Oleh:
dr. Desi Ratna Sari
dr. Uly Hardiani Perdana
Pendamping :
dr. Vitri
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya
sehingga makalah gizi yang berjudul Pengaturan gizi dan diet pada obesitas ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Makalah gizi ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti program intership
dokter Indonesia di Puskesmas Nanggalo Padang dan untuk memberikan pengetahuan
tentang gizi obesitas. Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Vitri atas bimbingannya dan
arahannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
PENDAHULUAN
Hal ini berarti kelebihan berat badan menggambarkan keadaan tubuh yang tidak
normal sebagai akibat dari kelebihan lemak pada seseorang yang beresiko terhadap
kesehatan. Pengukuran secara kasar populasi obesitas dengan mengukur indek masa tubuh,
berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m). Seseorang dengan indek massa tubuh yang sama
dengan atau lebih dari 25 dianggap kelebihan berat badan yang diindikasikan obesitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam
jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam
jaringan organnya.
b. Penentuan Obesitas
IMT = BB
TB
KKP I < 16
Sumber: Maurice ES et al edisi VIII, Lea & Febinger, 1994 dalam Arisman, 2007
c. Tipe-tipe obesitas
1) Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih banyak
dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan ukuran sel normal
terjadi pada masa anak-anak.Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa
anak-anak akan lebih sulit.
2) Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan
ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk
menurunkan berat akan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.
3) Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel
melebihi normal. Kegemukan tipe ini dimulai pada masa anak - anak dan terus berlangsung
sampai setelah dewasa. Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang
paling sulit, karena dapat beresiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit
degeneratif.
d. Resiko obesitas
Dari segi fisik, orang yang mengalami obesitas akan mengalami rendah diri dan
merasa kurang percaya diri. Sehingga seringkali akan mengalami tekanan, baik dari dirinya
sendiri maupun dari lingkungannya ( Purwati, 2001).Kelebihan penimbunan lemak diatas
20% berat badan ideal, akan menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan
fungsi organ tubuh (Misnadierly, 2007).
Orang dengan obesitas akan lebih mudah terserang penyakitdegeneratif. Penyakit
penyakit tersebut antara lain :
a) Hipertensi
Orang dengan obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap Penyakit
hipertensi. Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usia 20 39 tahun orang
obesitas mempunyai resiko dua kali lebih besar terserang hipertensi dibandingkan dengan
orang yang mempunyai berat Badan normal (Wirakusumah, 1994).
b) Jantung koroner
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan pembuluh
darah koroner. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar
88 % mendapat resiko terserang penyakit jantung koroner. Meningkatnya factor resiko
penyakit jantung koroner sejalan dengan terjadinya penambahan berat badan seseorang.
Penelitian lain juga menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20 40 tahun ternyata
berpengaruh lebih besar terjadinya penyakit jantung dibandingkan kegemukan yang terjadi
pada usia yang lebih tua (Purwati, 2010).
c) Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak
selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90 % penderita diabetes
mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita kegemukan. Pada umumnya penderita
diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah. Maka, dianjurkan bagi
penderita diabetes yang ingin menurunkan berat badan sebaiknya dilakukan dengan
mengurangi konsumsi bahan makanan sumber lemak dan lebih banyak mengkonsumsi
makanan tinggi serat (Purwati, 2001)
d) Gout
Penderita obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit radang sendi yang
lebih serius jika dibandingkan dengan orang yang berat badannya ideal. Penderita obesitas
yang juga menderita gout harus menurunkan berat badannya secara perlahan-lahan (Purwati,
2001)
e) Batu Empedu
Penderita obesitas mempunyai resiko terserang batu empedu lebih tinggi karena
ketika tubuh mengubah kelebihan lemak makanan menjadi lemak tubuh, cairan empedu lebih
banyak diproduksi didalam hati dan disimpan dalam kantong empedu. Penyakit batu empedu
lebih sering terjadi pada penderita obesitas tipe buah apel. Penurunan berat badan tidak akan
mengobati penyakit batu empedu, tetapi hanya membantu dalam pencegahannya. Sedangkan
untuk mengobati batu empedu harus menggunakan sinar ultrasonic maupun melalui
pembedahan (Andrianto, 1990).
f) Kanker
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki dengan obesitas akan beresiko
terkena kanker usus besar, rectum, dan kelenjar prostate. Sedangkan pada wanita akan
beresiko terkena kanker rahim dan kanker payudara.Untuk mengurangi resiko tersebut
konsumsi lemak total harus dikurangi. Pengurangan lemak dalam makanan sebanyak 20 25
% perkilo kalori merupakan pencegahan terhadap resiko penyakit kanker payudara (Purwati,
2001).
Diet pada obesitas diatur berdasarkan nutrisi yang tepat, porsi makan, dan frekuensi
makan.Diet secara ketat adalah terapi obesitas cara lama, dengan cara ini terjadi penurunan
berat badan secara cepat namun dengan cepat akan kembali pada keadaan semula. pengaturan
diet yang tepat adalah efektif untuk jangka panjang. Prinsip dasarnya adalah diet makanan
sehat dan seimbang.
Kombinasi Low Calorie Diet (LCD) 1000-1500 kcal/day dan melakukan kegiatan
fisik adalah hal yang dianjurkan untuk mempertahankan penurunan berat badan, selain itu
mengurangi lemak di perut dan meningkatkan kesehatan jantung-paru. Kombinasi diet dan
obat dapat membantu menurunkan berat badan jangka lama.
Diet rendah kalori harus diindividualisasikan untuk karbohidrat (50% hingga 55% dari
total kilokalori), menggunakan sumber-sumber seperti sayur-sayuran, buah-buahan, kacang-
kacangan, dan biji-bijian. Diet juga harus meliputi protein, sekitar 15% hingga 23% kilokalori,
untuk mencegah konversi protein menjadi energi. Konten lemak harus tidak melebihi 30% dari
total kalori. Tambahan dari serat juga direkomendasikan untuk menurunkan densitas kalori, untuk
memberi rasa kenyang dengan memperlambat waktu pengosongan lambung, dan untuk sedikit
menurunkan efisiensi absorpsi usus.
Penghitungan lemak sebagai persentase kalori terbukti efektif dalam mendukung asupan
rendah energi. Aturan dasar adalah untuk membagi kadar kalori ideal menjadi 4 setiap asupan
25% lemak (misal, asupan 1800 kkal harus mencakup 450 kkal dari lemak, atau sekitar 50 g
lemak). Hal tersebut memberikan hasil yaitu asupan rendah energi tanpa kelaparan. Total kalori
juga harus diperhatikan.
Jumlah asupan alkohol dan makanan dengan kadar gula tinggi haruslah dikurangi sebagai
sumber energi yang tidak dibutuhkan. Alkohol bersifat seperti lemak dalam tubuh, karena ia
memisahkan lemak sehingga tidak teroksidasi. Pada peminum alkohol berat, justru akan
menyebabkan nafsu makan berturun pesat hingga bisa terjadi malnutrisi, namun pada peminum
sedang, akan menaikkan berat badan karena alkohol dianggap sebagai justru menambah jumlah
kalori yang masuk. Pemanis buatan atau pengganti lemak tidak terbukti memiliki makna besar
dalam menurunkan berat badan.
Suplemen vitamin dan mineral yang disesuaikan usia sangat dianjurkan untuk dikonsumsi
dalam program penurunan berat badan. Pada wanita dibutuhkan kurang dari 1200 kcal dan 1800
kcal pada pria.
Makanan pengganti ini merupakan makanan atau minuman siap saji yang digunakan
sebagai pengganti makanan lainnya yang berkalori tinggi. Umumnya, terkandung di dalamnya 5
g serat, 10-14 g protein, dan sejumlah karbohidrat, 10 g lemak dan 25% 30% RDfu vitamin dan
mineral.Dengan mengganti makanan utaman atau ringan 2 kali sehati dapat membantu
mengurangi berat badan atau menjaga berat badan secara signifikan.
Yang dimaksut diet kalori sangat rendah adalah apabila masukan kalori hariannya
berkisar antara 200-800 kcal. Umumnya diet ini rendah kalori namun tinggi protein (0.8-1.5 g/kg
IBW per hari). Diet ini termasuk konsumsi vitamin, mineral, elektrolit, asam lemak. Lama yang
dianjurkan untuk diit ini adalah 12-16 minggu. Karena efek samping yang mungkin ditimbulkan
maka diet ini dianjurkan untuk pasien dengan BMI diatas 30. Efek sampingnya antara lain, tidak
tahan dingin, pusing, gugup, euforia, konstipasi atau diare, kulit kering, rambut menipis dan
kemerahan, anemia, menstruasi yang reguler.
f. Modifikasi Gaya Hidup2
Modifikasi tingkah laku telah menjadi hal yang penting dalam intervensi obesitas. Hal ini
terfokus pada membentuk ulang lingkungan pasien untuk mengurangi tingkah laku atau
kebiasaan yang berkontribusi terhadap obesitas. Sebagai tambahan pada nutrisi dan aktivitas fisik,
komponen kunci dari program modifikasi tingkah laku meliputi self-monitoring, penetapan
tujuan, kontrol stimulus, penyelesaian masalah, restrukturisasi kognitif, dan pencegahan
kekambuhan.
Self-monitoring dengan rekaman data dan waktu setiap harinya mengenai asupan
makanan, disertai pula dengan pemikiran dan perasaan, membantu mengidentifikasikan aturan
fisik dan emosi yang terjadi saat makan. Aktivitas fisik biasanya dicatat dalam menit atau kalori
yang dihabiskan. Hal ini juga menyediakan feedback dalam kemajuan dan menempatkan
tanggung jawab untuk berubah pada pasien.Kebanyakan program tingkah laku mencoba untuk
mencapai 0,5 1 kg penurunan berat per minggu dengan target kalori, gram lemak, dan aktivitas
fisik, yang dibahas saat fase penetapan tujuan. Kontrol stimulus mencakup modifikasi dari (1)
rantai kejadian yang mendahului makan, (2) jenis makanan yang dikonsumsi saat makan, dan (3)
konsekuensi dari makan. Pasien diajari untuk memperlambat laju makan dan menjadi lebih sadar
akan rasa kenyang dan mengurangi asupan makanan.
Strategi seperti menaruh alat makan di antara kunyahan merupakan salah satu cara untuk
memperlambat proses makan. Penyelesaian masalah adalah proses untuk mendefinisikan masalah
makan atau masalah berat, menciptakan solusi yang mungkin, mengevaluasi solusi, memilih yang
terbaik, melakukan tingkah laku yang baru, mengevaluasi hasilnya, dan mereevaluasi solusi
alternatif jika solusi sebelumnya tidak berhasil. Restrukturisasi kognitif mengajarkan pasien
untuk mengidentifikasi, menantang, dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif yang sering
menurunkan usaha mereka dalam pemeliharaan berat badan. Program yang komprehensif dari
modifikasi gaya hidup menghasilkan penurunan berat badan kira-kira 10% dari berat badan awal
dalam 16-26 minggu.
Pola Latihan
Kegemukan adalah hasil dari ketidakseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran
energi. DEngan meningkatkan proporsi LBM dalam lemak, olahraga membantu
menyeimbangkan kehilangan LBM dan pengurangan RMR yang pasti akan terjadi walaupun
pada program penurunan berat badan yang baik. Efek positif yang lain dari olahraga antara lain
memperkuat sistem kardiovaskular, meningkatkan sensitifitas pada insulin, dan mengeluarkan
energi tambahan, yaitu kalori.
Aktivitas fisik adalah komponen yang paling beragam dari pengeluaran energi atau energi
expenditur. Peningkatan pengeluaran energi melalui olahraga atau aktivitas fisik lain merupakan
komponen penting untuk meningkatkan penurunan berat badan dan pencegahan berat kembali
naik. Tingkatan latihan atau olahraga yang adekuat untuk menimbulkan efek adalah 60-90 menit
perhari (rekomendasi USDA).
Orang dewasa yang memiliki berat badan berlebih / overweight dan obese harus diberikan
konseling agar secara bertahap meningkatkan aktivitas fisik dan olahraga orang tersebut. Apabila
seorang overweight atau obese tidak dapat mencapai tingkatan tertentu pada aktivitas fisik
tersebut maka minimal perhari setidaknya selama 30menit melakukan aktivitas yang
bersifat moderate activity. Oleh karena itu diperlukan intervensi yang menargetkan tingkatan
aktivitas fisik tersebut untuk meningkatkan kesehatan dan mengkontrol berat badan secara jangka
panjang.
Kombinasi dari latihan aerobik dan ketahanan lebih dianjurkan. Latihan ketahanan dapat
meningkatkan LBM, kemampuan untuk meningkatkan asupan energi dan meningkatkan
kepadatan tulang, yang terutama penting bagi wanita. Latihan aerobik penting untuk kesehatan
sistem kardiovaskular, serta untuk pengeluaran energi sehingga cadangan lemak di tubuh akan
digunakan. Selain manfaat fisiologis dari latihan tersebut adalah menghilangkan kebosanan,
meningkatkan kemampuan kontrol, dan meningkatkan rasa kesejahteraan.
RMR ini ditingkatkan dengan latihan aerobik. RMR akan kembali ke tingkat istirahat dalam
waktu satu jam atau lebih setelah olahraga, kecuali pada latihan memiliki intensitas tinggi.
Pengeluaran energi selama periode ini menggambarkan penggunaan glikogen otot, yang
merupakan efek dari perubahan hormonal dan peningkatan metabolisme cadangan energi dalam
tubuh.
Berlawanan dengan kepercayaan masa kini, spot reduction (mengurangi lemak pada suatu
daerah tubuh tertentu) tidak mungkin dengan olahraga. Hal tersebut dikarenakan lemak terbakar
pada konsentrasi yang besar pada jaringan adiposa. Kesalahpahaman lain adalah bahwa olahraga
disebut counterproductive karena meningkatkan keinginan untuk makan. Padahal sebenarnya
konsistensi adalah kunci untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan keuntungan dari olahraga
untuk mangatur berat badan. Dahulu, olahraga yang direkomendasikan harus dilakukan selama 20
sampai 60 menit latihan ketahanan dengan intensitas sedang sampai tinggi yang dilakukan tiga
atau lebih kali seminggu. Namun sekarang, tampak bahwa sebagian besar manfaat kesehatan
dapat diperoleh dengan aktivitas fisik yang moderat intensitas (cukup untuk mengeluarkan 200
kkal setiap hari). Cara terbaik adalah untuk memelihara kesehatan kardiovaskular secara
maksimum, terlepas dari berat badan, dapat dilakukan latihan intensitas tinggi selama 20 sampai
30 menit 4 sampai 7 hari per minggu
BAB III
KESIMPULAN
Diet pada obesitas diatur berdasarkan nutrisi yang tepat, porsi makan, dan frekuensi
makan.Diet secara ketat adalah terapi obesitas cara lama, dengan cara ini terjadi penurunan
berat badan secara cepat namun dengan cepat akan kembali pada keadaan semula. pengaturan
diet yang tepat adalah efektif untuk jangka panjang. Prinsip dasarnya adalah diet makanan
sehat dan seimbang.
Modifikasi tingkah laku telah menjadi hal yang penting dalam intervensi obesitas. Hal ini
terfokus pada membentuk ulang lingkungan pasien untuk mengurangi tingkah laku atau
kebiasaan yang berkontribusi terhadap obesitas. Sebagai tambahan pada nutrisi dan aktivitas fisik,
komponen kunci dari program modifikasi tingkah laku meliputi self-monitoring, penetapan
tujuan, kontrol stimulus, penyelesaian masalah, restrukturisasi kognitif, dan pencegahan
kekambuhan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams, K.F., Schatzkin, A., Harris, TB., Kipnis, V., Mouw, T., Barbash, R.B.,
Hollenbeck, A., Leitzmann, M.F., 2006.Overweight, Obesity, and Mortality in a
Large Prospective Cohort of Persons 50 to 71 Years Old. The New England Journal
of Medicine Vol. 355, No. 8: 763-778
2. Atkinson,RL., 2002.Medical evaluation of the obesitase patient. Dalam: Wadden TA
and Stunkard AJ. Eds. Handbook of Obesity Treatment. New York: The GuilforPress,
173185
3. Barker, M. & Phillips, D.I.W., 2005. Fetal and infant origins of obesity. INKopelman,
P.G., Caterson, I.D & Dietz, W.H. (Eds) Clinical Obesity in Adults and Children.
2nded. Massachusetts, Blackwell Publishing Ltd
4. Maurice ES et al edisi VIII, Lea & Febinger, 1994 dalam Arisman, 2007