Anda di halaman 1dari 38

PANDUAN TATALAKSANA

PENYULUHAN KESEHATAN MATA

UPT PUSKESMAS SUKOREJO


TAHUN 2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

PANDUAN TATALAKSANA PENYULUHAN KESEHATAN MATA


UPT PUSKESMAS KECAMATAN SUKOREJO

Mengetahui,
Penanggung Jawab
Koordinator Program Perkesmas Upaya Kesehatan Masyarakat
Pengembangan

Devi Trismia Puspitasari,Amd.Kep dr. Sri Retno Widajati


NIP. 19860305 201001 2 008 NIP. 19690328 200701 0 011

Kepala UPT Puskesmas sukorejo

drg. Wisma Yuniar


NIP. 19770604 201001 2 003

BAB I
DEFINISI
2
Mata adalah indera yang menjadi garda terdepan alur jalur informasi utama
dalam kehidupan sehari-hari sejak dilahirkan sampai usia tua. Mata yang terdiri dari
kelopak mata, sistem lakrimal, jaringan lunak orbita, dan tulang orbita serta bola mata
merupakan satu kesatuan fungsional yang saling berkaitan satu sama lainnya sehingga
pelayanan kesehatan mata paripurna harus meliputi semua bagian dari organ mata
tersebut. Berdasarkan data global mengenai gangguan penglihatan yang dikeluarkan
oleh Organisasi Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO), saat ini
diperkirakan sebanyak 180 juta orang di dunia yang mengalami gangguan penglihatan,
40-45 juta diantaranya buta, 9 diantara 10 dari mereka yang mengalami gangguan
penglihatan dan kebutaan tinggal di negara berkembang. Dari jumlah tersebut diperoleh
fakta bahwa 80% penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan dapat dicegah atau
ditangani, dan 50% dari kebutaan disebabkan oleh katarak. Di Indonesia, sesuai hasil
Riskesdas tahun 2013 prevalensi severe low vision, kebutaan serta proporsi
ketersediaan koreksi refraksi pada penduduk umur ≥ 6 tahun secara nasional tanpa
atau dengan koreksi optimal berturut turut adalah 0,9 %, 0,4% dan 4,6 % dan
prevalensi katarak adalah 1,8%. Berdasarkan data tersebut, dimungkinkan prevalensi
angka kebutaan juga akan semakin meningkat dengan semakin bertambahnya usia
harapan hidup rakyat Indonesia. Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik, jumlah
penduduk usia lanjut di Indonesia pada tahun 2025 akan mengalami peningkatan
sebesar 414% dibandingkan keadaan pada tahun 1990. Untuk itu, perlu ditingkatkan
upaya penanggulangan kebutaan secara aktif dan berkesinambungan karena kebutaan
bukan hanya mengganggu produktivitas dan mobilitas penderitanya, tetapi juga
menimbulkan dampak sosial ekonomi bagi lingkungan, keluarga, masyarakat, dan
negara, terlebih dalam menghadapi era pasar bebas. Selain masalah kebutaan,
gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi juga menjadi masalah serius. Apabila
keadaan ini tidak ditangani secara sungguh-sungguh, akan terus berdampak negatif
pada perkembangan kecerdasan anak dan proses pembelajaran yang selanjutnya akan
berdampak mempengaruhi mutu, kreatifitas dan produktifitas individu. Pada akhirnya
nanti, akan mengganggu laju pembangunan ekonomi nasional. Upaya untuk
mengurangi dampak buruk gangguan penglihatan di Indonesia merupakan tanggung
jawab semua pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan mata. Disamping itu,
perkembangan di era globalisasi dan informasi menyebabkan meningkatnya tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan mata yang bertanggung jawab, bermutu dan
merata. Seiring dengan adanya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), maka pelayanan
kesehatan mata juga merupakan bagian tidak terpisahkan dalam pelayanan kesehatan
di era JKN. Optimalisasi pelayanan kesehatan mata baik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tingkat primer, sekunder, dan tersier mutlak diperlukan. Penyuluhan
kesehatan mata adalah kegiatan penyebarluaskan informasi dan penjelasan tentang

3
kesehatan mata yang diberikan dapat merangsang terjadinya proses perubahan
perilaku yang dilakukan melalui proses pendidikan tentang kesehatan mata. Maka
perlunya penyuluhan tentang kesehatan mata agar masyarakat lebih mengerti tentang
kesehatan mata.
1. Miopi
Miopi yakni jenis penyakit mata yang seseorang yang tidak dapat melihat benda
yang berjarak jauh. Biasanya terjadi pada pelajar.dapat dibantu dengan kacamata
berlensa cekung. Hipermetropi Hipermetropi yaitu seseroang yang tidak dapat melihat
benda yang berjarak dekat dari mata. Dapat dibantu dengan kacamata berlensa
cembung.
2. Presbiopi
Presbiopi adalah salah satu jenis penyakit mata seseorang yang tidak dapat
melihat benda yang berjarak dekat maupun berjarak jauh. Dapat dibantu dengan
kacamata berlensa rangkap. Biasa terjadi pada lansia. Kerabunan dan kebutaan Buta
berarti seseorang tidak dapat melihat benda apapun sama sekali. Buta bisa saja
diakibatkan keturunan, maupun kecelakaan. Rabun berarti seseorang hanya dapat
melihat dengan samar-samar. Orang-orang yang buta maupun rabun biasanya
“membaca” dengan jari-jarinya. Ini disebut huruf Braille.
3. Buta warna
Buta warna adalah suatu kondisi dimana seseorang sama sekali tidak dapat
membedakan warna. Yang dapat dilihat hanyalah warna hitam, abu-abu, dan putih.
Buta warna biasanya merupakan penyakit turunan. Artinya jika seseorang buta warna,
hampir pasti anaknya juga buta warna. Katarak adalah suatu penyakit mata di mana
lensa mata menjadi buram karena penebalan Lensa Mata dan terjadi pada orang lanjut
usia (lansia). Astigmatis = ketidakaturan lengkung – lengkung permukaan bias mata
yang berakibat cahaya tidak fokus pada satu titik retina (bintik kuning). Dapat dibantu
dengan kacamata slinder/Operasi refraktif.
4. Rabun senja
Rabun senja adalah jenis penyakit mata yang disebabkan karena mata
kekurangan vitamin A. Penderita biasanya tidak bisa melihat pada saat sore hari saja.
5. Konjungtivitis (menular)
Adalah jenis penyakit mata akibat iritasi atau peradangan akibat infeksi di bagian
selaput yang melapisi mata.
Gejalanya mata memerah, berarir, terasa nyeri, gatal, penglihatan kabur, dan keluar
kotoran. Penyakit mata ini mudah menular dan bisa berlangsung berbulan-bulan.
Beberapa faktor menjadi penyebabnya, seperti infeksi virus atau bakteri, alergi (debu,
serbuk, angin, bulu atau asap), pemakaian lensa kontak dalam jangka waktu panjang
dan kurang bersih. Bayi pun bisa mengalami sakit mata, hanya penyebabnya berbeda
yaitu karena infeksi ketika melewati jalan lahir.

4
Cara mengobatinya Kompres mata dengan air hangat Gunakan obat tetes mata atau
salep antibiotika seseui resep dokter. Bersihkan tangan sebelum mengoleskan salep
agar iritasi tidak tambah parah. Cegah penularan penyakit ke orang lain dengan
memisahkan alat-alat yang digunakan oleh Anda dan orang-orang.
6. Glaukoma
Salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara
bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin
berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta.
Gejala:
 Bila memandang lampu neon/sumber cahaya maka akan timbul warna pelangi di
sekitar neon tersebut.
 Mata terasa sakit karena posisi mata dalam keadaan membengkak.
 Penglihatan yang tadinya kabur lama kelamaan akan kembali normal.
 Rasa ingin mengedip terus-menerus dengan menekan kedipan berlebihan.
7. Katarak
Sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun.
Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya, bervariasi sesuai
tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total dan menghalangi jalan cahaya. dalam
perkembangan katarak yang terkait dengan usia penderita dapat menyebabkan
penguatan lensa, menyebabkan penderita menderita miopi, menguning secara
bertahap dan keburaman lensa dapat mengurangi persepsi akan warna biru.
Gejala:
 Penderita katarak akan mengalami pengelihatan yang buram
 Ketajaman pengelihatan berkurang
 Sensitivitas kontras juga hilang, sehingga kontur, warna bayangan dan visi kurang
jelas karena cahaya tersebar oleh katarak ke mata
8. Hipermetropia
Suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata terlalu lemah yang menyebabkan
sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan dibelakang retina.
Sumbu mata terlalu pendek (hipermetropi Sumbu). Daya bias kornea/Lensa/Aquos
humor terlalu lemah (Hipermetropia Pembiasan)
9. Masyarakat
Adalah kumpulan manusia yang membentuk suatu kelompok yang hidup
bersama-sama dan saling membantu satu sama lain dalam hubungannya atau saling
berinteraksi.

5
10. Siswa
Adalah seorang pelajar atau murid yang sednag duduk dibangku SD (Sekolah
Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas).
11. Sekolah
Adalah lembaga untuk para Siswa pengajaran siswa/murid di bawah
pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang
umumnya wajib.
12. Posyandu Balita
Adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh, dari dan untuk masyarakat yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak.
13. Posyandu Lansia
Adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh, dari dan untuk masyarakat yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia

6
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dokumen ini adalah tentang:


1. Prosedur tatalaksana penyuluhan kesehatan Mata
2. Materi Penyuluhan Kesehatan Mata
3. Media yang di gunakan dalam penyuluhan kesehatan mata
4. Peran lintas program dan lintas sector dalam kegiatan penyuluhan mata
5. Dokumentasi

7
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 PROSEDUR TATALAKSANA PENYULUHAN KESEHATAN MATA


Tahapan pelaksanaan kegiatan penyuluhan pada lansia
a. Melakukan koordinasi lintas program dalam perencanaan kegiatan penyuluhan
kesehatan mata
b. koordinasi dengan kelurahan dan masyarakat untuk dilakukannya kegiatan
penyuluhan kesehatan mata
c. Pelaksana program lansia menyiapkan logistik berupa:
 daftar hadir/absensi
 materi penyuluhan
 alat yang dipakai untuk peltihan: laptop,layar Lcd, leaflet
d. mencetak materi penyuluhan berupa leaflet
e. Penyuluhan kesehatan
f. Tanya jawab
g. Pelaksana penyuluhan melakukan post tes pada peserta penyuluhan
h. Menganalisis hasil post test
i. menekankan kembali pada poin poin yang kurang (dari hasil analisis post tes)
j. Melakukan umpan balik kegiatan
k. Pelaksana program lansia membuat laporan kegiatan penyuluhan

Susunanan acara pelaksanaan penyuluhan


Tahap Kegiatan Waktu
Pembukaan  Mengucapkan salam. 5 menit.
.  Menjelaskan maksud dan tujuan.
 Menanyakan pada pasien tentang hal-hal
yang telah dketahui oleh warga tentang materi
yang akan diberikan.
Isi.  Memberikan penyuluhan tentang materi 50 menit.
yang sudah dipersiapkan.
 Mengecek ulang pengetahuan warga
tentang materi setelah diberi penyuluhan.
Penutup.  Menutup dengan mengucapkan salam 4 menit.
dan meminta maaf apabila dalam penyuluhan
ada kesalahan.

8
3.2 MATERI PENYULUHAN MATA
a. Miopi
Definisi
Apa itu rabun jauh (miopi)?
Rabun jauh, atau disebut juga miopi, adalah kondisi penglihatan di mana Anda tidak
mampu melihat benda dalam jarak jauh, tapi mampu melihat benda terdekat dengan
jelas. Jika Anda rabun jauh, Anda akan kesulitan melihat benda jauh. Misalnya, Anda
tidak bisa membaca rambu jalan raya sampai mereka hanya berjarak beberapa meter
dari Anda. Kondisi ini dapat berkembang secara perlahan atau dengan cepat, sering
kali memburuk selama masa kanak-kanak dan remaja.

Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko saya untuk rabun jauh (miopi)?
Ada banyak faktor risiko rabun jauh, termasuk:
 Riwayat keluarga. Kondisi ini cenderung menurun dalam keluarga. Anda lebih
berisiko jika salah satu atau kedua orangtua Anda rabun jauh.
 Terlalu banyak membaca.
 Kondisi lingkungan seperti kurangnya waktu untuk beraktivitas di luar rumah

Tanda-tanda & gejala


Apa saja tanda-tanda dan gejala rabun jauh (miopi)?
Tanda dan gejala rabun jauh adalah:
 Penglihatan buram ketika melihat benda dalam jarak jauh
 Harus menyipitkan mata atau sebagian menutup kelopak mata untuk melihat dengan
jelas
 Sakit kepala karena kelelahan mata
 Kesulitan melihat saat berkendara, terutama pada malam hari
 Tanda dan gejala rabun jauh pada anak dapat meliputi:
 Terus-menerus menyipitkan mata
 Harus duduk lebih dekat dengan televisi, layar lebar, atau di depan kelas
 Tampak tidak menyadari adanya benda jauh
 Mengedipkan mata secara berlebihan
 Terus menggosok mata.
 Beberapa gejala atau tanda lainnya mungkin tidak tercantum di atas. Jika Anda
merasa cemas tentang gejala tersebut, segera konsultasi ke dokter Anda.

9
Penyebab
Apa penyebab rabun jauh (miopi)?
Rabun jauh dapat disebabkan oleh fakta bahwa bola mata Anda terlalu panjang atau
memiliki kornea yang melengkung terlalu curam. Ini berarti, bukannya fokus dalam
retina, cahaya malah memasuki setiap mata untuk fokus di depan retina, dan ini
mengakibatkan gambaran yang buram.

Bagaimana cara mendiagnosis rabun jauh (miopi)?


Anda dapat terdiagnosis mengidap rabun jauh melalui pemeriksaan mata. Dalam
pemeriksaan mata lengkap, Anda mungkin harus menjalani serangkaian tes. Dokter
mata mungkin menggunakan beragam alat, mengarahkan cahaya terang langsung ke
mata Anda, dan meminta Anda untuk melihat melalui beberapa lensa. Manfaat tes ini
adalah untuk mendeteksi berbagai aspek mata dan penglihatan, serta mengidentifikasi
jenis resep yang Anda butuhkan untuk memiliki penglihatan yang jelas dengan bantuan
kacamata atau lensa kontak.

Bagaimana cara mengobati rabun jauh (miopi)?


 Untuk mengobati rabun jauh, Anda harus melatih penglihatan untuk membantu
memfokuskan cahaya pada retina, dengan bantuan lensa korektif atau operasi
refraktif.
 Jika Anda memilih untuk memakai lensa korektif untuk mengobati rabun jauh, hal ini
membantu Anda dengan mengurangi peningkatan kelengkungan kornea atau
panjang mata. Anda bisa mencoba kacamata dengan berbagai jenis seperti bifokal,
trifokal, dan kacamata membaca; atau lensa kontak yang langsung dipakai pada
mata.
 Bila Anda tidak mau memakai sesuatu yang membantu kondisi rabun jauh Anda,
Anda bisa mempertimbangkan operasi refraktif. Metode ini membantu mengurangi
atau bahkan menghilangkan ketergantungan kacamata atau lensa kontak. Prosedur
paling umum adalah keratektomi fotorefraktif dengan penggunaan laser untuk
menghilangkan lapisan jaringan kornea, dan laser-assisted in situ keratomileusis
(LASIK) dengan memanfaatkan laser femto atau alat mekanis untuk memotong
lapisan tipis melalui bagian atas kornea.

Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi rabun jauh (miopi)?
Gaya hidup dan pengobatan rumahan di bawah ini mungkin membantu mengatasi
rabun jauh:
 Memeriksakan mata secara teratur.

10
 Mengendalikan kondisi kesehatan kronis, misalnya diabetes dan tekanan darah
tinggi.
 Melindungi mata dari sinar matahari dengan memakai kacamata yang menghambat
radiasi ultraviolet (UV).
 Mencegah cedera mata. Anda disarankan memakai pelindung mata saat
melakukan aktivitas tertentu macam berolahraga, memangkas rumput, mengecat,
atau menggunakan produk lain yang mengandung asap beracun.
 Berhenti merokok. Hal ini tidak hanya membantu mengistirahatkan tubuh melainkan
juga kesehatan mata.
 Menggunakan lensa korektif yang tepat.
 Mengurangi kelelahan mata. Setelah beberapa menit menggunakan komputer atau
membaca, Anda harus berpaling sehingga mata dapat rileks.

Kapan saya harus periksa ke dokter?


Hubungi dokter jika Anda:
 Tidak sanggup melihat benda yang jauh dengan baik dan hal ini mempengaruhi
performa kerja Anda
 Kualitas penglihatan mengganggu jalannya aktivitas
 Mengalami serangan cahaya atau bayangan yang menutupi sebagian daerah
penglihatan.

b. Presbiopi
Definisi
Presbiopi adalah kondisi mata yang kehilangan kemampuan fokus secara bertahap,
untuk melihat objek pada jarak dekat. Presbiopi juga merupakan salah satu hal yang
akan dirasakan manusia sebagai bagian dari proses penuaan tubuh secara alami.
Biasanya seseorang baru menyadari bahwa dirinya menderita presbiopi, saat harus
menjauhkan lengan agar bisa membaca buku atau koran.

Gejala Presbiopi
Presbiopi berkembang secara bertahap, karena itu seseorang kadang baru menyadari
gejalanya setelah melewati usia 40 tahun. Beberapa gejala yang umumnya dialami oleh
penderita presbiopi adalah:
 Kebiasaan menyipitkan mata
 Butuh lampu lebih terang saat membaca.
 Kesulitan membaca huruf yang berukuran kecil.
 Penglihatan kabur ketika membaca pada jarak normal.
 Sakit kepala atau mata menegang setelah membaca dalam jarak dekat.

11
 Kecenderungan untuk memegang objek lebih jauh, agar huruf lebih jelas terbaca.

Penyebab Presbiopi
 Proses melihat dimulai saat mata menangkap cahaya yang memantul dari suatu
objek. Cahaya tadi akan menembus selaput bening mata (kornea), dan diteruskan
ke lensa yang terletak di belakang selaput pelangi (iris). Kemudian, lensa akan
membengkokkan cahaya agar fokus ke retina, yang akan mengubah cahaya
menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik ini akan dikirim ke otak, yang akan memproses
sinyal menjadi sebuah gambar.
 Lensa mata dikelilingi otot yang bersifat elastis, sehingga bisa mengubah bentuk
lensa untuk memfokuskan cahaya. Namun seiring bertambahnya usia, otot di
sekitar lensa mata akan kehilangan elastisitasnya dan mengeras. Kondisi
mengerasnya otot-otot lensa itu lah yang menyebabkan presbiopi. Lensa menjadi
kaku dan tidak bisa berubah bentuk, membuat cahaya yang masuk ke retina tidak
fokus.

Faktor Risiko Presbiopi


Ada beberapa faktor yang memperbesar risiko seseorang menderita presbiopi, yaitu:
Usia. Hampir semua orang akan mengalami gejala presbiopi setelah usia 40 tahun.
 Obat-obatan. Beberapa obat seperti antihistamin, antidepresan, dan diuretik
dihubungkan dengan gejala presbiopi prematur, yaitu presbiopi pada individu di
bawah usia 40 tahun.
 Penyakit. Diabetes, multiple sclerosis, atau penyakit jantung dan pembuluh darah
dapat meningkatkan risiko presbiopi prematur.

Diagnosis Presbiopi
Untuk mendiagnosis presbiopi, dokter akan menjalankan pemeriksaan mata uji refraksi.
Uji refraksi akan menentukan apakah pasien menderita presbiopi atau gangguan mata
lain, seperti rabun jauh, rabun dekat, dan astigmatisme.
Dokter juga akan memberikan obat tetes mata untuk melebarkan pupil mata, agar lebih
mudah memeriksa bagian dalam mata. Pada pasien dengan faktor risiko penyakit mata,
seperti diabetes, pemeriksaan mata harus dilakukan lebih sering.
Dokter juga akan menyarankan pemeriksaan mata lengkap secara berkala, pada usia
berikut:
 Di bawah 40 tahun: tiap 5-10 tahun
 40-54 tahun: tiap 2-4 tahun
 55-64 tahun: tiap 1-3 tahun
 65 tahun ke atas: tiap 1-2 tahun.
12
Pengobatan Presbiopi
Pengobatan presbiopi ditujukan untuk membantu mata fokus pada objek dalam jarak
dekat. Beberapa metode untuk mengatasi presbiopi adalah:
 Kacamata
Penggunaan kacamata adalah cara sederhana dan aman untuk menangani presbiopi.
Pasien dengan kondisi mata yang baik sebelum mengalami presbiopi, dapat memakai
kacamata tanpa resep dokter. Namun pada pasien yang sudah memiliki gangguan
mata sebelum presbiopi, dokter akan meresepkan kacamata dengan lensa khusus.
 Lensa kontak
Pasien yang tidak ingin mengenakan kacamata bisa mengenakan lensa kontak.
Namun, lensa kontak tidak bisa digunakan pada penderita gangguan kelopak mata,
gangguan saluran air mata, dan mata kering.
 Bedah refraktif
Dokter mata dapat melakukan beberapa tindakan bedah yang dapat membantu
menangani presbiopi, yaitu:
o Conductive keratoplasty. Prosedur ini menggunakan energi radio frekuensi untuk
memanaskan titik-titik di sekitar kornea guna mengubah kelengkungan kornea dan
meningkatkan kemampuan fokus mata. Meski demikian, hasilnya sangat
bervariasi dan dapat bersifat hanya sementara.
o Laser-assisted subepithelial keratectomy (LASEK), yaitu prosedur yang
menggunakan laser untuk membentuk ulang lapisan luar kornea.
o Laser-assisted in situ keratomileusis (LASIK). Prosedur ini bertujuan membentuk
penglihatan monovision, yaitu satu mata untuk melihat jauh, dan satu mata yang
lain untuk melihat jarak dekat.
o Photorefractive keratectomy (PRK). Sama seperti LASEK, PRK juga
menggunakan laser untuk membentuk ulang kornea.
o Implan lensa.
Prosedur ini bertujuan mengganti lensa mata penderita dengan lensa sintetis
(lensa intraokular). Pada beberapa orang, lensa mata dapat memperbaiki
penglihatan penderita prebiopi, baik saat melihat jauh atau dekat. Namun
demikian, terkadang implan lensa malah dapat menyebabkan penurunan
kemampuan mata untuk melihat pada jarak dekat, sehingga kacamata baca masih
dibutuhkan.
o Inlay kornea.
Inlay kornea adalah tindakan memasukkan ring kecil berbahan plastik pada setiap
kornea mata untuk mengubah lengkungan kornea. Ring ini bekerja dengan
memfokuskan cahaya pada kornea, sehingga penderita mampu melihat objek

13
pada jarak dekat. Bila pasien merasa hasilnya kurang memuaskan, pasien bisa
meminta dokter untuk mencabut ring dan memilih prosedur lain.
Komplikasi Presbiopi
Jika dibiarkan tidak tertangani, presbiopi bisa menimbulkan komplikasi berupa
astigmatisme, yaitu kondisi penglihatan yang kabur akibat kelengkungan kornea yang
tidak sempurna. Komplikasi lainnya yang dapat terjadi adalah miopi (rabun jauh) dan
hiperopia (rabun dekat).

Pencegahan
Hingga saat ini belum ada tindakan efektif yang dapat dilakukan untuk mencegah
presbiopi. Hal ini disebabkan karena presbiopi merupakan kondisi yang terkait dengan
proses penuaan, yang tentunya juga tidak dapat dicegah.

c. Buta warna
Buta Warna
Buta warna adalah berkurangnya kualitas penglihatan terhadap warna yang umumnya
diturunkan kepada anak dari orang tua sejak dilahirkan. Penderita buta warna
cenderung mengalami kesulitan saat melihat warna merah, hijau, biru, atau campuran
warna-warna ini.
Kasus buta warna total sangat jarang ditemukan dan kebanyakan penderita buta warna
bisa beradaptasi dengan kondisi ini sehingga tidak selalu dianggap sebagai kondisi
yang serius. Beberapa kasus penyakit buta warna juga dapat dialami pada fase hidup
dewasa.

Gejala Buta Warna


Penderita buta warna mungkin hanya bisa melihat beberapa gradasi warna, sementara
sebagian besar orang yang normal dapat melihat ratusan warna. Gejala lainnya,
sebagian penderita buta warna tidak dapat membedakan antara warna merah dan
hijau, namun bisa melihat warna biru dan kuning dengan mudah. Sebagian orang
bahkan tidak menyadari bahwa mereka mengalami buta warna sebelum menjalani tes
penglihatan warna.

Tipe-tipe Buta Warna


Sebagian besar penderita buta warna akan sulit membedakan gradasi warna merah,
kuning, dan hijau seperti warna oranye dan cokelat. Tipe ini disebut dengan buta warna
merah-hijau. Tipe ini juga menjadikan penderita sulit membedakan antara warna merah
dengan warna hitam dan berbagai gradasi warna ungu. Pria memiliki kecenderungan
mengalami buta warna tipe ini lebih besar dibandingkan dengan wanita. Tipe buta

14
warna yang paling jarang terjadi adalah buta warna tipe biru-kuning di mana penderita
tidak bisa membedakan warna biru, hijau, dan kuning.
Seorang penderita buta warna dari berbagai jenis kondisi di atas dapat melihat warna-
warna tersebut lebih kusam dibandingkan orang-orang yang memiliki penglihatan
normal.

Penyebab Buta Warna


Proses melihat warna melintasi spektrum cahaya diawali dengan kemampuan alamiah
mata dalam membedakan warna-warna dasar, seperti warna merah, biru, dan hijau.
Namun, mata seorang penderita buta warna tidak dapat melihat atau membedakan
warna sebagaimana mata normal. Hal ini terjadi karena ada gangguan pigmen pada
reseptor penglihatan warna (sel kerucut di mata). Ketika salah satu pigmen hilang,
maka mata akan memiliki masalah dalam melihat warna tertentu.
Dalam banyak kasus, buta warna disebabkan oleh faktor genetik orang tua, namun bisa
saja terjadi akibat efek samping dari sebuah pengobatan atau gangguan kesehatan
yang telah ada sebelumnya.
Ada beberapa penyebab seseorang mengalami buta warna, di antaranya:
 Faktor genetik. Kebanyakan penderita buta warna yang mengalaminya sejak lahir
disebabkan oleh faktor genetik yang berikatan dengan kromosom X. Seorang ayah
penderita buta warna tidak akan memiliki anak yang menderita buta warna kecuali
pasangannya memiliki gen buta warna. Hal ini mungkin karena wanita lebih berperan
dalam menjadi pembawa gen (carrier) yang akan mewarisi buta warna kepada anak.
Penderita buta warna akibat faktor genetik juga jauh lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan wanita, walau terkadang kondisi ini dapat melewati satu generasi. Anak
perempuan dipastikan mengidap buta warna jika kedua orang tua adalah pembawa
gen buta warna.
 Penyakit. Terdapat sejumlah penyakit yang bisa menyebabkan buta warna, seperti
penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, glaukoma, kanker darah (leukemia),
diabetes, pecandu minuman beralkohol kronis, degenerasi makula, dan anemia sel
sabit.
 Usia. Kemampuan seseorang untuk membedakan warna perlahan-lahan akan
berkurang seiring pertambahan usia. Ini adalah hal yang alami dalam proses
penuaan dan tidak perlu dicemaskan secara berlebihan.
 Bahan kimia. Seseorang bisa mengalami buta warna jika terpapar bahan kimia
beracun, misalnya di tempat kerja, seperti karbon disulfida dan pupuk.
 Efek samping pengobatan tertentu. Beberapa pengobatan berpotensi menyebabkan
buta warna, seperti digoxin, phenytoin, klorokuin, dan sildenafil. Jika gangguan
disebabkan oleh pengobatan, biasanya pandangan akan kembali normal setelah
berhenti mengonsumsi obat.

15
Diagnosis dan Perawatan Buta Warna
Kebanyakan kasus buta warna diakibatkan oleh faktor genetik, namun bisa juga
berkembang setelah dilahirkan. Ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis buta warna, di antaranya:
 Tes Ishihara. Tes ini yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis buta warna,
namun hanya bisa mendiagnosis kondisi buta warna merah-hijau. Penderita akan
diminta untuk mengenali angka yang samar-samar tertera di dalam sebuah gambar
yang terbentuk dari titik-titik berwarna.
 Tes penyusunan. Tes ini dilakukan dengan cara menyusun objek berwarna dalam
susunan gradasi warna yang berbeda-beda, lalu pasien akan diminta untuk
menyusun benda berwarna tersebut sesuai dengan gradasi warna yang dilihatnya.

Pentingnya Mengenali Buta Warna Sejak Awal


Penting bagi orang tua untuk dapat mengenali karakteristik dan gejala-gejala buta
warna sejak awal karena kondisi ini dapat berdampak kepada kemampuan belajar
anak. Anak-anak yang mengalami buta warna akan merasa kesulitan dalam menjalani
aktivitas sehari-hari di rumah maupun di lingkungan luar rumah, termasuk di sekolah
jika guru tidak mengetahui masalah ini juga. Beberapa contoh aktivitas penting lain
yang bisa terganggu, yaitu:
 Kesulitan membedakan rambu lalu lintas.
 Membedakan obat yang tidak dilabeli dengan baik.
 Membedakan daging matang dan mentah.
 Memengaruhi pilihan pekerjaan yang memerlukan pengenalan warna secara akurat,
seperti masinis, pemandu lalu-lintas udara, pilot, dan ahli listrik.
Walau sampai saat ini belum ada obat atau metode untuk mengobati buta warna,
namun banyak penderita buta warna yang mampu belajar untuk beradaptasi dan
menemukan cara dalam mengatasi masalah pembedaan warna. Di samping itu,
teknologi medis juga telah menciptakan alat bantu bagi penderita buta warna, seperti
lensa mata khusus dan disediakannya setelan tertentu pada perangkat elektronik,
perlengkapan rumah tangga, atau komputer demi memudahkan hambatan yang ditemui
oleh pengidap kondisi ini. Orang-orang di sekitar pengidap buta warna pun dapat turut
membantu, misalnya dengan menyiapkan alat belajar yang sesuai atau memeriksa
makanan sebelum dikonsumsi pengidap.
Gejala buta warna masih dapat dikurangi dengan mengobati kondisi-kondisi yang
mendasarinya atau jika buta warna yang diderita diakibatkan oleh pengobatan tertentu
atau gangguan kesehatan yang telah ada sebelumnya.

16
Pencegahan
Belum ada anjuran khusus untuk mencegah buta warna. Namun Anda dapat menjalani
tes Ishihara, baik di rumah maupun dengan dokter, jika terdapat riwayat buta warna
dalam keluarga, atau curiga mengalami buta warna.
Khusus untuk anak, pemeriksaan mata dan tes buta warna perlu dilakukan sebelum
memasuki usia sekolah.

d. Rabun senja
Definisi
Rabun senja, atau yang disebut juga dengan nyctalopia, adalah penurunan daya
penglihatan yang dialami seseorang pada senja hari atau pada saat pencahayaan
meredup, akibat kerusakan pada fungsi sel batang pada retina.
Mata sebagai indera penglihatan diciptakan untuk dapat menyesuaikan diri dengan
kondisi terang atau gelap dalam waktu singkat. Pada rabun senja, terjadi penurunan
kemampuan mata untuk beradaptasi atau menyesuaikan penglihatan dengan
pencahayaan redup. Hal ini bisa terjadi apabila terdapat degenerasi (penurunan fungsi)
pada sel batang, yaitu sel saraf sensorik mata yang bekerja pada pencahayaan redup.
Rabun senja juga bisa terjadi apabila terdapat kekurangan pigmen rhodopsin pada sel
batang tersebut, bisa karena keturunan, bisa juga karena kekurangan vitamin A.
Tidak semua kondisi rabun senja dapat diobati. Hal ini tergantung dari tingkat
keparahan atau kerusakan yang dialami oleh penderitanya.

Penyebab Rabun Senja


Penyebab utama rabun senja atau nyctalopia adalah kerusakan pada sel batang pada
retina. Kondisi ini biasanya dipicu oleh masalah kesehatan, seperti:
 Rabun jauh atau ketidakmampuan mata dalam melihat benda jauh.
 Katarak. Kondisi ini biasa terjadi pada orang-orang sudah memasuki usia senja,
atau bisa juga pada penderita diabetes, dan menyebabkan lensa mata tampak
buram atau keruh.
 Defisiensi vitamin A. Salah satu penyebab kondisi ini adalah penyakit fibrosis kistik
yang mengakibatkan saluran pencernaan menjadi tersumbat oleh lendir yang kental
dan lengket, sehingga tubuh tidak mampu menyerap serat dan vitamin.
 Retinitis pigmentosa. Pada kondisi terjadinya penumpukan pigmen pada retina dan
menimbulkan penyempitan lapangan pandang yang dikenal dengan tunnel vision.
Kondisi ini belum dapat diobati.
 Glaukoma. Kondisi yang mengakibatkan kerusakan pada saraf optik akibat tekanan
di dalam mata dan dapat semakin memburuk seiring waktu.

17
 Keratokonus. Penipisan kornea yang disebabkan oleh rendahnya kadar antioksidan
pada kornea, sehingga terjadi kerusakan pada jaringan kolagen dan menjadikan
kornea menonjol. Selain faktor genetik, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh
paparan polusi udara.
 Sindrom Usher. Selain berpengaruh terhadap kemampuan melihat, kondisi ini juga
dapat mengganggu daya pendengaran penderitanya.

Gejala Rabun Senja


Seperti yang telah disebutkan di atas, penderita rabun senja akan kesulitan untuk
melihat pada malam hari, serta sulit beradaptasi pada saat terjadi transisi dari terang
menuju gelap. Selain dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi ini juga dapat
membahayakan keselamatan diri penderitanya, terutama ketika berkendara atau keluar
di malam hari.

Diagnosis Rabun Senja


Mengingat gejala rabun senja tidak jauh berbeda dengan penyakit mata lainnya, dokter
akan melakukan pemeriksaan fisik serta menanyakan keparahan gejala yang dialami,
waktu kemunculan gejala, aktivitas yang biasa dilakukan, penggunaan lensa mata, atau
obat-obatan yang dikonsumsi. Selain itu, faktor genetika juga akan menjadi
pertimbangan saat melakukan diagnosis.
Untuk memastikan kecurigaan bahwa pasien menderita rabun senja, dapat dilakukan
berbagai pemeriksaan tambahan pada mata, antara lain:
 Tes warna.
 Tes refraksi mata.
 Pemeriksaan dengan slit lamp.
 Tes refleks pupil terhadap cahaya.
 Pemeriksaan retina.
 Pemeriksaan ketajaman penglihatan.
 Elektroretinogram (ERG).
 Pemeriksaan lapangan pandang.
 Selain itu, tes darah juga mungkin akan dilakukan untuk memeriksa kadar glukosa
dan vitamin A dalam darah.

Pengobatan Rabun Senja


Pengobatan rabun senja atau nyctalopia akan disesuaikan dengan tingkat keparahan
dan faktor penyebabnya. Pengobatan rabun senja yang ringan misalnya dengan
penggunaan lensa kontak atau kaca mata, dapat menjadi pilihan bagi penderita.
Apabila penyebabnya adalah kekurangan vitamin A, penanganannya adalah dengan
mengatur menu makan dan pemberian suplemen vitamin A akan diberikan.
18
Jika penderita mengalami katarak, operasi dapat dilakukan untuk mengganti lensa mata
yang buram dengan lensa mata bening buatan.
Kondisi rabun senja yang disebabkan oleh faktor genetik umumnya tidak dapat diobati.
Dalam hal ini, pasien akan disarankan untuk tidak berkendara atau melakukan aktivitas
tanpa penerangan cukup pada malam hari.

Pencegahan Rabun Senja


Rabun senja tidak dapat dicegah sepenuhnya, khususnya jika didasari oleh faktor
genetik. Namun, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menekan tingkat
keparahan kondisi, seperti:
 Mengonsumsi makanan dengan kandungan antioksidan dan mineral tinggi.
 Memantau kadar gula darah secara rutin.
 Menggunakan kacamata hitam saat beraktivitas di bawah panas terik untuk
menghindari kesilauan.
 Defisiensi Vitamin A kerap menjadi alasan utama rabun senja terjadi. Untuk
menghindarinya, beberapa asupan makanan berikut dapat menjadi pilihan:
 Ubi
 Wortel
 Labu
 Mangga
 Bayam
 Sawi hijau
 Susu
 Telur

e. Konjungtivitis
Definisi
Konjungtivitis adalah suatu peradangan atau infeksi selaput transparan yang berada di
permukaan dalam kelopak mata dan yang mengelilingi bola mata bagian luar. Bila
pembuluh darah halus yang berada dalam konjunctiva meradang, maka pembuluh
darah ini akan nampak. Itulah sebabnya mengapa bola mata yang berwarna putih
menunjukkan warna merah (mata merah). Meskipun mata merah ini mengalami iritasi,
hal ini jarang mempengaruhi penglihatan. Pengobatan yang diberikan dapat
menghilangkan rasa tidak nyaman pada mata merah ini. Oleh karena mata merah ini
dapat menular kepada mata orang lain, maka diagnosis dini dan pengobatan dapat
mengurangi penyebaran mata merah. Mata merah dapat disebabkan oleh adanya
infeksi dengan virus, bakteri, zat kimia, benda asing atau reaksi alergi. Orang yang
memakai lensa kontak harus berhenti memakainya segera setelah menunjukkan gejala
awal mata merah ini.

19
Gejala
Mata merah memperlihatkan adanya:
 Kemerahan pada satu mata atau kedua mata;
 Rasa gatal pada satu mata atau kedua mata;
 Rasa mengganjal pada satu mata atau kedua mata;
 Pengeluaran kotoran mata dari satu mata atau kedua mata yang dapat membentuk
kerak pada malam hari sehingga pada pagi pagi hari kelopak mata tidak dapat
dibuka;
 Pengeluaran air mata;
 Reflex pupil (anak mata) masih normal;
 Ketajaman penglihatan masih normal.
 Mata merah harus segera diobati. Mata merah dapat menular kepada orang lain
selama 2 minggu setelah dimulai adanya gejala-gejala. Diagnosis dini dan
pengobatan secepatnya dapat melindungi penularan terhadap orang lain.

Penyebab
Penyebab mata merah adalah:
 Virus,
 Bakteri,
 Alergi,
 Zat Kimia,
 Benda asing,
 Saluran air mata yang tersumbat (pada bayi baru lahir).
Konjungtivitis yang disebabkan oleh virus dan bakteri dapat menyerang satu atau
dua mata sekaligus. Konjungtivitis virus biasanya menghasilkan kotoran mata yang
berbentuk cair. Konjungtivitis bakteri sering menghasilkan kotoran mata yang lebih
kental dan berwarna kuning kehijauan.
Kedua jenis konjungtivitis ini dapat terjadi bersamaan dengan flu atau dengan gejala
saluran pennafasan, seperti nyeri tenggorokan. Kedua konjungtivitis ini sangat menular.
Penyakit ini menyebar secara langsung atau tidak langsung setelah bersentuhan
dengan kotoran mata penderita. Penyakit ini dapat menyerang segala usia, baik anak-
anak maupun dewasa. Namun konjungtivitis bakteri lebih sering terjadi pada penderita
anak-anak.
Konjuntivitis yang disebabkan oleh alergi dapat mengenai kedua mata sebagai
respon adanya reaksi alergi terhadap serbuk sari bunga. Sebagai respon terhadap
benda penyebab alergi (alergen), tubuh akan membentuk zat kekebalan (antibodi) yang

20
disebut sebagai Imunoglobulin E (IgE). Zat kekebalan ini akan merangsang sel yang
ada dalam selaput lendir mata dan saluran nafas untuk melepaskan zat penyebab
peradangan termasuk zat Histamin.
Bila terdapat keadaan konjungtivitis alergi, maka akan timbul gejala rasa gatal,
pengeluaran air mata, mata yang meradang, bersin dan hidung berlendir pada
penderita. Pada umumnya, konjungtivitis alergi dapat diatasi dengan pemberian obat
tetes mata yang mengandung obat anti alergi.
Bagi konjungtivitis akibat iritasi, biasanya disebabkan oleh zat kimia atau benda
asing (debu, dan lain-lain). Usaha untuk membersihkan benda asing atau zat kimia ini
menyebabkan mata menjadi merah dan mengalami iritasi. Keadaan ini memberikan
gejala pengeluaran air mata, yang biasanya akan berhenti dengan sendirinya dalam
waktu 1 hari.

Faktor-faktor resiko terjadinya konjungtivitis, antara lain:


 Bersentuhan dengan benda yang menyebabkan alergi;
 Bersentuhan dengan penderita konjungtivitis virus dan bakteri;
 Mengunakan lensa kontak, sehingga mata dapat memberikan reaksi peradangan
mata.

Pengobatan
Anjuran yang mesti dilakukan sebelum berobat ke dokter:
 Stop menggunakan lensa kontak;
 Cuci tangan sesering mungkin untuk mengurangi kemungkinan penularan kepada
orang lain;
 Jangan meminjamkan handuk kepada orang lain.
Pengobatan Konjungtivitis Virus
Tidak ada obat khusus untuk mengatasi keadaan ini. Penyakit ini sering dimulai dari
satu mata dan menyebar ke mata yang lain dalam beberapa hari. Penyakit ini dapat
sembuh dengan sendirinya secara berangsur-angsur. Pemberian obat anti virus
mungkin diberikan oleh dokter bila ternyata diketahui penyakit ini disebabkan oleh
Herpes zoster virus.
Pengobatan Konjungtivitis Bakteri
Bila penyakit ini disebabkan oleh bakteri, maka dokter akan memberikan pengobatan
tetes mata yang mengandung antibiotika. Infeksi akan sembuh dalam beberapa hari.
Salep mata antibiotika biasanya diberikan untuk penderita anak-anak. Pemberian Salep
mata lebih mudah diberikan kepada anak-anak dari pada pemberian tetes mata.
Meskipun demikian, pemberian salep mata akan membuat penglihatan kabur selama
20 menit setelah diberikan.
Pengobatan Konjungtivitis Zat Kimia
21
Keadaan ini diatasi dengan pencucian pada larutan larutan ringer laktat atau cairan
Garam fisiologis (NaCl 0,8%). Luka karena zat kimia, terutama akibat bahan Alkali,
merupakan keadaan gawat darurat karena dapat menimbulkan kecacatan mata dan
kerusakan di dalam bola mata. Penderita dengan konjungtivitis zat kimia ini tidak boleh
menyentuh mata yang sakit karena dikhawatirkan dapat menyebar ke mata yang
lainnya.
Pengobatan Konjungtivitis Alergi
Pada keadaan ini, dapat diberikan bermacam obat untuk mengatasi keadaan alergi
penderita, termasuk pemberian obat seperti tablet Anti Histamin, obat untuk mengatasi
kedaan peradangan seperti Decongestan, obat steroid dan tetes mata yang
mengandung anti peradangan. Penyakit dapat diredakan dengan menghindari
penyebab keadaan alergi, bila memungkinkan dan diketahui penyebabnya.
Untuk mengurangi gejala konjungtivitis, ada beberapa hal yang dapat dilakukan di
rumah, seperti:
 Berikan kompres kepada mata dengan menggunakan kain bersih yang telah dibasahi
dengan air bersih. Bila terdapat mata merah pada satu mata, jangan pergunakan
kain itu untuk mengompres mata yang lainnya. Hal ini perlu dilakukan untuk
mengurangi resiko penyebaran mata merah.
 Cobalah obat tetes mata. Obat tetes mata yang dijual di toko farmasi (yang disebut
tetes mata buatan) dapat mengurangi gejala mata merah. Beberapa tetes mata
mengandung Anti histamin atau zat lain yang dapat membantu keadaan
konjungtivitis akibat alergi.
 Hentikan penggunaan lensa kontak. Bila menggunakan lensa kontak, maka
berhentilah dahulu memakainya sebelum mata terasa nyaman kembali. Waktu yang
diperlukan untuk melepas lensa konak ini tergantung dari penyebab konjungtivitis
yang diderita.
Untuk menghindari penyebaran konjungtivitis, perlu dilakukan tindakan seperti:
 Jangan menyentuh mata dengan tangan;
 Cuci tangan seserring mungkin;
 Gunakan handuk dan kain pembersih muka yang bersih setiap hari;
 Jangan meminjamkan handuk atau kain pembersih muka;
 Gantilah sarung bantal lebih sering;
 Jangan menggunakan kosmetik untuk mata, misalnya mascara;
 Jangan meminjamkan kosmetik untuk mata atau peralatan mata pribadi kepada
orang lain.
Pencegahan konjungtivitis pada bayi baru lahir juga perlu dilakukan. Mata bayi
yang baru lahir sangat peka terhadap bakteri yang secara normal berada di dalam jalan
lahir Ibu. Bakteri ini tidak menyebabkan gangguan kepada Ibu. Pada keadaan yang
jarang terjadi, bakteri ini dapat menyebabkan konjungtivitis yang disebut sebagai
22
Ophthalmia neonatorum, yang membutuhkan pengobatan dengan segera. Oleh karena
itu, segera setelah dilahirkan, mata bayi diberikan salep mata Antibiotika untuk
mencegah infeksi mata.

f. Glukoma
Definisi
Glukoma adalah suatu keadaan pada mata dimana terjadi peningkatan tekanan
intraokuler yg bila cukup lama dan tekanannya cukup tinggi dapat menyebabkan
kerusakan anatomis dan fungsional.

Etiologi
Untuk glukoma tidak ada penyebab yang spesifik, namun ada beberapa factor resiko
yang dapat mengarah pada glukoma, anatara lain :
 Tekanan darah tinggi
 Usia > 45 tahun
 Keluarga mempunyai riwayat glukoma

Patofisiologi
Cairan bilik mata yang dihasilkan oleh epitel badan siliar akan masuk ke dalam bilik
mata belakang dan berjalan melalui pupil ke bilik mata depan. Cairan bilik mata keluar
dari bola mata melalui anyaman traberkulum dlm kanal Sclhemm yang terletak disudut
bilik mata. Dari kanal Schlemm yang melingkar di sekeliling sudut bilik mata cairan
matakeluar melalui kanal kolektor dan masuk kedalam pembuluh darah vena
episklera.Tekanan intra okuler akan naik bila:Badan siliar memproduksi terlalu banyak
cairan mata sedang pengeluarannya pdanyaman traberkulum normal (glukoma
hipersekresi)Hambatan pengaliran pd pupil waktu pengaliran cairan dr bilik mata
belakang ke bilik mata depan. Pengeluara di sudut bilik mata terganggu, Jadi bola mata
yang dimasuki air terlallu banyak tdk akan meledak tetapi akan menggelembung
didaerah yang paling lemah pd papil (mangkok) optic atau pd sclera tmpsaraf optic
keluar. Bila tekanan bola mata naik, serabut saraf akan tertekan dan rusak serta mati.
Kematian sel akan mengakibatkan hilangnya penglihatan yang permanen.

Klasifikasi glukoma
Glukoma primer Dimana penyebabnya tdk diketahui, dibagi atas dua bentuk : Glukoma
sudut terbuka (glukoma kronik) dan Gukoma sudut tertutup (glukoma sudut sempit).
Glukoma sekunder Timbul akibat kelainan dlm bola mata yang dpt disebabkan
oleh:Kelainan lensa, katarak imatur dan hipermatur, dan dislokasi lensa, Kelainan uvea,
uveitis anterior ,Trauma, hifemia dan inkarserasi iris Pasca bedah, blockade pupil,

23
goniosinekia Glukoma Congenital primer, dng kelainan kongenital lain Infantile, tanpa
kelainan congenital lain

Manifestasi klinis
 Ada keluhan penglihatan kabur/ tdk jelas.
 Rasa sakit kepala bisa sampai berat.
 Rasa mual dan muntah.

Penata laksanaan
Pemeriksaan diagnostic :
 Tonometri untuk mengukur tekanan bola mata.
 Perimetri untuk pemeriksaan lapang pandang
 Gonioskopi untuk melihat sudut bilik mata
 Oftalmoskopi untuk memeriksa saraf optic

Pencegahan terjadinya Glukoma


 Melindungi mata dari paparan sinar UV
 Sering mengkonsumsi buah berwarna gelap atau abu-abu
 Mengkonsumsi makanan tinggikarotenoid
 Melakukan pemeriksaan mata secara teratur
 Mengedendalikan kadar gula darah

g. KATARAK
Definisi
Katarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan mengeruhnya lensa mata,
sehingga membuat penglihatan kabur. Kondisi ini umumnya terjadi pada lansia, dan
bisa terjadi pada salah satu atau kedua mata sekaligus. Meski demikian, katarak bukan
jenis penyakit menular.
Lensa mata adalah bagian transparan di belakang pupil (titik hitam di tengah mata),
yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang masuk melalui mata ke retina agar
objek dapat terlihat jelas. Seiring bertambahnya usia, protein pada lensa akan
menggumpal dan perlahan-lahan membuat lensa keruh dan berkabut. Hal ini
menyebabkan penglihatan menjadi kabur dan tidak jelas.
Katarak adalah penyebab utama kebutaan di Indonesia. Dari hasil survey kebutaan di
15 provinsi tahun 2014-2016, diketahui 70-80% penyebab utama kebutaan dan
gangguan penglihatan di Indonesia adalah katarak.

24
Penyebab terjadinya katarak
 Kelainan bawaan
 Proses ketuaan
 Penyakit umum seperti diabetes
 Penyulit obat
 Penyakit didalam mata seperti :
o Radang selaput hitam
o Glaukoma
o Ablasi retina
o Kelainan kaca mata minus yang dalam
o Kecelakaan

Tanda – tanda katarak


 Penglihatan semakin kabur
 Sukar membaca katena penglihatan tidak jelas
 Kerap menukar cermin mata karena penglihatan tidak terang
 Selaput putih pada anak mata
 Merasa silau pada sinar matahari

Diagnosis Katarak pada Lansia


Untuk memperoleh diagnosis katarak, dokter mata akan menanyakan riwayat penyakit
dan gejala apa saja yang dialami pasien. Kemudian, dokter akan melakukan
pemeriksaan pada mata pasien, diikuti dengan pemeriksaan penunjang seperti:
 Tes ketajaman penglihatan. Dalam tes ini, pasien akan diminta membaca huruf
dalam jarak 6 meter menggunakan satu mata, di mana di saat yang sama mata
yang lain akan ditutup. Huruf yang ditampilkan akan semakin mengecil, hingga
pasien tidak bisa membacanya dengan jelas.
 Pemeriksaan slit-lamp (lampu celah). Pemeriksaan slit-lamp menggunakan
mikroskop khusus yang dilengkapi cahaya untuk menerangi lensa, iris, dan kornea
mata. Cahaya ini akan membantu dokter melihat kelainan pada mata dengan lebih
jelas.
 Pemeriksaan retina mata. Dilakukan dengan memberikan obat tetes mata untuk
membuat pupil membesar. Dengan bantuan alat khusus bernama oftalmoskop,
dokter akan lebih mudah melihat kondisi retina.

Perawatan katarak setelah pembedahan


Hal yang boleh dilakukan setelah pembedahan :
 Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan

25
 Pakai menutup mata seperti yang dinasehatkan
 Melalukan pekerjaan hanya tidak berat
 Bila memakai sepatu jangan membungkuk, tetapi angkat kaki keatas
Hal yang jangan dilakukan setelah pembedahan :
 Jangan menggosok mata
 Jangan membungkuk terlalu dalam
 Jangan menggendong yang berat
 Jangan membaca berlebihan dari biasanya
 Jangan mengejan keras sewaktu buang air besar
 Jangan berbaring kesisi mata yang baru dibedah
 Jangan menggosok gigi pada minggu pertama dan coba mencuci mulut saja.

Pencegahan
 Memeriksakan kondisi mata secara rutin
 Melindungi mata dari paparan sinar UV
 Menjaga kesehatan tubuh secara umum
 Mengatur pola makan
 Menjaga berat badan ideal
 Kurangi konsumsi minuman beralkohol

h. HIPERMETROPIA
Definisi
Hipermetropía adalah cacat mata yang mengakibatkan seseorang tidak dapat melihat
benda pada jarak dekat. Titik dekat penderita rabun dekat akan bertambah, tidak lagi
sebesar 25 cm tapi mencapai jarak tertentu yang lebih jauh. Penderita rabun dekat
hanya dapat melihat benda pada jarak yang jauh.
Mata hipermetropi disebabkan oleh keadaan fisik lensa mata yang terlalu pipih atau
tidak dapat mencembung dengan optimal, oleh sebab itu bayangan yang dibentuk lensa
mata jatuh di belakang retina. Rabun dekat dapat tolong menggunakan kaca mata
lensa cembung, yang berfungsi untuk mengumpulkan sinar sebelum masuk mata,
sehingga terbentuk bayangan yang tepat jatuh di retina.

Etiologi
Penyebab dari hipermetropi adalah sebagai berikut :
 Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek
Biasanya terjadi karena Mikropthalmia, renitis sentralis, arau ablasio retina(lapisan
retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan).
 Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah

26
Terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa dan vitreus
humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropi adalah perubahan pada
komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksi menurun dan perubahan
pada komposisi aqueus humor dan viterus humor. Misal pada penderita Diabetes
Melitus terjadi hipermetopi jika kadar gula darah di bawah normal.
 Kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat
Kelengkungan kornea ataupun lensa berkkurang sehingga bayangan difokuskn di
belakang retina.
 Perubahan posisi lensa
Dalam hal ini, posisi lensa menjadi lebih posterior.

Tanda Gejala
Tanda dan gejala orang yang terkena penyakit rabun dekat secara obyektif klien susah
melihat jarak dekat atau penglihatan klien akan rabun dan tidak jelas. Sakit kepala
frontal. Semakin memburuk pada waktu mulai timbul gejala hipermetropi dan sepanjang
penggunaan mata dekat.
 Penglihatan tidak nyaman (asthenopia)
 Terjadi ketika harus fokus pada suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama.
 Akomodasi akan lebih cepat lelah terpaku pada suatu level tertentu dari ketegangan.
 Penglihatan dekat lebih cepat buram, akan lebih terasa lagi pada keadaan kelelahan,
atau penerangan yang kurang.
 Sakit kepala biasanya pada daerah frontal dan dipacu oleh kegiatan melihat dekat
jangka panjang. Jarang terjadi pada pagi hari, cenderung terjadi setelah siang hari
dan bisa membaik spontan kegiatan melihat dekat dihentikan.
 Eyestrain
 Sensitive terhadap cahaya
 Spasme akomodasi, yaitu terjadinya cramp m. ciliaris diikuti penglihatan buram
intermiten

Patofisiologi
Diameter anterior posterior bola mata yang lebih pendek, kurvatura kornea dan lensa
yang lebih lemah, dan perubahan indeks refraktif menyebabkan sinar sejajar yang
dating dari objek terletak jauh tak terhingga di biaskan di belakang retina.

Diagnosa
Kelainan refraksi hipermetropi dapat di periksa dengan melakukan pemeriksaan Okuler

Komplikasi

27
Komplikasi yang dapat terjadi adalah esotropia dan glaucoma. Esotropia atau juling ke
dalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan akomodasi. Glaukoma sekunder
terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik
mata.

28
Penatalaksanaan
1. Koreksi Optikal
Hipermetropia dikoreksi dengan kacamata berlensa plus (konveks) atau dengan
lensakontak. Pada anak kecil dengan kelainan berderajat rendah yang tidak
menunjukan gejala sakit kepala dan keluhan lainnya, tidak perlu diberi kacamata.
Hanya orang-orang yang derajat hipermetropianya berat dengan atau tanpa disertai
mata juling dianjurkan menggunakan kacamata. Pada anak-anak dengan mata juling
ke dalam (crossed eye) yang disertai hipermetropia, diharuskan memakai kacamata
berlensa positif. Karena kacamata berlensa plus ini amat bermanfaat untuk
menurunkan rangsangan pada otot-otot yang menarik bolamata juling ke dalam.
2. Terapi Penglihatan.
Terapi ini efektif pada pengobatan gangguan akomodasi dan disfungsi binokuler
akibat dari hipermetropia. Respon akomodasi habitual pasien dengan hipermetropia
tidak akan memberi respon terhadap koreksi dengan lensa, sehingga membutuhkan
terapi penglihatan untuk mengurangi gangguan akomodasi tersebut.
3. Terapi Medis.
4. Merubah Kebiasaan
Modifikasi yang dapat dilakukan adalah pengunaan cahaya yang cukup dalam
aktivitas, menjaga kualitas kebersihan mata dan apabila pasien adalah pengguna
komputer sebaiknya menggunakan komputer dengan kondisi ergonomis.
5. Bedah Refraksi.
Terapi pembedahan refraksi saat ini sedang dalam perkembangan Terapi
pembedahan yang mungkin dilakukan adalah HOLIUM:YAG laser thermal
keratoplasty, Automated Lamellar Keratoplasty, Spiral Hexagonal Keratotomy,
Excimer Laser dan ekstraksi lensa diganti dengan Intra Oculer Lens. Akan tetapi
pembedahan masih jarang digunakan sebagai terapi terhadap hipermetropia.

PENCEGAHAN
 Duduk dengan posisi tegak ketika menulis.
 Istirahatkan mata setiap 30-60 menit setelahmenonton TV, komputer atau setelah
membaca.
 Aturlah jarak baca yang tepat (> 30 cm).
 Gunakan penerangan yang cukup
 Jangan membaca dengan posisi tidur.

3.3 PERAN LINTAS PROGRAM DAN LINTAS SEKTOR DALAM KEGIATAN


SCREENING KELAINAN REFRAKSI
Dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya masing masing unit kerja/
program dalam Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), para pengelola yang ada di
29
dalam unit kerja itu tidak mungkin lepas melakukan hubungan kerja, baik didalam unit
kerja maupun dengan pihak luar. Khusus untuk program Indera, bentuk tata hubungan
kerja yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan konsultasi dengan Koordinator UKM dan Kepala Puskesmas sebagai
penanggungjawab seluruh kegiatan dalam lingkup UPT Puskesmas Kedundung
2. Melakukan koordinasi antar sesama penanggung jawab program

Kegiatan Integrasi Intervensi Yankes


komprehensi
f
Penyuluha Program Koordinasi dengan promotif,
n UKS sekolah, posyand balita preventif
Kesehatan Promkes maupun posyandu lansia
Mata

30
BAB IV
DOKUMENTASI

4.1 Kegiatan di Dalam Gedung :


Setelah selesai pelayanan, data – data pasien:
 ditulis dalam Buku Register
 di-input dalam SIMPUS, SIKDA dan p-care Puskesmas melalui computer

4.2 Kegiatan di Luar Gedung :


a. Buku Tugas Luar
b. Laporan Kegiatan
c. Daftar hadir

31
LAMPIRAN

NAMA :
TEMPAT PENYULUHAN :

POST TEST MIOPÍA


1 Miopía adalah rabun jauh B S
2 Gejalah miopía adalah buram kalau B S
melihat jauh
3 Cara pengobatannya hanya dengan pakai B S
kaca mata
4 Faktor resiko terjadinya miopía adalah B S
faktor riwayat keluarga
5 perubahan gaya hidup atau pengobatan B S
rumahan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi rabun jauh (miopi) yaitu dengan
merokok

NAMA :
TEMPAT PENYULUHAN :

POST TEST PRESBIOPI


1 Presbiopi merupakan penyakit mata B S
karena proses penuan
2 Gejala presbiop adalah sering menyipitkan B S
mata
3 faktor yang memperbesar risiko seseorang B S
menderita presbiopi yaitu usia
4 pengobatan presbiop hanya dengan B S
mengggunakan kaca mata
5 Jika dibiarkan tidak tertangani, presbiopi B S
bisa menimbulkan komplikasi

32
NAMA :
TEMPAT PENYULUHAN :

POST TEST BUTA WARNA

1 Buta warna adalah bisa melihat kualitas B S


warna
2 Penderita buta warna mungkin hanya bisa B S
melihat beberapa gradasi warna
3 Sebagian besar penderita buta warna B S
akan sulit membedakan gradasi warna
merah, kuning, dan hijau seperti warna
oranye dan cokelat
4 Gejala buta warna tidak dapat dikurangi B S
5 Pria memiliki kecenderungan mengalami B S
buta warna

NAMA :
TEMPAT PENYULUHAN :

POST TEST RABUN SENJA


1 Rabun senja adalah penurunan daya B S
penglihatan yang dialami seseorang pada
senja hari
2 Rabun senja dapat diobati B S
3 Penderita rabun senja akan kesulitan B S
untuk melihat pada siang hari
4 Rabun senja tidak dapat dicegah B S
sepenuhnya, khususnya jika didasari oleh
faktor genetik
5 Orang yang kena rabun senja dapat B S
mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi
ini juga dapat membahayakan
keselamatan diri penderitanya, terutama
ketika berkendara atau keluar di malam
hari

33
NAMA :
TEMPAT PENYULUHAN :

POST TEST KONJUNGTIVITIS


1 Gejala konjungtivitis adalah Kemerahan B S
pada satu mata atau kedua mata
2 Konjungtivitis yang disebabkan oleh virus B S
dan bakteri dapat menyerang satu mata
saja
3 Konjuntivitis yang disebabkan oleh alergi B S
dapat mengenai kedua mata
4 Salah satu resiko terjadinya konjungtivitis B S
adalah Bersentuhan dengan benda yang
menyebabkan alergi
5 Pencegahan konjungtivitis pada bayi baru B S
lahir tidak perlu dilakukan

NAMA :
TEMPAT PENYULUHAN :

POST TEST GLUKOMA


1 Glukoma tidak ada penyebab yang B S
spesifik
2 Gejala Glukoma adalah Buta mendadak B S
3 Manifestasi glukoma adalah Ada keluhan B S
penglihatan kabur/ tdk jelas
4 Usia kurang dari 45 tahun merupakan B S
factor resiko terkena glukoma
5 Punya penyakit kencing manis merupakan B S
factor resiko terkena glukoma

34
NAMA :
TEMPAT PENYULUHAN :

POST TEST KATARAK


1 Katarak adalah lensa mata yang jernih B S
2 Kelainan bawaan, proses penuan B S
merupakan penyebab terjadinya katarak
3 Penglihatan semakin kabur merupakan B S
tanda – tanda katarak
4 Sudah ditemukan obat yang dapat B S
mencegah katarak
5 Menggosok mata merupakan hal yang B S
tidak boleh dilakukan setelah pembedahan

NAMA :
TEMPAT PENYULUHAN :

POST TEST HIPERMETROPÍA

1 Hipermetropía disebut juga dengan rabun B S


dekat
2 Rabun dekat dapat tolong menggunakan B S
kaca mata lensa cekung
3 Tanda dan gejala orang yang terkena B S
penyakit rabun dekat secara obyektif klien
susah melihat jarak dekat atau penglihatan
klien akan rabun dan tidak jelas
4 Istirahatkan mata setiap 30-60 menit B S
setelah menonton TV, komputer atau
setelah membaca merupakan pencegahan
terjadinya hipermetropía
5 Penatalaksanaan hipermetropía hanya B S
dengan menggunakan kaca mata

35
ANALISA PEMAHAMAN PESERTA PENYULUHAN

TEMPAT PENYULUHAN :

NO NAMA PESERTA NOMOR SOAL POST TEST


1 2 3 4 5
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

TOTAL
%
ANALISA

KET
(1) Sudah Jelas
(2) Sudah Jelas
(3), (4), Diisi (√) Bila Peserta dapat
(5), (6), menjawab soal dengan
(7) benar atau diisi (-) bila
Peserta belum bisa mengisi
soal dengan benar
(8) Diisi nilai Post Test Peserta
Diisi berapa banyak Peserta
Total
yg bisa menjawab soal tsb
% = Total/5 x 100 %
Analisa Diisi (P) Bila Peserta dinilai
paham terhadap materi yang
dimaksud atau diisi (BP) Bila
Peserta dinilai Belum paham
terhadap materi yang
dimaksud

36
Masalah yang dihadapi
1 Peserta Penyuluhan belum memahami tentang

2 Dari hasil analisa diatas, terdapat


…………….. Peserta sudah memiliki pemahaman yang baik
…………….. Peserta belum memiliki pemahaman yang baik

3 Masalah yang di hadapi dalam penyelenggaraan kegiatan Penyuluhan adalah

Rencana Tindak lanjut


1 Menekankan kembali materi

2 ……….. Peserta dinyatakan paham

Tindak Lanjut
1 Telah dilakukan penekanan kembali pada materi yang di rasa kurang pemahamannya, yaitu
:

Pelaksana

37
REFERENSI

PMK No. 29 Tahun 2016 Tentang Pelayanan Kesehatan Mata di Fasyankes

38

Anda mungkin juga menyukai