sebagai jalan untuk
mengatasi krisis Negara.Ironis. Menurut situs web resmi Serikat Petani
Indonesia, Kedaulatan pangan merupakan prasyarat dari ketahanan pangan
(food Security). Mustahil tercipta ketahanan pangan kalau suatu bangsa
dan rakyatnya tidak memiliki kedaulatan atas proses produksi dan
konsumsi pangannya. Oleh karena itu merupakan suatu keharusan bagi
setiap bangsa dan rakyat untuk dapatmempunyai hak dalam menentukan
makanan yang dipilihnya dan kebijakan pertanian yang dijalankannya,
kapasitas produksi makanan lokal di tingkat lokal dan perdagangan di
tingkat wilayah.
BAB III

3.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa:
1. Agroindustri merupakan kegiatan yang saling berhubungan
(interlasi) produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan,
pendanaan, pemasaran dan distribusi produk pertanian.
Agroindustri dengan demikian mencakup Industri Pengolahan
Hasil Pertanian (IPHP), Industri Peralatan Dan Mesin Pertanian
(IPMP) dan Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP).

2. Cakupan teknologi pasca panen dibedakan menjadi dua


kelompok kegiatan besar, yakni penanganan primer dan
penanganan sekunder. Penanganan primer yang meliputi
penanganan komoditas hingga menjadi produk setengah jadi
atau produk siap olah. Yang kedua adalah penanganan sekunder,
yakni sebagai kelanjutan dari penanganan primer, dimana pada
tahap ini akan terjadi baik perubahan bentuk fisik maupun
komposisi kimia dari produk akhir melalui suatu proses
pengolaha.

3.2 SARAN
Peranan teknologi hasil pertanian dalam agroindustri sangat baik
dan mempunyai banyak manfaat jika para petani lokal sudah mulai
menggunakan kecanggihan alat-alat modern sehingga hasil dari pertanian
baik bahan mentah atau bahan jadi siap memenuhi kebutuhan masyarakat
sehingga pembangunan nasional dalam negeri pun terwujud dan
masyarakat pun hidup makmur. Tidak dipungkiri jika masyarakat masih
banyak menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sangat
dibutuhkan peran pemerintah dalam terwujudnya pembangunan nasional
dari sektor pertanian bukan pada sektor industry saja yang dianggap lebih
mempunyai keuntungan yang besar.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai