Diusun Oleh :
Kelompok 3
2019/2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak
lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw.
karena atas rahmat dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, dan teman–teman semua
yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan
untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik.
kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Tujuan penulisan ........................................................................................2
Tujuan umum .......................................................................................2
Tujuan khusus ......................................................................................2
A. Pengkajian.................................................................................................13
B. Diagnosa...................................................................................................14
C. Intervensi...................................................................................................14
D. Evaluasi ....................................................................................................16
BAB IV PENUTUP...................................................................................................17
A. Kesimpulan ..............................................................................................17
B. Saran ........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali
tidak memiliki pengalaman penglihatan.
2. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki
kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah
terlupakan.
3. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah
memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang
mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
4. Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan
segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
5. Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti
latihan-latihan penyesuaian diri.
c. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak
dapat melihat.
C. Etiologi
1. Pre-natal
a. Keturunan
2. Post-natal
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat
terjadi sejak atau setelah bayi lahir antara lain:
a. Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat
benturan alat-alat atau benda keras.
b. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe,
sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya
setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya
penglihatan.
c. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan,
misalnya:
1) Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin
A.
2) Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon
trachomanis.
3) Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata
sehingga lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar
mata menjadi putih.
4) Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan
dalam bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat.
5) Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang
disebabkan karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-
pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem
sirkulasi hingga merusak penglihatan.
6) Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik,
dimana daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk.
Anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan
perifer akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara
jelas objek-objek di bagian tengah bidang penglihatan.
7) Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini
karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih
memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi yang
dilahirkan prematur biasanya ditempatkan pada inkubator yang
berisi oksigen dengan kadar tinggi, sehingga pada saat bayi
dikeluarkan dari inkubator terjadi perubahan kadar oksigen
yang dapat menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah
menjadi tidak normal dan meninggalkan semacam bekas luka
pada jaringan mata. Peristiwa ini sering menimbulkan
kerusakan pada selaput jala (retina) dan tunanetra total.
1. Fisik (Physical)
Keadaan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan anak sebaya
lainnya. Perbedaan nyata diantara mereka hanya terdapat pada organ
penglihatannya. Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik
diantaranya :
a. Mata juling
b. Sering berkedip
c. Menyipitkan mata
d. (kelopak) mata merah
e. Mata infeksi
f. Gerakan mata tak beraturan dan cepat
g. Mata selalu berair (mengeluarkan air mata)
2. Perilaku
Ada beberapa gejala tingkah laku yang tampak sebagai petunjuk
dalam mengenal anak yang mengalami gangguan penglihatan secara
dini :
a. Menggosok mata secara berlebihan.
b. Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala atau
mencondongkan kepala ke depan.
c. Sukar membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain yang
sangat memerlukan penggunaan mata.
d. Berkedip lebih banyak daripada biasanya atau lekas marah apabila
mengerjakan suatu pekerjaan.
e. Membawa bukunya ke dekat mata.
f. Tidak dapat melihat benda-benda yang agak jauh.
g. Menyipitkan mata atau mengkerutkan dahi.
h. Tidak tertarik perhatiannya pada objek penglihatan atau pada
tugas-tugas yang memerlukan penglihatan seperti melihat gambar
atau membaca.
i. Janggal dalam bermain yang memerlukan kerjasama tangan dan
mata.
3. Psikis
Secara psikis anak tunanetra dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Mental/intelektual
b. Sosial
Hubungan sosial yang pertama terjadi dengan anak adalah
hubungan dengan ibu, ayah, dan anggota keluarga lain yang ada di
lingkungan keluarga. Kadang kala ada orang tua dan anggota
keluarga yang tidak siap menerima kehadiran anak tunanetra,
sehingga muncul ketegangan, gelisah di antara keluarga. Akibat
dari keterbatasan rangsangan visual untuk menerima perlakuan
orang lain terhadap dirinya.
4. Akademis
Karakteristik Anak Tunanetra dalam Aspek Akademis Tilman &
Osborn (1969) menemukan beberapa perbedaan antara anak tunanetra
dan anak awas.
a. Anak tunanetra menyimpan pengalaman-pengalaman khusus
seperti halnya anak awas, namun pengalaman-pengalaman tersebut
kurang terintegrasikan.
b. Anak tunanetra mendapatkan angka yang hampir sama dengan
anak awas, dalam hal berhitung, informasi, dan kosakata, tetapi
kurang baik dalam hal pemahaman (comprehention) dan persaman.
5. Low Vision
Beberapa ciri yang tampak pada anak low vision antara lain:
a. Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat.
b. Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar.
c. Mata tampak lain; terlihat putih di tengah mata (katarak) atau
kornea (bagian bening di depan mata) terlihat berkabut.
d. Terlihat tidak menatap lurus ke depan.
e. Memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama di cahaya
terang atau saat mencoba melihat sesuatu.
f. Lebih sulit melihat pada malam hari daripada siang hari.
E. Dampak tunanetra
Penglihatan merupakan salah satu saluran informasi yang sangat
penting bagi manusia selain pendengaran, pengecap, pembau, dan
perabaan. Pengalaman manusia kira-kira 80 persen dibentuk berdasarkan
informasi dari penglihatan. Di bandingkan dengan indera yang lain indera
penglihatan mempunyai jangkauan yang lebih luas. Pada saat seseorang
melihat sebuah mobil maka ada banyak informasi yang sekaligus
diperoleh seperti misalnya warna mobil, ukuran mobil, bentuk mobel, dan
lain-lain termasuk detail bagian-bagiannya. Informasi semacam itu tidak
mudah diperoleh dengan indera selain penglihatan. Kehilangan indera
penglihatan berarti kehilangan saluran informasi visual. Sebagai akibatnya
menyandang kelainan penglihatan akan kekuarangan atau kehilangan
informasi yang bersifat visual. Seseorang yang kehilangan atau mengalami
kelainan penglihatan, sebagai kompensasi, harus berupaya untuk
meningkatkan indera lain yang masih berfungsi. Seberapa jauh dampak
kehilangan atau kelainan penglihatan terhadap kemampuan seseorang
tergantung pada banyak faktor misalnya kapan (sebelum atau sesudah
lahir, masa balita atau sesudah lima tahun) terjadinya kelainan, berat
ringannya kelainan, jenis kelainan dan lain-lain. Seseorang yang
kehilangan penglihatan sebelum lahir sering sampai usia lima tahun
pengalaman visualnya sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.
Sedangkan yang kehilangan penglihatan setelah usia lima tahun atau lebih
dewasa biasanya masih memiliki pengalaman visual yang lebih baik tetapi
memiliki dampak yang lebih buruk terhadap penerimaan diri.
F. Pemeriksaan penunjang
A. Pengkajian
Tanggalpengkajian : 28 Maret 2020
Jam : 07.00 WIB
1. Identitas
No. RM : 23518
Nama : An. Z
Alamat : Kendal
Tempat / tanggal Lahir : Kendal, 24 Fbruari 2014
Usia : 6 tahun
Nama Ayah / Ibu : Tn.F/Ny.S
Pekerjaan Ayah : Supir
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Pendidikan Ayah : SMP
Pendidikan Ibu : SMP
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama masalah kesehatan yang dialami oleh An.Z adalah
Gangguan penglihatan.
b. Riwayat kesehatan: ibu An.Z mengatakan bahwa ankanya
mengalami gangguan penglihatan yaitu mata kelopak matanya
menutup.
c. Keadaan umum: kemampuan kemandirian An.Z sangat bergantung
pada ibunya, contohnya saat mengenakan pakaian, mandi,toileting.
Tetapi bisa makan sendiri tanpa disuapi.
d. Riwayat sosial: An. Z yang tinggal dengan kedua ortuanya dan
kakak perempuannya. Saat kesekolah di antar jemput oleh ibunya.
Sejak kecil selalu di bantu ibunya untuk melakukan aktifitas sehari
hari, saat ini klien mampu mengganti pakaian sendiri, dan mandiri
terhadap kebutuhan eliminasi. Kebutuhan makan disediakan oleh
ibunya, klien mampu makan dan minum sendiri.
e. Kemampuan kemandirian: Ketersedian baju ganti oleh orang tuanya,
klien masih dibantu memakai baju . Klien masih minta bantuan
untuk mengenali tempat eliminasi yang ada di samping kelas. klien
mampu makan sendiri.
f. Pada pemeriksaan berfocus pada mata: tampak kedua bola mata
kecil, kelopak mata atas tidak bisa di buka hanya ada kernyitan,
kedua kornea mata tampak keputihan, tidak bisa mengidentifikasi
objek di depan matanya.
g. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal 1 rumah
: Keturunan
: Pernikahan
: Klien
An. Z adalah anak kedua dari dua orang bersaudara, An.Z tinggal
bersama kedua orang tuannya yaitu ayah dan ibunya beserta kakak
Perempuanya. Ibu An. Z mengatakan bahwa didalam keluarganya
tidak ada riwayat Tunanetra yang seperti dialami An.Z saat ini.
h. Kebutuhan dasar
1) Pola Makan
Ibu An.Z mengatakan bahwa pola makan An. Z baik, sehari
makan 3x , dengan frekuensi 1 piring.
2) Pola Tidur
An.Z tidak memiliki kebiasaan bercerita sebelum tidur. ibu klien
mengatakan jika sebelum tidur malam hari An. Z minum susu.
Tidur An.Z dirasa cukup baik tidak ada masalah dan tidak ada
gangguan apapun saat klien tertidur. Dalam sehari klien tidur
selama ±9– 10 jam.
3) Mandi
An.Z mandi 2x dalam sehari. Setiap ibu klien memandikan,
klien selalu diberikan sabun, shampo, dan menyikat gigi
4) Aktivitas Bermain
Ibu An.Z mengatakan dalam kesehariannya An.Z adalah anak
yang cukup aktif dan kooperatif, karena sudah dilatih sejak
kecil untuk berbaur dan bersosialisasi dengan teman temanya.
Namun terkadang An.Z sering tejatuh saat bermain karena
kurang jelasnya pandangan terhadap obek yang An .Z lalui,
namun ibu atau teman temannya yg melihat sering membantunya
atau menemaninya saat bermain diluar rumah. Ketika dirumah
ibu An.Z sering mengajaknya bermain untuk melatih dan
mengenali tempat serta benda benda yg dia pegang.
5) Eliminasi
Ibu An. Z mengatakan kebiasaan BAK dalam keseharian An. Z
4-6x dalam sehari. Konsistensi urine berwarna kuning, dengan
bau yang khas, kira-kira ± 100cc/hari. Untuk BAB klien dalam
sehari 1-2x/sehari dengan konsistensi lembek warna kuning
kecoklatan dengan bau yang khas. dan ibu An.Z juga
mengatakan tidak ada masalah dan gangguan saat BAB.
i. Keadaan kesehatan saat ini
1) Diagnosa medis : Tunanetra
2) Status nutrisi
Makan An. Z baik ,sehari 3x dengan frekuensi 1 piring habis.
3) Status cairan
Baik warna dan Konsistensi urin normal bau khas.
B. Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan Hasil
a. Tanda-tanda vital
Nadi 120x/menit
Suhu 36oC
RR 42x/menit
Berat Badan 28 kg
Panjang Badan 95 cm
b. Kepala-leher
Kepala Bentuk kepala bulat, tidak ada edema, tidak ada
nyeri tekan, kaput (-)
Ubun-ubun Ubun-ubun lunak, ubun-ubun besar (+), ubun-
ubun kecil (-)
C. Analisa Data
Hari/Tangga Diagnose
l keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf
& jam
Sabtu Resiko cidera 1. mengidentifikasi pasien S : pasien mengatkan belum
28/03/2020 berhubungan yang mungkin dapat berjalan dengan seimbang
dengan meningkatkan potensi O : pasien tampak mau jatuh saat
08. 30 WIB keterbatasan jatuhpada lingkungan berjalan tanpa berpegangan
lapang pandang tertentu A : masalah belum teratasi
(domain 11, 2. menyediakan matras P : Lanjutkan Intervensi
kelas 2,kode tempat tidur dengan 1. identifikas
00035 pinggiran yang lurus i pasien yang mungkin
3. mengajarkan pasien meningkatkan potensi
bagaimana jika jatuh jatuhpada lingkungan
untuk meminimalkan tertentu
resiko cedera 2. ajarkan
4. mengolaborasikan pasien bagaimana jika
dengan pasien dan jatuh untuk meminimalkan
keluarga untuk memilih resiko cedera
implementasi
PENUTUP
A. Keimpulan
B. Saran