Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR MAGANG

“TEKNIK BUDIDAYA DAN PENANGANAN HASIL PASCA PANEN


TIMUN (Cucumis satifus. L)”
DI PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI (PIAT) UGM KABUPATEN
SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh :
Resti Septa Utami
E1J018053

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN MAGANG

Judul :
“TEKNIK BUDIDAYA DAN PENANGANAN HASIL PASCA PANEN TIMUN
(Cucumis satifus. L)”
DI PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI (PIAT) UGM KABUPATEN SLEMAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh :

Resti Septa Utami

NIM: E1J018053

Laporan ini disusun berdasarkan hasil Magang Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu dan telah diuji pada
Tanggal 19 Bulan Agustus, Tahun 2021

Mengetahui
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian Dosen Pembimbing/Penguji

Dr. Hesti Pujiwati S.P,M.Si. (Ir. Supanjani, M.Sc., Ph.D.)


NIP : 19771121 200604 2 001 NIP: 19620721 198702 1 005

ii
Ringkasan

RESTI SEPTA UTAMI “Teknik Budidaya Dan Penanganan Hasil Pasca Panen Timun
(Cucumis Satifus. L)” Di Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM Kabupaten Sleman
Daerah Istimewa Yogyakarta (Dibimbing oleh Rahmi Sri Sayekti dan Ir. Supanjani, M.Sc.,
Ph.D.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan magang ini adalah mengetahui teknik budidaya tanaman
Timun di PIAT UGM Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kegiatan magang mulai dilaksanakan
pada bulan Juni hingga Agustus. Magang dilaksanakan selama 40 hari kerja. Kegiatan
magang ini dilakukan dengan metode aktif dan partisipasi kelompok dalam memperoleh
pengetahuan dan data terkait pelaksanaan kegiatan magang, khususnya pada teknik budidaya
tanaman timun yang meliputi kegiatan mulai dari pengolahan lahan, penanaman,
pemeliharan, panen dan pasca panen, eksperimen langsung beberapa kegiatan individu,
pengolahan data, hingga pembuatan laporan akhir. Seluruh kegiatan tersebut
didokumentasikan dalam bentuk foto dan dipandu serta diberikan arahan oleh pembimbing
lapang magang dan seluruh karyawan terkait. Buah timun disukai oleh seluruh golongan
masyarakat yang berpenghasilan rendah sampai berpenghasilan tinggi, sehingga buah timun
dibutuhkan dalam jumlah relatif besar dan berkesinambungan. Kebutuhan buah timun
cenderung terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, peningkatan taraf
hidup, tingkat pendidikan, dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya nilai gizi Dalam
budidaya tanaman timun harus memperhatikan segala aspek,mulai dari pemilihan benih,
pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan,dan panen sehingga mendapatkan
hasil yang maksimal.

iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan ini penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Magang ini. Laporan Magang ini penulis susun
guna melengkapi kebutuhan salah satu matakuliah yang harus dipenuhi mahasiswa sebelum
menyelesaikan studi di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu. Magang ini memberikan banyak pengalaman kepada penulis.
Penyusunan Laporan Magang ini tidak mampu penulis susun sendiri tanpa bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Laporan Magang ini. Rasa terima kasih ini penulis ucapkan
kepada :
1. Orang Tua yang sangat mendukung di dalam pelaksanaan dan selalu mendoakan
pelaksanaan magang kedepannya.
2. Ibu Dr. Hesti Pujiwati, SP. M.Si., sebagai Ketua Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Bengkulu.
3. Bapak Ir. Eko Suprijono.M.P selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
4. Bapak Ir. Supanjani, M.Sc., Ph.D. selaku Koordinator Praktek Kerja Lapangan.
5. Bapak. Ir. Supanjani, M.Sc., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Magang
6. Ibu Rahmi Sri Sayekti selaku Pembimbing Lapangan yang mengarahkan seluruh
kegiatan selama magang.
7. Seluruh Jajaran Pimpinan dan staff di PIAT UGM, Berbah, Sleman, Yogyakarta yang
telah mengizinkan kami untuk melaksanakan magang dan membimbing selama
kegiatan magang.
8. Teman-teman Kelompok PIAT UGM (Vivi Afrilika Alfatih, Elistia Putri Sundari,
Jessica Putri Utami, Lisma Nurazizah, A. Ryo Samboja dan Ferdian Fratama), yang
telah ikut serta membantu dalam kegiatan penulis yang lakukan.
9. Teman-teman Agroekoteknologi 2018 yang turut membantu dalam kelancaran
Magang ini.

Penulis menyadari, masih begitu banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan


Magang ini. Oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa penulis
harapkan demi perbaikan Laporan Magang ini. Akhir kata penulis sampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Laporan Magang.
Bengkulu, Agustus 2021

Penulis

iv
Bengkulu, 18 Agustus 2021

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii


RINGKASAN ............................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Program Magang................................................................ 1
1.2. Tujuan ......................................................................................................... 1
1.3. Manfaat Magang.......................................................................................... 2
BAB II. KONDISI OBJEKTIF LOKASI MAGANG ............................................... 3
2.1. Sejarah Instansi............................................................................................ 3
2.1.2. Tujuan Berdirinya Instansi/Lembaga ................................................ 4
2.1.3. Visi dan Misi Instansi/Lembaga ........................................................ 4
2.2 Struktur Organisasi ...................................................................................... 6
2.3 Denah Kawasan Magang ............................................................................. 6
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA . ............................................................................ 8
4.1 Deskripsi Tanaman Timun. .......................................................................... 9
4.2. Klasifikasi dan Morfologi............................................................................ 9
4.3. Budidaya Tanaman Timun .......................................................................... 11
BAB IV. METODOLOGI .......................................................................................... 12
4.1. Waktu dan Tempat Magang ........................................................................ 12
4.2. Tahapan Magang ......................................................................................... 12
4.2. Mekanisme Magang .................................................................................... 12
Comment [U1]: Hasil magang 2 bulan
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 14 hanya 3 halaman?

BAB VII. PENUTUPAN ............................................................................................ 17


7.1 Kesimpulan .................................................................................................... 17
7.2 Saran .............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 18
LAMPIRAN ................................................................................................................ 19

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan magang merupakan kegiatan lapangan atau praktek kerja yang dilakukan
secara aktif dalam suatu perusahaan atau instansi yang diikuti oleh mahasiswa peserta
magang. Magang adalah kegiatan akademik (intrakulikuler) yang dilakukan oleh
mahasiswa dengan melakukan praktek kerja secara langsung pada lembaga/instansi yang
relevan dengan pendidikan yang diambil mahasiswa dalam perkuliahan. Bentuk kegiatan
yang dilakukan adalah kerja praktek dengan mengikuti semua aktifitas di lokasi magang.
Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) adalah jawaban Universitas Gadjah Mada
(UGM) dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015. PIAT
secara aktif meletakkan pondasi yang sistematis dan terintegrasi dalam mewujudkan
kemandirian sektor agro sebagai pilar ekonomi nasional yaitu menjadi produsen
komoditas pertanian yang handal dan berdaulat. Dengan menitikberatkan unsur inovasi,
PIAT memanfaatkan sumberdaya lahan milik UGM dari penunjang penelitian bidang
agro menjadi unit produktif yang mampu menghasilkan produk-produk agro inovatif.
Saat ini PIAT mengelola lahan produktif seluas 35 ha di Kalitirto, Berbah, Sleman serta
seluas 151 ha di Mangunan-Girirejo, Dlingo-Imogiri, Bantul, Yogyakarta. PIAT memiliki
cita-cita besar dalam pengembangan bidang agro.
Mentimun atau timun (Cucumis sativus L.) ialah salah satu jenis sayuran dari famili
Cucurbitaceae yang sudah populer di seluruh dunia dan di Indonesia menjadi 5 besar
tanaman hortikultura yang paling dibutuhkan. Tanaman timun merupakan salah satu
jenis tanaman yang menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi langsung.
Buah ini disukai oleh seluruh golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah
sampai berpenghasilan tinggi, sehingga buah timun dibutuhkan dalam jumlah relatif
besar dan berkesinambungan. Kebutuhan buah timun cenderung terus meningkat
sejalan dengan pertambahan penduduk, peningkatan taraf hidup, tingkat pendidikan,
dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya nilai gizi (Cahyono, 2003).

1.2 Tujuan
1. Tujuan umum pelaksanaan magang di PIAT UGM antara lain:
1. Mampu menerapkan teori yang dipelajari dengan penerapnya di dunia kerja
sehingga meningkatkan keterampilan dan menambah pengalaman, serta
mengembangkan wawasan dan ilmu penegtahuan mahasiswa melalui latihan kerja
dan pengamatan secara langsung kedunia kerja.
2. Melatih kompetisi diri untuk menjalankan suatu usaha atau bekerja dalam bidang
pertanian yang mencakup perencanaan usaha, budidaya tanaman (on-farm),
pengolahan hasil (off-farm), dan pemasarannya.
2. Tujuan khusus pelakasanaan magang yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui teknik budidaya tanaman timun dan pemasaranya di PIAT UGM mulai
dari pembibitan, penanaman sampai panen.
2. Mengetahui tata niaga pemasaran timun dari lahan produksi sampai tingkat
konsumen

1
1.3 Manfaat

1. Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan mahasiswa dengan mengikuti kerja praktik lapangan.
b. Dapat mengetahui teknik budidaya yang dilakukan di PIAT UGM
c. Mendapatkan pengalaman dan wawasan yang baru dalam teknik budidaya
tanaman kacang panjang di PIAT UGM
2. Bagi Lembaga Pendidikan
a. Adanya hubungan antara Program Studi Agroteknologi dengan PIAT UGM
b. Adanya timbal balik dalam meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga
senantiasa mengikuti perkembangan dalam teknologi pertanian.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM TEMPAT MAGANG

2.1 Sejarah Instansi

PIAT UGM di Berbah didirikan pada tahun 1975 dengan nama Kebun Pendidikan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4) dengan dibantu The Rockefeller Foundation.
Lahan yang memiliki luas 35 hektar ini dibangun di Kecamatan Berbah. KP4 berfungsi
sebagai kebun pendidikan, penelitian, dan pengembangan yang bertemakan pertanian. Pada
tahun 1988, KP4 berubah nama menjadi Kebun Pendidikan, Penelitian, dan Percobaan
Pertanian. Akan tetapi, fungsi dan tema yang digunakan kurang lebih sama dengan KP4
sebelumnya. Pada tahun 2004, KP4 kembali kepada nama sebelumnya yaitu Kebun
Pendidikan Penelitian, dan Pengembangan Pertanian hingga pada tahun 2014. Sampai tahun
2014, fokus dan tema yang digunakan masih sama. Pada tahun 2015, KP4 Berganti nama
menjadi Pusat Inovasi Agroteknologi dengan fungsi Inovasi dan tema agroteknologi.

Pada tahun 1975, KP4 mulai didirikan untuk menjadi salah satu alternatif pengelolaan
lahan dan memakmurkan petani. Selain itu KP4 juga merupakan alternatif dalam
mencanangkan RPPK (Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan). Pada tahun 1988
hingga 2004, KP4 hakekatnya merupakan sarana pendukung penelitian di UGM yang
menjadi model pembelajaran serta sebagai sarana penelitian mahasiswa.

Pada tahun 2004, selain menjadi sarana pembelajaran dan penelitian bagi mahasiswa,
juga menjadi sarana layanan iptek bagi masyarakat, konservasi pertanian terpadu, pendidikan
lingkungan berkelanjutan, dan pelestarian keanekaragaman obat Indonesia yang memadukan
aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan berkelanjutan. Konsep memadukan berbagai
aspek tersebut dilanjutkan hingga tahun 2008 yang dipadukan dengan konsep pembangunan
berkelanjutan. Tahun 2012 hingga 2014, memiliki konsep sebagai sarana pendukung
Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu sebagai sarana penelitian mahasiswa dan dosen. Pada
tahun 2015, setelah berganti nama, PIAT memiliki konsep dasar sebagai pusat inovasi
pertanian berbasis integrated farming dengan mengedepankan ekonomi yang berbasis inovasi
teknologi ramah lingkungan dan optimalisasi sumber daya energi.

2.1.1. Latar Belakang Berdirinya Instansi/Lembaga

Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM adalah jawaban Universitas Gadjah Mada
dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015. PIAT secara aktif
berupaya meletakkan pondasi yang sistematis dan terintegrasi dalam mewujudkan
kemandirian sektor agro sebagai pilar ekonomi nasional. Yaitu menjadi produsen komoditas
pertanian maupun pangan yang handal dan berdaulat.

PIAT terbentuk sebagai jawaban atas tantangan ke depan dari era globalisasi. Dengan
menitikberatkan pada unsur inovasi, PIAT berangkat dari sumberdaya lahan milik UGM yang
semula sebagai penunjang penelitian di bidang agro, selanjutnya beralih menjadi unit

3
produktif yang mampu menghasilkan produk-produk agro yang inovatif. Saat ini PIAT UGM
mengelola lahan produktif yang terltak di Yogyakarta, yaitu di Kalitirto, Berbah, Sleman
seluas 35 hektar dan Mangunan-Girirejo, Bantul seluas 153 hektar. Sebagai lahan produktif,
untuk areal Berbah telah dikelola oleh UGM sejak tahun 1951. Di sini akan dibangun
sejumlah sarana dan prasarana yang mendukung konsep agrotechno park dengan pola
edutainment. PIAT akan menjadikan lokasi Kalitirto sebagai tujuan wisata dengan
mengusung wisata pendidikan khususnya untuk pengembangan inovasi dan teknologi di
bidang agro dan, pengelolaan limbah, dan energi terbarukan.

2.1.2. Tujuan Berdirinya Instansi/Lembaga

PIAT adalah laboratorium lapangan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan


pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang merupakan layananan tridharma
berbasis pertanian terpadu. Fungsi PIAT adalah:

1. Melaksanakan pelayanan pendidikan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat


dalam bidang inovasi pertanian terpadu yang ramah lingkungan,
2. Pelaksana dalam mewujudkan pengembangan inovasi di bidang agroteknologi untuk
menjadi pusat unggulan pertanian tropika terpadu, dan
3. Koordinasi implementasi teknologi inovatif yang langsung dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat, pemerintah, swasta, dan akademisi sesuai dengan penelitian unggulan
universitas.

2.1.3. Visi dan Misi Instansi/Lembaga

PIAT UGM memiliki cita-cita besar dalam pengembangan bidang agro, dan cita-cita
tersebut tertuang dalam visi dan misi berikut:

Visi:

Menjadi center of excellence bidang pertanian tropika terpadu bereputasi internasional.

Misi:

1. Pelayan tridharma perguruan tinggi berbasis pertanian terpadu ramah lingkungan.


2. Pengembangan inovasi agroteknologi menjadi pusat unggulan pertanian tropika
terpadu
3. Implementasi teknologi inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah,
swasta, dan akademisi.

Aktivitas utama yang dilaksanakan PIAT UGM adalah sebagai berikut:

1. Inkubasi penelitian: aplikasi hasil riset UGM menuju fase komersialisasi dan
perlindungan Hak Kekayaan Intelektual.
2. Pengembangan: produksi massal hasil riset UGM bekerjasama dengan investor.

4
3. Komersialiasi produk: branding produk dan marketing
4. Integrasi keterpaduan bidang pertanian, peternakan, energi, dan sumberdaya alam
menuju Science Techno Park yang berkelanjutan.
5. Pendidikan, pelatihan, dan diseminasi teknologi
6. High value products

Dalam menjalankan aktivitasnya, PIAT tersusun oleh empat bidang yang terdiri dari
bidang peternakan dan kesehatan hewan, bidang pangan dan tanaman pertanian, bidang
energi dan pengolahan limbah, dan bidang konservasi sumber daya alam. Keempat bidang ini
didirikan sebagai pondasi untuk mendukung inovasi berdasarkan pengembangan agro-techno
park. Meski keempat bidang yang ada di PIAT UGM memiliki perhatian khusus dalam
bidangnya masing-masing namun bidang ini membentuk satu formula yang saling berkaitan
untuk mewujudkan sistem pertanian yang terintegrasi atau Integrated Farming System.

Bidang pertanian pangan didukung dengan beberapa fasilitas yang memadai di


antaranya adalah lahan pertanian produktif berupa sawah, perkebunan, kebun organik, rumah
kawat, rumah kaca, dan laboratorium yang dilengkapi dengan peralatan serta mesin yang
dibutuhkan dalam penelitian. Bidang peternakan dan kesehatan hewan didukung oleh banyak
fasilitas pendukung antara lain 2 unit kandang sapi yang masing-maisng memiliki kapasitas
20 ekor sapi, lahan untuk melakukan penelitian pakan, sistem biogas, laboratorium pebelitian
hasil peternakan, kandang ayam yang saat ini digunakan untuk teaching farm, ranch rusa
beserta kandang jepit, dan sapi bali.

Bidang energi dan pengolahan limbah fokus pada kedaulatan energi yang terbarukan
dan pengolahan limbah. Bidang ini didukung dengan laboratorium daur ulang sampah
(LDUS). Di dalam laboratorium ini dikembangkan teknik pengolahan sampah, seperti
komposting, pyrolisis, dan incenerator. Selain itu bidang ini juga mendampingi pembentukan
bank sampah dengan nasabah penduduk di sekitar PIAT Berbah.

Selain ketiga bidang tersebut juga ada bidang KSDA yang fokus dalam
pengembanagn pelestarian sumber daya alam. Beberapa program yang dilaksanakan antara
lain panen air, penataan ecoedupark, pengembangan outbond dan pengembangan anggrek.
Selain itu juga dikelola kawasan di Mangunan-Girirejo, Bantul. Di dalam kawasan tersebut
akan dikembangkan sebagai Science Techno Park sekaligus kawasan konservasi.

Proyeksi ke Depan

Fungsi dan tugas PIAT UGM saat ini belumlah mantap dan stabil. Ke depannya tentu
akan ada konsep pengembangan yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Meskipun zaman terus berubah namun perlu adanya rancangan pembangunan kawasan agar
ke depan perwujudan PIAT UGM baik di Kalitirto, Berbah maupun di Mangunan-Girirejo
tetap sejalan dengan pembangunan yang berkelanjutan.

Konsep pengembangan PIAT UGM secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

5
1. PIAT UGM adalah pusat penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di bidang
animal science, agrotropika, IFFS, waste management, herbal medicine, biological
garden, renewable energy, biodiversity, dan conservation
2. Unsur pendukung yang kompeten didukung oleh sumberdaya yang memadai dan
bersinergi dengan fakultas peternakan, kedokteran hewan, pertanian, biologi,
kehutanan, teknik, dan farmasi
3. Pusat penelitian yang mengembangkan dan menerapkan teknologi inovasi dalam
bidang pertanian pangan, perikanan air tawar, peternakan, energi, dan pengelolaan
limbah secara terpadu berkualitas internasional
4. Unsur pendukung yang dapat mengelola dan mengembangkan kemampuan sumber
daya melalui kerjasama dan kemitraan internal dan eksternak berkelanjutan untuk
hilirisasi teknologi dan hasil penelitian unggulan
5. Unsur pendukung yang dapat memfasilitasi dalam pengelolaan basis data, publikasi,
dan dokumentasi di bidang animal science, agrotropika, IFFS, waste management,
herbal medicine, biological garden, renewable energy, biodiversity, dan conservation.

2.2 Struktur organisasi (PIAT UGM)

2.3. Denah Kawasan Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM

6
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA Comment [U2]: Pustakanya tua semua,
lebih dari 10 tahun. Tambahkan sebagian
besar artikel 10 tahun terakhir
3.1 Deskripsi Tanaman Timun

Mentimun atau timun (Cucumis sativus L.) ialah salah satu jenis sayuran dari famili
Cucurbitaceae yang sudah populer di seluruh dunia dan di Indonesia menjadi 5 besar tanaman
hortikultura yang paling dibutuhkan. Tanaman mentimun berasal dari benua Asia. Para ahli
tanaman memastikan daerah asal tanaman mentimun adalah India, tepatnya di lereng gunung
Himalaya, pembudidayaan mentimun meluas diseluruh dunia, baik daerah beriklim panas
(tropis) maupun di daerah beriklim sedang (sub tropis). Di Indonesia tanaman mentimun
ditanam di daerah daratan rendah dan dataran tinggi 0–1000 meter di atas permukaan laut.
Pada tahun 1991, daerah penyebaran yang menjadi pusat pertanaman mentimun adalah
provinsi Jawa Barat, Daerah Istimewa Aceh, Bengkulu, Jawa Timur dan Jawa Tengah
(Purnomo, dkk, 2013).
Buah mentimun dibutuhkan masyarakat baik untuk pemenuhan gizi bagi tubuh, juga
dibutuhkan bagi industri kosmetik dalam negeri. Dewasa ini Indonesia telah mengekspor
buah mentimun ke beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Inggris, Perancis,
dan Belanda (Samadi, 2002). Di Indonesia 5 tahun terakhir muncul varietas timun baru yaitu
mentimun baby.
Tanaman timun merupakan salah satu jenis tanaman yang menghasilkan buah yang
dapat dikonsumsi langsung. Umumnya, timun dapat dijadikan sayuran atau penyegar. Nilai
gizi timun cukup baik karena sayuran buah ini merupakan sumber vitamin dan mineral.
Kandungan nutrisi per 100 g timun terdiri dari 15 kalori, 0,8 protein, 0,1 pati, 3 g
karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01 riboflavin, natrium 5,00 mg,
niacin 0,10 mg, abu 0,40 gr, 14 mg asam, 0,45 IU vitamin A, 0,3 IU vitamin B1 dan 0,2 IU
vitamin B2 (Sumpena, 2001).
Dalam budidaya tanaman timun tidak terlepas dari pemeliharaan tanaman untuk
mendapatkan hasil yang baik. Oleh karena itu, budidaya yang optimal seperti penyiraman
perlu dilakukan, penyiraman dilakukan minimal dua kali sehari, tetapi apabila hujan turun
tanaman tidak perlu dilakukan penyiraman karena tanah sudah cukup air. Selain penyiraman
tanaman timun, penyiangan juga perlu dilakukan agar meminimalkan terjadinya persaingan
pada tanaman dalam memperoleh unsur hara, sinar matahari, dan sebagainya. Selain itu,tahap
pemberantasan hama dan penyakit harus dilakukan.
Buah ini disukai oleh seluruh golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah sampai
berpenghasilan tinggi, sehingga buah timun dibutuhkan dalam jumlah relatif besar dan
berkesinambungan. Kebutuhan buah timun cenderung terus meningkat sejalan dengan
pertambahan penduduk, peningkatan taraf hidup, tingkat pendidikan, dan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya nilai gizi (Cahyono, 2003).
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia maupun dunia meningkatkan permintaan
sayuran. Di Indonesia anjuran konsumsi sayuran untuk mencapai sehat gizi adalah sebesar
65,5 kg/kapita/tahun. Pada tahun 1993–1994 konsumsi sayuran sehat gizi baru terpenuhi
80%. Salah satu upaya untuk meningkatkan persediaan sayuran adalah meningkatkan
produksi timun (Rukmanan, R., 2004.)

8
Pada tahun 2006 luas areal panen timun nasional mencapai 55,792 ha dengan
produksi 268,201 ton. Luas areal panen komoditi timun di Sumatera Utara pada tahun
2006 sebesar 3,591 ha dengan produksi rata – rata 125,06 kw/ha (Pranata, A.S. 2004)
Produksi timun di Indonesia masih sangat rendah yaitu 3,5 ton/ha sampai 4,8
ton/ha, padahal produksi timun hibrida bisa mencapai 20 ton/ha budidaya timun dalam skala
produksi yang tinggi dan intensif belum banyak dilakukan, pada umumnya tanaman timun di
tanam hanya sebagai tanaman selingan. Peningkatan produksi timun dapat dipacu dengan
usaha intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi melalui penerapan paket teknologi
budidaya secara intensif serta komersial kearah system agribisnis. Pengembangan budidaya
timun mempunyai peranan dan sumbangan yang cukup besar terhadap peningkatan
pendapatan dan taraf hidup petani, penyediaan bahan pangan bergizi bagi masyarakat
luas, perluasan kesempatan kerja dan wirausaha (Rukmana, R., 1994).

3.2 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Timun

Tanaman mentimun (Cucumis sativus L) adalah tanaman semusim. Dalam


klasifikasitumbuhan sistematika tanaman mentimun adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Cucucrbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L (Rukmana, 1994).
Menurut klasifikasi tanaman, mentimun dimasukkan ke dalam bangsa Cucurbitales,
keluarga Cucurbitaceae, dan marga Cucumis. Marga Cucumis terdiri atas beberapa spesies
yang mempunyai arti ekonomi penting, di antaranya Cucumis sativus L. mempunyai 7
genom, Cucumis angurial L. (pare) mempunyai 12 genom. Cucumis mello L. (melon)
mempunyai 12 genom (Sumpena, 2001).
Mentimun memiliki sistem perakaran tunggang dan bulu-bulu akar, tetapi daya
tembus akar relatif dangkal, pada kedalaman sekitar 30-60 cm. Oleh sebab itu, tanaman
mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air. Tanaman mentimun
memiliki batang yang berwarna hijau, berbulu dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m dan
umumnya batang mentimun mengandung air dan lunak (Rukmana, 1994). Mentimun
mempunyai sulur dahan berbentuk spiral yang keluar di sisi tangkai daun. Sulur mentimun
adalah batang yang termodifikasi dan ujungnya peka sentuhan. Bila menyentuh galah sulur
akan mulai melingkarinya. Dalam 14 jam sulur itu telah melekat kuat pada galah/ajir.
Daun mentimun lebar berlekuk menjari dan dangkal, berwarna hijau muda sampai
hijau tua. Daunnya beraroma kurang sedap dan langu, serta berbulu tetapi tidak tajam dan
berbentuk bulat lebar dengan bagaian ujung yang meruncing berbentuk jantung. Kedudukan
daun pada batang tanaman berselang seling antara satu daun dengan daun diatasnya
(Sumpena, 2001). Bunga mentimun berwarna kuning dan berbentuk terompet, tanaman ini
berumah satu artinya, bunga jantan dan bunga betinah terpisah, tetapi masih dalam satu

9
pohon.
Bunga betina mempunyai bakal buah berbentuk lonjong yang membengkak,
sedangkan bunga jantan tidak. Letak bakal buah tersebut di bawah mahkota bunga. Buah
mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda, hijau keputihan sampai
putih, tergantung kultivar yang diusahakan. Sementara buah mentimun yang sudah tua (untuk
produksi benih) berwarna cokelat, cokelat tua bersisik, kuning tua, dan putih bersisik.
Panjang dan diameter buah mentimun antara 12-25 cm dengan diameter antara 2-5 cm atau
tergantung kultivar yang diusahakan (Sumpena, 2001). Biji timun berwarna putih, berbentuk
bulat lonjong (oval) dan pipih. Biji mentimun diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada
ruang-ruang tempat biji tersusun dan jumlahnya sangat banyak. Biji-biji ini dapat digunakan
untuk perbanyakan dan pembiakan (Cahyono, 2003).

3.3 Syarat Tumbuh


Syarat Tumbuh Tanaman Timun (Cucumis sativus L.) Mentimun cocok ditanam di
lahan yang jenis tanahnya lempung sampai lempung berpasir yang gembur dan mengandung
bahan organik. Mentimun membutuhkan pH tanah di kisaran 5,5-6,8 dengan ketinggian
tempat 100-900 m di atas permukaan laut. Mentimun juga membutuhkan sinar matahari
terbuka, drainase air lancar dan bukan bekas penanaman mentimun dan familinya seperti
melon, semangka, dan waluh. Aspek agronomi penanaman mentimun tidak berbeda dengan
komoditas sayuran komersil lainnya, seperti kecocokan tanah dan tinggi tempat, serta iklim
yang sesuai meliputi suhu, cahaya, kelembapan dan curah hujan.
Pertumbuhan yang optimum diperlukan iklim kering, sinar matahari yang cukup
dengan temperatur optimal antara 21 0 C – 30 0 C. sementara untuk suhu perkecambahan biji
optimal yang dibutuhkan antara 25 0 C – 35 0 C. Kelembapan udara (RH) yang dikehendaki
oleh tanaman mentimun agar hidup dengan baik adalah antara 80-85%. Curah hujan optimal
untuk budidaya mentimun adalah 200-400 mm/bulan, curah hujan yang terlalu tinggi tidak
baik untuk pertumbuhan apalagi pada saat berbunga karena akan mengakibatkan
menggugurkan bunga.
Tanaman mentimun mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap lingkungan
tumbuhnya. Mentimun di Indonesia dapat di tanam di dataran rendah dan dataran tinggi yaitu
sampai ketinggian ± 100 m di atas permukaan laut (Sumpena, 2001). Hasil penelitian
Rachmat dan Gerard (1995), mengatakan syarat tumbuh tanaman mentimun pada ketinggian
≥ 1000 m di atas permukaan laut, harus menggunakan mulsa plastik perak hitam karena di
ketinggian tersebut suhu tanah ≤ 18 0 C dan suhu udara ≤ 25 0 C, sehingga penggunaan
mulsa akan meningkatkan suhu tanah dan di sekitar tanaman

Bunga mentimun berbentuk terompet dan berwarna kuning bila sudah mekar.
Mentimun termasuk tanaman berumah satu, artinya buah jantan dan betina letaknya terpisah,
tetapi masih satu tanaman,sedangkan mentimun berdaun tunggal. Bentuk, ukuran, dan
kedalaman lekuk daun mentimun bervariasi, tergantung dari spesies dan kultivarnya. Pada
daun yang masih muda menyirip lima seperti pohon palem dan sudut-sudutnya meruncing.
Daun tua membentuk subcordatus, yaitu bangun daun menyerupai bulat telur, tetapi pangkal
daun mempunyai lekukan.

10
Warna buah mentimun muda berkisar antara hijau, hijau gelap, hijau muda, hijau
keputihan sampai putih, tergantung kultivar yang diusahakan. Sementara warna buah
mentimun yang sudah tua (untuk produksi benih) berwarna coklat, coklat tua bersisik, kuning
tua dan putih bersisik .

3.3 Budidaya Tanaman Timun Comment [U3]: Judul Magang tanpa


referensi artikel ilmiah

a. Pengolahan tanah
Tanah dicangkul dengan kedalaman 30 cm. Dibuat bedengan pertanaman dengan
lebar 1 m, tinggi bedengan 20 – 30 cm, dan jarak antar bedengan 30 – 50 cm. Jika pH
tanah < 5,5 satu bulan sebelum tanam dilakukan pengapuran dengan menggunakan
Dolomit sebanyak 1 – 1,5 ton/ha.
b. Pemasangan mulsa
Pemasangan mulsa dilakukan pada saat matahari panas terik agar mulsa memuai
sehingga memudahkan mulsa tersebut ditarik menutup rapat bedengan.
c. Pembuatan lubang tanam
Setelah mulsa terpasang dilanjutkan dengan pembuatan lubang tanam pada mulsa
menggunakan alat pelubang mulsa berdiameter 10 cm yang telah dipanaskan. Lubang
tanam dibuat menurut sistem zigzag (segi tiga) atau 2 baris berhadapan untuk
mendapatkan jumlah tanaman lebih banyak, lubang tanam dengan jarak antar barisan 70
cm dan jarak dalam barisan 30 – 40 cm.
d. Penanaman
Penanaman bibit dapat dilakukan jika bibit telah berumur 10-14 hari atau setelah
memiliki dua daun. Setelah itu, penanaman dapat dimulai. Jarak tanam optimal adalah 120
x 40 cm.Setelah satu minggu penanaman maka dilakukan penjarangan tanaman dan
disisakan 1 tanaman untuk tiap lubang
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi perawatan tanaman mentimun meeliputi pemasangan ajir,
penyiraman, penyiangan, pemupukan, perambatan tanaman dan pengendalian hama
penyakit.
f. Panen
Panen pertama dilakukan pada umur tanaman 35 hari setelah tanam, setelah itu panen
dilakukan secara bertahap 4-5 kali dalam 1 minggu, dipilih buah yang sudah layak panen
yaitu buah berwarna sama mulai dari pangkal sampai ujung berwarna hijau keputihan dan
berbentuk lurus dan tanpa cacat. Cara panennya memetik (memotong) tangkai buah
dengan alat bantu pisau atau gunting tajam agar tidak merusak tanaman (Rukmana, 1994).
g. Pasca panen
Rangkaian kegiatan pasca panen yang dilakukan dengan benar akan menjaga kualitas
mentimun yang dipanen. Kegiatan pasca panen meliputi sortasi, pembersihan,
penyimpanan, pengemasan, pengangkutan dan pemasaran.

11
BAB IV
METODE MAGANG

4.1 Waktu dan tempat


Kegiatan magang dilaksanakan di PIAT UGM. Pemilihan di PIAT UGM di Jl.
Tanjungtirto, Tanjung, Kalitirto, Kec. Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55573 sebagai lokasi magang kerja dikarenakan PIAT UGM merupakaan salah
satu perusahaan yang mengembangkan usaha tanaman horti. Kegiatan magang kerja
dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2021 - 10 Agustus 2021. Pelaksanaan magang kerja sesuai
dengan jam kerja yang telah di tantukan oleh PIAT UGM, yaitu pada senin-jumat dengan
waktu 8 jam/hari.
4.2 Tahapan pelaksanaan
Tahapan yang digunakan pada pelaksanakan kegiatan magang di PIAT UGM yaitu:
1. Mengadakan pertemuan pertama praktikan dengan pihak personalia
2. Mengadakan pengamatan mengenai keadaan lapang dan praktek kerja langsung dengan
mengikuti seluruh rangkaian di perusahaan, meliputi kegiatan di blok.
3. Melakukan pengamatan harian dengan mempersiapkan logbook. Kegiatan yang diikuti
secara langsung adalah kegiatan pengolahan lahan, pembibitan, pemeliharaan
(pemupukan, penyiraman, penyemprotan, pembersihan gulma,) dan pemanenan.
4. Penyusunan laporan magang, penyusunan laporan dilakukan pada saat kegitan magang
telah selesai dilaksanakan, sehingga dapat hasil dari kegatan magang selama 40 hari .

4.3 Mekanisme pelaksanaan


Metode Pengumpulan Data dan Infromasi. Metode yang digunakan dalam melakukan
kegiatan PKL adalah sebagai berikut:
1. Partisipasi Aktif
Dengan melakukan kegiatan rutin dan melakukan pencatatan data, dengan harapan
mahasiswa yang melaksanakan kegiatan magang mampu menerapkan tridharma perguruan
tinggi yaitu sesui dengan bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian.
2. Wawancara dan Observasi
Metode wawancara dalam kegiatan magang kerja ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden atau konsultasi kepada
pembimbing lapang selaku fasilitator untuk memberikan informasi sesuai dengan topik
yang dibahas. Sedangkan observasi adalah pengamatan secara langsung terhadap objek
yang akan di teliti untuk mengumpulkan data primer yang dibutuhkan sesuai dengan topik
yang dibahas oleh mahasiswa yang melaksanakan kegiatan magang di PIAT UGM.
3. Pencatatan Data
Data yang dibutuhkan dalam kegiatan magang dengan topik manajemen proses dan
produksi yaitu primer dan skunder. Data primer dan sekunder merupakan data yang
dikumpulkan oleh peserta magang langsung dari sumber pertama yang selanjutnya
digunakan untuk mendukung pembuatan laporan akhir kegiatan magang PIAT UGM.
4. Dokumentasi
Metode pelaksanaan dokumentasi dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi
informasi-informasi yang diperoleh agar lebih lengkap serta menunjang kebenaran dan

12
keterangan yang diberikan sesuai dengan topik yang dibahas.
5. Data skunder
Data sekunder adalah pengumpulan data mengenai PIAT UGM yang meliputi sejarah
perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi, distribusi, dan teknik budidaya
yang dilakukan oleh perusahaan.

13
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN Comment [U4]: Semestinya setiap


kegiatan dibahas kesesuaiannya dengan
literatur terbaru.
A. Pengolahan tanah
Foto2 kegiatan tidak fokus ke budidaya
Tanah dicangkul dengan kedalaman 30 cm. Dibuat bedengan pertanaman dengan timun (JUDUL) dan tidak disajikan dalam
lebar 1 m, tinggi bedengan 20 – 30 cm, dan jarak antar bedengan 30 – 50 cm. Jika pH hasil.

tanah < 5,5 satu bulan sebelum tanam dilakukan pengapuran dengan menggunakan Di tujuan ada pemasaran; di hasil sama
sekali tidak disinggung. Bagaimana PIAT
Dolomit sebanyak 1 – 1,5 ton/ha. mengolah dan memasarkan hasil.

B. Pemasangan mulsa
Pemasangan mulsa dilakukan pada saat matahari panas terik agar mulsa memuai
sehingga memudahkan mulsa tersebut ditarik menutup rapat bedengan. Mulsa yang
digunakan adalah plastik hitam perak dengan lebar 100 – 125 cm. Bagian plastik
berwarna perak menghadap ke atas dan yang berwarna hitam menghadap ke
tanah/bawah. Mulsa dibentangkan dengan kedua ujungnya diikatkan/dipantek diujung
bedengan, kemudian kedua sisi mulsa ditarik ke arah bawah sampai mulsa tersebut rapih
menutupi bedengan. Pasak penjepit dari bambu digunakan untuk mengaitkan sisi-sisi
mulsa dengan bedengan agar mulsa tidak mudah lepas
C. Pembuatan lubang tanam
Setelah mulsa terpasang dilanjutkan dengan pembuatan lubang tanam pada mulsa
menggunakan alat pelubang mulsa berdiameter 10 cm yang telah dipanaskan. Lubang
tanam dibuat menurut sistem zigzag (segi tiga) atau 2 baris berhadapan untuk
mendapatkan jumlah tanaman lebih banyak, lubang tanam dengan jarak antar barisan 70
cm dan jarak dalam barisan 30 – 40 cm.
D. Penanaman
Penanaman bibit dapat dilakukan jika bibit telah berumur 10-14 hari atau setelah
memiliki dua daun. Setelah itu, penanaman dapat dimulai. Jarak tanam optimal adalah
120 x 40 cm. Biji ditanam dalam lubang yang dibuat dengan tugal dan tiap lubang tanam
diisi dengan 2 biji benih kemudian lubang tersebut ditutup dengan tanah.Setelah satu
minggu penanaman maka dilakukan penjarangan tanaman dan disisakan 1 tanaman untuk
tiap lubang
E. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi perawatan tanaman mentimun meeliputi pemasangan ajir,
penyiraman, pembersihan gulma, pemupukan susulan, perambatan tanaman,
pemangkasan dan pengendalian hama penyakit.
1. Pemasangan ajir/lanjaran
Fungsi lanjaran adalah untuk memaksimalkan potensi produksi tanaman dan
menghemat lahan, tanaman bisa mendapat sirkulasi udara dan sinar matahari lebih
merata, memudahkan perawatan, control tanaman dan proses panen. Pemasangan
tiang ajir pada mentimun dilakukan dengan menancapkan ajir ke tanah sedalam 20-30
cm. Tiang ajir dipasang berjajar mengikuti pola tanam. Pengajiran dilakukan 2 MST
yang ditancapkan pada jarak 10 cm dari batang tanaman dengan tinggi ajir 2 m.
2. Penyiraman
Penyiraman adalah komponen terpenting untuk makhkluk hidup. Tanpa air,

14
semua makhluk hidup di bumi tidak akan bertahan hidup. Demikian pula untuk
tanaman. Air akan diserap bersama unsur pupuk, untuk keperluan hidupnya.
Penyiraman dilakukan setiap pagi atau sore hari tergantung curah hujan. Air yang
berlebihan akan menyebabkan kelembaban tinggi, sehingga mempermudah
tumbuhnya penyakit yang menyerang tanaman. Oleh karena itu, air harus disediakan
dalam jumlah yang seimbang
3. Penyiangan
Memusnahkan sisa tanaman yang berada di lahan pertanian juga termasuk
dalam usaha sanitasi untuk memberantas hama, karena sisa tanaman itu akan
memungkinkan hama dapat bertahan hidup sampai masa tanam berikutnya. Hal ini
berlaku pada tanaman semusim. Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan
alat sederhana seperti kored.
4. Pemupukan
Pupuk dasar diberikan dalam bentuk pupuk kandang yang sudah matang
sekitar 2 minggu sebelum tanam. Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap
yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Pupuk kandang mengandung unsur
makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K) kalsium (Ca), magnesium (Mg),
dan sulfur (S). Unsur fosfor dalam pupuk kandang sebagian besar berasal dari kotoran
padat. Pemupukan susulan diberikan kurang lebih2 minggu setelah tanam
menggunakan POC dari limbah pepaya.
Alternatif pengolahan sampah organik yang efektif adalah mengolahnya
menjadi pupuk organik cair karena dapat menyehatkan dan dapat membantu
menyuburkan lahan pertanian dan perkebunan (Kusumaningtyas dkk., 2015). Pupuk
organik merupakan pupuk yang berasal dari berbagai bahan pembuat pupuk alami
seperti kotoran hewan, bagian tubuh hewan, tumbuhan, yang kaya akan mineral serta
baik untuk pemanfaatan penyuburan tanah (Leovini, 2012; Roidah, 2013).
Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibedakan menjadi dua, yaitu cair dan
padat (Hadisuwito, 2012). Pupuk cair adalah larutan yang mengandung satu atau lebih
pembawa unsur yang dibutuhkan tanaman yang mudah larut. Kelebihan pupuk cair
adalah pada kemampuannya untuk memberikan unsur hara sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat
mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan
kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat
meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat,
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, merangsang pertumbuhan
cabang produksi, meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, mengurangi
gugurnya dan, bunga, dan bakal buah (Huda, 2013; Febrianna dkk., 2018).
Pemberian pupuk cair juga dapat dilakukan dengan lebih merata dan
kepekatannya dapat diatur dengan mudah sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pupuk
organik cair dapat berasal baik dari sisa-sisa tanaman maupun kotoran hewan,
sedangkan pupuk organik padat adalah pupuk yang sebagian besar atau
keseluruhannya terisi atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman atau kotoran
hewan yang berbentuk padat (Febrianna dkk., 2018). Selain itu, pupuk ini juga
memilik bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah

15
bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman (Hadisuwito, 2012). Pupuk cair akan dapat
mengatasi defisiensi unsur hara dengan lebih cepat, bila dibandingkan dengan pupuk
padat. Hal ini didukung oleh bentuknya yang cair sehingga mudah diserap tanah dan
tanaman (Roidah, 2013).
5. Pengendalian OPT
Pengendalian OPT dilakukan secara manual dan juga menggunakan
insektisida alami Pemberantasan dilakukan setelah terlihat tanda-tanda serangan. Cara
pemberatasannya antara lain dengan cara mekanis (pemotongan daun) maupun dengan cara
kimia (penyemprotan pestisida). Hama yang sering mengganggu yakni Thrips dan
Imagothripis yang merusak tanaman dengan cara menghisap cairan sel. Tanda awal dari
kerusakan ini bila daun dihadapkan ke sinar matahari akan kelihatan bintik berwarna putih.
Pengendalian serangan hama ini dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida
F. Panen
Panen pertama dilakukan pada umur tanaman 35 hari setelah tanam, setelah itu panen
dilakukan secara bertahap 4-5 kali dalam 1 minggu, dipilih buah yang sudah layak panen yaitu
buah berwarna sama mulai dari pangkal sampai ujung berwarna hijau keputihan dan berbentuk
lurus dan tanpa cacat. Panen dilakukan dengan hati-hati agar buah tidak terluka atau patah.
Sebaiknya tidak melakukan panen diatas pukul 11.00 siang hari karena buah mentimun
tidak terdapat embun. Cara panennya memetik (memotong) tangkai buah dengan alat
bantu pisau atau gunting tajam agar tidak merusak tanaman (Rukmana, 1994). Panen
dilakukan dengan cara memetik (memotong) tangkai buah dengan pisau tajam agar tidak
merusak tanaman. Tanaman mentimun berbunga mulai berbunga umur 45 - 50 hari dari
waktu tanam. Panen pertama ketika tanaman berumur dua bulan dari waktu tanam.
Tanaman yang terawat dengan baik dan sehat dapat menghasilkan 20 ton buah tiap
hektar.
G. Pasca panen
Rangkaian kegiatan pasca panen yang dilakukan dengan benar akan menjaga kualitas
mentimun yang dipanen. Kegiatan pasca panen meliputi sortasi, pembersihan,
penyimpanan, pengemasan, pengangkutan dan pemasaran. Pengemasan merupakan
kegiatan sebelum pemasaran. Kegiatan pengemasan bertujuan untuk mencegah
kerusakan, kehilangan hasil dan menjaga mutu dan penampilan tetap menarik. Jenis
kemasan yang ideal adalah mudah diangkut aman dan ekonomis. Prinsip penggunaan
kemasan adalah ekonomis, bahan banyak tersedia, mudah dibuat, ringan kuat dan dapat
melindungi, mempunya ventilasi, tidak menyerap bahan mudah dibuang.

16
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN Comment [U5]: Kurang tajam di
pembahasannya
4.I Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan magang khususnya pada budidaya tanaman kacang
panjang dapat disimpulkan bahwa:
1 Kegiatan yang dilakukan dalam budidaya tanaman timun di Pusat Inovasi
Agroteknologi (PIAT) UGM yaitu mulai dari pengolahan lahan, penanaman,
pemeliharaan, pengendalian OPT, panen dan pasca panen dilakukan secara organik
2 Menerapkan sistem pertanian modern karena pada proses budidayanya sudah
menggunakan alat yang modern seperti traktor untuk mengolah tanah
4.2 Saran
1. Keselamatan para pekerja harus lebih ditingkatkan lagi dalam melakukan kegiatan
budidaya seperti penyediaan atribut dalam melakukan pengaplikasian pestisida,
pengolahan lahan serta alat pelindung dalam proses pemanenan.
2. Pada pengaplikasian pestisida dan pupuk harus memperhatikan waktu dan dosis yang
digunakan, sehingga efektif untuk pertumbuhan tanaman nantinya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2003. Timun. Aneka Ilmu. Semarang.


Febrianna, M., Prijono, S., Kusumarini, N. (2018). Pemanfaatan Pupuk Organik Cair untuk
Meningkatkan Serapan Nitrogen serta Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica
juncea L.) pada Tanah Berpasir. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, 5 (2): 1009-
1018.
Hadisuwito, S. (2012). Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
Huda, M.K. (2013). Pembuatan Pupuk Organik Cair Dai Urin Sapi Dengan Aditif Tetes
(Molasse) Metode Fermentasi. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Kusumaningtyas, R.D., Erfan, M.S., Hartanto, D., (2015). Pembuatan Pupuk Organik Cair
(POC) dari Limbah Industri Bioetanol (Vinasse) Melalui Proses Fermentasi
Berbantuan Promoting Microbes. Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan
Kimia, 1: 82- 88.
Leovini, H. (2012). Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Pada Budidaya Tanaman Tomat
(Solanum lycopersicum L.). Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada
Pranata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Purnomo Rudi, Santoso Mudji ,Heddy Suwasono. 2013. Pengaruh Berbagai Macam Pupuk
Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun
(Cucumis sativus L.). Universitas Brawijaya : Jurnal Produksi Tanaman Vol. 1 No.3.
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian.
Roidah, I.S. (2013). Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesuburan Tanah. Jurnal
Universitas Tulungagung Bonorowo, 1 (1): 30-42.
Rukmanan, R., 2004. Budidaya Mentimun.Kanisius. Jakarta.
Samadi, M., 2002, Pengaruh Pemangkasan dan Pemberian Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.).Skripsi Sarjana Fakultas Pertanian
USU. Medan.
Sumpena, U., 2001. Budidaya Mentimun Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta.

18
LAMPIRAN
1. Log Book Harian
2. Foto Kegiatan Magang

Pemindahan anggrek ke single pot Pembuatan label

Pembuatan Fungisida Penyemprotan Fungisida

Pengolahan tanah Pemanena Timun Baby

19
Pembuangan sisa anggrek yang mati Pembumbunan dengan mesin kultivator

POC limbah pepaya Ekstraksi kacang panjang

Pemeliharaan semai terong Sortasi kacang panjang

20
Panen cabe Ekstraksi padi

Pemasangan Lanjaran/ajir Pembuatan pupuk darisampah organik

Foto bersama di Blok 1


Foto bersama di Gen Bank

21
Foto bersama di Blok 3 (Organik) Foto bersama di Kebun Anggrek

Penyerahan Plakat
Foto bersama ketua RT 3, RW 2 selaku
bapak/ibu kos di Berbah, Sleman

22

Anda mungkin juga menyukai