Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PBL 1

SISTEM INDERA (MEC 308)

Dibuat oleh:
Kelompok PBL 14

Bernaditha Feby Shela Siburian 201706000154/12017002185


Gracia Wiran 201706000219/12017002945
Regina Pebriana 201706000229/12017002929
Yoseveline Christiani 201706000208/12017001395

Pembimbing:
dr. Kidyarto Suryawinata, Sp.PA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, kami, anggota kelompok PBL 14, dapat berdiskusi serta belajar bersama dan
menyelesaikan laporan diskusi PBL ini tanpa adanya halangan yang berarti.
Kepada para dokter selaku pembimbing diskusi PBL, kami ucapkan banyak terima kasih
karena atas berkat bimbingan dan dorongannya, kami dapat menyelesaikan diskusi dan laporan
ini dengan baik dan lancar. Banyak pengetahuan dan hal-hal yang kami peroleh yang mampu
menjadi bekal kami sebagai dokter di masa mendatang nantinya. Sungguh merupakan
pengalaman yang luar biasa bermanfaat bagi kami semua.
Kami berharap sekiranya referat ini dapat berguna bagi setiap pembacanya, terutama
dalam mengetahui berbagai hal mengenai bagaimana seharusnya seorang dokter dalam
mengambil tindakan serta keputusan jika dihadapkan pada situasi tertentu sesuai dengan etika
dan kode etik kedokteran yang berlaku. Hal ini tentu sangat berguna untuk kami di kemudian
hari, baik dalam perkuliahan kami kedepannya serta saat kami menerapkan ilmu yang kami
terima sebagai seorang dokter kelak.
Pada akhirnya, kami tidak lupa mengucapkan permohonan maaf jika ada kata- kata yang
kurang berkenan dalam diskusi serta penulisan laporan ini. Kami sangat mengharapkan
bimbingan dan juga membuka diri untuk setiap kritik dan saran yang membangun terhadap
laporan ini. Terima kasih.

Jakarta, 27 April 2020

Anggota PBL 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mata adalah salah satu organ penting yang dimiliki oleh manusia. Berfungsi sebagai
alat indera agar dapat melihat suatu objek dan dapat menangkap dan mempersepsikan
cahaya. Terdapat berbagai organ yang membantu mengatur masuknya cahaya sehingga
dapat jatuh tepat di retina dan dipersepsikan dengan baik. Cahaya masuk, mengatur
ukuran pupil kemudian Lensa dan kornea berfungsi untuk mengakomodasi cahaya
sehingga jatuh tepat di retina yang akan membawa signal untuk dihantarkan ke nervus
optikus dan kemudian dihantarkan ke korteks visual di otak.
Glaukoma merupakan penyakit yang disebabkan oleh tingginya tekanan bola mata
sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada saraf mata yang dapat berakibat pada
gangguan penglihatan. Tingginya tekanan bola mata disebut dengan hipertensi okular,
terjadi jika tekanan bola mata lebih dari 21 mmHg. Terdapat trias khas tanda-tanda
glaukoma yaitu rusaknya saraf optik, adanya gangguan lapang pandang, dan tekanan bola
mata yang tinggi.
Adapun menurut American of Ophthalmology glaukoma dibagi atas glaukoma sudut
terbuka, glaukoma sudut tertutup, dan glaukoma pada anak/kongenital. Glaukoma sudut
terbuka dibagi menjadi, glaukoma primer sudut terbuka/Primary Open Angle Glaucoma
(POAG), Glaukoma dengan Tensi Normal, Glaukoma Suspek, Glaukoma Sekunder Sudut
Tertutup/Primary Angle Closure Glaucoma. Untuk membedakan, dibutuhkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang mendukung. Banyak penderita
glaukoma mengalami kecelakaan oleh karena gangguan lapang pandang yang diderita.
Glaukoma juga dapat menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani, sehingga dibutuhkan
upaya pencegahan dan penatalaksanaan yang tepat untuk penyakit glaukoma.

1.2. Skenario PBL


1.2.1. Skenario 1
Seorang perempuan usia 50 tahun ke UGD dengan keluhan kedua mata pandangan kabur
dan tidak nyeri.
Keluhan tambahan : pasien mengeluh sering kali tersandung jika berjalan atau terbentur
jika naik kendaraan bermobil.
1.2.2. Skenario 2
Riwayat penyakit di dalam keluarga dengan penyakit serupa ada (orang tua), penyakit
sistemik seperti DM dan Hipertensi disangkal, penggunaan obat steroid (-).
1.2.3. Skenario 3
Pemeriksaan mata :
Visus OD 6/6 Visus OS 6/6
Segmen Mata Anterior dan Segmen Posterior:

OD OS

Tenang Palpebra Tenang

Tenang Konjungtiva Tenang

Jernih Kornea Jernih

Dalam Bilik Mata Depan Dalam

Bulat, sentral, diameter Iris / Pupil Bulat, sentral, diameter


3 mm, Refleks +/+ 3 mm, Refleks +/+

Jernih Lensa Jernih

Jernih Vitreus Jernih


CDR 0.9 Segmen Posterior CD 0.9
BAB II
HASIL DISKUSI
2.1. Terminologi Asing
-

2.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi dan fisiologi mata ?
2. Apa saja diagnosis banding dari keluhan mata kabur ?
3. Apa pemeriksaan lanjutan yang diperlukan ?
2.3. Brainstorming
2.3.1. Anatomi dan Fisiologi Mata

2.3.2. Diagnosis Banding dari Keluhan Mata Kabur


Glaukoma sudut terbuka, glaukoma kronis simpleks, katarak, diabetik retinopati,
retinopati hipertensi.
2.3.3. Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan lapang pandang, tonometer, funduskopi, dan pemeriksaan segmen mata.
2.4. Skema

2.5. Learning Objective


1. Bagaimana anatomi, fisiologi, dan histologi mata ?
2. Apa definisi dari glaukoma?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan gangguan penglihatan tanpa rasa nyeri ?
4. Apa saja etiologi dan faktor risiko glaukoma ?
5. Bagaimana patofisiologi glaukoma ?
6. Bagaimana klasifikasi glaukoma?
7. Apa saja gejala klinis glaukoma?
8. Apa pemeriksaan lanjutan yang dilanjutkan ?
9. Bagaimana penatalaksanaan glaukoma ?
10. Apa saja komplikasi glaukoma ?
11. Bagaimana prognosis penyakit glaukoma ?
2.6. Penyampaian Hasil Belajar
2.6.1. Bagaimana anatomi, fisiologi, dan histologi mata ?
Anatomi

1. Choroid
Lapisan yang mengandung pembuluh darah yang melapisi bagian
belakang mata dan terletak di antara retina (lapisan peka cahaya dalam)
dan sklera (dinding mata putih luar).
2. Badan Siliar
Struktur yang mengandung otot dan terletak di belakang iris, yang
memfokuskan lensa.
3. Kornea
Jaringan transparan yang mentransmisikan dan memfokuskan (mis.,
Ketajaman atau kejernihan) cahaya yang masuk ke mata
4. Fovea
Bagian tengah makula yang yang memberikan penglihatan tajam.
5. Iris
Bagian mata yang berwarna membantu mengatur jumlah cahaya yang
masuk ke mata. Ketika ada cahaya terang, iris menutup pupil untuk
membiarkan sedikit cahaya yang masuk. Dan ketika ada cahaya rendah,
iris membuka pupil untuk membiarkan lebih banyak cahaya.
6. Lensa
Struktur biconvex, avascular, tidak berwarna dan transparan yang
memfokuskan sinar cahaya ke retina. Lensa ditahan di tempatnya oleh
ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai zonule of Zinn.
7. Makula
Area di retina yang berisi sel sensitif cahaya khusus. Dalam makula, sel-
sel peka cahaya ini memungkinkan kita untuk melihat detail halus dengan
jelas di tengah bidang visual kita.
8. Saraf optik
Membawa pesan visual dari retina ke otak. (Agar dapat melihat, kita harus
memiliki cahaya dan mata kita harus terhubung ke otak.)
9. Pupil
Bukaan tengah yang gelap di tengah iris. Pupil berubah ukuran untuk
menyesuaikan jumlah cahaya yang tersedia (lebih kecil untuk cahaya
terang dan lebih besar untuk cahaya rendah).
10. Retina
Lapisan saraf yang melapisi bagian belakang mata. Retina merasakan
cahaya dan menciptakan impuls listrik yang dikirim melalui saraf optik ke
otak.
11. Sklera
Lapisan luar putih mata, mengelilingi iris.
12. Badan Vitreous
Merupakan badan gelatinosa yang jernih dan avaskular yang membentuk
dua pertiga volume dan berat mata.
13. Aqueous humor
Dihasilkan oleh badan siliaris. Masuk melalui kamera okuli posterior,
melewati pupil, ke kamera okuli anterior.
14. Bola mata beserta otot-otot ekstrinsik mata, kelenjar air mata dan sarafnya
terletak di dalam cavum orbita. Cavum orbita terbentuk oleh pars orbitalis
dari os frontalis, os zygomaticus, os maxilla, os lacrimalis, dam lamina
papyracea ossis ethmoidalis
15. Bola mata
Bola mata berbentuk sferikal dengan diameter anteroposterior rata-rata
sebesar 24 mm
16. Konjungtiva
Konjungtiva merupakan lapisan mukosa transparan yang tipis yang
membungkus bagian posterior kelopak mata (konjungtiva palpebra) dan
bagian anterior sklera (konjungtiva bulbar)
17. Kapsul tenon (fascia bulbi)
Kapsul tenon adalah membrana fibrosa yang membungkus bola mata dari
bagian limbus hingga ke saraf optik
Histologi
● Terletak di dalam suatu ruangan di tulang kepala yang disebut orbita.
● Antara bola mata dan dinding orbita terdapat jaringan lemak, muskuli dan
jaringan penyambung.
● Dinding Bola mata
○ Tunika fibrosa
■ Sebagian besar terdiri dari jaringan penyambung padat
■ Dibagi menjadi 3 bagian
■ Sklera
■ Merupakan jaringan kuat yang memberi
perlindungan kepada jaringan bola mata yang lain
di dalamnya
■ Terdiri dari berkas-berkas serat kolagen
■ Diantara serat-serat kolagen terdapat jaringan
fibroblas yang gepeng dan serat-serat elastin.
■ Mengandung sedikit sekali pembuluh darah dan
tidak mengandung pembuluh limfe
■ Kornea
■ Berwarna bening dan transparan
■ Terdiri dari 5 lapisan yaitu:
■ Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
(paling luar)
■ Lapisan bowman
■ Substansia propria (paling tebal 90% dari
kornea)
■ Lapisan descemet
■ Endotel (epitel selapis gepeng atau kubis
rendah)
■ Kornea mendapat nutrisi dari humor akueus dan
pembuluh darah yang terdapat di limbus kornea
■ Limbus kornea
■ Terletak antara sklera dan kornea
■ Terdiri dari:
■ Epitel konjungtiva bulbi
■ Jaringan penyambung konjuktiva bulbi
■ Stroma limbus
■ Jaringan trabekular
■ Tunika vaskulosa
■ Mengandung banyak pembuluh darah dan sel pigmen
■ Dibagi dalam 3 bagian yaitu:
■ Korioidea
■ Mengandung banyak pembuluh darah dan
sel pigmen
■ Terdiri dari 4 lapisan dari luar ke dalam
adalah:
■ Lapisan suprakorioidea
■ Lapisan vaskulosa
■ Lapisan koriokapilar
■ Lamina elastika dari Bruch (lapisan
luar terdiri dari serat-serat elastin
halus)
■ Lapisan dalam merupakan
membrana basalis epitel pigmen
retina
■ Korpus siliar
■ Sebagian besar terdiri dari muskuli siliaris
yang merupakan otot polos.
■ Terdapat junctional complexes yang
mencegah terjadinya difusi dari stroma
korpus siliar ke kamera okuli
■ Epitelium siliar menghasilkan humor akueus
■ Iris
■ Terdiri dari jaringan penyambung jarang
yang mengandung banyak pembuluh darah
dan sel pigmen
■ Terdiri dari:
■ Endotel (paling luar)
■ Jaringan penyambung jarang
(mengandung banyak fibroblas)
■ Lapisan anyaman penyambung
jarang (mengandung pembuluh darah
yang dindingnya tebal dan tersusun
radiar.
■ Pars iridika retina
■ Retina
■ Dapat dibagi menjadi 3
■ Pars optika retina (mengandung ujung serat saraf
sensoris yang fotosensitif)
■ Dapat dibagi ke dalam 10 lapisan dari luar
ke dalam yaitu
■ Epitel pigmen
■ Lapisan batang dan kerucut
■ Membrana limitans eksterna
■ Lapisan inti luar
■ Lapisan pleksiform luar
■ Lapisan inti dalam
■ Lapisan pleksiform dalam
■ Lapisan sel ganglion
■ Lapisan serat-serat nervus optikus
■ Membrana limitans interna
■ Pars siliaris retina (tidak mengandung unsur-unsur
yang fotosensitif)
■ Pars iridika retina (tidak mengandung unsur-unsur
yang fotosensitif)

Fisiologi
Diawali dengan cahaya yang masuk kedalam mata melalui kornea dan
diteruskan melewati pupil yang lebarnya dapat diatur oleh iris. Selanjutnya
cahaya akan dibiaskan oleh lensa dan akan terbentuk bayangan yang nyata,
terbalik dan diperkecil. Sel-sel batang dan sel-sel kerucut akan meneruskan sinyal
cahaya melalui saraf optik. Saraf optik akan membawa sinyal melewati kiasma
optikum dimana kedua bagian nasal dari mata dekstra maupun sinistra akan
menyilang pada kiasma optikum. Selanjutnya, sinyal akan diteruskan melalui
traktus optikum lalu dibawa menuju korpus genikulatum lateral yang akan
membawa sinyal menuju radiatio optika lalu ke korteks visual dan berakhir pada
area 17 Brodmann. Saat sinyal sudah mencapai otak, otak akan memproses
bayangan tersebut sehingga tidak dalam keadaan terbalik.

2.6.2. Apa definisi dari glaukoma?


Glaukoma merupakan suatu penyakit pada nervus optik yang ditandai dengan
adanya cekungan atau cupping pada diskus optikus dan terjadi penyempitan lapang
pandang yang disertai dengan meningkatnya tekanan intraokuler yang sekaligus
merupakan faktor resiko terjadi glaukoma. Glaukoma dapat menyebabkan gangguan
lapang pandang hingga kebutaan. Peningkatan tekanan intraokuler pada penyakit
glaukoma dipengaruhi oleh gangguan pada aliran keluar dari humor aquos. Glaukoma
dapat terjadi di semua usia.

2.6.3. Apa saja faktor yang menyebabkan gangguan penglihatan tanpa rasa nyeri ?
1. Usia/proses degenerasi/penuaan, contohnya seperti age-related macular
degeneration, katarak, presbiopia.
2. Sinar ultraviolet (UV). Sinar UV dari matahari dapat menyebabkan kerusakan
mata yang signifikan dari waktu ke waktu. Dua bentuk sinar UV dapat
mempengaruhi penglihatan: UV-A dan UV-B. UV-A telah terbukti menyebabkan
kerusakan pada bagian tengah retina yang dikenal sebagai makula, yang berfungsi
sebagai platform untuk cahaya yang difokuskan oleh kornea dan lensa. Sinar UV-
A dapat merusak penglihatan sentral Anda, sedangkan sinar UV-B cenderung
merusak bagian depan mata, terutama lensa bagian depan dan kornea. Orang-
orang ini memiliki risiko penyakit mata yang meningkat seperti katarak, age-
related macular degeneration, dan pterygium.
3. Stress. Bisa dibilang cara paling serius bahwa stres dapat menyebabkan
kehilangan penglihatan adalah melalui suatu kondisi yang dikenal sebagai
retinopati serosa sentral. Stres diyakini berkontribusi pada kondisi tersebut, yang
terjadi ketika cairan menumpuk di dalam mata, khususnya di belakang retina.
Penumpukan cairan dapat menyebabkan retina terlepas, mengganggu penglihatan
seseorang. Biasanya, kondisi hanya terjadi pada satu mata, dan gejala utamanya
adalah penglihatan kabur.
4. Merokok. Kebiasaan merokok adalah faktor risiko untuk semua penyakit mata
utama yang serius, termasuk glaukoma, age-related macular degeneration (AMD),
katarak dan retinopati diabetes. Perokok adalah antara tiga dan empat kali lebih
mungkin didiagnosis dengan AMD dan tiga kali lebih mungkin untuk
mengembangkan katarak dibandingkan bukan perokok. Merokok juga
berkontribusi terhadap peningkatan tekanan darah, yang dikenal sebagai faktor
risiko glaukoma. Merokok bahkan dapat meningkatkan risiko terkena diabetes.
5. Kelainan refraksi. Kelainan refraksi adalah kondisi di mana cahaya yang masuk
ke dalam mata tidak dapat difokuskan dengan jelas. Hal ini membuat bayangan
benda terlihat buram atau tidak tajam. Penyebabnya bisa karena panjang bola
mata terlalu panjang atau bahkan terlalu pendek, perubahan bentuk kornea, dan
penuaan lensa mata. Kelainan pada bentuk mata tersebut menyebabkan cahaya
tidak tidak jatuh tepat pada retina. Jenis kelainan refrkasi mata antara lain miopia
(rabun jauh), hiperopia (rabun dekat), presbiopia (kehilangan penglihatan dekat
dengan bertambahnya usia), dan astigmatisma.
6. Genetik contohnya seperti retinitis pigmentosa
7. Gangguan metabolisme seperti: diabetes mellitus menyebabkan diabetic
retinopathy
8. Lahir prematur, dapat menyebabkan retinopathy of prematurity
9. Obat-obatan: banyak obat, seperti yang diresepkan untuk osteoporosis, kondisi
prostat dan disfungsi ereksi, terutama diresepkan untuk orang tua, yang sudah
memiliki risiko lebih tinggi kehilangan penglihatan. Obat lainnya seperti
psikotropik, obat hipertensi, obat statin, obat kortikosteroid.

2.6.4. Apa saja etiologi dan faktor risiko glaukoma ?


Etiologi dari glaukoma diketahui adalah peningkatan tekanan intraokular namun
beberapa penelitian menjelaskan etiologi sesuai dengan masing-masing tipe dari
glaukoma. Pada glaukoma jenis primary open angle glaucoma, dapat terjadi karena
sistem drainase mata tidak berjalan secara efisien dan terjadi penumpukan cairan dan
terjadi kekurangan perfusi darah ke nervus optikus. Jenis glaukoma angle closure
glaucoma terjadi karena sudut drainase atau canalis schlemm tertutup atau sempit, hal ini
terjadi karena adanya pembesaran mata sehingga mempersempit ruang antara iris dan
kornea. Pada jenis secondary glaukoma terjadi karena adanya penyakit lain yang diderita
pasien atau terjadi karena suatu tindakkan medis.
Beberapa faktor resiko yang turut mempengaruhi terjadinya penyakit yaitu usia
diatas 40 tahun, terdapat riwayat miopi atau rabun jauh dan hyperopia atau rabun dekat
yang tinggi, penyakit sistemik seperti Diabetes mellitus, penyakit jantung koroner,
riwayat terjadinya penyakit glaukoma pada keluarga, terdapat riwayat trauma, beberapa
ras seperti Afrika-Amerika lebih sering terjadi glaukoma dan penggunaan obat seperti
steroid dalam jangka waktu yang lama

2.6.5. Bagaimana patofisiologi glaukoma ?


Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena peningkatan tekanan
dalam bola mata. Batas tekanan bola mata normal adalah sekitar 10-20 mmHg
sedangkan penderita glaukoma memiliki tekanan bola mata yang lebih dari normal
bahkan mencapai 50-60 mmHg pada keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi akan
menyebabkan kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata maka kerusakan saraf yang
terjadi akan lebih berat. Tekanan bola mata dapat meningkat akibat adanya hambatan
dalam aliran cairan didalam bola mata yang disebut dengan akuos humor. Cairan ini di
produksi dalam mata untuk memberi nutrisi dalam mata, setelah itu cairan tersebut akan
dikeluarkan melalui saluran yang disebut trabekula dan akhirnya keluar dari dalam mata
dan diserap oleh jaringan disekitarnya. Apabila aliran keluarnya cairan terganggu maka
tekanan mata akan meningkat. Penyumbatan yang terjadi secara mendadak akan
menyebabkan gangguan aliran yang berat tekanan mata akan tinggi. Penyumbatan yang
terjadi secara perlahan akan menyebabkan peningkatan tekanan mata yang perlahan atau
kronik. Patogenesis dari glaukoma belum dapat diketahui secara pasti, namun
peningkatan tekanan intraokular diduga berkaitan dengan adanya kematian sel ganglion
retina yang menyebabkan terjadinya penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti dalam
retina serta berkurangnya akson di nervus optikus. Terjadi pembesaran pada cawan optic
dan atrofi pada diskus optikus.
2.6.6. Bagaimana klasifikasi glaukoma?
a. Congenitalglaucoma
Jenis glaukoma yang terjadi pada bayi yang disebabkan karena adanya
gangguan perkembangan atau perkembangan yang tidak lengkap dari saluran
drainase mata saat bayi masih dalam kandungan (prenatal). Kondisi ini merupakan
kondisi yang langkah dan mungkin diturunkan dari orang tua.
b. Primary open angle glaucoma (POAG) / Chronic glaucoma
Merupakan glaucoma yang memiliki sudut lebar atau terbuka antara iris
dan kornea dan merupakan tipe glaucoma yang paling umum terjadi (90% dari
seluruh kasus glaukoma) yang disebabkan karena lambatnya penyumbatan saluran
drainase yg menyebabkan tekanan intraokular menjadi tinggi sehingga terjadinya
kerusakan saraf optik. Kerusakan optik dapat terjadi karena kurangnya aliran darah
yang dapat melewati pembuluh darah kecil yang menyokong nutrisi saraf selain itu
juga disebabkan karena saraf optic terdesak oleh tekanan intraokular yang tinggi.
c. Primary angle closure glaucoma (PACG) / Acute glaucoma
Merupakan tipe glaukoma sudut tertutup, yaitu sudut iris dan kornea
dalam keadaan yang sempit atau tertutup sehingga menghalangi drainase mata
melalui trabecular meshwork. Disebut primer karena tidak ada penyebab yang
diketahui yang berkaitan dengan kondisi lain. Jika sudah terjadi kerusakan saraf
optic maka akan disebut sebagai chronic primary angle closure glaucoma
d. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder bisa berupa tipe glaukoma sudut terbuka dan sudut
tertutup dan dapat terjadi unilateral maupun bilateral. Glaukoma sekunder dapat
disebabkan oleh cedera mata, peradangan, obat-obatan tertentu seperti steroid dan
kasus katarak atau diabetes. Contoh dari glaukoma sekunder adalah exfoliative
glaucoma, pigmentary glaucoma, traumatic glaucoma, neovascular glaucoma,
Uveitic glaucoma dan lain-lain.
2.6.7. Apa saja gejala klinis glaukoma?
➔ Congenital Glaucoma : fotofobia, buftalmos, tekanan intraokular meningkat,
kekeruhan dan edema kornea, ruptura membran descemet, dan pembesaran
segmen mata anterior.
➔ Primary Glaucoma
Tekanan intraokular meningkat, gangguan penglihatan dan lapang pandang.
◆ Primary Open Angle Glaucoma :
Bilik mata depan dalam keadaan normal dan tidak ditemukan penyebab
peningkatan tekanan intraokular.
◆ Primary Angle Closure Glaucoma
● Acute Angle Closure :
○ Tidak bisa melihat secara tiba-tiba disertai rasa nyeri, mual dan
muntah.
○ a steamy cornea, dilatasi pupil, dan injeksi siliar.
● Subacute Angle Closure :
○ Tekanan intraokular meningkat dalam waktu yang singkat namun
sering berulang.
○ Nyeri unilateral, mata merah, penglihatan kabur.
○ Sering terjadi pada sore hari dan gejala menghilang pada malam hari.
● Chronic Angle Closure Glaucoma

2.6.8. Apa pemeriksaan lanjutan yang dilanjutkan ?


Untuk pemeriksaan dengan gejala pasien glaukoma dapat dilakukan visual field
test dengan tes konfrontasi, selain itu juga diperlukan pemeriksaan tonometri untuk
mengetahui ukuran intraokuler pada mata untuk mendiagnosis pasti glaukoma. Pada
orang normal tekanan intraokular akan didapatkan berkisar 12-22 mmHg serta toleransi
untuk orang lanjut usia 24 mmHg oleh karena faktor degenerasi sedangkan untuk
penderita glaukoma akan didapatkan tekanan yang tinggi lebih dari 22 mmHg hingga
dapat mencapai lebih dari 60 mmHg. Tingginya tekanan intraokuler juga dipengaruhi
oleh ketebalan dari kornea, maka itu dapat dilakukan pemeriksaan pachymetry untuk
mengukur ketebalan kornea. Selain dari 3 pemeriksaan tersebut dapat juga dilakukan
ophthalmoscopy dan gonioscopy. Pemeriksaan ophthalmoscopy digunakan untuk melihat
bentuk dan ukuran dari nervus optikus serta melihat C/D ratio. Pemeriksaan Gonioscopy
dilakukan untuk melihat anterior chamber angle dimana sudut iris bertemu dengan kornea
sehingga dapat dibedakannya glaukoma yang dialami pasien adalah open angle atau
closed angle. Pada glaukoma sudut terbuka dapat terlihat trabecular meshwork, scleral
spur, processes iris pada pemeriksaan, sedangkan pada glaukoma sudut sempit dan
glaukoma sudut tertutup dapat diketahui dari terlihat atau tidak sedikit bagian dari
trabecular meshwork atau yang disebut dengan schwalbe’s line.

2.6.9. Bagaimana penatalaksanaan glaukoma ?


Oleh karena glaukoma merupakan penyakit yang irreversible maka tujuan dalam
tatalaksana glaukoma ialah untuk menurunkan tekanan intraokuler yang tinggi dan
mencegah penderita untuk kehilangan penglihatan. Dalam pemilihan tatalaksana yang
hendak dilakukan untuk penderita harus dipertimbangkan dengan faktor risiko yang
mempengaruhi seperti usia, tingkat kerusakan saraf penglihatan, tingginya tekanan
intraokuler dan efek samping yang mungkin terjadi.
● Obat tetes mata
Pada obat tetes mata didapatkan beberapa golongan obat yang terkandung di
dalamnya yaitu:
- Beta Bloker dan Prostaglandin (tatalaksana lini pertama) untuk meningkatkan
drainase aqueous humour mata.
- Cholinergic drugs untuk meningkatkan kan drainase aqueous humor
- Carbonic anhydrase inhibitors bekerja dengan mengurangi produksi dari
aqueous humour
-Alpha-adrenergic agonis bekerja dengan mengurangi produksi aqueous humor
dan meningkatkan drainase pada waktu yang bersamaan
● Trabekulektomi
Tindakan operasi ini dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan tekanan
intraokuler dengan pemotongan sebagian kecil sklera hingga aqueous humour
dapat keluar mengalir dari mata.trabekulektomi adalah sebuah terapi operasi yang
sering dilakukan untuk mengatasi glaukoma. Efek samping yang dapat terjadi
ialah adanya gangguan penglihatan untuk sesaat setelah operasi, bekas luka
operasi, dan risiko katarak namun akan timbul lebih lama.
● Laser Surgery
Tindakan penggunaan laser ini akan meningkatkan drainase dari aqueous
humour pada mata hingga membuat tekanan intraokuler menurun sebagai salah
satu terapi tambahan setelah diberikannya obat tetes mata. Terdapat 2macam
terapi pada terapi penggunaan laser ini yaitu Trabeculoplasty dan Iridotomy.
Pada pasien dengan glaukoma sudut terbuka ma akan dilakukan trabeculoplasty
diman laser digunakan untuk membuat drainase pada sudut. Sedangkan untuk
pasien dengan glaukoma sudut tertutup akan dilakukan iridotomy, yaitu tindakan
penggunaan laser untuk membuat lubang kecil pada iris sebagai drainase sudut.
Efek samping tindakan laser ini adalah adanya kemerahan dan rasa dryness pada
mata serta dapat menimbulkan pandangan kabur.

2.6.10. Apa saja komplikasi glaukoma ?


Glaukoma yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kebutaan
permanen. Selain kebutaan, pasien juga dapat merasakan nyeri hebat pada mata akibat
persarafan nyeri di mata terstimulasi oleh tekanan. Komplikasi lain yang dapat dialami
pasien adalah komplikasi yang berasal dari pembedahan, seperti ocular decompression
retinopathy, choroidal detachment, retinal detachment, endophthalmitis, vitreous
haemorrhage, dan lain-lain.

2.6.11. Bagaimana prognosis penyakit glaukoma ?


Pada glaukoma sudut terbuka, terapi yang adekuat dan tepat dapat menurunkan
risiko kebutaan. Namun jika terapi tidak adekuat, maka dapat terjadi kebutaan permanen.
Pada glaukoma sudut tertutup akut, terapi inisial sangat penting untuk
menyelamatkan tajam penglihatan. Pada kondisi glaukoma akut yang terabaikan, dalam 2
hari atau lebih, kebutaan dapat terjadi dan perbaikan menjadi sangat minimal.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Glaukoma adalah penyakit yang merusak nervus optikus, yang disebabkan oleh
penumpukan cairan di bagian depan mata yang mana akan meningkatkan tekanan
intraokular dan merusak papil nervus optikus. Glaukoma dapat menyebabkan gangguan
lapang pandang hingga kebutaan. Seseorang dikatakan mengalami glaukoma bila terdapat
kerusakan pada nervus optikus, gangguan pada lapang pandang, dan ada/tidaknya
peningkatan tekanan intraokuler. Glaukoma dapat terjadi pada semua kalangan usia
sehingga harus diperhatikan penyebab serta faktor risiko pada pasien. Tatalaksana yang
tepat diperlukan untuk menghindari komplikasi yang serius seperti kebutaan.
3.2. Saran
Setiap anggota PBL perlu melakukan pembelajaran dari referensi yang ada
maupun dari sumber lain secara lebih mendalam sehingga menghasilkan jawaban LO
yang lebih baik dan mendalam, dan diperlukan adanya kerjasama dalam pembuatan
laporan PBL sehingga laporan PBL dapat terselesaikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Apa itu Kelainan Refraksi ? - Direktorat P2PTM [Internet]. Direktorat P2PTM. 2018
[cited 26 April 2020]. Available from: http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/gangguan-indera-fungsional/page/2/apa-itu-kelainan-refraksi
2. Refractive Errors | Kellogg Eye Center | Michigan Medicine [Internet].
Umkelloggeye.org. [cited 26 April 2020]. Available from:
https://www.umkelloggeye.org/conditions-treatments/refractive-errors
3. Rohit V. Five Factors Contributing to Vision Loss | Dr. Rohit Varma | Ophthalmologist
and Physician-Scientist [Internet]. Drrohitvarma.com. [cited 26 April 2020]. Available
from: https://drrohitvarma.com/five-factors-contributing-to-vision-loss/
4. What Causes Low Vision? [Internet]. Aoa.org. [cited 26 April 2020]. Available from:
https://www.aoa.org/patients-and-public/caring-for-your-vision/low-vision/what-causes-
low-vision
5. Al-Maskari A, Riordan-Eva P, Augsburger J. Vaughan & Asbury's general
ophthalmology. 19th ed. New York: The McGraw-Hill Education; 2018.
6. Sahoo N, Balijepalli P, Singh S, Jhingan M, Senthil S, Chhablani J. Retina and glaucoma:
surgical complications [Internet]. BMC SpringerNature. 2018 [cited 1 May 2020].
Available from:
http://https://journalretinavitreous.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40942-018-0135-
x
7. Anatomy of the Eye | Kellogg Eye Center | Michigan Medicine [Internet].
Umkelloggeye.org. [cited 1 May 2020]. Available from:
https://www.umkelloggeye.org/conditions-treatments/anatomy-eye
8. Weinreb RN, Aung T, Medeiros FA. The Pathophysiology and Treatment of Glaucoma.
JAMA. 2014 May 14;311(18):1901–11.

Anda mungkin juga menyukai