Pertanyaan diskusi:
1. Gambarkan rumpun padi hasil pengamatan dan sebutkan ciri-ciri tanaman
padi memasuki masak fisiologis dan siap untuk dipanen?
2. Sebutkan proses, teknis pemanenan yang biasa dilakukan dan alat yang
biasa digunakan beserta kelebihan dan kekurangannya?
3. Sebutkan keuntungan dan kerugian panen menggunakan kelompok jasa
pemanen
4. Hitung kebutuhan biaya panen dengan menggunakan kelompok jasa
pemanen hingga perontokan dengan power thresher?
4. Fasilitator meminta perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya. Diskusikan bersama tentang hasil yang didapatkan bersama
dengan peserta.
5. Fasilitator mengajak peserta dan ketua kelompok jasa pemanen untuk berdiskusi
tentang waktu panen dan teknik pemanenan yang sebaiknya dilakukan serta
mendiskusikan permasalahan yang sering dihadapi terkait dengan proses
pemanenan. Fasilitator mencatat poin-poin penting dan dibahas bersama untuk
mencari jalan keluar.
6. Fasilitator menyimpulkan hasil presentasi kelompok dan memberi penjelasan
tentang teknik pemanenan padi secara detail dengan media ajar yang telah
dipersiapkan.
BAHAN BACAAN
Pasca panen Hasil Pertanian
Pasca panen hasil pertanian adalah tahapan kegiatan yang dimulai sejak
pemungutan (pemanenan) hasil pertanian khususnya tanaman padi sampai siap
dikonsumsi atau siap dipasarkan. Hasil utama usaha tani padi adalah gabah atau
beras yang merupakan produk utama untuk tujuan usaha tani padi dan diperoleh
melalui maupun tidak melalui proses pengolahan. Penanganan pasca panen padi
adalah tindakan yang disiapkan atau dilakukan pada tahapan pasca panen padi agar
gabah atau beras siap dan aman digunakan oleh konsumen atau diolah lebih lanjut
oleh industri. Penanganan pasca panen padi meliputi semua kegiatan perlakuan dan
pengolahan langsung terhadap hasil panen yang karena sifatnya harus segera
ditangani untuk meningkatkan mutu gabah dan beras agar mempunyai daya simpan
dan daya guna lebih tinggi. Sesuai dengan pengertian tersebut, kegiatan
pascapanen padi meliputi (1) pemungutan hasil (pemanenan), (2) perontok (3)
perawatan gabah basah, (4) pengeringan, (5) penggilingan, (6) pengangkutan, (7)
penyimpanan (penggudangan), (8) pengolahan dan (9) standarisasi mutu di tingkat
produsen serta (10) penanganan limbah.
Masalah dalam pasca panen
Masalah yang dihadapi dalam penanganan pascapanen yaitu (1) jumlah
kehilangan hasil tinggi mencapai 21%, terutama pada tahapan pemanenan 4-6%
dan pada perontokan 8-12%, gabah dan (2) beras yang dihasilkan bermutu rendah
dan sistem pemanenan padi masih bersifat individual (keroyokan). Tiga sistem
pemanen padi yang berkembang di beberapa wilayah sentral produksi padi yaitu:
1. Pemanenan padi sistem individual (keroyokan) adalah pemanenan padi dengan
jumlah pemanen tidak terbatas, siapa saja boleh ikut panen dan tidak ada ikatan
apapun antara pemanen yang satu dengan yang lain.
2. Pemanenan padi sistem ceblokan (Jabar) atau sromo (Jateng) adalah
pemanenan padi dengan jumlah tenaga pemanen yang terbatas, orang lain tidak
boleh ikut panen tanpa seizin penceblok yang sebelumnya merawat tanaman
atau tanam padi tanpa mendapat upah dari pemilik sawah.
3. Pemanenan padi sistem kelompok adalah pemanenan padi dengan tenaga
pemanen yang terbatas yang dipimpin oleh seorang ketua dan bekerja dengan
sistem kelompok.
Mengatasi masalah
Penanganan pascapanen mempunyai peranan yang sangat luas guna mengatasi
masalah yang dihadapi petani maupun pihak penggilingan padi seperti tersebut
diatas. Oleh karena terlalu banyaknya masalah yang dihadapi, maka penanganan
pascapanen tidak dapat dilaksanakan secara sekaligus, sehingga perlu menetapkan
prioritas masalah yang akan diatasi. Untuk itu perlu dilaksanakan penerapan
teknologi penanganan pascapanen pada setiap tahapan pascapanen. Dengan
langkah-langkah yang ditempuh tersebut diatas diharapkan (1) kehilangan hasil
rendah, (2) gabah dan beras yang dihasilkan bermutu baik, (3) menguntungkan
pada berbagai pihak yang terkait.
Berdasarkan alat perontok padi maka ada beberapa cara perontokan padi:
1. Gebotan
Gebotan merupakan alat perontok padi tradisionil yang masih banyak digunakan
petani.
2. Pedal tresher
Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan konstruksi sederhana dan
digerakkan dengan menggunakan tenaga manusia. Penggunaan pedal thresher
dalam perontokan dapat menekan susut hasil padi sekitar 2,5%.
3. Pedal thresher bermotor
Pedal thresher bermotor adalah alat perontokan padi yang digunakan untuk
melepas butiran-butiran gabah dari tangkainya dengan menggunakan tenaga
motor penggerak dalam operasionalnya.
4. Power thresher
Power thresher merupakan mesin perontok menggunakan sumber tenaga motor
penggerak. Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok
lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi.
Penggunaan power thresher dalam perontokan dapat menekan susut hasil padi
sekitar 1,90%.
5. Combine harvester
Mesin ini mampu menyelesaikan panen, perontokan, pemisahan, pembersihan
dan pengayakan gabah dalam satu urutan dengan baik. Alat ini ideal untuk
pemanenan pada tanaman padi dengan tinggi batang 0,5 1,2 m. Waktu yang
dibutuhkan memanen padi seluas 1 hektar berkisar 2 3 jam.
Penjemuran
Penjemuran adalah mengurangi kandungan/ kadar air gabah dengan memanfaatkan
sinar matahari.
a. Alas penjemuran
Langkah pertama adalah penyiapan alas penjemuran misalnya (1) terpal atau
plastik dan (2) lantai jemur berupa lantai beton atau lantai semen. Lantai jemur
harus bersih dari (1) kotoran, misalnya jerami dan gabah varietas lain, (2) benda
asing misalnya tanah, pasir, kerikil dan logam.
b. Penghamparan gabah
Setelah embun pagi hilang dan lantai jemur sudah kering, maka gabah segera
dihampar dan diratakan. Ketebalan penjemuran antara 5 - 7 cm agar laju
pengeringan gabah tidak terlalu cepat. Agar dihindari tebal penjemuran terlalu
tipis karena sinar matahari yang langsung mengenai lantai jemur menghasilkan
panas yang tinggi sehingga gabah sangat cepat kering. Pengeringan yang cepat
tersebut mengakibatkan keretakan (cracking) pada beras yang nantinya menjadi
pecah saat digiling.
c. Pembalikan gabah
Selama penjemuran gabah perlu dibalik setiap satu dua jam sekali.
Pembalikan gabah perlu dilakukan agar kadar air gabah seragam dan untuk
menghindakan gabah kontak dengan lantai jemur terlalu lama. Alat pembalikan
gabah sangat sederhana, yaitu bentuk seperti garu yang dibuat dari kayu.
d. Pengemasan
Penjemuran dihentikan setelah kadar air gabah mencapai sekitar 14%, Gabah
kering kemudian dikemas dengan karung plastik dan diangkut ke gudang atau ke
pabrik penggilingan padi. Perlu dihindari langsung menggiling gabah setelah
penjemuran atau pengeringan karena beras belum stabil dan dingin sehingga
mudah patah. Gabah kering setalah dikemas perlu di istirahatkan lebih dulu satu
sampai dua malam.
e. Tempering time
Yang dimaksud dengan tempering time adalah waktu istirahat yang diberikan
kepada gabah kering setelah proses penjemuran dan pengeringan untuk
memberikan kesempatan bagi gabah kering guna mengkondisikan sesuai
dengan kondisi ruang sekitarnya.
Perawatan Gabah Basah
Hal ini dilakukan jika panen raya pada musim hujan, tidak memiliki mesin pengering
dan sinar matahari tidak kunjung muncul beberapa hari. Perawatan gabah basah
dilakukan dengan menggunakan garam dapur untuk mencegah kenaikkan suhu
akibat respirasi.
Cara Kerja
a. Persiapan
Menyiapkan plastik untuk hamparan alas penyimpanan gabah.
Menyiapkan karung plastik kapasitas 50 kg gabah dan tali rapia
Menyiapkan kotak kayu bentuk kubus atau persegi panjang yang terbuka
kedua sisinya yang berlawanan kapasitas 50 kg GKP.
Garam dapur sebanyak 1- 2% total berat GKP.
Pencampuran gabah basah dengan garam dapur sebanyak 0,5 1 kg
garam/50 kg GKP.
Menyiapkan balok kayu untuk mengganjal karung.
b. Langkah-langkah operasional
Setelah dipilih ruangan penyimpanan gabah, lembaran plastik digelar sebagai
alas penyimpanan dan balok kayu disusun diatasnya.
Kotak kayu diisi dengan gabah (kapasitas 50 kg) dan garam dapur sebanyak
0,5 1,0 kg dicampur rata dengan gabah, kemudian dikemas dengan karung
goni.
Karung kemudian ditumpuk diatas balok kayu yang telah disediakan dengan
tumpukan setinggi 10 karung.
Tumpukan dibiarkan sampai dengan kebutuhan, kapan gabah itu mau
digiling.
Jika gabah tersebut akan digiling, maka gabah tersebut harus dijemur sampai
kadar air sekitar 14%.
Perawatan dengan cara ini gabah dapat disimpan lebih dari 32 bulan dan
menghasilkan beras bermutu baik.
Teknik Penggilingan Padi
Faktor berpengaruh terhadap mutu beras
Banyak faktor yang mempengaruhi mutu beras antara lain:
Mutu gabah yang digiling, yang dipengaruhi oleh teknik budidaya dan
penanganan pascapanen termasuk pada proses perawatan gabah basah.
Varietas padi yang digiling, sangat dipengaruhi oleh sifat genetik.
Teknik penggilingannya misalnya proses pecah kulit dilakukan berulang,
sehingga kadar butir pecah tinggi.
Kadar air gabah saat digiling sekitar 14%. Jika kadar air gabah lebih rendah dari
14% butir beras menjadi mudah patah, sehingga beras yang dihasilkan banyak
butir patah. Jika kadar air gabah lebih tinggi dari 14% artinya gabahnya agak
basah, maka kerja rubber roll dari huller agak berat dan pada saat penyosohan
butir-butir bekatul yang agak basah ini akan menghambat lubang-lubang
saringan penyosoh.
Cara Ubinan Jajar Legowo
1. Tentukan luas ubinan (minimal 10 m2)
A. Pola tanam legowo 2 : 1 (25 : 12,5 : 50)
Luas ubinan
= 1,5 x 8 m
= 12 m2
= 256 rumpun