Pembimbing :
SMF MATA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan refarat ini tepat waktu.
PENULIS
2
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. 3
KATA PENGANTAR ................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 5
2.1. Definisi amblyopia ........................................................................... 5
2.2. Etiologi amblyopia ........................................................................... 7
2.3. Gejala amblyopia ............................................................................. 7
2.4. Tatalaksana amblyopia ................................................................... 10
BAB III KESIMPULAN ...............................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kejadian mata malas (amblyopia) kurang lebih 150 ribu kasus
pertahun di Indonesia. Untuk diagnosis mata malas (amblyopia) tidak
memerlukan uji atau pencitraan laboratorium, biasanya dapat didiagnosis sendiri
dan memerlukan penanganan tenaga medis professional.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jika satu bagian mata melihat secara jernih dan satu bagian mata melihat
secara kabur maka mata yang jernih dan otak akan menghambat dari mata yang
kabur. Proses ini mengakibatkan penurunan penglihatan yang permanen pada
mata yang malas (amblyopia) dan tidak dapat dikoreksi menggunakan kaca mata
biasa, kontak lensa atau pun operasi lasik.
5
Pada penderita mata malas (amblyopia) dapat menggunakan kacamata
khusus namun kebanyakan anak akan menolak dikarenakan penglihatan
mereka jauh lebih baik tanpa kacamata.
2.4.2 Penggunaan penutup mata
Alat ini dipasangkan pada mata yang normal guna merangsang mata yang
malas, agar mengalami perkambangan dalam melihat. Sama seperti
penggunaan kacamata, pada awal masa terapi, anak terkadang menolak
anak terkadang menolak menggunakan penutup mata, karena merasa tidak
nyaman dalam melihat. Cara ini paling efektif bagi penderita balita, dan
penutup mata umumnya dipakai 2-6 jam per hari. Terapi dengan penutup
mata dapat dikobinasikan dengan kacamata.
2.4.3 operasi
prosedur ini dianjurkan untuk menangani katarak dan mata juling yang
memicu mata malas.
6
BAB III
KESIMPULAN
Mata malas (amblyopia) merupakan suatu keadaan yang secara medis terjadi
penurunan penglihatan salah satu mata yang disebabkan oleh karena gangguan
serabut saraf antara otak dan mata. Mata penderita dapat terlihat normal namun
secara fungsi otak mengabaikan mata yang malas dan hanya merespon
penglihatan melalui mata yang normal.
Penyebab mata malas (amblyopia) seacara umum ialah mata juling (strabismus)
yang secara konstan dan biasanya diturunkan secara genetik dalam keluarga,
diikuti oleh gangguan refraksi, katarak pada anak, trauma, dan kelopak mata yang
terkulai sehingga menghalangi penglihatan.
Gejala pada penderita biasanya berupa Mata yang terlihat tidak bekerja secara
bersamaan, Salah satu mata yang sering bergerak kearah luar atau dala (juling)
dan sebagainya. Tatalaksana yang cepat bergantung pada hasil yang lebih baik
7
DAFTAR PUSTAKA