Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus

ASTIGMATISMA MIOPIA SIMPLEKS ODS + MIOPIA ODS

Pembimbing Klinik :
dr. Fera Yunita Rodhianty, Sp.M

Wahyu Akbar Irsandy, S.Ked


712022010

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Judul :
Astigmatisma Miopia Simpleks Oculi Dextra Sinistra

Disusun Oleh :
Wahyu Akbar Irsandy
712022010

Telah dilaksanakan pada bulan April 2023 sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Palembang, 27 April 2023


Pembimbing Klinik

dr. Fera Yunita Rodhianty, Sp.M


KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Zat Yang Maha Indah dengan segala
keindahan-Nya, Zat Yang Maha Pengasih dengan segala Kasih Sayang-Nya, yang
terlepas dari segala sifat lemah semua makhluk.
Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Astigmatisma Miopia Simpleks Oculi
Dextra Sinistra” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS) Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang di
Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. Allah SWT. yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada penulis
2. dr. Fera Yunita Rodhianty, Sp.M selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI
3. Orang tua dan saudari tercinta yang telah banyak membantu dengan doa yang
tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
4. Rekan-rekan co-assistensi atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua dan perkembangan
ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Palembang, 27 April
2023
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelainan refraksi mata merupakan gangguan mata yang sering terjadi pada
seseorang. Gangguan ini terjadi ketika mata tidak dapat melihat/ fokus dengan
jelas pada suatu area terbuka sehingga pandangan menjadi kabur dan untuk kasus
yang parah, gangguan ini dapat menjadikan visual impairment (melemahnya
penglihatan). Kelainan refraksi yang umum terjadi antara lain myopia (rabun
jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmatisme. Selain itu, gangguan
presbiopia kadang juga dimasukkan ke dalam golongan kelainan refraksi.
Menurut hasil penelitian pada sejumlah populasi nonHispanic kulit putih di
Amerika yang menderita astigmatisma mencapai 6,33% sedangkan pada populasi
Asia sebesar 8,29%. Pada beberapa negara seperti Taiwan, Jepang dan Indonesia,
astigmatisma merupakan kelainan refraksi mata yang sering dijumpai.
Diperkirakan terdapat 33% penderita astigmatisma di Myanmar dan 77% di
Indonesia.
Astigmatisma adalah sebuah gejala penyimpangan dalam pembentukkan
bayangan pada lensa, hal ini disebabkan oleh cacat lensa yang tidak dapat
memberikan gambaran/bayangan garis vertikal dengan horizotal secara
bersamaan. Astigmatisma adalah cacat optik yang menyebabkan penglihatan
kabur karena ketidakmampuan optik mata untuk fokus benda titik menjadi
gambar terfokus tajam pada retina. Hal ini mungkin disebabkan oleh
kelengkungan tidak teratur kornea atau lensa. Pada astigmat berkas sinar tidak
difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik
api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan
kornea. Pada mata dengan astigmat lengkungan jari-jari meridian yang tegak
lurus padanya.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat memahami mengenai
astigmatisma miopia simpleks.
2. Diharapkan dikemudian hari dokter muda mampu mengenali dan
memberikan tatalaksana secara tepat pada astigmatisma miopia simpleks.

1.3 Manfaat Penelitian


1.3.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Institusi
Diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan referensi dan studi
kepustakaan dalam bidang ilmu penyakit mata terutama tentang
astigmatisma miopia simpleks.
2. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan landasan penulisan laporan
kasus selanjutnya.

1.3.2 Manfaat Praktis


Diharapkan agar dokter muda dapat mengaplikasikan ilmu yang diperolah
dari laporan ini dalam kegiatan kepaniteraan klinik senior (KKS) dan
diterapkan di kemudian hari dalam praktik klinik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Miopia merupakan kelainan refraksi mata yang menyebabkan sinar sejajar
yang datang dari jarak tak terhingga difokuskan di depan retina dalam keadaan
tanpa akomodasi, sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan
kabur. Cahaya yang datang dari jarak yang lebih dekat, mungkin difokuskan tepat
di retina, tanpa akomodasi.
Astigmatisma adalah sebuah gejala penyimpangan dalam pembentukkan
bayangan pada lensa, hal ini disebabkan oleh cacat lensa yang tidak dapat
memberikan gambaran/bayangan garis vertikal dengan horizotal secara
bersamaan. Astigmatisma adalah cacat optik yang menyebabkan penglihatan
kabur karena ketidakmampuan optik mata untuk fokus benda titik menjadi
gambar terfokus tajam pada retina. Hal ini mungkin disebabkan oleh
kelengkungan tidak teratur kornea atau lensa. Pada astigmat berkas sinar tidak
difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik
api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan
kornea. Pada mata dengan astigmat lengkungan jari-jari meridian yang tegak
lurus padanya.

2.2 Epidemiologi
Prevalensi miopia meningkat dalam beberapa dekade terakhir, diikuti dengan
risiko penyakit mengancam penglihatan akibat miopia. Diperkirakan pada tahun
2050, setengah populasi dunia (5 miliar orang) akan mengalami miopia, 1 miliar
di antaranya berisiko tinggi mengalami penyakit yang mengancam penglihatan,
seperti myopic maculopathy, ablasi retina, dan glaukoma, terutama di kalangan
orang-orang dengan miopia tinggi. Studi lain menemukan bahwa anak dengan
onset miopia lebih awal (3-6 tahun) atau durasi progresivitas miopia lebih lama
(>5 tahun) lebih berisiko mengalami miopia makulopati pada usia 11 tahun.
Menurut hasil penelitian pada sejumlah populasi nonHispanic kulit putih di
Amerika yang menderita astigmatisma mencapai 6,33% sedangkan pada populasi
Asia sebesar 8,29%. Pada beberapa negara seperti Taiwan, Jepang dan Indonesia,
astigmatisma merupakan kelainan refraksi mata yang sering dijumpai.
Diperkirakan terdapat 33% penderita astigmatisma di Myanmar dan 77% di
Indonesia.

2.3 Etiologi
Penyebab umum astigmatisma adalah kelainan bentuk kornea. Lensa
kristalina juga dapat berperan. Dalam terminologi lensa kontak, astigmatisme
lentikular disebut astigmatisme residual karena tidak dapat dikoreksi dengan lensa
kontak sferis yang keras, yang dapat mengoreksi astigmatisme kornea.
Menurut penyebabnya, miopia dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu miopia
aksialis dan miopia kurvatura. Miopia aksialis disebabkan karena jarak anterior-
posterior terlalu panjang. Hal ini dapat terjadi secara kongenital pada
makroftalmus. Miopia aksial dapatan bisa terjadi jika anak membaca terlalu
dekat, sehingga terjadi konvergensi berlebihan. Otot rektus medial akan
berkontraksi berlebihan, sehingga bola mata terjepit oleh otot-otot ekstraokular.
Kondisi ini mengakibatkan polus posterior mata, tempat paling lemah dari bola
mata menjadi memanjang. Wajah lebar juga menyebabkan konvergensi
berlebihan. Kondisi lain yang dapat menimbulkan pemanjangan bola mata antara
lain bendungan, peradangan, kelemahan lapisan di sekeliling bola mata, serta
tekanan pembuluh darah vena kepala yang tinggi. Miopia kurvatura terjadi jika
ada kelainan kornea, baik kongenital (keratokonus, keratoglobus) maupun
akuisita (keratektasia) dan lensa, misalnya lensa terlepas dari zonula Zinnii (pada
luksasi lensa atau subluksasi lensa, sehingga karena kekenyalannya sendiri lensa
menjadi lebih cembung) bisa menyebabkan miopia kurvatur. Kondisi lain berupa
miopia indeks bisa terjadi pada penderita DM yang tidak diobati. Kondisi ini
menyebabkan kadar gula aqueous humor meningkat, sehingga daya bias juga
meningkat. Miopia posisi dapat juga terjadi bila posisi lensa terlalu ke depan,
sehingga titik fokus menjadi lebih maju.

2.4 Diagnosis
Diagnosis miopia didapatkan dengan melakukan anamnesis pada pasien,
umumnya pasien akan mengeluh mengalami pengelihat kabur khususnya saat
melihat jauh. Dalam menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan berupa
pemeriksaan secara subyektif dan obyektif.
Pasien dengan astigmatisme biasanya datang dengan gejala asthenopia seperti
sakit kepala, nyeri, mata berat, sakit kepala bagian depan, sulit fokus, kabur
sementara, mengantuk, dan bahkan mual. Pasien juga mengalami penglihatan
kabur, pengecilan penglihatan.

2.5 Tatalaksana
Prinsip pemberian kacamata pada miopia adalah diberikan lensa sferis negatif
atau minus atau konkaf terkecil yang memberikan tajam pengelihatan terbaik.
Koreksi kacamata adalah bentuk manajemen yang paling banyak digunakan pada
pasien dengan miopia. Lensa cekung yang menggeser fokus ke tingkat foveal
digunakan dalam kacamata. Namun, resep lensa yang tepat sangat penting untuk
memberikan dinamika yang benar.
Pada astigmatisme reguler, perawatan reguler terdiri dari resep kacamata
dengan lensa silinder yang ditemukan setelah refraksi yang benar. Lensa kontak
keras adalah pilihan lain untuk mengoreksi astigmatisme , yang dapat mengoreksi
hingga 2-3 dioptri dari astigmatisme . Untuk astigmatisme yang lebih tinggi dari
ini, lensa kontak torik adalah pilihan lain. Silindris minimal hingga 0,5 D harus
dikoreksi hanya jika ada gejala asthenopia atau menimbulkan gejala
apapun. Tingkat astigmatisme yang rendah harus diperbaiki dengan pembiasan
yang teliti, dan kehati-hatian sangat penting saat meresepkan perubahan.

2.6 Komplikasi
Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya
ablasi retina dan juling. Juling biasanya esotropia atau juling ke dalam akibat
mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat 20 juling keluar mungkin
fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat amblyopia.
Komplikasi yang dapat timbul pada pasien dengan astigmatisma adalah
Penglihatan yang rusak, Penglihatan terdistorsi, Ambliopia, Poliopia, Strabismus
dan Keratitis infektif akibat lensa kontak.

2.7 Prognosis
Prognosis gangguan refraksi umumnya baik karena kondisi ini dapat dikoreksi
dengan mudah menggunakan kacamata atau lensa kontak. Potensi komplikasi
gangguan refraksi mencakup progresivitas gangguan refraksi, peningkatan risiko
penyakit oftalmologi lain akibat gangguan refraksi derajat tinggi, amblyopia,
hingga kebutaan.

2.8 Standar Kompetensi Dokter Umum


Astigmatisma dan miopia dalam SKDU termasuk 4A artinya mampu
membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan
tuntas.
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS Nama : Tn. AP Ruang : -
Umur : 21 Tahun Kelas : -
Nama Lengkap : Aldito Prananta
Tempat dan Tanggal Lahir : Baturaja / 22 November 2001
Umur : 21 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Kenten, Palembang
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : Strata 1
Dokter yang Merawat : dr. Fera Yunita Rodhianty, Sp. M
Dokter Muda : Wahyu Akbar Irsandy, S. Ked
Tanggal Pemeriksaan : 26 April 2023

Keluhan Utama :
Mengeluh melihat pandangan kabur sejak 3 bulan yang lalu

Keluhan Tambahan :
Keluhan juga disertai dengan penglihatan berbayang saat melihat objek yang jauh
pasien memiliki kebiasaan menyipitkan kedua mata sejak 3 bulan yang lalu.
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Mata Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
(RSUD Palembang BARI) dengan keluhan penglihatan kabur atau buram pada
mata kanan dan kiri sejak 3 bulan yang lalu. Penglihatan kabur dan berbayang
dirasakan perlahan-lahan yang semakin lama semakin memberat. Keluhan juga
disertai dengan penglihatan berbayang saat melihat objek yang jauh pasien
memiliki kebiasaan menyipitkan kedua mata. Keluhan lainnya seperti mata
mengganjal (-/-), sakit kepala (+), mual muntah (-/-), melihat seperti terowongan
(-/-).
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat diabetes melitus (-)
Riwayat hipertensi (-),
Riwayat pemakaian kacamata (+) sejak 1 tahun yang lalu
Riwayat trauma pada mata (-),
Riwayat konsumsi obat-obatan (-).
Riwayat operasi mata (-)
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluhan yang sama pada keluarga
Nama : Tn. AP Ruang : -
PEMERIKSAAN FISIK
Umur : 21 Tahun Kelas : -
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 75x / menit
- Laju Napas : 21x / menit
- Suhu : 36oC
Status Oftalmologis

OD OS
OD OS

Pergerakan bola mata ke semua arah Pergerakan bola mata ke semua arah
(Baik) (Baik)

No. Pemeriksaan OD OS

1. Visus 6/7.5, ph 6/6 6/30, ph 6/9

2. Tekanan Intra Okuler 12 mmHg 12 mmHg

3. Kedudukan Bola Mata

Posisi Ortoforia Ortoforia

Eksoftalmus (-) (-)

Enoftalmus (-) (-)

4. Pergerakan Bola Mata


Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
Temporal atas Baik Baik
Temporal bawah Baik Baik
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
Nistagmus (-) (-)
5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
6. Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Sekret (-) (-)
Epikantus (-) (-)
8. Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
10. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
11. Limbus kornea
Arkus senilis (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Normal Normal
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna Coklat Coklat
Gambaran radier Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
15. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar ± 3mm ± 3mm
Regularitas Reguler Reguler
Isokoria Isokor Isokor
Letak Central Central
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Shadow test (-) (-)
Refleks kaca (-) (-)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
17. Funduskopi
Refleks fundus Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Papil
- warna papil Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
- bentuk Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
- batas Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Retina
- warna Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
- perdarahan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
- eksudat Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Makula lutea Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Pemeriksaan Penunjang:

- Pemeriksaan visus dan koreksi visus

RINGKASAN ANAMNESIS DAN Nama : Tn. AP Ruang : -


PEMERIKSAAN JASMANI Umur : 21 Tahun Kelas : -
Anamnesis
Pasien datang ke Poli Mata Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
(RSUD Palembang BARI) dengan keluhan penglihatan kabur atau buram pada
mata kanan dan kiri. Penglihatan kabur dan berbayang dirasakan perlahan-lahan
yang semakin lama semakin memberat. Keluhan juga disertai dengan penglihatan
berbayang saat melihat objek yang jauh pasien memiliki kebiasaan menyipitkan
kedua mata.
Keluhan lainnya seperti mata mengganjal (-/-), sakit kepala (+), mual
muntah (-/-), melihat seperti terowongan (-/-).
Riwayat diabetes melitus (-), riwayat hipertensi (-), riwayat pemakaian
kacamata (+) sejak 1 tahun yang lalu, riwayat operasi mata (-), riwayat trauma pada
mata (-), riwayat konsumsi obat-obatan (-), riwayat penyakit hipertensi dalam
keluarga (-), riwayat diabetes melitus dalam keluarga (-), dan riwayat dalam
keluarga yang memiliki keluhan yang serupa tidak ada.
Pemeriksaan Oftalmologikus
OS
OD
6/7.5, ph 6/6 Visus 6/30, ph 6/9
Konjungtiva
Pterigium (-), injeksi (-) Pterigium (-), injeksi (-)
Bulbi
Jernih Lensa Jernih

Daftar Masalah:

1. Penglihatan kabur dan berbayang pada mata kanan dan kiri.


2. VOD : 6/7,5
VOS : 6/30
Kemungkinan Penyebab Masalah :

Astigmatisma Miopia Simpleks ODS + Miopia ODS

Nama : Tn. AP Ruang : -


RENCANA PENGELOLAAN
Umur : 21 Tahun Kelas : -
Tatalaksana Promotif
Edukasi :
a. Edukasi ke pasien mengenai definisi, penyebab, faktor risiko, dan rencana
tindakan selanjutnya penyakit yang dialami (miopia dan astigmatisma)
b. Edukasi kepada pasien untuk menjaga pola makan, rajin berolahraga dan
istirahat yang cukup.
c. Beritahu kepada pasien, bahwa gangguan refraksi yang dialami pasien
mengharuskan pasien menggunakan kacamata agar dapat kembali melihat
dengan baik dan jelas.

Kuratif :
Non Medikamentosa :
Gangguan refraksi miopia dikoreksi dengan lensa konkaf (-0,25D/-1,00D) dan
gangguan refraksi astigmatisma dikoreksi dengan lensa silindris (0,50D/1,25D).
Prognosis :
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam

Tanda tangan,

( )
BAB IV
ANALISA KASUS

4.1 Pembahasan
Pasien datang ke Poli Mata RSUD Palembang Bari mengeluh
penglihatan kabur atau buram pada mata kanan dan kiri sejak 3 bulan yang
lalu. Penglihatan kabur dan berbayang dirasakan perlahan-lahan yang semakin
lama semakin memberat. Keluhan juga disertai dengan penglihatan berbayang
saat melihat objek yang jauh pasien memiliki kebiasaan menyipitkan kedua
mata. Keluhan tidak disertai dengan mata merah (-/-), seperti melihat asap
(-/-), seperti ada yang mengganjal (-/-), mata terasa gatal (-/-), halo sign (-/-),
sakit kepala (+), mual muntah (-), sekret (-/-), dan hiperlakrimasi (-/-), riwayat
penggunaan kacamata (+) sejak 1 tahun yang lalu.
Berdasarkan anamnesis yang didapatkan bahwa pasien mengeluh
penglihatan kabur atau buram pada mata kanan dan kiri. Penglihatan kabur
dan berbayang dirasakan perlahan-lahan yang semakin lama semakin
memberat. Keluhan juga disertai dengan penglihatan berbayang saat melihat
objek yang jauh pasien memiliki kebiasaan menyipitkan kedua mata. Keluhan
tersebut sesuai dengan keluhan pada gangguan refraksi yaitu miopia dan
astigmatisma. Gejala miopia adalah penglihatan kabur khususnya saat melihat
jauh. Gejala astigmatisma adalah penglihatan kabur dan berbayang disertai
dengan sakit kepala dan kelelahan pada mata.
Pada pemeriksaan oftalmologis tanggal 26 April 2023 didapatkan
visus oculus dextra 6/7.5 dan visus oculus sinistra 6/30. Setelah dilakukan
koreksi visus dengan menggunakan pinhole didapatkan VOD 6/6 dan VOS
6/9, hal ini bahwa pasien mengalami gangguan refraksi.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan, bahwa miopia dan astigmatisma
adalah kelainan refraksi atau sinar yang tidak dibiaskan tepat pada retina,
tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu titik
fokus sehingga objek terlihat kabur. Kelainan refraksi dapat diakibatkan oleh
kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan
panjang sumbu bola mata. Gangguan miopia pada pasien terjadi di mata
kanan dan kiri, setelah dilakukan koreksi visus diketahui bahwa derajat dioptri
lensa konkaf mata kanan pasien adalah -0,25 D dan mata kiri pasien adalah -
1,00 D. Sehingga, diketahui bahwa derajat miopia pada mata kanan pasien
ringan (<-3 Dioptri), pada mata kiri termasuk ringan (<-3 Dioptri). Gangguan
astigmatisma pada pada pasien terjadi di mata kanan dan kiri, setelah
dilakukan koreksi visus diketahui bahwa derajat dioptri lensa silindris mata
kanan pasien adalah 0,50 D axis 180o. Sedangkan, derajat dioptri lensa
silindris mata kiri pasien adalah 1,25 D axis 15o. Sehingga, berdasarkan tipe
nya astigmatisma pada pasien adalah astigmatisma miopia kompositus dan
berdasarkan bentuknya adalah astigmatisma regular.
Berdasarkan tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah miopia
dikoreksi menggunakan lensa konkaf dan gangguan astigmatisma dikoreksi
menggunakan lensa silindris. Pada kasus, visus pasien dikoreksi dengan
menggunakan lensa konkaf (-0,25D/-1,00D) dan lensa silindris
(0,50D/1,25D). Pasien juga diedukasi mengenai kelainan refraksi miopia dan
astigmatisma sehingga mengharuskan pasien menggunakan kacamata agar
dapat kembali melihat dengan baik dan jelas.

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
A. Gangguan refraksi berupa miopia ditandai dengan penglihatan kabur
khususnya saat melihat jauh, dan astigmatisma ditandai dengan
penglihatan kabur dan berbayang disertai dengan sakit kepala dan
kelelahan pada mata.
B. Pada kasus, terjadi miopia derajat ringan pada mata kanan dan mata kiri
dan terjadi astigmatisma pada mata kanan dan kiri dengan tipe
astigmatisma miopia kompositus.
C. Tatalaksana yang diberikan pada kasus adalah koreksi visus dengan
menggunakan kacamata lensa konkaf (-0,25D/-1,00D) dan lensa silindris
(0,50D/1,250D).
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai