Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

KELAINAN REFRAKSI

Disusun Oleh :
Anita Sulistyowati
20710007
PENDAHULUAN

Kelainan refraksi atau ametropia merupakan kelainan


pembiasan sinar pada mata sehingga sinar tidak difokuskan
pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau di
belakang retina dan mungkin tidak terletak pada satu titik
yang fokus. Pada kelainan refraksi terjadi
ketidakseimbangan sistem optik pada mata sihingga
menghasilkan bayangan yang kabur. Kelainan refraksi
dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia, astigmat, dan
presbiopia.
Media Refraksi

Hasil pembiasan sinar pada mata dipengaruhi oleh


media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor
(cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan
panjangnya bola mata.
1.Kornea

Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata


yang tembus cahaya.1 Kornea tidak mengandung
pembuluh darah, berbentuk cembung dengan jari - jari
sekitar 8mm, lebih tebal di perifer berbanding di sentral dan
mempunyai indeks refraksi 1.3771
2.Aqueous Humor (Cairan Mata)

Aqueous humor merupakan cairan yang terdapat pada


bilik mata yang mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan
lensa, keduanya tidak memiliki pasokan darah. Adanya
pembuluh darah di kedua struktur ini akan mengganggu
lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk
dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam
korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah
anterior.
3.Lensa

Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang


berbentuk lensa di dalam bola mata dan bersifat bening.
Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan
terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk
seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi
4.Vitreous humor (Badan Kaca)

Badan vitreous menempati daerah mata di balakang


lensa. Struktur ini merupakan gel transparan yang terdiri
atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul
asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous
mengandung sangat sedikit sel yang mensintesis kolagen
dan asam hialurona
5.Panjang Bola Mata

Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam


pembiasan. Panjang bola mata seseorang dapat berbeda-
beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena
kornea (mendatar atau cembung) atau adanya perubahan
panjang (lebih panjang atau lebih pendek) bola mata, maka
sinar normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini
disebut sebagai ametropia yang dapat berupa miopia,
hipermetropia, atau astigmatisma
KELAINAN REFRAKSI
MIOPIA

 Miopia adalah salah satu bentuk kelainan refraksi dimana


sinar yang datang sejajar dari jarak yang tak berhingga
difokuskan di depan retina saat mata tidak berakomodasi.
 Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan
pada fundus okuli seperti degenerasi makula, degenerasi
retina bagian perifer,dengan myopik kresen pada papil
saraf optik
Klasifikasi Berdasarkan Etiologi

1.Miopia aksial
2.Miopia refraksional
3.Miopia posisional
4.Myopia akibat akomodasi yang berlebihan
• Gejala subjektif :
• Penglihatan jauh kabur merupakan gejala utama.
• Gejala astenopia pada pasien miopi derajat ringan
• Anak sering menyipitkan mata,merupakan hal yang
sering dikeluhkan oleh orang tua.

• Gejala objektif :
• Bola mata yang besar dan menonjol.
• Kamera okuli anterior lebih dalam dari normal.
• Pupil yang lebih lebar.
Komplikasi

1.Strabismus divergens
2.Ablasio retina
3.Perdarahan badan kaca.
4.Perdarahan koroid
Penatalaksanaan MIOPI

a.Nonfarmakologi
• Kaca Mata
• Lensa kontak
b.Terapi Pembedahan
• Radial Keratotomy
• Photorefractive Keratectomy (PRK)
• Laser in-situ Keratomileusis (LASIK)
Hipermetropia

Hipermetropia atau rabun dekat merupakan suatu


kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang datang dari
jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan istirahat atau
tanpa akomodasi di fokuskan di belakang retina. Pada
hipermetropia bayangan terbentuk di belakang retina, yang
menghasilan penglihatan penderita hipermetropia menjadi
kabur
 Hipermetropia dapat
disebabkan:

Hipermetropia aksial
Hipermetropia refraktif
Hipermetropia kurvatur
Hipermetropia indek
Hipermetropia posisional
Afakia
Klasifikasi hipermetropia berdasarkan derajat beratnya

1.Hiperopia ringan, kesalahan refraksi +2.00 D atau kurang


2.Hiperopia sedang, kesalahan refraksi antara +2.25 D
hingga +5.00 D
3.Hiperopia berat, kesalahan refraksi +5.25 D atau lebih
tinggi
Gejala Subyektif
• Penglihatan dekat kabur lebih awal, terutama bila lelah, bahan
cetakan kurang terang atau penerangan kurang
• Sakit kepala terutama daerah frontal dan makin kuat pada
penggunaan mata yang lama dan membaca dekat
• Mata sensitif terhadap sinar
• Spasme akomodasi yang dapat menimbulkan pseudomiopia
Gejala Obyektif
• Karena akomodasi yang terus menerus, akan terjadi hipertrofi
dari otot–otot akomodasi di corpus ciliare.
• Akomodasi, miosis dan konvergensi adalah suatu trias dari saraf
parasimpatik N III.
Komplikasi HIPERMETROPIA

1.Blefaritis atau chalazia


2.Accommodative convergent squint
3.Ambliopia
4.Predisposisi untuk terjadi glaucoma sudut tertutup
Penatalaksanaan Hipermetropia

1.Hiperopia dikoreksi dengan lensa positif yang terkuat.


Bisa dengan memakai kaca mata atau lensa kontak.
2.Pembedahan refraktif juga bisa dilakukan untuk membaiki
hipermetropia dengan membentuk semula kurvatura
kornea. Metode pembedahan refraktif termasuk
Laser-assisted in-situ keratomileusis (LASIK)
Laser-assisted subepithelial keratectomy (LASEK)
Photorefractive keratectomy (PRK)
Conductive keratoplasty (CK)
ASTIGMATISMA

Astigmatisma adalah keadaan dimana terdapat variasi


pada kurvatur kornea atau lensa pada meridian yang
berbeda yang mengakibatkan berkas cahaya tidak
difokuskan pada satu titik
Klasifikasi Astigmatisma

1. Astigmatisma Reguler
astigmatisma yang memperlihatkan kekuatan pembiasan
bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur
dari satu meridian ke meridian berikutnya
2.Astigmatisma irregular
Astigmatisma yang terjadi tidak memiliki 2 meridian saling
tegak lurus. Astigmat ireguler dapat terjadi akibat
kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda
sehingga bayangan menjadi ireguler.
GEJALA KLINIS :

1.Memiringkan kepala untuk melihat


2.Penglihatan akan kabur untuk jauh atau pun dekat
3.Bentuk benda yang dilihat berubah (distorsi)
4.Mengecilkan celah kelopak jika ingin melihat
5.Sakit kepala
6.Mata tegang dan pegal
7.Astigmatisma tinggi (4-8 D) yang selalu melihat kabur
sering mengakibatkan ambliopia.
Penatalaksanaan

• Kacamata Silinder
• Lensa Kontak
Pembedahan
• a.Photorefractive Keratectomy (PRK), laser dipergunakan
unutk membentuk kurvatur kornea.
• Laser in Situ Keratomileusis (lasik), laser digunakan untuk
merubah  kurvatur kornea dengan membuat flap
(potongan laser) pada kedua sisi kornea.
• Radial keratotomy, insisi kecil dibuat  secara dalam
dikornea.
PRESBIOPIA

Kelainan ini terjadi pada


mata normal berupa
gangguan perubahan
kecembungan lensa yang
dapat berkurang akibat
berkurangnya elastisitas
lensa atau menurunnya
kekuatan otot badan siliar
sehingga terjadi gangguan
akomodasi.
Etiologi

• Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi


akibat:
• Kelemahan otot badan siliar
• Lensa mata yang tidak kenyal atau berkurang
elastisitasnya akibat sklerosis lensa
Klasifikasi

1.Presbiopia Insipien
2.Presbiopia Fungsional
3.Presbiopia Absolut
4.Presbiopia Prematur
5.Presbiopia Nokturnal
Gejala Klinis
• Akibat gangguan akomodasi ini maka pada
pasien berusia lebih dari 40 tahun, akan
memberikan keluhan setelah membaca yaitu
berupa mata lelah, berair dan sering terasa pedas.
Penatalaksanaan

Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai


pedoman umur yaitu umur 40 tahun (umur rata – rata)
diberikan tambahan sferis + 1.00 dan setiap 5 tahun
diatasnya ditambahkan lagi sferis + 0.50.
Lensa sferis (+) yang ditambahkan dapat diberikan dalam
berbagai cara:
1.Kacamata baca untuk melihat dekat saja
2.Kacamata bifokal untuk sekaligus mengoreksi kelainan
yang lain
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai