Anda di halaman 1dari 30

Keperawatan Anak

(Asuhan Keperawatan Gangguan Penglihatan Pada Anak


(Buta))

disusun oleh :

Anisa Bone : 01909010003


Endra Kristiono : 01909010017
Fadila Awaliya Lamanau : 01909010019
Gery Eko Jovannaldo : 01909010023
Regina pratiwi nurhamidin : 01909010044
Wanda trisuci potabuga : 01909010101

Kelas : A keperawatan semester 4

JURUSAN KEPERAWATAN
INSTITUTE KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA
KOTA KOTAMOBAGU
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME). Di mana
Tuhan YME telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat
membuat “Asuhan Keperawatan Gangguan Penglihatan Pada Anak (Buta))”.
Asuhan Keperawatan ini telah kami susun dengan sistematis dan sebaik mungkin.

Dengan selesainya Asuhan Keperawatan Gangguan Penglihatan Pada Anak (Buta)


ini, maka kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih. kami juga
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
Asuhan Keperawatan Gangguan Penglihatan Pada Anak (Buta) ini. Demikian
Asuhan Keperawatan Gangguan Penglihatan Pada Anak (Buta) ini saya  mohon
kritik dan sarannya apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Asuhan Keperawatan ini dapat berguna untuk para pembaca.

Kotamobagu, 19 November 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................


KATA PENGANTAR ..............................................................................................
DAFTAR ISI …………………………………….....................................................
BAB I : PENDAHULUAN .......................................................................................
A. Latar Belakang ..........................................................................................
B. Rumusan masalah......................................................................................
C. Tujuan ......................................................................................................

BAB II : Tinjauan Teori ...........................................................................................


A. Pengertian ................................................................................................
B. Anatomi dan Fisiologi...............................................................................
C. Klasifikasi .................................................................................................
D. Etiologic ....................................................................................................
E. Manifestasi klinis.......................................................................................
F. Patofisiologi ..............................................................................................
G. Pemeriksaan penunjang ............................................................................
H. Penatalaksanaan ........................................................................................

BAB III : Asuhan Keperawatan.................................................................................


A. Pengkajian.................................................................................................
B. Diagnosa keperawatan...............................................................................
C. Intervensi ..................................................................................................
D. Implementasi ............................................................................................
BAB IV : PENUTUP................................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..


BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Mata dapat dikatakan sebagai bagian dari pancaindra yang paling
penting, dari mata kita dapat melihat, belajar dan melakukan semua
kegiatan dengan optimal. Mata merupakan jendela otak karena 90%
informasi yang di peroleh otak berasal dari mata. Jika pada system
penglihatan mengalami gangguan maka akan berdampak besar dalam
kehidupan sehari-hari.
Gangguan penglihatan masih menjadi sebuah masalah di dunia.
Angka kejadian gangguan penglihatan di dunia cukup tinggi yakni
mencakup 4,25 % dari penduduk dunia atau sekitar 285 juta orang yang
mana 86% diantaranya mengalami gangguan penglihatan lemah dan 14%
sisanya mengalami kebutaan. Gangguan penglihatan itu disebabkan
berbagai macam penyakit seperti gangguan refraktif yang tidak terkoreksi
(42%), katarak (33%), glaukoma (2%), trakoma (1%), diabetes retinopati
(1%), penyebab lain (18%).
Indonesia memiliki angka kebutaan tertinggi di wilayah Asia
Tenggara. Hasil survey kesehatan indera penglihatan tahun 1993 –1996
menunjukkan angka kebutaan 1,5 % dengan penyebab utama katarak
(0,78%), glaukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), dan penyakit –
penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38%) (Kemenkes,
2005).Dari data tersebut dapat diketahui bahwa di Indonesia katarak
sebagai penyebab utama kebutaan.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan penglihatan (kebutaan)?
2. Apa anatomi dan fisiologi gangguan penglihatan?
3. Apa klasifikasi gangguan penglihatan?
4. Apa penyebab gangguan penglihatan (kebutaan)?
5. Apa tanda dan gejala gangguan penglihatan (kebutaan)?
6. Apa patofisiologis dari gangguan penglihatan (kebutaan)?
7. Apa pemeriksaan penunjang untuk gangguan penglihatan
(kebutaan)?
8. Bagaimana penatalaksanaan gangguan penglihatan (kebutaan)?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan gangguan
penglihatan (kebutaan)
2. Untuk mengetahui apa klasifikasi dari gangguan penglihatan
(kebutaan)
3. Untuk mengetahui apa etiologi dari gangguan penglihatan
(kebutaan)
4. Untuk mengetahui apa manifestasi klinis dari gangguan
penglihatan (kebutaan)
5. Untuk mengetahui apa patofisiologis dari gangguan penglihatan
(kebutaan)
6. Untuk mengetahui apa pemeriksaan penunjang dari gangguan
penglihatan (kebutaan)
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari gangguan
penglihatan (kebutaan)
BAB II
Isi

A. Pengertian
Gangguan penglihatan adalah kondisi yang ditandai dengan
penurunan tajam penglihatan ataupun menurunya luas lapang pandang,
yang dapat mengakibatkan kebutaan (Quigley dan Broman, 2006).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian TunaNetra
ialah tidak dapat melihat, buta. Sedangkan menurut Direktorat pembinaan
sekolah luar biasa yang dimaksud dengan tunanetra adalah seseorang yang
memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indra
penglihatan. Karena adanya hambatan dalam penglihatan serta tidak
berfungsinya penglihatan (hewat dan Orlansky, 1988)
 Kebutaan adalah Seseorang yang terhambat mobilitas gerak yang
disebabkan oleh hilang/berkurangnya fungsi penglihatan sebagai
akibat dari kelahiran, kecelakaan maupun penyakit. (Marjuki,
2009)
 Kebutaan adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam
penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Karena
adanya hambatan dalam penglihatan serta tidak berfungsinya
penglihatan. (Heward & Orlansky, 2011)
 Kebutaan adalah ketidakmampuan mata untuk melihat dalam jarak
3 meter atau kurang. (Depkes RI,2010)
B. Anatomi dan fisiologi mata
Mata adalah organ sensori yang mentransmisikan rangsang melalui saraf
pada otak ke lobus oksipital, dimana rasa penglihatan ini diterima
1. Mata eksternal
 Kelopak mata adalah lipatan-lipatan kulit dengan pelekatan
otot yang memungkinkannya untuk bergerak. Kelopak mata
melindungi bola mata yang berkedip secara reflektif dan
menggerakan cairan yang melumasi pergerakan mata.
 Fisura Palpebra adalah lubang diantara kelopak mata
dibagian atas dan bagian bawa. Bulu mata pada tepi
kelopak mencegah objek dari udara masuk ke mata,
intropion dimana kelopak mata terlipat kedalam sehingga
bulu mata menggesek mata menyebabkan abrasi kornea.
Ektropion dimana kelopak mata terbalik keluar, mencegah
penutupan dan menyebabkan kemerahan dan kongesti bola
mata.
 Alis mata terletak secara transfersal diatas kedua mata
sepanjang puncak orbital superior tulang tengkorak rambut
pendek dan tebal ini mencegah keringat masuk ke mata
sesuai proses penuaan alis berubah kelabu.
 Konjungtiva yaitu suatu yang tipis, transparan dan sekresi
mucus, terbagi dalam dua bagian :
 Konjungtiva palpebral yang mengatasi permukaan
interior dari masing-masing kelopak mata dan
tampak merah muda berkilau hingga merah dan
 konjungtiva bulbaris yang mengatasi permukaan
anterior bola mata sampai tembus dan tampak jelas.
Sesuai dengan proses penuaan, konjungtiva menipis dan
berwarna kekuningan.
 Apratus lakrimalis terdiri dari kelenjar lakrimalis, duktus
dan pungtalakmalis. Kelenjar laktimalis terletak pada
bagian superolateral pada orbit dan dipersarafi oleh saraf
kranialis VII (fasialis) kelenjar ini yang melembabkan
konjungtiva dan kornea.

2. Mata internal
 Sklera
Sclera atau bagian putih mata tersusu atas jaringan-jaringan
klastis dan kolagen yang memberi bentuk dan melindungi
struktur-struktur bagian dalam dari bola mata. Beberapa
lansia dapat terjadi bintik-bintik coklat pada sklera
 Lensa
Lensa memisahkan bola mata dalam 2 rongga : ruangan
anterior dan posterior,
- ruang anterior terletak didepan iris dan belakang
kornea.
- Ruang posterior diantara iris dan lensa.
Gloukoma suatu penyakit mata yang saring kali
berhubungan dengan proses penuaan.
 Iris
Iris adalah piringan bulat dan berpigmen dikelilingi oleh
serat otot polos. Kontraksi serat otot ini mengatur diameter
pupil, lubang ditengah iris sesuai dengan proses penuaan
pupil menurun dalam ukuran dan kemampuannya untuk
kontraksi pada respon dan cahaya akomodasi.
 Retina
Retina adalah lapisan mata paling dalam dimana bayangan
diproyeksikan. Struktur retina tampak dengan octal
mokopis meliputi piringan optik atau saraf utama pada saraf
optik. Saraf optik : pembulu-pebulu darah retina yang
timbul dari piringan optic : macula, dimana penglihatan
pusat dan persepsi warna diskonsentrasikan dan latar
belakang retina jingga kemerahan itu sendiri.

3. Otot-otot ekstraokuler
Gerakan-gerakan bola mata dikontrol oleh 6 otot ekstrisik : otot
rektusuporior, inferior, radial, dan median dan otot-otot
abliqsuperior dan inferior. Mata bergerak dalam arah yang sama
karena otot pada satu mata bekerja dengan otot yang berhubungan
dengan mata yang lainnya. Otot mata dipersarafi oleh tiga saraf
cranial, saraf inferior dan otot oblique superior dan inferior. Saraf
troklear (SK IV) mempersarafi otot oblique superior dan otot
abduse (SK VI) mempersarafi otot rektus lateral
C. Klasifikasi gangguan penglihatan
Berdasarkan klasifikasi International Classification Of Functioning For
Disability and Health (IFC) dalam Marjuki (2009), penyandang cacat
penglihatan diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
1) Low Vision (penglihatan sisa) adalah seseorang yang mengalami
kesulian / gangguan jika dalam jarak minimal 30cm dengan
penerangan yang cukup tidak dapat melihat dengan jelas baik
bentuk, ukuran, dan warna. Jika responden memakai kacamata
maka ditanyakan adalah kesulitan melihat ketika melihat tanpa
kacamata
2) Light perception (persepsi cahaya) yaitu seseorang hanya dapat
membedakan terang dan gelap namun tidak dapat melihat benda
didepannya.
3) Totally blind (buta total) yaitu seseorang tidak memiliki
kemampuan untuk mengetahui / membedakan adanya sinar kuat
yang ada langsung didepan matanya .

Sedangkan menurut Direktorat pembinaan sekolah luar biasa, ada


beberapa klasifikasi tunanetra, seperti dibawa ini :
a. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan :
1) Tunanetra sebelum dan sejak lahir, yakni mereka sama
sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.
2) Tunanetra setelah lahir dan atau pada usia kecil, mereka
telah memiliki kesan-kesan visual serta pengalaman visual
tetapi belum kuat dan mudah terlupakan
3) Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja :
mereka telah memiiki kesan- kesan visual dan
meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses
perkembangan pribadi
4) Tunanetra pada usia dewasa, pada umumnya mereka yang
dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan
penyesuaian diri
5) Tunanetra dalam usia lanjut ; sebagian besar sudah sulit
mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri
b. Berdasarkan kemampuan daya penglihatan
1) Tuna netra ringan (defective vision/low vision) : yakni
mereka yang memiliki hambatan akan tetapi mereka masih
dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu
melakukan pekerjaan atau kegiatan yang menggunakan
fungsi penglihatan
2) Tuna netra setengah berat (partialy sighted) yakni mereka
yang kehilangan sebagian daya penglihatan hanya dengan
menggunakan kaca pembesar mampu mengkuti pendidikan
biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal.
3) Tunanetra berat (totally blind) yakni mereka yang sama
sekali idak melihat.

D. Etiologi
Penyebab cacat mata atau kebutaan adalah sebagai berikut :
1.Katarak
Adalah opasitaslensa kristalina yang normalnya jernih. Biasnya
terjadi akibat proses penuaan tetapi dapat timbul pada saat proses
kelahiran (katarak konginetal).
2.Glukoma
Adalah berkurangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf
optikus.
3.Unveitis
Adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea karena uvea
mengandung banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi mata
dan membatasi bagian mata yang lain, maka inflamasi lapisan ini
dapat mengancam penglihatan.
4.Kemerosotan macula
Adalah keadaan yang mengakibatkan kehilangan penglihatan
sentral progresif yang mengakibatkan kebutaan.
5.Trakoma
Adalah penyakit infeksi yang mengenai lebih dari 500 juta manusia
diseluruh dunia.
6.Strabismus (juling)
Istilah strabismus digunakan untuk menunjukkan suatu kondisi
dimana image obyek yang dilihat tidak diterima secara baik oleh
mata kanan dan mata kiri. Dengan kata lain kedua mata tidak
bekerja secara bersama-sama karena tidak ada koordinasi yang
baik antara otot-otot mata. Akibatnya dalam retina terdapat dua
image terhadap satu obyek yang sedang dilihat. Kondisi ini disebut
diplopia. Untuk menolong penderita strabismus dapat dilakukan
operasi pada otot mata.
7.Nystagmus
Nystagmus adalah suatu kondisi dimana mata bergerak secara
cepat dan tidak teratur. Nystagmus dapat terjadi pada seseorang
karena kelelahan atau stress dan juga dapat terjadi karena adanya
kerusakan pada otak atau gangguan medis lain yang kronis.
Penderita nystagmus tidak dapat melihat suatu obyek dengan baik
karena matanya sselalu bergerak dan tidak dapat memfokuskan
obyek yang sedang dilihat.
8.Retinopati diabetic
Adalah komplikasi diabetes yang sering disebabkan oleh kerusakan
atau penyumbatan pembuluh darah yang memberi nutrisi retina
sebagai akibat kontrol glukosa darah yang tidak adekuat.

E. Manifestasi klinis
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam penglihatan secara
progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan
seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih.
1.Kehilangan, keredupan penglihatan.
2.Mata berair.
3.Seperti melihat benda terapung atau kilatan cahaya.
4.Kesulitan melihat ketika malam hari.
5. Mata tersasensitif ketika melihat cahaya.

F. Patofisiologis
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi
yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis: Pada zona
sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yan mengelilingi
keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya
usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di
sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior
nukleus. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
traansparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan: koagulasi,
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Kebutaan bisa terjadi bilateral, dapat
disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling
sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling
sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV,
obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang
kurang dalam jangka waktu yang lama.

G. Pemeriksaan penunjang
1.Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, kueus/ vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem syaraf, penglihatan keretina.
2.Lapang penglihatan: penurunan mungkin karena masa tumor,karotis,
glikoma.
3.Pengukuran tonografi: TIO (12-25 mmHg).
4.Pengukuran gonioscopy : membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma.
5.Test provokatif : menentukan adanya/tipe glukoma.
6.Oftalmoscopy: mengkaji struktur internal okuler, otrofi, papiledema,
perdarahan.
7.Darah lengkap. LE : menunjukkan anemi sistemik atauinfeksi.
8.EKG, kolesterol, serum, lipit.
9.Test toleransi glukosa: kontrol DM.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Orientasi danmobilitas dalam membantu pasien yang
mengalami gangguan penglihatan
2. Meningkatkan keamanan, kenyamanan dan mengurangi
ansietas dalam lingkungan pasien yang tidak mampu
meihat.
3. Mendukung dan memberi motivasi pada pasien.
4. Pemberian asuhan keperawatan.
Penatalaksanaan Medis
1. Diberikan alat bantu
2. Buku berbicara.
3. Braille.
4. Jam tangan dan jam dinding yang angkanya dapat diraba.
5. Permainan di atas meja yang dimodifikasi dengan rabaan
6. Tongkat.
Pembedahan
1. Trasplantasi kornea adalah operasi yang dilakukan dengan cara
mengangkat kornea penderita yang keruh dan menggantinya
dengan kornea donor yang masih jernih.
2. Operasi vitreoretinal adalah operasi mata untuk mengatasi
kelainan retina (selaput syaraf mata) atau vitreus.
BAB III
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
I. Identitas klien :
Nama : An. T K
Tempat, Tanggal Lahir : Manado, 12 februari 2018
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 5 tahun
Agama : Islam
Alamat : Manado
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Tanggal masuk : 28 oktober 2021
Diangnosa : Gangguan Penglihatan (kebutaan)

II. Identitas penanggung jawab :


Nama : Ny. K L
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hubungan dengan pasien : Ibu kandung pasien
Alamat : Manado
III. Keluhan utama :
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya merasa penglihatnya mulai
kabur dan nampak sulit melihat serta matanya nampak berair.

IV. Riwayat penyakit sekarang


Saat dilakukan pengkajian ibu pasien mengatakan bahwa anaknya
dibawa ke rumah sakit karena merasa penglihatanya mulai kabur
dan nampak sulit melihat serta nampak ada lingkaran cahaya
disekitar sinar, ibu pasien juga mengatakan bahwa mata anaknya
nampak berair dan anaknya mengeluh merasakan perih pada
bagian mata.

V. Riwayat penyakit dahulu


Ibu pasien mengatakan bahwa sebelumnya pasien pernah
mengalami kondisi yang serupa dan setelah dibawa ke dokter,
diberikan terapi tetes mata dan juga disarankan memakai kacamata
nampun setelah pulang ke rumah tidak ada perubahan sampai saat
ini dan penglihatnya masih tetap buram serta matanya masih
nampak berair dan pasien masih mengeluh merasakan perih pada
bagian mata.

VI. Pengkajian pola istirahat


1. Aktivitas / Istirahat :
Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
2. Makanan / Cairan
Mual, muntah
3. Neurosensori :
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di
ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak
lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan
perifer, fotofobia(glaukoma akut). Perubahan kacamata/pengobatan
tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda :
 Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea
berawan.
 Peningkatan penyebab katarak mata.
4. Nyeri / Kenyamanan :
Ketidaknyamanan ringan/mata berair, nyeri tiba- tiba/berat
menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala.
5. Penyuluhan / Pembelajaran :
Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
 Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh:
peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin.
Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan sensori perseptual berhubungan dengan kesulitan
melihat akibat pencahayaan menurun.
2. Gangguan Body Image berhubungan dengan cacat penglihatan
secara keseluruhan.
3. Resiko cidera berhubungan dengan sensitivitas mata.
C. Analisa Data

No Data fokus Etiologi Problem

1. Ds : Proses penyakit Masalah penglihatan


Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya (kebutaan) (kebutaan)
merasa penglihatnya mulai kabur dan
nampak sulit melihat serta matanya
nampak berair

Do :
- Mata pasien nampak berair
- Mata pasien nampak memerah
- Pupil mata pasien nampak
menyempit
- Pasien nampak takut saat
dilakukan pengkajian
- Pasien nampak gelisah
D. Intervensi keperawatan

No Diagnosa keperawatan NOC NIC

1. Gangguan sensori NOC : NIC :


perseptual Vision Compensation Pencapaian komunikasi :
berhubungan dengan behaviour defisit penglihatan
kesulitan melihat Kriteria hasil : 1. Kaji reaksi pasien
akibat pencahayaan - Memakai kaca mata terhadap penurunan
menurun atau lensa dengan penglihatan
benar 2. Ajak pasien untuk
- Memakai huruf braile menentukan tujuan dan
- Memakai penyinaran belajar untuk melihat
atau cahaya yang dengan cara yang lain
sesuai 3. Deskripsikan
lingkungan disekitar
pasien
4. Jangan memindahkan
sesuatu diruangan
pasien tanpa memberi
informasi kepada
pasien
5. Baca surat atau Koran
atau informasi lainnya
6. Sediakan huruf braile
7. Informasikan letak
benda-benda yang
sering diperlukan
pasien
Manajemen lingkungan :
1. Ciptakan lingkungan
yang aman bagi pasien
2. Pindahkan benda-benda
berbahaya dari
lingkungan pasien
3. Pasang side rail
4. Sediakan tempat tidur
yang rendah
5. Tempatkan benda-
benda pada tempat
yang dapat dijangkau
pasien

2. Gangguan body image a. Body image Body image enhacement


b.d cacat penglihatan b. Self esteem 1. Kaji secara verbal dan
secara keseluruhan Kriteria hasil : non verbal respon klien
a. Body image positif terhadap tubuhnya
b. Mampu 2. Monitor frekuensi
mengidentifikasi mengkritik dirinya
kekuatan personal 3. Jelaskan tentang
c. Mendeskripsikan secara pengobatan, perawatan,
factual perubahan fungsi kemajuan dan prognosis
tubuh penyakit
Mempertahankan interaksi 4. Dorong klien
sosial mengungkapkan
perasaannya
5. Identifikasi arti
kekurangan melalui
pemakaian alat bantu
6. Fasilitas kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil

3. Resiko cedera b.d Risk control Environment management


sensifitas mata Kriteria hasil : (manajemen lingkungan)
a. klien terbebas dari 1. sediakan lingkungan yang
cidera aman untuk pasien
b. klien mampu 2. identifikasi kebutuhan
menjelaskan cara atau keamanan pasien, sesuai
metode untuk dengan kondisi fisik dan
mencegah injury atau fungsi kognitif pasien dan
cedera riwayat penyakit terdahulu
c. klien mampu pasien
menjelaskan faktor 3. menghindarkan lingkungan
risiko dari lingkungan yang berbahaya (misal.
atau perilaku personal memindahkan perabotan)
d. mampu memodifikasi 4. memasang side rail tempat
gaya hidup untuk tidur
mencegah injury 5. menyediakan tempat tidur
e. menggunakan fasilitas yang nyaman dan bersih
Kesehatan yang ada 6. menempatkan sacral lampu
f. mampu mengenal yang mudah di jangkau
perubahan status pasien
kesehatan
7. membatasi pengunjung
8. memberikan penerangan
yang cukup
9. menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien
mengontrol lingkungan

E. Implementasi keperawatan

No Diagnosa keperawatan Implementasi


1. NIC :
Pencapaian komunikasi : defisit penglihatan
1. Mengkaji reaksi pasien terhadap
penurunan penglihatan
2. Mengajak pasien untuk menentukan
tujuan dan belajar untuk melihat dengan
cara yang lain
3. Mendeskripsikan lingkungan disekitar
pasien
4. Jangan memindahkan sesuatu diruangan
pasien tanpa memberi informasi kepada
pasien
5. Membaca surat atau Koran atau
informasi lainnya
6. Menyediakan huruf braile
7. Menginformasikan letak benda-benda
yang sering diperlukan pasien
Manajemen lingkungan :
1. Mengiptakan lingkungan yang aman bagi
pasien
2. Memindahkan benda-benda berbahaya
dari lingkungan pasien
3. Memasang side rail
4. Menyediakan tempat tidur yang rendah
5. Menempatkan benda- benda pada tempat
yang dapat dijangkau pasien

3. Body image enhacement


1. Mengkaji secara verbal dan non verbal
respon klien terhadap tubuhnya
2. Memonitor frekuensi mengkritik dirinya
3. Menjelaskan tentang pengobatan,
perawatan, kemajuan dan prognosis
penyakit
4. Mendorong klien mengungkapkan
perasaannya
5. Mengidentifikasi arti kekurangan melalui
pemakaian alat bantu
6. Memfasilitas kontak dengan individu lain
dalam kelompok kecil

3. Environment management (manajemen


lingkungan)
1. Menyediakan lingkungan yang aman untuk
pasien
2. Mengidentifikasi kebutuhan keamanan
pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit
terdahulu pasien
3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
(misal. memindahkan perabotan)
4. Memasang side rail tempat tidur
5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman
dan bersih
6. Menempatkan sacral lampu yang mudah di
jangkau pasien
7. Membatasi pengunjung
8. Memberikan penerangan yang cukup
9. Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien mengontrol lingkungan
F. Evaluasi

No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1. Gangguan sensori S:
perseptual berhubungan Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya
dengan kesulitan melihat merasa penglihatnya mulai kabur dan
akibat pencahayaan menurun. nampak sulit melihat serta matanya
nampak berair

O:
- Mata pasien nampak berair
- Mata pasien nampak memerah
- Pupil mata pasien nampak menyempit
- Pasien nampak takut saat dilakukan
pengkajian
- Pasien nampak gelisah

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi

2. Gangguan Body Image S:


berhubungan dengan cacat -
penglihatan secara O:
keseluruhan. - Pasien nampak takut saat dilakukan
pengkajian
- Pasien nampak gelisah
A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi

3. Resiko cidera berhubungan S:


dengan sensitivitas mata. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya
merasa penglihatnya mulai kabur dan
nampak sulit melihat serta matanya
nampak berair

O:
- Mata pasien nampak berair
- Mata pasien nampak memerah
- Pupil mata pasien nampak menyempit
- Pasien nampak takut saat dilakukan
pengkajian
- Pasien nampak gelisah

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan penglihatan adalah kondisi yang ditandai dengan


penurunan tajam penglihatan ataupun menurunya luas lapang pandang,
yang dapat mengakibatkan kebutaan (Quigley dan Broman, 2006).
Kebutaan adalah Seseorang yang terhambat mobilitas gerak yang
disebabkan oleh hilang/berkurangnya fungsi penglihatan sebagai akibat
dari kelahiran, kecelakaan maupun penyakit. (Marjuki, 2009)
Kebutaan adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam
penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Karena adanya
hambatan dalam penglihatan serta tidak berfungsinya penglihatan.
(Heward & Orlansky, 2011)
Kebutaan adalah ketidakmampuan mata untuk melihat dalam jarak
3 meter atau kurang. (Depkes RI,2010)
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/presentation/423670983/ASUHAN-
KEPERAWATAN-KEBUTAAN

https://pdfcoffee.com/askep-kebutaan-pdf-free.html

https://dokumen.tips/documents/askep-kebutaan.html

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/docdownloader.com-pdf-askep-sensori-
persepsi-rop-pada-anak-dd_82ea400b2c5c999de4803d1a8c246d54.pdf

Anda mungkin juga menyukai