Anda di halaman 1dari 16

Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

PENGATURAN GIZI DAN DIET PADA


OBESITAS

Oleh:
dr. Desi Ratna Sari
dr. Uly Hardiani Perdana

Pendamping :
dr. Vitri

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


Puskesmas Nanggalo
Padang
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya
sehingga makalah gizi yang berjudul Pengaturan gizi dan diet pada obesitas ini dapat
diselesaikan dengan baik.

Makalah gizi ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti program intership
dokter Indonesia di Puskesmas Nanggalo Padang dan untuk memberikan pengetahuan
tentang gizi obesitas. Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Vitri atas bimbingannya dan
arahannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian


makalah gizi ini, dikarenakan ketebatasan ilmu dan pengalaman kami. Maka dengan
kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca sekaligus untuk menyempurnakan makalah gizi ini kedepannya.

Padang, Desember 2015

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................2

BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................11

BAB IV DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12


BAB I

PENDAHULUAN

Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang


berisiko pada kesehatan. Obesitas juga merupakan kelainan penyakityang ditandai dengan
penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Obesitas adalah merupakan penyakit
multifaktorial, diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh interaksi antara faktor
genetik dan faktor lingkungan, meliputi aktivitas, gaya hidup, sosial ekonomi, dan nutrisional
yang berhubungan dengan perilaku makan.

Untuk menentukan obesitas diperlukan kriteria yang berdasarkan pengukuran


antropometrik dan atau pemeriksaan laboratoris. Pada umumnya pengukuran berat badan
yang dibandingkan tinggi badan seseorang menjadi ukuran dengan standar berat badan ideal,
atau dengan pengukuran lemak subkutan dengan skinfold thickness atau lipatan kulit.

Hal ini berarti kelebihan berat badan menggambarkan keadaan tubuh yang tidak
normal sebagai akibat dari kelebihan lemak pada seseorang yang beresiko terhadap
kesehatan. Pengukuran secara kasar populasi obesitas dengan mengukur indek masa tubuh,
berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m). Seseorang dengan indek massa tubuh yang sama
dengan atau lebih dari 25 dianggap kelebihan berat badan yang diindikasikan obesitas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi

Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam
jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam
jaringan organnya.

Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan


berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang
melampaui ukuran ideal. Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan,
terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya.

Dengan demikian tiap orang perlu memperhatikan banyaknya masukan makanan


(disesuaikan dengan kebutuhan tenaga sehari-hari) dan aktivitas fisik yang dilakukan.
Perhatian lebih besar mengenai kedua hal ini terutama diperlukan bagi mereka yang
kebetulan berasal dari keluarga obesitas, berjenis kelamin wanita, pekerjaan banyak duduk,
tidak senang melakukan olahraga, serta emosionalnya labil.

b. Penentuan Obesitas

Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi berdasarkan


Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang
berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan dalam
kilogram dibagi dengan kwadrat tinggi badan dalam ukuran meter (Arisman,2007).

Rumus menentukan IMT :

IMT = BB

TB

KLASIFIKASI STATUS GIZI BERDASARKAN IMT

Status Gizi IMT

KKP I < 16

KKP II 16,0 16,9


KKP III 17,0 18,4

Normal 18,5 24,9

Obesitas I 25,0 29,9

Obesitas II 30,0 40,0

Obesitas III >40

Sumber: Maurice ES et al edisi VIII, Lea & Febinger, 1994 dalam Arisman, 2007

c. Tipe-tipe obesitas

Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan Dalam beberapa tipe


(Purwati, 2001) yaitu :

1) Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih banyak
dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan ukuran sel normal
terjadi pada masa anak-anak.Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa
anak-anak akan lebih sulit.

2) Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan
ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk
menurunkan berat akan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.

3) Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel
melebihi normal. Kegemukan tipe ini dimulai pada masa anak - anak dan terus berlangsung
sampai setelah dewasa. Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang
paling sulit, karena dapat beresiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit
degeneratif.

d. Resiko obesitas

Dari segi fisik, orang yang mengalami obesitas akan mengalami rendah diri dan
merasa kurang percaya diri. Sehingga seringkali akan mengalami tekanan, baik dari dirinya
sendiri maupun dari lingkungannya ( Purwati, 2001).Kelebihan penimbunan lemak diatas
20% berat badan ideal, akan menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan
fungsi organ tubuh (Misnadierly, 2007).
Orang dengan obesitas akan lebih mudah terserang penyakitdegeneratif. Penyakit
penyakit tersebut antara lain :

a) Hipertensi

Orang dengan obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap Penyakit
hipertensi. Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usia 20 39 tahun orang
obesitas mempunyai resiko dua kali lebih besar terserang hipertensi dibandingkan dengan
orang yang mempunyai berat Badan normal (Wirakusumah, 1994).

b) Jantung koroner

Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan pembuluh
darah koroner. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar
88 % mendapat resiko terserang penyakit jantung koroner. Meningkatnya factor resiko
penyakit jantung koroner sejalan dengan terjadinya penambahan berat badan seseorang.
Penelitian lain juga menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20 40 tahun ternyata
berpengaruh lebih besar terjadinya penyakit jantung dibandingkan kegemukan yang terjadi
pada usia yang lebih tua (Purwati, 2010).

c) Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak
selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90 % penderita diabetes
mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita kegemukan. Pada umumnya penderita
diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah. Maka, dianjurkan bagi
penderita diabetes yang ingin menurunkan berat badan sebaiknya dilakukan dengan
mengurangi konsumsi bahan makanan sumber lemak dan lebih banyak mengkonsumsi
makanan tinggi serat (Purwati, 2001)

d) Gout

Penderita obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit radang sendi yang
lebih serius jika dibandingkan dengan orang yang berat badannya ideal. Penderita obesitas
yang juga menderita gout harus menurunkan berat badannya secara perlahan-lahan (Purwati,
2001)

e) Batu Empedu
Penderita obesitas mempunyai resiko terserang batu empedu lebih tinggi karena
ketika tubuh mengubah kelebihan lemak makanan menjadi lemak tubuh, cairan empedu lebih
banyak diproduksi didalam hati dan disimpan dalam kantong empedu. Penyakit batu empedu
lebih sering terjadi pada penderita obesitas tipe buah apel. Penurunan berat badan tidak akan
mengobati penyakit batu empedu, tetapi hanya membantu dalam pencegahannya. Sedangkan
untuk mengobati batu empedu harus menggunakan sinar ultrasonic maupun melalui
pembedahan (Andrianto, 1990).

f) Kanker

Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki dengan obesitas akan beresiko
terkena kanker usus besar, rectum, dan kelenjar prostate. Sedangkan pada wanita akan
beresiko terkena kanker rahim dan kanker payudara.Untuk mengurangi resiko tersebut
konsumsi lemak total harus dikurangi. Pengurangan lemak dalam makanan sebanyak 20 25
% perkilo kalori merupakan pencegahan terhadap resiko penyakit kanker payudara (Purwati,
2001).

e. Pengaturan gizi obesitas

Diet pada obesitas diatur berdasarkan nutrisi yang tepat, porsi makan, dan frekuensi
makan.Diet secara ketat adalah terapi obesitas cara lama, dengan cara ini terjadi penurunan
berat badan secara cepat namun dengan cepat akan kembali pada keadaan semula. pengaturan
diet yang tepat adalah efektif untuk jangka panjang. Prinsip dasarnya adalah diet makanan
sehat dan seimbang.
Kombinasi Low Calorie Diet (LCD) 1000-1500 kcal/day dan melakukan kegiatan
fisik adalah hal yang dianjurkan untuk mempertahankan penurunan berat badan, selain itu
mengurangi lemak di perut dan meningkatkan kesehatan jantung-paru. Kombinasi diet dan
obat dapat membantu menurunkan berat badan jangka lama.

Low Calorie Diet (LCD)


Suatu aturan diet 1000-15000 kcal/day. Diharapkan dapat menurunkan berat badan sebanyak
8-15% selama 3-12 bulan. Manfaat diet secara LCD adalah mengurangi lemak perut. LCD
direkomendasikan bagi penderita overweight atau obese.

Very Low Calorie Diet (VLCD)


Dengan VLCD dapat menurunkan berat badan secara capat, yaitu 1-1,5 kg per minggu atau
20 kg lebih setiap periode 3 bulan. VLCD lebih besar daripada LCD, namun setelah 1 tahun
atau lebih penurunan berat badan tidak akan terlihat secara signifikan, berbeda dengan LCD.
VLCD ini dapat digunakan bagi penderita yang memiliki BMI >30, dan harus dibawah
pengawasan dokter. Diet yang dilakukan adalah 400-800 kcal/hari, meskipun demikian diet
di bawah 800 kcal/hari tidak direkomendasikan digunakan jangka panjang karena
berpotensial memiliki efek samping.
Menurut Prof.DR.dr. Sarwono Waspadji, SpPD-KE, penurunan berat badan 5-10% sudah
mempengaruhi penurunan kadar lemak tubuh, penurunan kejadian trombosis, penurunan
kejadian inflamasi dan penurunan kejadian DM.

Diet Pembatasan Energi


Diet pembatasan energi yang seimbang merupakan metode penurunan berat badan yang
paling sering diresepkan. Diet tersebut harus cukup secara nutrisi kecuali untuk energi, yang
dikurangi hingga poin di mana penyimpanan lemak harus dapat dimobilisasi untuk mencapai
kebutuhan energi harian. Defisit kalori dari 500 hingga 1000 kkal setiap harinya biasanya dapat
mencapai tujuan tersebut. Tingkat energi bervariasi pada setiap individu menurut ukuran dan
aktivitasnya, umumnya berkisar dari 1200 hingga 1800 kkal setiap harinya. Tanpa memerhatikan
tingkat restriksi kalori, pola makan sehat harus diajarkan, dan rekomendasi untuk peningkatan
aktivitas fisik harus diikutsertakan.

Diet rendah kalori harus diindividualisasikan untuk karbohidrat (50% hingga 55% dari
total kilokalori), menggunakan sumber-sumber seperti sayur-sayuran, buah-buahan, kacang-
kacangan, dan biji-bijian. Diet juga harus meliputi protein, sekitar 15% hingga 23% kilokalori,
untuk mencegah konversi protein menjadi energi. Konten lemak harus tidak melebihi 30% dari
total kalori. Tambahan dari serat juga direkomendasikan untuk menurunkan densitas kalori, untuk
memberi rasa kenyang dengan memperlambat waktu pengosongan lambung, dan untuk sedikit
menurunkan efisiensi absorpsi usus.

Penghitungan lemak sebagai persentase kalori terbukti efektif dalam mendukung asupan
rendah energi. Aturan dasar adalah untuk membagi kadar kalori ideal menjadi 4 setiap asupan
25% lemak (misal, asupan 1800 kkal harus mencakup 450 kkal dari lemak, atau sekitar 50 g
lemak). Hal tersebut memberikan hasil yaitu asupan rendah energi tanpa kelaparan. Total kalori
juga harus diperhatikan.

Jumlah asupan alkohol dan makanan dengan kadar gula tinggi haruslah dikurangi sebagai
sumber energi yang tidak dibutuhkan. Alkohol bersifat seperti lemak dalam tubuh, karena ia
memisahkan lemak sehingga tidak teroksidasi. Pada peminum alkohol berat, justru akan
menyebabkan nafsu makan berturun pesat hingga bisa terjadi malnutrisi, namun pada peminum
sedang, akan menaikkan berat badan karena alkohol dianggap sebagai justru menambah jumlah
kalori yang masuk. Pemanis buatan atau pengganti lemak tidak terbukti memiliki makna besar
dalam menurunkan berat badan.

Suplemen vitamin dan mineral yang disesuaikan usia sangat dianjurkan untuk dikonsumsi
dalam program penurunan berat badan. Pada wanita dibutuhkan kurang dari 1200 kcal dan 1800
kcal pada pria.

Diet Formula atau Makanan Pengganti

Makanan pengganti ini merupakan makanan atau minuman siap saji yang digunakan
sebagai pengganti makanan lainnya yang berkalori tinggi. Umumnya, terkandung di dalamnya 5
g serat, 10-14 g protein, dan sejumlah karbohidrat, 10 g lemak dan 25% 30% RDfu vitamin dan
mineral.Dengan mengganti makanan utaman atau ringan 2 kali sehati dapat membantu
mengurangi berat badan atau menjaga berat badan secara signifikan.

Pembatasan Energi Secara Berlebih dan Puasa


Yang dimaksud dengan pembatasan energi masukan secara berlebih apabila jumlahnya
kurang dari 800 kcal per hari atau puasa dibawah 200kcal per hari. Puasa memang bisa menjadi
salah satu pilihan terapi namun terkadang dapat menyebabkan gangguan neurologis, hormonal,
dan efek samping lainnya. Lebih dari 50% jumlah berat badan yang akan berkurang adalah cairan
tubuh yang dapat menyebabkan hipotensi. Dapat pula terjadi akumulasi asam urat atau
memunculkan batu empedu. Selain itu puasa ekstrim ini dapat berujung pada anoreksia.

Diet Kalori Sangat Rendah

Yang dimaksut diet kalori sangat rendah adalah apabila masukan kalori hariannya
berkisar antara 200-800 kcal. Umumnya diet ini rendah kalori namun tinggi protein (0.8-1.5 g/kg
IBW per hari). Diet ini termasuk konsumsi vitamin, mineral, elektrolit, asam lemak. Lama yang
dianjurkan untuk diit ini adalah 12-16 minggu. Karena efek samping yang mungkin ditimbulkan
maka diet ini dianjurkan untuk pasien dengan BMI diatas 30. Efek sampingnya antara lain, tidak
tahan dingin, pusing, gugup, euforia, konstipasi atau diare, kulit kering, rambut menipis dan
kemerahan, anemia, menstruasi yang reguler.
f. Modifikasi Gaya Hidup2
Modifikasi tingkah laku telah menjadi hal yang penting dalam intervensi obesitas. Hal ini
terfokus pada membentuk ulang lingkungan pasien untuk mengurangi tingkah laku atau
kebiasaan yang berkontribusi terhadap obesitas. Sebagai tambahan pada nutrisi dan aktivitas fisik,
komponen kunci dari program modifikasi tingkah laku meliputi self-monitoring, penetapan
tujuan, kontrol stimulus, penyelesaian masalah, restrukturisasi kognitif, dan pencegahan
kekambuhan.

Self-monitoring dengan rekaman data dan waktu setiap harinya mengenai asupan
makanan, disertai pula dengan pemikiran dan perasaan, membantu mengidentifikasikan aturan
fisik dan emosi yang terjadi saat makan. Aktivitas fisik biasanya dicatat dalam menit atau kalori
yang dihabiskan. Hal ini juga menyediakan feedback dalam kemajuan dan menempatkan
tanggung jawab untuk berubah pada pasien.Kebanyakan program tingkah laku mencoba untuk
mencapai 0,5 1 kg penurunan berat per minggu dengan target kalori, gram lemak, dan aktivitas
fisik, yang dibahas saat fase penetapan tujuan. Kontrol stimulus mencakup modifikasi dari (1)
rantai kejadian yang mendahului makan, (2) jenis makanan yang dikonsumsi saat makan, dan (3)
konsekuensi dari makan. Pasien diajari untuk memperlambat laju makan dan menjadi lebih sadar
akan rasa kenyang dan mengurangi asupan makanan.

Strategi seperti menaruh alat makan di antara kunyahan merupakan salah satu cara untuk
memperlambat proses makan. Penyelesaian masalah adalah proses untuk mendefinisikan masalah
makan atau masalah berat, menciptakan solusi yang mungkin, mengevaluasi solusi, memilih yang
terbaik, melakukan tingkah laku yang baru, mengevaluasi hasilnya, dan mereevaluasi solusi
alternatif jika solusi sebelumnya tidak berhasil. Restrukturisasi kognitif mengajarkan pasien
untuk mengidentifikasi, menantang, dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif yang sering
menurunkan usaha mereka dalam pemeliharaan berat badan. Program yang komprehensif dari
modifikasi gaya hidup menghasilkan penurunan berat badan kira-kira 10% dari berat badan awal
dalam 16-26 minggu.
Pola Latihan

Kegemukan adalah hasil dari ketidakseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran
energi. DEngan meningkatkan proporsi LBM dalam lemak, olahraga membantu
menyeimbangkan kehilangan LBM dan pengurangan RMR yang pasti akan terjadi walaupun
pada program penurunan berat badan yang baik. Efek positif yang lain dari olahraga antara lain
memperkuat sistem kardiovaskular, meningkatkan sensitifitas pada insulin, dan mengeluarkan
energi tambahan, yaitu kalori.
Aktivitas fisik adalah komponen yang paling beragam dari pengeluaran energi atau energi
expenditur. Peningkatan pengeluaran energi melalui olahraga atau aktivitas fisik lain merupakan
komponen penting untuk meningkatkan penurunan berat badan dan pencegahan berat kembali
naik. Tingkatan latihan atau olahraga yang adekuat untuk menimbulkan efek adalah 60-90 menit
perhari (rekomendasi USDA).

Orang dewasa yang memiliki berat badan berlebih / overweight dan obese harus diberikan
konseling agar secara bertahap meningkatkan aktivitas fisik dan olahraga orang tersebut. Apabila
seorang overweight atau obese tidak dapat mencapai tingkatan tertentu pada aktivitas fisik
tersebut maka minimal perhari setidaknya selama 30menit melakukan aktivitas yang
bersifat moderate activity. Oleh karena itu diperlukan intervensi yang menargetkan tingkatan
aktivitas fisik tersebut untuk meningkatkan kesehatan dan mengkontrol berat badan secara jangka
panjang.
Kombinasi dari latihan aerobik dan ketahanan lebih dianjurkan. Latihan ketahanan dapat
meningkatkan LBM, kemampuan untuk meningkatkan asupan energi dan meningkatkan
kepadatan tulang, yang terutama penting bagi wanita. Latihan aerobik penting untuk kesehatan
sistem kardiovaskular, serta untuk pengeluaran energi sehingga cadangan lemak di tubuh akan
digunakan. Selain manfaat fisiologis dari latihan tersebut adalah menghilangkan kebosanan,
meningkatkan kemampuan kontrol, dan meningkatkan rasa kesejahteraan.

RMR ini ditingkatkan dengan latihan aerobik. RMR akan kembali ke tingkat istirahat dalam
waktu satu jam atau lebih setelah olahraga, kecuali pada latihan memiliki intensitas tinggi.
Pengeluaran energi selama periode ini menggambarkan penggunaan glikogen otot, yang
merupakan efek dari perubahan hormonal dan peningkatan metabolisme cadangan energi dalam
tubuh.

Berlawanan dengan kepercayaan masa kini, spot reduction (mengurangi lemak pada suatu
daerah tubuh tertentu) tidak mungkin dengan olahraga. Hal tersebut dikarenakan lemak terbakar
pada konsentrasi yang besar pada jaringan adiposa. Kesalahpahaman lain adalah bahwa olahraga
disebut counterproductive karena meningkatkan keinginan untuk makan. Padahal sebenarnya
konsistensi adalah kunci untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan keuntungan dari olahraga
untuk mangatur berat badan. Dahulu, olahraga yang direkomendasikan harus dilakukan selama 20
sampai 60 menit latihan ketahanan dengan intensitas sedang sampai tinggi yang dilakukan tiga
atau lebih kali seminggu. Namun sekarang, tampak bahwa sebagian besar manfaat kesehatan
dapat diperoleh dengan aktivitas fisik yang moderat intensitas (cukup untuk mengeluarkan 200
kkal setiap hari). Cara terbaik adalah untuk memelihara kesehatan kardiovaskular secara
maksimum, terlepas dari berat badan, dapat dilakukan latihan intensitas tinggi selama 20 sampai
30 menit 4 sampai 7 hari per minggu
BAB III

KESIMPULAN

Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan


berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang
melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu
banyaknya makan, terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya

Diet pada obesitas diatur berdasarkan nutrisi yang tepat, porsi makan, dan frekuensi
makan.Diet secara ketat adalah terapi obesitas cara lama, dengan cara ini terjadi penurunan
berat badan secara cepat namun dengan cepat akan kembali pada keadaan semula. pengaturan
diet yang tepat adalah efektif untuk jangka panjang. Prinsip dasarnya adalah diet makanan
sehat dan seimbang.

Modifikasi tingkah laku telah menjadi hal yang penting dalam intervensi obesitas. Hal ini
terfokus pada membentuk ulang lingkungan pasien untuk mengurangi tingkah laku atau
kebiasaan yang berkontribusi terhadap obesitas. Sebagai tambahan pada nutrisi dan aktivitas fisik,
komponen kunci dari program modifikasi tingkah laku meliputi self-monitoring, penetapan
tujuan, kontrol stimulus, penyelesaian masalah, restrukturisasi kognitif, dan pencegahan
kekambuhan.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams, K.F., Schatzkin, A., Harris, TB., Kipnis, V., Mouw, T., Barbash, R.B.,
Hollenbeck, A., Leitzmann, M.F., 2006.Overweight, Obesity, and Mortality in a
Large Prospective Cohort of Persons 50 to 71 Years Old. The New England Journal
of Medicine Vol. 355, No. 8: 763-778
2. Atkinson,RL., 2002.Medical evaluation of the obesitase patient. Dalam: Wadden TA
and Stunkard AJ. Eds. Handbook of Obesity Treatment. New York: The GuilforPress,
173185
3. Barker, M. & Phillips, D.I.W., 2005. Fetal and infant origins of obesity. INKopelman,
P.G., Caterson, I.D & Dietz, W.H. (Eds) Clinical Obesity in Adults and Children.
2nded. Massachusetts, Blackwell Publishing Ltd
4. Maurice ES et al edisi VIII, Lea & Febinger, 1994 dalam Arisman, 2007

Anda mungkin juga menyukai