Anda di halaman 1dari 34

MODUL 4

PENDIDIKAN ANAK
TUNANETRA
Oleh :
Kelompok 6
Asma Khoirunnisa (857147683)
Ekawati (857150778)
Sri Murniyati (857148037)
Triasfitria Valentira Yudhia (857148234)
PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA

KB 1 KB 2 KB 3
Pendidikan Bagi Siswa
Definisi, Klasifikasi, Penyebab Dampak Ketunanetraan Tunanetra di Sekolah Umum
dan Cara Pencegahan terhadap Kehidupan Seorang dalam Setting Pendidikan
Terjadinya Ketunanetraan Individu Inklusif
KB 1
Definisi, Klasifikasi, Penyebab dan Cara Pencegahan
Terjadinya Ketunanetraan
DEFINISI & KLASIFIKASI TUNANETRA
Persatuan Tunanetra Indonesia/Pertuni (2004) mendefinisikan ketunanetraan
sebagai berikut :

● Orang tumanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali
(buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan, tetapi tidak
mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa
berukuran 12 poin dalam keadaan cahaya normal walaupun dibantu dengan
kacamata (kurang awas).

● 12 poin adalah ukuran huruf standar pada komputer dimana pada bidang
selebar satu inci memuat 12 huruf.

● Orang tunanetra yang masih memiliki sisa penglihatan yang fungsional seperti
ini kita sebut sebagai orang “kurang awas” atau lebih dikenal dengan sebutan
“Low vision”.
Terdapat sejenis konsensus internasional untuk menggunakan 2 jenis
definisi sehubungan dengan kehilangan penglihatan, yakni :

1. Definisi legal (definisi berdasarkan peraturan perundang-undangan).


2. Definisi edukasional (definisi untuk tujuan pendidikan) atau definisi fungsional,
yaitu yang difokuskan pada seberapa banyak sisa penglihatan seseorang dapat
bermanfaat untuk keberfungsiannya sehari-hari.
Cara yang paling umum untuk mengukur ketajaman

Definisi Legal penglihatan adalah dengan menggunakan Snellen Chart


yang terdiri dari huruf huruf, angka angka, atau gambar-
gambar yang disusun bergaris berdasarkan ukuran
besarnya.
Ketajaman
penglihatan (visual
acuity)

Medan pandang
(visual field)
Berdasarkan klasifikasi di atas, seseorang dikatakan tuna netra apabila ketajaman
penglihatannya kurang dari 6/18. Ini berarti bahwa tingkat sisa penglihatan tuna netra
itu berkisar dari 0 (buta total) hingga < 6/18. Orang yang dikategorikan sebagai buta
(blind) itu tidak hanya mereka yang buta total melainkan juga mereka yang masih
mempunyai sedikit sisa penglihatan ( < 3/60 ). Orang yang medan pandangnya sangat
sempit ibarat melihat melalui sebuah cerobong ; dia harus menolehkan wajahnya ke kiri
dan ke kanan untuk dapat melihat lebih banyak.
Definisi
Edukasional/Fungsional

Secara edukasional, seseorang


metode membaca dan metode dikatakan tunanetra apabila untuk
pembelajaran membaca yang kegiatan pembelajarannya dia
mana yang sebaiknya
memerlukan alat bantu khusus, metode
dipergunakan
khusus atau teknik-teknik tertentu
sehingga dia dapat belajar tanpa
alat bantu serta bahan ajar penglihatan atau dengan penglihatan
yang sebaiknya dipergunakan yang terbatas.

kebutuhan yang berkaitan


dengan orientasi dan mobilitas
● Berdasarkan cara pembelajarannya, ketunanetraan dapat dibagi ke dalam 2
kelompok :

○ buta (blind) atau tunanetra berat : apabila dia sama sekali tidak memiliki penglihatan
atau hanya memliki persepsi cahaya (Barraga & Errin, 1991) sehingga untuk
keperluan belajarnya dia menggunakan indra-indra non penglihatan, misal
menggunakan tulisan Braille yang dibaca melalui ujung-ujung jari, atau rekaman
audio yang “dibaca” melalui pendengaran

○ kurang awas (low vision) atau tunanetra ringan : apabila setelah dikoreksi
penglihatannya masih sedemikian buruk tetapi fungsi penglihatnnya dapat
ditingkatkan melalui penggunaan alat-alat bantu optik dan modifikasi lingkungan
(Corn & Ryser, 1989)
Penyebab Terjadinya Ketunanetraan

● Albinisme ● Ophthalmia Neonatorum


● Amblyopia ● Penyakit Kornea dan
● Buta Warna Pencangkokan Kornea
● Cedera (trauma) dan Radiasi ● Retina Pigmentosa (RP)
● Defisiensi Vit. A-Xerophalmia ● Retinopati Diabetika
● Glaukoma ● Retinopathy of Prematurity
● Katarak ● Sobek dan lepasnya retina
● Kelainan Mata Bawaan ● Strabismus
● Myopia (penglihatan dekat) ● Trakhoma
● Nistagnus ● Tumor
● Uveititis
PENCEGAHAN TERJADINYA KETUNANETRAAN
● VISION 2020 akan memungkinkan masyarakat internasional untuk memerangi kebutaan
yang dapat dihindari melalui:

○ Pencegahan dan pemberantasan penyakit;

○ Pelatihan personel;

○ Memperkuat infrastruktur perawatan mata yang ada;

○ Penggunaan teknologi yang tepat dan terjangkau; dan

○ Mobilisasi sumber-sumber
Strategi untuk mencegah ketunanetraan pada anak

● Pencegahan primer: pencegahan berjangkitnya


penyakit.
● Pencegahan sekunder: pencegahan timbulnya
komplikasi yang mengancam penglihatan serta
kehilangan penglihatan bila penyakit telah berjangkit.
● Pencegahan tersier: minimalisasi ketunanetraan yang
diakibatkan oleh penyakit atau cedera yang dialami.
KB 2
Dampak Ketunanetraan terhadap Kehidupan Seorang Individu
PROSES PENGINDRAAN

● Organ – organ pengindraan berfungsi memperoleh


informasi dari lingkungan dan mengirimkannya ke
otak untuk diproses,disimpan, dan ditindaklanjuti.
● Informasi taktual seperti halus/kasar diperoleh
melalui permukaan kulit yang menutupi seluruh
tubuh.
LATIHAN KETERAMPILAN PENGINDRAAN

● Indra Pendengaran
● Indra Perabaan
● Indra Penciuman
● Sisa Indra Penglihatan
VISUALISASI, INGATAN KINESTETIK , DAN
PERSEPSI OBYEK
● Visualisasi
Bagi individu tunanetra untuk mendapatkan kenyamanan didalam lingkungannya dan membantunya
bergerak secara mandiri adalah dengan menggunakan ingatan visual atau visualisasi. Visualisasi
juga penting bagi individu tunanetra bertemu dengan orang lain dan bercakap – cakap dengannya.

● Ingatan Kinestetik
Ingatan kinestetik adalah ingatan tentang kesadaran gerak otot yang dihasilkan oleh interaksi antara
indra perabaan ,propriosepsi,dan keseimbangan ( yang dikontrol oleh sistem vestibular ,berpusat
dibagian atas telinga bagian dalam. Ingatan kinestetik hanya terbentuk sesudah orang melakukan
gerakan yang sama di daerah yang sama atau untuk kegiatan yang sama secara berulang - ulang.

● Persepsi Obyek ( Object Perception )


Persepsi obyek adalah suatu kemampuan yang memungkinkan suatu individu tunanetra itu
menyadari bahwa suatu bena hadir dihadapannya meskipun dia tidak memiliki penglihatan sama
sekali dan tidak menyentuh benda itu
CARA MEMBANTU SEORANG TUNANETRA

 Cara Menuntun Orang  Cara Mengorientasikan


Tunanetra
● Kontak Pertama Jika ingin
● Cara memegang memberitahukan/menunjukkan tempat
● Posisi pegangan
kepada seorang tunanetra ,maka harus
● Jalan sempit
● Membuka/menutup pintu spesifik dalam penyampaian
● Melewati tangga arahannya,misalnya kira - kira 10 meter
● Melangkahi lubang
● Duduk di kursi ke depan ya,ada disebelah kanan ,6
● Naik ke dalam mobil langkah ke kamar tidur.
KB 3
Pendidikan Bagi Siswa Tunanetra di Sekolah Umum dalam
Setting Pendidikan Inklusif
Pendidikan bagi siswa tunanetra di sekolah umum dalam setting
pendidikan inklusif
● Layanan pendidikan bagi siswa tunanetra tidak hanya
dilaksanakan di sekolah khusus (SLB – A ) atau di sekolah
umum dalam setting pendidikan inklusif
● Untuk menunjang keberhasilan belajar siswa tunanetra,
sekolah harus berusaha memenuhi kebutuhana terkait
ketunanetraan kebutuhan
● Tujuan pendidikan anak tunanetra sama dengan anak –
anak lain yaitu mampu berkomunikasi secara efektif,
memiliki kompetensi sosial, mampu bekerja, dan memiliki
kemandirian pribadi
Kebutuhan khusus pendidikan tunanetra
 Kebutuhaan pendidikan khusus yang diciptakan oleh ketunanetraan yaitu :
● Kehilangan penglihatan dapat mengakibatkan terlambatnya perkembangan konsep yang
apabila tidak mendapat intervensi yang efektif, berdampak sangat buruk terhadap
perkembangan sosial, emosi, akademik dan voaksionalnya
● Siswa tunanetra sering harus belajar melalui media alernative, menggunakan indera –
indera lainnya
● Siswa tunanetra sering memerlukan pengajaraan individual karena pengajaraan klasikal
untuk belajar keterampilan – keterampilan khusus mungkin tidak akan begitu bermakna
baginya
● Siswa tunanetra sering membutuhkan keterampilan – ketrampilan khusus serta buku
materi dan peraalatan khusus untuk belajar melalui media alternative
● Siswa tunanetra terbatas dalam memperoleh informasi melalui belajar secara incidental
karena mereka sering tidak menyadari adanya kegiatan – kegiatan kecil yang terjadi
didalam lingkungannya
Bidang kurikulum yang membutuhkan strategi
khusus atau penyesuaian bagi siswa tunanetra

● Pengembangan konsep

○ Konsep adalah symbol yang menggambarkan suatu obyek, kejadian, atau keadaan
tertentu

○ Tiga kategori besar konsep yang diperlukan bagi anak tunanetra : konsep tunuh,
konsep ruang, konsep lingkungan
● Penggunaan teknik alternative dan alat bantu belajar khusus

○ Teknik alternatif adalah cara khusus yang memanfaatkan indra – indra nonvisiual
(indra pendengaraan dan indra perabaan ), atau sisa indra penglihataan untuk
melakukan suatu kegiataan yang normalnya dilakukan dengan indra penglihataan
Keterampilan sosial / emosional

● Agar efektif dalam interaksi sosial anak perlu


memiliki keterampilan – keterampilan tertentu,
termasuk kemampuan komunikasi non verbal
● Bahasa non verbal untuk anak yang awas secara
incidental melalui proses modelling, untuk anak
tunanetra diajarkan secara sistematis melalui
prinsip – prinsip behavioristik
Keterampilan sosial / emosional

● Keterampilan mobilitas adalah keterampilan untuk bergerak secara


leluasa didalam lingkungan
● Keterampilan mobilitas terkait ketermapilan orientasi yaitu kemampuan
untuk memahami hubungan lokasi antara satu obyek dengan obyek
lainnya didalam lingkungan
● Dua cara tunanetra untuk memproses informasi tentang lingkungannya
yaitu metode urutan dan metode peta kognitif
● Alat yang digunakan dalam membantu mobilitas yaitu tongkat
(Indonesia) dan anjing penentun serta alat elektronik (negara barat )
Keterampilan sosial / emosional

● Keterampilan mobilitas adalah keterampilan untuk bergerak secara


leluasa didalam lingkungan
● Keterampilan mobilitas terkait ketermapilan orientasi yaitu kemampuan
untuk memahami hubungan lokasi antara satu obyek dengan obyek
lainnya didalam lingkungan
● Dua cara tunanetra untuk memproses informasi tentang lingkungannya
yaitu metode urutan dan metode peta kognitif
● Alat yang digunakan dalam membantu mobilitas yaitu tongkat
(Indonesia) dan anjing penentun serta alat elektronik (negara barat )
Keterampilan menggunakan sisa
penglihataan
 Sebagian besar tunanetra masih memiliki sisi
penglihataan yang fungsional, dengan bantuaan
pengaturan tiga aspek yaitu :
● Pencahayaan
● Jika pencahayaan rendah dibantu dengan lampu
belajar yang dapat diputar ke segala arah dengan
watt yang rendah
 Modifikasi dalam strategi pembelajaran siswa tunanetra, perlu diperhatikan prinsip –
prinsip dasar dalam pembelajaraan tunanetra antara lain :
 Prinsip individual
Layanan disesuaikan dengan kemampuan masing – masing anak tunanetra
 Prinsip kekongritan/ pengalaman pengindraan langsung
Strategi pembelajaraan harus memungkinkan anak tunanetra mendapatkan pengalamaan
secara nyata dari apa yang dipelajarinya
 Prinsip totalitas
Strategi pembelajaraan harus memungkinkan anak tunanetra mendapatkan pengalaman
objek/situasi secara menyeluruh dengan pendekatan multi sensori
 Prinsip aktivitas mandiri
Strategi pembelajaraan harus memungkinkan anak tunanetra memperoleh kesempatan untuk
belajar secara aktif dan mandiri
Media pembelajaraan menurut fungsinya dibagi dua yaitu :
Alat peraga (media untuk menjelaskan konsep )
Contoh : objek/ situasi sebanarnya, benda asli yang diawetkan, tiruan/ model (tiga
dimensi dan dua dimensi ) serta gambar (yang tidak diproyeksikan atau yang
diproyeksikan
Aalat bantu pembelajaraan (media untuk membantu kelancaraan proses
pembelajaraan)
Contoh :
Alat bantu menulis huruf braille (reglet, pen , mesin ketik braille)
Alat bantu berhitung (cubaritma, abacus/sempoa, talking calculator)
Alat bantu yang bersifat audio (tape recorder, computer bicara
 Media pembelajaraan menurut fungsinya dibagi dua yaitu :
 Alat peraga (media untuk menjelaskan konsep )
Contoh : objek/ situasi sebanarnya, benda asli yang diawetkan, tiruan/
model (tiga dimensi dan dua dimensi ) serta gambar (yang tidak
diproyeksikan atau yang diproyeksikan
 Aalat bantu pembelajaraan (media untuk membantu kelancaraan
proses pembelajaraan)
Contoh :
 Alat bantu menulis huruf braille (reglet, pen , mesin ketik braille)
 Alat bantu berhitung (cubaritma, abacus/sempoa, talking calculator)
 Media pembelajaraan menurut fungsinya dibagi dua yaitu :
 Alat peraga (media untuk menjelaskan konsep )
Contoh : objek/ situasi sebanarnya, benda asli yang diawetkan, tiruan/
model (tiga dimensi dan dua dimensi ) serta gambar (yang tidak
diproyeksikan atau yang diproyeksikan
 Aalat bantu pembelajaraan (media untuk membantu kelancaraan
proses pembelajaraan)
Contoh :
 Alat bantu menulis huruf braille (reglet, pen , mesin ketik braille)
 Alat bantu berhitung (cubaritma, abacus/sempoa, talking calculator)
Evaluasi pembelajaraan

● Evaluasi terhadap pencapaian hasil belajar tunanetra pada


dasarnya sama dengan yang dilakukan terhadap siswa awas,
namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
● Soal yang diberikan kepada siswa tunanetra yang tergolong
buta, hendaknya dalam bentuk huruf braille
● Evaluasi yang bersifat objektif, tidak dengan unsur kasihan
● Waktu pelaksanaan tes bagi siswa tunanetra hendaknya lebih
lama dibandingkan dengan pelaksanaan tes untuk siswa awas
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai