Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

KELAINAN REFRAKSI

DiajukanuntukMemenuhi Salah SatuTugas Program


PendidikanProfesiDokter (P3D) BagianIlmuKesehatan Mata

DisusunOleh :
Zulfi Marieta
4151121488

Pembimbing:
Awan Buana, dr., Sp.M
Wida Vianita Aziz, dr., sp M, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD
YANI
CIMAHI
2014

TINJAUAN PUSTAKA

Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga


pembiasan sinar tidak difokuskan pada retina. Pada kelainan refraksi terjadi
ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang
kabur.
Pada mata normal, kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik focus yang
tepat pada sentral retina, namun pada kelainan refraksi sinar tidak dibiaskan tepat
pada retina akan tetapi dapat di epan atau di belakang retina dan mungkin tidak
terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia,
hipermetropia, astigmat, dan presbiopi.

1. Miopia
Definisi dan Klasifikasi
Miopia atau penglihatan dekat (nearsighted) adalah suatu kelainan refraksi
dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga, oleh mata dalam
keadaan istirahat atau tanpa akomodasi, difokuskan didepan retina. Pada orang
dengan miopia, bola mata akan lebih panjang dari normal sehingga sinar yang
datang dari objek yang jauh difokuskan di depan retina. Miopia dapat
diklasifikasikan menjadi miopia simpleks (miopia fisiologis) dan miopia
degeneratif (miopia patologik). Mata dengan miopia simpleks mempunyai

kelainan refraksi kurang dari enam dioptri dan tidak terdapat perubahan patologis
sedangkan mata dengan miopia degeneratif mempunyai kelainan refraksi paling
sedikit enam dioptri dan berhubungan dengan perubahan degeneratif terutama di
segmen posterior bola mata.

Gejala Utama
Gejala pada miopi dapat dibedakan menjadi berdasarkan gejala subjektif
dan gejala objektif :
1. Gejala subjektif terdiri dari :
2.

Penglihatan jauh kabur, lebih jelas dan nyaman apabila melihat dekat
karena membutuhkan akomodasi yang lebih kecil daripada emetrop.

3.

Kadang seakan melihat titik-titik seperti lalat terbang karena


degenerasi vitreus.

4.

Mata lekas lelah, berair, pusing, cepat mengantuk (merupakan gejala


asthenophia).

5.

Memicingkan mata agar melihat lebih jelas agar mendapat efek pinhole.

Gejala objektif terdiri dari :


1.

Bilik mata depan dalam karena otot akomodasi tidak dipakai.

2.

Pupil lebar (midriasis) karena kurang berakomodasi.

3.

Mata agak menonjol pada miopi tinggi.

4.

Pada pemeriksaan oftalmoskopi, retina dan koroid tipis disebut fundus


tigroid.

Diagnosa Banding
Dalam menegakkan diagnosis miopia, terdapat beberapa penyakit yang
mempunyai gejala dan tanda mirip seperti pada miopia. Penyakit yang mirip
dengan miopia seperti diplopia, dan degenerasi makula (macular degeneration).

Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan refraksi miopia dapat dibagi menjadi 2 yaitu
yang disebabkan oleh sistem optik yang terlalu kuat (miopia refraktif) dan yang
disebabkan oleh jarak anterior posterior bola mata terlalu panjang (miopia aksial).
Jarak anterior posterior bola mata terlalu panjang, dapat merupakan kelainan
kongenital maupun didapat, juga ada faktor herediter. Sebab aksis lebih panjang
karena:
Konvergensi berlebihan menyebabkan polus posterior mata memanjang
Kelemahan dari lapisan sklera bola mata, disertai dengan tekanan yang
Tinggi

Kelainan sistem optik penyebabnya dapat terletak pada :


Kornea yang terlalu cembung, misalnya pada kelainan kongenital
(keratokonus dan keratoglobus) maupun didapat (keratektasia akibat
menderita keratitis sehingga kornea menjadi lemah, dimana tekanan
intraokuler menyebabkan kornea menonjol di depan).
Lensa yang terlalu cembung akibat terlepas dari zunula zinii, pada luksasi
lensa atau subluksasi lensa, oleh kekenyalannya sendiri lensa menjadi
lebih cembung.
Cairan mata, dimana pada seseorang yang menderita diabetes melitus yang
tidak terkontrol dengan baik menyebabkan tingginya kadar gula dalam
humor aqueous, akibatnya indeks bias cairan meninggi pula.

Terapi
Penatalaksanaan pada penderita miopi dapat dilakukan dengan cara non
bedah dan bedah, hal ini juga tergantung dari berat-ringannya miopi penderita
tersebut.
1. Koreksi non bedah :
Koreksi dengan metode non bedah dapat dilakukan dengan :

Kaca Mata

Lensa kontak

Lensa kontak mengurangi masalah kosmetik yang muncul pada


penggunaan kacamata akan tetapi memerlukan perawatan lensa yang
benar dan bersih.
2. Koreksi dengan bedah :
Pada keadaan tertentu miopi dapat diatasi dengan pembedahan pada kornea.
Pada saat ini telah terdapat berbagai cara pembedahan pada miopi, seperti :

Keratotomi radial (RK)


Keratotomi radial dilakukan sayatan radier pada permukaan kornea
sehingga berbentuk jari-jari roda. Bagian sentral kornea tidak disayat.
Bagian kornea yang disayat akan menonjol sehingga bagian tengah
kornea menjadi rata. Ratanya kornea bagian tengah akan memberikan
suatu pengurangan indeks bias kornea sehingga dapat mengganti lensa
kacamata negatif.

Keratektomi fotorefraktif (PRK)


PRK mempergunakan sinar eximer untuk membentuk permukaan kornea.
Sinar akan memecah molekul kornea dan lamanya penyinaran
menyebabkan pemecahan sejumlah sel permukaan kornea.Efek samping
yang dapat terjadi pada PRK : Nyeri, Melemahkan struktur mata secara
permanen., kemungkinan menimbulkan jaringan parut besar.

Laser assisted In situ interlamellar keratomilieusis (LASIK)


LASIK merupakan suatu gabungan antara teknologi lama dan baru, yang
pada dasarnya menggunakan prinsip keratomileusis dan automated
lamellar keratektomi (ALK).

Komplikasi
Komplikasi terutama terjadi pada miopi tinggi, yaitu:
1. Strabismus
2. Corpus vitreus menjadi lebih cair, degenerasi likuifaksi
3. Degenerasi retina
Prognosis pada pasien myopia simpleks atau stationer, setelah melewati usia
pubertas, myopia akan berjalan konstan. Sedangkan pada myopia progresif,
myopia akan terus meningkat dan komplikasi mungkin terjadi. Adapun
komplikasi yang dapat terjadi diantaranya adalah ablasia retina dan juling. Juling
yang terjadi biasanya adalah esotropia atau juling ke dalam akibat konvergensi
terus-menerus. Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi salah satu mata telah
berkurang dan terjadi ambliopia.

2. Hipermetropia
Definisi & Klasifikasi
Hipermetropia merupakan keadaan dimana kekuatan pembiasan sinar pada
mata tidak cukup kuat untuk memfokuskan sinar pada bintik kuning (macula
lutea), sehingga mata menfokuskan sinar di belakang retina. Hipermetropia
merupakan kelainan refraksi dimana dalam keadaan mata istirahat semua sinar

sejajar yang datang dari benda-benda pada jarak tak terhingga dibiaskan
dibelakang retina, dan sinar-sinar divergen yang datang dari benda-benda yang
jaraknya dekat dibiaskan lebih jauh lagi di belakang retina.

Penyebab utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih


pendek. Akibat bola mata yang lebih pendek, bayangan benda akan difokuskan di
belakang retina atau selaput jala.
Berdasarkan penyebabnya, hipermetrop dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
1.

Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan


refraksi akibat bola mata pendek atau sumbu anteroposterior yang
pendek.

2.

Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa


kurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.

3.

Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat indeks bias yang


kurang pada sistem optic mata, misalnya pada usia lanjut lensa
mempunyai indeks refraksi yang berkurang.

Hipermetropia dapat dikenal dalam bentuk :

1.

Hipermetropia manifes ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi


dengan kacamata positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan
normal. Hipermetropia ini tediri atas hipermetropia absolut ditambah
dengan hipermetropia fakultatif. Bila dilakukan pemeriksaan mata pada
seorang hipermetropia dan dapat melihat jelas (visus 6/6) dengan
+3,00 akan tetapi dapat menjadi lebih jelas dengan +3,50 maka
dikatakan hipermetropia manifesnya adalah +3,50.

2.

Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak dapat diimbangi


dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat
jauh. Pada contoh di atas hipermetropia absolutnya bernilai +3,00.

3.

Hipermetropia

fakultatif,

dimana

kelainan

hipermetropia

dapat

diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kacamata positif. Pasien


yang hanya mempunyai hipermetropia fakultatif akan melihat normal
tanpa kacamata. Bila diberikan kacamata positif yang memberikan
penglihatan normal maka otot akomodasinya akan beristirahat. Pada
contoh di atas maka hipermetropia fakultatifnya adalah +3,50
dikurang +3,00 atau 0,50.
4.

Hipermetropia laten, di mana kelainan hipermetropia tanpa siklopegi


(atau dengan obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya
dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila
diberikan siklopegia. Hipermetropia laten merupakan selisih antara
hipermetropia total dan manifes yang menunjukkan kekuatan tonus dari
mm.siliaris. Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten

seseorang, makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi


sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif dan
kemudian akan menjadi hipermetropia absolut. Hipermetropia laten
sehari-hari diatasi pasien dengan akomodasi terus-menerus, terutama
bila pasien masih muda dan daya akomodasinya masih kuat.
5.

Hipermetropia total ialah hipermetropia yang ukurannya didapat


sesudah diberikan siklopegia. Hasil pengukuran lensa sesudah diberikan
siklopegia (hipermetropia total) lebih besar daripada hipermetropia
manifes.

Gejala Utama
Pada hipermetropia, untuk melihat benda yang terletak pada jarak jauh
sampai tak terhingga (6m atau lebih) dengan baik, mata penderita harus
berakomodasi supaya bayangan benda yang difokuskan di belakang retina dapat
dipindahkan tepat di retina. Untuk mendapatkan ketajaman penglihatan sebaikbaiknya penderita hipermetropia harus selalu berakomodasi, baik untuk
penglihatan jauh, apalagi untuk penglihatan dekat.
Penglihatan jauh dapat terganggu bila hipermetropianya tinggi melebihi
daya akomodasi, jadi merupakan hipermetropia manifes absolut. Dengan
bertambahnya usia maka kemampuan mata berakomodasi untuk mengatasi
hipermetropia ringan berkurang. Pasien hipermetropia hingga + 2,00 D dengan
usia 20 tahun masih dapat melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata dengan tidak
mendapatkan kesukaran. Tidak demikian bila sudah berumur 60 tahun. Keluahan

akan bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot


siliar untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa.
Pada penderita hipermetropia, dirasakan sakit kepala terutama di daerah
dahi atau frontal, rasa silau, dan kadang rasa juling atau melihat ganda. Pasien
hipermetropia akan mengeluh matanya lelah, panas, mengantuk dan sakit karena
terus-menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan
yang terletak di belakang retina agar terletak di daerah macula lutea. Akibat terusmenerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama melakukan konvergensi
dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan esotropia atau juling kearah
dalam(nasal).
Pada hipermetropia terjadi akomodasi terus-menerus sehingga timbul
hipertrofi otot siliaris, yang disertai terdorongnya iris ke depan, sehingga bilik
mata depan menjadi dangkal. Karena selalu berakomodasi, pupil menjadi miosis.

Diagnosis Banding
Diagnosis Banding hipermetropi adalah Presbiopi.

Terapi
Untuk memperbaiki kelainan refraksi adalah dengan mengubah sistem
pembiasan dalam mata. Pada hipermetropia diperlukan lensa cembung atau
konveks untuk mematahkan sinar lebih kuat ke dalam lensa. Pengobatan
hipermetropia adalah diberikan koreksi hipermetropia manifes dimana tanpa

siklopegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang memberiakn tajam


penglihatan normal.
Pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata sferis positif
terkuat atau lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan
maksimal. Bila pasien datang dengan + 3,00 D ataupun dengan + 3,25 D dan
memberikan ketajaman penglihatan normal, maka diberikan kacamata + 3,25 D.
Hal ini untuk memberikan istirahat pada mata akibat hipermetropia fakultatifnya
diistirahatkan dengan lensa positif.
Pada pasien di mana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak-anak,
maka sebaiknya dilakukan dengan memberikan siklopegik atau melumpuhkan
otot akomodasi. Dengan melumpuhkan otot akomodasi, maka pasien akan
mendapatkan koreksi kacamatanya dengan mata yang istirahat.
Pada setiap kekuatan lensa +1 dioptri akan terjadi pembesaran benda yang
dilihat sebesar 2%. Penderita yang memakai kacamata positif akan terlihat seolaholah matanya menjadi besar. Dengan kacamata positif tebal akan terjadi kesukaran
melihat seperti gangguan penglihatan tepi dan aberasi sferis.
Lensa kontak dapat mengurangi masalah dalam hal koreksi visus penderita
hipermetropia akan tetapi perlu diperhatikan kebersihan dan ketelitian
pemakaiannya. Selain itu, perlu diperhatikan juga masalah lama pemakaian,
infeksi, dan alergi terhadap bahan yang dipakai.

Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan pada kelainan refraksi hipermetropi
antaralain:
1. Glaukoma
Glaukoma yang bias terjadi terutama adalah glaucoma sudut tertutup, hal ini
karena mata akomodasi terus sehingga menyebabkan hipertrofi corpus siliaris
dan penutupan sudut bilik mata depan.
2. Esotropia
Karena terjadi akomodasi terus menerus , terutama pada hpermetropi yang
tinggi.
3. Ambliopia
Merupakan penyebab tersering ambliopia pada anak, bila bilateral. Ambliopia
pada hipermetropialebih sering terjadi daripada pada miopia , karena pada
myopia masih ada rangsangan akomodasi.

3.Astigmatisma
Definisi
Yang dimaksud dengan astigmat atau silinder adalah terdapatnya variasi
kurvatur atau kelengkungan kornea atau lensa pada meridian yang berbeda yang
akan mengakibatkan sinar tidak terfokus pada satu titik. Setiap meridian mata

mempunyai titik fokus tersendiri yang letaknya mungkin teratur (pada astigmat
regular) dan mungkin pula tidak teratur (pada astigmat ireguler).
Astigmat biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir, biasanya
berjalan bersama dengan myopia dan hipermetropia dan tidak banyak terjadi
perubahan selama hidup. Astigmat merupakan akibat bentuk kornea yang oval
seperti telur, makin lonjong bentuk kornea makin tinggi astigmat mata tesebut.
Astigmat juga dapat terjadi akibat jaringan parut pada kornea atau setelah
pembedahan mata. Jahitan yang terlalu kuat pada bedah mata dapat
mengakibatkan perubahan pada permukaan kornea. Bila dilakukan pengencangan
atau pengendoran jahitan pada kornea maka dapat terjadi astigmat akibat terjadi
perubahan kelengkungan kornea.

Gejala Utama
Keluhan yang timbul pada penderita astigmat diantaranya adalah :
Penglihatan ganda pada satu atau kedua mata
Melihat benda yang bulat menjadi lonjong
Penglihatan kabur
Bentukbenda berubah
Sakit kepala
Mata tegang dan pegal
Mata dan fisik lemah

Pada astigmat tinggi (4-8 D) yang selalu melihat kabur sering


mengakibatkan ambliopia

Klasifikasi
Berdasarkan keteraturan meridiannya, astigmatisma terbagi atas:
1. Astigmatisma reguler
Suatu astigmatisme yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah
atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian ke meridian
berikutnya. Bayangan yang terjadi pada astigmatisme reguler dengan bentuk
yang teratur, dapat berbentuk garis, lonjong atau lingkaran.
2. Astigmatisma irreguler
Suatu astigmatisma yang tidak memiliki 2 meridian yang saling tegak lurus.
Pada astigmatisma ireguler, kekuatan pembiasan meridian-meridian utamanya
selalu berubah sepanjang bukaan pupil. Astigmatisma ini dapat terjadi akibat
kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan
menjadi lebih irreguler. Astigmatisma irreguler terjadi akibat infeksi kornea,
trauma, distrofi atau akibat kelainan pembiasan pada meridian lensa yang
berbeda. Pada tes placido terdapat gambaran yang irreguler.

Terapi
Koreksi mata astigmat adalah dengan memakai lensa dengan dua kekuatan
yang berbeda. Astigmat ringan tidak perlu diberi kacamata. Pada astigmat yang
berat dapat diberi kacamata silinder, lensa kontak atau pembedahan. Pada

astigmat ireguler, dapat digunakan kontak lensa yang kaku, dimana air mata
antara kontak lensa dan permukaan kornea dapat mengkompensasi permukaan
kornea yang tidak regular.

4.Presbiopi
Definisi
Presbiopia merupakan keadaan refraksi mata dimana punctum proksimum
(titik terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi yang maksimal) telah begitu
jauh sehingga pekerjaan dekat yang halus seperti membaca, menjahit sukar
dilakukan.
Pada presbiopia terjadi gangguan akomodasi pada usia lanjut. Presbiopia
biasanya mulai muncul pada usia 40 tahun. Dengan bertambahnya usia maka
semakin kurang kemampuan mata untuk melihat dekat. Presbiopia terjadi akibat
lensa makin keras, sehingga elastisitasnya berkurang. Demikian pula dengan otot
akomodasinya, daya kontraksinya berkurang sehingga tidak terdapat pengenduran
zonula zinnii yang sempurna. Orang yang lemah dengan keadaan umum yang
kurang baik sering lebih cepat membutuhkan kacamata baca akibat presbiopia
daripada orang sehat dan kuat.

Gejala Utama
Keluhan muncul pada saat membaca dekat. Semua pekerjaan dekat sukar
dilakukan karena penglihatan kabur. Bila dipaksakan akan muncul keluhan lain
yaitu berupa mata lelah, berair, dan sering terasa pedas. Penderita presbiopia
memposisikan membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca, sukar

melakukan pekerjaan dengan melihat dekat terutama di malam hari, sering


memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca. Pada pasien prebiopia
kacamata atau adisi diperlukan untuk membaca dekat yang berkekuatan tertentu,
biasanya :
+ 1.0 D untuk usia 40 tahun
+ 1.5 D untuk usia 45 tahun
+ 2.0 D untuk usia 50 tahun
+ 2.5 D untuk usia 55 tahun
+ 3.0 D untuk usia 60 tahun
Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3.0 dioptri adalah lensa positif
terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini mata tidak
,elakukan akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena benda yang dibaca
terletak di titik api lensa + 3.0 dioptri sehingga sinar yang keluar akan sejajar.

Diagnosa Banding
Diagnosis banding adalah hipermetropi dan low vision jika hipermetropinya lebih
dari 3 dioptri.

Terapi
Untuk membantu kekurangan daya akomodasi pada presbiopia maka dapat
dipergunakan lensa positif untuk menambah kekuatan lensa yang berkurang sesuai
usia. Pada pasien presbiopia ini diperlukan kacamata baca atau adisi untuk

membaca dekat yang berkekuatan tertentu, biasanya :

+1,0 D untuk usia 40 tahun

+1,5D untuk usia 45 tahun

+ 2,0 D untuk usia 50 tahun

+ 2,5 D untuk usia 55 tahun

+ 3,0 D untuk usia 60 tahun

Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3,0 dioptri adalah lensa positif
terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini mata tidak
melakukan akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena benda yang dibaca
terletak pada titik api lensa + 3,0 dioptri sehingga sinar yang keluar akan sejajar.
Kekuatan lensa kacamata baca sering disesuaikan dengan kebutuhannya. Seperti
seorang ahli music yang membutuhkan jarak dekat 50 cm untuk membaca not-not
sehingga dia membutuhkan kacamata dengan kekuatan lensa yang lebih kecil.

Prognosis
Karena kelainan ini disebakan karena proses degenerasi, maka prognosisnya
cukup jelek.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas H, Sidarta. Kelainanrefraksidankoreksipenglihatan. Jakarta:


BalaiPenerbit FKUI; 2004.
2. Pedomanpemeliharaantajampenglihatan. Edisi 2.Jakarta:
DepartemenKesehatan; 2001.
3. Basic and clinical science course, optics, refraction, and contact lenses,
section 3. USA: The Foundation of the American Academy of
Opthalmology; 2001.
4. Vaughan D, AsburyT, Riordan-Eva P. Oftalmologiumum. Edisi 14.
Jakarta: Widya Medika:2000
5. Euleunberg, Alexander. The case for preventability of myopia; 2005

Anda mungkin juga menyukai