STEP 2
STEP 7
1. Mengapa tajam pengelihatannya semakin menurun sejak 1 bulan yang lalu?
Refraksi anomali
2. Refraksi anomali
o Yang termasuk media refrakta adalah kornea, humor akuos, lensa dan
korpus vitreum.
Kelainan pada kornea: Edema, Infiltrat, Ulkus, sikatrik, panus
(nebula, makula, lekoma)
Kelainan pada Humor akuos: kekeruhan pada humor akuos
(Flare/sel radang, hifema, hipopion)
Kelainan pada lensa: Katarak
Kelainan pada korpus vitreum: Vitritis, perdarahan vitreus,
Proliferative VitreoRetinopathy/PVR)
o Miopia
Kausa :
Kausa :
o astigmatisma
- 1.katarak
- 2. glaukoma kronis
- 3. kelainan retina (retinopati diabetik, retinopati
hipertensi,retinopati akibat kelainan darah, retinitis pigmentosa)
- 4. kelainan makula (senile macular degeneration /age related
macular degeneration)
- 5. kelainan mata akibat intoksikasi (intoksikasi metanol, intoksikasi
klorokuin, intoksikasi ethambutol, dan lain-lain)
- 6. kelainan mata akibat peningkatan tekanan intra cranial
Pedoman Diagnosis dan Terapi Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo . Surabaya: Laboratorium/ UPF Ilmu Penyakit
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
- Kacamata minus (sferis negative-miopi) bayangan jatuh di depan retina ,
sumbu mata terlalu panjang. indeks bias terlalu kuat. Kacamata minus sejak
remaja.
- Kacamata baca. Sferis +, rabun dekat.
Lensa tak dapat berakomodasi, indeks bias lemah, sumbu mata memendek.
Usia 70 tahun, degenerative disease menyebabkan semakin progressive
kekeruhannya lensa keruh karena terganggu metabolism pnadangan
kabur/ seperti melihat asap, terhalang di lensanya.
- Apabila tidak terkena panyakit DM / hiertensi tetap kabur. Karena sudah
tua elastisitas lensa berkurang akomodasi berkurang bayangan yg
jatuh tak tepat. kabur. Presbiopi sehingga perlu kacamata baca
Sumb
er : Ilyas S. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.Jakarta.
CARI JALUR LENGKAPNYA
Komposisi Lensa
Lensa terdiri atas air sebanyak 65%, protein sebanyak 35% (kandungan
protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali
mineral dibandingkan jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih
tinggi di lensa daripada dijaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Lensa tidak
memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat (Vaughan,
2007).
Protein lensa dapat dibagi menjadi dua berdasarkan kelarutannya dalam
air, yaitu protein laut air (protein sitoplasmik) dan protein tidak larut air
(protein sitoskeletal). Fraksi protein larut air sebesar 80% dari seluruh
protein lensa yang terdiri atas kristalin. Kristalin adalah protein
intraselular yang terdapat pada epithelium dan membran plasma dari sel
serat lensa. Kristalin terbagi atas kristalin alpha(),beta(),dan
gamma().Akantetapi,kristalinbetadangamma adalah bagian dari
famili yang sama sehingga sering disebut sebagai kristalin betagamma.
Kristalin alpha merepresentasikan 32% dari protein lensa. Kristalin
alpha adalah protein dengan besar molekul yang paling besar yaitu
sebesar 600-4000 kDa, bergantung pada kecenderungan subunitnya
untuk beragregasi. Kristalin alpha bukan merupakan suatu protein
tersendiri, melainkan gabungan dari 4 subunit mayor dan 9 subunit
minor. Setiap polipeptida subunit memiliki berat molekul 20 kDa. Rantai
ikatannya merupakan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. Kristalin
alpha terlibat dalam transformasi sel epithel menjadi serat lensa. Laju
sintesis kristalin alpha tujuh kali lebih cepat di sel epitel dari pada di
serat kortikal, mengindikasikan penurunan laju sintesis setelah
transformasi.
Kristalin beta dan gamma memiliki rangkaian asam amino homolog dan
struktur yang sama sehingga dapat dipertimbangkan sebagai satu famili
protein. Kristalin beta berkontribusi sebesar 55% dari protein larut air
pada protein lensa. Kristalin gamma adalah kristalin yang paling kecil
berat molekulnya yaitu sebesar 20 kDa.
Protein lensa yang tidak larut air dapat dibagi menjadi dua, yaitu protein
yang larut dalam urea dan yang tidak larut dalam urea. Fraksi yang larut
dalam urea terdiri atas protein sitoskeletal yang berfungsi sebagai rangka
struktural sel lensa. Fraksi yang tidak larut urea terdiri atas membran
plasma serat lensa.
MajorIntrinsicProtein(MIP) adalah protein yang menyusun plasma
membran sebesar 50%. MIP pertama sekali muncul di lensa ketika serat
lensa mulai memanjang dan dapat di jumpai di membran plasma di
seluruh masa lensa. MIP tidak dijumpai di sel epitel, maka dari itu MIP
berhubungan dengan diferensiasi sel menjadi serat lensa.
Seiring dengan meningkatnya usia, protein lensa menjadi tidak larut air
dan beragregasi membentuk partikel yang lebih besar yang
mengaburkan cahaya. Akibatnya lensa menjadi tidak tembus cahaya.
Selain itu, seiring dengan bertambahnya usia, maka makin banyak
protein yang larut urea menjadi tidak larut urea (American Academy of
Ophthalmology, 2007).
Metabolisme Lensa
Tujuan utama dari metabolisme lensa adalah mempertahankan
ketransparanan lensa. Lensa mendapatkan energi terutama melalui
metabolisme glukosa anaerobik. Komponen penting lain yang
dibutuhkan lensa adalah bentuk NADPH tereduksi yang didapatkan
melalui jalur pentosa yang berfungsi sebagai agen pereduksi dalam
biosintesis asam lemak dan glutation. Metabolisme berbagai zat di lensa
adalah sebagai berikut:
1. Metabolisme gula
Glukosa memasuki lensa dari aqueous humor melalui difusi sederhana
dan difusi yang difasilitasi. Kira-kira 90-95% glukosa yang masuk ke
lensa akan difosforilasi oleh enzim hexokinase menjadi glukosa-6-fosfat.
Hexokinase akan tersaturasi oleh kadar glukosa normal pada lensa
sehingga apabila kadar glukosa normal telah dicapai, maka akan reaksi
ini akan terhenti. Glukosa-6-fosfat yang terbentuk ini akan digunakan di
jalur glikolisis anaerob dan jalur pentosa fosfat.
Lensa tidak dilalui pembuluh darah sehingga kadar oksigen lensa sangat
rendah. Oleh karena itu, metabolisme utamanya berlangsung secara
anaerob yaitu glikolisis anaerob. Sebesar 70% ATP lensa dihasilkan
melalui glikolisis anaerob. Walaupun kira-kira hanya 3% dari glukosa
masuk ke siklus Krebs, tetapi siklus ini menghasilkan 25% dari seluruh
ATP yang dibentuk di lensa.
Jalur lain yang memetabolisme glukosa-6-fosfat adalah jalur pentosa
fosfat. Kira-kira 5% dari seluruh glukosa lensa dimetabolisme oleh jalur
ini dan dapat distimulasi oleh peningkatan kadar glukosa. Aktivitas jalur
pentosa fosfat di lensa lebih tinggi dibandingkan di jaringan lain untuk
menghasilkan banyak NADPH yang berfungsi untuk mereduksi
glutation.
Jalur lain yang berperan dalam metabolisme glukosa di lensa adalah
jalur sorbitol. Ketika kadar glukosa meningkat, seperti pada keadaan
hiperglikemik, jalur sorbitol akan lebih aktif dari pada jalur glikolisis
sehingga sorbitol akan terakumulasi. Glukosa akan diubah menjadi
sorbitol dengan bantuan enzim yang berada di permukaan epitel yaitu
aldosa reduktase. Lalu sorbitol akan dimetabolisme menjadi fruktosa
oleh enzim poliol dehidrogenase. Enzim ini memiliki afinitas yang
rendah, artinya sorbitol akan terakumulasi sebelum dapat dimetabolisme,
sehingga menyebabkan retensi sorbitol di lensa. Selanjutnya sorbitol dan
fruktosa menyebabkan tekanan osmotik meningkat dan akan menarik air
sehingga lensa akan menggembung, sitoskeletal mengalami kerusakan,
dan lensa menjadi keruh.
2. Metabolisme protein
Konsentrasi protein lensa adalah konsentrasi protein yang tertinggi dari
seluruh jaringan tubuh. Sintesa protein lensa berlangsung seumur hidup.
Sintesis protein utama adalah protein kristalin dan MajorIntrinsic
Protein(MIP). Sintesa protein hanya berlangsung di sel epitel dan di
permukaan serabut kortikal.
Lensa protein dapat stabil dalam waktu yang panjang karena kebanyakan
enzim pendegradasi protein dalam keadaan normal dapat diinhibisi.
Lensa dapat mengontrol degradasi protein dengan menandai protein
yang akan didegradasi dengan ubiquitin. Proses ini berlangsung di
lapisan epitelial dan membutuhkan ATP. Lensa protein dirombak
menjadi peptida oleh endopeptidase lalu dirombak lagi menjadi asam
amino oleh eksopeptidase. Endopeptidase diaktivasi oleh megnesium
dan kalsium dan bekerja optimal pada pH 7,5. Substrat utama enzim ini
adalah kristalin alpha. Contoh endopeptidase adalah calpain. Calpain
dapat diinhibisi oleh calpastatin. Calpastatin adalah merupakan inhibitor
netral yang konsentrasinya lebih tinggi daripada calpain.
3. Glutation
Glutation (L--glutamil-L-sisteinglisin) dijumpai dalam konsentrasi
yang besar di lensa, terutama di lapisan epitelial. Fungsi glutation adalah
mempertahankan ketransparanan lensa dengan cara mencegah aggregasi
kritalin dan melindungi dari kerusakan oksidatif.
Glutation memiliki waktu paruh 1-2haridandidaurulangpadasiklus-
glutamil. Sintesis dan degradasi glutation berlangsung dalam kecepatan
yang sama. Glutation disintesis dari L-glutamat, L-sistein, dan glisin
dalam dua tahap yang membutuhkan 11-12% ATP lensa. Glutation
tereduksi juga didapatkan dari aqueous humor melalui transporter
khusus. Pemecahan glutation mengeluarkan asam amino yang akan
didaur ulang untuk pembentukan glutation selanjutnya.
4. Mekanisme antioksidan
Lensa dapat mengalami kerusakan akibat radikal bebas seperti spesies
oksigen reaktif. Spesies oksigen reaktif adalah sebutan untuk
sekelompok radikal oksigen yang sangat reaktif, merusak lipid, protein,
karbohidrat dan asam nukleat. Contoh-contoh radikal oksigen adalah
- +
anion superoksida (O2 ), radikal bebas hidroksil (OH ), radikal peroksil
+
(ROO ), radikal lipid peroksil (LOOH), oksigen tunggal (O2), dan
hidrogen peroksida (H2O2).
Mekanisme kerusakan yang diakibatkan oleh spesies oksigen reaktif
adalah peroksidasi lipid membran membentuk malondialdehida, yang
akan membentuk ikatan silang antara protein dan lipid membran
sehingga sel menjadi rusak. Polimerisasi dan ikatan silang protein
tersebut menyebabkan aggregasi kristalin dan inaktivasi enzim-enzim
yang berperan dalam mekanisme antioksidan seperti katalase dan
glutation reduktase.
Lensa memiliki beberapa enzim yang berfungsi untuk melindungi dari
radikal bebas seperti glutation peroksidase, katalase dan superoksida
dismutase. Mekanisme antioksidan pada lensa adalah dengan cara
dismutasi radikal bebas superoksida menjadi hidrogen peroksida dengan
bantuan enzim superoksida dismutase. Lalu hidrogen peroksida tersebut
akan diubah menjadi molekul air dan oksigen melalui bantuan enzim
katalase. Selain itu, glutation tereduksi dapat mendonorkan gugus
hidrogennya pada hidrogen peroksida sehingga berubah menjadi
molekul air dengan bantuan enzim glutation peroksidase. Glutaion
tereduksi yang telah memberikan gugus hidrogennya akan membentuk
glutation teroksidasi yang tidak aktif, tetapi NADPH yang berasal dari
jalur pentosa akan mengubahnya kembali menjadi glutation tereduksi
dengan bantuan enzim glutation reduktase.
5. Mekanisme Pengaturan Keseimbangan Cairan dan elektrolitAspek fisiologi
yang terpenting dalam menjaga ketransparanan lensa adalah pengaturan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Ketransparanan lensa sangat bergantung pada
komponen struktural dan makromolekular. Selain itu, hidrasi lensa dapat
menyebabkan kekeruhan lensa.
Lensa mempunyai kadar kalium dan asam amino yang tinggi dibandingkan
aqueous dan vitreus dan memiliki kadar natrium dan klorida yang lebih rendah
dibandingkan sekitarnya. Keseimbangan elektrolit diatur oleh permeabilitas
membran dan pompa natrium dan kalium (Na-K-ATPase). Pompa ini berfungsi
memompa natrium keluar dan memompa kalium untuk masuk.
Kombinasi dari transport aktif dan permeabilitas membran di lensa di sebut teori
pompa bocor. Kalium dan asam amino ditransportasikan ke dalam lensa secara
aktif ke anterior lensa melalui epithelium. Lalu kalium dan asam amino akan
berdifusi melalui bagian posterior lensa. Sedangkan natrium masuk ke dalam lensa
di bagian posterior lensa secara difusi dan keluar melalui bagian anterior lensa
secara aktif.
3. Mengapa pasien menggunakan kacamata bifocal?
4. Apa hubungan penderita tidak pernah periksa gula darah dan tekanan darah
dengan keluhan di scenario?
Anatomi Lensa
Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan.
Lensa memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior.
Permukaan posterior lebih cembung daripada permukaan anterior.
Radius kurvatura anterior 10 mm dan radius kurvatura posterior 6 mm.
Diameter lensa adalah 9-10 mm dan ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat
lahir hingga 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa 135 mg pada usia 0-9
tahun hingga 255 mg pada usia 40-80 tahun (Khurana, 2007). Lensa
terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior iris
dan badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang
di sebut fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma
optikal yang memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata (Lang,
2000). Lensa tidak memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan
ikat. Lensa dipertahankan di tempatnya oleh serat zonula yang berada di
antara lensa dan badan siliar. Serat zonula ini, yang bersal dari ephitel
siliar, adalah serat kaya fibrilin yang mengelilingi lensa secara sirkular
(Yanoff dan Duker, 2009).
Gambar 2.1: Anatomi Lensa
(Sumber: Lang, 2000)
Pertumbuhan Lensa
Lensa akan terus tumbuh dan membentuk serat lensa seumur hidup,
tidak ada sel yang mati ataupun terbuang karena lensa ditutupi oleh
kapsul lensa. Pembentukan serat lensa pada ekuator, yang akan terus
berlanjut seumur hidup, membentuk nukleus infantil selama dekade
pertama dan kedua kehidupan serta membentuk nukleus dewasa selama
dekade ketiga. Arah pertumbuhan lensa yang telah berkembang
berlawanan dengan arah pertumbuhan embriologinya. Sel yang termuda
akan selalu berada di permukaan dan sel yang paling tua berada di pusat
lensa. Laju pertumbuhan lensa adalah 1,3 mg/tahun antara usia 10-90
tahun (Malhotra, 2007).
Histologi Lensa
Secara histologis, lensa memiliki tiga komponen utama:
1. Kapsul lensaLensa dibungkus oleh simpai tebal (10-20 m),
homogen, refraktil, dan kaya akan karbohidrat, yang meliputi permukaan
luar sel-sel epithel. Kapsul ini merupakan suatu membran basal yang
sangat tebal dan terutama terdiri atas kolagen tipe IV dan glikoprotein.
Kapsul lensa paling tebal berada di ekuator (14 m) dan paling tipis
pada kutub posterior (3 m). Kapsul lensa bersifat semipermeabel,
artinya sebagian zat dapat melewati lensa dan sebagian lagi tidak.
a. Epitel subkapsularEpitel subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang
hanya terdapat pada permukaan anterior lensa. Epitel subkapsular yang
berbentuk kuboid akan berubah menjadi kolumnar di bagian ekuator dan
akan terus memanjang dan membentuk serat lensa. Lensa bertambah
besar dan tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya serat lensa baru
dari sel-sel yang terdapat di ekuator lensa. Sel-sel epitel ini memiliki
banyak interdigitasi dengan serat-serat lensa.
Fungsi Lensa
Lensa adalah salah satu dari media refraktif terpenting yang berfungsi
memfokuskan cahaya masuk ke mata agar tepat jatuh di retina. Lensa
memiliki kekuatan sebesar 10-20 dioptri tergantung dari kuat lemahnya
akomodasi.
Komposisi Lensa
Lensa terdiri atas air sebanyak 65%, protein sebanyak 35% (kandungan
protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali
mineral dibandingkan jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih
tinggi di lensa daripada dijaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Lensa tidak
memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat (Vaughan,
2007).
Protein lensa dapat dibagi menjadi dua berdasarkan kelarutannya dalam
air, yaitu protein laut air (protein sitoplasmik) dan protein tidak larut air
(protein sitoskeletal). Fraksi protein larut air sebesar 80% dari seluruh
protein lensa yang terdiri atas kristalin. Kristalin adalah protein
intraselular yang terdapat pada epithelium dan membran plasma dari sel
serat lensa. Kristalin terbagi atas kristalin alpha(),beta(),dan
gamma().Akantetapi,kristalinbetadangamma adalah bagian dari
famili yang sama sehingga sering disebut sebagai kristalin betagamma.
Kristalin alpha merepresentasikan 32% dari protein lensa. Kristalin
alpha adalah protein dengan besar molekul yang paling besar yaitu
sebesar 600-4000 kDa, bergantung pada kecenderungan subunitnya
untuk beragregasi. Kristalin alpha bukan merupakan suatu protein
tersendiri, melainkan gabungan dari 4 subunit mayor dan 9 subunit
minor. Setiap polipeptida subunit memiliki berat molekul 20 kDa. Rantai
ikatannya merupakan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. Kristalin
alpha terlibat dalam transformasi sel epithel menjadi serat lensa. Laju
sintesis kristalin alpha tujuh kali lebih cepat di sel epitel dari pada di
serat kortikal, mengindikasikan penurunan laju sintesis setelah
transformasi.
Kristalin beta dan gamma memiliki rangkaian asam amino homolog dan
struktur yang sama sehingga dapat dipertimbangkan sebagai satu famili
protein. Kristalin beta berkontribusi sebesar 55% dari protein larut air
pada protein lensa. Kristalin gamma adalah kristalin yang paling kecil
berat molekulnya yaitu sebesar 20 kDa.
Protein lensa yang tidak larut air dapat dibagi menjadi dua, yaitu protein
yang larut dalam urea dan yang tidak larut dalam urea. Fraksi yang larut
dalam urea terdiri atas protein sitoskeletal yang berfungsi sebagai rangka
struktural sel lensa. Fraksi yang tidak larut urea terdiri atas membran
plasma serat lensa.
MajorIntrinsicProtein(MIP) adalah protein yang menyusun plasma
membran sebesar 50%. MIP pertama sekali muncul di lensa ketika serat
lensa mulai memanjang dan dapat di jumpai di membran plasma di
seluruh masa lensa. MIP tidak dijumpai di sel epitel, maka dari itu MIP
berhubungan dengan diferensiasi sel menjadi serat lensa.
Seiring dengan meningkatnya usia, protein lensa menjadi tidak larut air
dan beragregasi membentuk partikel yang lebih besar yang
mengaburkan cahaya. Akibatnya lensa menjadi tidak tembus cahaya.
Selain itu, seiring dengan bertambahnya usia, maka makin banyak
protein yang larut urea menjadi tidak larut urea (American Academy of
Ophthalmology, 2007).
Metabolisme Lensa
Tujuan utama dari metabolisme lensa adalah mempertahankan
ketransparanan lensa. Lensa mendapatkan energi terutama melalui
metabolisme glukosa anaerobik. Komponen penting lain yang
dibutuhkan lensa adalah bentuk NADPH tereduksi yang didapatkan
melalui jalur pentosa yang berfungsi sebagai agen pereduksi dalam
biosintesis asam lemak dan glutation. Metabolisme berbagai zat di lensa
adalah sebagai berikut:
1. Metabolisme gula
Glukosa memasuki lensa dari aqueous humor melalui difusi sederhana
dan difusi yang difasilitasi. Kira-kira 90-95% glukosa yang masuk ke
lensa akan difosforilasi oleh enzim hexokinase menjadi glukosa-6-fosfat.
Hexokinase akan tersaturasi oleh kadar glukosa normal pada lensa
sehingga apabila kadar glukosa normal telah dicapai, maka akan reaksi
ini akan terhenti. Glukosa-6-fosfat yang terbentuk ini akan digunakan di
jalur glikolisis anaerob dan jalur pentosa fosfat.
Lensa tidak dilalui pembuluh darah sehingga kadar oksigen lensa sangat
rendah. Oleh karena itu, metabolisme utamanya berlangsung secara
anaerob yaitu glikolisis anaerob. Sebesar 70% ATP lensa dihasilkan
melalui glikolisis anaerob. Walaupun kira-kira hanya 3% dari glukosa
masuk ke siklus Krebs, tetapi siklus ini menghasilkan 25% dari seluruh
ATP yang dibentuk di lensa.
Jalur lain yang memetabolisme glukosa-6-fosfat adalah jalur pentosa
fosfat. Kira-kira 5% dari seluruh glukosa lensa dimetabolisme oleh jalur
ini dan dapat distimulasi oleh peningkatan kadar glukosa. Aktivitas jalur
pentosa fosfat di lensa lebih tinggi dibandingkan di jaringan lain untuk
menghasilkan banyak NADPH yang berfungsi untuk mereduksi
glutation.
Jalur lain yang berperan dalam metabolisme glukosa di lensa adalah
jalur sorbitol. Ketika kadar glukosa meningkat, seperti pada keadaan
hiperglikemik, jalur sorbitol akan lebih aktif dari pada jalur glikolisis
sehingga sorbitol akan terakumulasi. Glukosa akan diubah menjadi
sorbitol dengan bantuan enzim yang berada di permukaan epitel yaitu
aldosa reduktase. Lalu sorbitol akan dimetabolisme menjadi fruktosa
oleh enzim poliol dehidrogenase. Enzim ini memiliki afinitas yang
rendah, artinya sorbitol akan terakumulasi sebelum dapat dimetabolisme,
sehingga menyebabkan retensi sorbitol di lensa. Selanjutnya sorbitol dan
fruktosa menyebabkan tekanan osmotik meningkat dan akan menarik air
sehingga lensa akan menggembung, sitoskeletal mengalami kerusakan,
dan lensa menjadi keruh.
2. Metabolisme protein
Konsentrasi protein lensa adalah konsentrasi protein yang tertinggi dari
seluruh jaringan tubuh. Sintesa protein lensa berlangsung seumur hidup.
Sintesis protein utama adalah protein kristalin dan MajorIntrinsic
Protein(MIP). Sintesa protein hanya berlangsung di sel epitel dan di
permukaan serabut kortikal.
Lensa protein dapat stabil dalam waktu yang panjang karena kebanyakan
enzim pendegradasi protein dalam keadaan normal dapat diinhibisi.
Lensa dapat mengontrol degradasi protein dengan menandai protein
yang akan didegradasi dengan ubiquitin. Proses ini berlangsung di
lapisan epitelial dan membutuhkan ATP. Lensa protein dirombak
menjadi peptida oleh endopeptidase lalu dirombak lagi menjadi asam
amino oleh eksopeptidase. Endopeptidase diaktivasi oleh megnesium
dan kalsium dan bekerja optimal pada pH 7,5. Substrat utama enzim ini
adalah kristalin alpha. Contoh endopeptidase adalah calpain. Calpain
dapat diinhibisi oleh calpastatin. Calpastatin adalah merupakan inhibitor
netral yang konsentrasinya lebih tinggi daripada calpain.
3. Glutation
Glutation (L--glutamil-L-sisteinglisin) dijumpai dalam konsentrasi
yang besar di lensa, terutama di lapisan epitelial. Fungsi glutation adalah
mempertahankan ketransparanan lensa dengan cara mencegah aggregasi
kritalin dan melindungi dari kerusakan oksidatif.
Glutation memiliki waktu paruh 1-2haridandidaurulangpadasiklus-
glutamil. Sintesis dan degradasi glutation berlangsung dalam kecepatan
yang sama. Glutation disintesis dari L-glutamat, L-sistein, dan glisin
dalam dua tahap yang membutuhkan 11-12% ATP lensa. Glutation
tereduksi juga didapatkan dari aqueous humor melalui transporter
khusus. Pemecahan glutation mengeluarkan asam amino yang akan
didaur ulang untuk pembentukan glutation selanjutnya.
4. Mekanisme antioksidan
Lensa dapat mengalami kerusakan akibat radikal bebas seperti spesies
oksigen reaktif. Spesies oksigen reaktif adalah sebutan untuk
sekelompok radikal oksigen yang sangat reaktif, merusak lipid, protein,
karbohidrat dan asam nukleat. Contoh-contoh radikal oksigen adalah
- +
anion superoksida (O2 ), radikal bebas hidroksil (OH ), radikal peroksil
+
(ROO ), radikal lipid peroksil (LOOH), oksigen tunggal (O2), dan
hidrogen peroksida (H2O2).
Mekanisme kerusakan yang diakibatkan oleh spesies oksigen reaktif
adalah peroksidasi lipid membran membentuk malondialdehida, yang
akan membentuk ikatan silang antara protein dan lipid membran
sehingga sel menjadi rusak. Polimerisasi dan ikatan silang protein
tersebut menyebabkan aggregasi kristalin dan inaktivasi enzim-enzim
yang berperan dalam mekanisme antioksidan seperti katalase dan
glutation reduktase.
Lensa memiliki beberapa enzim yang berfungsi untuk melindungi dari
radikal bebas seperti glutation peroksidase, katalase dan superoksida
dismutase. Mekanisme antioksidan pada lensa adalah dengan cara
dismutasi radikal bebas superoksida menjadi hidrogen peroksida dengan
bantuan enzim superoksida dismutase. Lalu hidrogen peroksida tersebut
akan diubah menjadi molekul air dan oksigen melalui bantuan enzim
katalase. Selain itu, glutation tereduksi dapat mendonorkan gugus
hidrogennya pada hidrogen peroksida sehingga berubah menjadi
molekul air dengan bantuan enzim glutation peroksidase. Glutaion
tereduksi yang telah memberikan gugus hidrogennya akan membentuk
glutation teroksidasi yang tidak aktif, tetapi NADPH yang berasal dari
jalur pentosa akan mengubahnya kembali menjadi glutation tereduksi
dengan bantuan enzim glutation reduktase.
5. Mekanisme Pengaturan Keseimbangan Cairan dan elektrolitAspek fisiologi
yang terpenting dalam menjaga ketransparanan lensa adalah pengaturan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Ketransparanan lensa sangat bergantung pada
komponen struktural dan makromolekular. Selain itu, hidrasi lensa dapat
menyebabkan kekeruhan lensa.
Lensa mempunyai kadar kalium dan asam amino yang tinggi dibandingkan
aqueous dan vitreus dan memiliki kadar natrium dan klorida yang lebih rendah
dibandingkan sekitarnya. Keseimbangan elektrolit diatur oleh permeabilitas
membran dan pompa natrium dan kalium (Na-K-ATPase). Pompa ini berfungsi
memompa natrium keluar dan memompa kalium untuk masuk.
Kombinasi dari transport aktif dan permeabilitas membran di lensa di sebut teori
pompa bocor. Kalium dan asam amino ditransportasikan ke dalam lensa secara
aktif ke anterior lensa melalui epithelium. Lalu kalium dan asam amino akan
berdifusi melalui bagian posterior lensa. Sedangkan natrium masuk ke dalam lensa
di bagian posterior lensa secara difusi dan keluar melalui bagian anterior lensa
secara aktif.
HUBUNGANDENGANDMDANHIPERTENSI
DM
4. Strees oksidatif.
Strees oksidatif timbul bila pembentukan reactive oxygen species (ROS) melebihi
kemampuan mekanisme seluler dalam mengatasi yang melibatkan sejumlah enzim dan
vitamin yang bersifat antioksidan. Strees oksidatif diabetes mellitus dapat
disebabkan karena gangguan keseimbangan redoks akibat perubahan metabolisme
karbohidrat dan lipid, peningkatan reactive oxygen species akibat proses
glikosilasi/glikoksidasi lipid dan penurunan kapasitas antioksidan.
- Non proliferative
Std. nonproliferatif
- Proliverative
Penyebab pasti retinopati diabetika belum diketahui secara pasti, namun diduga
sebagai akibat paparan hiperglikemi dalam waktu yang lama terjadi berbagai
proses biokimiawi dalam sel peningkatan aktifitas enzim aldosa reduktase (jalur
poliol/sorbitol menjadi aktif) akumulasi sorbitol Perubahan vaskuler retina
adalah hilangnya perisit dan penebalan membran basal adanya daerah yang lemah
pada dinding pembuluh darah dan tidak adanya efek antiproliferatif yang dimiliki
perisit mikroaneurisma permeabilitas pembuluh darah meningkat menimbulkan
eksudasi. Kerusakan lebih lanjut akan menyebabkan hilangnya komponen seluler
pada pembuluh darah Kapiler aseluler tersebut apabila berkonfluen dapat
menyebabkan obliterasi arteriol Daerah nonperfusi tersebut merupakan
patogenesis utama terjadinya neovaskularisasi. Perdarahan retina dan dilatasi
segmental (venous beading) berhubungan dengan banyaknya daerah iskemik.
HIPERTENSI
Umur > 50th 1. (Penurunan aktvts pompa pd lensa keluar masuknya Na dan
kaliumhidarasi serat lensa) 2.( Penurunan reaksi oksidatif penurunan level
amino acidpenurunan sintesis protein lensa) denaturasi protein lensaopacity.
DEFINISI
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yg dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua2nya.
Etiologi
- Bahan toksik khusus (kimia & fisik)
- Keracunan obat (eserin, kortikosteroid, ergot, antikolinesterase topikal)
- Kelainan sistemik / metabolic (DM, galaktosemi, dan distrofi miotonik)
Katarak dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor ( multifactorial) dan belum
sepenuhnya diketahui. Berbagai faktor tersebut antara lain:
a. Kelainan kongenital/herediter
b. Proses degenerasi
c. Komplikasi penyakit di mata maupun penyakit sistemik
d. Efek samping obat
e. Radiasi: ultraviolet, infrared, X-ray, microwafe
f. Trauma penetrans dan perforans
klasifikasi katarak
a. Developmental:
o Congenital
o Juvenil
b. Degeneratif/senilis:
o Insipiens
o Immatura
o Matura
o Hypermatura
c. Komplikata: oleh karena penyakit/kelainan di Mata atau tempat lain
o Glaucoma
o Iridocyclitis
o DM, galaktosemia, hipoparatiroid, miotonia distrofi
o Efek samping obat: steroid, amiodaron, miotika
antikolinesterase, klorpromazine, ergot, naftalein, dinitrofenol,
triparanol (MER-29)
d. Traumatika
Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun.
Katarak senile, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi
tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-
bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang
mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa
ini akan memberikan indeks perubahan refraksi dimana mata akan menjadi
miopik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan
sehingga bilik mata akan lebih sempit. Pada stadium intumesen ini akan
mudah terjadi penyulit glaukoma . Uji bayangan iris pada keadaan ini positif.
Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa
akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan
akan mempunyai kedalaman normal kembali.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
mata.
Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan adalah:
PENGOBATAN
Satu-satunya pengobatan untuk katarak adalah pembedahan.
Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan
baik dengan bantuan kaca mata untuk melakukan kegiatannya
sehari-hari.
Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik
hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca
mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar.
Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan
pembedahan.
1. Pengangkatan lensa
Ada 2 macam pembedahan yang
bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
- Pembedahan ekstrakapsuler : lensa diangkat dengan
meninggalkan kapsulnya.
Untuk memperlunak lensa sehingga mempermudah
pengambilan lensa melalui sayatan yang kecil, digunakan
gelombang suara berfrekuensi tinggi (fakoemulsifikasi).
- Pembedahan intrakapsuler : lensa beserta kapsulnya
diangkat. Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah
jarang dilakukan.
2. Penggantian lensa
Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak
biasanya akan mendapatkan lensa buatan sebagai
pengganti lensa yang telah diangkat.
Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut
lensa intraokuler, biasanya lensa intraokuler dimasukkan ke
dalam kapsul lensa di dalam mata.
o Terapi
Secara umum dikenal dua macam teknik operasi
katarak yaitu EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular)
dan EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsular).
a. EKEK merupakan teknik operasi katarak dengan cara
membuka kapsul anterior lensa untuk mengeluarkan
masa lensa (kortek dan nukleus) dan meninggalkan
kapsul posterior. Pengembangan dari teknik ini
adalah PHACOEMULSIFIKASI dengan memanfaatkan
energi ultrasonik untuk menghancurkan masa lensa.
Pada kantong kapsul lensa selanjutnya dipasang
lensa intra okuler (IOL)
b. EKIK merupakan teknik operasi katarak dimana
seluruh masa lensa dikeluarkan bersama kapsulnya.
Teknik ini memerlukan irisan kornea yang lebih besar
dan jahitan lebih banyak. Saat ini hanya dipakai pada
keadaan khusus seperti luksasi lensa.
(ILMU PENYAKIT MATA, Prof.Dr.H.Sidarta ilyas , SpM)
o Manifestasi klinik
tanda yang dapat dijumpai pada mata adalah adanya kekeruhan pada lensa
(Letak kekeruhan yang terjadi dapat nuklear, kortikal, subkapsularis
posterior atau kombinasinya)
Retinopati diabetik
Definisi
Adalah suatu mikroangiopti progresif yang ditandai dengan kerusakan dan
sumbatan pembuluh-pembuluh halus
Risiko mengalaminya meningkat sejalan dengan lamanya diabetes
Etiologi
Penyebabnya sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun keadaan
hiperglikemi yang berlangsung lama dianggap sebagai factor risiko utama
penyebab
Retinopati diabetikum terjadi karena adanya kerusakan pada pembuluh
darah yang menuju ke retina. Kadar gula darah ( glukosa) yang tinggi pada
diabetes menyebabkan penebalan pembuluh darah yang kecil.
Pada stadium awal (retinopati non-proliferatif), pembuluh darah menjadi
berlubang-lubang dan isinya merembes ke dalam retina, menyebabkan
penglihatan menjadi kabur.
Manifestasi klinik
Kelainan retina penderita DR dpt berupa :
Mikroaneurisma
Perdarahan intra & ekstraretina
Eksudat keras
Venous turtuosity, venous beading
Intra Retinal Microvascular Abnormalities (IRMA)
Eksudat lunak (cotton wool spots)
Daerah nonperfusi
Neovaskularisasi ( NVD, NVE, NVI )
Edema makula
Ablasio retina (TRD, RRD)
- Retinopati hipertensi
a. Definisi
Adalah kelainan2 retina & pembuluh darah retina akibat tekanan darah
tinggi
b. Klasifikasi
Tipe 1
Fundus hipertensi dng atau tanpa retinopati, tidak ada sklerose, dan
terdapat pada orang muda
Pada funduskopi : arteri menyempit & pucat, arteri meregang &
percabangan tajam, perdarahan ada/tidak ada, eksudat ada/tidak ada
Tipe 2
Fundus hipertensi dng atau tanpa retinopati sklerose senil, terdapat
pada orang tua
Funduskopi : pembuluh darah tampak mengalami penyempitan,
pelebaran & sheathing setempat
Perdarahan retina ada/tidak ada.Tidak ada edema papil
Tipe 3
Fundus dng retinopati hipertensi dng arteriosklerosis, terdapat pada
orang muda
Funduskopi : penyempitan arteri, kelokan bertambah fenomena
crossing,, perdarahan multiple, cotton wool patches, makula star
figure
Tipe 4
Hipertensi progresif
Funduskopi : edema papil, cotton wool patches, hard eksudat, dan star
figure exudates yg nyata
e. Penegakan diagnosis
Anamnesis :
Gejala :
Penglihatan kabur dan episode hilangnya penglihatan temporer
asimptomatik
Pemeriksaan fisik
Tanda :
tanda sesuai stadiumnya
dengan angiografi fluoresens : pada pasien berusia muda dng hipertensi ,
dijumpai penipisan & sumbatan arteriol, adanya nonperfusi kapiler dapat
diverifikasi dlm hubungannya dng bercak cotton wool, yg dikelilingi oleh
kapiler2 yg melebar abnormal & mikroaneurisma yg meningkat
permeabilitasnya pada angiografi flourescens
f. Pengelolaan
Terapi hipertensi dan menghindari penurunan cepat yg dapat mempresipitasi
oklusi vaskular akan menghasilkan resolusi tanda retina.Hal ini dapat
memakan waktu beberapa bulan
sumber : Lecture notes oftalmologi ;Bruce James,dkk
Kontrol tekanan darah, diberikan terapi medikamentosa dengan obat anti
hipertensi bertujuan mencegah progresivitas kerusakan organ target.
Apabila telah dijumpai retinopati hipertensi maligna disertai kenaikan
tekanan darah (TD diastolik 130 mmHg), maka pengelolaan dengan cara
menurunkan tekanan darah sesuai dengan penatalaksanaan krisis
hipertensi.
- Refraksi anomaly
a. Definisi
keadaan dimana bayangan tegas tidak terbentuk pada retina (macula lutea
atau bintik kuning).
b. Klasifikasi
Causa myopia :
Klasifikasi klinis
Berdasarkan besarnya dioptri lensa koreksi secara klasik.
- Myopia ringan : 0,25 3,00 D
- Myopia sedang : > 3,00 6,00 D
- Myopia berat : > 6,00 D
Secara klinik dan berdasarkan perkembangan patologik yang timbul pada mata
maka miopy dapat dibagi menjadi dua yaitu
Miopi simplek : miopy yang biasanya tidak disertai kelainan patologik
fundusakan tetapi dapat disertai kelainan fundus ringan. Kelainan fundus
ringan ini dapat berupa kresen miopy (myopic crescent) yang ringan yang
berkembang sangat lambat. Biasanya tidak terdapat perubahan organik.
Tajam Penglihatan denan koreksi yang sesuai dapat mencapai normal. Berat
kelainan refraktif biasanya kurang dari -5 D atau -6 D. Keadaan ini juga
disebut miopy fisiologik.
Miopi patologi
c. Keluhan:
d. Gejala objektif:
COA dalam
Vitreus floaters
e. Komplikasi:
Strabismus divergen
Ablatio retina
f. Terapi :
Causa hypermetropia:
Klasifikasi
Laten Hypermetropia
Adalah bagian dari kelainan refraksi yang dikoreksi hanya
dengan akomodasi, dimana kelainan hypermetropia tanpa
sikloplegia ( atau dengan obat melemahkan akomodasi)
diimbangi seleruhnya dengan akomodasi. Hypermetropia laten
hanya dapat diukur bila diberikan sikloplegia. Makin muda,
makin besar komponen hypermetropia laten seseorang. Makin
tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga
hypermetropia laten menjadi hypermetropia fakultatif dan
kemudian menjadi hypermetropia absolute. Hypermetropia
laten sehari-hari diatasi dengan akomodasi terus-menerus,
terutama bila pasien muda dan akomodasinya masih kuat.
Manifest facultative hyperopia
Bagian dari hyperopia yang dapat dikoreksi oleh power
akomodasi pasien sendiri, dikoreksi dengan lensa ataupun
keduanya. Penglihatan dapat normal dengan atau tanpa
dikoreksi dengan lensa+, tetapi akomodasi tidak sempurna
tanpa kaca mata. Pasien hanya mempunyai hypermetropia
fakultatif akan melihat normal tanpa kaca mata, yang bila
diberikan kaca mata positif yang memberikan penglihatan
normal maka otot akomodasinya akan beristirahat.
Manifest absolute hyperopia
Bagian dari kelainan refraksi yang tidak dapat dikompensasi
hanya dengan akomodasi dari pasien. Penglihatan masih kabur,
walaupun seberapa besar akomodasi dari pasien. Pasien seperti
ini secepatnya memerlukan kaca mata positif untuk melihat
jauh. Pengaruh umur pada hyperopia dimulai dari penurunan
secara progresif dari power akomodasi, kemudian beralih
menjadi laten dan fakultatif hyperopia ke tingkat yang lebih
tinggi yaitu absolute hyperopia.
Keluhan-keluhan:
Akibatnya:
Bila daya akomodasi masih ada akan merasa pusing, kemeng dimata karena
akomodasi terus menerus,disebut astenopia.
Bila daya akomodasi sudah kurang/ tidak ada maka melihat jauh kurang
terang, apalagi melihat dekat.
Terapi :
LASIK
Keadaan dimana refraksi pada tiap bidang meridian tidak sama. Dalam
satu bidang meridian, sinar-sinar sejajar dibiaskan pada satu titik, tetapi
pada bidang meridian lain tidak pada titik ini
Kausa : Biasanya terjadi akibat kelengkunan permukaan kornea tidak sama
pada semua bidang meridian, sehingga nilai kekuatan refraksi untuk semua
bidang meridian tersebut tidak sama.
- ARMD
a. Definisi
suatu kelainan pada makula akibat proses degenerasi, yang ditandai dengan
penurunan penglihatan sentral yang bermakna.
b. Etiologi
Dalam keadaan normal, makula mengalami perubahan-perubahan yang diakibatkan
oleh proses penuaan. Perubahan ini antara lain berupa:
Berkurangnya jumlah sel-sel fotoreseptor,
Perubahan-perubahan ultrastruktural epitel pigmen retina (RPE) seperti
pengurangan granula melanin, terbentuknya granula lipofuchsin, serta timbunan
residual bodies,
Timbunan basal laminar deposit
Perubahan pada kapiler khoroid.
Beberapa faktor risiko terjadinya ARMD antara lain adalah:
Riwayat keluarga,
Merokok,
Hipertensi,
Wanita,
Hipermetropia,
Warna iris yang muda.
Ras kulit hitam, konsumsi sayuran berdaun hijau tua yang tinggi, konsumsi ikan,
konsumsi asam lemak tak jenuh, serta kadar karotenoid serum yang tinggi
merupakan faktor pelindung terjadinya ARMD.
c. Klasifikasi
AMD ( Degenerasi Makula terkait Usia )
1. Dini
Drusen minimal, perubahan pigmentasi, atau atrofi epitel pigmen retina.
Drusen secara klinis digambarkan sebagai endapan kuning yang terletak dalam
membran bruch, bervariasi dlm ukuran dan bentuk bisa diskret atau menggumpal.
2. Lanjut
Artrofi geografik
Daaerah2 atrofi epitel pigmen retina dan sel2 fotoreseptor yang berbatas
tegas, lebih besar dari 2 meter diskus, yg memungkinkan pembuluh2 koroid
dibawahnya terlihat secara langsung.
Penyakit neovaskular
Neovaskularisasi koroid atau pelepasan epitel pigmen retina serosa.
Vaughan Ophtalmology, EGC
d. Manifestasi klinik
Gejala-gejala klinik yang biasa didapatkan pada penderita degenerasi makula antara
lain
i. Distorsi penglihatan, obyek-obyek terlihat salah ukuran atau bentuk
ii. Garis-garis lurus mengalami distorsi (membengkok) terutama dibagian pusat
penglihatan
iii. Kehilangan kemampuan membedakan warna dengan jelas
iv. Ada daerah kosong atau gelap di pusat penglihatan
v. Kesulitan membaca, kata-kata terlihat kabur atau berbayang
vi. Secara tiba-tiba ataupun secara perlahan akan terjadi kehilangan fungsi
penglihatan tanpa rasa nyeri.