Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KOMUNIKASI

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN PENGLIHATAN

KELOMPOK 7

Endah Melati Suci (201701023)


Dwitayati Latifah (201701013)
Ika Novianti (201701024)
Illa Izzatil Karimah (201701025)
Yoga Deris P (201701038)

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
TAHUN 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmad dan karunianya kepada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan
masalah ini yang berjudul " KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN". Makalah ini kami susun untuk memenuhi
tugas mata kuliah "Komunikasi".

Kami menyadari bahwa didalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karena itu dengan rendah hati kami berharap kepada
pembaca untuk memberikan masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun guna
penyempurnaan makalah ini.

Ponorogo, 15 Maret 2018

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................2


DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................4
RUMUSAN MASALAH .....................................................................................4
TUJUAN ..............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................6
A Pengertian gangguan penglihatan. .......................................................6
B Gangguan indra penglihatan sebagai penerima pesan .........................12
C Teknik berkomunikasi terapeutik pasien gangguan penglihatan. ........12
D Syarat perawat dalam berkomunikasi terapeutik. ................................13
BAB III PENUTUP .............................................................................................15
A .KESIMPULAN ...................................................................................15
B .SARAN ...............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman Bersama antara pasien yang


bertujuan untuk menyelesaikan masalah pasien. Komunikasi ini juga termasuk
komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang
membuat setiap peserta menangkap reaksinya serta langsung baik verbal maupun non
verbal.
Sedangkan menurut AS Hornby (1974) terapeutik merupakan kata sifat yang
dihubungkan dengan seni dari penyembuhan. Mampu terapeutik berarti seseorang
mampu melakukan atau berkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau ekspresi yang
memfalitasi proses penyembuhan.
Kadang pasien tidak lengkap/ tidak sempurna sehingga untuk berkomunikasi
mempunyai cara-cara atau trik tersendiri dalam terkusus pada ganguan pada pendengaran
sehingga perlu adanya pembahasan khusus.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian panca indera penglihatan?


2. Apa Gangguan indera penglihatan sebagai penerima pesan?
3. Bagaimana Teknik komunikasi terapeutik pada pasien gangguan penglihatan?
4. Apa saja Syarat-syarat yang harus dimiliki perawat berkomunikasi?

4
C. Tujuan

1. Untuk mengetahi pengertian panca indera penglihatan


2. Untuk mengetahi Apa Gangguan indera penglihatan sebagai penerima pesan
3. Untuk mengetahi Teknik komunikasi terapeutik pada pasien gangguan penglihatan
4. Untuk mengetahi Syarat-syarat yang harus dimiliki perawat berkomunikasi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan Panca Indra Penglihatan

Mata adalah indera penglihatan yang berfungsi untuk melihat benda di sekitar
kita. Mata dapat mengalami gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan tersebut
antara lain miopi, hipermetropi, astigmatisma, blefaritis, glaucoma, katarak, keratitis,
juling, buta warna, trakhoma, dan kekurangan vitamin A. Berikut ini pengertian dari
masing-masing gangguan mata tersebut:

 Miopi atau rabun jauh:

Rabun jauh, atau Miopia adalah gangguan tajam penglihatan atau mata
kabur yang paling banyak dialami saat ini, miopi disebut juga sebagai mata
minus. Berdasarkan studi semakin kesini jumlah penderitanya semakin banyak,
terutama menyerang usia muda, mungkin ada keterkaitan miopi dengan maraknya
penggunaan gadget seperti smartphone dan tablet belakangan ini. Meskipun
penyebab pasti rabun jauh belum diketahui, banyak dokter mata menduga bahwa
mata minus memiliki kaitan yang erat dengan kelelahan mata akibat dari
penggunaan komputer dan hal-hal lain yang membutuhkan melihat fokus dalam
jarak dekat misalnya membaca buku dalam waktu yang lama atau menggunakan
smartphone, ditambah lagi dengan kecenderungan genetik untuk miopi.

Miopi (Rabun Jauh) – Gejala, Penyebab, Pengobatan - MediskusAdalah


gangguan penglihatan yang disebabkan mata tidak dapat melihat dengan jelas
benda yang dekat. Gangguan ini dapat ditolong dengan

6
menggunakan lensa kacamata yang berlensa positif atau berlensa cembung.

https://mediskus.com/penyakit/miopi-rabun-jauh-gejala-penyebab-pengobatan

 Astigmatisma:

Astigmatisme disebabkan karena lensa atau kornea yang tidak mulus


mengakibatkan cahaya yang masuk ke mata, menjadi tidak fokus ketika diteruskan ke
retina. Oleh karena itu, pandangan yang dihasilkan menjadi buram. Berdasarkan letak
kerusakannya, astigmatisme dapat dibedakan menjadi 2 jenis. Astigmatisme yang
disebabkan oleh cacat pada kornea mata disebut astigmatisme korneal, sementara
yang disebabkan oleh cacat pada lensa mata disebut astigmatisme lentikular.
Sedangkan berdasarkan jenis kerusakannya, terdapat dua jenis astigmatisme, yaitu
regular dan irregular. Astigmatisme regular adalah ketika satu sisi kornea mata lebih
melengkung dari sisi lainnya. Kondisi ini merupakan kondisi yang paling umum
ditemui dan bisa diobati dengan menggunakan bantuan kaca mata atau lensa mata.
Astigmatisme irregular adalah ketika kornea mata tidak rata tidak hanya di satu sisi,
tetapi di seluruh permukaan kornea. Kondisi ini umumnya dipicu oleh cedera yang
meninggalkan luka pada kornea. Kondisi ini bisa diobati dengan menggunakan
bantuan contact lens, tapi tidak dengan kaca mata.
7
Kasus astigmatisme umumnya muncul sejak lahir, walau penyebab pasti kenapa
kondisi ini muncul masih belum diketahui. Terdapat asumsi bahwa astigmatisme
bersifat keturunan di dalam keluarga. Kondisi ini juga lebih banyak ditemukan pada
bayi dengan berat badan rendah atau lahir prematur.

http://agenresmipurwakarta98.blogspot.com/2017/09/2-cara-praktis-menyembuhkan-
mata-silinder-astigmatisma.html

 Glaukoma:

Glaukoma adalah jenis gangguan penglihatan yang ditandai dengan


terjadinya kerusakan pada saraf optik yang biasanya diakibatkan oleh adanya
tekanan di dalam mata.

Penyebab glaukoma adalah meningkatnya tekanan di dalam mata (tekanan


intraokular), baik akibat produksi cairan mata yang berlebihan, maupun akibat
terhalangnya saluran pembuangan cairan tersebut. Tekanan ini dapat merusak
serabut saraf retina atau jaringan saraf yang melapisi bagian belakang mata
dan saraf optik yang menghubungkan mata ke otak juga. Hingga kini, belum

8
jelas kenapa produksi cairan mata bisa berlebihan atau kenapa saluran
pembuangannya bisa tersumbat.

http://razelherbal.id/obat-glaukoma/

 Juling:

Adalah kelainan yang terjadi akibat kerja otot-otot penggerak bola mata tidak serasi. Pada
kondisi mata juling, umumnya satu mata yang garis pandangnya ke depan lebih dominan dan
satu mata lagi yang garis pandangnya tidak selalu ke depan lebih lemah. Mata yang dominan,
kemampuan fokusnya dan hubungan dengan otak jauh lebih baik. Sedangkan mata yang lebih
lemah biasanya terlihat tidak fokus atau tidak terhubung baik dengan otak.

Tidak diketahui dengan pasti penyebab dari mata juling, kemungkinan hal ini berkaitan dengan
genetik.

Selain itu, risiko mata juling juga meningkat pada anak yang mengalami persalinan
prematur, down syndrome ataupun cedera kepala dan lain-lain.
Kondisi mata juling juga dapat dipicu oleh gangguan penglihatan seperti rabun jauh atau katarak.

9
http://obatasamurat.my.id/obat-mata-juling-sebelah/

 Buta Warna:

Adalah gangguan pada mata di mana penderita tidak dapat membedakan


warna. Proses melihat warna melintasi spektrum cahaya diawali dengan
kemampuan alamiah mata dalam membedakan warna-warna dasar, seperti
warna merah, biru, dan hijau. Namun, mata seorang penderita buta warna
tidak dapat melihat atau membedakan warna sebagaimana mata normal. Hal
ini terjadi karena ada gangguan pigmen pada reseptor penglihatan warna (sel
kerucut di mata). Ketika salah satu pigmen hilang, maka mata akan memiliki
masalah dalam melihat warna tertentu.

Dalam banyak kasus, buta warna disebabkan oleh faktor genetik orang tua,
namun bisa saja terjadi akibat efek samping dari sebuah pengobatan atau
gangguan kesehatan yang telah ada sebelumnya.

Ada beberapa penyebab seseorang mengalami buta warna, di antaranya:

Faktor genetik. Kebanyakan penderita buta warna yang mengalaminya


sejak lahir disebabkan oleh faktor genetik yang berikatan dengan kromosom
X. Seorang ayah penderita buta warna tidak akan memiliki anak yang
menderita buta warna kecuali pasangannya memiliki gen buta warna. Hal ini
mungkin karena wanita lebih berperan dalam menjadi pembawa gen (carrier)

10
yang akan mewarisi buta warna kepada anak. Penderita buta warna akibat
faktor genetik juga jauh lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita,
walau terkadang kondisi ini dapat melewati satu generasi. Anak perempuan
dipastikan mengidap buta warna jika kedua orang tua adalah pembawa gen
buta warna.

Penyakit. Terdapat sejumlah penyakit yang bisa menyebabkan buta


warna, seperti penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, glaukoma, kanker
darah (leukemia), diabetes, pecandu minuman beralkohol kronis, degenerasi
makula, dan anemia sel sabit.

Usia. Kemampuan seseorang untuk membedakan warna perlahan-lahan


akan berkurang seiring pertambahan usia. Ini adalah hal yang alami dalam
proses penuaan dan tidak perlu dicemaskan secara berlebihan.

Bahan kimia. Seseorang bisa mengalami buta warna jika terpapar bahan
kimia beracun, misalnya di tempat kerja, seperti karbon disulfida dan pupuk.

Efek samping pengobatan tertentu. Beberapa pengobatan berpotensi


menyebabkan buta warna, seperti digoxin, phenytoin, klorokuin, dan
sildenafil. Jika gangguan disebabkan oleh pengobatan, biasanya pandangan
akan kembali normal setelah berhenti mengonsumsi obat.

11
B. Gangguan Indra Penglihatan Sebagai Penerima Pesan

Kemampuan individu untuk melihat kemungkinan oleh system organ yang


disebut mata. System ini terdiri atas organ-organ yang menerima dan memfokuskan
cahaya yang masuk kedalam mata, sel-sel reseptor penglihatan. Gangguan
penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ kornea, lensa, mata, kekeruhan
humor viterus, maupun kornea, serta kerusakan saraf penghantar implus menuju otak.
Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi
pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapa tmungkin harus
digantikan oleh informasi yang dapat ditranfer melalui indra yang lain.
Sebagaicontoh, ketika melakukan orientasi ruang perawat secara lisan misalnya
dengan menerangkan letak meja kursi, menerangkan beberapa langkah posisi tempat
tidur dari pintu, letak kamar mandi dan sebagainya.

C. Teknik-teknik Berkomunukasi Terapeutik Pada Pasien Gangguan Penglihatan

Berikut adalah Teknik-teknik yang perlu diperhatikan selama berkomunikasi


dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan :
1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila mengalami
kebutaan persial atau sampaikan secara verbal keberadaan atau kehadiran
perawat ketika anda berada di dekatnya.
2. Identifikasi diri anda dengan menyebut nama(perananda).
3. Berbicara menggunakan nada suara normal Karena kondisi klien tidak
memungkinkan menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda
memegang peranan besar dan bermakna bagi klien.
4. Terangkan alasan dan menyentuh atau mengucapkan kata-kata sebelum
melakukan sentuhan kepada klien.
5. Informasikan kepada klien ketika anda akan memutus komunikasi.
6. Orientasikan klien dengan suara-suara yang terdengar di sekitarnya.
7. Orientasikan klien pada lingkungan bila klien dipindah kelingkungan atau
ruangan yang baru.

12
Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensorik penglihatan dapat
berjalanlan dan mencapai sasarannya, maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :

1. Dapat berkomunikasi pertimbanganisi dan mata nada suara


2. Periksa lingkungan fisik
3. Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi.
4. Berkomunikasikan pesan secara singkat.
5. Berkomunikasikan hal-hal yang berharga saja.
6. Dalam merencanakan komunikasi, berkonsultasilah dengan pihak lain agar
memperoleh dukungan.

D. Syarat-syarat yang harus dimiliki perawat komunikasi dengan pasien gangguan


penglihatan Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dengan
gangguan sensori penglihatan, perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang baik
sehingga terjalin hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dengan klien, untuk
itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien
dengan gangguan sensori penglihatan adalah:
1. Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara penyampaian dan
salurannya harusdipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
2. Kesungguhan artinya apapun wujud dari pesan atau informasi tersebut tetap
harus disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
3. Ketuluasan artinya sebelum individu memberikanin formasi atau pesan
kepada individu lain pemberin formasi harus merasa yakin bahwaapa yang
disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dang memang perlu serta
berguna untuk pasien.
4. Kepercayaan diri artinya jika perawa tmempunyai kepercayaan dirimakahalini
akan sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
5. Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejak kapan pun yang akan
disampaikan. Perawat harus bersikap tenang, tidak emosi maupun memancing

13
emosipasien, karena dengan adanya ketenangan makain formasi akan lebih
jelas baik dan lancar.
6. Keramahan artinya bahwa keramah merupakan kunci sukses dari kegiatan
komunikasi ,karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuatbuatakan
menimbulkan perasa antenang, senang dan nyaman bagi penerima.
7. Kesederhanaan anartinya didalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat
sederhana baik Bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun
informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalua diberikan secara sederhana
berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan secara sederhana maka
akan memberikan kejelasan informasi yang baik.

Hambatan Komunikasi Pada Pasien dengan Gangguan Penglihatan

1. Kesulitan melakukan komunikasi secara visual dengan bahasa tubuh


2. Klien kesulitan menangkap / memahami informasi dalam bahasa visual
3. Klien tidak dapat melihat dan mengetahui tindakan apa saja yang dilakukan dan
klien hanya dapar merasakan saja

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi pada klien dengan gangguan penglihatan adalah komunikasi yang dilakukan
secara verbal maupun nonverbal. Dalam berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan
penglihatan seorang perawat harus mempelajari dan memahami teknik komunikasi yang dapat
digunakan. Dengan demikian komunikasi akan terjadi dengan baik dan pesien akan merasa puas,
tidak ada keluhan tentang pelayanan, dan memberikan persahabatan serta penyembuhan lebih
cepat, disamping itu tenaga medis dan paramedis akan merasa puas karena dapat memberikan
pelayanan yang baik dan penyembuhan.
Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal kornea, lensa
mata, kekeruhan humor vitreus, maupun kerusakan kornea serta kerusakan saraf penghantar
impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakan
otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik
parsial maupun total.

B. Saran
Perawat harus bisa menghadapi klien dengan gangguan penglihatan agar terjadi
hubungan terapeutik dengan klien. Walaupun pasien tidak dapat melihat , perawat harus merawat
klien dengan baik dan perawat tidak boleh menyepelekan klien tersebut dan mendahulukan
kebutuhan klien lain yang tidak mengalami gangguan persepsi sensori.

15
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati Any. 2015. HUBUNGAN REGIMEN TERAPEUTIK DENGAN KEJADIAN


KEBUTAAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD BALUNG
JEMBER. Universitas Muhammadiyah Jember.

Suryani. 2005. KOMUNIKASI TERAPEUTIK TEORI DAN PRAKTIK. EGC. Jakarta

Anjaswari Tri. 2016. KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia Pusdik SDM Kesehatan badan pengembangan dan pemberdayaan sumber
daya manusia kesehatan. Kebayoran Baru Jakarta Pusat.

Patty Fabiyana marlen dkk. 2015. HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT


TERHADAP TINGKAT STRES PASIEN DI RUANG NEUROLOGI RSUD DR. M.
HAULUSSY AMBON. Universitas Kristen Satya Wacana

16

Anda mungkin juga menyukai