Anda di halaman 1dari 23

MODUL 4

PENDIDIKAN ANAK
TUNANETRA
SLIDESMANIA
Disusun oleh:
kelompok 4
● Devi Rozaelis Juhaeri

● Shinta Kania Ariani

● Sri Damayanti Supardi

● Tati Iswanti

● Wulan Atikaharni
SLIDESMANIA
KB
1
Definisi, Klasifikasi, Penyebab dan
Cara Pencegahan Terjadinya
Ketunanetraan
SLIDESMANIA
A. Definisi dan klasifikasi
Tunanetra
Persatuan Tunanetra Indonesia/pertuni (2004) mendifinisikan
ketunanetraan sebagai berikut , orang tunanetra adalah mereka yang tidak
memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih
memiliki sisa penglihatan, tetapi tidak mampu menggunakan
penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 poin dalam
keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kacamata (kurang awas).
Ini berarti bahwa seorang tunanetra mungkin tidak mempunyai penglihatan
sama sekali meskipun hanyauntuk membedakan antara terang dan gelap.
SLIDESMANIA

Terdapat Dua jenis konsensus Internasional sehubungan
dengan kehilangan penglihatan :
Definisi Legal
Definisi Edukasional
SLIDESMANIA
Penyebab Terjadinya
Ketunanetraan
1. Albinisme 9. Myopia (Penglihatan dekat)
2. Amblyopia 10. Nistagmus
3. Buta warna
4. Cedera (trauma) an Radiasi
5. Defisiensi Vitamin A- Xerophthalmia
6. Glaukoma
7. Katarak
8. Kelainan mata bawaan
SLIDESMANIA
11. Ophthalmia Neonatorum 16. Sobeknya dan lepasnya retina

12. Penyakit kornea dan


17. Strabismus
Pencangkokan kornea

13. Retinis Pigmentosa (RP) 18. Trakhoma

14. Retinopati Diabetika 19. Tumor


SLIDESMANIA

15. Retinophaty of Prematurity 20. Uveitis


Pencegahan Terjadinya Ketunanetraan
VISION 2020 akan memungkinkan masyarakat internasional untuk memerangi
kebutaan yang dapat dihindari dengan cara:

1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit


2. Pelatihan personal
3. Memperkuat infrastruktur perawatan mata yang
ada
4. Penggunaan teknologi yang tepat dan terjangkau
5. Mobilisasi sumber – sumber
SLIDESMANIA

Strategi WHO dalam tiga langkah, yakni:
1.Memperkuat program kesehatan dasar mata di dalam
program pelayanan kesehatan dasar
2.Mengembangkan pelayanan terapi dan pembedahan
secara efektif
3.Mendirikan pusat pelayanan optic dan pelayanan bagi
penyandang tunanetra
SLIDESMANIA
Strategi untuk mencegah ketunanetraan pada anak:

Pencegahan primer
Pencegahan berjangkitnya penyakit

Pencegahan sekunder
Pencegahan timbulnya komplikasi yang mengancam penglihatan
serta kehilangan penglihatan

Pencegahan tersier
Meminimalisasi ketunanetraan yang diakibatkan oleh penyakit
atau cedera yang telah dialami
SLIDESMANIA
10 strategi melawan gangguan yang
mengakibatkan ketunanetraan
a. Prophylaxis

b. Imunisasi

c. Perawatan kehamilan yang tepat

d. Perawatan neonatal

e. Perbaikan gizi

f. Pendidikan

g. Penyuluhan genetika

h. Perundang – undangan

i. Deteksi dan intervensi dini


SLIDESMANIA

j. Meningkatkan higiene dan perawatan kesehatan


KB 2 dampak
Ketunanetraan Terhadap
Kehidupan Seorang
Individu
SLIDESMANIA
Proses pengindraan untuk
meminimalkan dampak negative
ketunanetraan
A. Proses pengindraan
B. Latihan keterampilan pengindraan

1. Indra pendengaran

2. Indra peraba

3. Indra pencium
SLIDESMANIA

4. Sisa indra penglihatan


c. Visualisasi ingatan kinestetik dan persepsi obyek
visualisasi
● Untuk mendapatkan kenyamananmembantu bergerak secara mandiri dengan
menggunakan ingatan visual (visual memory) atau visualisai (peta mental)

Ingatan kinestetik
● Ingatan tentang kesadaran gerak otot yang dihasilakn oleh interaksi
antara indra peraba, propriosepsi dan keseimbangan.

Persepsi objek
● Suatu kemmapuan yang memungkinkan individu tunanetra
menyadari suatu benda hadir disampingnya atau dihadapannya
SLIDESMANIA

meskipun tidak memiliki penglihatan sama sekali dan tidak


menyentuh benda tersebut.
D. Bagaimana cara
membantu seorang
tunanetra
1. Cara menuntun orang 2. Cara mengorientasikan
tunanetra

● Kontak pertama ● Menunjuk arah,


● Cara memegang 5 Langkah kedepan, kira-kira
● Posisi pegangan 10 meter
● Jalan sempit
● Membuka/menutup pintu ● Lingkungan kecil,
● Melewati tangga
● Melangkahi lubang Bisa menggunakan putaran
● Duduk di kursi jarum jam, ikan ada di jam 9,
SLIDESMANIA

● Naik kedalam mobil tahu di jam 6



KB.3 PENDIDIKAN BAGI SISWA TUNANETRA DI
SEKOLAH UMUM DALAM SETTING PENDIDIKAN
INKLUSIF
A. Kebutuhan Khusus Pendidikan Siswa Tunanetra
Kebutuhan pendidikan khusus yang diciptakan oleh ketunanetraan, dalam bidang
kurikulum membutuhkan strategi khusus atau penyesuaian mencakup pengembangan
konsep, penggunaan alternative, alat belajar khusus, keterampilan social/emosional,
orientasi dan mobilitas, keterampilan kehidupan sehari-hari, kehidupan berkerja dan
keterampilan menggunakan sisa penglihatan.
SLIDESMANIA
A. Kebutuhan Khusus Tunanetra
1. Pengembangan Konsep
Konsep adalah symbol atau istilah yang menggambarkan suatu
obyek, kejadian atau keadaan tertentu.

2. Teknik Alternatif dan Alat bantu belajar khusus


Teknik adalah cara khusus yang memanfaatkan indra non-visual
atau sisa indra penglihatan untuk melakukan suatu kegiatan yang
normalnya dilakukan dengan indra penglihatan.
SLIDESMANIA
3. Keterampilan Sosial/Emosional
Sosial/Emosional adalah kemampuan berinteraksi, menunjukan ekspresi,
postur atau gerakan tubuh.

4. Keterampilan Orientasi dan Mobilitas


Orientasi dan Mobilitas adalah hal yang paling berpengaruh yaitu dengan
keberhasilannya menyesuaikan social individu untuk bergerak secara
leluasa dalam lingkungannya.

5. Keterampilan Menggunakan Sisa Penglihatan


Menggunakan sisa penglihatan yang fungsional secara optimal.
SLIDESMANIA
WULAN

B. STRATEGI DAN MEDIA


PEMBELAJARAN
1. Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan
optimal dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang
meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar,
dan evaluasi sehingga proses pembelajaran tersebut berjalan dengan efektif dan
efisien.
Dalam proses pembelajaran, dapat digunakan berbagai macam strategi
pembelajaran yang didasarkan pada pertimbangan tertentu antara lain :
● Berdasarkan pertimbangan pengolahan pesan
● Berdasarkan pihak pengolah pesan
● Berdasarkan pertimbangan pengaturan guru
● Berdasarkan pertimbangan jumlah siswa
SLIDESMANIA

● Berdasarkan interaksi guru dan siswa


Selain itu ada pula beberap strategi yang dapat doterapkan dalam pembelajaran anak
tunanetra yaitu :
● Strategi Individualisasi
● Strategi Kooperatif
● Strategi Modifikasi
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permasalahan dalam strategi pembelajaran
siswa tunanetra terletak pada modifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi siswa
dan upaya pemanfaatan indra-indra yang masih berfungsi untuk mengimbangi
kelemahan yang diakibatkan kehilangan penglihatannya.
SLIDESMANIA
Agar lebih mudah melakukan modifikasi dalam strategi pembelajaran siswa tunanetra,
guru harus memahami prinsip-prinsip dasar dalam pembelajaran siswa tunanetra, yaitu :
● Prinsip Individual
● Prinsip Kekongkritan
● Prinsip Totalitas
● Prinsip Aktivitas Mandiri
2. Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan komponen yang tidak dapat dilepaskan dari suatu proses
pembelajaran karena keberhasilan proses pembelajaran tersebut, salah satunya
ditentukan oleh penggunaan komponen ini.
SLIDESMANIA
Menurut fungsinya, media pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
a. Media memperjelas penanaman konsep
b. Media membantu kelancaran proses pembelajaran
Berikut ini jenis-jenis alat peraga dan alat bantuk pembelajaran yang dapat diguankan dalam
proses pembelajaran anak tunanetra :
● Alat peraga :
- Objek yang sebenarnya,
- Benda asli yang diawetkan
- Tiruan (model) : Model Tiga dimensi, dan Model dua dimensi.
● Alat bantu pembelajaran :
- Alat bantu baca tulis - Alat bantu berhitung
SLIDESMANIA

- Alat bantu membaca - Alat bantu audio


C. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi terhadap pencapaian hasil belajar siswa tunanetra, pada dasarnya sama
dengan yang dilakukan siswa awas, namu sedikit perbedaan yang menyangkut
materi tes/soal dan Teknik pelaksanaan tes. Berikut hal yang perlu diperhatikan
dalam dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi :
● Soal yang diberikan kepada siswa tunanetra yang tergolong buta hendaknya
memakai bentuk huruf Braille.
● Guru harus bersifat objektif dalam mengevaluasi pencapaian prestasi belajar
siswa.
● Waktu pelaksanaan tes bagi siswa tunanetra hendaknya lebih lama.
SLIDESMANIA

Anda mungkin juga menyukai