Anda di halaman 1dari 99

PRODUKSI BIBIT KENTANG (Solanum tuberosum L.

) DI HIKMAH FARM, PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT

KHOIRUL UMMAH A24050394

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

RINGKASAN
KHOIRUL UMMAH. Produksi Bibit Kentang (Solanum tuberum L.) di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Di bawah bimbingan AGUS PURWITO.

Kegiatan magang ini dilakukan untuk mempelajari kegiatan budidaya dan produksi bibit kentang sampai pemasaran, mengetahui serta membandingkan produktivitas pembibitan kentang di lapang, dan meningkatkan ketrampilan dalam budidaya maupun kemampuan manajerial. Kegiatan magang dilaksanakan mulai 12 Februari sampai 12 Juni 2009 di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Produksi bibit kentang diawali dengan permohonan sertifikasi kepada Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH). Perbanyakan bibit kentang bersertifikat mengikuti pola satu generasi dimulai dengan pengadaan bibit induk berupa planlet melalui kultur jaringan. Planlet tanaman kentang ditanam dengan cara di stek dan dilakukan di rumah kaca (greenhouse). Hasil dari stek kentang yang ditanam akan menghasilkan umbi G0 (generasi vegetatif nol). Perbanyakan umbi G0 dilakukan di rumah ketat serangga (screenhouse) yang akan menghasilkan umbi G1 (generasi vegetatif pertama). Bibit G1 diperbanyak di lapang dan menghasilkan bibit G2 (generasi vegetatif kedua). Bibit G2 diperbanyak akan menghasilkan bibit G3 (generasi vegetatif ketiga). Bibit G3 bila diperbanyak akan menghasilkan bibit G4 (generasi vegetatif keempat). Kegiatan pembibitan hanya sampai generasi keempat. Kentang G4 diperbanyak menghasilkan kentang konsumsi. Hasil pengamatan pada kegiatan panen pembibitan kentang untuk umbi G2, G3, dan G4 menunjukkan produktivitas paling tinggi untuk pembibitan kentang G2 yaitu kebun Ciarileu Blok 2 sebesar 34.41 ton/ha. Produktivitas pembibitan kentang G3 di kebun Ciarileu Blok 2 sebesar 16.40 ton/ha. Produktivitas paling tinggi pada pembibitan kentang G4 yaitu kebun Gambung Blok Panarikan 1 adalah sebesar 22.28 ton/ha.

Kesimpulan kegiatan magang ini adalah meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan tentang budidaya tanaman kentang dan kemampuan manajerial. Keberhasilan produksi kentang didukung oleh manajemen yang tepat. Faktor yang menentukan produktivitas umbi kentang yaitu penerapan teknik budidaya yang tepat disamping syarat agroklimat.

PRODUKSI BIBIT KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI HIKMAH FARM, PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Khoirul Ummah A24050394

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Judul

: PRODUKSI BIBIT KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI HIKMAH FARM, PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT

Nama NIM

: KHOIRUL UMMAH : A24050394

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr. NIP 19611101 1987 03 1003

Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr. NIP 19611101 1987 03 1003

Tanggal Lulus

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Demak, Jawa Tengah pada tanggal 3 Nopember 1987. Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara dari Bapak Abdul Choliq dan Ibu Mai Saroh. Tahun 1999 penulis lulus dari SD N 2 Demak, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SLTP N 2 Demak. Selanjutnya penulis lulus dari SMU N 1 Demak pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selanjutnya pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis tergabung dalam Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Demak, menjadi panitia masa pengenalan departemen (MPD), dan menjadi panitia (Festival Tanaman) Festa.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Produksi Bibit Kentang (Solanum tuberosum L.) di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat . Skripsi merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program sarjana Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr. sebagai dosen pembimbing skripsi atas segala saran dan bimbingan dalam menyusun skripsi. 2. Dr. Dewi Sukma, SP., M.Si. dan Ir. Megayani Sri Rahayu, MS sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberi saran yang membangun untuk perbaikan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS sebagai dosen pembimbing akademik atas bimbingan selama pelaksanaan kuliah. 4. Seluruh Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah memberi ilmu dan staf Komisi Pendidikan atas informasi dan bantuan selama menjadi mahasiswa Agronomi dan Hortikultura. 5. Kedua orang tua Bapak Abdul Choliq dan Ibu Mai Saroh, dan kakak Muchammad Mutho' yang telah memberikan do'a dan semangat. 6. H. Moch. Adung sebagai pemilik perusahaan yang bersedia menerima penulis untuk melaksanakan magang di perusahaan Hikmah Farm. 7. Ir. Wildan Mustofa, MM, Atieq M. SSi, Ir. Ela Nurlaela, Ir. Bunyan Ismail atas bimbingan selama magang, dan seluruh staf Hikmah Farm yang bersedia membantu penulis dalam mendapatkan informasi. 8. Teman magang, Lia atas kerjasama dan dukungannya.

9. Emoth dan Dito atas kerjasama dan bantuannya. 10. Ratih, Malya, Sifat, Retna, Ryan, Rela dan seluruh teman-teman Agronomi dan Hortikultura 42 atas kebersamaannya.

11. Teman-teman Saung Nadia (Ecak, Fitri, Reny, dan Hilda). 12. Teman-teman Saung Ivon, M Uti, M indah, M bay, M Desi, Nyi Yasmin, M Dewi, M Ruri, Bena, Yuni, Eka, Dewi, Susi, Uni Ren, dan Tria. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang ......................................................................................... 1 Tujuan ..................................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kentang................................................................................... 4 Syarat Tumbuh Kentang .......................................................................... 5 Sistem Sertifikasi Benih Kentang ............................................................ 5 Produksi Bibit Kentang dan Pembibitan .................................................. 7 Budidaya Kentang.................................................................................... 8 METODE MAGANG Waktu dan Tempat .................................................................................. 12 Metode Pelaksanaan................................................................................ 12 Pengamatan dan Pengumpulan Data....................................................... 12 Analisis Data dan Informasi.................................................................... 13 KEADAAN UMUM Gambaran Umum Perusahaan................................................................. 14 Sejarah Perusahaan....................................................................... 14 Sarana dan Prasarana.................................................................... 15 Letak Geografi atau Letak wilayah Administratif .................................. 16 Keadaan Iklim dan Tanah ....................................................................... 16 Luas Areal dan Tata Guna Lahan............................................................ 16 Keadaan Tanaman dan Produksi............................................................. 18 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan............................................... 18 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis............................................................................................ 22 Produksi Bibit kentang................................................................. 22 Pembibitan Kentang G0 ............................................................... 24 Pembibitan Kentang G1 ............................................................... 27 Pembibitan Kentang G2, G3, dan G4 .......................................... 30 Pembukaan dan Persiapan Lahan........................................... 31 Penanaman ............................................................................. 32 Pemeliharaan Tanaman .......................................................... 35 Panen ...................................................................................... 43 Pasca Panen............................................................................ 45 Pemasaran .............................................................................. 47 Penanaman Umbi Kentang G4..................................................... 48 Aspek Manajerial ..................................................................................... 54 Asisten Mandor ............................................................................ 54 Asisten Kepala Kebun.................................................................. 55

PEMBAHASAN Produksi Bibit Kentang ............................................................................ 56 Budidaya Pembibitan Kentang................................................................. 57 Pembibitan Kentang G0 ............................................................... 57 Pembibitan Kentang G1 ............................................................... 57 Pembibitan Kentang G2 ............................................................... 58 Pembibitan Kentang G3 dan G4 .................................................. 61 Penanaman Umbi Kentang G4..................................................... 63 Analisis Usaha Tani Kentang................................................................... 64 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .............................................................................................. 72 Saran......................................................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 73 LAMPIRAN..................................................................................................... 75

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Lokasi dan Luas Lahan yang Dikelola Hikmah Farm .......................................17 2. Standar Toleransi Pemeriksaan Lapangan Sertifikasi Benih Kentang...............23 3. Standar Toleransi Pemeriksaan Umbi Kentang Sertifikasi Benih Kentang.......24 4. Produksi Umbi Kentang G0 ...............................................................................25 5. Pengkelasan Umbi Bibit G0 Berdasarkan Ukuran.............................................27 6. Produksi Umbi Kentang G1 ...............................................................................30 7. Pengkelasan Umbi Bibit G1 Berdasarkan Ukuran.............................................30 8. Jenis dan Dosis Pupuk pada Kebun Hikmah Farm ............................................33 9. Jenis dan Fungsi Pestisida yang digunakan Hikmah Farm ................................38 10. Produksi Umbi Kentang G2 ...............................................................................44 11. Produksi Umbi Kentang G3 ...............................................................................44 12. Produksi Umbi Kentang G4 ...............................................................................45 13. Hasil Pemeriksaan Pembibitan Kentang G2 di Kebun Pasir Hayam.................56 14. Produksi dan Produktivitas Pembibitan Kentang G2.........................................60 15. Produksi dan Produktivitas Pembibitan Kentang G3 dan Kentang G4..............61 16. Analisis Biaya Produksi Pembibitan Kentang G0 per 200 m2 ...........................64 17. Analisis Biaya Produksi Pembibitan Kentang G1 per 200 m2 ...........................66 18. Analisis Biaya Produksi Pembibitan Kentang G2 per hektar ............................67 19. Analisis Biaya Produksi Pembibitan Kentang G3 per 200 m2 ...........................69 20. Analisis Biaya Produksi Pembibitan Kentang G4 per 200 m2 ...........................71

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Struktur Organisasi Hikmah Farm .....................................................................21 2. Pola Perbanyakan Bibit Kentang .......................................................................22 3. Bagan Produksi Umbi Kentang G0....................................................................24 4. Planlet Hasil Kultur Jaringan yang akan Menghasilkan Benih G0....................26 5. Pembibitan Kentang G0 di Greenhouse.............................................................26 6. Rumah Ketat Serangga Screenhouse Untuk Penanaman Umbi Kentang G0 ....28 7. Lahan Pembibitan Kentang setelah Diolah ........................................................32 8. Lahan yang telah di pupuk dengan Pupuk Kandang, Pupuk Kimia, dan Pupuk Hayati......................................................................................................33 9. Bibit Kentang Siap Tanam .................................................................................34 10. Gerendel Alat untuk Membuat Jarak Tanam..................................................35 11. Alat Power Sprayer untuk Penyemprotan Pestisida ..........................................38 12. Tanaman Terserang Penyakit Busuk Daun (Phytopthora infestans) .................40 13. Tanaman Terserang Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) ............41 14. Tanaman Terserang Penyakit yang Disebabkan Oleh Virus..............................41 15. Penyakit Kudis Lak pada Umbi Kentang disebabkan oleh cendawan (Rhizoctonia solani) ...........................................................................................42 16. Penyakit Busuk Kering pada Umbi Kentang disebabkan oleh cendawan (Fusarium spp) ...................................................................................................42 17. Kegiatan Pemanenan Kentang G2 .....................................................................43 18. Kemasan Penjualan Kentang Bibit.....................................................................47 19. Penjualan Kentang Bibit G2, G3, dan G4 pada Tahun 2004-2006....................48 20. Kemasan Kentang Konsumsi untuk Pasar Supermarket....................................53

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor 1. Luas Lahan, produksi, dan Produktivitas Kentang di Indonesia

Halaman

Tahun 2003-2007 ...............................................................................................76 2. Data Curah Hujan Pangalengan Tahun 2007-2009............................................76 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan di Hikmah Farm ..............77 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Asisten Mandor di Hikmah Farm.....79 5. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Asisten Kepala Kebun di Hikmah Farm ...................................................................................................................80 6. Kriteria Kesuaian Lahan untuk Kentang............................................................81 7. Layout Lokasi Kebun Hikmah Farm .................................................................82 8. Contoh Form untuk Produksi BiBit Kentang Bersertifikat................................83 9. Harga Kentang Bibit G0, G1, G2, G3, dan G4 ..................................................84 10. Harga Penjualan Kentang di Supermarket PT Lion Superindo Tahun 2008 .....85 11. Harga Penjualan Kentang di Supermarket PT Makro Indonesia Tahun 2008 ...85 12. Harga Penjualan Kentang di Supermarket PT Yogya Toserba Tahun 2008......86

PENDAHULUAN

Latar Belakang Kebutuhan terhadap produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Bahan pangan yang tersedia harus mencukupi kebutuhan masyarakat. Produk hortikultura memiliki peranan besar dalam memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas yang memegang peranan penting dan mendapat prioritas untuk dikembangkan serta mempunyai potensi untuk diversifikasi pangan. Menurut Samadi (2007) kentang merupakan sumber karbohidrat yang bermanfaat untuk meningkatkan energi dalam tubuh. Selain berfungsi sebagai sayuran, kentang adalah bahan baku untuk industri olahan makanan misalnya kentang rebus, kentang goreng, dan keripik kentang. Oleh sebab itu produksi kentang perlu ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya. Kentang adalah tanaman pangan utama keempat dunia, setelah gandum, jagung, dan padi. Produksi kentang di Indonesia telah berkembang dengan pesat dan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil kentang terbesar di Asia Tenggara. Luas areal, hasil produksi, dan produktivitas kentang dari tahun ke tahun berfluktuasi (Lampiran 1). Menurut Astawan (2004) produksi kentang di Eropa rata-rata mencapai 25.5 ton per hektar, sedangkan produksi kentang di Indonesia masih lebih rendah. Berdasarkan Deptan (2008) produksi kentang di Indonesia rata-rata mencapai 16.09 ton per hektar. Tingginya produksi kentang di Eropa terkait antara lain dengan pemakaian bibit yang berkualitas dan bersertifikat, teknik budidaya yang sesuai, penanganan pasca panen yang baik, serta iklim dan cuaca yang mendukung. Rendahnya produktivitas kentang rata-rata nasional dipengaruhi antara lain oleh masih terbatasnya penggunaan bibit kentang bermutu oleh petani. Sebagian besar petani menggunakan bibit umbi kentang dari generasi berikutnya, yaitu hasil panen yang dimanfaatkan sebagai bibit. Kondisi tersebut disebabkan oleh mahalnya harga bibit kentang bermutu, sementara harga kentang konsumsi relatif

rendah. Selain itu, bibit kentang belum cukup tersedia di lapangan pada waktu diperlukan oleh petani (Pitojo, 2004). Sampai saat ini jumlah pengusaha dan penangkar bibit kentang masih terbatas. Beberapa perusahaan, perguruan tinggi, dan instansi ada yang memproduksi bibit generasi vegetatif nol (G0), generasi vegetatif pertama (G1), dan generasi vegetatif kedua (G2). Terbatasnya jumlah penangkar benih kentang mengakibatkan kebutuhan benih kentang belum dapat tercukupi. Hal ini mengakibatkan budidaya kentang tidak dapat dilaksanakan dengan baik sehingga produktivitas kentang semakin rendah. Penangkaran bibit kentang yang dilakukan di rumah kaca (greenhouse) maupun rumah ketat serangga (screenhouse) bertujuan untuk mencukupi kebutuhan bibit dengan kualitas dan standar mutu, seperti bibit G0 (generasi vegetatif nol) dan G1 (generasi vegetatif pertama). Menurut Prihmantoro dan Indriani (1998) fungsi dari greenhouse atau screenhouse diantaranya mencegah infeksi virus, mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit, menghindari terpaan angin kencang dan air hujan, serta mengurangi intensitas cahaya yang masuk. Penangkaran bibit untuk mendapatkan bibit dalam jumlah banyak dilaksanakan pada areal yang lebih luas (lapang) yaitu penangkaran untuk mendapatkan bibit G2, G3, dan G4 (generasi vegetatif kedua, ketiga, dan keempat) yang dilakukan di lapang. Bibit kentang G0 diperoleh dari hasil stek mini dari kultur jaringan yang bebas virus, oleh sebab itu perlu diperbanyak untuk menghasilkan umbi G1. Bibit kentang G1 sebagai benih penjenis dibudidayakan untuk menghasilkan benih dasar yaitu kentang G2 yang akan ditanam di lapang untuk menghasilkan benih pokok (umbi G3), umbi G3 ini diperbanyak untuk menghasilkan benih sebar (umbi G4). Umbi kentang G4 didistribusikan ke petani untuk ditanam sebagai umbi kentang konsumsi. Penangkar yang diperbolehkan untuk melaksanakan penangkaran bibit adalah lembaga penelitian, universitas, dan Balai Benih Induk kentang yang telah mampu dan diberi kewenangan, dan perusahaan swasta yang telah terakreditasi kerena memenuhi persyaratan. Hikmah Farm merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi bibit kentang dan memiliki program untuk

mengembangkan produksi bibit kentang bersertifikat. Usaha tani bibit bersertifikat merupakan program unggulan Hikmah farm di masa mendatang dan sudah dilaksanakan (Prabowo, 2005).

Tujuan 1. Mempelajari kegiatan budidaya dan produksi bibit kentang sampai pemasaran. 2. Mengetahui dan membandingkan produktivitas pembibitan kentang di lapang. 3. Memperluas wawasan pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan dalam budidaya dan kemampuan manajerial.

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Kentang Kentang merupakan tanaman yang termasuk dalam kelas dikotil yang ditanam untuk diambil umbinya. Tanaman kentang diperbanyak secara aseksual dari umbinya. Kentang memiliki akar serabut dengan percabangan halus, agak dangkal, dan akar adventif yang menyebar. Tanaman yang tumbuh dari biji membentuk akar tunggang ramping dengan akar lateral yang banyak. Batang berada di atas permukaan tanah berdiri tegak, awalnya bulat dan akhirnya menjadi persegi serta bercabang jika pertumbuhannya sudah lanjut. Bentuk pertumbuhan tanaman berkisar dari kompak hingga menyebar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Menurut Samadi (2007) tanaman kentang berdaun rimbun dan terletak berselang-seling pada batang tanaman. Bentuk daun oval dengan ujung daun meruncing dan tulang-tulang daun menyirip. Warna bunga bervariasi, kuning atau ungu. Bunga tumbuh dari ketiak daun teratas. Jumlah bunga bergantung kultivar. Bunga yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji. Kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar tunggang tumbuh sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar serabut tumbuh ke arah samping. Sebagian batang kentang berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi kentang. Proses pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan dari stolon dan diikuti dengan pembesaran stolon. Pitojo (2004) mengemukakan bahwa stolon muncul dari ruas batang paling bawah, berwarna putih dan tumbuh di dalam tanah mendatar ke arah samping dan membentuk umbi di bagian ujungnya. Kentang terbagi menjadi 3 kelompok berdasarkan warna umbinya, yaitu kentang kuning, kentang putih, dan kentang merah. Kentang kuning yaitu kentang yang kulit dan dagingnya berwarna kuning. Kentang kultivar ini digunakan dalam industri makanan ataupun untuk konsumsi. Beberapa kultivar yang termasuk kentang kuning diantaranya Granola, Thung, Cipanas, Patrones, dan Cosima. Kentang putih memiliki kulit dan daging berwarna putih. Misalnya kultivar Marita, Radosa, dan Donata. Sedangkan kentang merah, kulit umbi berwarna

merah dan daging umbi berwarna kuning kemerahan. Misalnya kultivar Desiree, Red Pontiac, dan Arka (Novary, 1999). Syarat Tumbuh Kentang Menurut Martodireso dan Suryanto (2001) tanah yang cocok untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman kentang adalah tanah yang berdrainase baik, tekstur sedang, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Ketersediaan air tidak boleh kurang dari 50% kapasitas lapang. Kedalaman air tanah 15 cm dan derajat keasaman (pH) tanah yang dikehendaki adalah 5 - 6.5. Tanah yang terlalu salin (banyak garam terlarut) dan tanah sodik (banyak kandungan Na) mengganggu pertumbuhan umbi. Tanah salin membuat akar sulit mengambil air tanah. Sedangkan tanah banyak kandungan Na menghalangi suplai air untuk tanaman. Penanaman disesuaikan dengan jenis tanaman sebelumnya. Penanaman kentang secara terus-menerus pada lahan yang sama perlu dihindari sebab dapat menularkan sumber penyakit tular tanah seperti nematoda sista kentang. Rotasi tanaman penting dilakukan untuk mengendalikan hama dan penyakit (Ashari, 1995). Menurut Astawan (2004) untuk daerah tropis, lingkungan yang cocok untuk budidaya tanaman kentang adalah dataran tinggi dengan ketinggian 1 000-1 300 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan 1 500 mm per tahun. Lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanaman kentang adalah pada suhu 18-21oC, serta kelembaban udara 80-90 %. Data curah hujan Pangalengan tahun 2007-2009 dapat dilihat pada Lampiran 2. Sistem Sertifikasi Benih Kentang Sertifikasi benih adalah pemberian sertifikat terhadap benih tanaman setelah melalui proses pemeriksaan, pengujian, dan telah memenuhi standar mutu benih untuk diedarkan. Menurut UU No. 12 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan UU No. 44 tentang Perbenihan Tanaman, benih yang akan diedarkan kepada pihak lain harus melalui sertifikasi dan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Menteri Pertanian (Haluoleo, 2009).

Menurut Wattimena (2000) perbanyakan stek mikro dan stek mini dilakukan oleh Balitsa (Balai Penelitian Tanaman Sayuran) Lembang, umbi G0, G1, dan G2 oleh BBI (Balai Benih Induk) Pangalengan, Umbi G3 oleh BBU (Balai Benih Umum), dan G4 oleh penangkar benih PD. Mamin (Perusahaan Daerah Makanan dan Minuman) di Pangalengan bertindak sebagai BBU. Produksi G0 dan G1 dilakukan di dalam rumah ketat serangga sedangkan G2, G3, dan G4 dilakukan di kebun produksi. Evaluasi untuk sertifikasi hanya dilakukan untuk umbi G2, G3, dan G4. Sistem penangkar lain juga dapat memproduksi bibit apabila dapat menghasilkan bibit yang bersertifikat dan telah terakreditasi kerena memenuhi persyaratan. Pemeriksaan dilakukan terhadap benih yang akan diperbanyak di lahan dengan dua kali pemeriksaan tanaman (umur 30-40 HST dan 40-50 HST) dan pemeriksaan umbi setelah disortir. Pemeriksaan di lapang terutama mengenai kemurnian kultivar, penyakit virus kentang, layu bakteri (Ralstonia

solanacearum), dan hawar daun (Phytopthora infestans). Pemeriksaan umbi dilakukan terhadap penyakit busuk coklat, busuk lunak, busuk kering, hawar daun, nematoda bintil akar, kemurnian kultivar, dan kerusakan mekanis. Bibit kentang yang telah lulus pemeriksaan akan diberikan sertifikat dan label oleh BPSBTPH. Benih kentang berlabel putih adalah benih kentang G2 yang merupakan benih dasar yang telah lulus pemeriksaan. Benih kentang berlabel ungu adalah benih kentang G3 yang merupakan benih pokok yang telah lulus pemeriksaan. Sedangkan benih kentang berlabel biru adalah benih kentang G4 yang merupakan benih sebar yang telah lulus pemeriksaan (Wattimena, 2000). Menurut Wirawan dan Wahyuni (2002) bibit bermutu dan bersertifikat mempunyai ciri-ciri bibit bersih dan terbebas dari hama dan penyakit serta kotoran seperti biji-biji dan kerikil, benih murni tidak tercampur dengan varietas lain, warna benih tidak kusam, bibit sehat, tidak keriput, ukuran normal dan seragam, kulit tidak terkelupas, dan memenuhi standar toleransi sertifikasi benih. Menurut Samadi (2007) dalam mempersiapkan bibit, perlu dilakukan

seleksi dengan kriteria tertentu agar diperoleh bibit yang berkualitas baik. Bibit yang berkualitas baik akan dapat berproduksi tinggi dan memberikan keuntungan besar. Kriteria umbi yang baik antara lain (1) umbi berasal dari tanaman sehat,

yaitu tanaman yang tidak terserang hama dan penyakit, (2) umbi sudah berumur 150-180 hari dan berukuran seragam, (3) umbi tidak cacat atau terserang hama dan penyakit, (4) umbi berukuran sedang dan memiliki 3-5 mata tunas, dan (5) berbobot 30-50 gram. Produksi Bibit Kentang dan Pembibitan Bibit digunakan untuk menyebut benih yang telah berkecambah. Bibit diperoleh dari benih yang disemaikan dalam perkembangan generatif, sedangkan dalam perkembangbiakan vegetatif bibit diartikan sebagai tanaman yang berfungsi sebagai alat reproduksi, misalnya umbi (Wirawan dan Wahyuni, 2002). Menurut Pitojo (2004) produksi umbi G0 diawali dengan penyediaan bahan tanam yang berupa tanaman kultur jaringan. Kultur jaringan adalah suatu teknik untuk mengisolasi bagian tanaman kemudian menumbuhkannya pada media dalam kondisi aseptik di laboratorium sehingga bagian tanaman tersebut memperbanyak diri menjadi tanaman yang lengkap. Menurut Waluya (2009) planlet hasil kultur jaringan ditumbuhkan di dalam botol kultur hingga memiliki akar, batang, daun, dan tunas. Setelah tumbuh menjadi tanaman lengkap, planlet dicuci bersih dengan air yang sudah dimasak secara perlahan sampai semua agar-agar sudah tidak ada pada akar planlet, setelah itu planlet di rendam pada larutan Dithane/benlate 1 g/L + Agrept 1 g/L selama 10 menit, larutan tersebut berfungsi sebagai bakterisida dan fungisida. Kegiatan selanjutnya adalah aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tak terkendali, baik suhu, cahaya, dan kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof. Media yang dapat digunakan yaitu arang sekam yang sudah disterilkan kemudian dibasahi sampai jenuh dengan air steril. Lalu planlet ditanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat agar bibit tidak membusuk. BPTP (2008) menyatakan setelah aklimatisasi, tanaman kentang di stek bagian pucuk daunnya untuk bahan stek mini. Stek mini dilakukan dengan memotong 1-2 daun per tanaman. Stek mini ditanam di bak bedengan. Setelah berumur 3 minggu tanaman dapat di stek. Kemudian stek ditanam di bedengan dengan jarak tanam 5 cm x 10 cm. Media tanam yang digunakan adalah tanah

lapisan atas yang telah dicampur dengan pupuk kandang atau kompos. Setelah 3 minggu tanaman induk di stek kembali hingga 3 kali selama pertumbuhan. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 110 hari. Umbi hasil panen disortir dan disimpan di gudang penyimpanan. Setelah umbi bertunas, umbi ditanam di lapang untuk menghasilkan umbi G1. Pitojo (2004) mengemukakan penangkaran benih sumber generasi pertama dilakukan di rumah ketat serangga (screenhouse). Lahan yang digunakan untuk penangkaran benih diolah secara sempurna dan dilakukan sterilisasi tanah untuk memutus siklus fungi. Sterilisasi menggunakan fungisida Basamid dengan dosis 40 g/m2. Tanah diaduk dan dicangkul kemudian ditutup dengan mulsa plastik. Sebelum penanaman, mulsa dibuka dan di atas bedengan ditabur insektisida Rhodocap 10 G dengan dosis 1 kg/100 m2. Pupuk dasar yang diberikan yaitu pupuk kandang sebanyak 200 kg dan untuk pupuk organik terdiri dari 4 kg ZA, 6 kg TSP, dan 2 kg KCl untuk setiap 100 m2 lahan. Jarak tanam yang digunakan yaitu 20 cm x 20 cm. Kegiatan pemeliharaan meliputi kegiatan pengairan, penyiangan gulma, serta

pembumbunan (Pitojo, 2004). Pengairan dilaksanakan seminggu sekali untuk menjaga kelembaban tanah. Kegiatan penyiangan dilakukan apabila rumput mulai terlihat tumbuh di areal penanaman. Pembumbunan dilakukan dua kali. Pembumbunan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan pembumbunan kedua dilaksanakan dua minggu berikutnya (Samadi, 2007). Kegiatan pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 90 HST. Kentang yang dihasilkan merupakan bibit kentang G2 yang bila diperbanyak akan menghasilkan bibit G3. Bibit G3 apabila diperbanyak akan menghasilkan bibit G4 yang akan diproduksi oleh petani. Secara umum teknik budidaya kentang G2, G3, dan G4 sama dengan budidaya kentang G1, hanya saja penangkaran bibit G2, G3, dan G4 dilakukan di lapang (Sinar Tani, 2009). Budidaya Kentang Umbi bibit yang banyak dipakai untuk pembibitan kentang umumnya berbobot 30-50 gram, yang berumur 150-180 hari, memiliki 3-5 mata tunas. Penanaman umbi dapat dilakukan dengan pembelahan atau tidak. Pemotongan

umbi dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam umbi direndam dulu menggunakan POC NASA selama 1-3 jam (2-4 cc/liter) Prabowo (2007). Kegiatan yang dilakukan dalam budidaya kentang yang pertama kali yaitu pengolahan tanah. Sisa tanaman dan rumput dibersihkan kemudian tanah dibajak atau dicangkul. Tanah yang telah dicangkul selanjutnya dibuat bedengan. Pupuk dasar yang diberikan yaitu pupuk kandang dan pupuk anorganik. Pupuk kandang diberikan secara merata di atas bedengan dengan dosis 15-20 ton/ha. Pupuk anorganik yang dibutuhkan yaitu 200 kg/ha Urea, 150 kg/ha ZA, 300 kg/ha SP-36, dan 100 kg/ha KCl. Pemberian pupuk anorganik bersamaan dengan pupuk kandang. Kemudian pupuk ditimbun tanah dan dicangkul hingga merata (Prabowo, 2007). Kegiatan pembumbunan dilakukan sebanyak 2 kali dan dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan, pembumbunan dan pemupukan pertama yaitu saat tanaman berumur 30 HST, sedangkan untuk pembumbunan dan pemupukan kedua dilakukan saat tanaman berumur 40 HST. Pembumbunan dilakukan yang terlambat dilakukan mengakibatkan tanaman rebah,

perkembangan stolon terganggu, dan sebagian umbi tidak tertutup tanah (Pitojo, 2004). Menurut Williams et al. (1993) selama pertumbuhan, tanaman kentang rentan terhadap hama dan penyakit. Beberapa hama dan penyakit yang perlu diwaspadai antara lain adalah hama penggerek umbi (Phthorimaea opercullella), kutu daun (Aphis gossipii), penyakit hawar basah (Phytophthora infestans), penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum), dan busuk Kering

(Fusarium spp). Hama penggerek umbi (Phthorimaea opercullella) menyebabkan

timbulnya alur-alur gerekan bekas luka dimakan larva. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan penerapan kultur teknis, rotasi tanaman, serta memusnahkan umbi yang sakit. Kutu daun (Aphis gossipii) menyerang tanaman dengan mengisap cairan daun muda sehingga perkembangan tanaman tidak normal. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida (Pitojo, 2004).

10

Menurut Semangun (2007) penyakit hawar basah (Phytophthora infestans) menimbulkan bercak basah pada daun hingga berubah menjadi coklat sampai hitam dan akhirnya membusuk, bagian bawah daun yang terinfeksi terdapat serbuk putih yang mengandung spora. Pengendalian dari penyakit ini diantaranya menggunakan bibit yang sehat saat penanaman, pergiliran tanaman, serta penyemprotan pestisida. Penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum) menyebabkan tanaman layu sebagian atau keseluruhan. Cara pengendaliannya adalah menggunakan bibit yang sehat, dilakukan pergiliran tanaman (rotasi tanaman), dan membuang tanaman yang layu. Busuk Kering (Fusarium spp) menyebabkan bercak-bercak berlekuk warna coklat tua pada umbi, umbi menjadi kering, berkerut, dan mengeras. Cara pengendaliannya adalah kegiatan panen dilakukan secara hati-hati jangan sampai melukai umbi serta penanaman menggunakan umbi yang sehat (Semangun, 2007). Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan rotasi tanaman dengan tanaman selain dari famili Solanacearum, mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang, dan pemberian pestisida dengan jenis dan dosis yang berbeda bergantung hama dan penyakit yang menyerang (Pracaya, 2003). Menurut Samadi (2007) kentang dipanen apabila daun-daun tanaman telah berubah menjadi kuning bukan karena serangan penyakit, batang tanaman mengering dan menguning, serta kulit umbi melekat dengan daging umbi dan tidak mengelupas apabila ditekan. Martodireso dan Suryanto (2001)

mengemukakan bahwa panen dilakukan setelah tanaman kentang berumur tiga setengah bulan. Alat panen yang digunakan antara lain cangkul dan garpu atau tangan. Panen dilakukan dengan hati-hati agar umbinya tidak terbelah karena cangkul. Umbi yang telah dipanen dibiarkan beberapa saat di lapangan, sehingga tanah yang menempel pada umbi menjadi kering dan terlepas dari kulit umbi. Pasca panen yang harus diperhatikan adalah sortasi, pembersihan, pengemasan, pengangkutan, dan pengolahan hasil. Tujuan dari pasca panen antara lain agar tanaman yang telah dipanen tetap baik mutunya, agar menjadi lebih menarik, agar dapat memenuhi standar perdagangan, agar selalu terjamin untuk dijadikan bahan baku bagi para konsumen industri yang memerlukan, serta agar

11

sayuran lebih awet dan sewaktu-waktu bisa digunakan atau dipasarkan dengan kualitas yang tetap terjamin (Rahardi et al., 1993).

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan dari 12 Februari 2009 sampai dengan 12 Juni 2009 di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat.

Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan melaksanakan kegiatan di lapang secara langsung selama 4 bulan terkait dengan budidaya tanaman kentang. Sedangkan metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data dari arsip di perusahaan. Pada dua bulan pertama kegiatan magang dilakukan dengan mengikuti seluruh kegiatan di lapang dan melaksanakan pekerjaan sesuai kegiatan kebun. Pada dua bulan berikutnya melakukan kegiatan terkait dengan aspek manajerial. Kegiatan budidaya kentang meliputi pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen, dan pasca panen. Kegiatan manajerial yang dilakukan meliputi mengawasi karyawan dalam kegiatan budidaya dan pasca panen kentang, menentukan kebutuhan tenaga kerja, menghitung prestasi kerja pekerja, menentukan daerah yang akan dilakukan pengolahan tanah, daerah yang akan dilakukan pemupukan, daerah yang akan dilakukan penyiangan gulma serta daerah yang akan dipanen. Kegiatan lain yang dilakukan adalah menyusun rencana kerja dan melaksanakan rencana kerja yang telah disusun. Prestasi kerja selama menjadi karyawan, asisten mandor, dan asisten kepala kebun dapat dilihat pada Lampiran 3, 4, dan 5.

Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan informasi yang diperoleh melalui pengambilan

13

data di lapang dengan mengikuti kegiatan serta pengamatan dan pencatatan langsung, diskusi dengan pekerja, mandor, maupun kepala kebun. Data sekunder digunakan untuk melengkapi informasi di lapang, diperoleh dari arsip laporan manajemen di kantor administrasi kebun maupun studi pustaka. Data sekunder yang dikumpulkan adalah keadaan umum perusahaan seperti sejarah perusahaan, letak geografi, layout lokasi kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal, produksi dan produktivitas tanaman, serta struktur organisasi kebun dan ketenagakerjaan. Kegiatan yang dilakukan di lapang meliputi : Produksi Bibit Kentang Mengikuti kegiatan produksi bibit kentang yang diawali dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPSBTPH. Mulai dari pemeriksaan pendahuluan sampai pemeriksaan pasca panen kentang. Pembibitan Kentang G0 (generasi vegetatif nol) Melakukan kegiatan teknik penanaman planlet (tanaman yang berasal dari hasil kultur jaringan) di greenhouse. Pembibitan Kentang G1 (generasi vegetatif pertama) Melakukan kegiatan teknik budidaya kentang G0 di screenhouse. Pembibitan Kentang G2, G3, dan G4 (generasi vegetatif kedua, ketiga, dan keempat) Melakukan kegiatan teknik budidaya kentang G1, G2, dan G3 di lapang. Penanaman Umbi Kentang G4 Melakukan kegiatan teknik budidaya kentang G4 di lapang. Perbedaan Hasil Panen Melakukan kegiatan menghitung hasil panen pembibitan kentang yang dilakukan di lapang yaitu pembibitan kentang G2, G3, dan G4.

Analisis Data dan Informasi Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif disajikan dengan mendeskripsikan data yang diperoleh dari seluruh kegiatan yang terkait teknik budidaya di lapang. Sedangkan metode kuantitatif disajikan dengan menyajikan data yang diperoleh dengan rataan dan persentase.

KEADAAN UMUM

Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan Hikmah Farm merupakan sebuah perusahaan keluarga yang

mengusahakan tanaman hortikultura dengan komoditas utama kentang. Perjalanan Hikmah Farm dimulai dari H. Adung yang dahulu anak petani kentang di Pangalengan yang memiliki lahan usaha yang cukup luas. Setiap hari H. Adung pergi ke sawah diajarkan oleh ayahnya menjadi petani kentang. H. Adung membantu ayahnya untuk memandori dan mengawasi kegiatan penanaman dan perawatan yang dilakukan sejumlah petani di lahan kentang tersebut. H. Adung mempelajari dan mengetahui cara budidaya kentang, sampai akhirnya pada tahun 1962 mempunyai lahan seluas 11 tumbak (1 tumbak = 16 m2). Lahan tersebut ditanami kentang varietas Marita sebanyak 14 kg. Hasil panen dari kentang tersebut ternyata bagus sehingga dari tahun ke tahun H. Adung bisa memanen dengan baik dan bisa membeli lahan baru. Tahun 1967 KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan) memberi pinjaman kepada H. Adung untuk menambah permodalan dan meningkatkan skala usaha. Usahanya berkembang hingga menguasai pasca panen dan pemasaran. Pemasaran pertama kali adalah di pasar tradisional Pangalengan dan Bandung. Namun dalam mengusahakannya dalam beberapa tahun jangkauan pasar bertambah yaitu Sukabumi dan pasar Senen Jakarta. Permintaan pasar yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun maka pada tahun 1982 H. Adung mendirikan perusahaan dagang yang bernama PD. Hikmah yang dikelola bersama istri dan anak-anaknya. Perusahaan ini masih tetap membudidayakan tanaman kentang dengan granola sebagai varietas utamanya. Pada tahun 1986 PD Hikmah mendapat tawaran kerjasama dengan PT Indofood dalam pengadaan bahan baku bibit kentang. Ada pula tawaran untuk memasok bibit kentang ke PT Indokerti Prima Subur. Selain itu juga memasarkan ke sejumlah perusahaan pengolahan lainnya. Pada tahun 1995 PD Hikmah mulai menjual bibit kentang setelah melakukan kerjasama operasi dengan PTPN VIII sehingga luas lahan cukup

15

memadai untuk pembibitan. Seiring dengan berubahnya iklim bisnis kentang di Pangalengan dan Indonesia umumnya, serta berubahnya manajemen dan strategi bisnis dari PD Hikmah dan PT Indofood, kontrak kemitraan ini sudah tidak berjalan lagi sejak tahun 2002. PD Hikmah terdaftar sebagai produsen dan pedagang bibit kentang bersertifikat sesuai dengan Surat Keputusan Pendaftaran Pedagang Bibit Nomor : 074 / BPSBTPH / HAT / Prod / H / II / 2003. PD Hikmah memproduksi, memproses, dan memasarkan bibit kentang yang berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan petani kentang seluruh Indonesia dan untuk ekspor. Pada tahun 2005 PD Hikmah berubah nama menjadi Hikmah Farm sebagai bentuk pengembangan perusahaan untuk membangun reputasi di dalam usaha agribisnis. Sekarang perusahaan ini dikelola oleh anak-anaknya dan H. Adung bertindak sebagai presiden direktur. Sarana dan Prasarana Hikmah Farm sebagai perusahaan yang besar dengan lahan operasional kurang lebih 147 ha dan semuanya terletak di kabupaten Bandung. Hikmah Farm ditunjang dengan sarana dan prasarana dalam usahanya, antara lain : Perkantoran : Kantor pusat Hikmah Farm terletak di Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, 43 km ke arah Selatan Bandung. Gudang : Gudang biru (kentang bibit), gudang kuning (kentang bibit), gudang selatan dan retail (kentang konsumsi), dan gudang hitam (kentang bibit G0 dan G1). Greenhouse (GH) : GH 1 (200 m2), GH 2 (200 m2), GH 3 (500 m2), dan GH 4 (900 m2). Screenhouse (SH): SH 1 (165 m2), SH 2 (200 m2), SH 3 (94 m2), SH 4 (400 m2), SH 5 (300 m2), SH 6 (280 m2), dan SH 7 (200 m2). Sistem informasi : Alat komunikasi jarak jauh berupa radio monitor.

16

Letak Geografi atau Letak Wilayah Administratif Lokasi perkebunan Hikmah Farm secara geografis terletak pada 7 06-7 31 LS dan 107 49-107 64 BT dan berada pada ketinggian 1 200-1 700 meter di atas permukaan laut. Kantor pusat Hikmah Farm terletak di Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, 43 km ke arah Selatan Bandung, yang beralamatkan di Jl. PTPN VIII Kertamanah km 1 Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40378. Batas-batas wilayah lokasi Hikmah Farm Pangalengan yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cimaung, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pasir Jambu, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kertasari.

Keadaan Iklim dan Tanah Hikmah Farm terletak pada daerah yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kentang. Curah hujan tahunan berkisar 2 555 mm/tahun. Suhu udara minimum berkisar 11 C dan suhu udara maksimum 27 C. Pertumbuhan umbi akan terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10 C dan lebih dari 30 C. Pangalengan memiliki topografi lahan datar sampai berombak. Jenis tanahnya adalah andosol coklat kehitaman dengan struktur tanah lempung berliat sampai lempung berdebu dengan pH berkisar antara 5-6.5. Tanah Andosol terbentuk dari pelapukan materi vulkanik dari gunung api. Tanah ini subur dengan warna coklat kehitaman yang remah. Faktor iklim, ketinggian, dan kondisi tanah yang drainasenya baik membuat tanaman kentang dapat berkembang dengan baik. Kriteria kesesuaian lahan penanaman kentang dapat dilihat pada Lampiran 6.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas lahan pertanaman kentang yang dikelola Hikmah Farm adalah 147.4 ha (Tabel 1). Kegiatan produksi yang dilakukan antara satu kebun dengan kebun lainnya berbeda. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mengadakan pemanenan dengan waktu yang berbeda pula sehingga bisa memenuhi kebutuhan pasar secara berkesinambungan.

17

Tabel 1. Lokasi dan Luas Lahan yang Dikelola Hikmah Farm No 1 2 3 4 5 6 7 8 Total Lokasi Ciarileu Cikole Gambung Kiara Jeuntas Legok Bako Pajaten Purbasari Sukamenak Luasan (ha) 31.0 13.0 27.0 16.0 2.0 33.5 16.7 8.2 147.4

Meskipun letak dan jarak antara satu kebun dengan kebun lain berjauhan, namun setiap kebun dilengkapi dengan fasilitas umum seperti radio monitor agar memudahkan bertelekomunikasi satu sama lain, selain itu bagi para pekerja juga disediakan alat transportasi mobil truk untuk mengantarkan dan menjemput pekerja apabila bekerja di lahan yang jauh. Layout lokasi kebun Hikmah Farm dapat dilihat pada Lampiran 7. Hikmah Farm melakukan kerjasama operasi (KSO) dengan beberapa pemilik lahan pada sebagian kebun. Kerjasama tersebut merupakan sistem sewa, sehingga luas lahan tanaman bervariasi setiap tahunnya. Beberapa lahan sudah dikembalikan kepada PTPN dan ada juga yang luasannya ditambah. Beberapa kebun memiliki topografi dan lingkungan tumbuh berbeda-beda. Hal ini menyebabkan adanya perlakuan yang berbeda pada setiap kebun, tetapi secara umum teknik budidayanya tidak jauh berbeda antar satu lahan dengan lahan lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga kesuburan tanah supaya dapat digunakan terus menerus untuk budidaya kentang, memberikan pupuk untuk menunjang pertumbuhan tanaman, mengendalikan pertumbuhan gulma, mencegah serangan hama dan penyakit, dan mengadakan kegiatan panen pada waktu yang tepat. Lahan yang akan digunakan untuk penanaman kentang harus dirotasikan dengan tanaman selain famili Solanaceae. Rotasi tanaman bertujuan untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit tanaman kentang yang ada pada lokasi

18

tersebut selain itu juga untuk menjaga kesuburan tanah. Kesuburan tanah ini dapat terjaga karena kebutuhan setiap tanaman akan zat hara berbeda-beda. Hikmah Farm melakukan teknik rotasi tanaman dengan menanam wortel, jagung, atau kubis. Setelah tanaman rotasi dipanen lahan tersebut diberakan selama satu bulan sebelum ditanami kentang.

Keadaan Tanaman dan Produksi Hikmah Farm membudidayakan tanaman kentang kultivar Granola, Atlantik, dan Pinky. Kentang kultivar Granola mempunyai ciri antara lain kulit umbi dan daging umbi berwarna kuning, umbi berbentuk oval, dan umur panen antara 100-120 HST. Kentang ini digunakan sebagai kentang konsumsi dan dijual sebagai bibit. Kentang kultivar Atlantik, kulit dan daging umbinya berwarna putih dengan umur panen sekitar 90-105 HST serta menghasilkan umbi berukuran besar. Kentang ini digunakan untuk kentang goreng (french friesh), sebab mutu hasil goreng bagus (tidak mudah gosong). Kentang kultivar Pinky, kulit umbinya berwarna merah dan daging umbi berwarna kuning kemerah-merahan dengan umur panen sekitar 100 HST. Kentang ini digunakan untuk campuran masakan. Penanaman kentang semua kultivar menggunakan bibit yang telah mengalami masa dormansi selama 3-4 bulan dan sudah tumbuh 3-4 mata tunas dengan tinggi tunas 1-2 cm.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Sebagai sebuah perusahaan keluarga, kekuasaan tertinggi Hikmah Farm berada pada seorang presiden direktur yang mengelola dan mengawasi jalannya perusahaan. Presiden direktur membawahi Direktur Administrasi & Keuangan, Direktur Personalia, Direktur Produksi, dan Direktur Pemasaran (Gambar 1). Direktur administrasi dan keuangan bertugas merencanakan dan mengatur keuangan perusahaan, mengusahakan penerimaan dan pengeluaran uang tunai, dan merencanakan sumber-sumber dana yang menguntungkan bagi perusahaan yang dibantu oleh manajer keuangan serta staf administrasi dan keuangan yang merencanakan dan membuat laporan keuangan dan pembukuan beserta stafnya. Staf administrasi dan keuangan berjumlah 3 orang.

19

Pengelolaan terhadap pengembangan sumberdaya manusia merupakan tanggungjawab direktur personalia yang dibantu stafnya seperi dalam menentukan kebutuhan jumlah karyawan, proses penerimaan karyawan baru, seleksi, penempatan, serta penilaian kerja. Staf bagian humas dan personalia berjumlah 3 orang. Direktur pemasaran bertugas mengkoordinir semua kegiatan perusahaan baik pembelian maupun penjualan, menentukan syarat-syarat pembelian, menentukan standar harga, dan merencanakan pasar baru atas hasil produksi. Tugas direktur ini dibantu oleh manajer pemasaran dan menajer pengembangan bisnis dalam operasi pemasaran dan pengembangan usaha. Staf pemasaran dan pengembangan bisnis membantu manajer dalam melakukan kegiatan penjualan harian dan pengaturan distribusi. Staf pemasaran dan pengembangan bisnis berjumlah 4 orang. Direktur produksi bertugas mengkoordinasikan semua kegiatan

perusahaan, mengadakan hubungan dengan pihak luar yang berhubungan dengan hasil produksi perusahaan, menentukan jenis produksi, menentukan jadwal kegiatan tanam, dan menentukan kebijakan operasional pelaksanaan budidaya di lapang. Direktur produksi membawahi manajer penelitian dan manajer areal. Manajer penelitian dibantu staf penelitian dalam melakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan pengembangan usaha. Staf penelitian berjumlah 2 orang. Manajer areal bertugas melakukan kegiatan produksi di setiap arealnya dan bertanggung jawab terhadap jumlah produksi yang dihasilkan. Manajer areal membawahi beberapa kepala kebun. Kepala kebun dibantu oleh mandor kebun dan mandor pestisida. Tugas kepala kebun yaitu mengkoordinir semua kegiatan masing-masing kebun, dan membuat laporan harian kebun berisi daftar hadir karyawan. Selain itu membuat laporan mingguan yaitu laporan modal kebun dan laporan modal karyawan. Laporan modal kebun berisi hasil panen, serta biaya-biaya produksi yang digunakan, sedangkan laporan modal karyawan berisi prestasi kerja karyawan. Tugas dari mandor kebun adalah mengawasi dan membimbing karyawan dalam setiap kegiatan budidaya kentang, mengamati perkembangan tanaman, dan membuat laporan kegiatan harian karyawan. Mandor pestisida bertugas

20

menentukan luas areal yang disemprot, pestisida yang dipakai, jenis, dosis, dan volume yang digunakan. Tenaga kerja yang ada di Hikmah Farm terdiri dari tenaga kerja tetap dan tidak tetap. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja yang bekerja secara tetap di kantor Hikmah Farm. Tenaga kerja tidak tetap merupakan tenaga kerja harian serta borongan. Upah untuk pekerja borongan rata-rata lebih tinggi dari pada upah pekerja harian. Sistem borongan dilakukan untuk mempercepat pekerjaan. Pekerja borongan lebih mengejar target sehingga menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat untuk mendapatkan upah yang lebih besar. Hikmah Farm memberlakukan sistem rotasi pekerja atau pertukaran dan penambahan pekerja antar kebun apabila terjadi kekurangan pekerja di setiap kebun. Biasanya pekerja membawa peralatan kerja sendiri-sendiri. Tenaga kerja merupakan penduduk daerah sekitar kebun. Jumlah karyawan kebun kurang lebih 790 orang. Hari kerja karyawan kebun adalah 6 hari dengan hari libur Jumat. Namun ada kebun yang tetap masuk pada hari Jumat namun jam kerjanya hanya sampai pukul 10.00 WIB. Pekerja ini tetap masuk sebab lokasi kebunnya lebih dekat. Waktu kerja di kebun selama 5.5 jam per hari dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan 12.30 WIB dengan istirahat selama setengah jam per harinya yaitu pukul 09.00 WIB. Karyawan kantor waktu kerjanya mulai dari pukul 06.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB dengan hari libur bergilir dalam satu bulan. Waktu istirahatnya dari pukul 12.00 WIB sampai dengan 13.00 WIB. Gaji karyawan kebun biasanya dihitung per bulan. Pekerja harian wanita sebesar Rp 8 500 per hari, sedangkan pekerja harian pria sebesar Rp 9 500 per hari. Biaya lembur diberikan Rp 2 000 per jam. Tenaga kerja wanita lebih banyak dari pada pria dengan persentase 60 % wanita dan 40 % pria.

21

Presiden Direktur

Auditor Internal

Dir. Adm. & Keuangan

Dir. Personalia

Dir. Produksi

Dir. pemasaran

Staf Humas

Manajer Penelitian

Manajer Pemasaran

Staf Personalia Manajer Keuangan Staf. Penelitian Staf. Keuangan

Staf Pemasaran

Manajer Pengemb. Bisnis

Manajer Areal Staf. Administrasi

Staf. Pengemb. Bisnis

Kepala Kebun

Mandor Kebun

Mandor Pestisida

Karyawan

Gambar 1. Struktur Organisasi Hikmah Farm

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG


Aspek Teknis Aspek teknis yang dilakukan di Hikmah Farm yaitu kegiatan budidaya tanaman kentang yang secara umum hampir sama seperti budidaya tanaman lain. Dimulai dari persiapan bahan tanam, persiapan lahan penanaman, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Selain itu juga dilakukan kegiatan pemasaran kentang. Produksi Bibit kentang Hikmah Farm memproduksi bibit kentang dari generasi nol (G0) sampai generasi keempat (G4). Perbanyakan bibit kentang bersertifikat mengikuti pola satu generasi (Gambar 2), dimulai dengan pengadaan bibit induk berupa planlet melalui kultur jaringan. Planlet tanaman kentang ditanam dengan cara stek. Hasil dari stek kentang yang ditanam merupakan umbi G0 (generasi vegetatif nol). Perbanyakan umbi G0 menghasilkan umbi G1 (generasi vegetatif pertama), tahap perbanyakan selanjutnya adalah umbi kentang kelas G2 (generasi vegetatif kedua). Setelah menghasilkan umbi G3 (generasi vegetatif ketiga) maka diperbanyak dan menghasilkan umbi G4 (generasi vegetatif keempat). Planlet (tanaman kultur jaringan)

Umbi G0

Umbi G1

Umbi G2

Umbi G3 Umbi G4 Gambar 2. Pola Perbanyakan Bibit Kentang

23

Produksi bibit kentang diawali dengan permohonan sertifikasi kepada Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH). Bibit kentang bermutu merupakan syarat utama pada budidaya kentang. Produksi kentang yang tinggi hanya dapat dicapai melalui bibit kentang bermutu. Bibit kentang bermutu adalah bibit yang telah bersertifikat (Wattimena, 2000). Pelaksanaan sertifikasi benih dilakukan beberapa tahap. Tahap pertama yaitu kelayakan sejarah lahan untuk dilakukan penangkaran bibit serta tanaman yang pernah ditanam sebelum penanaman kentang. Tahap pemeriksaan yang kedua adalah pada masa penanaman yang dilakukan tiga kali yaitu saat tanaman berumur 30-40 HST (Hari Setelah Tanam), 40-50 HST, dan saat berumur 60-70 HST. Pemeriksaan yang dilakukan di lapang meliputi penyakit yang menyerang tanaman. Pihak pengawas benih memeriksa setiap kebun dengan mengambil sampel kurang lebih 1 000 tanaman dari setiap hektar. Pemeriksaan umbi merupakan tahap pemeriksaan setelah umbi disortasi dan grading. Pengawas bibit akan memeriksa kurang lebih 1 000 butir umbi secara acak dari setiap lot umbi. BPSBTPH akan mengeluarkan sertifikat dan label setelah permintaan penangkar bibit dinyatakan lulus pemeriksaan. Sertifikat diberikan untuk lot bibit yang lulus pemeriksaan sedangkan label dikeluarkan setelah sertifikat diberikan. Label tersebut dicantumkan nama penangkar, alamat, jenis tanaman, varietas, nomor lot, berat setiap kemasan, tanggal panen, ukuran umbi, dan tanggal pemasangan label (Lampiran 8). Benih dasar (G2) berlabel putih, benih pokok (G3) berlabel ungu, dan benih sebar (G4) berlabel biru. Batas toleransi pemeriksaan lapang dan umbi kentang bersertifikasi dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Standar Toleransi Pemeriksaan Lapang Sertifikasi Benih Kentang Faktor Isolasi (minimal) Virus (maksimal) Layu bakteri Busuk daun, penyakit lain CVL (campuran varietas lain)
Sumber : BPSBTPH, 2003

Benih G2 10 m 0.1 % 0.5 % 10 % 0%

Benih G3 10 m 0.5 % 1% 10 % 0.1 %

Benih G4 10 m 2% 1% 10 % 0.5 %

24

Tabel 3. Standar Toleransi Pemeriksaan Umbi Kentang Sertifikasi Benih Kentang Faktor Busuk coklat dan busuk lunak (maksimal) Common scab, black scurf, powdery scab, late blight (infeksi ringan) (maksimal) Busuk kering (maksimal) Penggerek umbi (maksimal) Nematoda bintil akar (infeksi ringan) (maksimal) CVL (maksimal Kerusak mekanis, serangga atau hewan kecil
Sumber : BPSBTPH, 2003

Benih G2 (%) 0.3 3 1 3 3 0 3

Benih G3 (%) 0.5 5 3 5 5 0.1 5

Benih G4 (%) 0.5 5 3 5 5 0.5 5

Pembibitan Kentang G0 Produksi umbi G0 diawali dengan penyediaan bahan tanam yang berupa tanaman kultur jaringan untuk diperbanyak (Gambar 3). Tanaman Kultur Jaringan

Aklimatisasi

Produksi Stek Mini

Tanam

Umbi G0

Gambar 3. Bagan Produksi Umbi Kentang G0 Tanaman kultur jaringan kentang (Gambar 4) diperoleh dari Balitsa dengan harga Rp 25 000 per botol, dalam satu botol terdapat 12 sampai 14 tanaman. Tanaman tersebut dicuci kemudian dipotong menjadi 1-2 buku per tanaman, sehingga menghasilkan 3-5 potong dalam satu tanaman. Kemudian dilakukan aklimatisasi dengan menanam bagian tanaman dalam bak plastik yang

25

berisi media arang sekam dengan jarak tanam 5 cm x 5 cm. Arang sekam mempunyai sifaf porous (berpori-pori), tidak kotor, dan cukup menahan air. Aklimatisasi merupakan kegiatan untuk mengadaptasikan planlet dari kondisi terkendali ke lingkungan lapang yang kondisinya tidak terkendali (Zacky, 2009). Aklimatisasi dilakukan selama 3 minggu di greenhouse. Setelah aklimatisasi, tanaman kentang di stek bagian pucuk daunnya untuk bahan stek mini. Stek mini dilakukan dengan memotong 1-2 daun per tanaman. Stek mini ditanam di bak bedengan dengan ukuran 1.5 m x 16 m dengan jarak tanam (5 cm-10 cm) x (5 cm - 10 cm). Stek mini dapat di stek kembali sampai 2 bulan. Setelah 5-6 bulan dari perhitungan terakhir stek mini, umbi mini kentang G0 dipanen. Jumlah populasi dari stek mini yang ditanam dalam setiap bak bedengan sebanyak 2 400 tanaman. Terdapat 6 bak bedengan dalam greenhouse, sehingga jumlah tanaman sebanyak 14 400 tanaman. Hama dan penyakit yang menyerang dalam setiap bak bedengan masing-masing adalah 37.5 %, 43.75 %, 18.75 %, 50 %, 25 %, dan 50 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 7 umbi, sehingga menghasilkan 63 000 umbi dalam setiap greenhouse. Tabel 4 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G0. Tabel 4. Produksi Umbi Kentang G0 Ukuran Umbi (gram) L (> 60) M (31-60) S (21-30) SS (<20) Afkir dan Busuk Jumlah Umbi (%) 10 25 20 20 15 Total Umbi (umbi) 15 750 31 500 18 900 18 900 9 450

Umbi mini yang dihasilkan dipanen dan dikering anginkan selama beberapa hari, kemudian diperlakukan dengan fungisida sebelum disimpan di tempat yang kering sekitar 2-3 bulan. Setelah umbi bertunas kemudian ditanam di lapang untuk menghasilkan umbi G1 (Purwito dan Wattimena, 2008).

26

Gambar 4. Planlet Hasil Kultur Jaringan yang akan Menghasilkan Benih G0 Setiap 3 kali sehari tanaman disiram menggunakan sprinkler dengan sistem drip irrigation fertigation, yaitu memberikan unsur hara bersamaan dengan pengairan. Unsur hara yang diberikan yaitu Multigrand-K dengan dosis 30 gram per 200 m2 dengan volume semprot 12 liter. Penyiangan gulma dilakukan apabila terdapat rumput atau gulma yang tumbuh. Kegiatan ini harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mengganggu perakaran mengingat jarak tanam yang sempit. Jika terdapat tanaman yang layu atau berwarna kuning harus segera dicabut dan disulam dengan stek yang baru. Pembibitan kentang G0 dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pembibitan kentang G0 di Greenhouse Hasil panen umbi kentang G0 dikumpulkan dan disimpan ke gudang. Di gudang penyimpanan umbi kentang disortasi dan grading menurut ukuran (Tabel 5).

27

Tabel 5. Pengkelasan Umbi Bibit G0 Berdasarkan Ukuran Kelas umbi L (besar) M (sedang) S (kecil) SS (sangat kecil)
Sumber : Hikmah Farm, 2009

Ukuran (gram) > 60 31-60 21-30 <20

Umbi yang telah disortir dan grading disimpan dalam cool storage. Ruang pendingin ini berfungsi untuk memperpanjang umur simpan bibit kentang. Umbi disimpan pada suhu 17-20 0C. Bibit yang disimpan di ruang pendingin setelah panen, masa dormansinya semakin panjang. Sebelum dimasukkan dalam cool storage (ruang pendingin), umbi disemprot pestisida menggunakan knapsack sprayer, diantaranya Probox (30 gram), Score (15 ml), Alika (15 ml), dan Previcur (30 ml) dengan volume semprot 14 liter. Menurut Novary (1999) penyimpanan pada suhu rendah dilakukan dalam lemari es dengan suhu 5-8 0C. Penyimpanan cara ini mampu menghambat kegiatan respirasi dan metabolisme umbi, proses penuaan, kehilangan air dan pelayuan, kerusakan oleh bakteri dan kapang, serta proses pertumbuhan yang tak dikehendaki seperti tumbuhnya tunas. Kegiatan sortasi umbi dilakukan selama penyimpanan atau jika ada pesanan dari pembeli. Rata-rata umbi kentang G0 dijual dengan harga Rp 2 500 per umbi. Namun jika ukurannya lebih kecil maka bisa kurang dari Rp 2 500 per umbi. Pembibitan Kentang G1 Bibit kentang yang digunakan untuk menghasilkan kentang G1 adalah bibit kentang G0. Penanaman kentang G0 dilakukan di Rumah Ketat Serangga (screenhouse) (Gambar 6). Media yang digunakan untuk menanam adalah media tanah. Pengolahan tanah dilakukan dengan dicangkul dan disterilkan. Sterilisasi yang dilakukan adalah menggunakan fungisida yaitu Basamid dengan dosis 40 g/m2 dan bahan aktif Dazomet 98 %. Pemberiannya dengan cara ditabur di atas bedengan kemudian diaduk dengan cangkul sampai merata.

28

Gambar 6. Rumah Ketat Serangga (Screenhouse) untuk Pembibitan Kentang G1 Bedengan ditutup dengan mulsa plastik dan dibiarkan selama satu sampai dua minggu. Setelah mulsa plastik dibuka, bedengan diberi pupuk kandang campuran sekam dan kotoran ayam dengan perbandingan 2 : 1, dengan dosis 280-360 kg per 200 m2. Kemudian tanah dicangkul sampai pupuk merata. Menurut Umboh (2000) sebelum diberi mulsa tanah perlu diolah. Pertama-tama tanah dibersihkan lalu digemburkan. Penggemburan tanah ditujukan untuk perbaikan sistem aerasi tanah. Jarak tanam yang digunakan yaitu 20 cm x 20 cm. Pembuatan lubang tanam menggunakan kayu berbentuk seperti garpu berukuran 20 cm atau tugal kayu. Umbi yang ditanam adalah umbi yang telah bertunas 1-3 cm dengan mata tunas menghadap ke atas. Selanjutnya umbi ditutup dengan tanah dan diratakan. Penyiangan gulma dilakukan bila rumput sudah tumbuh di areal tanaman kentang. Kegiatan ini dilakukan secara manual dengan mencabut dan membuang tanaman penganggu dan dilakukan secara hati-hati agar tidak terkena perakaran tanaman kentang. Pengairan dilaksanakan seminggu sekali untuk menjaga kelembaban tanah. Pengairan dilakukan dengan cara irigasi sprinkler. Menurut Jumin (2008) pertumbuhan tanaman sangat dibatasi oleh jumlah air yang tersedia dalam tanah, karena air mempunyai peranan penting dalam proses kehidupan tanaman. Kekurangan air akan menggangggu aktivitas fisiologi maupun morfologi sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Kegiatan pembumbunan tanah dilakukan dua kali. Pembumbunan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 28-30 HST. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan. Pemupukan susulan

29

menggunakan pupuk kelelawar dengan dosis 16 kg per m2. Pupuk susulan lain yaitu Ponska. Pupuk Ponska diberikan dengan dosis 2 kg per m2. Ketinggian tanah bedengan untuk pembumbunan pertama sekitar 10 cm. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 35-45 HST dengan cara yang sama pada pembumbunan pertama, tanah dinaikkan sekitar 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan akhir sekitar 20 cm. Kegiatan roguing bertujuan untuk membuang tanaman yang tumbuh abnormal atau terserang hama dan penyakit. Roguing dilakukan sejak awal penanaman. Pengendalian hama dan penyakit yang menggunakan bahan kimia dilakukan dengan cara penyemprotan memakai alat power sprayer. Terdapat tiga kriteria umur tanaman. Pertama pada tanaman yang sangat muda berumur 15-30 HST, tanaman muda dengan umur 30-60 HST, dan tanaman tua dengan umur 60-95 HST. Pada tanaman yang sangat muda (15-30 HST) tidak diberi pestisida tetapi hanya diberi unsur hara agar pertumbuhan tanaman lebih cepat. Tanaman sangat muda membutuhkan larutan unsur hara Multigrand-K sebanyak 30 gram dengan volume semprot 12 liter setiap 200 m2. Penyemprotan pada tanaman muda (30-60 HST) membutuhkan campuran pestisida Aminil, Acrobat, Alika, dan Aquarez masing-masing 40 gram, 4 gram, 10 ml, dan 4 ml dengan volume semprot 20 liter setiap 200 m2. Penyemprotan tahap akhir dilakukan pada tanaman tua (60-95 HST). Tanaman umur ini membutuhkan campuran pestisida Equation sebanyak 8 gram, Agrifos sebanyak 40 ml, dan Aquarez sebanyak 4 ml dengan volume semprot 16 liter per 200 m2. Pemanenan kentang dilakukan pada saat tanaman berumur 97-100 HST. Tanaman kentang yang siap dipanen ciri-cirinya daun dan batang sudah mengering, kulit umbi telah melekat sempurna pada daging dan tidak mudah terkelupas saat ditekan. Jumlah populasi dari penanaman bibit kentang G0 dalam setiap bedengan sebanyak 660 tanaman. Terdapat 6 bedengan dalam schreenhouse, sehingga jumlah tanaman sebanyak 3 960 tanaman. Daya tumbuh tanaman kentang G1 dalam setiap bedengan masing-masing adalah 87.5 %, 87.5 %, 68.75 %, 87.5 %,

30

75 %, dan 84.25%. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi, sehingga menghasilkan 32 175 umbi dalam setiap schreenhouse. Tabel 6 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G1. Tabel 6. Produksi Umbi Kentang G1 Ukuran Umbi (gram) XL (> 120) L (91-120) M (61-90) S (30-60) SS (<30) Afkir dan Busuk Jumlah Umbi (%) 5 20 25 30 10 10 Total Umbi (umbi) 1 608 6 435 8 043 9 652 3 217 3 217

Umbi hasil panen dibawa ke gudang dan disimpan di ruangan dalam kondisi bersih dan aman. Di gudang penyimpanan ini dilakukan sortasi dan grading. Bibit yang disortasi dan grading berdasarkan ukuran terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengkelasan Umbi Kentang Bibit G1 Berdasarkan Ukuran Kelas Umbi XL (paling besar) L (besar) M (sedang) S (kecil) SS (sangat kecil)
Sumber : Hikmah Farm, 2009

Ukuran (gram) > 120 91-120 61-90 30-60 <30

Umbi yang telah disortasi dan grading disimpan di gudang. Kegiatan sortasi dan grading dilakukan 3-4 kali sampai dilakukan pemeriksaan umbi oleh BPSBTPH untuk sertifikasi benih. Pembibitan Kentang G2, G3, dan G4 Bahan tanam yang digunakan untuk menghasilkan bibit kentang G2 adalah umbi kentang G1. Pembibitan ini dilakukan di lapang tidak menggunakan greenhouse ataupun screenhouse.

31

1. Pembukaan dan Persiapan Lahan a) Pengolahan tanah Pengolahan tanah yang dilakukan adalah secara konvensional yaitu menggunakan cangkul. Hal ini dikarenakan letak lahan yang berada pada daerah lereng gunung sehingga tidak memungkinkan alat olah tanah seperti traktor. Cara ini digunakan bila lahan yang akan diolah adalah bekas penanaman kentang sebab bedengan sudah tidak terbentuk lagi dan rata dengan tanah. Cara lain yang sering digunakan dalam pengolahan tanah adalah metode Laci. Metode Laci digunakan bila lahan yang akan diolah yaitu bekas penanaman jagung dan kubis. Metode ini dilakukan dengan cara mencangkul dan menggeser rumput dan gulma yang berada di atas bedengan dan parit ke parit berikutnya, kemudian sisa-sisa rumput tersebut ditimbun tanah yang berasal dari bedengan di kanan dan kiri sisa rumput tersebut kemudian diratakan dengan diinjak-injak dengan kaki. b) Pembuatan bedengan Bedengan dibuat untuk melindungi kerusakan akar umbi kentang terhadap genangan air, sebab akar tanaman kentang sangat peka terhadap genangan air sehingga mudah mengalami pembusukan dan perkembangan tanaman terganggu. Pada umumnya bedengan dibuat dengan panjang 6 m, lebar 76 cm, dan jarak antar bedengan atau parit 15-20 cm (Gambar 7). Hal ini untuk memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan tanaman. Pada musim hujan kedalaman parit sekitar 15 cm. Bila lebih dari 15 cm maka umbi akan membusuk karena tergenang air. Sedangkan pada musim kemarau kedalaman parit sekitar 20 cm, apabila kurang maka tanah sekitar akan kering karena panas. Pada lahan miring arah bedengan searah kemiringan lereng. Bagian bawah bedengan dibuat parit untuk menghambat laju aliran permukaan dari erosi dan sebagai jalan saat penyemprotan, sedangkan pada lahan datar bedengan diatur secara terasering, pembuatan parit berfungsi sebagai saluran irigasi.

32

Gambar 7. Lahan Pembibitan Kentang setelah Diolah 2. Penanaman a) Pemupukan Dasar Sebelum dilakukan kegiatan penanaman umbi kentang, lahan penanaman dipupuk terlebih dahulu. Jenis dan jumlah pupuk yang diberikan pada kentang harus dalam komposisi yang seimbang sebab pemberian suatu unsur hara yang kurang atau lebih akan menyebabkan produksi rendah. Pupuk yang diberikan tanaman dapat bermacam-macam jenis dan dosisnya tergantung pada kebutuhan tanaman tersebut. Pupuk yang biasa diberikan tanaman diantaranya pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan sisa-sisa (serasah) tanaman dan hewan, misalnya pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk hijau, dan sebagainya. Pupuk organik mempunyai fungsi yang penting untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan, meningkatkan populasi jasad renik, serta meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk anorganik atau pupuk kimia merupakan hasil dari pabrik pembuat pupuk yang mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Pupuk tersebut pada umumnya mengandung unsur hara yang tinggi (Sutedjo, 1994). Hikmah Farm menggunakan pupuk dasar antara lain pupuk hayati, pupuk kandang, dan pupuk kimia (Gambar 8). Pupuk hayati adalah pupuk yang mengandung mikroba untuk meningkatkan pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah. Aplikasi pupuk yang pertama diberikan yaitu pupuk hayati emas (PHE) dengan dosis 200 kg per hektar. Bahan aktif dari PHE terdiri dari bakteri penambat N, mikroba pelarut hara P dan K, dan mikroba pemantap agregat. Pupuk tersebut ditabur diantara bedengan yang telah dibuat untuk penanaman. Selanjutnya disebar pupuk kandang yang diletakkan di atas pupuk hayati.

33

Gambar 8. Lahan yang telah di pupuk Pupuk kandang yang digunakan biasanya berasal dari kotoran ayam atau sapi sebanyak 14-18 ton per ha. Pupuk yang terakhir diberikan yaitu pupuk anorganik. Pupuk anorganik yang diberikan yaitu pupuk yang sudah dicampur sebelumnya di gudang dengan dosis yang telah ditentukan (Tabel 8). Pupuk tersebut disebar di atas pupuk hayati dan pupuk kandang sehingga ketiga pupuk tersebut tertumpuk menjadi satu. Kemudian pupuk ditutup dengan tanah yang berasal dari bedengan di kanan dan kiri sehingga letak bedengan berpindah, yang semula parit menjadi bedengan baru. Tabel 8. Jenis dan Dosis Pupuk pada Kebun Hikmah Farm No 1 Jenis pupuk Organik Nama Pupuk Kotoran Sapi Kandungan Hara (%) N : 1.52 P : 0.68 K : 0.79 Bakteri Penambat N, Mikroba Pelarut Hara P dan K, dan Mikroba Pemantap Agregat N : 15 P2O5 : 15 K2O : 15 S : 10 P2O5 : 18 N : 46 MgO : 27 S :4 MgO : 6 K2O : 40 Na : 3 Dosis (kg/ha) 14 000-18 000

Hayati

PHE

200

Anorganik

Ponska

500

Superfos Urea KST Kornkali

600 100 200 150

Sumber : Hikmah Farm, 2009

34

b)

Penentuan Jarak Tanam dan Penanaman Jarak tanam berpengaruh terhadap produksi dan ukuran umbi. Jarak tanam

yang terlalu rapat dapat menyebabkan persaingan antar tanaman dalam memenuhi unsur hara sehingga umbi yang dihasilkan akan lebih kecil bila dibandingkan dengan umbi yang ditanam dengan jarak yang lebih renggang. Jarak tanam yang digunakan tergantung dari ukuran bibit yang akan ditanam, semakin kecil ukuran bibit maka jarak tanamnya pun semakin rapat. Pada umumnya pembuatan jarak tanam umbi menggunakan tugal dari kayu. Jarak tanam yang digunakan yaitu 76 cm x (15-35) cm untuk kentang bibit. Kegiatan penanaman dilakukan setelah lubang tanam dibuat. Hal yang harus diperhatikan saat penanaman diantaranya penggunaan bibit. Bibit yang ditanam sebaiknya bibit yang bersertifikat yang telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Bibit yang siap untuk ditanam yaitu bibit yang sudah tumbuh minimal 4 mata tunas (Gambar 9). Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan mata tunas menghadap ke atas. Setelah semua bibit ditanam dalam satu bedengan maka langsung ditimbun dengan tanah.

Gambar 9. Bibit Kentang Siap Tanam Selain menggunakan tugal kayu, jarak tanam dibuat menggunakan alat gerendel (roda berjari) berukuran 35 cm (Gambar 10). Keuntungan dari penggunaan alat ini yaitu lebih menghemat waktu dan tenaga kerja untuk membuat lubang tanam. Lubang tanam dibuat dengan cara mendorong gerendel dari bedengan paling ujung ke bedengan selanjutnya sampai bedengan terakhir sambil berjalan dan kembali lagi ke bedengan paling ujung.

35

Gambar 10. Gerendel alat untuk Membuat Jarak Tanam 3. Pemeliharaan Tanaman Kegiatan pemeliharaan tanaman kentang dilakukan sampai tanaman dipanen. Kegiatan tersebut meliputi penyiangan gulma, pembumbunan,

pemupukan susulan, dan pengendalian hama dan penyakit. a) Penyiangan Gulma Penyiangan gulma merupakan kegiatan membuang tanaman pengganggu di areal tanaman kentang. Kegiatan ini dapat dilakukan secara manual dengan mencabut dan membuang gulma tersebut. Penyiangan gulma dapat pula dengan cara dicangkul kemudian dikumpulkan. Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 20-30 hari setelah tanam (HST) atau setelah terlihat adanya gulma yang tumbuh. Gulma yang disiangi diusahakan sudah terlihat agak tumbuh besar dan banyak, sehingga mudah saat penyiangan. Kegiatan ini harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mengenai perakaran tanaman kentang. Gulma yang banyak ditemui diantaranya rumput belulang (Eleusine indica), kirinyuh (Chromolaena odorata), teki (Cyperus cyperoides), dan bubuhan (Bidens biterata). b) Pembumbunan Pembumbunan adalah kegiatan pengolahan lahan secara ringan di sekitar tanaman dan dilanjutkan dengan menaikkan tanah sehingga dapat meninggikan bedengan. Pembumbunan ini bertujuan untuk melindungi umbi dari sinar matahari langsung. Sinar matahari yang mengenai umbi menyebabkan terjadinya reaksi kimia pada kentang yang dinamakan solanin dan mengakibatkan umbi berwarna hijau. Solanin merupakan racun bagi manusia apabila terkena dosis yang banyak (Sumoprastowo, 2000).

36

Selain itu fungsi pembumbunan yaitu menahan batang agar tanaman tidak rebah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah, mengendalikan gulma, dan menjadikan perakaran tanaman lebih baik. Keterlambatan waktu pembumbunan dapat mengakibatkan umbi keluar sebab tidak tertimbun tanah serta stolon tumbuh menjadi batang sehingga produksi umbi akan berkurang. Kegiatan pembumbunan ini dilakukan dua kali. Pembumbunan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 28-30 HST. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan. Tanah di parit dicangkul dan diangkat kemudian diletakkan di atas bedengan tanaman. Ketinggian tanah bedengan untuk pembumbunan pertama sekitar 10 cm. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 35-40 HST dengan cara yang sama pada pembumbunan pertama, tanah dinaikkan sekitar 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan akhir sekitar 20 cm. c) Pemupukan Tanaman kentang agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik memerlukan unsur hara dan nutrisi dengan jumlah, waktu pemberian, dan cara yang tepat. Pemberian pupuk susulan dapat menyokong pertumbuhan tanaman kentang. Pupuk susulan diberikan sebanyak dua kali, yang pertama dilakukan bersamaan dengan pembumbunan pertama pada umur 28-30 HST. Jenis pupuk yang diberikan adalah kotoran kelelawar sebanyak 800 kg per hektar. Penggunaan kotoran kelelawar karena di daerah tersebut banyak tersedia. Pupuk susulan juga dapat menggunakan Ponska atau pupuk lain. Pupuk susulan yang kedua diberikan bersamaan dengan pembumbunan yang kedua yaitu saat tanaman berumur 35-40 HST dosis 200 kg per hektar. Pupuk diletakkan diantara tanaman dengan cara disebar kemudian ditutup dengan tanah. d) Pengairan Air merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan serta produksi tanaman. Menurut Samadi (2007) fungsi air terutama untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mengangkutnya ke seluruh bagian tanaman. Jika pemberian air terlambat, tanaman akan layu karena tidak ada keseimbangan

37

antara besarnya penguapan melalui permukaan daun dengan banyaknya air yang diserap tanaman. Pengairan tanaman kentang dilakukan pada musim kemarau. Saat musim penghujan tidak dilakukan karena air sudah tersedia. Hikmah Farm pengairannya menggunakan sprinkler. Pemberian air dilakukan pada 5-7 hari sekali atau tergantung keadaan tanaman di lapang. e) Pengendalian Hama Penyakit Tanaman (HPT) Pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan agar dihasilkan produksi yang optimal, untuk mengendalikannya harus diketahui jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman, gejala serangan, dan cara pengendaliannya. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara manual dan menggunakan bahan kimia. Secara manual dilakukan dengan mencabut dan membuang tanaman yang terserang supaya tidak menjalar ke tanaman yang lain. Pengendalian hama dan penyakit yang menggunakan bahan kimia dilakukan dengan cara penyemprotan memakai alat power sprayer (Gambar 11). Pestisida dilarutkan dalam 200 liter air dalam satu drum. Terdapat tiga kriteria umur tanaman. Pertama pada tanaman yang sangat muda berumur 15-30 HST, tanaman muda dengan umur 30-60 HST, dan tanaman tua dengan umur 60-95 HST. Pada tanaman yang sangat muda (15-30 HST) tidak diberi pestisida tetapi hanya diberi unsur hara agar pertumbuhan tanaman lebih cepat. Tanaman ini setiap hektar membutuhkan 3 drum larutan unsur hara dengan volume semprot 600 liter. Pada musim hujan penyemprotan lebih sering dilakukan antara 2-3 hari sekali. Sebab pestisida yang mengenai daun tercuci oleh air hujan sehingga obat banyak yang terbuang. Sedangkan pada musim kemarau dilakukan penyemprotan antara 4-5 hari sekali.

38

a. Mesin Penggerak

b. Stank Sprayer

Gambar 11. Alat Power Sprayer untuk Penyemprotan Pestisida Penyemprotan pada tanaman muda (30-60 HST) membutuhkan sebanyak 5 drum campuran pestisida dengan volume semprot 1000 liter per hektar. Penyemprotan tahap akhir dilakukan pada tanaman tua (60-95 HST). Tanaman umur ini membutuhkan sebanyak 4 drum per hektar dengan volume semprot 800 liter per hektar. Pestisida yang sering digunakan Hikmah Farm dalam budidaya kentang terdapat pada (Tabel 9). Tabel 9. Jenis dan Fungsi Pestisida yang digunakan Hikmah Farm Umur Tanaman (HST) 15-30 30-60 Volume Semprot (liter/hektar) 600 1 000 Multigrand-K Aminil Acrobat Alika Aquarez Equation Agrifos Aquarez Unsur hara Fungisida Fungisida Insektisida Perekat Fungisida Fungisida Perekat 1 500 gram 2 000 gram 200 gram 500 ml 250 ml 400 gram 2 000 ml 200 ml Jenis Pestisida Fungsi Dosis (per hektar)

60-95

800

Unsur hara yang dipakai dalam satu hektar adalah Multigrand-K yang mengandung dua unsur makro yaitu Kalium 46 % dan Nitrogen 22 %. Selain itu juga mengandung unsur lain berupa P2O5, ZnNa, Ca, Mg, dan Mn yang sedikit jumlahnya. Dosis yang digunakan yaitu 1 500 gram per 600 liter. Fungisida yang digunakan dalam satu hektar lahan antara lain Aminil dengan dosis 2 000 gram per 1 000 liter, bahan aktif yang terkandung yaitu chlorothalonil 750 g/kg WP. Acrobat dengan dosis 200 gram per 1 000 liter, bahan aktifnya yaitu dimetomort

39

50 WP. Equation dengan dosis 400 gram per 800 liter, bahan aktif yang terkandung yaitu simoksanil 29 % dan famoksadon 22.5 % WG. Agrifos dosis yang digunakan yaitu 2000 ml per 800 liter, dengan bahan aktif asam fosfit 400 g/l SL. Sedangkan insektisida yang digunakn yaitu Alika dengan dosis 500 ml per 1 000 liter, bahan aktif yang terkandung yaitu lemda sibahytrin 106 g/l dan tiametoksam 141 g/l. Perekat yang digunakan yaitu Aquarez dengan dosis 200 ml per 800 liter, bahan aktif yang terkandung dalam Aquarez yaitu organik kompon 38 %. Alat power sprayer mempunyai jangkauan semburan 3 m ke kanan dan 3 m ke kiri dari parit jalan. Alat ini dihubungkan ke mesin diesel oleh selang. Penyemprotan menggunakan tiga selang sprayer dengan panjang selang masingmasing sekitar 300 m. Masing-masing selang dipegang oleh 3 orang. Satu orang memegang stank sprayer dan menyemprot tanaman kentang dari bedengan paling ujung sampai bedengan paling akhir kemudian kembali lagi ke bedengan paling ujung. Dua orang lainnya menarik dan menggulung selang. Penyakit yang menyerang tanaman kentang di Hikmah Farm diantaranya busuk daun (Phytopthora infestans), layu bakteri (Ralstonia solanacearum), dan penyakit yang disebabkan oleh virus. Sedangkan yang menyerang umbi setelah dipanen diantaranya kudis lak (Rhizoctonia solani), busuk kering (Fusarium spp), dan kudis (Strepromyces scabies). Menurut Suhardi (1984) penyakit busuk daun merupakan penyakit terpenting pada tanaman kentang. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini sangat bergantung pada keadaan cuaca, intensif tidaknya tindakan penyemprotan fungisida, dan toleransi varietas kentang terhadap penyakit tersebut. Selanjutnya Semangun (2007) menambahkan jamur Phytopthora infestans dapat juga menyerang umbi, meskipun di Indonesia jarang terjadi. Jika keadaan baik bagi pertumbuhannya, pada umbi terjadi bercak yang agak mengendap, berwarna coklat. Bagian yang terserang ini tidak menjadi lunak. Jika keadaan membantu perkembangan penyakit, karena pengaruh Phytopthora infestans yang dibantu oleh bakteri atau jamur lain maka umbi menjadi busuk basah.

40

1. Busuk Daun (Phytopthora infestans) Penyakit ini yang paling banyak menyerang tanaman kentang dan sering dikenal dengan nama lodoh yang disebabkan oleh cendawan Phytopthora infestans. Gejala yang ditimbulkan adalah timbulnya bercak basah pada daun hingga berubah menjadi coklat sampai hitam dan akhirnya membusuk, bagian bawah daun yang terinfeksi terdapat serbuk putih yang mengandung spora (Gambar 12). Pengendalian dari penyakit ini diantaranya menggunakan bibit yang sehat saat penanaman, pergiliran tanaman, serta penyemprotan secara teratur dan dengan teknik yang benar.

Gambar 12. Tanaman Terserang Penyakit Busuk Daun (Phytopthora infestans) 2. Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum ini menyebabkan tanaman layu sebagian atau keseluruhan. Mula-mula pucuk tanaman layu kemudian menjalar ke seluruh tanaman dan akhirnya tanaman mati. Gejala infeksi pada umbi yang baru dipanen adalah munculnya lendir yang lengket pada mata tunas (Gambar 13). Cara pengendaliannya adalah menggunakan bibit yang sehat, dilakukan pergiliran tanaman (rotasi tanaman), dan membuang tanaman yang layu.

41

Gambar 13. Tanaman Terserang Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) 3. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Virus Ciri-ciri tanaman yang terserang virus adalah daun bergelombang, menggulung, atau keriting. Pinggir daun bergerigi, ukurannya kecil-kecil, daun menguning, dan umbi yang dihasilkan kecil atau tidak menghasilkan umbi sama sekali (Gambar 14). Belum ada pestisida untuk mengendalikan virus ini, pencegahannya dilakukan dengan menanam bibit bebas virus, mencabut dan mengubur, atau membakar tanaman yang terserang.

Gambar 14. Tanaman Terserang Penyakit yang Disebabkan Oleh Virus 4. Kudis Lak (Rhizoctonia solani) Gejala yang ditimbulkan yaitu terdapat jamur hitam kecoklatan pada umbi (Gambar 15). Cara pengendaliannya adalah menanam menggunakan bibit yang sehat, dilakukan pergiliran tanaman (rotasi tanaman), serta memisahkan umbi yang terserang.

42

Gambar 15. Penyakit Kudis Lak pada Umbi Kentang disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani 5. Busuk Kering (Fusarium spp) Gejala yang terlihat yaitu bercak-bercak berlekuk warna coklat tua, umbi menjadi kering, berkerut, dan mengeras (Gambar 16). Cara pengendaliannya adalah kegiatan panen dilakukan secara hati-hati jangan sampai melukai umbi. Penanaman menggunakan umbi yang sehat.

Gambar 16. Penyakit Busuk Kering pada Umbi Kentang disebabkan oleh cendawan Fusarium spp. f). Roguing Kegiatan roguing dilakukan sejak awal penanaman dalam waktu satu minggu dua kali atau lebih sampai menjelang pemeriksaan lapangan oleh BPSBTPH Tujuan roguing untuk membuang tanaman yang tumbuh abnormal, terserang hama dan penyakit, serta tumbuhan pengganggu. Pada areal yang luas, roguing dilakukan oleh 5-6 orang. Pekerja berjajar selang dua baris tanaman dan berjalan searah mengamati masing-masing tanaman.

43

4. Panen Kegiatan pemanenan merupakan tahap akhir dari teknik budidaya tanaman yang menentukan produksi yang dihasilkan. Pelaksanaan panen harus dilakukan dengan benar dan tepat waktu, cara, dan kriteria umbi yang dipanen. Panen tanaman kentang dilakukan pada umur 100-110 HST. Sepuluh hari sebelum panen tanaman diberi herbisida Gramoxone dengan dosis 1 200 ml dengan volume semprot 800 liter per hektar. Tujuan pemberian herbisida adalah untuk mematikan gulma dan membuat batang tanaman kentang menjadi kering sehingga memudahkan pekerjaan panen serta memudahkan umbi lepas dari stolon. Pemanenan yang terlalu awal dapat menyebabkan rendahnya produksi dan kulit umbi dapat terkelupas sehingga terinfeksi busuk umbi dan tidak dapat disimpan lama. Tanaman kentang yang siap dipanen ciri-cirinya daun dan batang sudah mengering bukan karena penyakit namun pengaruh dari pemberian Gramoxon dan kulit umbi telah melekat sempurna pada daging dan tidak mudah terkelupas saat ditekan. Pemanenan dilakukan saat cuaca cerah pada pagi hari dan sedang tidak turun hujan, sebab umbi akan basah dan kotor sehingga akan cepat busuk pada saat penyimpanan. Panen dilakukan dengan mencangkul bagian kanan dan kiri bedengan tanaman secara bergantian dan hati-hati jangan sampai mengenai umbi (Gambar 17).

Gambar 17. Kegiatan Pemanenan Kentang G2 Umbi diambil secara manual dengan tangan dan diletakkan di pinggir bedengan. Umbi dibiarkan sekitar 1 jam di lahan agar terkena sinar matahari langsung sehingga tanah yang menempel pada umbi menjadi kering. Kemudian

44

umbi dipisahkan berdasarkan ukurannya dan dimasukkan dalam karung plastik. Hasil panen diangkut ke dalam truk dan dibawa ke gudang penyimpanan kemudian disortasi. Lahan bekas panen disewakan kepada bandar kentang untuk dicangkul dan diambil lagi kentang yang masih tersisa dan tertinggal di lahan. Kegiatan ini disebut ngasag. Harga satu hektar tanah sekitar Rp 1 000 000. Pekerja ngasag dibayar Rp 1 000 per satu ember kentang yang didapat. Pembibitan kentang G2, G3, dan G4 membutuhkan umbi kurang lebih 2 000 kg per hektar. Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar pertanaman pada pembibitan kentang G2 yaitu 2.1 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Tabel 10 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G2. Tabel 10. Produksi Umbi Kentang G2 Ukuran Umbi (gram) XL (>200) L (61-200) M (31-60) S (<30) Afkir Jumlah Umbi (%) 1.5 18.7 46 31 1.8 Total Umbi (umbi) 304 3 667 9 112 6 074 364

Pembibitan kentang G3 membutuhkan umbi kurang lebih 2 000 kg per hektar. Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar pertanaman yaitu 2.9 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Pembibitan G3 tidak menghasilkan umbi ukuran XL. Tabel 11 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G3. Tabel 11. Produksi Umbi Kentang G3 Ukuran Umbi (gram) L (61-200) M (31-60) S (<30) Afkir Jumlah Umbi (%) 7 55.36 36.9 0.7 Total Umbi (umbi) 1 153 9 079 6 052 115

Pembibitan kentang G4 membutuhkan umbi kurang lebih 2 000 kg per hektar. Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar pertanaman yaitu 4.2 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Pembibitan

45

G4 tidak menghasilkan umbi ukuran XL dan umbi afkir. Tabel 12 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G4. Tabel 12. Produksi Umbi Kentang G4 Ukuran Umbi (gram) L (61-200) M (31-60) S (<30) 5. Pasca Panen Umbi hasil panen dibawa ke gudang dan disimpan di ruangan dalam kondisi bersih dan aman agar terlindung dari sinar matahari sebab cahaya dapat menyebabkan pertumbuhan tunas, selain itu juga harus terlindung dari hujan dan kehilangan. Agar kondisi umbi dalam keadaan baik maka gudang harus memenuhi syarat seperti fentilasi cukup, dan lantai terbuat dari kayu agar dapat memberikan pertukaran udara bagi umbi. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, pada permukaan umbi diberi insektisida Agrosip dengan dosis 2 kg per ton dengan cara ditabur tipis-tipis. Di gudang penyimpanan ini dilakukan sortasi dan grading. Sortasi merupakan kegiatan memisahkan umbi kentang berdasarkan kualitas yaitu umbi yang bagus dan yang jelek seperti belah karena cangkul, cacat, dan busuk. Sedangkan grading adalah kegiatan memisahkan umbi berdasarkan ukuran. Proses persiapan bibit kentang dilakukan melalui beberapa tahap dimulai dari sortasi dan grading I, pengangkutan ke gudang, penyimpanan dan sortasi grading II, penggasan, penyimpanan dan sortasi III, penyimpanan dan sortasi IV, sampai persiapan sertifikasi oleh BPSBTPH. Kegiatan sortasi dan grading I dilakukan saat umbi masih di kebun. Umbi bibit dipisahkan dengan ukuran XL (> 200 gram), L (61-200 gram), MS (< 61 gram), serta umbi yang afkir (luka akibat tercangkul). Umbi tersebut dikumpulkan berdasarkan ukuran dan dimasukkan ke dalam karung jaring plastik berisi 38-40 kg. Kemudian umbi diangkut ke dalam truk dan dibawa ke gudang penyimpanan. Setelah seminggu atau tergantung kondisi setelah panen dilakukan sortasi dan grading II. Umbi bibit ukuran MS (<61 gram) dipisahkan lagi menjadi ukuran M (31-60 gram) dan S (<30 gram). Jumlah Umbi (%) 27.87 43.28 28.85 Total Umbi (umbi) 610 7 159 4 772

46

Kegiatan perlakuan gas bertujuan untuk mempercepat masa dormansi dan mencegah dari serangan hama dan penyakit. Kegiatan ini dilakukan bila kebutuhan dan permintaan umbi meningkat. Jenis obat yang digunakan untuk perlakuan gas adalah CS2 dengan dosis 800 ml per 8 ton umbi kentang. Obat diletakkan pada tumpukan krat kentang. Kegiatan perlakuan gas dilakukan selama 24 jam. Setelah umbi digas, kemudian disimpan kembali di gudang penyimpanan. Untuk mencegah hama dan penyakit, permukaan atas umbi diberi insektisida Agrosip dengan dosis 2 kg per ton dengan cara ditabur tipis-tipis, kemudian krat disusun. Sortasi III dilakukan untuk memisahkan umbi yang afkir, umbi yang telah keluar tunas, dan yang belum keluar tunas. Masing-masing umbi yang telah disortir diletakkan pada krat yang berbeda. Kegiatan sortasi tetap dilakukan sampai pemeriksaan umbi oleh BPSBTPH. Pemeriksaan umbi oleh BPSBTPH dilaksanakan antara 1-3 hari setelah kegiatan sortasi yang terakhir. Pengawas akan memeriksa kurang lebih 1 000 butir umbi secara acak dari setiap lot umbi. Setelah permintaan penangkar bibit dinyatakan lulus pemeriksaan, BPSBTPH akan mengeluarkan sertifikat dan label. Label tersebut dicantumkan nama penangkar, alamat, jenis tanaman, varietas, nomor lot, berat setiap kemasan, tanggal panen, ukuran umbi, dan tanggal pemasangan label. Kehilangan hasil panen digudang disebabkan diantaranya oleh

penyimpanan umbi yang terlalu lama sehingga membuat umbi menjadi busuk, tempat penyimpanan yang kurang baik sehingga meyebabkan tempat menjadi lembab dan berpengaruh pada umbi, dan ikut terbawa umbi yang busuk saat panen sehingga menularkan pada umbi yang masih bagus. Hasil panen di kebun Gambung Blok Panarikan 1 sebanyak 44 550 kg. Setelah disortasi kehilangan hasilnya untuk umbi yang busuk sebanyak 336 kg dan umbi yang hilang karena tidak tersortir, jatuh di lantai, atau tercampur dengan bibit yang lain sebanyak 8 304 kg. Sehingga kehilangan hasil panen saat di gudang yaitu 19.39 %.

47

6. Pemasaran Kegiatan pemasaran merupakan hal yang penting dari usaha pertanian. Kegiatan ini meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatankegiatan yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga

mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang. Penjualan kentang bibit dilakukan di gudang penyimpanan. Kentang bibit yang dijual meliputi kentang G0, G1, G2, G3, dan G4 dengan harga yang berbeda (Lampiran 9). Pengemasan untuk penjualan kentang bibit diantaranya menggunakan waring tali plastik, tolok bambu, dan peti kayu (Gambar 18).

a. Kemasan Tolok Bambu

b. Kemasan Peti Kayu

c. Kemasan Waring Tali Plastik Gambar 18. Kemasan Penjualan Kentang Bibit Pengemasan kentang disesuaikan dengan permintaan konsumen. Kemasan tolok bambu dan waring tali plastik digunakan apabila jarak angkut dari gudang pembelian dengan tempat pembelinya lebih dekat, sedangkan kemasan peti kayu digunakan untuk pembelian jarak jauh. Keuntungan dari kemasan peti kayu yaitu jika terjadi goncangan, bibit tidak saling berbenturan dan tidak jatuh di lantai

48

karena tertahan peti kayu. Namun apabila menggunakan kemasan peti kayu harga penjualan bertambah Rp 10 000 untuk setiap peti kayu. Data penjualan bibit kentang G2, G3, dan G4 di Hikmah Farm pada tahun 2004-2006 terlihat pada Gambar 19.

volume penjualan (ton)

200000 150000 100000 50000 0


2004 2005 2006

Umbi G2 Umbi G3 Umbi G4

tahun

Gambar 19. Penjualan Kentang Bibit G2, G3, dan G4 di Hikmah Farm pada Tahun 2004-2006 Penjualan kentang bibit G2 mengalami penurunan dari tahun 2004 ke tahun 2006, bahkan pada tahun 2006 tidak menjual kentang bibit G2. Hal ini disebabkan kesulitan dalam pengadaan benih G1 karena selain memerlukan perawatan yang intensif dipengaruhi juga oleh bibit yang masih sedikit jumlahnya. Berbeda dengan kentang bibit G3 dan G4. Pada tahun 2005 sempat mengalami kenaikan volume penjualan, namun pada tahun 2006 mengalami penurunan penjualan. Hal ini berkaitan dengan jumlah bibit kentang yang akan digunakan untuk pembibitan jumlahnya masih sedikit, selain itu teknik budidaya yang diterapkan juga sangat berpengaruh. Apabila teknik budidaya dilakukan dengan tepat maka akan berpengaruh pada kualitas dan kuantitas umbi kentang. Penanaman Umbi Kentang G4 Umbi Kentang G4 merupakan generasi terakhir dari bibit bersertifikat. Penanaman kentang G4 akan menghasilkan umbi G5 yang dijadikan kentang konsumsi. Umbi G5 apabila ditanam akan menghasilkan kentang yang bersifat lokal dan tidak dapat dijadikan sebagai bibit. Karena semakin tinggi generasi kentang maka peluang untuk terinfeksi penyakit semakin tinggi pula. Secara umum teknik budidaya penanaman umbi kentang G4 sama dengan penanaman umbi generasi sebelumnya. Pengolahan tanah yang dilakukan adalah

49

secara konvensional yaitu menggunakan cangkul. Bedengan dibuat untuk melindungi kerusakan akar umbi kentang terhadap genangan air. Sebab akar tanaman kentang sangat peka terhadap genangan air sehingga mudah mengalami pembusukan dan perkembangan tanaman terganggu. Pada umumnya bedengan dibuat dengan panjang 6 m, lebar 76 cm, dan jarak antar bedengan atau parit 15-20 cm. Hal ini untuk memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan tanaman. Sebelum dilakukan kegiatan penanaman umbi kentang, lahan penanaman dipupuk terlebih dahulu. Jenis dan jumlah pupuk yang diberikan pada kentang harus dalam komposisi yang seimbang sebab pemberian suatu unsur hara yang kurang atau lebih akan menyebabkan produksi rendah. Pupuk dasar yang diberikan antara lain pupuk hayati, pupuk kandang, dan pupuk kimia. Aplikasi pupuk yang pertama diberikan yaitu pupuk hayati emas (PHE) dengan dosis 200 kg per hektar. Bahan aktif dari PHE terdiri dari bakteri penambat N, mikroba pelarut hara P dan K, dan mikroba pemantap agregat. Pupuk tersebut ditabur diantara bedengan yang telah dibuat untuk penanaman. Selanjutnya disebar pupuk kandang yang diletakkan di atas pupuk hayati. Pupuk kandang yang digunakan biasanya berasal dari kotoran ayam atau sapi sebanyak 14-18 ton per ha. Pupuk yang terakhir diberikan yaitu pupuk anorganik. Pupuk anorganik yang diberikan yaitu pupuk yang sudah dicampur sebelumnya di gudang meliputi Ponska 500 kg/ha, Superfos 600 kg/ha, Urea 100 kg/ha, KST 200 kg/ha, dan Kornkali sebanyak 150 kg/ha. Pupuk tersebut disebar di atas pupuk hayati dan pupuk kandang sehingga ketiga pupuk tersebut tertumpuk menjadi satu. Kemudian pupuk ditutup dengan tanah yang berasal dari bedengan di kanan dan kiri sehingga letak bedengan berpindah, yang semula parit menjadi bedengan baru. Pembuatan jarak tanam umbi menggunakan tugal dari kayu. Jarak tanam yang digunakan untuk kentang konsumsi yaitu 76 cm x (25-45) cm. Kegiatan penanaman dilakukan setelah lubang tanam dibuat. Bibit yang siap untuk ditanam yaitu bibit yang sudah tumbuh minimal 4 mata tunas. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan mata tunas menghadap ke atas. Setelah semua bibit ditanam dalam satu bedengan maka langsung ditimbun dengan tanah. Kegiatan pemeliharaan tanaman kentang konsumsi dilakukan sampai tanaman dipanen.

50

Kegiatan tersebut meliputi penyiangan gulma, pembumbunan, pemupukan susulan, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan gulma merupakan kegiatan membuang tanaman pengganggu di areal tanaman kentang. Kegiatan ini dapat dilakukan secara manual dengan mencabut dan membuang gulma tersebut. Penyiangan gulma dapat pula dengan cara dicangkul kemudian dikumpulkan. Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 20-30 hari setelah tanam (HST) atau setelah terlihat adanya gulma yang tumbuh. Pembumbunan adalah kegiatan pengolahan lahan secara ringan di sekitar tanaman dan dilanjutkan dengan menaikkan tanah sehingga dapat meninggikan bedengan. Kegiatan pembumbunan ini dilakukan dua kali. Pembumbunan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 28-30 HST. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan. Tanah di parit dicangkul dan diangkat kemudian diletakkan di atas bedengan tanaman. Ketinggian tanah bedengan untuk pembumbunan pertama sekitar 10 cm. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 35-40 HST dengan cara yang sama pada pembumbunan pertama, tanah dinaikkan sekitar 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan akhir sekitar 20 cm. Pemberian pupuk susulan dapat menyokong pertumbuhan tanaman kentang. Pupuk susulan diberikan sebanyak dua kali, yang pertama dilakukan bersamaan dengan pembumbunan pertama pada umur 28-30 HST. Jenis pupuk yang diberikan adalah kotoran kelelawar sebanyak 800 kg per hektar. Penggunaan kotoran kelelawar karena di daerah tersebut banyak tersedia. Pupuk susulan juga dapat menggunakan Ponska atau pupuk lain. Pupuk susulan yang kedua diberikan bersamaan dengan pembumbunan yang kedua yaitu saat tanaman berumur 35-40 HST dosis 200 kg per hektar. Pupuk diletakkan diantara tanaman dengan cara disebar kemudian ditutup dengan tanah. Pengairan tanaman kentang dilakukan dengan sawah tadah hujan pada musim penghujan. Pengairan saat musim kemarau menggunakan sprinkler. Pemberian air dilakukan pada 5-7 hari sekali atau tergantung keadaan tanaman di lapang. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara manual dan menggunakan bahan kimia. Secara manual dilakukan dengan mencabut dan

51

membuang tanaman yang terserang supaya tidak menjalar ke tanaman yang lain. Pengendalian hama dan penyakit yang menggunakan bahan kimia dilakukan dengan cara penyemprotan memakai alat power sprayer. Pestisida dilarutkan dalam 200 liter air dalam satu drum. Terdapat tiga kriteria umur tanaman. Pertama pada tanaman yang sangat muda berumur 15-30 HST, tanaman muda dengan umur 30-60 HST, dan tanaman tua dengan umur 60-100 HST. Pada tanaman yang sangat muda (15-30 HST) tidak diberi pestisida tetapi hanya diberi unsur hara agar pertumbuhan tanaman lebih cepat. Tanaman ini setiap hektar membutuhkan 3 drum larutan unsur hara dengan volume semprot 600 liter per hektar. Penyemprotan pada tanaman muda (30-60 HST) membutuhkan sebanyak 5 drum campuran pestisida dengan volume semprot 1 000 liter per hektar. Penyemprotan pestisida tahap akhir dilakukan pada tanaman tua (60-100 HST). Tanaman umur ini membutuhkan sebanyak 4 drum per hektar dengan volume semprot 800 liter per hektar. Kegiatan pemanenan merupakan tahap akhir dari teknik budidaya tanaman yang menentukan produksi yang dihasilkan. Pelaksanaan panen harus dilakukan dengan benar dan tepat waktu, cara, dan kriteria umbi yang dipanen. Panen tanaman kentang konsumsi dilakukan pada umur 110-120 HST. Sepuluh hari sebelum panen tanaman diberi herbisida Gramoxone dengan dosis 1 200 ml dengan volume semprot 800 liter per hektar. Tujuan pemberian herbisida adalah untuk mematikan gulma dan membuat batang tanaman kentang menjadi kering sehingga memudahkan pekerjaan panen serta memudahkan umbi lepas dari stolon. Pemanenan yang terlalu awal dapat menyebabkan rendahnya produksi dan kulit umbi dapat terkelupas sehingga terinfeksi busuk umbi dan tidak dapat disimpan lama. Umbi diambil secara manual dengan tangan dan diletakkan di pinggir bedengan. Umbi dibiarkan sekitar 1 jam di lahan agar terkena sinar matahari langsung sehingga tanah yang menempel pada umbi menjadi kering. Kemudian umbi dipisahkan berdasarkan ukurannya dan dimasukkan dalam karung plastik. Hasil panen diangkut ke dalam truk dan dibawa ke gudang kemudian disortasi.

52

Seperti halnya lahan bekas penanaman kentang bibit, lahan bekas panen kentang konsumsi juga disewakan kepada bandar kentang untuk dicangkul dan diambil lagi kentang yang masih tersisa dan tertinggal di lahan. Umbi hasil panen dibawa ke gudang dan disimpan di ruangan dalam kondisi bersih dan aman. Di gudang penyimpanan ini dilakukan pencucian kentang sebelum disortasi dan grading. Seperempat bagian waring tali plastik berisi kentang ( 9.5 kg) dimasukkan dalam bak pencucian yang berisi air bersih kemudian dibersihkan sampai tanah yang menempel pada kentang terlepas. Setelah kentang bersih kentang diletakkan di atas lantai kayu hingga kering. Umbi untuk konsumsi dipisahkan dengan ukuran AL (> 200 gram),

AB (126-200 gram), ABC (100-125 gram), AR (< 100 gram), dan umbi yang afkir (luka akibat tercangkul). Umbi tersebut dikumpulkan berdasarkan ukuran dan dimasukkan ke dalam karung jaring plastik berisi 38-40 kg. Umbi konsumsi ukuran AR (< 100 gram) dipisahkan lagi menjadi ukuran D (33-99 gram) dan Ares (<33 gram). Hikmah Farm memasarkan produk kentang konsumsi ke pasar tradisional dan pasar swalayan. Pasar tradisional yang menjadi tujuan pemasaran antara lain pasar Pangalengan Bandung, pasar Caringin Bandung, pasar Kramatjati Jakarta, dan pasar Kemang Bogor. Penjualan kentang di pasar tradisional dilakukan oleh karyawan Hikmah Farm dengan melakukan transaksi dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya. Harga kentang konsumsi yang bagus berkisar antara Rp 3 800 sampai Rp 4 000 per kilogram, atau bergantung harga dipasaran. Sedangkan kentang afkir yang rusak mekanik (umbi terbelah) dijual dengan harga antara Rp 2 500 sampai Rp 3 000 per kilogram. Kegiatan ini biasa dilakukan pagi hari dengan bandar-bandar yang ada di pasar. Kentang konsumsi yang dijual di pasar swalayan adalah kultivar Granola, Pinky, dan Atlantik. Daerah yang menjadi tujuan pemasaran yaitu Bandung dan Jakarta. Daerah pemasaran di Bandung meliputi PT. Yogya Toserba, PT. Makro Indonesia, dan PT. Setiabudi. Sedangkan daerah pemasaran di Jakarta meliputi Hero dan PT Lion Superindo. Harga penjualan di supermarket PT Lion Superindo, PT Makro Indonesia, dan PT Yogya Toserba tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 10, 11, dan 12.

53

Kemasan kentang yang dijual di supermarket menggunakan jaring tali kecil (polinet) berisikan 1.5 kg dan 2 kg serta memakai label. Label yang digunakan ada 3 macam (Gambar 20) yaitu warna hijau untuk kentang kultivar Granola (kentang konsumsi), warna kuning untuk kentang kultivar Atlantik (kentang goreng), warna merah untuk kentang kultivar Pinky (campuran masakan). Ada juga yang menggunakan waring tali plastik untuk kentang ukuran 5, 10, 20, dan 40 kg. Harga kentang kultivar Granola sekitar Rp 6 800/kg, kentang kultivar Atlantik sekitar Rp 7 500/kg, sedangkan kentang kultivar Pinky sekitar Rp 8 200. Harga tersebut dapat berubah sesuai dengan permintaan dan harga dipasaran.

a. Kultivar Granola

b. Kultivar Pinky

c. Kultivar Atlantik Gambar 20. Kemasan Kentang untuk Pasar Supermarket

54

Aspek Manajerial

Aspek manajerial yang dilakukan di Hikmah Farm yaitu sebagai asisten mandor selama satu bulan dan asisten kepala kebun selama satu bulan terakhir. Asisten Mandor Mandor dalam setiap kebun baik jumlah maupun tugasnya berbeda-beda. Namun secara umum tugas pokok mandor sama yaitu mengawasi dan membimbing karyawan dalam setiap kegiatan budidaya kentang maupun pasca panen. Setiap mandor kebun mempunyai pekerja yang harus diawasi tersendiri. Pekerja wanita diawasi oleh satu mandor dan pekerja pria diawasi oleh satu mandor. Ada pula mandor yang mengawasi keduanya baik pekerja pria maupun wanita. Mandor juga bertugas mengamati perkembangan tanaman, menetapkan kebijakan kegiatan kerja di lapang dan bertanggung jawab atas segala aktivitas dan hasil kerja di kebun kepada kepala kebun. Kehadiran para pekerja ditulis setiap hari oleh mandor dalam buku absensi untuk mengetahui jumlah karyawan yang bekerja pada hari itu dan untuk diperhitungkan pembayaran setiap bulannya. Ada pekerja yang sifatnya harian ada juga yang borongan. Untuk pekerja harian, gaji karyawan ditentukan oleh berapa hari karyawan tersebut bekerja dalam 1 bulan. Sedangkan pekerja borongan, gajinya ditentukan oleh prestasi kerja karyawan tersebut. Setiap kebun ada buku besar masing-masing untuk mengetahui kebutuhan fisik maupun biaya pekerjaan yang digunakan. Selama kegiatan pemupukan berlangsung mandor mengawasi dan memeriksa hasil pekerjaan karyawan. Jika terdapat bedengan yang belum rata diberi pupuk maka mandor mencontohkan cara menebar pupuk. Kegiatan pemupukan harus dilakukan dengan teknik yang benar, serta pemberian pupuk yang tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu agar dihasilkan produksi kentang yang maksimal. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Setiap kebun kegiatan ini diawasi oleh satu mandor. Mandor yang menentukan pestisida apa yang dipakai serta jenis, dosis, dan volume yang digunakan. Mandor mengawasi karyawan secara langsung. Mandor

55

mencontohkan cara menyemprot yang benar dan membagi blok mana saja yang disemprot. Kendala yang dihadapi selama penyemprotan adalah kebocoran selang sehingga menghambat pekerjaan. Pemanenan dilakukan apabila tanaman telah memenuhi kriteria panen seperti usia tanaman mencapai 100 HST. Kegiatan ini dilakukan apabila telah mendapat persetujuan dari manajer areal. Sebelum kegiatan panen berlangsung mandor memberi pengarahan mengenai batas blok yang akan dipanen. Asisten Kepala Kebun Kepala kebun hanya dipegang oleh satu orang dalam setiap kebun. Tugas kepala kebun diantaranya membuat laporan harian kebun berisi daftar hadir karyawan. Selain itu ada laporan mingguan seperti laporan modal kebun dan laporan modal karyawan. Laporan modal kebun berisi jumlah bibit yang ditanam di lahan, hasil panen, serta biaya-biaya produksi yang digunakan, sedangkan laporan modal karyawan berisi prestasi kerja karyawan selama satu bulan. Laporan-laporan tersebut dimasukkan dalam buku besar kebun yang ada di kantor. Waktu untuk melaporkan tergantung setiap kepala kebun, ada yang melaporkan setiap hari, tiga hari sekali, dan seminggu sekali. Selain mengkooordinir semua aktivitas masing-masing kebun dan mengontrol karyawan serta mandor di lapang, kepala kebun juga membuat perencanaan kerja. Perencanaan tersebut meliputi kegiatan budidaya tanaman di lapang, seperti waktu pengolahan lahan, jadwal penanaman, kegiatan

pemeliharaan, serta waktu panen. Semua kegiatan budidaya yang telah direncanakan kepala kebun didiskusikan dengan manajer areal. Setelah mendapat persetujuannya maka kegiatan yang telah direncanakan tersebut dilaksanakan bersama-sama dengan mandor. Kepala kebun bertanggung jawab atas kegiatan yang telah berlangsung di lapang kepada manajer area baik kegiatan budidaya maupun kegiatan sortasi di lapang.

PEMBAHASAN
Produksi Bibit kentang Kegiatan produksi bibit kentang membutuhkan sumberdaya modal yang tinggi dan membutuhkan perencanaan dalam pengusahaannya. Produksi bibit kentang diawali dengan permohonan sertifikasi kepada Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH). Pemohon harus memenuhi ketentuan yaitu memiliki benih sumber, mempunyai fasilitas penangkaran, dan memelihara dan mengatur lahan pertanaman. Penangkar harus mengggunakan bibit kentang yang bebas hama dan penyakit. Areal penangkaran kentang berada di daerah dataran tinggi, bukan bekas pertanaman Solanaceae, dan terisolasi dari tanaman kentang yang lain dengan jarak minimal 10 meter. Pemeriksaan pendahuluan dilakukan sebulan sebelum tanam meliputi nama dan alamat pemohon, letak penangkaran, luas areal penangkaran, rencana tanggal tanam, dan sumber benih. Pemeriksaan lapang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 30-40 HST, sedangkan pemeriksaan lapang kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 40-50 HST, pemeriksaan umbi merupakan tahap pemeriksaan yang terakhir. Tabel 13 merupakan hasil pemeriksaan pembibitan kentang G2 oleh BPSBTPH dari pemeriksaan di lapang sampai sortasi umbi di kebun Pajaten Blok Pasir Hayam 1. Tabel 13. Hasil Pemeriksaan Pembibitan Kentang G2 di Kebun Pasir Hayam Pemeriksaan Umur bibit (HST) Pertama Kedua Ketiga Keempat
Sumber : BPSBTPH, 2009

Faktor yang ditemukan Virus Layu Bakteri Layu Bakteri Rhizoktonia Layu Bakteri Scab Busuk kering

% serangan

33 39 53 158

0.1 0.3 0.4 0.5 0.2 0.4 0.2

Hasil pemeriksaan tersebut dinyatakan lulus karena serangan penyakit yang ditimbulkan tidak melampaui batas standar toleransi pemeriksaan baik di lapang maupun umbi kentang.

57

Perbanyakan stek dari bibit induk berupa planlet akan menghasilkan umbi kentang kelas G0 yang merupakan generasi vegetatif nol. Setelah menghasilkan benih G0 tahap perbanyakan selanjutnya adalah bibit kentang G1 yang ditanam pada media tanah di screenhouse (rumah kasa). Setelah menghasilkan bibit G1 maka bila diperbanyak akan menghasilkan bibit G2 dan perbanyakan dilakukan di lapang. Bibit G2 ini bila diperbanyak akan menghasilkan bibit G3. Bibit G3 bila diperbanyak akan menghasilkan bibit G4. Kegiatan pembibitan hanya sampai generasi keempat. Untuk menghasilkan kentang konsumsi maka dilakukan penanaman bibit G4.

Budidaya Pembibitan Kentang Pembibitan Kentang G0 Bibit G0 dihasilkan dari penanaman planlet dari bibit induk yang telah di stek. Kegiatan pembibitan ini dilakukan dalam greenhouse sebab perawatan dan pengawasan lebih intensif. Fungsi dari greenhouse diantaranya menghindari terpaan air hujan yang dapat merusak tanaman, menghindarkan lahan dari kondisi yang becek, mengurangi intensitas cahaya yang masuk sehingga daun tidak terbakar pada saat terik, serta mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit. Media tanam yang digunakan yaitu arang sekam. Arang sekam mempunyai sifaf porous (berpori-pori), tidak kotor, dan cukup menahan air. Penggunaan arang sekam ini bertujuan agar menghasilkan umbi yang lebih banyak sebab ruang gerak umbi lebih lebar. Setiap dilakukan penanaman, arang sekam diganti dengan arang sekam baru. Ruang pendingin (cool storage) berfungsi untuk memperpanjang umur simpan bibit kentang. Umbi disimpan pada suhu 17-20 0C. Bibit yang disimpan di ruang pendingin setelah panen, masa dormansinya semakin panjang. Pembibitan Kentang G1 Bibit kentang yang digunakan untuk menghasilkan kentang G1 adalah bibit kentang G0 yang telah dipanen dari greenhouse. Penanaman kentang G0 dilakukan di screenhouse. Screenhouse terbuat dari kasa yang memiliki ciri memecah gulir air apabila terjadi hujan sehingga air tidak langsung mengenai

58

tanaman dan mengurangi serangan hama dan penyakit. Media yang digunakan untuk menanam adalah media tanah. Pengolahan tanah dilakukan dengan dicangkul dan disterilkan. Sterilisasi yang sering dilakukan adalah menggunakan insektisida antara lain basamid dengan dosis 40 g/m2 ditabur di atas bedengan secara merata. Insektisida Basamid berbentuk butiran berwarna putih keabu-abuan yang berkerja sebagai fumigan untuk mngendalikan nematoda, serangga, dan penyakit. Pembibitan Kentang G2 Bahan tanam yang digunakan untuk menghasilkan bibit kentang G2 adalah umbi kentang G1. Pembibitan ini dilakukan di lapang tidak menggunakan greenhouse atau screenhouse. Pengolahan tanah dilakukan seperti pada umumnya. Jika lahan penanaman bekas ditanami jagung dan kubis, maka diolah dengan sistem laci. Sistem ini lebih bagus sebab bedengan sudah terbentuk sebelumnya sehingga memudahkan dan mempercepat pekerjaan, selain itu tidak mengganggu cacing tanah sebab tanah dicangkul hanya bagian permukaan atas saja tidak sampai dalam. Dengan pengolahan tanah yang baik akan menghasilkan struktur tanah yang gembur dan aerasi tanah yang baik. Pembuatan parit dilakukan selama pengolahan tanah disesuaikan dengan kemiringan lereng agar air hujan atau irigasi dapat mengalir tanpa terjadi erosi sehingga kesuburan tanah tetap terjaga. Saluran parit di pinggir lahan juga berfungsi untuk membatasi lahan pembibitan dengan lahan pertanaman di luar areal lahan kentang. Bedengan dibuat dengan panjang 6 m dengan lebar 76 cm dan jarak antar bedengan 15-20 cm. Salah satu yang mempengaruhi produksi dan ukuran umbi adalah jarak tanam. Jarak tanam yang terlalu rapat dapat menyebabkan perkembangan umbi tertekan sehingga umbi yang dihasilkan akan lebih kecil bila dibandingkan dengan umbi yang ditanam dengan jarak yang lebih renggang. Penanaman dalam satu bedeng sebaiknya menggunakan umbi yang berukuran sama agar dapat tumbuh seragam dan serempak. Kegiatan pemeliharaan tanaman kentang meliputi penyiangan gulma, pembumbunan, pemupukan susulan, dan pengendalian hama dan penyakit.

59

Kegiatan pembumbunan dilakukan sebanyak dua kali. Pada saat tanaman berumur 28-30 HST dan umur 35-40 HST. Pembumbunan dilakukan dua kali sebab setelah umur 50 HST tanaman kentang sudah rimbun sehingga sulit untuk dilakukan pembumbunan kembali. Pembumbunan pada pembibitan kentang dapat meningkatkan produksi. Karena semakin banyak stolon yang tertimbun maka bakal umbi semakin banyak sehingga persaingan makanan untuk umbi semakin ketat, akhirnya umbi menjadi lebih kecil. Pemupukan susulan menggunakan pupuk kelelawar dengan dosis 800 kg per hektar. Pupuk susulan lain yaitu Ponska. Pupuk Ponska diberikan dengan dosis 200 kg per hektar. Pengawasan tanaman dilakukan secara berkelanjutan disertai kegiatan pengendalian hama dan penyakit, roguing, dan pemeriksaan sertifikasi. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Setiap kebun jenis dan dosis pestisida yang diberikan berbeda-beda tergantung umur tanaman dan serangan hama dan penyakitnya. Tanaman yang masih sangat muda hanya memerlukan unsur hara seperti Multigrand-K untuk pertumbuhan tanaman. Kegiatan roguing bertujuan untuk membuang tanaman yang tidak dikehendaki seperti terserang penyakit busuk daun (Phytopthora infestans), layu bakteri (Ralstonia solanacearum), dan yang disebabkan oleh virus. Pemeriksaan lapang untuk keperluan sertifikasi benih dilakukan menggunakan standar meliputi jarak isolasi dari penanaman kentang yang lain minimal 10 m, infeksi penyakit busuk daun dan penyakit lain maksimal 10 %, infeksi penyakit layu bakteri maksimal 0.5 %, infeksi virus maksimal 0.1 %, dan campuran dari varietas lain 0%. Pemanenan dilakukan dengan cara yang sama seperti panen umbi generasi sebelumnya yaitu pada umur 100-110 HST. Kegiatan pemanenan meliputi panen percobaan, pengobatan herbisida, dan panen. Panen percobaan dilakukan untuk memperkirakan keadaan umbi yang masih berada dalam tanah meliputi ukuran umbi, berat umbi, dan jumlah umbi dengan mengambil sampel secara acak. Hal ini bermanfaat untuk menentukan waktu untuk dilakukan penyemprotan herbisida serta meramalkan jumlah produksi umbi kentang.

60

Hasil panen setiap kebun berbeda-beda. Produktivitas kebun Ciarileu, Kiara Jeuntas, dan Pajaten dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Produksi dan Produktivitas Pembibitan Kentang G2
no Kebun Blok Luas (ha) 2.9 3 3 2 UmbiX L (kg) 912 Umbi L (kg) 36 974 6 840 11 001 11 704 Umbi MS (kg) 60 572 85 861 45 562 40 014 Umbi BS (kg) 2 230 1 094 865 Produksi (kg) 99 776 92 701 58 569 52 583 Produktivitas (ton/ha) 34.41 30.90 19.52 26.29

1 2 3 4

Ciarileu Kiara Jeuntas Pajaten Pajaten

2 Utara Pasir Hayam 1 Pasir Hayam 2

Sumber : Hasil Pengamatan Keterangan : XL : umbi kentang ukuran > 200 gram; L : umbi kentang ukuran 61-200 gram; MS : umbi kentang ukuran < 61 gram; BS : umbi yang rusak terkena cangkul atau cacat.

Produktivitas paling tinggi pada pembibitan kentang G2 yaitu kebun Ciarileu Blok 2 sebesar 34.41 ton/hektar. Tingginya produktivitas di lahan Ciarileu dipengaruhi oleh faktor lingkungan dalam dan luar. Faktor dari dalam yang berpengaruh yaitu penggunaan umbi yang dipakai saat penanaman. Syarat dari bibit yang bagus yaitu sudah tumbuh tunas minimal 4 mata tunas, sudah mengalami masa dorman selama 3-4 bulan, tidak berwarna hijau, bebas penyakit busuk kering, tidak terserang nematoda, serta tidak rusak mekanik (belah). Faktor lingkungan luar yang mempengaruhi yaitu iklim, cuaca, serta teknik budidaya tanaman. Tanah di kebun Ciarileu tergolong subur sebab lahan tersebut bekas penanaman kina. Tanaman kina dipanen setiap tahunnya sedangkan umur tanaman ini hanya 15 tahun. Oleh sebab itu energi dari tanaman ini tidak banyak yang hilang dan unsur hara tidak banyak yang terbuang untuk kegiatan panen. Sehingga tanah bekas pertanaman kina masih banyak unsur hara yang tersimpan dalam tanah hal ini membuat tanahnya subur. Iklim di kebun Ciarileu sangat mendukung. Ketinggiannya mencapai 1 300-1 500 m dpl. Penanaman kentang sebaiknya dilakukan saat musim hujan namun tidak saat hari hujan. Selain itu teknik budidaya yang diterapkan sudah tepat.

61

Kegiatan

pasca

panen

diantaranya

kegiatan

persiapan

tempat

penyimpanan. Gudang penyimpanan harus memenuhi syarat diantaranya bersih, tidak bocor, serta tersedia krat yang bersih untuk tempat umbi. Sebab tempat yang bersih dan berfentilasi yang baik dapat memberikan pertukaran udara bagi umbi. Umbi hasil panen disimpan selama kurang lebih dua minggu tergantung jumlah pesanan dan stok yang ada di gudang. Kemudian disortir dan grading dipisahkan menurut ukuran besar, sedang, kecil, afkir, dan busuk. Pembibitan Kentang G3 dan G4 Pembibitan kentang G3 merupakan kelanjutan dari pembibitan kentang G2. Sedangkan pembibitan kentang G4 merupakan kelanjutan dari pembibitan kentang G3. Secara umum pembibitan ini teknik budidayanya sama dengan pembibitan kentang pada generasi sebelumnya. Kepastian benih sumber, persyaratan lapang harus sudah diperiksa oleh petugas sertifikasi dalam pemeriksaan pendahuluan. Sejarah lahan juga harus diketahui untuk menentukan apakah lahan tersebut layak untuk ditanami kentang. Hasil panen bibit kentang G3 berbeda dengan bibit G4. Penanaman umbi G2 dilakukan di kebun Ciarileu Blok 2, sedangkan umbi G3 ditanam di kebun Ciarileu, Gambung, Kiara Jeuntas, dan Pajaten (Tabel 15). Tabel 15. Produksi dan Produktivitas Pembibitan Kentang G3 dan Kentang G4
no Kelas Umbi G3 G4 G4 G4 G4 G4 Kebun Blok Luas (ha) 1.12 10 2 2.5 4 2 1.5 Umbi XL (kg) 4 636 Umbi L (kg) 1 292 47 652 18 848 7 733 11 191 2 717 6 916 Umbi MS (kg) 16 948 90 136 24 909 27 531 48 279 6 137 17 898 Umbi Produksi (kg) BS (kg) 129 18 369 3 405 145 829 793 44 550 764 36 028 59 470 120 8 974 24 814 Produkti vitas (ton/ha) 16.40 14.58 22.28 14.41 14.87 4.49 16.54

1 2 3 4 5 6

Pasir Hayam 1 7 G4 Pajaten Pasir Hayam 2 Sumber : Hasil Pengamatan Keterangan :

Ciarileu Ciarileu Gambung Gambung Kiara Jeuntas Pajaten

2 4 Panarikan 1 Panarikan 2 Utara

XL : umbi kentang ukuran > 200 gram; L : umbi kentang ukuran 61-200 gram; MS : umbi kentang ukuran < 61 gram; BS : umbi yang rusak terkena cangkul atau cacat.

62

Walaupun lokasi pembibitan G3 sama dengan pembibitan G2 yaitu di kebun Ciarileu Blok 2, namun produktivitasnya berbeda. Tidak selamanya umbi yang ditaman di lahan yang sama menghasilkan produksi yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh penerapan teknik budidayanya. Selain itu generasi kentang juga berpengaruh. Semakin tinggi generasi kentang serangan hama dan penyakit yang terbawa umbi semakin besar. Produktivitas paling tinggi yaitu kebun Gambung Blok Panarikan 1. Tanah di kebun Gambung termasuk dalam kelas 2 dengan ciri penyakit agak banyak namun hal ini tidak menjadi penghambat dalam kegiatan budidaya. Walaupun keadaan tanah tidak cukup bagus namun bila diimbangi dengan teknik budidaya yang benar dan tepat akan menghasilkan produksi yang tinggi seperti di kebun Gambung Blok Panarikan 1. Berbeda dengan teknik budidaya yang diterapkan pada Blok Panarikan 2. Walaupun dalam kebun yang sama namun jika teknik budidaya yang diterapkan kurang tepat maka hasilnya pun berbeda. Rata-rata produksi pada kebun di atas hampir sama yang berbeda hanyalah kebun Pasir Hayam 1. Produktivitas tersebut paling rendah jika dibandingkan dengan kebun-kebun yang lain, yang paling berpengaruh yaitu teknik budidaya yang diterapkan. Di kebun ini pemeliharaan tanamannya kurang diperhatikan, seperti dalam pengendalian gulma. Saat menyiangi rumput, akar rumput tersebut tidak tercabut dengan benar sehingga masih ada yang tertinggal. Pembumbunan kurang tinggi dan rapi sehingga tanah menjadi turun kembali. Tingginya pembumbunan mempengaruhi jumlah dan ukuran umbi, semakin tinggi bumbunan tanah maka stolon yang tertimbun, maka semakin banyak sehingga persaingan makanan semakin ketat sehingga ukuran umbi akan kecil-kecil namun jumlahnya banyak. Penyemprotan pestisida yang dilakukan kurang intensif. Penyemprotan pestisida jarak semburannya adalah 3 m ke kanan dan 3 m ke kiri dan dilakukan bolak-balik agar tanaman kentang yang disempot terkena obat secara merata. Penggunaan pestisida kontak harus segera dihentikan apabila telah terlihat reaksi pada hama, dan diganti dengan pestisida sistemik. Apabila tetap diberikan pestisida kontak maka hama akan menjadi resisten terhadap pestisida tersebut

63

selain itu hama akan pergi dari tempat tersebut saat penyemprotan dan kembali lagi selang beberapa hari setelah penyemprotan. Faktor yang mempengaruhi selain dari teknik budidaya yang diterapkan adalah dari bibit yang dipakai untuk penanaman. Kentang G2 berasal dari bibit G1. Sedangkan kentang G3 ditanam dari bibit G2 dan seterusnya. Semakin tinggi tingkatan generasi kentang maka semakin tinggi pula bibit tersebut terserang penyakit. Bibit G1 adalah generasi pertama yang di tanam di lapang setelah dipanen dari screenhuose, oleh sebab itu penyakit atau virus yang terbawa umbi masih sedikit persentasenya dibandingkan dengan bibit G2, G3, G4, maupun G5. Dari setiap generasi kentang yang ditanam membawa penyakit yang berbeda dan beragam. Semakin tua generasi yang diturunkan kualitas kentang yang dihasilkan akan semakin menurun dan semakin rentan hama dan penyakitnya. Penanaman Umbi Kentang G4 Penanaman kentang umbi G4 merupakan kelanjutan dari penanaman bibit G3. Hasil panen dari penanaman kentang ini adalah umbi G5 yang merupakan bibit lokal dan dijadikan kentang konsumsi. Secara umum pembibitan ini teknik budidayanya sama dengan penanaman kentang pada generasi sebelumnya. Perbedaannya saat penanaman yaitu penentuan jarak tanam. Kentang bibit jarak tanam agak dirapatkan agar mendapatkan bibit yang banyak namun kecil-kecil yaitu 76 cm x (15 cm - 35 cm), sedangkan kentang konsumsi agak direnggangkan yaitu 76 cm x (25 cm - 45 cm). Penjarangan jarak tanam ini bertujuan agar pertumbuhan tanaman dan umbi kentang sayur dapat lebih maksimal untuk menghasilkan umbi kentang dengan ukuran yang lebih besar. Kentang konsumsi dipanen pada umur 110-120 HST. Semakin lama umbi dipanen maka kulit kentang akan semakin mengeras dan kuat selain itu umbi yang dihasilkan semakin banyak. Umbi kentang konsumsi yang dihasilkan di Kebun Purbasari Blok C seluas 8 hektar meliputi umbi ukuran AL (> 200 gram) sebanyak 8 531 kg, umbi ukuran ABC (100-125 gram) sebanyak 101 650 kg, umbi ukuran AR (< 100 gram) sebanyak 44 764 kg, dan umbi afkir sebanyak 8 478 kg, sehingga produksi umbi sebanyak 163 423 kg dan produktivitasnya 20.43 ton/ha.

64

Analisis Usaha Tani Kentang


Analisis usaha tani menunjukkan struktur biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Besarnya biaya produksi mempengaruhi tingkat penerimaan usaha tani. Semakin besar atau semakin kecil biaya produksi yang dikeluarkan, maka penerimaan semakin rendah atau semakin tinggi pula. Analisis usaha tani pembibitan kentang G0 Hikmah Farm dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Analisis Usaha Tani Pembibitan Kentang G0 per 200 m2
No A 1 2 3 4 5 Komponen Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

6 7 8 9

B 1 2 3 4 5 C D

Biaya Produksi 200 m2 60 000 Greenhouse 900 botol 25 000 Planlet kultur jaringan 480 kg 1 000 Arang Sekam Unsur hara - Multigrand-K 0.21 kg 15 000 Upah Tenaga kerja - Penyiapan media 30 HOK 9 500 - Penanaman 60 HOK 9 500 - Penyiangan gulma 50 HOK 9 500 - Pemanenan 60 HOK 9 500 - Sortasi 120 HOK 9 500 - Keamanan 100 HOK 8 500 1 musim tanam 1 200 000 Biaya Listrik 1 musim tanam 1 500 000 Biaya Air Pemeliharaan Alat Lain-lain - Biaya tak terduga 10% 52 833 150 Total Biaya Produksi Penerimaan Bibit Ukuran L 6 300 2 500 Bibit Ukuran M 15 750 2 000 Bibit Ukuran S 12 600 1 500 Bibit Ukuran SS 18 900 1 000 Bibit Afkir/busuk 9 450 0 Total Penerimaan Pendapatan Usaha Tani Total Penerimaan - Total Biaya Produksi R/C Total Penerimaan : Total Biaya Produksi

12 000 000 22 500 000 480 000 3 150 285 000 570 000 475 000 570 000 11 400 000 850 000 1 200 000 1 500 000 1 000 000 5 283 315 58 116 465 15 750 000 31 500 000 18 900 000 18 900 000 0 85 050 000 26 933 535 1.46

Sumber : Perhitungan, 2009

Penerimaan yang diterima dari usaha tani bibit kentang G0 berasal dari total penjualan bibit dari masing-masing ukuran, mulai dari ukuran L, M, S, dan SS. Bibit afkir dan busuk tidak diperhitungkan, karena bibit kentang G0 untuk pembibitan

65

maka bibit afkir dan busuk dibuang atau dimanfaatkan untuk konsumsi sendiri.

Penerimaan ini diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah output dengan harga jual per satuan. Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli
sarana produksi. Kebutuhan benih G0 di Hikmah Farm dipenuhi dari hasil produksi sendiri di rumah kaca (greenhouse). Biaya yang dikeluarkan untuk membeli planlet kultur jaringan sebesar Rp 22 500 000 untuk 900 botol. Terdapat 6 bak bedengan di dalam rumah kaca yang masing-masing berukuran 6 m x 1.5 m. Stek mini ditanam dengan jarak 5-10 cm x 5-10 cm. Jumlah populasi dari stek mini hasil aklimatisasi kultur jaringan dalam setiap bak bedengan sebanyak 2 400 tanaman. Hama dan penyakit yang menyerang dalam setiap bak bedengan masing-masing adalah 37.5 %, 43.75 %, 18.75 %, 50 %, 25 %, dan 50 %. Pembibitan G0 tidak memerlukan pupuk dasar organik maupun anorganik, karena penanaman stek di media arang sekam. Pengairan dilakukan bersamaan dengan pemupukan dengan drip irrigation fertigation menggunakan pupuk Multigrand-K. Biaya tak terduga dihitung sebesar 10 % dari total biaya produksi. Pendapatan usaha tani merupakan selisih dari penerimaan usaha tani dengan biaya produksi. Pendapatan yang diperoleh dari usaha tani kentang G0 sebesar Rp 26 933 535. Nilai ini menunjukkan bahwa usaha tani kentang G0 di Hikmah Farm menguntungkan. Nilai R/C atas biaya produksi adalah sebesar 1.46 artinya setiap pengeluaran biaya produksi sebesar Rp 1 000 akan mendapat imbalan penerimaan sebesar Rp 1 460. Hikmah Farm mengusahakan pembibitan kentang G1 di screenhouse. Analisis biaya produksi pembibitan kentang G1 Hikmah Farm dapat dilihat pada Tabel 17. Struktur biaya dan pendapatan pada usaha tani bibit Kentang G1 berbeda dengan kelas bibit G0. Pembibitan kentang G1 dilakukan pada media tanah, namun berada di dalam screenhouse, agar bibit tidak terserang virus serta hama dan penyakit. Pendapatan yang diperoleh dari usaha tani kentang G1 sebesar Rp 25 496 828. Nilai ini menunjukkan bahwa usaha tani kentang G1 di Hikmah Farm menguntungkan walaupun nilai tersebut lebih rendah dibandingkan usaha pembibitan kentang G0. Nilai R/C atas biaya produksi adalah sebesar 2.01 artinya setiap pengeluaran biaya produksi sebesar Rp 1 000 akan mendapat imbalan penerimaan sebesar Rp 2 010. Selain membudidayakan bibit kentang G0 dan G1, Hikmah Farm juga mengusahakan pembibitan kentang G2 di lapang. Analisis usaha tani pembibitan kentang G2 Hikmah Farm dapat dilihat pada Tabel 18.

66

Tabel 17. Analisis Usaha Tani Pembibitan Kentang G1 per 200 m2


No A 1 2 Komponen Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

4 5

7 8

B 1 2 3 4 5 6 C D

Biaya Produksi 200 m2 60 000 Greenhouse Bibit G0 - Bibit Ukuran L 360 umbi 2 500 - Bibit Ukuran M 600 umbi 2 000 - Bibit Ukuran S 1 800 umbi 1 500 - Bibit Ukuran SS 1 200 umbi 1 000 Pupuk - Organik 360 kg 110 - Anorganik 12 kg 1 500 - Guano 16 kg 2 500 Unsur hara - Multigrand-K 0.09 kg 15 000 Pestisida - aminil 0.12 kg 112 500 - acrobat 0.012 kg 600 000 - aquarez 0.027 l 110 000 - alika 30 ml 300 - equation 24 g 250 - agrifos 0.12 l 45 000 - Basamid 8 000 g 48 Upah Tenaga kerja - Pengolahan Tanah 20 HOK 12 000 - Pemupukan Dasar 20 HOK 12 000 - Penanaman 20 HOK 9 500 - Penyiangan gulma 20 HOK 9 500 - Pembumbunan 10 HOK 12 000 - Pengendalian HPT 81 HOK 9 500 - Pemanenan 20 HOK 9 500 - Sortasi 120 HOK 9 500 - Keamanan 100 HOK 8 500 Pemeliharaan Alat Lain-lain - Biaya tak terduga 10% 22 886 520 Total Biaya Produksi Penerimaan Bibit Ukuran XL 1 608 umbi 1 000 Bibit Ukuran L 6 435 umbi 1 500 Bibit Ukuran M 8 043 umbi 1 500 Bibit Ukuran S 9 652 umbi 2 500 Bibit Ukuran SS 3 217 umbi 1 000 Bibit Afkir/Busuk 3 217 umbi 0 Total Penerimaan Pendapatan Usaha Tani Total Penerimaan (-) Total Biaya Produksi R/C Total Penerimaan : Total Biaya Produksi

12 000 000 900 000 1 200 000 2 700 000 1 200 000 39 600 18 000 40 000 1 350 13 500 7 200 2 970 9 000 6 000 5 400 384 000 480 000 240 000 190 000 190 000 120 000 769 500 380 000 1 140 000 850 000 1 000 000 2 288 652 25 175 172 1 608000 9 652 500 12 064 500 24 130 000 3 217 000 50 672 000 25 496 828 2.01

Sumber : Perhitungan, 2009

67

Tabel 18. Analisis Biaya Produksi Pembibitan Kentang G2 per hektar


No A 1 2 Komponen Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

4 5

7 8

B 1 2 3 4 5 C D

Biaya Produksi 1 ha 5 000 000 Lahan Benih G1 - Bibit Ukuran L 8 000 umbi 1 500 - Bibit Ukuran M 10 000 umbi 1 500 - Bibit Ukuran S 16 000 umbi 2 500 Pupuk - Organik 18 000 kg 110 - PHE 200 kg 5 500 - Ponska 500 kg 1 750 - Superfos 600 kg 1 500 - Urea 100 kg 1 200 - KST 200 kg 2 500 - Kornkali 150 kg 2 500 - Guano 800 kg 2 500 Unsur hara - Multigrand-K 3 kg 15 000 Pestisida - aminil 6 kg 112 500 - acrobat 0.6 kg 600 000 - aquarez 1.35 l 110 000 - alika 1 500 ml 300 - equation 1 200 g 250 - agrifos 6l 45 000 Upah Tenaga kerja - Pengolahan Tanah 76HOK 12 000 - Pemupukan Dasar 38 HOK 12 000 - Penanaman 50 HOK 8 500 - Penyiangan gulma 38 HOK 8 500 - Pembumbunan 38 HOK 12 000 - Pengendalian HPT 81 HOK 9 500 - Pemanenan 114 HOK 8 500 - Sortasi 270 HOK 8 500 - keamanan 100 HOK 8 500 Pemeliharaan Alat Lain-lain - Biaya tak terduga 10% 90 509 000 Total Biaya Produksi Penerimaan Bibit Ukuran XL 304 kg 3 500 Bibit Ukuran L 3 667 kg 15 000 Bibit Ukuran M 9 112 kg 18 000 Bibit Ukuran S 6 074 kg 23 000 Bibit Afkir 364 kg 2 500 Total Penerimaan Pendapatan Usaha Tani Total Penerimaan (-)Total Biaya Produksi R/C Total Penerimaan : Total Biaya Produksi

5 000 000 12 000 000 15 000 000 40 000 000 1 980 000 1 100 000 875 000 900 000 120 000 500 000 375 000 2 000 000 45 000 675 000 360 000 148 500 450 000 300 000 270 000 912 000 456 000 425 000 323 000 456 000 769 500 969 000 2 295 000 8 500 000 1 000 000 9 050 900 99 559 900 861 000 44 550 000 132 840 000 113 137 000 735 000 292 123 000 196 563 100 1.97

Sumber : Perhitungan, 2009

68

Penerimaan usaha tani bibit kentang G2 diperoleh dari total produksi yang dihasilkan selama satu musim tanam dikalikan dengan harga bibit kentang masingmasing kelas. Bibit ukuran XL dijual dengan harga Rp 3 500, karena bibit ini dijual sebagai kentang konsumsi bukan untuk pembibitan. Sama halnya dengan kentang afkir yaitu kentang yang secara fisik tidak bagus seperti belah karena cangkul dan terserang hama dan penyakit. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk kandang dari kotoran sapi, pupuk hayati, dan pupuk kimia. Penggunaan pestisida disesuaikan dengan umur tanaman kentang. Fungsi dari pemberian perekat untuk pestisida yaitu untuk meningkatkan efektifitas atau daya kerja pestisida, dengan melekatkan dan meratakan butiran semprot pada daun sehingga tidak mudah tercuci oleh hujan. Tenaga kerja yang mengelola usaha tani bibit kentang G2 merupakan tenaga kerja borongan dan tenaga kerja harian. Tenaga kerja harian yaitu tenaga kerja yang bekerja secara harian dengan gaji Rp 9 500 untuk pekerja laki-laki dan Rp 8 500 untuk pekerja perempuan. Tenaga kerja borongan dibayar sesuai dengan prestasi kerja dengan rata-rata pendapatan Rp 12 000 per hari. Pendapatan yang diperoleh dari usaha tani kentang G2 sebesar

Rp 196 563 100. Nilai ini menunjukkan bahwa usaha tani kentang G2 di Hikmah Farm sangat menguntungkan. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan usaha pembibitan kentang G1. Nilai R/C atas biaya produksi adalah sebesar 1.97 artinya setiap pengeluaran biaya produksi sebesar Rp 1 000 akan mendapat imbalan penerimaan sebesar Rp 1 970. Selain membudidayakan bibit kentang G2 di lapang. Hikmah Farm juga mengusahakan pembibitan kentang G3. Analisis usaha tani pembibitan kentang G3 Hikmah Farm dapat dilihat pada Tabel 19.

69

Tabel 19. Analisis Usaha Tani Pembibitan Kentang G3 per hektar


No A 1 2 Komponen Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

4 5

7 8

B 1 2 3 4 5 C D

Biaya Produksi 1 ha 5 000 000 Lahan Benih G2 - Bibit Ukuran L 800 kg 15 000 - Bibit Ukuran M 600 kg 18 000 - Bibit Ukuran S 600 kg 23 000 Pupuk - Organik 18 000 kg 110 - PHE 200 kg 5 500 - Ponska 500 kg 1 750 - Superfos 600 kg 1 500 - Urea 100 kg 1 200 - KST 200 kg 2 500 - Kornkali 150 kg 2 500 - Guano 800 kg 2 500 Unsur hara - Multigrand-K 3 kg 15 000 Pestisida - aminil 6 kg 112 500 - acrobat 0.6 kg 600 000 - aquarez 1.35 l 110 000 - alika 1 500 ml 300 - equation 1 200 g 250 - agrifos 6l 45 000 Upah Tenaga kerja - Pengolahan Tanah 76HOK 12 000 - Pemupukan Dasar 38 HOK 12 000 - Penanaman 50 HOK 8 500 - Penyiangan gulma 38 HOK 8 500 - Pembumbunan 38 HOK 12 000 - Pengendalian HPT 81 HOK 9 500 - Pemanenan 114 HOK 8 500 - Sortasi 270 HOK 8 500 - keamanan 100 HOK 8 500 Pemeliharaan Alat Lain-lain - Biaya tak terduga 10% 60 209 000 Total Biaya Produksi Penerimaan Bibit Ukuran XL Bibit Ukuran L 933 kg 9 000 Bibit Ukuran M 7 334 kg 11 000 Bibit Ukuran S 4 902 kg 11 000 Bibit Afkir 93 kg 2 500 Total Penerimaan Pendapatan Usaha Tani Total Penerimaan (-) Total Biaya Produksi R/C Total Penerimaan : Total Biaya Produksi

5 000 000 12 000 000 10 800 000 13 800 000 1 980 000 1 100 000 875 000 900 000 120 000 500 000 375 000 2 000 000 45 000 675 000 360 000 148 500 450 000 300 000 270 000 912 000 456 000 425 000 323 000 456 000 769 500 969 000 2 295 000 8 500 000 1 000 000 6 020 900 66 229 900 8 397 000 80 674 000 53 922 000 232 500 143 225 500 76 995 600 2.16

Sumber : Perhitungan, 2009

70

Struktur biaya dan pendapatan pada usaha tani bibit Kentang G3 tidak jauh berbeda dengan kelas bibit G2. Hal ini disebabkan teknik budidaya yang diterapkan tidak jauh berbeda. Penerimaan usaha tani bibit kentang G3 diperoleh dari total produksi yang dihasilkan selama satu musim tanam dikalikan dengan harga bibit kentang masingmasing kelas. Pembibitan kentang G3 tidak menghasilkan bibit ukuran XL, karena saat panen jumlah umbi G3 sedikit dan tidak terlalu besar untuk ukuran XL. Kentang afkir dijual dengan harga Rp 2 500 sebagai kentang konsumsi. Tingkat pendapatan pada pembibitan G3 di Hikmah Farm lebih rendah dari pada pembibitan G2 yaitu sebesar Rp 76 995 600. Hal ini disebabkan oleh harga jual bibit G2 lebih tinggi dari harga jual bibit G3. Namun demikian usaha tani pembibitan G3 masih menguntungkan. Nilai R/C atas biaya produksi adalah sebesar 2.16 artinya setiap pengeluaran biaya produksi sebesar Rp 1 000 akan mendapat imbalan penerimaan sebesar Rp 2 160. Hikmah Farm juga mengusahakan pembibitan kentang G4. Analisis usaha tani pembibitan kentang G4 Hikmah Farm dapat dilihat pada Tabel 20. Biaya produksi seperti pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja pada pembibitan kentang G4 tidak jauh berbeda dengan pembibitan kentang G2 maupun G3. Begitu pula dengan teknik budidaya yang diterapkan tidak jauh berbeda sebab penanaman dilakukan di lapang. Pendapatan yang diperoleh dari pembibitan kentang G4 yaitu sebesar Rp 58 106 600. Nilai R/C atas biaya produksi adalah sebesar 2.20 artinya setiap pengeluaran biaya produksi sebesar Rp 1 000 akan mendapat imbalan penerimaan sebesar Rp 2 200. Pembibitan kentang G4 tidak terdapat bibit afkir. Bibit afkir saat dipanen termasuk dalam kriteria bibit busuk. Bibit busuk ikut dipanen namun tidak dijual melainkan dibuang di dekat lahan penanaman.

71

Tabel 20. Analisis Biaya Produksi Pembibitan Kentang G4 per hektar


No A 1 2 Komponen Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

4 5

7 8

B 1 2 3 4 5 C D

Biaya Produksi 1 ha 5 000 000 Lahan Benih G3 - Bibit Ukuran L 800 kg 9 000 - Bibit Ukuran M 600 kg 11 000 - Bibit Ukuran S 600 kg 11 000 Pupuk - Organik 18 000 kg 110 - PHE 200 kg 5 500 - Ponska 500 kg 1 750 - Superfos 600 kg 1 500 - Urea 100 kg 1 200 - KST 200 kg 2 500 - Kornkali 150 kg 2 500 - Guano 800 kg 2 500 Unsur hara - Multigrand-K 3 kg 15 000 Pestisida - aminil 6 kg 112 500 - acrobat 0.6 kg 600 000 - aquarez 1.35 l 110 000 - alika 1 500 ml 300 - equation 1 200 g 250 - agrifos 6l 45 000 Upah Tenaga kerja - Pengolahan Tanah 76HOK 12 000 - Pemupukan Dasar 38 HOK 12 000 - Penanaman 50 HOK 8 500 - Penyiangan gulma 38 HOK 8 500 - Pembumbunan 38 HOK 12 000 - Pengendalian HPT 81 HOK 9 500 - Pemanenan 114 HOK 8 500 - Sortasi 270 HOK 8 500 - keamanan 100 HOK 8 500 Pemeliharaan Alat Lain-lain - Biaya tak terduga 10% 43 909 000 Total Biaya Produksi Penerimaan Bibit Ukuran XL Bibit Ukuran L 3 734 kg 6 500 Bibit Ukuran M 5 798 kg 8 500 Bibit Ukuran S 3 865 kg 8 500 Bibit Afkir Total Penerimaan Pendapatan Usaha Total Penerimaan (-)Total Biaya Tani Produksi R/C Total Penerimaan : Total Biaya Produksi

5 000 000 7 200 000 6 600 000 6 600 000 1 980 000 1 100 000 875 000 900 000 120 000 500 000 375 000 2 000 000 45 000 675 000 360 000 148 500 450 000 300 000 270 000 912 000 456 000 425 000 323 000 456 000 769 500 969 000 2 295 000 850 000 1 000 000 4 390 900 48 299 900 24 271 000 49 283 000 32 852 500 106 406 500 58 106 600 2.20

Sumber : Perhitungan, 2009

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Produktivitas paling tinggi pada pembibitan kentang G2 yaitu kebun Ciarileu Blok 2 sebesar 34.41 ton/ha. Tingginya produktivitas di kebun Ciarileu dipengaruhi oleh penggunaan umbi yang dipakai saat penanaman, iklim, cuaca, serta teknik budidaya tanaman. Produktivitas pembibitan kentang G3 di kebun Ciarileu Blok 2 sebesar 16.40 ton/ha. Produktivitas paling tinggi pada pembibitan kentang G4 yaitu kebun Gambung Blok Panarikan 1 adalah sebesar 22.28 ton/ha. Walaupun keadaan tanah di kebun Gambung Blok panarikan 1 tidak cukup bagus namun bila diimbangi dengan teknik budidaya yang benar dan tepat akan menghasilkan produksi yang tinggi. Keberhasilan produksi kentang didukung oleh penerapan budidaya yang tepat disamping syarat agroklimat.

Saran Perluasan areal lahan perlu dilakukan agar menghasilkan produksi yang lebih maksimal mengingat meningkatnya jumlah permintaan terhadap kentang. Peningkatan manajemen usaha tani, perbaikan budidaya, dan pasca panen dapat mendukung peningkatan produktivitas kentang. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia sistem manajemen yang baik sangat diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta. 485 hal. Astawan, M. 2004. Kentang : Sumber Vitamin C dan Pencegah Hipertensi. http://www.gizi.net. [18 Mei 2008]. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2008. Perbanyakan Benih Kentang Generasi Nol (G0) Secara Cepat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatera Utara. 6 hal. Departemen Pertanian. 2008. Data Statistik http://www.deptan.go.id. [28 November 2008]. Haluoleo, J. 2009. Sertifikasi [09 Desember 2009]. Benih. Departemen Pertanian.

http://Jefri-Agronomi.blogspot.com.

Hardjowigeno, S., Widiatmaka, dan A.S. Yogaswara. 1999. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Tanah. Fakultas Pertanian, Jurusan Tanah, IPB. Bogor. 225 hal. Jumin, H.B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 250 hal. Martodireso, S. dan W.A. Suryanto. 2001. Terobosan Teknologi Pemupukan dalam Era Pertanian Organik, Budidaya Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta. 78 hal. Novary, E.W. 1999. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Penebar Swadaya. Jakarta. 197 hal. Pitojo, S. 2004. Benih Kentang. Kanisius. Yogyakarta. 131 hal. Prabowo, D.W. 2005. Analisis Pendapatan Usaha Tani Dan Pengembangan Usaha Benih Kentang Bersertifikat di PD. Hikmah, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 109 hal. Prabowo, Y. 2007. Budidaya Kentang. http://www.blogspot.com. [18 Mei 2008]. Pracaya. 2003. Hama Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. 417 hal. Prihmantoro, H. dan Y.H. Indriani. 1998. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta. 122 hal.

74

Purwito, A. dan G.A. Wattimena. 2008. Kombinasi Persilangan dan Seleksi In Vitro untuk Mendapatkan Kultivar Unggul Kentang. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 93 hal. Rahardi, F., R. Palungkun, dan A. Budiarti. 1993. Agribisnis Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. 50 hal. Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia I. Prinsip, Produksi, dan Gizi. Jilid I. Institut Teknik Bandung. Bandung. 313 hal. Samadi, B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. 115 hal. Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 845 hal. Sinar Tani. 2009. Membangun Kemandirian Agribisnis. http://www.sinartani.com. [25 Agustus 2009]. Suhardi. 1984. Masalah Penyakit Hawar Daun (Phytophtora infestans) pada Tanaman Kentang dan Upaya Penanggulangannya. Seminar Hama dan Penyakit Sayuran. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Cipanas. 25-29 hal. Sumoprastowo, R.M. 2000. Memilih dan Menyimpan Sayur-Mayur, Buah-Buahan, dan Bahan Makanan. Bumi Aksara. Jakarta. 89 hal. Sutedjo, M.M. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 177 hal. Umboh, A.H. 2000. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Penebar Swadaya. Jakarta. 89 hal. Waluya, A. 2009. Aklimatisasi Planlet Hasil Perbanyakan Secara Kultur Jaringan. http://www.waluya.blogspot.com/2009/02/aklimatisasi-planlet-hasilperbanyakan. [09 Desember 2009]. Wattimena, G.A. 2000. Pengembangan Propagul Kentang Bermutu dan Kultivar Kentang Unggul dalam Mendukung Peningkatan Produksi Kentang di Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 86 hal. Williams, C.N., J.O. Uzo, and W.T.H Peregrine. 1993. Produksi Sayuran Daerah Tropika. Dalam G. Tjitrosoepomo. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Wirawan, B. dan S. Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya. Jakarta. 120 hal. Zacky. 2009. Tahapan Perbanyakan Tanaman Kentang Melalui Kultur Jaringan. http://zacky-zone89.blogspot.com. [09 Desember 2009].

LAMPIRAN

76 Lampiran 1. Luas lahan, Produksi, dan Produktivitas Kentang di Indonesia Tahun 2003-2007 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : Deptan, 2008

Luas (ha) 65 923 65 420 61 557 59 748 62 375

Produksi (ton) 1 009 979 1 072 040 1 009 619 1 011 911 1 003 732

Produktivitas (ton/ha) 15.32 16.39 16.40 16.94 16.09

Lampiran 2. Data Curah Hujan Pangalengan Tahun 2007-2009 Bulan 2007 Jumlah Curah Hujan (mm) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah 99 397 330 389 167 134 8 170 278 424 2 396 2008 Jumlah Curah Hujan (mm) 199 166 425 338 132 7 80 45 303 455 333 2 483 2009 Jumlah Curah Hujan (mm) 336 415 284 223 222 151 * * * * * * *

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, 2009 Keterangan : (-) : tidak ada hujan (*) : data belum ada

Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan di Hikmah Farm Tanggal Uraian Kegiatan Penyortiran kentang Penyortiran kentang Penyortiran kentang Penanaman kentang Pembukaan lahan Penyiangan gulma Penanaman stek kentang Pengendalian HPT Penyortiran kentang Pemanenan kentang Pemanenan kentang G0 Pemanenan kentang Penyortiran kentang Pemupukan dasar Pemupukan dasar Penanaman kentang Pemeriksaan tanaman kentang Penyortiran kentang Penyortiran kentang Penyortiran kentang Pemupukan dasar Penyiangan gulma Penanaman stek kentang Pemanenan kentang Penulis 302.5 kg 192.5 kg 357.5 kg 141.44 95.68 186.96 605 kg 78.08 18 75.20 302.5 kg 218.8 240.08 205.28 385 kg 302.5 kg 330 kg 257.28 200.64 81.92 Prestasi Kerja Standar (m2/HK) 240 128 310.08 5 80 24 80 320 320 240 320 310.08 80 Keterangan Pekerja 495 kg 357.5 kg 453.75 kg 261.76 124.8 296.4 5.5 687.5 kg 80 24 78.08 261.25 kg 273.53 300.96 251.52 440 kg 220 kg 412.5 kg 328 319.2 86.08 Gd. Legok Bako Gd. Legok Bako Gd. Legok Bako Kebun Ciarileu Kebun Kiara Jeuntas Kebun Kiara Jeuntas Greenhouse Kebun Pasir Hayam Gd. Legok Bako Kebun Purbasari Greenhouse Kebun Gambung Gd. Kuning Kebun Kiara Jeuntas Kebun Kiara Jeuntas Kebun Kiara Jeuntas Kebun Kiara Jeuntas, Ciarileu, Gambung, dan Gd. Legok Bako Gd. Ritel Gd. Ritel Gd. Hitam Kebun Kiara Jeuntas Kebun Sukamenak Greenhouse Kebun Ciarileu

13 Feb 2009 14 Feb 2009 15 Feb 2009 16 Feb 2009 17 Feb 2009 18 Feb 2009 19 Feb 2009 21 Feb 2009 22 Feb 2009 23 Feb 2009 24 Feb 2009 25 Feb 2009 26 Feb 2009 28 Feb 2009 01 Mar 2009 02 Mar 2009 03 Mar 2009 04 Mar 2009 05 Mar 2009 07 Mar 2009 08 Mar 2009 09 Mar 2009 10 Mar 2009 11 Mar 2009

77

12 Mar 2009 14 Mar 2009 15 Mar 2009 16 Mar 2009 17 Mar 2009 18 Mar 2009 19 Mar 2009 21 Mar 2009 22 Mar 2009 23 Mar 2009 24 Mar 2009 25 Mar 2009 26 Mar 2009 28 Mar 2009 29 Mar 2009 30 Mar 2009 31 Mar 2009 1 April 2009 2 April 2009 4 April 2009 5 April 2009 6 April 2009 7 April 2009 8 April 2009 11 April 2009 12 April 2009

Penanaman kentang Penyortiran kentang Penanaman stek kentang Penyiangan gulma pada tanaman kubis Penyortiran kentang sayur Pengendalian HPT Penyortiran kentang Pemasangan mulsa plastik Penyortiran kentang Penyiangan gulma Pemupukan susulan Penyortiran kentang Penyiangan gulma pada tanaman kubis Penyortiran kentang Penyiangan gulma pada tanaman kubis Penanaman stek kentang Pengobatan bibit Penyortiran kentang Penyortiran kentang Penyortiran kentang Penanaman stek kentang Penyiangan gulma Penyortiran kentang Penyiangan gulma Penyiangan gulma Pemanenan kentang

251.52 522.5 kg 223.44 412.5 kg 440 kg 220 kg 232.56 500 302.5 kg 250.8 467.5 kg 250.8 577.5 kg 357.5 kg 412.5 kg 255.36 357.5 kg 278.16 260.4

240 310.08 5 310.08 750 310.08 310.08 310.08 310.08 310.08 80

300.96 550 kg 342 467.5 kg 6 385 kg 320.5 kg 310.08 750 247.5 kg 314.64 522.5 kg 323.76 605 kg 330 kg 440 kg 319.2 412.5 kg 310.08 328.32 96

Kebun Pajaten Gd. Kuning Greenhouse Kebun Legok Bako Gd. Ritel Kebun Kiara Jeuntas Gd. Kuning Kebun Sukamenak Gudang Utara Kebun Sukamenak Kebun Cibuluh Gd. Kuning Kebun Ciarileu Gd. Kuning Kebun Ciarileu Greenhouse Gd. Hitam Gd. Ritel Gd. Kuning Gd. Selatan Greenhouse Kebun Kiara Jeuntas Gd. Hitam Kebun Kiara Jeuntas Kebun Sukamenak Kebun Gambung

78

Lampiran 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Asisten Mandor di Hikmah Farm Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah Pekerja yang Diawasi (orang) 9 13 13 38 24 13 80 80 6 3 8 23 9 30 80 6 24 9 6 8 11 31 23 35 37 Prestasi Kerja Prestasi Kerja Pekerja (m2/HK) 365.92 357.5 116 80 60 495 86.08 91.2 453.75 687.5 342 158.4 273.53 77.52 165.76 5 500 261.25 355.68 86.64 82.08 Keterangan Lama Kegiatan (jam) 4 5.5 5.5 4.5 3 5.5 5 5 5.5 9.5 5.5 4.5 5.5 4.5 5 5.5 3 5 5.5 5.5 5.5 4.5 3 4.5 4.5 Kebun Kiara Jeuntas Gd. Kuning Kebun Sukamenak Kebun Purbasari Kebun Ciarileu Gd. Kuning Kebun Ciarileu Kebun Ciarileu Gd. Ritel Ruang Pengemasan Gd. Selatan Kebun Ciarileu Greenhouse Kebun Ciarileu Kebun Ciarileu Greenhouse Kebun Ciarileu Kebun Kiara Jeuntas Greenhouse Greenhouse Gd. Kuning Kebun Ciarileu Kebun Sukamenak Kebun Kiara Jeuntas Kebun Kiara Jeuntas

13 April 2009 14 April 2009 15 April 2009 16 April 2009 17 April 2009 18 April 2009 20 april 2009 21 April 2009 22 April 2009 23 April 2009 24 April 2009 25 April 2009 26 April 2009 28 April 2009 29 April 2009 30 April 2009 1 Mei 2009 2 Mei 2009 4 Mei 2009 5 Mei 2009 6 Mei 2009 7 Mei 2009 8 Mei 2009 9 Mei 2009 11 Mei 2009

Pembumbunan tanah Penyortiran kentang Pengolahan tanah Pemanenan kentang Pengolahan tanah Penyortiran kentang Pemanenan kentang Pemanenan kentang Penyortiran kentang sayur Pengemasan produk keripik kentang Penyortiran Kentang Penyiangan gulma (kubis) Persiapan tanam stek kentang Pemupukan Pemanenan kentang Penanaman stek kentang Pengolahan tanah Penyemprotan pestisida Penanaman stek kentang Pemasangan mulsa plastik Penyortiran kentang Pembumbunan kentang Pembumbunan tanah Pemanenan kentang Pemanenan kentang

79

Lampiran 5. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Asisten Kepala Kebun di Hikmah Farm Tanggal Uraian Kegiatan Pengolahan tanah Penyortiran kentang Pengolahan tanah Pemanenan kentang Pemanenan kentang Pemanenan kentang Pemanenan kentang Pemanenan kentang Pengolahan tanah Penyemprotan pestisida Pemanenan kentang Pemanenan kentang Penyortiran kentang Pembumbunan tanah Pengolahan tanah Pendataan gudang Pendataan gudang Penggasan kentang Penanaman jagung Pengolahan tanah Pemupukan Penyemprotan pestisida Pemasaran kentang Pemupukan Balai Benih Kentang Penanaman kentang Administrasi kantor Prestasi Kerja Jumlah Mandor yang Lama Kegiatan (jam) Diawasi (orang) 3 5 1 5.5 4 3 4 5 4 5 7 5 4 5 4 5.5 3 3 1 4 4 5.5 7 5 1 5.5 3 4.5 3 3 4 4 1 4.5 3 4.5 3 4.5 3 3 1 5 4 3 4.5 3 4.5 Keterangan

13 Mei 2009 14 Mei 2009 15 Mei 2009 16 Mei 2009 18 Mei 2009 19 Mei 2009 20 Mei 2009 21 Mei 2009 22 Mei 2009 23 Mei 2009 25 Mei 2009 26 Mei 2009 27 Mei 2009 28 Mei 2009 29 Mei 2009 30 Mei 2009 1 Juni 2009 2 Juni 2009 3 Juni 2009 4 Juni 2009 5 Juni 2009 6 Juni 2009 8 Juni 2009 9 Juni 2009 10 Juni 2009 11 Juni 2009 12 Juni 2009

Kebun Ciarileu Gd. Ritel Kebun Ciarileu Kebun Gambung Kebun Gambung Kebun Pajaten Kebun Kiara Jeuntas Kebun Kiara Jeuntas Kebun Ciarileu Kebun Pajaten Kebun Purbasari Kebun Pajaten Gd. Selatan Kebun Ciarileu Kebun Cikole Gd. Selatan Gd. Kuning Gd. Legok Bako Kebun Legok Bako Kebun Sukamenak Kebun Sukamenak Kebun Ciarileu Pasar Pangalengan Kebun Pasir angin Balai Benih Umbi Kebun Ciarileu Kantor

80

81

Lampiran 6. Kriteria Kesuaian Lahan untuk Kentang Kualitas/Karakteristik


Lahan Temperatur (t) - Rata - rata tahunan (0C) Ketersediaan Air (w) - Bulan kering (<75 mm) - Curah Hujan (mm) - LGP (hari) Media Perakaran (r) - Drainase Tanah S1 16 -18 S2 >18 20 14 - <16 7- 8 <3 >3000 500 - <750 120 - 170

Kelas Kesesuaian Lahan


S3 >20 23 12 - <14 N1 Td N2 >23 <12

3 -7 750 3 000 150 -270

>8 - 9 400 - <500 90 - 120 Agak terhambat, Agak Cepat

Td Td 80 -90

>9 <400 <80

Baik L, SCl, SiL, Si, CL > 75 Sedang 5.5 - 6.5 >0.8 <2

Sedang LS, SL, SiCL, SC 50 75 Saprik < 100 Rendah >6.5 - 7.0 5.0 - <5.5 >0.8 2 -3.5

Terhambat

- Tekstur - Kedalaman Efektif (cm) - Gambut a. Kematangan b. Ketebalan (cm) Retensi hara (f) - KTK Tanah -pH Tanah - C-Organik (%) Kegaraman (c) - Salinitas (mmhos/cm) Toksisitas (x) - Kejenuhan Al (%) - Kedalaman sulfidik (cm) Hara Tersedia (n) - Total N - P2O5 - K2O Kemudahan pengelolaan (p)

SiC, Str C, C 30 - <50 Hemik 100 -150 Sangat rendah >7.0 - 7.5 4.5 - <5.0 Td >3.5 - 6

Td Hemik Fibrik >150 - 200 Td >7.5 8.0 4.0 - 4.5 Td >6 - 7

Sangat Cepat, Sangat Terhambat Kerikil pasir, liat masif < 30 Fibrik > 200 >8.0 <4.0 Td >7

> 100 Rendah Sedang Rendah -

75 - 100 Sangat rendah Rendah Sangat rendah -

50 -<75 Sangat rendah Sangat keras, sangat teguh sangat lekat >8 - 15 >15 - 40 >10 -25 S F2

40 - <50 -

< 40 Berkerikil, Berbatu

Terrain / Potensi mekanisasi - Lereng (%) - Batuan permukaan (%) - Singkapan batuan (%) Tingkat bahaya erosi (e) Bahaya banjir (b)
Keterangan: Td S Str C : Tidak berlaku : Pasir : Liat berstruktur

<3 <3 <2 SR F0

38 3 15 2 -10 R F1

>15 - 25 Td >25 -40 B F3

>25 >40 >40 SB F4

Si : Debu L : Lempung Liat masif : Liat dari tipe 2:1 (Vertisols)

Sumber : Hardjowigeno, 1999

82

U
6

7a

7b 4b 4a 3

1d 1c 8 1b 1a 2

10

12

11

Lampiran 7. Layout Lokasi Kebun Hikmah Farm

Keterangan : 1 a. Gudang pupuk anorganik b. Gudang kentang konsumsi c. Gudang pestisida d. Kantor 2. Gudang kentang konsumsi 3. Kebun Kiara Jeuntas 4 a. Kebun Legok Bako b. Gudang Legok Bako 5. Kebun Gambung 6. Kebun Purbasari 7 a. Gudang bibit b. Grenhouse 8. Kebun Pasir Angin 9. Kebun Cikole 10. Kebun Pasir Hayam 11. Kebun Pajaten 12. Kebun Ciarileu

83

Lampiran 8. Contoh Form untuk Produksi BiBit Kentang Bersertifikat

1. Nama Produsen 2. No Induk / Musim Tanam 3. Asal Lapangan / Luas 4. Kelas Benih 5. Varietas 6. No. Lot 7. Tanggal Panen 8. Tonase Panen 9. Tonase Calon Benih 10. Tanggal Sortir Akhir 11. Tonase Benih 12. Jumlah Wadah 13. Tanggal Diperiksa 14. Kesimpulan

: : : : : : : : : : : : : :

Aep Saepulloh / Hikmah Farm JK.1/KnDD.2/1.081 / 2008-2009 Pasir Hayam I / 1.0 Ha G2 Granola HM/2/Scr/Psh I 2 Maret 2009 22.717 Ton 15.546 Ton 4 Mei 2009 11.525 Ton 549 @ 21 Kg

5 Mei 2009 Lulus / Tidak Lulus / Ulang

*) coret yang tidak perlu Poin 1 s/d 10 harap diisi oleh penangkar sebelum diperiksa Poin 11 s/d 14 diisi oleh petugas BPSBTPH setelah pemeriksaan umbi selesai

Penangkar

Petugas BPSBTPH

Aep Saepulloh

Taufik F

84

Lampiran 9. Harga Kentang Bibit G0, G1, G2, G3, dan G4 Kelas Umbi G0 G1 G2 Ukuran Umbi per umbi per umbi L M S G3 L M, S G4 L M, S
Sumber : Bag. Gudang Hikmah Farm, 2008

Harga (Rp) per kg 2 500 1 500 18 000 20 000 25 000 9 000 13 000 6 500 8 500

85

Lampiran 10. Harga Penjualan Kentang di Supermarket PT Lion Superindo Tahun 2008 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah (kg) 233 255 264 215 329 263 128 77 43 128 140 140 Harga per kg (Rp) 7 300 7 400 7 400 7 400 7 400 7 400 7 400 7 400 7 400 7 400 7 500 8 200 Total Nilai (Rp) 1 699 363 1 890 400 1 969 875 1 600 125 2 445 280 1 952 493 956 250 569 500 318 750 956 250 1 051 875 1 157 063

Sumber : Bag. Pemasaran Hikmah Farm, 2008

Lampiran 11. Harga Penjualan Kentang di Supermarket PT Makro Indonesia Tahun 2008 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah (kg) 1 473 1 702 595 1 350 1 454 757 1 704 2 523 2 185 833 1 305 1 779 Harga per kg (Rp) 4 500 4 500 4 900 4 800 5 000 5 400 4 700 4 700 5 000 5 800 6 300 6 900 Total Nilai (Rp) 6 494 595 7 714 770 2 919 750 6 496 975 7 312 125 4 145 875 8 027 188 12 003 275 11 056 375 4 855 625 8 234 375 12 442 513

Sumber : Bag. Pemasaran Hikmah Farm, 2008

86

Lampiran 12. Harga Penjualan Kentang di Supermarket PT Yogya Toserba Tahun 2008 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah (kg) 5 347 5 825 5 955 6 160 6 889 5 469 7 008 12 253 13 676 7 446 8 758 13 573 Harga per kg (Rp) 6 300 6 100 5 900 6 200 6 300 6 300 6 200 5 900 6 204 6 400 6 900 7 200 Total Nilai (Rp) 33 360 375 35 632 425 35 451 588 38 753 838 42 679 563 34 562 488 43 799 438 73 204 338 84 853 375 47 789 125 60 809 000 98 620 825

Sumber : Bag. Pemasaran Hikmah Farm, 2008

Anda mungkin juga menyukai