Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP

F.1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Disusun oleh :

dr. Salma Savita

Pendamping :

dr. M. Wahib Hasyim

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PERIODE NOVEMBER – FEBRUARI 2020
UPTD PUSKESMAS GABUS I
KABUPATEN PATI
JAWA TENGAH
2020

iii
LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP

F.1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


“Edukasi Tentang Obesitas di Wilayah Kerja
Puskesmas Gabus 1”

Disusun oleh :

dr. Salma Savita

Pendamping :

dr. M. Wahib Hasyim

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PERIODE JULI – SEPTEMBER 2020
UPTD PUSKESMAS GABUS I
KABUPATEN PATI
JAWA TENGAH
2020
HALAMAN PENGESAHAN
F.1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

“Edukasi Tentang Obesitas di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus I Pati”

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati


Jawa Tengah

Pati, 09 November 2020

Pembimbing Dokter Internsip

dr. M. Wahib Hasyim dr. Salma Savita

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Permasalahan...................................................................................................2
1.3. Tujuan...............................................................................................................2
1.4. Manfaat.............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1. Definisi Obesitas...............................................................................................3
2.2. Epidemiologi Obesitas......................................................................................3
2.3. Etiologi Obesitas...............................................................................................4
2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Obesitas............................................................5
2.5. Klasifikasi Obesitas..........................................................................................9
2.6. Patofisiologi Obesitas.....................................................................................10
2.7. Gejala Obesitas...............................................................................................11
2.8. Pengukuran Tingkat Obesitas.......................................................................12
2.9. Penatalaksanaan.............................................................................................13
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN DAN INTERVENSI...................................17
3.1. Tujuan..................................................................................................................17
3.2. Metode..................................................................................................................17
3.3. Media....................................................................................................................17
3.4. Sasaran.................................................................................................................17
3.5. Waktu...................................................................................................................17
3.6. Tempat.................................................................................................................17
3.7. Kegiatan...............................................................................................................18
3.8. Evaluasi dan Hasil Kegiatan...............................................................................18
BAB IV PENUTUP........................................................................................................19
4.1. Kesimpulan.....................................................................................................19
4.2. Saran...............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20
LAMPIRAN....................................................................................................................22
FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO.........................................24

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda
bagi setiap orang. Pada kebanyakan wanita dan pria, obesitas berarti
kelebihan berat badan (BB) jauh melebihi berat yang diinginkan. Terkadang
kita sering dibuat bingung dengan pengertian obesitas dan overweight,
padahal kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda. Obesitas
adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih,
sehingga BB seseorang jauh di di atas normal dan dapat membahayakan
kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat badan) adalah keadaan
dimana BB seseorang melebihi BB normal.
World Health Organization (WHO) memperkirakan, di
dunia ada sekitar 1.6 milyar orang dewasa berumur 15 tahun
kelebihan berat dan setidak-tidaknya sebanyak 400 juta orang
dewasa gemuk (obese) pada tahun 2005, dan diperkirakan >700
juta orang dewasa akan gemuk (obese) pada tahun 2015 (WHO,
2000). D i Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan
bahwa 8.8% orang dewasa berumur 1 5 tahun kelebihan berat dan
10.3% gemuk. Tingginya prevalensi ini, telah membuat obesitas
mendapat perhatian yang cukup singnifikan dalam medis.
Obesitas lebih sering terjadi antara wanita dan yang menyedihkan;
prevalensi pada anak-anak juga mengingkat pada taraf yang
mengkhawatirkan (Balitbangkes Depkes. 2008).
Obesitas kini mulai diterima sebagai salah satu masalah kesehatan
serius di negara-negara berkembang Hal ini terutama karena orang obese
cenderung menderita penyakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes melitus,
dan jenis kanker tertentu. Kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit
tersebut meningkat secara drastis terutama untuk Body Mass Index di atas 30.
Terdapat sedikit pertentangan terhadap sejauh apa peranan obesitas, apakah
menjadi penyebab utama bagi timbulnya penyakit-penyakit tenrtentu, atau
semata-mata hanya sebagai suatu pertanda atau petunjuk bahwa orang
bersangkutan mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit yang bersangkutan.
Pandangan mengenai obesitas sebagai sesuatu yang tidak berbahaya, walau
bagaimanapun, sudah tidak dapat diterima lagi, mengingat bukti-bukti yang
telah dikumpulkan selama 10 tahun terakhir memperlihatkan hal sebaliknya.

1.2. Permasalahan
Kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai obesitas dalam
pengelolaan dan pencegahannya.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan tentang obesitas, pengelolaan dan
pencehannya.
1.3.2. Tujuan Khusus
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menerapkan diet dan gaya
hidup sehat dalam upaya pencegahan obesitas.

1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Teoritis
Edukasi ini diharapkan dapat ikut mengembangkan ilmu kedokteran
khususnya mengenai pengelolaan nutrisi medis pada obesitas.
1.4.2. Manfaat Praktis
i. Bagi Puskesmas
a. Membantu dalam pengembangan program promosi kesehatan
dalam mengedukasi masyarakat Gabus 1 mengenai cara diet
yang baik dan benar.
ii. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang obesitas.
b. Meningkatkan pengetahuan komplikasi akibat obesitas.
c. Memberikan edukasi akan pentingnya diet dan gaya hidup
sehat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Obesitas


Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai oleh
penimbunan jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan. Obesitas terjadi
karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi
yang keluar. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai ai suatu keadaan
dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan
adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2008).
Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak kilokalori
yang masuk melallui makanan daripada yang digunakan untuk menununjang
kebutuhan energi tubuh, dengan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai
trigliserida di jaringan lemak (Sherwood, 2012).
Dari segi obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya
ditimbun dalam jaringan supkutan (bawah kulit) sekitar organ tubuh yang
kadang terjadi peluasan kedalam jaringan organnya, dari segi ilmu gizi
obesitas, penimbun trigliseida yang berlebihan di jaringan-jaringan tubuh.
Para dokterdokter memiliki definisi tersendiri tentang obesitas, di antaranya
yaitu:
 Suatu kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan
 Suatu penyakit kronik yang dapat diobati
 Suatu penyakit epidemik (mewabah)
 Suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan dapat
menurunkan kualitas hidup
 Penanganan obesitas membutuhkan biaya perawatan yang sangat tinggi

2.2. Epidemiologi Obesitas


Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan dan gizi
masyarakat dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Review atas epidemi obesitas yang dilakukan Low, Chin dan
Deurenberg-Yap (2009) memperlihatkan  bahwa prevalensi kelebihan

3
berat (overweight) di negara maju berkisar dari 23.2% di Jepang
hingga 66.3% di Amerika Serikat, sedangkan di negara
berkembang berkisar dari 13.4% di Indonesia sampai 72.5% di
Saudi Arabia.
Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun
2013 sebanyak 19.7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13.9%) dan
tahun 2010 (7.8%) sedangkan prevalensi obesitas perempuan
dewasa (>18 t a h un) 3 2 . 9 % , naik 18.1% dari tahun 2007
(13.9%) dan 17.5% dari tahun 2010 (15.5%) (Riskesdas, 2013).
Prevalensi nasional obesitas tipe pear shaped (usia >15 tahun)
di Indonesia sebesar 19.1% (8.8% overweight dan 10.3%
obesitas) dan prevalensi obesitas tipe apple shaped sebesar
26.6%, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18.8%).
Kelompok dengan karakteristik obesitas tipe apple shaped
tertinggi di Indonesia  berada dalam rentang umur 40-54 tahun
sebanyak 27.4% (Riskesdas, 2013).
Menurut penelitian yang dilakukan Moehji (2003) tiga jenis
pekerjaan yang memiliki prevalensi obesitas tertinggi yaitu
Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang menempati urutan pertama
karakteristik penderita obesitas dengan prevalensi sebesar 27.3%,
ABRI 26.4% dan wiraswasta sebesar 26.5%.

2.3. Etiologi Obesitas


2.3.1. Genetik : Anak-anak dari orangtua obes cenderung 3-8 kali
menjadi obesitas dibandingkan dari orangtua berat badan normal,
walaupun mereka tidak dibesarkan oleh orangtua kandung.
2.3.2. Lingkungan : Pengaruh keluarga (ex: penggunaan makanan
sebagai hadiah, tidak boleh makan makanan pencuci mulut
sebelum semua makanan dipiring
habis). Membantu pengembangan kebiasaan makan yang dapat
menyebabkan obesitas.

4
2.3.3. Psikologi : Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon
terhadap kesepian, berduka/depresi, dapat merupakan respon
terhadap rangsangan dari luar, ex: Iklan makanan/kenyataan
bahwa ini adalah waktu makan.
2.3.4. Fisiologi : Energi yang dikeluarkan menurun dengan
bertambahnya usia, dan ini sering menyebabkan peningkatan
berat badan pada usia pertengahan, Ex: kelainan endokrin /
seperti Hipotiroidy bertanggung jawab untuk obesitas.
Adapun penyebab dasarnya faktor etiologi primer dari obesitas
adalah konsumsi kalori yang berlebihan dari energy yang
dibutuhkan (mary coutney moore, 1994).
Kegemukan disebabkan oleh ketidak imbangan kalori yang
masuk dibanding yang keluar. Kalori diperoleh dari makanan
sedangkan pengeluarannya melalui aktivitas tubuh dan olah raga.
Kalori terbanyak (60-70%) dipakai oleh tubuh untuk kehidupan
dasar seperti bernafas, jantung berdenyut dan fungsi
dasar sel. Besarnya kebutuhan kalori dasar ini ditentukan oleh
genetik atau keturunan. Namun aktifitas fisik dan olah raga dapat
meningkatkan jumlah penggunaan kalori keseluruhan.
Jadi ketidak imbangan kalori ini dapat ditentukan oleh faktor
keturunan tapi dipicu oleh pola hidup dan lingkungan. Kebiasaan
hidup santai, malas bergerak, selalu dibantu oleh orang lain
(pembantu/supir) atau alat (remote/ handphone/ eskalator/
kendaraan) dan makan berlebihan akan meningkatkan asupan dan
menurunkan luaran kalori.

2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Obesitas


Faktor makanan ini merupakan yang terpenting untuk terjadinya
kegemukan baik sebagai penyebab tunggal maupun penyakit lainnya.
Ketidakseimbangan antara masukan kaliori dan pemakaian dapat disebabkan
banyak faktor, antara lain:
2.4.1. Aktifitas Fisik

5
Pada umumnya seseorang yang gemuk kurang aktif daripada
seseorang dengan berat badan normal. Aktifitas fisik adalah
pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran yang
sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental serta
memanfaatkan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar
sepanjang hari. Aktifitas fisik secara teratur yang dilakukan
paling sedikit 30 menit/hari. Jika lebih banyak waktu yang
dipergunakan untuk beraktifitas fisik, maka manfaat yang
diperoleh juga lebih banyak (admin, 2008).
2.4.2. Meningkatnya konsumsi zat gizi (asupan makanan)
Terutama zat gizi makro yang menyebabkan kegemukan bila
dimakan secaraberlebihan, zat gizi ini akan disimpan dalam
bentuk lemak tubuh dan akan meningkatkan berat badan secara
keseluruhan. Adapun zat gizi makro yang dapatmempengaruhi
kenaikan berat badan jika dikonsumsi berlebihan antara lain:
 Karbohidrat
Karbohidrat memang merupakan peranan penting dalam
alam karena merupakan sumber energi utama bagi
manusia dan hewan yang harganya relative murah. Semua
karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Fungsi utama
karbohidrat adalah Sumber energi pemberi rasa manis dari
makanan, penghemat protein, mengatur metabolisme
lemak, membantu pengeluaran feces (altemaster, 2003).
Dalam diet seimbang, dianjurkan 50-60 % kebutuhan
kalori berasal dari karbohidrat, kegunaan utama energi.
Kegunaan lainnya sebagai energi cadangan, komponen
struktur sel, dan sumber serat (Sayogo, 2006).
 Protein
Protein adalah molekul makro dan merupakan bagian
terbesar setelah air. Protein terdiri atas rantai-rantai
panjang asam amino yang terikat satu sama lain dalam
ikatan peptide. Protein ini mempunyai fungsi khusus yang

6
tidak tergantikan oleh zat lain, yaitu membangun serta
memelihara sel-seldan jaringan tubuh.
Kebutuhan protein remaja berkisar antara 44-59
gr/hari. Tergantung pada jenis kelamin dan umur. Protein
juga menyuplai sekitar 12-14% asupan energi selama
masa anak dan remaja (Suandi, 2003).
 Lemak
Lemak merupakan salah satu zat gizi makro yang
berfungsi sebagai sumber energi, lemak juga
menghasilkan 9 kal/gr nya, sebagai pelumas yaitu
membantu pengeluaran sisa-sisa pencernaan dan
metabolism, memelihara suhu tubuh dan pelindung organ-
organ vital. Depkes RI menganjurkan untuk
mengkonsumsi lemak kurang dari 25% total energi per
hari (Sayogo, 2006).
2.4.3. Faktor genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki
penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi
gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa
mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk
memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik
memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan
seseorang.
2.4.4. Faktor lingkungan
Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa
yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana
aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola
genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan
aktivitasnya.
2.4.5. Faktor psikis

7
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi
kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi
terhadap emosinya denganmakan. Salah satu bentuk gangguan
emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan
masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita
obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan
tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan
sosial
2.4.6. Faktor kesehatan
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
 Hipotiroidisme
 Sindroma Cushing
 Sindroma Prader-Willi
 Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan
seseorang banyak makan.
2.4.7. Faktor obat-obatan
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi)
bisa menyebabkan penambahan berat badan.
2.4.8. Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah
satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas
di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif
memerlukan lebih sedikitkalori. Seseorang yang cenderung
mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan
aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas. Adapun
faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam obesitasadalah gaya
hidup dan konsumsi pangan, gaya hidup sendetari (unsur gerak
fisik sangat minim), beban mental (stress) dan lingkungan.
Seseorang dapat dikatakan obesitas jika berat badan pada
laki-laki melebihi 15% dan wanita melebihi 20% dari berat badan
ideal menurut umurnya. Pada orang yang menderita obesitas,
organ-organ tubuh harus bekerja lebih berat, karena harus

8
membawa kelebihan berat badan yang tidak memberikan manfaat
langsung, dan karena itu akan merasa lebih gerah.

2.4.9. Resiko Kesehatan yang berhubungan dengan Obesitas.

2.5. Klasifikasi Obesitas


2.5.1. Tipe Obesitas
2.5.1.1. Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh
Tipe pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi,
yaitu Tipe obesitas berdasarkan bentuk tubuh dan Tipe
obesitas berdasarkan keadaan sel lemak.
2.5.1.1.1. Obesitas tipe buah apel (Apple Shape)
Type seperti ini biasanya terdapat pada pria. dimana
lemak tertumpuk di sekitar perut. Resiko kesehatan
pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe
buah pear (Gynoid).
2.5.1.1.2. Obesitas tipe buah pear (Gynoid)
Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang
ada disimpan di sekitar pinggul dan bokong. Resiko
terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil.
2.5.1.1.3. Obesitas tipe bentuk kotak buah (Ovid)

9
Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian
badan". Tipe Ovid umumnya terdapat pada orang-
orang yang gemuk secara genetik.

2.5.1.2. Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak


2.5.1.2.1. Obesitas tipe hyperplastik
Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih
banyak dibandingkan keadaan normal.
2.5.1.2.2. Obesitas tipe hypertropik
Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi
lebih besar dibandingkan keadaan normal, tetapi
jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.
2.5.1.2.3. Obesitas tipe hyperplastik dan hypertropik
Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak
melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru terjadi
segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal
dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan
oleh sel lemak yang mengalami hypertropik
2.5.2. Jenis Obesitas
Obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari
120% dari berat badan ideal (BBI) atau berat badan yang
diinginkan. Ada 3 derajat obesitas yaitu:
a. Ringan 120% - 140% BBI
b. Sedang 141% - 200% BBI
c. Berat/Abnormal >200% BBI

2.6. Patofisiologi Obesitas


 Makanan yang adekuat, yang di sertai dengan ketidakseimbangan
antara intake dan out put yang keluar : masuk dalam tubuh akan
menyebabkan akumulasi timbunan lemak pada jaringan adiposa
khususnya jaringan subkutan.

10
 Apabila hal ini terjadi akan timbul berbagai masalah, diantaranya
timbunan lemak pada area abdomen yang menyebabkan tekanan pada
otot-otot diagfragma meningkat sehingga menggagu jalan nafas.
 Berat badan yang berlebihan menyebabkan aktifitas terganggu
sehingga mobilitas gerak terbatasi dan timbul perasaan tidak nyaman
 Obat-obatan golongan steroid juga memicu nafsu makan tidak
terkontrol sehingga mengakibatkan perubahan nutrisi yang berlebih,
dan krisis kepercayaan diri karena timbunan lemak pada tubuh telah
mengubah bentuk badannya.

2.7. Gejala Obesitas


Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di
dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan
pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas
yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan
menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur
apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk
nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah
pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan
kelainan kulit.
Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh
yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga
panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat
yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat
penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
Kegemukan dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak
seluruh tubuh menggunakan alat impedans atau mengukur ketebalan
lemak di tempattempat tertentu menggunakan alat kaliper. Selain itu lemak
di sekitar perut dapat diukur dengan menggunakan meteran. Secara
sederhana kegemukan dapat dihitung dengan menghitung Indeks Massa
Tubuh, yaitu membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan dikuadratkan
(m2)

11
Atau BMI

2.8. Pengukuran Tingkat Obesitas


2.8.1. Body Mass Index (BMI)
Body Mass Index (BMI) dalah sebuah ukuran “berat terhadap
tinggi” badan yang umum digunakan untuk menggolongkan
orang dewasa ke dalam kategori Underweight (kekurangan berat
badan), Overweight (kelebihan berat badan) dan Obesitas
(kegemukan).
Resiko kesehatan yang berhubungan dengan obesitas akan
meningkat sejalan denganmeningkatnya angka BMI:
1. Resiko rendah : BMI < 27
2. Resiko menengah : BMI 27-30
3. Resiko tinggi : BMI 30-35

12
4. Resiko sangat tinggi : BMI 35-40
5. Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih
2.8.2. RLPP (rasio lingkar pinggang dan pinggul)
Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan cara
lain, yaitu dengan mengukur rasio lingkar pinggang dan pinggul
(RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP).
Rumus yang digunakan cukup sederhana yaitu : Sebagai
patokan, pinggang berukuran ≥ 90 cm merupakan tanda bahaya
bagi pria, sedangkan untuk wanita risiko tersebut meningkat bila
lingkar pinggang berukuran ≥ 80 cm. Jadi “ Jangan hanya
menghitung tinggi badan, berat badan dan IMT saja, lebih baik
jika disertai dengan mengukur lingkar pinggang”.
2.8.3. Indeks BROCCA
Salah satu cara lain untuk mengukur obesitas adalah dengan
menggunakan indeks Brocca, dengan rumus sebagai berikut: Bila
hasilnya: 90-110% = Berat badan normal 110-120% = Kelebihan
berat badan (Overweight) > 120% = Kegemukan (Obesitas)

2.9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan obesitas dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: pengobatan
dasar dan pengobatan terhadap komplikasinya.
2.9.1. Pengobatan Dasar
2.9.1.1. Diet
Dianjurkan diet dengan rendah kalori tetapi cukup gizi ialah
1520 kalori/kg.bb.,dengan komposisi 20% protein, 65%
karbohidrat dan 15% lemak, komposisi tersebut mirip dengan
komposisi diet B1 dari Askandar. Diet yang tak lazim
misalnya diet hanya dengan protein saja (tiger diet), diet
tidak makan nasi sama sekali, pada saat sekarang ini tidak
sesuai lagi.

13
2.9.1.2. Olah Raga
Di samping mempercepat metabolisme, juga dapat
membuat kondisi tubuh lebih segar dan dapat menambah
estetika. Olah raga dimaksudkan agar jumlah kalori yang
dikeluarkan tubuh lebih banyak daripada jumlah kalori yang
masuk. Dengan olah raga yang baik akan terjadi peningkatan
metabolisme.
2.9.1.3. Obat-obatan
Obat-obatan yang banyak digunakan untuk obesitas terdiri
dari obat penahan nafsu makan di antaranya alah golongan
amfetamin, obat yang meningkatkan/mempercepat
metabolisme tubuh misalnya preparat tiroid, obat pemacu
keluarnya cairan tubuh misalnya diuretika; pencahar. Namun
obat-obat tersebut bila digunakan dalam jangka panjang akan
menyebabkan efek samping sangat merugikan tubuh. Oleh
karena itu penggunaannya sebaiknya disertai kontrol ketat.
2.9.1.4. Pembedahan
Operasi jejuno-ileal by-pass dilakukan memotong sebagian
usus halus yang menyerap makanan, tetapi resikonya cukup
besar sehingga hal tersebut harus dilakukan dengan indikasi
yang cukup kuat, yaitu apabila obesitas tak dapat diobati
dengan tindakan konservatif. Operasi pengambilan jaringan
lemak (adipektomi), lebih cenderung bersifat estetika.
Secara garis besar ada tiga tahap utama dalam perubahan
gaya hidup pasien obesitas yaitu :
 Peningkatan aktivitas fisik, sehingga pengeluaran
energi akan meningkat juga. Aktivitas fisik
ditingkatkan secara gradual bagi pasien obesitas dan
dapat berbentuk dalam berbagai hal, diantaranya
berjalan, berkebun, hingga olahraga tim/individual.
Targetnya adalah mengerjakan minimal 30 menit
kegiatan fisik sedang tiap harinya.

14
 Terapi kebiasaan. Terapi ini dapat membantu
perubahan dalam asupan makanan pasien obesitas.
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain : self-
monitoring, manajemen stres, dan dukungan sosial.
Terapi ini dimaksudkan pula untuk membantu pasien
tersebut beradaptasi dengan perubahan diet dan
aktivitasnya.
 Modifikasi diet. Asupan kalori pasien harus dikurangi
sekitar 500-1000 kalori dari levelnya sekarang,
dengan batas terendah adalah asupan 800 kkal/hari.
Umumnya digunakan kisaran 1000-1200 kkal/hari
untuk wanita dan 1200-1600 kkal/hari untuk pria.

Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori


pada setiap penderita berbeda-beda dan obat yang diberikan
disesuaikan dengan keadaan penderita.
1. Penderita dengan resiko kesehatan rendah,
menjalani diet sedang (1200-1500 kalori/hari untuk
wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai
dengan olah raga.
2. Penderita dengan resiko kesehatan menengah,
menjalani diet rendah kalori (800-1200 kalori/hari
untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria)
disertai olah raga.
3. Penderita dengan resiko kesehatan tinggi atau
sangat tinggi, mendapatkan obat anti-obesitas
disertai diet rendah kalori dan olah raga.
2.9.2. Pengobatan Terhadap Komplikasi
2.9.2.1. Hipertensi
Pada prinsipnya hampir semua peneliti dan para ahli
berpendapat bila berat badan ditumnkan maka tekanan darah
akan turun dengan sendirinya. Tetapi kadang kadang

15
diperlukan juga pengobatan antihipertensi; juga perlu
diperhatikan apakah penderita obesitas menggunakan obat-
obat yang dapat meningkatkan tekanan darahnya
2.9.2.2. Penyakit Jantung Iskemik
Seperti apa yang telah dibicarakan di atas, obesitas bukan
merupakan penyebab langsung terjadinya penyakit jantung
iskemik, tetapi hanya merupakan faktor resiko saja; Apabila
aktivitas fisik dijalankan dengan baik dan teratur maka
kemungkinan terjadinya penyakit jantung iskemik akan
berkurang.
2.9.2.3. Diabetes Melitus
Penderita obes dengan diabetes melitus diberi diit rendah
kalori yaitu 15 – 20 kalori/kg bb/hari. Selain itu sering
didapatkan kurangnya sensitivitas terhadap pemberian insulin
tetapi responsif terhadap sulfonil urea.
Pemberian insulin harus dengan dosis yang lebih tinggi,
kemudian diturunkan secara perlahan-lahan. Askandar (1980)
menetapkan penumnan dosis tersebut sebesar 2 unit per kali,
disertai peningkatan penggunaan OAD sampai adekuat.
2.9.2.4. Osteoarthrosis
Pada obesitas dengan kelainan sendi (OA), tindakan utama
adalah memberikan diet untuk menurunkan berat badan
dengan tujuan mengurangi beban
pada sendi penyangga berat badan; bila nyeri sekali
sebaiknya sendi diistirahatkan dan dilakukan fisioterapi, bila
tak teratasi dapat diberikan obat-obatan anti radang
nonsteroid (NSAID), kadang-kadang dapat pula diberikan
steroid intra artikuler.

16
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN INTERVENSI

3.1. Tujuan
Setelah dilakukan edukasi selama 15 menit, pasien diharapkan mampu
memahami tentang asupan nutrisi dan gaya hidup sehat mengenai pengelolaan dan
pencegahan obesitas.
3.2. Metode
Metode yang digunakan ialah melalui presentasi oral dan diskusi tanya
jawab
3.3. Media
Media yang digunakan ialah media presentasi / leaflet
3.4. Sasaran
Pasien yang Berkunjung di Balai Pengobatan Puskesmas Gabus I
3.5. Waktu
Edukasi tentang Obesitas dilaksanakan pada :
1. Hari, tanggal : Selasa, 24 November 2020
2. Jam : 09.00 – selesai
3.6. Tempat
Kegiatan dilaksanakan di Balai Pengobatan Puskesmas Gabus 1 dengan
setting tempat sebagai berikut :

17
3.7. Kegiatan
Langkah- Kegiatan
Waktu Kegiatan
langkah Masyarakat
1. 2 menit 1. Menyampaikan 1. Membalas
Pendahuluan salam salam
2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
diri dengan
3. Menjelaskan tujuan seksama
4. Menyampaikan 3. Memberikan
estimasi waktu respon
5. Menggali persepsi 4. Berpartisipasi
masyarakat terkait aktif
pengelolaan dan
pencegahan
obesitas
2. Penyajian 10 menit 1. Menjelaskan materi 1. Mendengarkan
tentang : dengan seksama
a. Obesitas 2. Memberikan
b. Faktor Resiko respon interaktif
Obesitas
c. Penyebab
Obesitas
d. Pengelolaan
Obesitas
3. Penutup 3 menit 1. Memberikan 1. Mengajukan
kesempatan untuk pertanyaan
bertanya 2. Berperan aktif
2. Melakukan 3. Mendengarkan
evaluasi dengan dengan seksama
mengajukan
pertanyaan terkait
bahasan
sebelumnya
3. Menyampaikan
kesimpulan

3.8. Evaluasi dan Hasil Kegiatan


1. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Pasien berperan aktif dan interaktif.
2. Evaluasi Hasil
a. Bentuk : Tanya – Jawab
b. Jumlah : 3 pertanyaan
 Apa pengertian obesitas?
 Apa saja faktor resiko obesitas?

18
 Apa saja diet dan gaya hidup sehat yang dapat mencegah
obesitas?
3. Hasil : Pasien mampu menjawab pertanyaan dengan cukup baik.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Pencegahan obesitas harus menjadi agenda penting dalam kesehatan
masyarakat. Kesadaran akan hidup sehat dengan makan gizi dan aktivitas
seimbang adalah kunci utama memerangi obesitas dan mencegah
komplikasinya sejak dini. Kegiatan promosi kesehatan mengenai obesitas ini
dapat memberikan pengaruh baik terhadap pengetahuan dan sikap pasien
supaya dapat hidup dengan berat badan yang ideal dan sehat.

4.2. Saran
1. Untuk dokter sebaiknya benar-benar memahami konsep dasar tentang
pemenuhan kebutuhan gizi untuk mencegah terjadinya obesitas.
2. Bagi institusi puskesmas, hendaknya lebih sering memberikan promosi
kesehatan mengenai gaya hidup sehat agar masyarakat lebih memahami
dan menyadari pentingnya memiliki berat badan ideal supaya terhindar
dari faktor risiko seperti penyakit jantung iskemik, hipertensi, DM dan
Osteoarthrosis.
3. Bagi masyarakat agar menerapkan informasi yang didapat dan
menjalankan pola gaya hidup sehat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2013. Riset


Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta.

Sandjaja dan Sudikno. Prevalensi Gizi Lebih dan Obesitas Penduduk Dewasa di
Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Bogor, Gizi
Indonesia, 2005

Sugondo, Sidartawan. 2008. Buku Ajar Ilmu Peenyakit Dalam : Obesitas. Jilid III
Edisi IV. Editor: Sudoyo, Aru W., dkk. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Wijayanti, Dewi Nur. Analisis Faktor Penyebab Obesitas dan Cara Mengatasi
Obesitas pada Remaja Putri. Skripsi Universitas Negeri Semarang. 2013

Anwar, Syaiful. 2005. Obesitas dalam Masyarakat.Jakarta: Yudhistira.

Ibrahim, Anwar. 2008. Obesitas. Surabaya: Pariwara.

Tim Webster. 2010. Obesitas. Diunduh di http://www.obesitas.web.id

Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.


Doengoes, E. M. (2000). “Rencana Asuhan Keperawatan”. Edisi 3,
EGC : Jakarta.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran


UI : Media Aescullapius.

NANDA, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2005-2006

Wong & Whaley’s. (2002). “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik” Edisi 4,


EGC: Jakarta.

Manuaba, I.A. 2004. Dampak Buruk Obesitas.

20
Efendy,Y.H 2004. Tinjauan Sekilas Tentang Obesitas. Jurnal Jurusan Gizi dan
Masyarakat dan Sumber Daya Masyarakat, Vol. 1, No.1, Bogor : Institute
PertanianBogor

Barlow, S., dan Dietz, W. (2002). "Obesity Evaluation and Treatment: Expert
Committee Recommendations." Pediatrics 102(3):1–11. "Obesitas
Evaluasi dan Pengobatan: Rekomendasi Komite Ahli." Pediatrics 102 (3)
:1-11.

Ebbeling, Cara B.; Pawlak, Dororta B.; and Ludwig, David S. (2002). "Childhood
Obesity: Public-Health Crisis, Common Sense Cure." Lancet 360:473–
482. "Anak Obesitas: Masyarakat-Kesehatan Krisis, Cure Common
Sense." Lancet 360:473-482.

Wallace SL. Gout, Pseudogout and Osteoarthritis. In : Geriatric Medicine the


Treatment of Disease in Elderly. Harris R (ed.) 1982. p. 121-6.

Askandar Tj. Dasar-dasar pengobatan Diabetes Melittus. Simposium pengobatan


dan perawatan melittus 1980. Hal 1-22

21
LAMPIRAN

22
FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Hari, Tanggal : Rabu, Desember 2020


Pukul : 12.30 WIB – selesai
Tempat : Puskesmas Gabus I
Presentan : dr. Salma Savita
Judul : F.1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat
“Edukasi Tentang Obesitas di Wilayah Kerja
Puskesmas Gabus I Pati”

No Nama Peserta Tanda Tangan


1 dr. Fitrian Hanif Zulkarnain
2 dr. Rendy Aji
3 dr. Fahmi Suhandinata
7 dr. M Wahib Hasyim

Mengetahui
Pembimbing

dr. M Wahib Hasyim

23

Anda mungkin juga menyukai