Anda di halaman 1dari 32

CASE REPORT DAN REFARAT

JUNI 2023

OS COMPOUND MIOPIA ASTIGMATISMA

Disusun Oleh :
Kadek mega asrilianti
N 111 22 148

Pembimbing Klinik : anak dan ayah

dr. Dachruddin Ngatimin, M. Kes., Sp. M

2023
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : kadek mega asriliati

Stambuk : N 111 22 148

Fakultas : Kedokteran AHLI KECANTIKAN

Program Studi : Profesi Dokter

Universitas : Tadulako

Judul : Compound Miop Astigmatismsmdnma

Bagian : Ilmu Penyakit Mata

Keindahan atau keelokan adalah sifat orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang
memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang,
cantik, bagus benar atau elok.

Bagian Ilmu Penyakit


Mata RSUD Undata
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako

Palu, Juni 2023

Pembimbing Klinik Dokter Muda


dr. Dachruddin Ngatimin,M. Kes., Sp. M Kadek Mega Asrilianti

DAFTAR ISI

BAB 1........................................................................................................................................4

PENDAULUAN.......................................................................................................................4

BAB 11......................................................................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................5

2.1 Definisi.............................................................................................................................5

2.2 Anatomi Dan Fisiologi.....................................................................................................6

2.3 Embriologi mata.................................................................................................................7

2.4 Kornea................................................................................................................................9

2.5 Lensa................................................................................................................................12

2.6 Refraksi............................................................................................................................14

BAB III...................................................................................................................................24

LAPORAN KASUS...............................................................................................................24

1. Identitas pasien..................................................................................................................24

2. Anamnesis..........................................................................................................................24

3. Pemeriksaan Fisik.............................................................................................................24

4. Resume...............................................................................................................................26

5. Diagnosis...........................................................................................................................26

6. Penatalaksanaan................................................................................................................26

7. Anjuran..............................................................................................................................26

8. Prognosis............................................................................................................................26

BAB IV...................................................................................................................................27

PEMBAHASAN....................................................................................................................27

BAB V.....................................................................................................................................28
PEUTUP.................................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................29

BAB 1
PENDAULUAN

Mata adalah indera penglihatan yang berfungsi mempersepsikan bentuk, ukuran,


warna, maupun kedudukan suatu objek. Fungsi mata sangat penting bagi kehidupan manusia,
namun perhatian yang kurang terhadap kesehatan mata berpotensi meimbulkan gangguan,
salah satunya adalah gangguan tajam penglihatan. Tajam penglihatan atau visus adalah suatu
kemampuan mata atau daya refraksi mata untuk melihat suatu objek. Tajam penglihatan
normal adalah kemampuan mata atau daya refraksi mata untuk membedakan dua titik secara
terpisah dengan membentuk sudut satu menit pada jarak enam meter. Umumnya tajam
penglihatan diukur menggunakan kartu standar seperti Snellen Chart yang dikerjakan pada
orang dewasa atau anak-anak yang telah dapat berkomunikasi dengan baik.9

Kelainan refraksi merupakan suatu keterbatasan fungsional pada mata atau sistem
visual dan dapat bermanifestasi terhadap penurunan ketajaman penglihatan atau sensitifitas
kontras, hilangnya lapang pandang, fotofobia, distorsi visual, kesulitan perseptual visual atau
kombinasinya. Kelainan refraksi merupakan penyebab terbanyak gangguan penglihatan di
seluruh dunia dan merupakan salah satu penyebab kebutaan.9

Astigmatisma merupakan kelainan refraksi akibat bentuk kornea atau lensa yang tidak
teratur, yang sering terjadi pada anak usia sekolah. Hingga saat ini penyebab astigmatisma
belum diketahui walaupun faktor genetik dan gaya hidup diduga berperan. astigmatisma yang
tidak terkoreksi dapat menurunkan tajam penglihatan jarak jauh maupun dekat dan kecepatan
membaca. Jika dibiarkan, astigmatisma bisa menjadi beban bagi penderita yang
mengakibatkan penurunan kemandirian dan kualitas hidup9

Hingga saat ini, penyebab pasti dari astigmatisma belum diketahui, sehingga
pencegahannya belum bisa dilakukan. Namun demikian, banyak penelitian yang menemukan
secara implisit kemungkinan penyebab dari astigmatisma, yaitu faktor genetik dan gaya hidup.
Sebuah studi keluarga menunjukkan bahwa genetik berperan penting dalam astigmatisma.
Anak yang memiliki orang tua dengan astigmatisma memiliki risiko dua kali lebih besar
daripada anak-anak yang orang tuanya tidak menderita astigmatisma.9
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mata merupakan suatu panca indra yang sangat penting dalam kehidupan manusia
untuk melihat. Jika mata mengalami gangguan atau penyakit mata, maka akan berakibat
sangat fatal bagi kehidupan manusia. Jadi sudah mestinya mata merupakan anggota
tubuh yang perlu dijaga dalam kesehatan sehari-hari6.

Meskipun sangat penting, seringkali kita lupa untuk merawatnya secara baik yang
dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat untuk mencegah penyakit itu. Selain itu,
terbatasnya sarana pelayanan kesehatan mata di puskesmas dan rumah sakit, serta
kurangnya tenaga dokter spesialis mata yang bisa memeriksa dan melakukan operasi
mata, membuat gangguan mata tak tertangani sejak dini.6

Astigmatisma merupakan kelainan refraksi akibat bentuk kornea atau lensa yang tidak
teratur, yang sering terjadi pada anak usia sekolah. Hingga saat ini penyebab
astigmatisma belum diketahui walaupun faktor genetik dan gaya hidup diduga
berperan.12

Astigmatisma merupakan suatu kelainan refraksi yang dapat bersifat normal pada anak-
anak. Secara normal kelainan astigmatisma pada anak memiliki ukuran 0,5 D – 2 D yang
bervariasi menurut usia. Astigmatisma merupakan 13 % dari seluruh kejadian kelainan
refraksi. Astigmatisma pada anak mempunyai prevalensi dan besar kelainan yang cukup
tinggi serta paling banyak berasal dari kelainan pada kornea.10

Tingginya kelainan astigmatisma pada anak berhubungan dengan proses terjadinya


ambliopia dan progresivitas ambliopia. Penglihatan yang kabur akibat koreksi yang tidak
maksimal pada astigmatisma juga dapat menimbulkan suatu amblyopia.10

Hingga saat ini, penyebab pasti dari astigma- tisma belum diketahui, sehingga
pencegahannya belum bisa dilakukan. Namun demikian, banyak pe- nelitian yang
menemukan secara implisit kemungki- nan penyebab dari astigmatisma, yaitu faktor
gene- tik dan gaya hidup. Sebuah studi keluarga menun- jukkan bahwa genetik berperan
penting dalam as- tigmatisma. Anak yang memiliki orang tua dengan astigmatisma
memiliki risiko dua kali lebih besar daripada anak-anak yang orang tuanya tidak men-
derita astigmatisma.10

2.2 Anatomi Dan Fisiologi

Gambar 1 : struktur anatomi mata2

Mata adalah organ yang menarik dan kompleks, jendela anatomi ke dalam sistem
saraf dan sistem pembuluh darah yang dapat menunjukkan penyakit sistemik. Lebih dari
80% input sensorik kita datang melalui penglihatan. Mata terdiri dari 3 kompartemen:
ruang anterior, ruang posterior, dan rongga vitreous. Bilik anterior, ruang antara iris dan
kornea, diisi dengan cairan berair. Kedalaman bilik mata anterior bervariasi di antara
individu dan dalam populasi regional. Kedalaman rata-rata adalah 3,11 mm. Volume
rata- rata bilik mata depan adalah 220 μL. Ruang posterior adalah bagian anatomi mata
yang berada di belakang iris dan di depan lensa dan wajah vitreous. Bilik mata ini juga
diisi dengan cairan akuos dan memiliki volume rata-rata 60 μL, kompartemen terbesar
adalah rongga vitreous, yang membentuk lebih dari dua pertiga volume mata (5-6 mL)
dan mengandung gel vitreous (juga disebut vitreous, badan vitreous, atau vitreous
humor). Volume total rata-rata mata orang dewasa adalah sekitar 6,5-7,0 mL.2

2.3 Embriologi mata

Gambar 2 : Embriologi mata 2

Mata dan jaringan orbital berkembang dari ektoderm, mesoderm, dan sel krista
neural, dengan sel krista neural memberikan kontribusi yang sangat besar. Selain itu, sel
krista neural memberikan kontribusi penting pada struktur fasial, gigi, dan kranial.
Sindrom yang timbul dari maldevelopment neural crest (misalnya, sindrom Goldenhar)
sering melibatkan mata serta kelainan wajah, gigi, dan tulang kalvaria.2
Gambar 3 : proses embrilogi mata 2
Gambar 4: proses embriologi mata ( lanjutan )2

Pada 22 hari, primordium optik muncul di lipatan saraf. Dua lubang optik, berasal
dari neuroectoderm, berkembang di kedua sisi garis tengah dan akhirnya membentuk
vesikel optik. Leher sempit vesikel ini secara langsung menghubungkan vesikel optik
dan otak depan yang sedang berkembang. Setelah vesikel optik menyentuh bagian
dalam ektoderm permukaan, vesikel berinvaginasi membentuk cawan optik berlapis
ganda. (Perhatikan bahwa cawan optik embriologik tidak sama dengan cawan optik
anatomi kepala saraf optik.) Lapisan dalam membentuk saraf retina, dan lapisan luar
membentuk epitel pigmen retina (RPE)2

Saat cangkir optik terbentuk, 2 proses terjadi. Pertama, ektoderm permukaan


mulai berinvaginasi untuk membentuk lensa. Kedua, area antara cawan dan ektoderm
permukaan diisi dengan kombinasi sel turunan mesodermal dan neural crest,
ectomesenchyme yang akan membentuk sebagian besar segmen anterior mata. Di area
sekitar bagian posterior mangkuk optik, kelompok sel yang sama akan membentuk
pembuluh hyaloid, koroid, dan sklera.2

Mata adalah organ yang menarik dan kompleks, jendela anatomi ke dalam sistem
saraf dan sistem pembuluh darah yang dapat menunjukkan penyakit sistemik. Lebih
dari 80% input sensorik kita datang melalui penglihatan. Mata terdiri dari 3
kompartemen: ruang anterior, ruang posterior, dan rongga vitreous. Bilik anterior,
ruang antara iris dan kornea, diisi dengan cairan berair. Kedalaman bilik mata anterior
bervariasi di antara individu dan dalam populasi regional. Kedalaman rata-rata adalah
3,11 mm. Volume rata- rata bilik mata depan adalah 220 μL. Ruang posterior adalah
bagian anatomi mata yang berada di belakang iris dan di depan lensa dan wajah
vitreous. Bilik mata ini juga diisi dengan cairan akuos dan memiliki volume rata-rata
60 μL, kompartemen terbesar adalah rongga vitreous, yang membentuk lebih dari dua
pertiga volume mata (5-6 mL) dan mengandung gel vitreous (juga disebut vitreous,
badan vitreous, atau vitreous humor). Volume total rata-rata mata orang dewasa adalah
sekitar 6,5-7,0 mL2.
2.4 Kornea
Kornea atau selaput bening mata merupakan jaringan transparan yang menutup
bola mata sebelah depan. Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan media
refraksi yang dilalui oleh berkas cahaya saat menuju retina. Kornea terdiri dari lima
lapisan, yaitu lapisan epitel, membran Bowman, jaringan stroma, membran descemet
dan lapisan endotel. Kerusakan pada lapisan epitel membuat agen luar dapat
menginvasi lapisan penglihatan. Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah
penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia.5

Kornea merupakan suatu jaringan yang transparan dan avaskuler, dengan ukuran
diameter horizontal permukaan anterior 11,7 mm dan ukuran diameter vertikal 11 mm.
Ukuran diameter permukaan posterior kornea adalah sekitar 11,5 mm dan ketebalan
kornea dari pusatnya adalah sekitar 0,52 mm sedangkan di bagian perifernya adalah
sekitar 0,7 mm. Indeks bias dari kornea adalah 1,376 walaupun indeks bias 1,3775
yang digunakan pada kalibrasi keratometer yang berfungsi untuk menghitung kekuatan
optik dari kurvatura anterior dan posterior dari kornea. Kornea menyumbangkan sekitar
45 D atau tiga per empat dari total kekuatan refraksi yang dimiliki oleh mata normal.
Kornea juga merupakan sumber astigmatisme pada sistem optik. Untuk kebutuhan
nutrisinya, kornea bergantung pada difusi glukosa dari humor akuos dan oksigen yang
berdifusi melalui air mata. Sebagai tambahan, kornea perifer mendapat suplai oksigen
dari sirkulasi limbus. Kornea dalam bahasa latin “cornum” artinya seperti tanduk,
merupakan selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan
lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas:

1. Epitel

 Terdiri atas 5 lapis sel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih, satu lapis sel
basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel
muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan
menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel
poliglonal di depannya melalui desmosom dan macula okluden, ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier. Sel
basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan menyebabkan erosi rekuren. Epitel berasal dari permukaan
ektoderm5
2. Membran Bowman

 Terletak dibawah membran basal epitel kornea. Lapisan ini mengandung kolagen
yang brserat yang tersusun tidak teratur, dimana terjadi penggabungan pada lapisan
stroma , membran bowman berada pada daerah transisi yaitu dari kolagen yang
berserat menyerupai oblik berubah menjadi bentuk kolagen menyerupai lamelar
pada lapisan stroma kornea bagian superfisialis. Lapisan ini tidak mempunyai daya
regenerasi5.

3. Stroma

 Lapisan ini terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, pada permukaan epitel terlihat anyaman yang teratur sedang
di perifer serat bagian ini bercabang. Diantara lamelar tersebar . fibrosit (keratosit).
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara
serat kolagen stroma kornea5.

4. Membran Descement

 Merupakan membran aselular, merupakan batas belakang stroma kornea


dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya. Lapisan ini berasal dari
endothelium, membran ini tipis pada saat bayi, kemudian berkembang sesuai
perkembangan usia. Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup5.

5. Endotel

 Bagian ini merupakan lapisan terbawah dari kornea. Berasal dari mesotelium,
berlapis satu, bentuk heksagonal. Sel endotel menghasilkan mitokondria, sel-sel
saling bersatu membentuk desmosom dan zonula okluden oklud dan
menghasilkan cairan dari stroma kornea. Endotel melekat pada membran
dessemet melalui hemidesmosom dan zonula okluden5.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke
stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh
lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Sensasi
dingin oleh Bulbus Krause ditemukan pada daerah limbus4
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya
menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler
dan deturgesens. Deturgesens, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea,
dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel
dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi, dan
cedera kimiawi atw fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel.
Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan.
Sebaliknya cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea
yang akan menghilang bila selsel epitel itu telah beregenerasi. Penguapan air dari film air
mata prakornea berakibat film air mata menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan
langsung adalah faktor-faktor yang menarik air dari stroma kornea superficial untuk
mempertahankan keadaan dehidrasi4.

2.5 Lensa
a. Anatomi

Lensa memiliki struktur bikonveks yang berfungsi untuk menjaga kejernihan ,


merefraksikan cahaya, dan menghasilkan akomodasi. Lensa tidak memiliki pembuluh
darah atau sistem saraf, sehingga secara keseluruhan metabolisme pada lensa
bergantung pada humor akuous. Kedudukan lensa diperkuat oleh zonular Zinn yang
menghubungkan badan siliar dengan lensa kristalin. Lensa terdiri dari kapsul, epitel
lensa, korteks, dan nukleus yang terletak di belakang iris dan bagian depan vitreous.
Permukaan anterior lensa lebih melengkung dibandingkan dengan posterior lensa
yang disebut juga dengan optikal aksis

Kapsul lensa merupakan bagian terluar lensa yang transparan, memiliki


membran basal yang elastis dan mengandung kolagen tipe IV. Anterior kapsul lensa
merupakan bagian paling tebal dengan ketebalan 14 μm dan akan menipis pada
bagian sentral posterior dengan ketebalan 2-4 μm. Pada bagian terluar kapsul lensa
terdapat zonul lamellar yang tempat untuk melekatnya serabut zonular. Bagian
belakang anterior kapsul terdapat lapisan epitel yang berfungsi secara aktif untuk
metabolisme termasuk proses biosintesis dari DNA, RNA, protein, dan lemak. Salah
satu peran epitel lensa pada perubahan morfologi lensa yaitu dengan memanjangkan
serat lensa. Hal ini dapat terjadi apabila terdapat peningkatan selular protein sel
membrane.
Korteks dan nukleus terbentuk pada fase embriogenik. Nukleus akan dibentuk
pada bagian tengah lensa dan bagian terluar serat lensa akan membentuk korteks
pada lensa. Kedua bagian lensa ini akan terlihat saat pemeriksaan apabila lensa
mengalami kekeruhan. Zonular lensa disebut juga dengan ligamen suspensorium
yang mengandung fibril tipis untuk menggantung lensa mata sehingga dapat
terfiksasi. Saat lensa berkembang, posisi melekatnya zonular akan mengarah ke
bagian anterior. Zonular juga merupakan tempat sintesis dari kapsul ekuator lensa.

Gambar 4 : struktur lensa2

b. Fisiologi
Lensa pada manusia mengandung kosentrasi protein sebanyak 30% dari
beratnya lensa. Protein lensa dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan kelarutan
air. Sebanyak 80% lensa terdapat protein yang larut air dan mengandung
komponen utama protein yaitu kristalin. Kristalin lensa akan dibagi menjadi
kristalin α- dan kristalin β,γ-., kedua bagian ini memiliki peran penting dalam
menjaga kejernihan lensa.2
Proses metabolisme lensa terbanyak terjadi pada bagian epitel dan
korteks lensa. Diferensiasi serat lensa pada bagian apikal dan basal akan
mengalami degradasi dan menghasilkan kristalin protein. Peran utama dari
kristalin protein yaitu untuk menjaga stabilisasi protein pada lensa dan
mencegah terjadinya agregasi. Permukaan luar sel akan memanfaatkan oksigen
dan glukosa sebagai transport aktif elektrolit, karbohidrat, dan asam amino
pada lensa. Konsentrasi protein yang tinggi pada lensa tanpa adanya suplai
pembuluh darah merupakan suatu hambatan untuk regulasi air, nutrisi, dan
antioksidan pada bagian lensa yang lebih dalam. Keadaan ini diseimbangi oleh
proses osmotik antar molekul protein lensa yang juga berperan sebagai salah
satu proses transparansi lensa. Pada keadaan normal, lensa manusia
mengandung 66% air dan 33% protein. Bagian korteks lensa lebih banyak
mengandung air dibandingkan dengan nukleus. Sebanyak 5% air terdapat
diantara serat lensa ekstraselular.2
Secara fisiologis, sistem pump-leak pada lensa merupakan suatu
kombinasi transport aktif dan permeabilitas membran untuk transportasi
potasium dan molekul-molekul lain seperti asam amino untuk mensuplai ke
bagian terdalam lensa anterior epitel. Molekul tersebut dapat berdifusi keluar
dan masuk kedalam lensa dengan konsentrasi yang sama. Berdasarkan teori ini,
ion-ion sodium dan potasium didapatkan pada bagian anteroposterior lensa.
Lensa manusia memiliki kadar natrium rendah dan kalium yang tinggi,
sedangkan humor akuous dan vitreus kadar natrium tinggi dan kalium yang
rendah2

Gambar 5: skema fisiologi lensa 2


Proses metabolisme dalam lensa merupakan tingkat metabolisme yang
paling rendah. Nutrisi lensa berasal dari humor akuos. Pemberian makanan
organ avaskular dan tidak mengandung saraf ini terjadi secara difusi dari
humor akuos. Dalam hal ini kapsul lensa bertindak sepenuhnya sebagai
membran semi permiabel yang mengalirkan zat nutrisi tertentu. Kerusakan
kapsul akan merubah permeabilitas yang mengakibatkan kekeruhan korteks
lensa.2

2.6 Refraksi
Penurunan tajam penglihatan karena kelainan refraksi yang tidak dikoreksi dapat
menjadi masalah kesehatan yang serius. Menurut Kemenkes RI (2005), prevalensi
gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi di Indonesia adalah sebesar 22,196.
Sementara 1096 dari 66 juta anak usia sekolah adalah penderita kelainan refraksi. Sampai
saat ini angka pemakaian kacamata koreksi masih rendah, yaitu 12,596 dari prevalensi.
Apabila keadaan ini tidak ditangani dengan sungguh-sungguh akan berdampak negatif pada
perkembangan kecerdasan anak dan proses pembelajaran, yang selanjutnya juga
mempengaruhi produktivitas angkatan kerja (15-55 tahun). Pada gilirannya nanti akan
mengganggu laju pembangunan ekonomi nasional.7

Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti Pungtum Proksimum


merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas. Pungtum
Remotum adalah titik terjauh dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas, titik ini
merupakan titik dalam ruang yang berhubungan dengan retina atau foveola bila mata
istirahat. Pada emetropia pungtum remotum terletak di depan mata sedang pada mata
hipermetropia titik semu di belakang mata.7

Kelainan yang termasuk dalam kelainan reraksi yaitu sebagai berikut :

1. Miopia
Miopia adalah suatu kelainan refraksi, yaitu berkas sinar sejajar yang masuk
ke dalam mata, pada keadaan tanpa akomodasi, dibiaskan di suatu titik focus di
depan retina. Miopia disebut juga dengan rabun jauh, nearsightedness atau
shortsightedness.7
Menurut penyebabnya, miopia dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu miopia
aksialis dan miopia kurvatura. Miopia aksialis disebabkan karena jarak anterior-
posterior terlalu panjang. Hal ini dapat terjadi secara kongenital pada
makroftalmus. Miopia aksial dapatan bisa terjadi jika anak membaca terlalu dekat,
sehingga terjadi konvergensi berlebihan. Otot rektus medial akan berkontraksi
berlebihan, sehingga bola mata terjepit7
Oleh otot-otot ekstraokular. Kondisi ini mengakibatkan polus posterior
mata, tempat paling lemah dari bola mata menjadi memanjang. Wajah lebar juga
menyebabkan konvergensi berlebihan. Kondisi lain yang dapat menimbulkan
pemanjangan bola mata antara lain bendungan, peradangan, kelemahan lapisan di
sekeliling bola mata, serta tekanan pembuluh darah vena kepala yang tinggi.
Miopia adalah suatu kelainan refraksi yaitu berkas sinar sejajar yang masuk
kedalam mata, pada keadaan tanpa akomodasi, dibiasakan disuatu titik fokus
didepan retina. Miopia juga disebut dengan rabun jauh nearsightedness atau
shortsightedness.7
Gejala klinis miopia
1. keluhan utama penderita miopia adalah pengelihatan yang jauh dan
kabur. Perlu di ingat bahwa pada anak kadang hal ini diabaikan dan mereka
baru menyadari setelah membandingkan apa yang dilihatnya dengan apa
yang dapat dilihat temannya.
2. nyeri kepala lebih jarang dikeluhkan daripada pada hipermetropia
3. terdapat kecerdungan pada penderita untuk memincingkan mata saat
melihat jauh. Hal ini ditunjukan untuk dapat efek pinhole dengan makin
kecilnya fissura interpalpebralis.
4. Umumnya penderita miopia suka membaca hal ini diduga karena untuk
membaca mereka tidak mengalami gangguan pengelihatan7
2. Hipermetropia
Hipermetropia adalah suatu kelainan fefraksi, yaitu berkas sinar sejajar,
yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat tanpa akomodasi, dibiasakan
membentuk bayangan dibelakang retina. Hipermetropia disebut juga dengan rabun
dekat, hiperopia, farsightedness atau logsightedness.7
 etiologi dan fisiologi
Prevalensi miopia di pengaruhi beberapa faktor, yaitu usia,etnis,sosio ekonomi,
keluarga, lama pendidikan serta lama bekerja dalam jarak dekat
Terdapat beberapa hal yang mendasari terjadinya miopia:
1. Sumbu aksial atau diameter antero posterior bola mata yang lebih panjang dari
norml disebut mipia aksial. Pada keadaan ini, kekuatan refraksi mata normal,
kurvatura kornea dan lena normal dan posisi lensa juga berbeda pada lokasi
yang normal
2. Radius kurvatura kornea dan lensa yang lebi besar dari normal,disebut miopia
kurvatura, pada keadaa ini ukura bola mata normal.
3. Perubahan posisi lensa. Jika lena berubah posisi lensa lebih kedepan maka
sinar yang jatu di satu titik didepan retina . hal ini sering terjadi pada keadaan
pasca oprasi khususnya glaukoma.
4. Perubahan indeks bias refraksi. Kadaan ii biasanya didapatkan pada penerita
diabetes atau katarak.7
A. Definisi Astigmatisma
Astigmatisma merupakan salah satu kelainan refraksi mata yang umum
dijumpai diseluruh dunia. Berbagai macam faktor resiko menunjukan
keterlibatannya dalam memicu timbulnya astigmatisma, salah satu faktor utamanya
adalah genetik.
Kelainan refraksi mata merupakan penyakit yang umum dijumpai dan
hampir mengenai seluruh penduduk dunia. Astigmatisma merupakan penyebab
mayor kebutaan yang terjadi pada anak-anak. Selain itu astigmastisma yang tidak
terkoreksi dapat menyebabkan Computer Vision Syndrome (CVS) seperti
penurunan penglihatan, sakit kepala, mata kering saat menggunakan komputer. 6
Faktor usia, jenis kelamin, genetik, dan lingkungan menunjukan
keterlibatannya dalam memicu timbulnya astigmatisma dalam berbagai penelitian
yang berbeda Dari banyaknya factor di atas, genetik merupakan risiko utama
pencetus astigmatisma. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Wixson
didapatkan bahwa kedua orang tua mewariskan karakteristik kekuatan kornea mata
mereka pada anak-anaknya secara resesif autosomal.6
Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai
berikut:
1) Astigmatisme Reguler
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang
yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang
memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain. Astigmatisme jenis
ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam
penglihatan normal. Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan
penglihatan yang lain.
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
 Astigmatisme With the Rule
o Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat
dari pada bidang horizontal.
 Astigmatisme Against the Rule
o Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat
dari pada bidang vertikal.
2) Astigmatisme Irreguler
Dimana titik bias didapatkan tidak teratur. Berdasarkan letak titik vertical
dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi sebagai berikut:
a. Astigmatisme Miopia Simpleks
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik
B berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya
bias terkuat sedangkan titik B adalah titik fokus dari daya bias terlemah).
Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y
atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.

Gambar 1. Astigmatisme Miopia Simpleks7

b. Astigmatisme Hiperopia Simpleks


Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan
titik B berada di belakang retina.
Gambar 2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks7
c. Astigmatisme Miopia Kompositus
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan
titik B berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi
astigmatisme jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.

Gambar 3. Astigmatisme Miopia Kompositus7

d. Astigmatisme Hiperopia Kompositus

Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan


titik A berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi
astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y
Gambar 6. Astigmatisme Hiperopia Kompositus7

e. Astigmatisme Mixtus

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina,


sedangkan titik B berada di belakang retina. Pola ukuran lensa
koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X
Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga
nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama +
atau -.

Gambar 7. Astigmatisme Mixtus

Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :

1. Astigmatismus Rendah Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri.


Biasanya astigmatismus rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata.
Akan tetapi jika timbul keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat
perlu diberikan.

2. Astigmatismus Sedang Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75


Dioptri s/d 2,75 Dioptri. Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan
kacamata koreksi

3. Astigmatismus Tinggi Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri.


Astigmatismus ini sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.

B. Etiologi
Penyebab dari astigmatisme adalah kelainan bentuk kornea atau lensa, kelainan
posisi lensa dan kelainan indeks refraksi lensa. Kelainan bentuk kornea sebagian
besar bersifat kongenital, yang tersering adalah kurvatura vertikal lebih besar dari
horisontal.
1. Astigmatisme kornea

Ini dikarenakan adanya abnormalitas dari kurvatur kornea. Ini merupakan


penyebab yang tersering.
2. Astigmatisme lenticular

Merupakan penyebab astigmatisme yang jarang. Ini kemungkinan


dikarenakan:
a. Kurvatur oleh karena adanya abnormalitas kurvatur dari lensa yang sering kita
lihat sebagai lentikonus.
b. Posisional oleh karena posisi lensa yang tilting atau oblik yang sering kita
lihat sebagai subluxasi.
c. Astigmatisme indeks dapat terjadi tetapi sangat jarang oleh karena indeks
refraktif yang berlainan pada meridian yang berbeda.
3. Astigmatisme retina

Disebabkan oleh karena posisi makula yang oblik yang juga sering kita temukan.7
C. Epidemiologi

Astigmatisme adalah kelainan refraksi yang sering ditemukan di Indonesia,


Taiwan, dan Jepang, yaitu hampir 50% dari masyarakatnya menderita
astigmatisme. Penelitian yang dilakukan oleh Saw, et al. menemukan prevalensi
astigmatisme sebesar 47.2% pada usia usia dewasa (>21 tahun) di Indonesia13.

World Health Organization (WHO) melaporkan kelainan refraksi mata


di dunia sekitar 43%. Menurut hasil penelitian pada sejumlah populasi non-
Hispanic kulit putih di Amerika yang menderita astigmatisma mencapai 6,33%
sedangkan pada populasi Asia sebesar 8,29%. Pada beberapa negara seperti
Taiwan, Jepang dan Indonesia, astigmatisma merupakan kelainan refraksi mata
yang sering dijumpai. Diperkirakan terdapat 33% penderita astigmatisma di
Myanmar dan 77% di Indonesia.
 Klasifikasi

1. Simple astigmatisme
Dimana sinar difokuskan di retina pada satu meridian dan titik fokus
yang lain di depan retina (simple miopia astigmatisme) atau
dibelakang retina (simple hipermetrop astigmat)
2. Compound Astigmatisme

Tipe astigmat yang ini kedua sinar difokuskan sama-sama di depan


retina atau sama-sama di belakang retina pada kedua meridian dan
kondisi ini dinamakan compound miop astigmat atau compound
hipermetrop astigmat
3. Mixed Astigmatisme

Mengacu pada kondisi dimana sinar difokuskan d depan retina pada


satu meridian dan pada meridian lain di belakang retina
D. Patofisiologi

Pada saat lahir bentuk kornea umumnya sferis. Astigmat baru timbul 68%
pada saat anak berusia 4 tahun dan 95% pada usia 7 tahun. Dengan bertambahnya
usia dapat hilang dengan sendirinya atau berubah sebaliknya kurvatura horisontal
lebih besar dari vertikal. Kelainan yang didapat misalnya pada berbagai penyakit
kornea seperti ulkus kornea, trauma pada kornea bahkan trauma bedah pada operasi
katarak. Kelainan posisi lensa misalnya subluksasi yang menyebabkan efek
decentering. Sedangkan kelainan indeks refraksi lensa dapat merupakan hal yang
fisiologis di mana terdapat sedikit perbedaan indeks refraksi pada beberapa bagian
lensa, namun hal ini dapat makin berat jika kemudian didapatkan katarak.13
E. Manifestasi Klinis

Pada astigmatisme yang ringan, keluhan yang sering timbul adalah mata
lelah khususnya jika pasien melakukan satu pekerjaan terus menerus pada jarak
yang tetap, transient blurred vision pada jarak penglihatan dekat yang hilang dengan
mengucek mata, nyeri kepala di daerah frontal Astigmatisme against the rule
menimbulkan keluhan lebih berat dan koreksi terhadap astigmat jenis ini lebih
sukar untuk diterima oleh pasien. Pada astigmat yang berat dapat timbul keluhan
mata kabur, keluhan asthenopia atau nyeri kepala jarang didapatkan tapi dapat
timbul setelah pemberian koreksi astigmatisme yang tinggi: memiringkan kepala
(tilting of the head), umumnya pada astigmatisme oblik, memutar kepala (turning of
the head) biasanya pada astigmatisme yang tinggi, memicingkan mata seperti pada
miopia untuk mendapatkan efek pinhole, tetapi pada astigmat dilakukan saat
melihat jauh dan dekat, dan penderita astigmatisme sering mendekatkan bahan
bacaan ke mata dengan tujuan mendapatkan bayangan yang lebih besar meskipun
kabur.13

F. Penegakkan Diagnosis

Penegakkan diagnosis astigmatisma berdasarkan anamnesis dan pemeriksaa


fisik oftalmologis
 Anamnesis

Pasien datang dengan keluhan penglihatan kabur. Pasien memicingkan


mata untuk dapat melihat lebih jelas. Keluhan disertai hanya dapat
membaca dengan jarak yang lebih dekat
 Pemeriksaan Oftalmologi
a. Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter.
b. Pada mata dipasang bingkai percobaan dan satu mata ditutup,
biasanya mata kiri ditutup terlebih dahulu untuk memeriksa mata
kanan.
c. Penderita diminta membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar
(teratas) dan diteruskan pada baris bawahnya sampai huruf terkecil
yang masih bisa dibaca. Lensa positif 0,5D ditambah pada mata yang
diperiksa (tehnik fogging)
d. Pasien diminta untuk melihat gambar kipas pada Snellen Chart dan
menyebutkan garis yang paling jelas.
e. Pasangkan lensa silinder -0,5 D dengan aksis tegak lurus terhadap
garis yang paling jelas.2
G. Tatalaksana

Koreksi astigmatisme dapat dilakukan dengan pemberian kacamata, lensa


kontak atau dengan bedah refraktif. Pemberian kacamata untuk astigmatisme
regular diberikan koreksi sesuai kelainan yang didapatkan yaitu silinder negatif
atau positif dengan atau tanpa kombinasi lensa sferis. Sedangkan pada
astigmatisma irregular, jika ringan dapat diberikan lensa kontak keras, dan untuk
yang berat dapat dilakukan keratoplasti.
Penatalaksanaan pada astigmatisma dapat dilakukan secara surgical dan
non-surgical. Penatalaksanaan secara non-surgical yaitu dengan kacamata koreksi
dan lensa kontak. Penatalaksanaan secara surgical yaitu dengan Laser in situ
keratomileusis (LASIK), photorefractive keratectomy (PRK), dan arcuate
keratotomy (AK).
Koreksi astigmatisme sedang hingga tinggi masih menjadi tantangan.
Pasien sering menemukan bahwa kacamata dan lensa kontak tidak memuaskan.
Jika bedah keratorefraktif tidak memadai untuk pasien

H. prognosis

Prognosis pada umumnya adalah bonam


BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas pasien

Nama : Ny. S

Umur : 28 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan :

Alamat :Tribulu
selatan

Tanggal pemeriksaan : 13 juni


2023
2. Anamnesis

 Keluhan utama : mata sering terasa sakit, penglihatan kabur dan merah

 Riwayat penyakit sekarang : pasien perempuan berusia 28 tahun


datang dengan keluhan mata sring teraa perih. Keluhan ini disrtai
dengan penglihatan terasa kabur paa mata terutama saat melihat angka
atau tulisan kecil. Keluhan di rasakan sejak 1 bulan yang lalu pasien
juga mengeluh bawah penglihatannya seperti berbayang dan terkadang
matanya merah dan berair
 Riwayat penyakit sebelumnya :mata sering berair dan sudah memakai
kaca mata cukup lama
 Riwayat penyakit dalam keluarga : keluarga pasien tiak ada yang
menderita keluhan seperti ini
3. Pemeriksaan Fisik

 Status generalis

o Keadaan umum : baik

o Kesadaran : compos mentis

o Tanda vital : dalam batas normal


 Status Oftalmologis
Oculi Dextra Penilaian Oculi Sinistra
3/60 Visus 4/00
Sph : -4,00 Visus Koreksi Sph : -4,00

Cyl : -0,50 Cyl : -0,50


Baik Proyeksi Cahaya Baik
Deviasi (-), bergerak Bola Mata Deviasi (-), bergerak

ke segala arah ke segala arah


Warna hitam, trikiasis Silia Warna hitam, trikiasis

(-), sekret (-) (-), sekret (-)


Hiperemis (-), ptosis Palpebra Superior Hiperemis (-), ptosis (-
(-), edema (-),
), edema (-),
eksotropion (-),
eksotropion (-),
entropion (-)
entropion (-)
Hiperemis (-), ptosis Palbebra Inferior Hiperemis (-), ptosis (-
(-), edema (-),
), edema (-),
eksotropion (-),
eksotropion (-),
entropion (-)
entropion (-)
Hiperemis (-), sekret Konjungtiva Hiperemis (-), sekret (-

(-) Palpebra )
Injeksi konjungtiva Konjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-

(-) )
Jernih (+), Sekret Kornea Jernih (+), Sekret
purulent (-), Sekret purulent (-), Sekret
Serous (-) Serous (-)
Normal COA Normal
Coklat, kripta (+), Iris Coklat, kripta (+),

tremulans (-) tremulans (-)


Bulat sentral, RCL Pupil Bulat sentral, RCL (+),
(+), RCTL (+) RCTL (+)
Jernih (+) Lensa Jernih (+)
Tidak Dilakukan Lapang Pandang Tidak Dilakukan
17,0 mmHg Tonometri 14,0 mmHg
Tidak Dilakukan Tes Buta Warna Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan Oftalmoskopi Tidak Dilakukan

4. Resume
Pasien permpuan berusia 28 tahun datag dengan keluhan mata
sakit dan terasa perih saat bekerja disertai dengan penglihatan kabur pada
mata terutama saat melihat tulisan kecil. Keluan ini dirasakan sudah lama
kurang lebih 2 bulan yang lalu. pasien juga mengeluh bahwa penglihatannya
terasa bebayang dan terkadang mata merah. Pasien juga sudah menggunakan
kaca mata sekitar 1 bulan. Pada pmerikaan visus didapatkan VOD 3/60 dan
VOS 4/00.
5. Diagnosis
Compound miop astigmatisma
6. Penatalaksanaan
Sanbe tears ED 3x1 ODS
7. Anjuran
Mengganti kacamata yang sesuai dengan visus
8. Prognosis
Ad bonam : bonam
BAB IV
PEMBAHASAN

pasien perempuan berusia 28 tahun datang dengan keluhan mata sring


teraa perih. Keluhan ini disrtai dengan penglihatan terasa kabur paa mata terutama
saat melihat angka atau tulisan kecil. Keluhan di rasakan sejak 1 bulan yang lalu
pasien juga mengeluh bawah penglihatannya seperti berbayang dan terkadang
matanya merah dan berair

pada pemeriksaan visus didapatkan vod 3/60 dan vos 4/00. yang telah
dijelaskan dapat terjadi penurunan penglihatan pada jarak jauh. hal ini menunjukan
adanya keabnomalitasan pada mata pasien. mengacu pada anamnesis dan hasil
pemeriksaan status oftalmologis, pasien dapat di dianosis dengan astigmatisma
sesuai degan teori yang ada hal ini berarti cahaya yang masuk ke dalam mata pasien
di biaakan lebih dalam satu titik fokus. Keadaan ini dapat terjadi dikarenakan adanya
kelainan bentuk kornea atau lensa, kelainan posisi lensa dan kelainan indeks refraksi
lensa.

Astigmatisma yang dialami pasien termasuk dalam Compound Miop


Astigmatisma yang dapat dinilai dari hasil visus koreksi ODS pasien dengan Nilai
Spheris -4,00 dan nilai Cylinder -0,50. Compound Astigmatisma adalah astigmatisma
yang terjadi jika kedua bayangan yang dibentuk tidak jatuh diretina. Compound
Miop Astigmatisma yaitu keadaan dimana kedua titik fokus jatuh di depan retina.

Koreksi yang dapat diberikan pada pasien dengan astigmatisma yaitu dengan
pemberian kacamata lensa silindris dengan Best Corrected Visual Acuity.
BAB V
PENUTUP

Mata merupakan suatu panca indra yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk
melihat. Jika mata mengalami gangguan atau penyakit mata, maka akan berakibat sangat
fatal bagi kehidupan manusia. Jadi sudah mestinya mata merupakan anggota tubuh yang
perlu dijaga dalam kesehatan sehari-hari.12

Astigmatisma merupakan kelainan refraksi akibat bentuk kornea atau lensa


yang tidak teratur, yang sering terjadi pada anak usia sekolah. Hingga saat ini
penyebab astigmatisma belum diketahui walaupun faktor genetik dan gaya hidup
diduga berperan9
Kelainan refraksi mata merupakan penyakit yang umum dijumpai dan hampir
mengenai seluruh penduduk dunia. Astigmatisma merupakan penyebab mayor kebutaan
yang terjadi pada anak-anak. Selain itu astigmastisma yang tidak terkoreksi dapat
menyebabkan Computer Vision Syndrome (CVS) seperti penurunan penglihatan, sakit
kepala, mata kering saat menggunakan komputer. 11
Faktor usia, jenis kelamin, genetik, dan lingkungan menunjukan
keterlibatannya dalam memicu timbulnya astigmatisma dalam berbagai penelitian
yang berbeda Dari banyaknya factor di atas, genetik merupakan risiko utama
pencetus astigmatisma. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Wixson
didapatkan bahwa kedua orang tua mewariskan karakteristik kekuatan kornea mata
mereka pada anak-anaknya secara resesif autosomal 8.
Kornea atau selaput bening mata merupakan jaringan transparan yang
menutup bola mata sebelah depan. Kornea berfungsi sebagai membran pelindung
dan media refraksi yang dilalui oleh berkas cahaya saat menuju retina. Kornea
terdiri dari lima lapisan, yaitu lapisan epitel, membran Bowman, jaringan stroma,
membran descemet dan lapisan endotel. Kerusakan pada lapisan epitel membuat
agen luar dapat menginvasi lapisan penglihatan. Pembentukan parut akibat ulserasi
kornea adalah penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh
dunia.5

DAFTAR PUSTAKA
1. Ansari, M. W., and Nadeem, A. Atlas Of Ocular Anatomy. USA : Springer

2. Brar, S.V., et all. (2022). Section 2 : Fundamental And Priciples of Opthalmology. San
Fransisco : American Academy of Opthalmology
3. Budiono, S., et all. (2013). Buku ajar ilmu kesehatan mata. Surabaya : Airlangga
university press
4. Dinari, N. A. "Miopia: Etiologi dan Terapi." Cermin Dunia Kedokteran 49(10).
2022: 556-559.

5. Ilyas, H. S., Yulianti, S. R. Ilmu penyakit mata. Ed 4. Jakarta: Badan Penerbit


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012
6. Reisa, R., Jusak., And Sudarmaningtyas, P. Sistem Pakar Untuk Diagnosis Penyakit
Mata. JSIKA Vol 2(2). 2013 : 31-9

7. sjamsu.B.,2013.,Buku ajar ilmu kesehatan mata. Airlangga University Press:surabaya


8. Santosa, N. A., and Sundari, L. P. R.. Hubungan antara durasi bermain game online
dengan gangguan tajam penglihatan pada anak sekolah menengah pertama (SMP) di
kota Denpasar. E--Jurnal Medika 7(8). 2018 : 1-12.
9. Setyandriana, Y., et al. Hubungan Faktor Genetik dan Gaya Hidup dengan
Astigmatisma pada Anak. Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan 18(2).
2018 : 55-60.
10. Widjaya, S. C., and Rasyid, M. Hubungan faktor genetika terhadap kejadian
astigmatisma pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Angkatan 2013. Tarumanagara Medical Journal 1(3). 2019: 647-651
11. Defriva,I.,Yanti.,karakteristik penderita kelainan refraksi pada anak
seklah.,2020.,medical scientific journal.1(3)
12. Handriwei., and Amalia, H. Ketepatan hasil pengukuran keratometri dengan ukuran
astigmatisme pada ametropia. Jurnal Biomedika dan Kesehatan 3(3). 2020: 131-
136.

13. Ruckhofer, J., Et Al. "Correction of myopic astigmatism with a foldable iris- claw toric
phakic intraocular lens: short-term follow-up." Journal of Cataract & Refractive
Surgery 38(4). 2012: 582-588.

Anda mungkin juga menyukai