Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN MAGANG

BUDIDAYA TANAMAN GERBERA (Gerbera jamesonii


Bolus ex Hook.) DI BALAI PENELITIAN TANAMAN HIAS
KP. CIPANAS JAWA BARAT

Oleh:

Triasfitria Valentira Yudhia


150510130033

Diajukan untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Magang pada Program


Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Jatinangor 45363
Telp./Fax 022 – 779 6316 Website: www.faperta.unpad.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas berkah
dan rahmat-Nya menulis dapat menyelesaikan tugas dan kewajiban dalam kegiatan Magang
di Balai Penelitian Tanaman Hias ini dengan tepat waktu.
Penulisan laporan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratanyang harus
penulis penuhi untuk menyelesaikan tugas Magang dari Fakultas Pertanian, Universitas
Padjadjaran.
Dalam penyusunan laporan ini tidak sedikit hambatan dan tantangan yang penulis
hadapi. Oleh karena itu, penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan materi sserta
kegiatan penulis tidak terlepas dari dukungan, doa, bantuan, serta motivasi yang begitu
tinggi dari orang tua serta pihak yang telah membantu dan melancarkan kegiatan Magang,
yakni:
1. Nono Carsono, SP., M.Sc., Ph.D , selaku Kepala Program Studi Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran yang telah memfasilitasi penulis dalam
kegiatan magang,
2. Noladhi Wicaksana SP., MP., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Magang atas saran
dan bimbingannya kepada penulis,
3. Dr. Ir Rudy Soehendi, MP., selaku Kepala Balai Penelitian Tanaman Hias yang telah
mengizinkan penulis untuk magang di tempat tersebut,
4. Asep Saepulah, SP., selaku Kepala Bidang Jasa Penelitian Balithi atas perizinan dan
arahan kepada penulis untuk magang di tempat tersebut,
5. Ir. Kurnia Yuniarto, MP., selaku Pembimbing Lapangan atas ilmu, nasehat,
bimbingan, saran, arahan, dan segala fasilitas yang telah diberikan selama penulis
melaksanakan kegitatan magang,
6. Ibu Rika, Ibu Surya, Ibu Ika, Ibu Fathonah, Bapak Daden, Kang Herly, Kang Jajang,
Kang Iwan, Teh Iyam, Kang Asep, Kang Tata, dkk, atas bantuan, arahan, bimbingan
dan kerjasama yang telah diberikan selama pelaksanakan kegiatan magang,
7. Mama, Mbak Emmy, Mbak Vita, serta seluruh keluarga atas doa, semangat,
kesabaran, bantuan materi, dan kasih sayang kepada penulis,
8. Bapak Agus, Ibu Ela, Eneng serta keluarga, atas segala bantuan dan fasilitas yang
diberikan kepaada penulis selama satu bulan penulis melaksanakan kegiatan
magang,

i
9. Sahabat-sahabat Unpad, Syarah, Hafsah, Nurul, dan Gea, atas kesabaran,
semangat, dan dukungannya kepada penulis,
10. Teman-teman baru Unsoed, UBB, dan Unsil, Fitri, Oci, Selly, Badriyah, Aini, Wulan,
Ubil, Nadia, Lana, Hemas, dan lain-lain, atas keceriaan, kesabaran, pengalaman,
dan kerjasamanya selama pelaksanaan magang berlangsung,
Akhir kata, semoga pengalaman serta ilmu yang didapat dari magang ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, Aamiin.

Jatinangor, 2016

Triasfitria Valentira Yudhia

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Magang .................................................................... 2
1.3 Waktu dan Tempat Magang ...................................................................... 2
1.4 Capaian Kegiatan Magang ........................................................................ 3
BAB II ANALISIS SITUASI UMUM
2.1 Situasi dan Kondisi Balithi ........................................................................ 4
2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Balithi ................................................................ 7
2.3 Peluang dan Tantangan yang Dihadapi ..................................................... 8
2.4 Time Schedule Kegiatan Magang .............................................................. 9
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
3.1 Kegiatan Magang yang Dilakukan ............................................................. 10
3.2 Hasil Kegiatan Magang ............................................................................ 39
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 42
4.2 Saran ..................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 43
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Agenda Kegiatan Magang ....................................................................... 9


Tabel 2. Komposisi Bahan Media MS untuk Kultur Gerbera ..................................... 16

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Denah Lokasi Balithi KP. Segunung, Pacet, Cianjur, Jawa Barat .................. 5
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Balithi ............................................................ 6
Gambar 3. Tanaman Gerbera ................................................................................... 10
Gambar 4. (a) Bunga Gerbera Tipe Tunggal (Single), (b) Bunga Gerbera Tipe Tunggal Semi
Ganda, (c) Bunga Gerbera Tipe Ganda (Berlapis-lapis) ........................... 12
Gambar 5. Proses Penyilangan Klon Gerbera; (a) Mengambil polen dari bunga jantan
menggunakan tangan, (b) Polen Gerbera, (c) Menempelkan polen kepada
putik reseptif bunga betina, (d) Bunga Gerbera yang telah disilangkang diberi
label keterangan ................................................................................. 13
Gambar 6. (a) Bunga Gerbera yang telah disilangkan disungkup, (b) Bunga tabung Gerbera
yang telah disilangkan dan berisi benih, (c) Benih Gerbera yang bernas, (d)
Benih Gerbera yang dikeringanginkan dalam wadah kertas ..................... 14
Gambar 7. Proses Pengambilan Eksplan ................................................................... 17
Gambar 8. Proses Sterilisasi Eksplan Bunga Gerbera; (a) Pemotongan Eksplan, (b) Eksplan
Klon 14.020 (varietas Athalia) dan Klon 01.098 (varietas Zsofia), (c) Proses
Shaking Eksplan yang Direndam dalam Larutan Betadine, (d) Proses Shaking
Eksplan yang Direndam dalam Larutan Sabun 1%, (e) Proses Shaking Eksplan
yang Direndam dalam Larutan Bakterisida dan Fungisida, (f) Larutan Alkohol
96%, (g) Larutan Kloroks 5% dan 10% ................................................ 18
Gambar 9. Proses Isolasi Eksplan Kuncup Bunga Gerbera ......................................... 19
Gambar 10. Proses Penanaman Eksplan ................................................................... 20
Gambar 11. Perbanyakan tanaman Gerbera secara (a) generatif, (b) kultur jaringan, (c)
anakan tanaman Gerbera ..................................................................... 21
Gambar 12. Proses Penyemaian Benih Gerbera ......................................................... 22
Gambar 13. Bibit Gerbera Hasil Persemaian Benih yang Berumur 2 Bulan ................... 22
Gambar 14. Proses Subkultur Planlet Gerbera ........................................................... 22
Gambar 15. Proses Persemaian Anakan Tanaman Gerbera; (a) Tanaman Induk, (b) Proses
Pemecahan Anakan dari Tanaman Induk, (c) Anakan yang telah Dipecah, (d)
Anakan Tanaman Gerbera yang Dikeringanginkan Setelah Direndam dengan
Larutan Fungisida 2 g/l selama 1 – 2 menit, (e) Media untuk Penanaman
Anakan, (f) Persemaian Anakan Gerbera pada Campuran Tanah, Pupuk
Kandang, dan Sekam Mentah ............................................................... 24
Gambar 16. Bentuk dan Ukuran Bedengan dalam Budidaya Tanaman Gerbera ............ 25
Gambar 17. Proses Penyiraman Tanaman Gerbera .................................................... 27
Gambar 18. Pemupukan Tanaman Gerbera dengan Pupuk NPK dosis 5 g .................... 27
Gambar 19. Perberdaan Komposisi N, P, dan K pada Pupuk Powder Supratonik Merah dan
Hijau .................................................................................................. 28
Gambar 20. Proses Pembuatan dan Pengaplikasian Pupuk Supratonik pada Tanaman
Gerbera .............................................................................................. 29
Gambar 21. Proses Penggemburan Tanah di Lahan Tanaman Gerbera ........................ 29
Gambar 22. Proses Perompesan Daun dan Bunga pada Tanaman Gerbera .................. 30
Gambar 23. Tanaman Gerbera yang Terserang Penyakit Kapang Kelabu ..................... 31
Gambar 24. Tanaman yang Terserang Embun Tepung .............................................. 31
Gambar 25. Serangan Hama White Fly pada Tanaman Gerbera .................................. 32
Gambar 26. (a) Daun Tanaman Gerbera yang Terserang Larva Lyriomiza sp., (b) Larva
Lyriomiza sp., (c) Serangan Lanjut yang Hama Penggorok Daun ............... 33
Gambar 27. Bercak Daun ........................................................................................ 33
Gambar 28. Patang Tangkai Bunga pada Gerbera ..................................................... 34

v
Gambar 29. Serangan Siput Slug pada Daun Gerbera ................................................ 35
Gambar 30. Kelainan pada Bunga Gerbera ............................................................... 35
Gambar 31. (a) Proses Pemanenan Bunga Gerbera; (b) Bunga Gerbera diletakkan di
Ember Berisi Air .................................................................................... 37
Gambar 32. Proses Sortasi dan Grading ................................................................... 38
Gambar 33. Proses Pengemasan Bunga Gerbera ....................................................... 38
Gambar 34. Proses Pengiriman Bunga Gerbera ......................................................... 39

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Telah Selesai Melaksanakan Magang


Lampiran 2. Sertifikat Telah Melaksanakan Magang
Lampiran 3. Logbook Kegiatan Magang Selama 25 Hari

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri tanaman hias dewasa ini mulai menjadi pusat perhatian dalam dunia pertanian.
Kondisi iklim, kesuburan tanah serta keanekaragaman plasma nutfah tanaman hias
beberapa wilayah di Indonesia menjadikan industri florikultura berpotensi besar
dikembangkan. Besarnya permintaan terhadap tanaman hias di pasar Indonesia menjadi
faktor yang juga memengaruhi besarnya potensi industri florikultura di Indonesia.
Florikultura atau tanaman hias merupakan salah satu komoditas pertanian yang bernilai
ekonomi cukup tinggi. Permintaan terhadap tanaman hias meningkat setiap tahunnya,
khususnya ketika menjelang momen hari besar seperti pernikahan, Idul Fitri, Hari Natal,
Tahun Baru, dan hari-hari besar lainnya. Teknik budidaya, kemungkinan gagal panen yang
rendah, serta permintaan pasar yang stabil menjadi faktor yang memengaruhi besarnya
potensi dalam mengembangkan industri tanaman hias.
Industri tanaman hias di Indonesia telah berkembang, baik yang dikelola oleh
pemerintah maupun swasta. Salah satu instansi pemerintah yang mengembangkan varietas
dari beberapa komoditas tanaman hias di Indonesia adalah Balai Penelitian Tanaman Hias
(Balithi). Balithi hingga saat ini telah mengembangkan beberapa komoditas tanaman hias,
diantaranya Krisan pot, Krisan potong, anggrek Dendrobium, anggrek Phalaenopsis, Gladiol,
Lili, Anthurium, Sedap Malam, dan Gerbera yang saat ini menjadi komoditas potensial di
Balthi.
Gerbera yang dibudidayakan di Indonesia jumlahnya belum sebanyak Krisan yang
hingga saat ini menempati posisi pertama dalam produksi tanaman hias. Sentra penanaman
bunga potong Gerbera di Indonesia meliputi wilayah Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur dengan ketinggian tempat 560 – 1.400 mdpl, diantaranya Kaban
Jahe, Barus Jahe, Simpang Empat, Cipanas, Lembang, Sukabumi, Bandungan, Batu dan
Pujon. Dalam pasarnya Indonesia sudah mulai mensubstitusi Krisan dengan tanaman lain,
salah satunya Gerbera. Dilihat dari penjualan bunga di pasar bunga Rawabelong, Gerbera
berada di posisi lima diantara 20 jenis bunga yang diminta pasar pada tahun 2005 yaitu
sebanyak 372.788 tangkai (Nurmalinda et al., 2009). Produksi Gerbera di Indonesia tahun
2009 sampai 2014 mengalami fluktuasi, dengan produksi tertinggi pada tahun 2011
sebanyak 10.543.445 tangkai dan menurun pada tahun-tahun berikutnya hingga pada 2014
produksi Gerbera adalah 7.454.459 tangkai (Statistik Produksi Hortikultura, 2015). Hal
tersebut terjadi diasumsikan karena pelaku budidaya Gerbera di Indonesia yang relatif
1
sedikit karena terbatasnya varietas lokal dan lahan penanaman, faktor cuaca, serangan
hama dan penyakit tanaman serta permintaan pasar yang menurun. Terlepas dari hal
tersebut, Gerbera memiliki prospek bisnis yang tinggi dan masih tetap diminati di Indonesia
karena keanekaragaman warna serta bentuknya sebagai pelengkap dekorasi dalam
rangkaian bunga maupun papan ucapan momen-momen tertentu dengan harga jual yang
cukup tinggi yakni Rp. 10.000,00 per dua belas tangkai, sedangkan Gerbera ex Holland
seharga Rp. 15.000,00 per sepuluh tangkai.
Prospek pengembangan budidaya tanaman Gerbera tidak hanya sebagai bunga hias
dalam dekorasi melainkan dapat dijadikan bahan baku industri minyak wangi, sabun, dan
kosmetik. Disamping mengisi pasar dalam negeri, Gerbera memiliki prospek ekspor dengan
standar produksi meliputi klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan sampel, cara
pengujian, syarat penandaan, dan pengemasan. Klasifikasi dan mutu standar serta
pengepakan bunga untuk ekspor ke pasar internasional sangat ditentukan oleh negara
pengimpornya.
Berdasarkan hal di atas, Balithi sebagai badan yang bergerak dalam pengembangan
tanaman hias di Indonesia menjadikan Gerbera sebagai komoditas potensial dan
membudidayakannya dengan harapan dapat mengembangkan variasi Gerbera lokal dengan
merakitnya melalui persilangan maupun perbanyakan klonal (anakan dan kultur jaringan)
yang disesuaikan dengan pertanaman serta pasar di Indonesia.
1.2 Tujuan dan Manfaat Magang
Tujuan kegiatan magang adalah:
1. mengembangkan dan mengaplikasikan teori ke dalam praktek lapangan;
2. meningkatkan profesionalitas dalam bekerja.
Adapun manfaat dari kegiatan magang ini adalah:
1. dapat mengaplikasikan teori dalam praktek lapangan;
2. dapat memahami keadaan lapangan dan suasana kerja yang sebenenarnya;
3. memperoleh pengetahuan dan kemampuan manajerial dalam proses produksi dan
pascapanen tanaman;
4. dapat berinovasi dalam merekayasa tanaman, perbanyakan tanaman, penanganan
OPT, pemeliharaan, hingga pascapanen.
1.3 Waktu dan Tempat Magang
Magang dilakukan selama 25 hari kerja dimulai pada tanggal 18 Juli 2016 sampai 19
Agustus 2016 di Balai Penelitian Tanaman Hias Kp. Cipanas, Jawa Barat.

2
1.4 Capaian Kegiatan Magang
1. Dapat mengidentifikasi dan menganalisis tahapan kegiatan dan atau permasalahan
yang berkaitan dengan proses produksi, pasca panen dan pengelolaan tanaman di
Balithi;
2. Dapat merumuskan alternatif pemecahan masalah yang berkaitan dengan aspek
input, proses produksi, pasca panen dan pengelolaan tanaman yang efisien,
produktif dan berkelanjutan;
3. Dapat menerapkan ipteks yang diperoleh selama perkuliahan untuk mendukung
pengelolaan input, proses produksi;
4. Dapat menerapkan soft-skills, dalam hal kompetensi profesional sesuai dengan
deskripsi tugas yang diberikan;
5. Dapat menerapkan soft-skills, terutama berkaitan dengan kompetensi personal
(kejujuran, kemandirian, kedewasaan berpikir, tanggung jawab dan disiplin) sesuai
dengan tuntutan pekerjaan;
6. Dapat menerapkan soft-skills yang berkaitan dengan kompetensi sosial (komunikasi
lisan dan tulisan, kerja sama, dan etika) sesuai aturan yang berlaku.

3
BAB II
ANALISIS SITUASI UMUM

2.1 Situasi dan Kondisi Balithi


A. Sejarah Balithi
Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) Cipanas merupakan Balai Penelitian dibawah
koordinasi penelitian dan pengembangan hortikultura. Balitbang pertanian pertanian
dengan struktur organisasi satu Balitbang pertanian dengan satu eselon lll dan enam eselon
lV, serta jabatan fungsional lainnya.
Pada tahun 1939 merupakan Balai Penelitian Hortikultura untuk penelitian Hinda
Belanda, meliputi tanaman hias, umbi-umbian, tanaman akar-akaran dan tanaman industri.
Pada tahun 1942 – 1945 diambil alih oleh Jepang selama revolusi fisik (1945 – 1950)
ditutup. Kemudian dibuka kembali dengan nama Kebun Percobaan Fisik Teknik Pertanian.
Pada tahun 1961 – 1968 diubah kembali menjadi Kebun Percobaan Lembang. Kemudian
tahun 1968 – 1978 berubah lagi menjadi Cabang Lembaga Penelitian Hortikultura Lembang.
Pada tahun 1978 diubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Pangan (BALITPA).Lembaga
ini meliputi kegiatan-kegiatan penelitian dalam kelompok tanaman pangan. Pada tahun
1982 berubah kembali menjadi Balai Penelitian Tanaman Hortikultura (BALITHOR).
Lembaga ini meliputi kegiatan penelitian tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman
hias (Sub Balai Penelitian Hortikultura Cipanas).
Pada tanggal 13 Desember 1994 yang terakhir berubah nama lagi menjadi Kebun
Percobaan Tanaman Hias atau sering dikenal dengan nama Balai Penelitian Tanaman Hias
(BALITHI). Lembaga ini meliputi pembudidayaan tanaman hias seperti anthurium, anggrek,
krisan dan lain-lain. BALITHI dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai
pelaksana teknis berlokasi di Pasar Minggu Jakarta dan membawahi dua instalasi yaitu
Instalasi Penelitian Tanaman Hias Cipanas dan Instalasi Penelitian Tanaman Hias
Segunung.
Kebun percobaan Cipanas berlokasi sekitar 3 km dari kantor utama (Balithi) dengan luas
lahan 7,52 ha yang memiliki status lahan bersertifikat hak pakai. Keadaan tanah dan iklim
di daerah Balithi berdasarkan data yang diambil dari stasiun pengamatan di daerah Pacet ,
sebagai berikut :
Tinggi tempat : 1100 m dpl
Jenis tanah : Andosol
PH tanah : 5,5 – 6

4
Suhu tanah : 210 C – 230 C
Struktur tanah : Remah dan gembur
Warna tanah : Hitam abu kecoklat-coklatan
Tekstur tanah : Lempung berdebu
Topografi : Berbukit
Tipe iklim : A (Alfa Schmidt dan Ferguson)
Curah hujan rata-rata : 3042 mm/ tahun
Kelengasan udara : 88 %
Penguapan : 3,2 mm/ hari

Gambar 1. Denah Lokasi Balithi KP. Segunung, Pacet, Cianjur, Jawa Barat

5
B. Struktur Organisasi
Tugas Balai Penelitian Tanaman Hias sesuai dengan surat keputusan Menteri Pertanian
No.63/Kpts/OT.210/1/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja yaitu melaksanakan
penelitian tanaman hias yang dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang membawahi 3
pejabat struktural, yaitu:
a. Sub Bagian Tata Usaha
b. Seksi Pelayanan Teknis
c. Seksi Jasa Penelitian
d. Kelompok Peneliti dan Jabatan Fungsional lainnya seperti Fungsional Peneliti dan
Teknisi Likayasa

KEPALA BALAI

Dr. Ir. Rudy Soehendy, MP

SUB BAGIAN TATA USAHA

Edi Tasman, SP

SEKSI PELAYANAN TEKNIS SEKSI JASA PENELITIAN

Ir. Indijarto Budi Rahardjo Asep Saepulah, SP

KP. Segunung

KP. Cipanas

KP. Pasar Minggu

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Balithi

a. Jumlah Tenaga Fungsional


 Peneliti utama : 60 Orang
 Peneliti madya : 10 Orang
 Peneliti muda : 11 Orang
 Peneliti pertama : 6 Orang
 Peneliti non klas : 17 Orang

b. Fungsional Teknik Litkayasa


 Peneliti Litkayasa : 3 Orang
 Peneliti Litkayasa pelaksana lanjutan : 17 Orang
 Peneliti Litkayasa pelaksana : 5 Orang
6
 Peneliti Litkayasa pemula : -
 Peneliti Litkayasa non Klas : 9 Orang

C. Sarana dan Prasarana


Balai Penelitian Tanaman Hias memiliki kantor yang berlokasi di Segunung, Pacet –
Cianjur yang juga merupakan sentral produksi tanaman hias di Cianjur, Jawa Barat. Balithi
memiliki tiga kebun percobaan, diantaranya:
1. KP Segunung, berlokasi di Balithi, Segunung – Pacet.
Kegiatan penelitian yang dilakukan di KP Segunung lebih diutamakan untuk
pengembangan teknologi pemuliaan, hama dan penyakit tanaman dan koleksi plasma
nutfah, dilengkapi dengan fasilitas rumah kaca, rumah sere, rumah paranet, dan rumah
plastik.
2. KP Cipanas, berlokasi di Cipanas, sekitar 3 Km dari kantor utama Balithi (Segunung).
Kegiatan penelitian yang dilakukan di KP Cipanas lebih diutamakan untuk
pengembangan teknologi benih (perbenihan) dan koleksi plasma nutfah, serta dilengkapi
dengan fasilitas rumah kaca, rumah sere, laboratorium kultur jaringan.
3. KP Pasarminggu, berlokasi di Pasarminggu, Jakarta.
Kegiatan yang dilakukan di KP Pasarminggu diutamakan untuk penelitian teknologi
pascapanen dan tanaman hias dataran rendah. Fasilitas yang terdapat di KP
Pasarminggu adalah rumah kaca, rumah sere, laboratorium kultur jaringan dan
pascapanen. Untuk kegiatan penelitian, Balithi dilengkapi dengan fasilitas rumah kaca,
rumah sere, dan laboratorium Ekofisiologi, Entomologi, Virologi, Biokontrol, Micologi,
Nematologi, dan kultur jaringan. Fasilitas pendukung lainnya adalah ruang pertemuan
(aula), guest house, musholla, dan perpustakaan.

2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Balithi

A. Tugas Pokok
Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) terbentuk berdasarkan SK Menteri Pertanian
Nomor : 796/Kpts/OT/20/21/1994 tanggal 13 Desember 1994. Pada bulan Januari 2002
sesuai SK Menteri Pertanian Nomor : 63/Kpts/OT/210/1/2002 tanggal 9 Januari 2002
ditetapkan kembali tugas pokok dan fungsi Balai Penelitian Tanaman Hias yaitu sebagai
unit pelaksana teknis dibidang penelitian dan pengembangan berada dibawah tanggung
jawab langsung kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Litbang
Pertanian.

7
B. Fungsi
1) Penelitian tanaman hias di bidang pemuliaan, fisiologi, agronomi, proteksi,
agroekosistem, agroekonomi, pascapanen, mekanisasi untuk pengembangan
produksi, lingkungan pola tanam, analisis komoditas, analisis residu pestisida dan
pupuk;
2) Penelitian komponen teknologi sistem usahatani tanaman hias;
3) Penelitian eksplorasi, evaluasi, pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman
hias;
4) Pelayanan teknik, kerjasama dan penyebaran hasil penelitian.
C. Visi
Menjadi intitusi penelitian tanaman hias berkelas dunia dalam menghasilkan teknologi
inovatif mendukung industri florikultura yang berdaya saing, berkelanjutan dan berbasis
sumberdaya lokal.
D. Misi
Dalam upaya pencapaian visi dan pelaksanaan tupoksi, Balithi menetapkan misi sebagai
berikut:
1. menghasilkan, mendiseminasikan, dan merekomendasikan pengembangan
teknologi inovatif yang berwawasan lingkungan dan berbasis sumberdaya lokal
guna mendukung terwujudnya industri florikultura berkelas dunia;
2. meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya penelitian serta
memanfaatkannya secara efisien dan efektif;
3. mengembangkan jaringan kerjasama nasional dan internasional melalui pola
kemitraan menuju kemandirian Iptek florikultura.
2.3 Peluang dan Tantangan yang Dihadapi
A. Peluang
a. Gerbera merupakan komoditas tanaman hias bunga potong yang penting, ditandai
dengan meningkatnya peringkat bunga potong Gerbera disetiap tahunnya.
b. Gerbera merupakan komoditas ‘potensi’ pengganti krisan (pompon) dalam
mendekorasi ruangan.
c. Permintaan terhadap bunga potong Gerbera di kalangan masyarakat semakin
meningkat, sehingga penelitian Gerbera di Balithi terus dilakukan agar mendapatkan
varietas baru yang unggul.

8
B. Tantangan
a. Banyaknya klon Gerbera yang tidak diketahui tetuanya, sehingga menghambat proses
perilisan varietas lokal.
b. Kondisi iklim di Balithi sulit untuk diprediksi sehingga sangat berpengaruh pada proses
budidaya Gerbera.
2.4 Time Schedule Kegiatan Magang
Tabel 1. Agenda Kegiatan Magang
Waktu Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4

Kegiatan
Pemupukan
Gerbera
Pembuatan
media tanam
bibit Gerbera
Persilangan
Gerbera
Karakterisasi
Gerbera
Penggemburan
Tanah pada
Pertanaman
Gerbera
Isolasi tanaman
Gerbera
Subkultur
Gerbera
Penyiangan
gulma
Pemanenan
bunga Gerbera
Pemanenan
benih Gerbera
hasil persilangan
Persemaian
benih Gerbera
hasil persilangan
Pascapanen
Gerbera

9
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

3.1 Kegiatan Magang yang Dilakukan


A. Botani dan Morfologi Tanaman Gerbera
Gerbera merupakan tanaman hias herba yang dikenal masyarakat Indonesia sebagai
Hebras. Tanaman perenial ini berasal dari Afrika Selatan (YCNBB, 1999). Gerbera ditemukan
oleh Traug Gerber, seseorang berkebangsaan Jerman yang melakukan ekspedisi ke Afrika
Selatan. Berdasarkan hal tersebut, tanaman Gerbera dikukuhkan dengan nama Gerbera
jamesonii Bolus ex Hook. Taksonomi tanaman Gerbera dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Familia : Asteraceae
Genus : Gerbera
Species : Gerbera jamesonii
Tanaman Gerbera tumbuh dan menghasilkan anakan dan berbunga secara terus-
menerus sepanjang tahun dari rumpun anakan yang telah tua secara bergantian. Daun-
daun Gerbera muncul pada dasar tanaman dan menumpuk membentuk roset, helaian daun
yang bercelah-celah tidak merata, dan permukaan daun yang ditumbuhi bulu-bulu halus.
Tanaman Gerbera dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 50 cm atau lebih, dengan
perakaran yang menyebar ke segala arah pada kedalaman 30-75 cm bergantung pada umur
tanaman, kesuburan tanah, dan pertumbuhan tanaman (Rukmana, 1995).

Gambar 3. Tanaman Gerbera

10
Tanaman Gerbera membentuk bunga pada ujung batang, bertangkai panjang dan
berbentuk cakram. Pada setiap tangkai terdapat satu kuntum bunga. Mahkota Gerbera
berbentuk unik dan menarik, yaitu mirip kumpulan pita-pita alami yang tersusun rapi
membentuk bulatan yang berdiameter sampai dengan 10 cm. Warna mahkota Gerbera
bervariasi, antara lain putih, krem, kuning, jingga, merah jambu, merah menyala, dan lain-
lain tergantung varietasnya. Mahkota bunga Gerbera memiliki diameter mencapai 5-13 cm,
dengan panjang tangkai 25-50 cm. Bentuk mahkota Gerbera dibagi menjadi 3 tipe menurut
UPOV, yakni tunggal, semi ganda, dan ganda, sedangkan menurut petani atau masyarakat
umum, tipe mahkota bunga Gerbera terdiri atas tunggal, ganda, dan berlapis-lapis.
Bunga tipe tunggal (single) terdiri atas satu lapisan petal (selancar 1) dan memiliki disk
floret atau piringan bunga yang sangat tampak. Bunga Gerbera dengan tipe semi ganda
(menurut petani; Ganda) terdiri atas dua lapisan petal, yakni petal lapisan 1 (selancar 1)
dan petal lapisan 2 (selancar 2), serta disk floret yang juga tampak dengan bunga tabung
yang telah berkembang. Berbeda dengan tipe tunggal dan semi ganda, bunga Gerbera
dengan tipe ganda (berlapis-lapis) terdiri atas tiga lapisan petal, yakni petal lapisan 1
(selancar 1), petal lapisan 2 (selancar 2), dan petal lapisan 3 (selancar 3) yang merupakan
bunga tabung yang berkembang sehingga tidak tampak piringan bunga.

Petal lapisan 1

Disk Floret
Bunga tabung

(a)

Petal lapisan 1

Petal lapisan 2
Piringan bunga
Bunga tabung dari
piringan bunga yang
telah berkembang

(b)

11
Petal lapisan 1

Petal lapisan 2
Petal lapisan 3 (tidak
ada piringan bunga)

(c)
Gambar 4. (a) Bunga Gerbera Tipe Tunggal (Single), (b) Bunga Gerbera Tipe Tunggal Semi
Ganda, (c) Bunga Gerbera Tipe Ganda (Berlapis-lapis)

B. Syarat Tumbuh Tanaman Gerbera


Tanaman Gerbera dapat tumbuh pada daerah dataran rendah sampai dataran tinggi.
Yusup dalam buku Tuntunan Membangun Agribisnis karangan Yayasan Ciputri Nusantara
Baktu Bangsa (1999) mengatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatifnya akan
sangat baik pada daerah dataran menengah sampai dataran tinggi (600-1400 mdpl).
Gerbera tumbuh baik di lingkungan dengan intensitas matahari yang cukup dan suhu harian
optimum yakni 21o – 27oC dengan suhu minimum 16oC.
Tanah yang gembur dan kaya akan humus atau bahan organik serta memiliki aerasi dan
porositas dengan pH berkisar antara 5,5 – 6 baik untuk pertanaman Gerbera. Selain itu,
Gerbera menghendaki tanah yang memiliki daya memegang air (water holding capacity)
dan struktur tanah yang baik.
C. Budidaya Tanaman Gerbera
1) Bibit dan Perbanyakan Bahan Tanaman
a) Persilangan Gerbera
Persilangan Gerbera diawali dengan memilih tanaman yang akan dijadikan
sebagai tetua betina dan jantan berdasarkan penampilan fenotipik dari bunga yang
sudah siap disilangkan. Bunga Gerbera tidak dapat melakukan penyerbukan dari
satu bunga yang sama, karena waktu masak antara putik dan benangsari yang
tidak sama (self incompatible). Gerbera yang siap disilangkan ditandai dengan
matangnya polen di dalam bunga tabung pada tetua jantan dan membukanya
kepala putik pada tetua betina. Persilangan dapat dilakukan berulangkali pada hari
berikutnya dengan syarat tepung sari berasal dari tanaman yang sama. Teknik yang
digunakan dalam penyilangan Gerbera cukup mudah, dengan menempelkan butir

12
polen dari tetua jantan pada jari pemulia, kemudian ditempelkan pada putik reseptif
dari bunga betina.
Persilangan bunga Gerbera dilakukan pada klon 14.020 dengan tipe mahkota
bunga tunggal berwarna merah dengan klon 28.011 dengan tipe mahkota bunga
semi ganda berwarna putih pada tanggal 11 Agustus 2016 pukul 14.30. Bunga
Gerbera yang telah disilangkan kemudian diberi label yang berisi keterangan nama
klon yang disilangkan dan tanggal persilangan.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 5. Proses Penyilangan Klon Gerbera; (a) Mengambil polen dari bunga jantan
menggunakan tangan, (b) Polen Gerbera, (c) Menempelkan polen kepada putik reseptif bunga
betina, (d) Bunga Gerbera yang telah disilangkang diberi label keterangan

Hasil persilangan dapat dipanen pada 2 – 3 minggu setelah disilangkan, yang


ditandai dengan lepasnya petal bunga serta mengeringnya bunga tabung.
Keberhasilan persilangan dapat dilihat dari bunga tabung yang bernas (benih
Gerbera). Benih Gerbera hasil persilangan diberi sungkup dan diikat agar tidak
berjatuhan. Setelah dipanen, benih Gerbera dimasukkan ke dalam wadah kertas
yang tertutup dan diberi keterangan klon persilangan, tanggal persilangan, serta
jumlah benih yang bernas. Benih kemudian keringanginkan selama 3 – 7 hari di
dalam kertas sebelum disemaikan.

13
(a) (b)

(c) (d)
Gambar 6. (a) Bunga Gerbera yang telah disilangkan disungkup, (b) Bunga tabung Gerbera
yang telah disilangkan dan berisi benih, (c) Benih Gerbera yang bernas, (d) Benih Gerbera yang
dikeringanginkan dalam wadah kertas

b) Perbanyakan Gerbera dengan Kultur Jaringan


Salah satu sifat dari sel adalah totipotensi, yaitu kemampuan suatu sel atau
jaringan berkembang atau beregenerasi menjadi tanaman baru yang sempurna
seperti induknya. Kultur jaringan merupakan suatu metode perbanyakan dengan
mengisolasi bagian dari tanaman berupa jaringan mudah dan menumbuhkannya
dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri
dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap (Gunawan, 1987 dalam Hermanto,
1991). Kultur jaringan dimulai dengan mengisolasi bagian tanaman dan
menumbuhkannya pada media yang mengandung senyawa-senyawa yang
dibutuhkan dalam menunjang pertumbuhannya ke arah yang diharapkan.
Murashige (1974) dikutip Hermanto (1991) menjelaskan bahwa pada prinsipnya
teknik perbanyakan melalui kultur jaringan memiliki tiga tahap, yaitu (1) menjaga
agar kultur yang ditumbuhkan dapat berkembang dengan baik dalam kondisi
aseptik, (2) multiplikasi (penggandaan) propagul dengan cepat sehingga diperoleh
tanaman dalam jumlah besar, (3) persiapan pemindahan planlet ke media tanam
dalam pot atau tanah.

14
Dalam praktek perbanyakan tanaman menurut Pierik et al. (1982) dan
Murashige (1974) yang dikutip Hermanto (1991), terdapat dua metode
perbanyakan Gerbera secara in vitro yang diaplikasikan, yaitu (1) pembentukan
pucuk dari eksplan yang berasal dari kapitulum (bongkol bunga), (2) perbanyakan
klon secara cepat melalui ujung pucuk dan multiplikasi lebih lanjut dengan
pertunasan akar. Perbanyakan yang dilakukan di Balithi menggunakan metode
kapitulum dengan keuntungan yaitu isolasi secara in vitro lebih mudah
dibandingkan ujung pucuk yang keberhasilannya hanya mencapai 20% serta tidak
merusak tanaman induk karena hanya menggunakan bunga (yang masih kuncup)
sebagai eksplan.
Perbanyakan tanaman Gerbera secara kultur jaringan di Balithi masih dalam
tahap percobaan, karena tekniknya yang lebih rumit dibandingkan dengan
perbanyakan krisan serta jumlah eksplan yang terbatas. Dalam percobaannya, klon
Gerbera yang akan dikultur adalah varietas Athalia dan varietas Zsofia. Adapun
tahapan yang dilakukan dalam proses kultur jaringan diantaranya, penyediaan
media tumbuh, sterilisasi alat dan bahan, dan penanaman eksplan serta
pengamatan hasil kultur.
1. Penyediaan media tumbuh
Komposisi media Murahige dan Skoog merupakan salah satu media yang
paling umum digunakan, khususnya untuk morfogenesis, kultur meristem, dan
regenerasi tanaman. Perkembangangbiakan Gerbera melalui teknik kultur
jaringan membutuhkan dua formulasi media, yakni untuk penggandaan dari
tunas yang terbentuk secara cepat serta untuk merangsang pembentukan
perakaran sebelum di-aklimatisasi.
Penyediaan media tumbuh dalam kultur Gerbera dibagi menjadi empat, yakni
media isolasi, perbanyakan, pengakaran, dan aklimatisasi. Adapun rumus dosis
pada keempat jenis media tersebut dalah sebagai berikut:
Isolasi : 0,5 MS + 0,5 mg/l TD2 + 0,25 mg/l BAP
Perbanyakan : MS + 0,2 mg/l BAP + 0,02 mg/l NAA
Pengakaran : 0,5 MS + 2 g/l arang aktif
Aklimatisasi : Cocopeat + pakis dengan perbandingan 1 : 1
Komposisi bahan media MS menurut Laboratorium Unit Produksi Benih
Sumber (UPBS) Balai Penelitian Tanaman Hias adalah sebagai berikut:

15
Tabel 2. Komposisi Bahan Media MS untuk Kultur Gerbera
Bahan Kimia Konsentrasi Media
(mg/liter larutan)
NH4NO3 1650

KNO3 1900

CaCl2.2H2O 441
MgSO4.7H2O 371
KH2PO4 170

FeSO4.7H2O 27
Na2EDTA 37,3

MnSO4.4H2O 22,3
ZnSO4.7H2O 8,6
H3BO3 6,2

KI 0,83
NaMoO4.2H2O 0,25
CuSO4.5H2O 0,025

COCL2.6H2O 0,025
Myo-Inositol 100

Niacine 0,5
Pyridoksin-HCl 0,5
Thyamin-HCl 0,1

Glicyine 2
IBA 0,2
NAA 0,02

Gula pasir 30.000


Agar-agar 7.000
Sumber: Unit Produksi Benih Sumber Balai Penelitian Tanaman Hias 2015
2. Sterilisasi alat dan bahan
Sterilisasi adalah proses pembersihan alat dan bahan dari sumber
kontaminan. Sterilisasi di Laboratorium UPBS menggunakan autoklaf manual
berbentuk panci besar. Alat-alat seperti botol, cawan petri, pinset, dan gagang
pisau scalpel disterilisasi menggunakan autoklaf manual dengan memanaskan
autoklaf sampai suhu 121oC dengan tekanan 17,5 – 20 psi dan dijaga untuk
tetap stabil selama 20 menit. Setelah itu, kompor dimatikan dan menunggu
tekanan autoklaf hingga menunjukkan angka 0 psi.
16
Adapun langkah sterilisasi bahan dimulai dari mengambil eksplan dari lahan
berupa pucuk lateral atau bunga yang masih kuncup dan terletak di pangkal
rumpun tanaman. Eksplan yang digunakan bernomor klon 14.020 (varietas
Athalia) dan klon 01.098 (varietas Zsofia). Tanaman yang dijadikan eksplan
berasal dari tanaman yang berpenampilan baik dan bebas dari hama serta
penyakit tanaman.

Gambar 7. Proses Pengambilan Kuncup Bunga Gerbera sebagai Eksplan


Kuncup bunga dipotong menggunakan pisau scalpel yang sebelumnya telah
dicelupkan pada alkohol 70%. Eksplan dicuci dibawah air yang mengalir, lalu
direndam dengan akuades sebanyak 200 ml kemudian di-shake selama 20
menit. Setelah itu, air rendaman akuades ditiriskan, lalu eksplan direndam
kembali dengan akuades sebanyak 200 ml dan di-shake selama 2 menit lalu
tiriskan. Selanjutnya eksplan dimasukkan ke dalam larutan betadine 40 tetes
yang dilarutkan dalam aquades sebanyak 200 ml, kemudian di-shake selama 30
menit dan tiriskan. Eksplan lalu dibilas dengan larutan sabun 1% menggunakan
shaker selama 30 menit. Larutan sabun cair 1% tersebut sebelumnya telah
diaduk menggunakan magnetic stirer. Setelah itu, eksplan direndam dengan
larutan fungisida dan bakterisida dengan dosis masing-masing 1 g/200 ml
akuades, lalu di-shake selama 30 menit, kemudian dibilas dengan akuades.
Eksplan direndam dengan alkohol 96% selama 5 menit, lalu tiriskan.
Selanjutnya, eksplan direndam dalam larutan clorox 5% yang dibuat dengan
mencampurkan larutan clorox 5% sebanyak 20 ml dengan 380 ml akuades, dan
larutan clorox 10 % yang dibuat dengan mencampurkan larutan clorox 10%
sebanyak 40 ml dengan 360 ml akuades. Eksplan direndam dalam larutan clorox
5% dan 10% masing-masing selama 5 menit, kemudian dibilas dengan akuades
3 – 4 kali.

17
(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

(g)
Gambar 8. Proses Sterilisasi Eksplan Bunga Gerbera; (a) Pemotongan Eksplan, (b)
Eksplan Klon 14.020 (varietas Athalia) dan Klon 01.098 (varietas Zsofia), (c)
Proses Shaking Eksplan yang Direndam dalam Larutan Betadine, (d) Proses Shaking
Eksplan yang Direndam dalam Larutan Sabun 1%, (e) Proses Shaking Eksplan yang
Direndam dalam Larutan Bakterisida dan Fungisida, (f) Larutan Alkohol 96%, (g)
Larutan Kloroks 5% dan 10%

18
3. Penanaman eksplan
Setelah tahap sterilisasi selesai, tahap selanjutnya adalah isolasi Gerbera
yang dilakukan dalam Laminar Air Flow (LAF). Seluruh alat dan bahan yang
masuk ke dalam LAF harus dipastikan steril dari kontaminan, dengan
menyemprotkan alat, bahan, serta anggota tubuh pekerja (yang masuk ke dalam
LAF) dengan alkohol 70%. Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam proses
isolasi, antara lain eksplan kuncup bunga Gerbera yang telah disterilisasi, larutan
akuades 100 ml, larutan betadine 10 ml yang dilarutkan dengan akuades 100
ml, petridish besar untuk alas isolasi kuncup bunga Gerbera, petrisdish kecil
untuk alas pinset, pinset besar dan pinset kecil, gagang dan pisau scalpel,
bunsen (lampu spirtus), botol yang berisi media agar, alkohol 96%, plastik wrap,
plastik bening, karet, dan label yang berisi keterangan klon, tanggal isolasi, dan
inisial pekerja yang melakukan isolasi.
Langkah-langkah dalam melakukan isolasi dimulai dari isolasi eksplan yang
dilakukan dengan membuang bagian-bagian tanaman yang tidak dibutuhkan
(sepal, bunga tabung, petal) dan menyisakan piringan dalam bunga (disk floret).
Isolasi dilakukan menggunakan alat berupa pinset besar sebagai penjepit
eksplan, pinset kecil sebagai alat pemotong bagian tanaman yang dihilangkan,
bunsen, alkohol 96%, dan petridish sebagai alas. Sebelum memulai proses
isolasi, pinset dipastikan harus steril, dengan mencelupkannya ke dalam alkohol
96%, kemudian ditunggu agak kering, lalu dipanaskan diatas bunsen. Proses
isolasi lebih mudah dilakukan pada kuncup bunga yang masih muda, karena
bagian tanaman yang lain lebih mudah dan cepat dihilangkan dibandingkan
dengan kuncup bunga yang petalnya sudah agak membuka.

Gambar 9. Proses Isolasi Eksplan Kuncup Bunga Gerbera


Setelah kuncup bunga selesai diisolasi, eksplan dimasukkan ke dalam
akuades untuk membersihkan eksplan piringan bunga dari sisa bagian tanaman
yang dibuang. Selanjutnya, eksplan piringan bunga di-shake dalam larutan
betadine selama 3 menit agar menghambat proses browning. Eksplan piringan
19
bunga kemudian dibilas dengan larutan akuades sebanyak 3 – 4 kali, lalu
direndam dalam larutan akuades. Setelah itu, eksplan piringan bunga dipotong
diatas tisu steril menjadi 4 bagian lalu ditanam di media agar. Sebelum
penanaman, mulut botol media agar dipanaskan terlebih dahulu diatas bunsen.
Dalam satu botol media, eksplan yang ditanam sebanyak 3 – 4 eksplan. Setelah
seluruh eksplan ditanam, botol media ditutup menggunakan plastik wrap
kemudian dilapisi plastik bening yang direkatkan menggunakan karet gelang
pada bagian luar mulut botol. Langkah terakhir adalah pemberian label diatas
plastik bening dengan keterangan klon dan tanggal isolasi.

Gambar 10. Proses Penanaman Eksplan

c) Persyaratan Benih
Benih Gerbera diseleksi dari benih yang bernas dan memiliki viabilitas serta
vigor yang tinggi. Tanaman diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif.
Perbanyakan vegetatif dapat menggunakan teknik kultur jaringan. Bahan kultur
jaringan menggunakan bakal bunga yang masih kuncup (petal belum membuka)
dan berukuran kecil. Perbanyakan dengan kultur jaringan ini dilakukan pada media
steril. Perbanyakan tanaman Gerbera selain lewat kultur jaringan dapat dilakukan
secara generatif dengan benih untuk tanaman Gerbera pot ataupun secara
vegetatif dengan pemecahan anakan-anakan atau potongan-potongan rimpang.
Perbanyakan tanaman Gerbera dengan anakan dapat dilakukan dengan
memperhatikan bahwa bibit diambil dari tanaman induk yang sudah berumur
minimal 1,5 tahun, pertumbuhannya baik, dan bebas dari serangan hama dan
penyakit tanaman. Anakan yang diambil adalah anakan yang masih muda dan
belum membentuk tunas generatif.

20
(a)

(b) (c)

Gambar 11. Perbanyakan tanaman Gerbera secara (a) generatif, (b) kultur jaringan,
(c) anakan tanaman Gerbera

d) Teknik Penyemaian Benih


i. Penyemaian di bak persemaian
Benih yang berasal dari perbanyakan generatif (biji) disemaikan pada pot-
pot persemaian dengan media sekam bakar yang sebelumnya telah disiram
dengan air. Media semai diberi sungkup plastik agar kelembaban dan suhu
udara tetap stabil serta terlindung dari paparan sinar matahari.

21
Gambar 12. Proses Penyemaian Benih Gerbera

Gambar 13. Bibit Gerbera Hasil Persemaian Benih yang Berumur 2 Bulan
ii. Penyemaian secara kultur jaringan
Media yang digunakan berupa medium Mirashige Skoog (MS) yang terbuat
dari gula 30 gram/liter, vitamin B dan zat pengatur tumbuh kinetin 5 mg
ditambah IAA 0,5 mg/liter, pH sebelum dipanaskan diatur sekitar 5,7 dengan
penambahan NaOH atau HCl 0,1 N. Medium dibuat padat dengan Difco Bacto
Agar (DBA) sebanyak 7,5 gram/liter. Bibit hasil kultur jaringan dipindahkan ke
persemaian steril dan dipelihara sampai cukup besar. Kemudian bibit di
aklimatisasi ke persemaian dengan media sekam bakar yang telah disiram
sebelumnya.

Gambar 14. Proses Subkultur Planlet Gerbera


22
iii. Persemaian dengan anakan
Salah satu teknik perbanyakan tanaman Gerbera adalah melalui organ
vegetatif, yaitu dengan pemecahan anakan. Secara alami anakan Gerbera dapat
berkembang menjadi rumpun tanaman Gerbera. Gerbera dapat membentuk 3
– 4 anakan dalam setahun jika standar budidaya dilakukan dengan baik sesuai
dengan standard operational procedur (SOP) budidaya tanaman Gerbera.
Dalam praktiknya, tanaman Gerbera yang diperbanyak secara vegetatif
adalah klon L, yang dapat dibagi menjadi 6 – 7 anakan. Penyemaian dengan
anakan dilakukan dengan memecah terlebih dahulu anakan dari tanaman induk
dengan gunting atau pisau. Anakan yang sudah dipisahkan kemudian direndam
dengan larutan fungisida 2 g/l selama 1 – 2 menit lalu dikeringanginkan. Daun
anakan dipotong sebagian untuk mengurangi penguapan pada saat
persemaian, serta akar dipotong sepanjang 10 cm. Anakan disemaikan pada
media arang sekam ataupun campuran tanah, pupuk kandang, dan sekam
mentah dengan perbandingan 1:1:1. Pembibitan dapat dilakukan pada wadah
pot plastik, polybag, atau baki plastik. Setelah ditanam, tiap pot atau polybag
diberi label dengan keterangan nama klon dan tanggal penanaman. Pada
minggu 1 – 2 pertama persemaian disiram dengan air bersih setiap hari,
selanjutnya disiram tiga kali dalam seminggu. 1 – 2 bulan kemudian anakan
siap dipindah ke bedengan dan di tanam dengan jarak 5 x 10 cm.

(a) (b) (c)

(d) (e)
23
(f)

Gambar 15. Proses Persemaian Anakan Tanaman Gerbera; (a) Tanaman Induk, (b)
Proses Pemecahan Anakan dari Tanaman Induk, (c) Anakan yang telah Dipecah, (d)
Anakan Tanaman Gerbera yang Dikeringanginkan Setelah Direndam dengan Larutan
Fungisida 2 g/l selama 1 – 2 menit, (e) Media untuk Penanaman Anakan, (f)
Persemaian Anakan Gerbera pada Campuran Tanah, Pupuk Kandang, dan Sekam
Mentah

2) Pengolahan Lahan
a) Persiapan Lahan
Selama melakukan magang di Balithi, pengolahan tanah tidak dilakukan karena
kondisi lahan Gerbera yang sudah dalam masa produksi. Berdasarkan informasi
yang didapatkan, pada prinsipnya konstruksi rumah lindung untuk Gerbera sama
dengan yang digunakan pada budidaya Krisan. Dua jenis rumah lindung yang
terdapat di Balithi, yakni miring tunggal dan miring ganda. Lahan untuk budidaya
Gerbera dipasang tiang setinggi 100-150 cm di sisi Timur dan 80 – 100 di sisi Barat,
kemudian diberi naungan berupa plastik bening. Rumah lindung untuk pertanaman
Gerbera yang masih baru sebaiknya diberi paranet 30 – 40% untuk mengurangi
intensitas cahaya matahari, dan dapat dilepas ketika sudah 1 – 2 tahun. Selain itu,
insect screen juga diperlukan untuk mencegah masuknya serangga ke dalam
rumah lindung, menjaga suhu dalam rumah lindung agar tidak jauh berbeda
dengan di luar, serta mengurangi tiupan angin.
Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma, jika diperlukan dilakukan
sterilisasi dari hama dan penyakit tular tanah. Tanah diolah dengan kedalaman 30
cm hingga gembur satu atau dua minggu sebelum tanam. Penggemburan tanah
kedua dilakukan kembali agar stuktur tanah lebih halus.
b) Pembentukan Bedengan
Gerbera memerlukan bahan organik yang banyak berupa pupuk kandang. Oleh
karena itu, pertanaman Gerbera dibuat dengan bedengan tinggi untuk
menampung pupuk kandang yang cukup banyak. Media tanam Gerbera berupa

24
campuran pupuk kandang, sekam mentah, dan tanah dengan perbandingan 5 : 3
: 1. Lebar bedengan 80 – 90 cm dengan tinggi bedengan 25 – 30 cm. Dinding
bedengan biasa menggunakan plastik UV bekas dengan penguat dari belahan
bambu.

Gambar 16. Bentuk dan Ukuran Bedengan dalam Budidaya Tanaman Gerbera

Pengolahan tanah dalam bedengan dilakukan dengan penggemburan tanah,


kemudian di tengah bedengan dibuat larikan yang diisi dengan sekam padi
mentah sebanyak 10 kg sekam kemudian ditambah dengan 5 kg pupuk kandang
sapi. Seluruh bahan kemudian dicampurkan dan diaduk rata lalu dilapisi dengan
tanah yang sudah gembur.
3) Penanaman
Kegiatan penanaman dimulai dengan pembuatan lubang tanam dengan jarak 25 x
25 cm. Lubang tanam dibuat selebar dan sedalam daun cangkul. Penanaman dilakukan
dengan membenamkan bibit ke dalam lubang tanam hingga seluruh akar dan pangkal
batang tertimbun tanah, dan tanaman berada pada posisi tegak. Dalam satu bedengan
dapat ditanami 12 tanaman dalam satu baris. Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi
hari. Setelah penanaman selesai, dilakukan penyiraman hingga lembab.
4) Pemeliharaan
a) Penyulaman
Penyulaman dilakukan ketika terdapat bibit tanaman Gerbera yang rusak atau
mati dengan mengganti tanaman tersebut dengan tanaman baru yang baik dan
tidak terserang hama dan/atau penyakit tanaman pada lubang tanam yang sama.
Penyulaman tanaman dilakukan sedini mungkin, tidak melebihi 30 hari setelah
25
tanam agar pertumbuhan antar tanaman lama dengan tanaman baru tidak terlalu
jauh berbeda. Penyulaman dapat juga dilakukan dengan menanam tanaman
sulaman bersamaan dengan tanaman utama di lahan yang terpisah (tidak
berdekatan) agar saat terdapat tanaman utama yang rusak, tanaman cadangan
dapat disulam untuk menggantikan tanaman utama tersebut. Waktu penyulaman
dilakukan pada pagi atau sore hari agar ketika suhu udara dan intensitas cahaya
tidak terlalu tinggi.
b) Penyiraman
Penyiraman Gerbera perlu dilakukan sejak penanaman, selama masa
pertumbuhan, sampai pada masa produksi secara rutin. Penyiraman dilakukan
setiap hari pada satu sampai dua minggu setelah tanam, setelah itu penyiraman
dilakukan tiga kali dalam satu minggu atau sesuai dengan kebutuhan. Jumlah air
yang diberikan lewat penyiraman sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Dalam
kondisi normal, tanaman yang baik membutuhkan air lebih dari 6 liter per hari/m2.
Yusup dalam buku Tuntunan Membangun Agribisnis (YCNBB, 1999) mengatakan
bahwa periode antara penanaman sampai dengan pembentukan bunga pertama,
air dapat diberikan melalui sistem irigasi “overhead sprinkler”. Setelah
pembentukan bunga, air sebaiknya diberikan melalui sistem “drip irigation”, untuk
menjaga agar tanaman (bunga) tetap kering. Setelah penyiraman diharapkan
kondisi tanah dalam keadaan tidak kekeringan ataupun terlalu basah. Tanaman
Gerbera sangat memerlukan air untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Kekurangan air akan menyebabkan pertumbuhan daun dan perkembangan bunga
sangat terhambat dan terlambat.
Dalam praktek yang dilakukan di lahan tanaman Gerbera Balithi Kp. Cipanas,
penyiraman dilakukan sebanyak tiga kali dalam seminggu atau disesuaikan dengan
kondisi cuaca harian. Penyiraman pada tanaman Gerbera dapat dilakukan dengan
menggunakan emrat dan selang, namun penggunaan selang biasa diaplikasikan
pada lahan tanaman Gerbera yang cukup luas. Penyiraman menggunakan selang
air ditambahkan shower atau nozzle sprayer berukuran kecil (halus) di mulut
selang, agar butiran air yang dikeluarkan tidak merusak tanaman, dan tanah tidak
mudah padat. Air yang digunakan untuk penyiraman merupakan air tanah (pompa)
yang ditampung di bak penampungan. Penyiraman dimulai dari area bedengan
yang paling belakang yang diteruskan hingga bedengan terdepan. Hal ini dilakukan
untuk menghindari tidak seragamnya pertumbuhan tanaman akibat teknik

26
penyiraman yang kurang tepat. Penyiraman dilakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak tangkai bunga Gerbera yang rentan patah.

Gambar 17. Proses Penyiraman Tanaman Gerbera


c) Pemupukan
Pupuk yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman Gerbera adalah pupuk
organik berupa pupuk kandang dan anorganik berupa NPK. Pupuk organik selain
diberikan pada saat pengolahan tanah sebagai pupuk dasar, perlu diulang
pemberiannya setahun sekali dengan dosis 1 – 2 kg/m2.
Pemupukan pertama dilakukan dengan pemberian NPK 15:15:15 dengan dosis
5g per rumpun yang ditabur atau dikubur dalam lubang tanam di sisi tanaman.
Selanjutnya, dua minggu kemudian, tanaman disiram dengan larutan NPK 1 – 2 g/l
air untuk 200 ml/rumpun. Satu bulan kemudian, pemupukan dilakukan dengan
menaburkan 2,5 g NPK 15:15:15 dan 2,5 g KNO3 di sisi kiri dan kanan rumpun
tanaman dengan posisi lubang pupuk yang berbeda dengan pemupukan
sebelumnya.

Gambar 18. Pemupukan Tanaman Gerbera dengan Pupuk NPK dosis 5 g

Pupuk yang digunakan dalam pemeliharaan tanaman Gerbera di Balithi tidak


hanya berbentuk padatan, namun terdapat pula pupuk majemuk berbentuk serbuk
yang dilarutkan dengan air, seperti pupuk majemuk Supratonik. Pupuk tersebut
diaplikasikan satu kali dalam dua minggu, yakni pada tanggal 27 Juli 2016 dan 9
27
Agustus 2016. Pupuk Supratonik terdiri atas Supratonik merah dan hijau.
Pengaplikasian pupuk majemuk Supratonik merah dan hijau memiliki tujuan yang
berbeda. Pupuk Supratonik merah memiliki kandungan senyawa P dan K yang lebih
tinggi, yakni 20% dan 37%, dibandingkan dengan senyawa N sebanyak 10%. Oleh
karena itu, pengaplikasian Supratonik merah bertujuan untuk merangsang
pertumbuhan bunga. Sedangkan pupuk Supratonik hijau memiliki kandungan
senyawa N yang lebih tinggi, yakni 32% dibandingkan P dan K sebanyak 1% dan
10%. Kandungan N yang tinggi bertujuan untuk merangsang pertumbuhan daun.
Pada tanaman Gerbera, bunga merupakan organ target, sehingga pupuk yang
digunakan berupa Supratonik merah yang dapat merangsang pertumbuhan bunga.

Gambar 19. Perbedaan Komposisi N,P, dan K pada Pupuk Powder Supratonik Merah
dan Hijau

Dosis pupuk Supratonik merah untuk tanaman Gerbera adalah 7,5 g per 8 liter
air. Peracikan pupuk Supratonik merah biasa ditambahkan bahan berupa vitamin
B1 dan B6 masing-masing sebanyak 2 tablet yang dilarutkan dengan 100 ml air.
Bahan-bahan tersebut dilarutkan hingga homogen sebelum ditambahkan air
sebanyak 8 liter di dalam emrat.

28
Gambar 20. Proses Pembuatan dan Pengaplikasian Pupuk Supratonik pada Tanaman
Gerbera

d) Penyiangan dan Penggemburan


Penyiangan dan penggemburan dilakukan untuk mengurangi pengaruh
persaingan tanaman utama dengan gulma, sedangkan penggemburan dilakukan
untuk meningkatkan kembali porositas tanah, sehingga aerasi dan drainase tanah
menjadi lebih baik lagi. Penggemburan lahan tanaman Gerbera dilakukan dengan
menggunakan alat berupa bambu, kayu, atau obeng. Penyiangan dan
penggemburan biasa dilakukan secara bersamaan, sekaligus dengan
pembumbunan tanaman agar batang pokok tetap berada di bawah permukaan
tanah.

Gambar 21. Proses Penggemburan Tanah di Lahan Tanaman Gerbera


e) Perompesan
Perompesan pada tanaman Gerbera dilakukan untuk membuang daun-daun
dan bunga-bunga yang kering, layu, atau terkena serangan hama penyakit
tanaman. Kegiatan ini dilakukan juga dengan penjarangan rumpun. Rumpun yang
terlalu padat, selain dapat menyebabkan perkembangan penyakit (jamur), juga
dapat menyebabkan bunga yang dihasilkan menjadi kurang baik kualitasnya, baik
dari batangnya yang menjadi pendek atau kerdil, atau bunganya yang mengecil
karena hasil fotosintesis yang tidak berfokus pada daun dan bunga yang produktif.

29
Gambar 22. Proses Perompesan Daun dan Bunga pada Tanaman Gerbera

f) Hama dan Penyakit pada Tanaman Gerbera serta Pengendaliannya


Beberapa hama yang banyak menyerang tanaman Gerbera, antara lain white
fly (kutu putih), tungau, kumbang, ulat, thrips, belalang, leaf miner (penggorok
daun), dan jangel (siput). Sedangkan penyakit yang banyak menyerang adalah
bercak daun, kapang kelabu (grey mould), embun tepung, dan patah tangkai
bunga.
i. Kapang Kelabu
Kapang Kelabu merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur Botitris
cinensis pers. Ex. Fr. Gejala serangan dari jamur ini berupa timbulnya busuk
pada bunga yang diliputi benang-benang jamur berwarna kelabu. Organisme
ini muncul pada musim hujan yang berkepanjangan menyebabkan miselium
terlepas dari jamur dan akan berkecambah lagi membentuk jamur baru
(Samosir, 2007).
Intensitas serangan penyakit kapang kelabu di lahan budidaya Balithi masih
tergolong rendah, karena hanya terjadi pada beberapa tanaman saja seperti
varietas lokal Merah Sukabumi. Pengendalian terhadap penyakit ini adalah
dengan membuang daun dan bunga yang telah terinfeksi agar tidak tersebar
ke organ tanaman lain atau dapat pula disemprot menggunakan pestisida
berbahan aktif pyraclostrobin seperti Cabrio yang memiliki mekanisme racun
sistemik karena racunnya dapat diserap oleh organ-organ tanaman dan
ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya lewat aliran cairan tanaman.
Adapun untuk pencegahan dapat dilakukan penyemprotan secara rutin
menggunakan pestisida berbahan aktif klorotalonil seperti Daconil serta bahan
aktif mankozeb seperti Dithane yang merupakan fungisida kontak yang

30
berfungsi melindungi tanaman dari serangan jamur lebih lanjut dengan
mencegah pembentukan spora pada jamur sehingga tidak dapat menyebar.

Gambar 23. Tanaman Gerbera yang Terserang Penyakit Kapang Kelabu


ii. Embun Tepung
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Erysiphe cichoracearum dc. Penyakit ini
menyebabkan daun gerbera diliputi oleh lapisan putih bertepung yang
merupakan miselium, konidiofor dan konidium jamur. Serangan penyakit ini
biasa terjadi pada musim kemarau terutama di tempat-tempat yang ternaungi.
Pengendalian yang dilakukan dengan membuang daun yang telah terinfeksi
penyakit ini dan untuk pencegahan dilakukan penyemprotan secara rutin
dengan fungisida Dithane.

Gambar 24. Tanaman yang Terserang Embun Tepung


iii. White Fly (Kutu Putih)
Serangan hama kutu putih tidak mengenal musim dan banyak menyerang di
suasana rumah lindung yang agak lembab karena kurang cahaya. Kutu putih di
lahan budidaya Gerbera Balithi Cipanas banyak menyerang tanaman-tanaman
yang terletak di sudut-sudut rumah lindung yang banyak ditumbuhi gulma
dimana kelembaban tinggi dan pencahayaannya kurang optimal, sehingga
penyebaran kutu putih relatif tinggi. Pengendalian yang dilakukan terhadap
serangan hama kutu putih dapat dilakukan secara manual dengan rutin
membuang daun-daun serta bunga tua yang merupakan inang dari penyebaran
hama tersebut. Kutu putih menyerang bagian bawah daun Gerbera tua dan di
bagian itu pula hama tersebut berkembang biak dan mengeluarkan kotorannya

31
yang menyebabkan penyakit sekunder jamur dan bakteri. Hama kutu putih
dapat pula dikendalikan secara kimiawi dengan menggunakan pestisida
Confidor atau Pegasus 0,5 – 10 ml/l. Dalam pengaplikasiannya, penyemprotan
pestisida sebaiknya ditujukan pada bagian bawah daun kemudian ke seluruh
permukaan tanaman. Penambahan perekat pestisida seperti Tenac atau Rudor
sebaiknya digunakan, karena hama kutu putih dapat terbang dan berpindah ke
tempat lain.

Gambar 25. Serangan Hama White Fly pada Tanaman Gerbera


iv. Leaf Miner (Pengorok Daun)
Gejala serangan lalat pengorok daun pada tanaman Gerbera mudah dikenali
dengan adanya liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil
daun (Baliadi, et al., 2010). Di dalam liang korokan tersebut terdapat larva dari
Lyriomiza sp. yang aktif bergerak. Larva tersebut hidup dan makan di dalam
liang korokan. Pada serangan lanjut, warna liang korokan berubah menjadi
kecoklatan, daun layu hingga gugur. Pengendalian yang dilakukan pada
tanaman yang sudah terserang parah adalah dengan pemberian insektisida
Pegasus pada stadia imago dan Kardan pada stadia larva yang diaplikasikan dua
kali dalam dua minggu.

32
(a) (b)

(c)
Gambar 26. (a) Daun Tanaman Gerbera yang Terserang Larva Lyriomiza sp.,
(b) Larva Lyriomiza sp., (c) Serangan Lanjut yang Disebabkan Hama Pengorok
Daun

v. Bercak Daun
Bercak daun pada tanaman Gerbera disebabkan oleh jamur Cercospora
gerberae chupp et viegas. Gejala dari penyakit ini berupa timbulnya bercak-
bercak berwarna coklat berbentuk bulat atau tidak beraturan pada daun-daun
tua. Pengendalian dari penyakit ini dilakukan dengan membuang daun yang
telah terinfeksi penyakit ini dan untuk pencegahan dilakukan penyemprotan
secara rutin dengan fungsida Dithane atau Daconil, sedangkan untuk tanaman
dengan intensitas serangan yang tinggi, pengendalian dilakukan dengan
menyemprotkan Cabrio dua kali dalam satu minggu.

Gambar 27. Bercak Daun

33
vi. Patah Tangkai Bunga
Penyebab dari patah tangkai bunga pada Gerbera belum diketahui secara
jelas, namun diduga penyebab dari patah tangkai dari bunga Gerbera adalah
terlalu banyak kandungan senyawa N dari amonium. Selain itu, suhu di sekitar
pertanaman Gerbera yang terlalu panas akibat bangunan rumah paranet yang
kurang tinggi dapat menyebabkan patah tangkai bunga pada Gerbera. Dalam
penanganannya, Balithi Cipanas melakukan pergiliran pemupukan NPK dengan
KNO3 dengan rentang waktu satu bulan.

Gambar 28. Patah Tangkai Bunga pada Gerbera

vii. Jangel atau Siput ‘Bugil’


Siput Slug atau siput telanjang merupakan kelompok hewan anggota filum
Moluska yang didefinisikan sebagai siput tanpa cangkang. Hama siput merusak
tanaman dengan memakan daun dan tangkai bunga Gerbera. Biasanya siput
bersembunyi pada bagian bawah daun dan pangkal tangkai daun (Isnaningsih,
2008). Hama ini menyerang pada lingkungan pertanaman yang lembab atau
basah namun agak hangat. Gejala pada tanaman yang diserang oleh hama siput
telanjang ini adalah adanya lubang-lubang tak beraturan pada daun. Bekas
lendiri yang sedikit mengkilat dan kotoran menjadi tanda yang membedakan
serangan siput telanjang dengan ulat.
Pengendalian hama siput yang umum dan mudah dilakukan adalah
pengendalian secara manual dengan membuang hama siput telanjang. Adapun
pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan pemberian moluskisida
berbahan aktif carbaryl dan metaldehyd yang akan merusak produksi lendir
pada siput telanjang sehingga mobilitasnya akan berkurang, selain itu
metaldehyd juga menghambat kemampuan cerna siput telanjang (Isnaningsih,
2008). Di Balithi Cipanas sendiri, pengendalian siput telanjang menggunakan
pestisida Siputok dan pemberian sekam mentah.
34
Selain pengendalian secara kimia, pengendalian secara biologis pun dapat
menekan pertumbuhan siput telanjang. Penggunaan parasit untuk siput
telanjang seperti nematoda dari suku Rhabditidae efektif untuk mengurangi
pertumbuhan dan reproduksi siput telanjang. Kumbang kelompok Lampyridae
dan Carabidae juga menjadi musuh alai siput telanjang terutama Vaginulidae
meskipun tingkat predasinya relatif kecil (Isnaningsih, 2008).

Gambar 29. Serangan Siput Slug pada Daun Gerbera

viii. Kelainan pada Bunga Gerbera


Kelainan pada bunga Gerbera terjadi akibat pengaruh cuaca dan mutasi
alam. Beberapa kelainan pada bunga Gerbera yang terjadi di lahan pertanaman
Gerbera di Balithi Kp. Cipanas adalah pertumbuhan dua bunga pada satu
tangkai bunga serta “aing ribet” yakni melekuknya piringan bunga yang diduga
terjadi akibat cuaca.

Gambar 30. Kelainan pada Bunga Gerbera


5) Panen dan Pasca Panen
Proses panen dan penanganan pasca panen bunga potong bertujuan untuk
memperlambat proses respirasi dan transpirasi, memperkecil akumulasi etilen dan
mencegah serangan hama dan penyakit serta meminimalisir kerusakan hasil sehingga
produk memiliki masa segar (vase life) atau daya simpan yang lama. Hal-hal yang harus

35
diperhatikan saat panen adalah waktu panen yang tepat, yaitu tingkat kematangan
bunga sudah optimal sesuai dengan standar.
Panen bunga potong Gerbera di Balithi KP. Cipanas diperuntukkan untuk bahan
penelitian, namun sebagian dijual dalam skala kecil atau bila ada pesanan. Hal ini
dikarenakan tanaman Gerbera masih dalam tahap penelitian dan pendaftaran varietas.
Pemanenan bunga potong Gerbera juga bermaksud untuk memudahkan dalam
karakterisasi beberapa varietas dan klon terpilih. Karakterisasi bunga Gerbera bertujuan
untuk Adapun karakterisasi Gerbera menggunakan beberapa alat, yaitu:
a. Jangka sorong, yang digunakan untuk mengukur diameter tangkai bunga bunga,
diameter bunga luar, diameter bunga dalam 1, diameter bunga dalam 2, diameter
bunga luar, diameter piringan bunga, dan tinggi bunga (tinggi kelopak bunga).
b. Penggaris, yang digunakan untuk mengukur panjang daun, lebar daun, panjang
tangkai daun, dan panjang tangkai bunga.
c. Color Chart, yang digunakan untuk menentukan warna bunga luar, warna bunga
dalam 1, warna bunga dalam 2, dan warna piringan bunga.
d. Botol beling yang berisi air, yang digunakan sebagai tempat pengujian vase life
bunga.
a) Panen Bunga Potong Gerbera
Bunga pertama muncul 10 – 12 minggu setelah tanam anakan. Pemanenan
bunga Gerbera dapat dilakukan setelah tanaman berumur 6 – 8 bulan setelah tanam
dengan bibit yang berasal dari biji, atau 3 – 5 bulan dengan bibit yang berasal dari
anakan. Tiap rumpun Gerbera dapat menghasilkan 5-15 kuntum atau sekitar 140
kuntum bunga per meter luas lahan per tahun. Bunga Gerbera dipanen ketika
terbuka penuh dan saat dua lingkaran benangsari (disk floret). Cara panen yang
baik dan benar akan memperpanjang vase life bunga potong Gerbera. Pemanenan
bunga Gerbera dilakukan dengan memotong tangkai bunga bagian pangkal (terlihat
bagian antosianin) ke arah yang berlawanan dengan daun. Setelah itu, bunga yang
telah dipanen ditempatkan di dalam wadah berisi air (ember) yang mengandung
bakterisida untuk mencegah kelayuan bunga dan mengurangi kebusukan akibat
adanya organisme pengganggu yang terbawa dalam alat pemanen bunga.
Pemanenan bunga Gerbera baik dilakukan pada pagi atau sore hari ketika cuaca
tidak terlalu panas, karena tangkai bunga Gerbera lebih mudah dipanen ketika suhu
tidak terlalu tinggi.

36
(a)

(b)

Gambar 31. (a) Proses Pemanenan Bunga Gerbera; (b) Bunga Gerbera diletakkan di
Ember Berisi Air

b) Sortasi dan Grading


Sortasi dan grading berkaitan erat dengan tingkat selera konsumen suatu
produk atau segmen pasar yang akan dituju dalam pemasaran suatu produk.
Kegiatan sortasi dan grading sangat menentukan apakah suatu produk laku pasar
atau tidak. Penanganan produk yang telah dipanen adalah melakukan
pembersihan, penyortiran, pengkelasan mutu (grading) dan pengepakan atau
pengemasan. Sortasi diartkan sebagai suatu kegiatan dalam memisahkan produk
berdasarkan tingkat keutuhan atau kerusakan produk, baik karena cacat karena
mekanis ataupun cacat karena bekas serangan hama atau penyakit. Adapun
grading adalah kegiatan memisahkan produk berdasarkan ukuran, warna dan
bentuk.
Kegiatan pasca panen bunga Gerbera diawali dengan membawa bunga yang
telah dipanen ke packing house untuk disortasi dan grading berdasarkan varietas,
warna bunga dan tinggi tangkai bunga. Bunga yang bagus dengan panjang tangkai
lebih dari 40 cm, bebas hama dan penyakit, bebas dari kerusakan, serta
berpenampilan segar segera dipisahkan kemudian di bungkus menggunakan
contong (kertas berbentuk kerucut) dan diikat setiap 10 tangkai menggunakan
karet atau tali rafia. Bunga-bunga yang telah diikat kemudian dibungkus kertas
37
koran. Bunga yang terserang hama penyakit atau rusak akibat kegiatan pemanenan
akan dibuang.

Gambar 32. Proses Sortasi dan Grading


c) Pengemasan
Pengemasan berfungsi untuk melindungi produk dari kerusakan mekanik,
mencipatakan daya tarik bagi konsumen, memberikan nilai tambah produk, dan
memperpanjang daya simpan produk.
Bunga Gerbera memiliki sifat geotropik, sehingga pengemasan bunga harus
dalam posisi berdiri. Bunga dengan panjang tangkai lebih dari 35 cm dikemas
menggunakan kardus, sedangkan untuk bunga dengan panjang tangkai kurang dari
35 cm cukup dimasukkan ke dalam ember yang berisi air.

Gambar 33. Proses Pengemasan Bunga Gerbera


d) Penyimpanan
Penyimpanan memiliki peran penting dalam menjaga kestabilan penawaran dan
permintaan bunga potong di pasar dan dilakukan jika hasil panen tidak langsung
didistribusikan. Penyimpanan suhu dingin pada bunga potong dapat dilakukan
38
dengan penyimpanan basah dan kering. Suhu yang digunakan dalam penyimpanan
kering mendekati suhu titik beku. Umur simpan akan lebih panjang jika disimpan
dengan cara penyimpanan kering.
Bunga Gerbera sangat rentan terhadap serangan jamur sehingga tangkai harus
disemprot atau dicelupkan dalam larutan fungisida sebelum disimpan. Setelah
disimpan, tangkai harus dipotong dan ditempatkan dalam air atau larutan pengawet
selama 2 – 3 jam untuk rehidrasi (Singh, 2006 dalam Timur, 2015).
e) Pengiriman
Pengiriman bunga Gerbera dilakukan dengan mengemas bunga ke dalam kotak.
Suhu yang ideal untuk bunga Gerbera selama transportasi adalah 4 – 6oC. Untuk
pengiriman ke luar kota atau ekspor, bunga dimasukkan ke dalam kardus khusus
untuk bunga Gerbera. Setiap bunga diletakkan mendatar di dalam kardus dan
tangkai-tangkainya diatur berbaris sejajar di bagian lapisan bawah kardus. Untuk
menjaga bunga agar tidak cepat layu, tiap-tiap pangkal tangkai bunga dimasukkan
ke dalam tabung plastik kecil yang berisi air.

Gambar 34. Proses Pengiriman Bunga Gerbera

3.2 Hasil Kegiatan Magang


Kegiatan yang dilakukan saat magang adalah teknik budidaya tanaman Gerbera di
Balithi Kebun Percobaan Cipanas, Jawa Barat. Teknik budidaya pada tanaman Gerbera
meliputi perbanyakan bahan tanaman, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan,
panen dan pascapanen.
1. Perbanyakan bahan tanaman
Perbanyakan bahan tanaman pada Gerbera terbagi dalam tiga cara, yakni
perbanyakan anakan, perbanyakan melalui kultur jaringan, serta perbanyakan melalui
persilangan. Ketiga cara tersebut diaplikasikan dalam praktik magang di Balithi. Masing-
masing cara perbanyakan memiliki keunggulan dan kelemahan, seperti pada
perbanyakan anakan yang mudah dilakukan dengan peluang yang besar kemungkinan
tanaman dapat tumbuh, namun perbanyakan anakan dapat berakibat pada tidak
diketahuinya tetua serta penurunan kualitas tanaman itu sendiri. Lain halnya dengan

39
kultur jaringan yang membutuhkan proses perbanyakan lebih lama dengan
kemungkinan tanaman dapat hidup yang relatif kecil, namun dapat menghasilkan
tanaman dengan kualitas yang baik karena ditumbuhkan dalam media yang steril dan
terkendali. Adapun keuntungan melakukan perbanyakan melalui persilangan adalah
dapat menghasilkan tanaman yang bervariasi, serta kemungkinan tanaman tumbuh
lebih besar dibandingkan dengan perbanyakan kultur jaringan.
2. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan pada budidaya Gerbera di Balithi Kp.Cipanas tidak dilakukan oleh
peserta magang. Namun, praktik pengolahan lahan tersebut sudah sesuai dengan SOP
budidaya tanaman Gerbera dengan beberapa modifikasi yang dilakukan oleh teknisi.
3. Penanaman
Penanaman tanaman Gerbera yang dilakukan oleh peserta magang berupa
penanaman benih hasil persilangan pada media persemaian. Adapun penanaman
anakan dilakukan pada polybag dengan bantuan teknisi.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan pada tanaman Gerbera, meliputi penyulaman, penyiraman,
pemupukan, penyiangan dan penggemburan, serta perompesan. Peserta magang
melakukan pemeliharaan tanaman Gerbera, diantaranya pemupukan, penyiangan dan
penggemburan, serta pembuatan yellow trap.
Pemupukan pertama dilakukan dengan pemberian NPK 15:15:15 dengan dosis 5g
per rumpun yang ditabur atau dikubur dalam lubang tanam di sisi tanaman.
Selanjutnya, dua minggu kemudian, tanaman disiram dengan larutan NPK 1 – 2 g/l air
untuk 200 ml/rumpun. Satu bulan kemudian, pemupukan dilakukan dengan
menaburkan 2,5 g NPK 15:15:15 dan 2,5 g KNO3 di sisi kiri dan kanan rumpun tanaman
dengan posisi lubang pupuk yang berbeda dengan pemupukan sebelumnya.
Pemupukan Gerbera di Balithi tidak hanya menggunakan pupuk dalam bentuk padatan,
namun terdapat pula pupuk majemuk berbentuk serbuk yang dilarutkan dalam air,
seperti pupuk majemuk Supratonik. Pupuk majemuk supratonik diaplikasikan pada
Gerbera yang ditanam di dalam pot dengan pemberian satu kali dalam dua minggu.
Pupuk Supratonik yang digunakan dalam pemeliharaan Gerbera berupa pupuk
Supratonik merah yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan bunga dengan dosis
7,5 g per 8 liter air dan tambahan 2 tablet vitamin B1 dan B6 yang bertujuan untuk
menghindari stres pada tanaman. Penambahan vitamin B1 dan B6 merupakan inisiatif
dari penanggung jawab lapangan yang juga pemulia tanaman Gerbera.

40
Adapun kegiatan penyiangan dan penggemburan dilakukan secara bersamaan,
sekaligus dengan pembumbunan tanaman agar batang pokok tetap berada di bawah
permukaan tanah. Penyiangan dilakukan dengan membuang gulma disekitar
pertanaman Gerbera secara mekanik, sedangkan penggemburan dilakukan dengan
menggemburkan tanah disekitar area perakaran tanaman Gerbera menggunakan obeng
atau kayu.
Pengendalian hama yang dilakukan oleh peserta magang ialah pembuatan yellow
trap yang merupakan perangkap untuk hama di lahan pertanaman Gerbera. Adapun
bahan yang digunakan dalam pembuatan yellow trap, diantaranya impra board
berwarna kuning dengan ukuran 40 x 20 cm yang telah dipasangkan bambu berukuran
60 – 70 cm, lem tikus cap gajah, dan bensin. Permukaan papan kuning dilapisi lem tikus
yang telah dicampurkan dengan bensin dengan komposisi 250 ml per 3 tube lem tikus.
Yellow trap dapat digunakan hingga 3 bulan dan dapat digunakan kembali dengan
membersihkan permukaan papan dari hama yang terjerat menggunakan bensin.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman di Balithi sebagian besar menggunakan
obat berbahan kimia anorganik, diantaranya Cabrio, Daconil, Dithane, Confidor, Decis,
Pegasus, Tenac, Rudor, dan Siputok. Pengaplikasian pestisida bergantung pada jenis
hama dan intensitas serangannya.
5. Panen dan Pascapanen
Kegiatan panen yang dilakukan peserta magang dalam skala kecil, hanya berupa
simulasi. Panen dilakukan dengan mencabut pangkal tangkai bunga (tangkai
berantiosianin) ke arah yang berlawanan dengan daun. Bunga yang telah dipanen
kemudian ditempatkan di dalam wadah berisi air untuk mencegah kelayuan bunga.
Dalam pascapanen bunga Gerbera, peserta magang membuat contong, yakni sungkup
sebagai pelindung bunga agar tidak rusak, kemudian dikemas kembali menggunakan
kertas koran berdasarkan sortasi warna. Adapun kegiatan penyimpanan tidak dilakukan
di Balithi, karena produksi bunga Gerbera di Balithi masih dalam skala kecil.

41
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
a. Budidaya tanaman Gerbera yang dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Hias KP.
Cipanas masih diperuntukkan sebagai bahan penelitian, sehingga belum diproduksi
dalam skala besar. Adapun teknik budidaya yang dilakukan sudah berdasarkan SOP
budidaya tanaman Gerbera pada umumnya, diantaranya persilangan Gerbera,
persiapan benih Gerbera, pengolahan tanah Gerbera, pembibitan Gerbera,
pemeliharaan tanaman Gerbera, panen, dan pascapanen Gerbera.
b. Pemeliharaan tanaman Gerbera yang dilakukan berupa pemupukan, penyiraman,
penyiangan, penggemburan tanah, perompesan, dan pemberian pestisida.
c. Hama dan Penyakit Tanaman yang menyerang Gerbera, diantaranya white fly, leaf
miner, kapang kelabu, embun tepung, patah tangkai bunga, dan siput telanjang.
d. Pengendalian yang dilakukan Balithi Kp. Cipanas terhadap hama dan penyakit tanaman
adalah penggunaan pestisida kimiawi.

4.2 Saran
Perlu adanya penambahan sarana dan prasarana penunjang dalam budidaya Gerbera
guna memperlancar proses penelitian tanaman Gerbera di Balai Penelitian Tanaman Hias.

42
DAFTAR PUSTAKA

Baliadi, Y., dan Tengkano, W. 2010. Lalat Pengorok Daun, Liriomyza sp. (Diptera:
Agromyzidae), Hama Baru Pada Tanaman Kedelai di Indonesia. Jurnal Litbang
Pertanian. 29(1). Diakses melalui
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3291101.pdf pada 29 Agustus
2016.

Herdiani, Elvina. 2015. Budidaya Bunga Potong Gerbera. Diakses melalui http://www.bbpp-
lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/942-budidaya-bunga-
potong-gerbera pada 25 September 2016.

Herdiani, Elvina. 2014. Pasca Panen Bunga Potong. Diakses melalui http://www.bbpp-
lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/828-pasca-panen-bunga-
potong pada 12 Oktober 2016.

Hermanto, M. 1991. Perbanyakan Gerbera Jamesonii melalui Teknik Kultur Jaringan. Skripsi.
62 halaman.

Isnaningsih, NR. 2008. Siput Telanjang (Slug) sebagai Hama Tanaman Budidaya. Fauna
Indonesia. 8(2):21-24.

Modul Budidaya Tanaman. Tanpa tahun. Penanganan Pasca Panen. Diakses online
http://psbtik.smkn1cms.net/pertanian/budidaya_tanaman/budidaya_tanamn/men
angani_hasil_pertanian.pdf pada 15 Oktober 2016.

Rukmana, Rahmat. 1995. Gerbera. Kanisius. Yogyakarta.

Samosir, J. 2007. Inventarisasi Jamur Penyebab Penyakit pada Tanaman Stroberi (Fragaria
vesca L.) di Kecamatan Berastagi. Skripsi. 37 halaman.

Singh, A. K. 2006. Flower Crop: Cultivation and Management. New India Publishing Agency.
New Delhi. India. 463 halaman.

Statistik Produksi Hortikultura. 2015. Kementrian Pertanian. Halaman 135.

Timur, Tania. 2015. Budidaya Tanaman Gerbera di Balithi Cipanas. Laporan Magang. 62
Halaman.

Yayasan Ciputri Nusantara Bakti Bangsa, 1999. Tuntunan Membangun Agribisnis. PT. Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.

43
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Telah Selesai Pelaksanaan Magang
Lampiran 2. Sertifikat Telah Melaksanakan Magang
Lampiran 3. Logbook Kegiatan Magang Selama 25 Hari Kerja

Anda mungkin juga menyukai