Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

OBESITAS

Oleh :
Kelompok II :
1. RATIH JULIA NENGSIH
2. MUGTADIR ROMSAH
3. DWI ULANDARI
4. FITRI NURMELLA
5. YURIKE CAROLLA

Dosen Pengampuh :
Nurul Khairani .MKM.

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah “OBESITAS” dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 4 Mei 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN...............................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Obesitas .....................................................................................4
B. Klasifikasi Obesitas......................................................................................5
C. Obesitas pada masa anak-anak ...................................................................6
D. Patofisiologi Obesitas ..................................................................................7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................... 37
B. Saran......................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Kegemukan dan obesitas saat ini sudah merupakan permasalahan
kesehatan global yang semakin meningkat jumlahnya di masyarakat pada
berbagai golongan usia. Obesitas bukan hanya merupakan masalah kelebihan
gizi, tetapi sudah obesitas. dinyakatan sebagai penyakit kronis yang terjadi
dalam jangka waktu yang panjang. Obesitas menimbulkan berbagai macam
penyakit tidak menular seperti diabetes Pengertian Obesitas melitus,
kardiovaskular, stroke, kanker, dan lain sebagainya. Munculnya penyakit
tersebut didahului oleh suatu sindrom yang disebut dengan sindrom metabolik
yang ditandai oleh peningkatan indeks massa tubuh (IMT), hipertensi,
hiperglikemia, dan dislipidemia.
Kegemukan dan obesitas merupakan masalah ke sehatan kronis yang
disebabkan oleh berbagai faktor yang sifatnya multifaktorial, seperti faktor
genetik, faktor ling- kungan dan perilaku makan yang kurang tepat. Faktor
lingkungan dan perilaku dikatakan memberikan kontribusi yang jauh lebih
besar terhadap obesitas. Faktor perilaku dan lingkungan sangat erat kaitannya
dengan gaya hidup masyarakat. Gaya hidup masyarakat saat ini sudah
mengarah pada gaya hidup modern yang ditandai oleh pola makan western
dengan ciri tinggi karbohidrat, tinggi lemak dan rendah serat disertai dengan
aktivitas fisik kurang gerak (sedentary). Menjamurnya restoran fast food dan
junk food dan tersedianya berbagai fasilitas transportasi dan teknologi
informasi sangat memanjakan masyarakat. Oleh sebab itu lainnya. maka
penanganan atau penatalaksanaan terhadap obesitas haruslah bersifat
komprehensif yang lebih difokuskan pada perbaikan perilaku dan didasarkan
terhadap akar per masalahan munculnya obesitas. Penatalaksanaan obesitas
meliputi tiga aspek pokok yaitu pengaturan makan, pe ningkatan aktivitas fisik
dan edukasi guna memperbaiki perilaku yang mengarah pada gaya hidup yang
sehat.

1
Pengaturan makan dalam bentuk penatalaksanaan diet merupakan
bagian yang sangat penting bagi ke gemukan dan obesitas. Penatalaksanaan
diet pada obec umumnya ditujukan untuk menurunkan berat badan (BB)
mencapai berat badan ideal, dan menjaga ke imbangan berat badan dengan
mengatur jumlah asupan energi sehingga tercapai pemeliharaan berat badan
yang oprimal. Berbagai jenis diet telah dapat diterapkan untuk tujuan tersebut
yang disesuaikan dengan tingkatan obesitas yang dialami serta kebiasaan
makan dari penderita Obesitas.
Jumlah penduduk dewasa (usia di atas 18 tahun) di Indonesia yang
mengalami obesitas mengalami peningkatan. Berdasarkan Pemantauan Status
Gizi (PSG) Kementerian Kesehatan, sekitar 25,8 persen penduduk dewasa
tergolong obesitas pada 2017. Jumlah itu melonjak dua kali lipat dibandingkan
tahun sebelumnya yang hanya 10,6 persen.
Menurut penelitian Cut Novianti Rachmi dan Alison Baur, perempuan
yang tinggal di daerah perkotaan memiliki peluang obesitas lebih tinggi
sebesar 1,26 kali dibandingkan dengan yang tinggal di pedesaan. Ini sejalan
dengan hasil survei Kemenkes yang menyebutkan sekitar 29,7 persen
perempuan tergolong obesitas.
Sementara pada laki-laki jumlahnya hanya 11,4 persen. Adapun Jakarta
merupakan provinsi yang penduduk dewasanya paling banyak mengalami
obesitas, disusul Aceh, Jawa Timur, dan Riau.Obesitas dinilai telah menjadi
salah satu permasalahan kesehatan dunia.
Akibat kelebihan berat badan ini menimbulkan sejumlah penyakit
kardivaskular, seperti jantung dan darah tinggi. Selain itu, obesitas berkaitan
erat dengan penyakit diabetes. Selain masalah kesehatan, jika tidak ditangani
dengan tepat, obesitas dapat berdampak terhadap produktivitas masyarakat.
(Katadata - Widya Nandini)

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu obesitas ?
2. Bagaimana Klasifikasi Obesitas ?
3. Apa Distribusi lemak tubuh ?
4. Apa saja faktor Obesitas ?
5. Apa Dampak Obesitas ?
6. Bagaimana penatalaksanaan terapi gizi pada obesitas ?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui apa itu obesitas
2. Untuk mengetahui klasifikasi obesitas
3. Untuk mengetahui distribusi lemak tubuh
4. Untuk mengetahui faktor resiko obesitas
5. Untuk mengetahui apa saja dampak obesitas
6. Untuk mengetahui penatalaksana terapi gizi pada obesitas

3
BAB II
PEMBSAHASAN

A. Pengertian Obesitas
Menurut Word Health Organization (WHO) 2014, secara umum
kegemukan dan obesitas adalah suatu kondisi abnormal yang ditandai oleh
peningkatan lemak tubuh berlebihan, umumnya ditimbun di jaringan
subkutan, sekitar organ, dan kadang terinfiltrasi ke dalam organ. Akumulasi
lemak tubuh yang berlebihan mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan.
Menurut Suastika (2006), obesitas adalah kondisi yang ditandai gangguan
keseimbangan energi tubuh, yaitu terjadi keseimbangan energi positif yang
akhirnya disimpan dalam bentuk lemak di jaringan tubuh. Nelm, dkk .(2011),
menyatakan obesitas adalah penumpukan jaringan adiposa atau lemak tubuh
yang terlalu berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Kegemukan dan
obesitas merupakan kondisi patologis yang ditandai oleh penumpukan lemak
yang menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, antara lain diabetes melitus,
pensaki jantung, stoke, dan kanker dan penyakit degeneratif lainnya.
Perubahan nilai IMT paralel dengan perubahan komposisi lemak tubuh
yang diperoleh dengan mengukur langsung lemak tubuh menggunakan dual
energy X-ray absorpsiometry (DEXA). Hal ini merupakan cara pendekatan
yang mudah dan berguna untuk mengidentifikasi perbaikan komposisi tubuh.
Contohnya seorang dengan IMT 30 kg/m? lebih menggambarkan peningkatan
sejumlah jaringan adiposa. Indikator ini kadang-kadang tidak sesuai untuk
scorang adet yang memiliki otot lebih banyak, mereka memiliki IMT ringgi,
tetapi diakibatkan olch berat otor bukan lemak.
Penentuan status obesitas berdasarkun indikator antropometri menurut
indeks masa tubuh (IMT). Penentuan ambang batas IMT merujuk ketentuan
FAO/ WHO, sedangkan untuk kepentingan di Indonsia, ambang batas
divsuaikan berdasarkan kondisi di Indonesia, sui dengan yang tertuang dalam
SK Menkes No. 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.

4
Rumus untuk menghitung IMT :
(IMT - BB (kg)/TB i m²)
B. Klasifikasi Obesitas
Berbagai metode dipergunakan untuk mengukur penumpukan lemak di
dalam tubuh atau untuk menentukan status obesitas yang dialami seseorang.
Status obesitas pada orang dewasa dapat ditentukan secara antropometri
dengan menghitung IMT, pengukuran lingkar pinggang, dan pengukuran
langsung lemak tubuh.
Indeks massa tubuh (IMT) Penggunaan tinggi badan dan berat badan
dalam mengukur lemak tubuh sangat sederhana dan paling sering
dipergunakan. IMT yang merupakan perbandingan antara berat badan dalam
sentimeter dengan tinggi badan kuadrat (dalam meter persegi) dikatakan
sebagai metode yang murah, dan mudah dipergunakan serta merupakan
indikatos obesitas yang reliable. Indeks massa tubuh țidak mengukur lemak
tubuh secara langsung, tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa IMT
memiliki korelasi yang kuat dengan pengukuran lemak tubuh secara langsung.
Indeks massa tubuh dapat dianggap mewakili pengukuran lemak tubuh.
Klasifikasi kegemukan berdasarkan indikator IMT bagi orang dewasa
Indonesia (SK Menkes No.41/2014 tentang pedoman Gizi Seimbang)
Klasifikasi Kategori IMT (Kg/m²)
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

C. Distribusi Lemak Tubuh


Lemak tubuh menunjukkan lokasi dan distribusi jaringan adiposa di
dalam tubuh yang sangat penting pada obesitas dan implikasinya bagi
kesehatan. Lemak tubuh ini dikatagorikan menjadi dua yaitu lemak di daerah

5
sentral atau abdominal dan lemak tubuh bagian bawah. Lemak tubuh
abdominal berlokasi di daerah sentral (intra-abdo minal dan viseral).
Kondisi ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki. Obesitas jenis ini
sering disebut dengan obesitas tipe apel (android). Lemak di dacrah abdominal
arau viseral sangat erat kaitannya dengan peningkatan risiko diabetes melitus
tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. Penyakit ini didahului suatu sindrom yang
disebut sindrom metabolik dengan gejala hipertensi , gangguan toleransi
glukosa, dan dislipidemia.
Lemak di bagian bawah tubuh menunjukkan pada distribusi lemak
bagian bawah khususnya di bagian pinggul dan paha dan mengarah bentuk
seperti buah pir. Tipe obesitas ini sering disebut dengan tipe gynoid dan lebih
banyak ditemukan pada wanita.
Lemak tubuh dapat diukur dengan menggunakan magnetic resonance
imaging (MRI), computed topograó scans (CT scan), dan dual mneng
Veysavarpssorerry (DEXA), cerapi penggunaan teknik ini secara rutin sangat
tidak praktis karena tidak selalu tersedia pada klinik, harga dan biaya
pericliharaan yang mahal dan sulit mengoperasikannya.
Waist hips ratio (WHR): Penggunaan waist to hip ratio circumferene
(WHR) atau rasio pinggang pang gul merupakan salah satu alternatif untuk
mengukur obesitas sentral dengan cara membagi ukuran keliling WHR
dikatakan meningkatkan risiko terjadinya pepinggang dengan keliling ukuran
panggul. Nilai rasio nyakit yaitu pada pria 20,95 dan wanita 20,80. Nilai WHR
>1,0 dihasilkan kerika lingkaran pinggang melebihi lingkaran pinggul dan
diperkirakan bahwa lemak abdominal sudah tidak sehat.
Waist circumference (WC): Penilaian obesitas abdominal dapat
menggunakan pengukuran lingkar pinggang, memberikan hasil yang hampir
sama baiknya dengan pengukuran menggunakan MRI atau CT scan.
Pengukuran ini juga merupakan sebuah pendekatan praktis untuk mengestirasi
sejumlah jaringan adiposa di pinggul dan paha. Katagori untuk waist
circumference (WC) nung dikatakan berisiko tinggi yaitu pada pria 290 cm
dan wanita >80 cm. Lingkar pinggang khususnya berguna untuk menilai risiko

6
penyakit pada pasien terutama pada pasien dengan obesitas tingkat sedang
(INT 27,0-29,9 kg/m) dan obesitas tingkat berat (>30 kg mº). Lingkar
pinggang merupakan indikator risiko penyakit yang Jebili baik dibandingkan
dengan IMT bagi penduduk di Asia, dan diasumsikan memberikan nilai lebih
baik pada lubungan risiko obesitas yang dengan penyakit pada penduduk yang
lebih tua yang sering mengalami kehilangan massa ocor dan lema: abdominal
tanpa perubahan nilai INT.

D. Obesitas Pada Masa Anak-Anak


Pengukuran kegemukan dan obesitas pada anak dan remaja khusunya
lebih sulit dibandingkan orang dewasa karena anak sedang masa pertumbuhan
dan perkembangan.
Nilai percentil tingkatan obesitas pada anak sebagai berikut.
Nilai Persentil Katagori IMT
<5th persentil Underwight ( Kekurangan BB)
>5th dan < persentil Normal
>85 dan <95 persentil Berisiko ( Kegemukan )
>95 Persentil Obesitas
Sumber: nelm., dkk.2011. Nutrition therapy and phatophisiology
Ukuran adiposa pada anak bersifat linier dengan perkembangan atau
pematangan anak. Terdapat periode peningkatan jaringan adiposa anak yaitu
pada usia 5-7 tahun dan pada masa pubertas awal. Pada anak dan remaja
disepakati menggunakan indikator IMT menurut umur, dengan katagori jika
>95 persentil dinyatakan obes dan >85 persentil dinyatakan sebagai IMT
berisiko (kegemukan).

E. Patofisiologi Obesitas
Tubuh manusia memiliki sekitar 30-40 juta sel lemak yang mampu
menyimpan lemak dalam jumlah yang besar. Jika seseorang mengalami
kegemukan atau obesitas, maka sel lemak akan mengalami pembesaran bentuk
(hipertrofi) dan peningkatan jumlah (hiperplasia).

7
Obesitas merupakan suatu keadaan yang disebabkan gangguan
keseimbangan energi di dalam tubuh. Kescimbangan energi dalam tubuh
sangat bergantung prada interaksi yang kompleks antara sistem saraf,
sejumlah Barmhon dan faktor genetik. Penurunan asupan energi dan
katulangan lemak tubuh akan menstimulasi peptida yang bersifat arxigenic di
pusat hipotalamus dan sejumlah buon untuk meningkatkan nafsu makan dan
tietigurang pengeluaran energi. Sebaliknya peningkatan supan energi dan
peningkatan penyimpanan lemak Mirtistimulasi peptide anorexigenir untuk
menurunkan telpu makan dan meningkatkan pengeluaran energi yang Brankan
oleh sejumlah hormon, kelenjar hipotalamus l'engaturan keseimbangan energi
dalam tubuh diden yaitu: dikenal sebagai adaptasi termogenesis.

F. Etiologi Obesitas
Kondisi ketidak seimbangan energi karena terjadi keseimbangan energi
positif yang ditandai oleh kelebihan asupan energi dan pengeluaran yang
berkurang. Faktor utama munculnya obesitas adalah faktor genetik, perilaku,
dan lingkungan baik lingkungan fisik, biologis dan sosial.

G. Dampak obesitas
Obesitas menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang serius dan
menyebabkan berbagai penyakit tidak menular seperti obesitas dan DM tipe 2,
obesitas dan hipertensi obesitas, dan penyakit kardiovaskular obesitas, dan
penyakit kanker obesitas, dan risiko kematian obesitas, dan sosial ekonomi.
Faktor Genetik Peran faktor genetik dapat dibuktikan olch peningkatan
prevalensi obesitas dua kali lipat dalam tiga dekade terakhir pada individu
dengan riwayat obesitas. Faktor genetik berperan terhadap terjadinya obesitas
sekitar 30– 40% dari seluruh kejadian obesitas. Obesitas merupakan suatu
kondisi yang diturunkan. Namun demikian, pemahaman tentang peran faktor
genetik sebagai penyebab obesitas bersifat kompleks, dengan adanya
kenyataan bahwa obesitas tidak semua diwariskan dalam keluarga pada pola

8
yang dapat diprediksi akibat penyakit lain seperti cystic fibrosis atau penyakit
Hutingtons.
Faktor genetik yang berperan terhadap obesitas tergambar pada
beberapa kondisi seperti dismorphic syndrome, defisiensi leptin konginctal ,
mutasi reseptor leptin dan ekspresi neuro peptida Y (NPY) berlebihan. Peran
faktor genetik terhadap berat badan dan komposisi tubuh dilakukan dengan
cara memengaruhi beberapa faktor seperti nafsu makan, asupan energi, resting
energi expenditure (REE), termogenesis makanan dan aktivitas termogenesis
tanpa latihan fisik serta efisiensi penyimpanan energi dalam tubuh. Sebagai
contoh, meskipun terdapat beberapa variasi pemasukan energi dan
pengeluaran energi sehari hari, beberapa orang mempertahankan berat
badannya dengan mudah dalam jangka waktu singkat. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa setiap tubuh seseorang memiliki sebuah genetik yang menentukan
merabolik set porns" yang mempertahankan berat badan sesuai dengan
keinginan.

H. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan termasuk faktor perilaku, berkontribusi besar
terhadap peningkatan obesitas. Diperkirakan faktor lingkungan berkontribusi
sebesar 60–70%. Menurut Alisson, et al dalam Swastika (2006) bahwa
lingkungan yang memegang peranan terhadap perkembangan obesitas dan
prevalensi obesitas yaitu faktor demografi dan biologis, sosiokultural dan
faktor perilaku atau gaya hidup.

I. Faktor Biologis dan Demografi


Umur Obesitas cenderung meningkat pada usia dewasa. Kasus obesitas
pada orang dewasa ditemukan sekitar 80-90% yaitu mulai golongan usia 20-
64 tahun berisiko terkena obesitas. Hasil studi cross sectional yang dilakukan
oleh National Examination Survey (NHANES III) menunjukkan peningkatan
berat badan mulai usia 40 tahun. Prevalensi obesitas tertinggi ditemukan pada
rentang usia 20-60 tahun dan setelah 60 tahun menurun.

9
1. Jenis kelamin
Obesitas lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan laki-
laki, baik itu obesitas ouver all maupun obesitas sentral. Penelitian
beberapa negara menemukan bahwa kegemukan dan obesitas lebih banyak
ditemukan pada wanita dibandingkan laki-laki yaitu beberapa negara
bagian di Amerika, Mediterania, Afrika dan Asia tenggara.Obesitas pada
wanita terjadi pada mulai usia 25-55 tahun.
2. Ras/suku bangsa
Obesitas banyak dijumpai pada beberapa daerah dengan ras dan
etnik tertentu. Variasi tersebut mengambarkan interaksi dari berbagai gen,
kelas social, kebudayaan dan adat istiadat di daerah tersebut.
3. Faktor Biologis
Faktor biologis yang diketahui memengaruhi komposisi lemak
tubuh di antaranya adalah umur, paritas, kondisi fisik dan kelinik, serta
hormon.
Sosio Kultural : Masalah kegemukan dan obesitas sebagian besar
memiliki hubungan erat dengan peningkatan status social
ekonomi.kebiasaan makan di luar rumah dan bentuk siap saji atau fast
food yang tinggi energi, tinggi lemak dan rendah serat juga meningkat.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan : Pengetahuan dan
pendidikan juga merupakan faktor penentu bagi seseorang atau keluarga
dalam memilih makanan yang tepat.
Fasilitas tempat makan : Proses modernisasi membawa perubahan
gaya hidup.
Media masa : Kemajuan teknologi di bidang industri pengelolahan
pangan, juga di ikuti menjamurnya pusat perbelanjaan supermarket dan
minimarket.
4. Faktor prilaku
Pola prilaku makanan : Adanya transisi demografi saat ini
membawa perubahan life style dan pola makan masyarakat dari pola

10
makan tradisional mengarah kepada pola berat ( western food ) yang
mengandung tinggi kalori, tinggi lemak, rendah serat.
Konsumsi alkhol : Alkohol merupakan miuman yang mengandung
energy sebanyak 7,1 Kal/gram.
Aktivitas fisik : Aktivitas fisik kurang gerak (sedentary activities)

J. Dampak obesitas
Obesitas menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang serius dan
menyebabkan berbagai penyakit tidak menular seperti obesitas dan DM tipe 2,
obesitas dan hipertensi obesitas, dan penyakit kardiovaskular obesitas, dan
penyakit kanker obesitas, dan risiko kematian obesitas, dan sosial ekonomi.
penyakit DM tipe 2, kardiovaskular, stroke, kanker d komplikasi non-
metabolik lainnya seperti seh Timbulnya penyakit ini pada orang yang
mengan hipertensi, resistensi insulin dan dislipidemia. Sekumpul gejala yang
menyertai obesitas dinamakan vinden metabolik.
Obesitas berkaitan dengan peningkatkan jumlah da ukuran sel lemak
yang diikuti peningkatan prod hormon leptin dan sitokins seperti tumer nekref
(TNF a) yang dapat mengakibatkan hambatan da resistensi hormon insulin.
Sintesis adiponektin mengha sensitivitas insulin sehingga sensitivitasnya men
Aktivitas hormon lipase menjadi meningkat y menyebabkan peningkatan asam
lemak bebas atau esterifikasi fatty acid (NEFAs), menyebabkan resim insulin
di hati dan otot. Peningkatan NEFAs menga pada sintesis trigliserida dan
kolesterol secara berlebihan sehingga kadarnya mengalami peningkatan,
puduhan pada komposisi kadar HDL yang menurun dan LDL meningkat yang
menimbulkan kekacauan metabolisme lemak.
Adanya mekanisme kompensasi resistensi inn berupa hiperinsulinemia
mempertahankan kadar gluk darah menjadi normal, tetapi kemungkinan dapat
menye babican retensi sodium dan air yang menstimulai sympathie nervous
system (SNS) dan menyebabkan peningkatkan tekanan darah sehingga terjadi
hipertens Sekresi TIP u yang berlebihan dan sitokin lainnya bo kaitan dengan

11
kondisi yang mengarah pada imflamasi yang juga sebagian berkontribusi
terhadap resistensi insulin.
Obesitas dan DM Tipe 2 Peningkatan prevalensi obesitas secara pararel
diikuti oleh peningkarkan penyakit DM tipe 2. National Health and Nutrition
Examinition Survey III (NHNES III) memper kirakan sekitar 80% penderita
DM tipe 2 mengalami ke gemukan dan obesitas dengan obesitas visceral dan
se yang merupakan predisposisi utama berkembangnya DM tipe 2. Meskipun
mekanisme terjadinya DM ripe 2 akihe obesitas sebagian besar tidak jelas,
tetapi resistensi insulin ditemukan pada kedua kondisi tersebut. Obesitas dapat
menimbulkan resistensi insulin melalui beberapa mekanis me seperti
peningkatan pada lemak viseral, yaitu tipe jaringan adiposa yang berbeda
secara fungsional ya dapat memengaruhi keseimbangan glukosa menghab
produksi sitokin dan menyebabkan inflama in tingkat rendah.
Peningkatan kejadian DM tipe 2 terjadi pada orang obesitas dengan usia
>20 tahun dengan IMT-25 kg yaitu sekitar 35% dan 12% pada mereka yang
memil IMT lebih rendah dan usia lebih muda. Penduduk Asia memiliki
proporsi lemak tubuh lebih tinggi khususnya besitas abdominal jika
dibandingkan dengan penduduk Enga Pada beberapa negara Asia, DM
meningkat selama dekade terakhir seperti negara Barat. Tetapi terdapat hal
yang sifatnya berlawanan, yaitu negara dengan prevalensi obesitas tinggi
memiliki tingkat diabetes rendah.

K. Obesitas dan Hipertensi


Meninglamnya derajat obesitas meningkatkan risiko hipertensi yang
merupakan risiko utama bagi penyakit ke, penyakit jantung, gagal ginjal
kronis. Diperkirakan sekitar 60-70% hipertensi pada orang dewasa secara
gang disebabkan oleh obesitas. Jaringan adiposa berbahan meningkatkan
risiko resistensi hipertensi yang definisikan sebagai kegagalan untuk mencapai
target kadar tekanan darah yang diinginkan. Secara ideal, setiap peningkatan
IMT 1 kg/m meningkatkan resistensi hipertensi 4%.

12
Obesitas sentral di daerah viseral merupakan pre- der utama
berkembangnya hipertensi. Lemak viseral dan kadar tekanan darah yang tinggi
sering muncul benama sama dengan faktor risiko kardiovaskular seperti
miensi insulin, intoleransi glukosa, dan dislipidemia yang ditandai oleh
tingginya kadar trigliserida, kadar HDL rendah, LDL tinggi dan adanya
inflamasi tingkat rendah sebagai kumpulan gejala yang disebut sindrom
metabolik. Patafisiologi hipertensi sebagai akibat obesitas juga benifat
kompleks, dan beberapa faktor berkontribusi terhadap peningkatan tekanan
darah. Pada individu obes terlihat peningkatan volume darah dan cardiac
output dibandingkan yang tidak obes. Peningkatan volume darah
meningkatkan tekanan darah selain adanya retensi sodium. Selanjutnya
obesitas secara primer mengarah pada keadaan ekspansi volume hipertensif
yang memaksa peningkatan tekanan darah.

Obesitas dan Penyakit Kardiovaskular


Hall meta-analisis penelitian menunjukkan bahwa penyakit
kardiovaskular meningkat 32% pada individu memiliki IMT 25-29,9 kg/m²
dan 81% pada indi vidu dengan IMT >30 kg/m (Wilson, 2014). Beberapa
penelitian dengan fokus sindrom metabolik dan penyakit lardiovaskular
menunjukkan terdapat lima komponen indrom metabolik yang menyebabkan
penyakit kardio vakalar yaitu obesitas sentral dengan lingkar pinggang 990 cm
pada pria dan 80 cm pada wanita, kegagalan toletani glukosa puasa,
peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar trigliserida dan penurunan
kadar LDL

L. Obesitas dan Penyakit Kanker


Kegemukan dan obesitas juga berkaitan dengan pening kaan beberapa
jenis kanker seperti kanker endometrial, kanker kolon, empedu, prostat dan
kanker payudara pasca menopause. Prevalensi obesitas yang berkaitan dengan
risiko kanker merupakan masalah kesehatan yang penting pada beberapa
negara, dan sejumlah data epidemiologi me nunjukkan adanya hubungan

13
antara IMT dan peningkatan risiko beberapa jenis kanker. Hasil studs juga
menunjukkan bahwa risiko kanker kolon lebih tinggi pada pria dibandingkan
wanita. Pada sejumlah studi yang meneliti hubungan obesitas dan kanker
mamae menunjukkan setiap peningkatkan IMT 5 kg/m² secara signifikan
meningkatkan risiko kanker mamae dan kanker endometrium.

M. Obesitas dan Risiko Kematian Peningkatan risiko penyakit juga


meningkatkan risiko
kematian pada obesitas. Katagori penyakit pertama dan paling penting
terkait kematian akibat komplikasi obesitas adalah penyakit vaskular baik itu
coronary heart disease (CHD) maupun stroke. Obesitas dengan penumpukan
lemak berlebihan yang disertai dengan komplikasi penyakit vaskular seperti
CHD dan stroke merupakan penyebab utama meningkatnya angka kematian di
wilayah Amerika Utara, Eropa, Asia Timur dan beberapa negara lainnya. Di
beberapa negara Eropa, obesitas dengan IMT 30-35 kg/m² menurunkan angka
harapan hidup sekitar tiga tahun dan obesitas dengan IMT 40-50 kg/m
menurunkan angka harapan hidup 10 tahun lebih awal jika dibandingkan
dengan IMT normal (Whitlock dan Rachel, 2014).

N. Obesitas dan Sosial Ekonomi


Ditinjau dari segi sosial ekonomi, obesitas memberikan beban ekonomi
bagi keluarga maupun bagi suatu negara. terutama obesitas yang disertai
dengan berbagai kompli kasi penyakit serius. Biaya yang dikeluarkan untuk
meng atasi masalah tersebut sangat besar. Individu yang sudah mengalami
komplikasi penyakit serius menjadi tidak produktif sehingga pendapatan
mereka menjadi lebih rendah dibandingkan dengan biaya untuk pengobatan.
Selain konsekuensi penyakit tersebut, obesitas juga berkaitan dengan beberapa
penyakit lainnya seperti pe nyakit artritis dan gout, batu empedu, penyakit
hari. penyakit paru dan gangguan mental (sindrom dimorphic) Hubungan
antara obesitas dan gangguan mental merupa kan masalah kesehatan yang juga
sangat penting. Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa perkembangan

14
depresi di antara individu obes peningkatan yang signifikan. Secara umum
dinyatakan bahwa stres kronis dapat dihubungkan dengan kelebihan lemak
yang diakibatkan oleh stigma sosial, rendahnya kualitas hidup yang dipicu
oleh psikopatologi obesitas. Psikopatologis obes mempredisposisi orang yang
normal memiliki emosi makan berlebihan, aktivitas fisik menurun yang
cenderung membuat obesitas semakin berkembang.

O. Pencegahan Obesitas
Kegemukan dan obesitas merupakan masalah yang kom- pleks.
Penyebab obesitas bersifat multifaktoral dan agak sulit diatasi sehingga
prevalensi obesitas terus mengalami peningkaran. Peningkatan berdampak
pada peningkatan risiko berbagai penyakit dan kematian. Oleh sebab itu,
obesitas harus dicegah. Upaya pencegahan terhadap peningkatan obesitas
harus difokuskan pada penyebabnya terutama faktor penyebab yang masih
dapat dimodifikasi seperti pola makan dan aktivitas fisik. US Institute
Medicine 2012 merumuskan rekomendasi pencegahan obesitas dengan fokus
pada ling kungan dan kebijakan pemerintah yang berorientasi pada upaya
pencegahan obesitas. Model penanganan pencegah an obesitas menekankan
pada pendekatan menggunakan evidence base (kejadian berbasis bukti) bagi
obesitas baik secara primer dan sekunder melalui komunitas sosial dan strategi
kebijakan tertentu.
Strategi di Bidang Makanan dan Minuman Perbaikan terhadap perilaku
makan masyarakat dapat di lakukan dengan mengontrol porsi makan yang
dikon sumsi, menghindari konsumsi makanan yang mengandung padat kalori
seperti makanan yang mengandung banyak lemak dan gula. Masyarakat
dianjurkan lebih banyak mengonsumsi makanan padat zat gizi seperti sayuran
dan buahan. Hal ini merupakan upaya pencegahan obesitas pengahan obesitas.
Hal ini sudah terbukti pada beberapa penelitian di luar negeri yaitu pada
kebijakan yang berbasis kolah bahwa pengurangan akses makanan dengan
landangan gula tinggi dan minuman manis, sehingga mendukung efektivitas

15
pengembangan akses makanan sehat yang dibuktikan dengan peningkatan air
mineral di sekolah mengurangi insiden dan prevalensi obesitas.
Strategi lain yang dapat digunakan untuk memper baiki perilaku makan
adalah dengan meningkatkan harga malanan dan minuman kurang sehat atau
mengurangi harga beberapa jenis makanan sehat. Sebagai contoh, pe- ndian
tentang pajak yang dikenakan pada makanan dengan gula tinggi ternyata
mampu menurunkan kon sumsi minuman ini (Wang, 2012). Untuk itu perlu
ada- ya subsidi pemerintah terhadap makanan yang sehat agar dapat dibeli
oleh masyarakat luas.
Strategi Aktivitas Fisik WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai
gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan
pengeluaran energi, termasuk kegiatan yang dilakukan saar bekerja, bermain,
berolahraga, melakukan pekerjaan nu- mah tangga, bepergian, dan terlibat
dalam kegiatan rekre a. Kenyataan saat ini, aktivitas fisik masyarakat sebagian
besar tergolong rendah dan banyak melakukan aktivitas faik kurang gerak.
WHO menyatakan sekitar 31% pen- daduk dewasa di dunia memiliki aktivitas
fisik kurang.
Penurunan aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang
meningkatkan prevalensi obesitas. Strategi yang komprehensif untuk
meningkatkan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik adalah dengan
melakukan secara aktivitas sehari hari ditambah dengan kegiatan lahan fisik
atau olahraga minimal kali seminggu selama jam atau 3 kali seminggu 20-30
menit. Upaya ini harus didukung gaman dan nyaman digunakan oleh
masyarakat pi pasar kebugaran, pusat olahraga terpadu atau area ahraga
sebagai tempat masyarakat melakukan rekreasi dan olahraga.
Penyediaan Fasilitas Kesehatan Masyarakat Tmelanya fasilitas
kesehatan masyarakat baik berupa nehatan masyarakat memegang peranan
penting da yang bersifat individual atau pusat layan- pencegahan obesitas.
Melalui pusat layanan kesehatan Indu, maka dapat dilakukan pemeriksaan
secara rutin ng perkembangan kesehatan, berat badan dan status individu yang
obesitas atau berisiko obesitas, Kepada da juga dapat diberikan edukasi dan

16
konseling ng bagaimana meningkatkan aktivitas fisiknya dan buah buahan.
Namun, perubahan perilaku makin penduduk tidak hanya memerlukan
perhatian yarg bersifat individual, tetapi juga peranan dari lingkung tempat
penyedia makanan dan minuman.
Upaya untuk memperbaiki lingkungan penyedia makanan dan minuman
dapat dilakukan dengan strategi meningkatkan akses makanan padar zar gizi
dan me ngurangi akses makanan dan minuman yang padat kalori Penelitian
juga menunjukkan bahwa tipe makanan dan minuman yang tersedia dan dijual
untuk konsumen memiliki peranan penting terhadap perilaku makan
konsumen. Konsumen yang tinggal di lokasi yang banyak menyediakan
makanan sehat seperti sayuran dan buah memiliki kualitas diet yang lebih baik
dibandingkan dengan konsumen yang tinggal di lingkungan ya banyak
menjual makanan dan minuman padat kalon dan sulit memperoleh makanan
sehat.
Pemerintah memiliki kekuatan atau wewenang k mengeluarkan suatu
kebijakan secara langsung den memerintahkan perusahan makanan dan
minuman unk menyediakan makanan yang memiliki standar gizi yang baik
terutama di sekolah atau fasilitas tempat i lainnya di masyarakat. Usaha untuk
mengurangi ak minuman yang banyak mengandung padar kalori hara
dilakukan dengan membuat aturan yang harus disepakat bersama oleh
produsen makanan atau pemilik fasilitas mengatur pola makan sehari-hari
yang memenuhi standar diet yang sesuai untuk tingkat obesitas yang
dialaminya obesitas. Adanya jaminan kesehatan yang diberikan ke pada
masyarakat juga memegang peranan penting dalam mendukung dan
memotivasi pasien obesitas. Jaminan ke sehatan mendorong pasien obesitas
melakukan pemeriksa an kesehatan rutin dalam rangka mencapai atau memper
tahankan kesehatan dan berat badan yang ideal.
1. Strategi Sekolah
Penggunaan sekolah merupakan salah satu strategi penting dalam
mencegah obesitas di kalangan anak dan remaja. sekolah. Upaya yang

17
dapat dilakukan untuk mencegah obesitas pada anak sekolah dengan cara
sebagai berikut.
2. Penyediaan makanan sekolah
Jika kita mengamati kantin sekolah, kita tidak dapat memungkiri
bahwa sebagian besar kantin sekolah masih menyediakan makanan ringan
dan minuman yang kurang schat. Makanan dan minuman yang tersedia
umumnya mengandung padat energi serta minuman yang banyak
mengandung pemanis buaran dan bahan pengawet lainnya. Hal ini tidak
disadari oleh anak-anak karena makanan tersebut memiliki penampilan
menarik dan rasa yang enak. Untuk itu perlu adanya kebijakan atau
program untuk mengatasi hal ini dengan melibatkan peran pihak sekolah
dan orang.
Program yang dapat dijalankan di antaranya penye diaan makanan
di sekolah yang mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan anak,
sehat serta aman dari berbagai senyawa berbahaya. Program ini dapat
dilakukan dalam bentuk School Feeding atau Pemberian Makanan.
Tambahan (PMT) anak sekolah dalam bentuk sarapan pagi, pada saat
istirahat atau makan siang menjelang pulang. Program ini berdampak
positif terhadap perbaikan perilaku makan dan asupan gizi anak sekolah.
3. Aktivitas fisik sekolah
Kegiatan aktivitas fisik di sekolah dapat dilakukan dengan pagi
setiap hari, kegiatan olahraga yang banyak memerlu kan gerakan tubuh
dan pengeluaran energi, serta beberapa anak. Beberapa penelitian
menganjurkan bahwa aktivitas fisik selama istirahat dapat ditingkatkan
melalui penyedia an fasilitas untuk aktivitas fisik, pusat bermain bagi anak
sekolah serta kegiatan ekstra-kurikuler yang banyak me merlukan
pergerakan fisik.
4. Edukasi gizi dan kesehatan
Pemberian edukasi gizi dan kesehatan yang diberikan di sekolah
sampai saat ini masih sangat terbatas. Kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman anak sekolah tentang pentingnya makanan

18
sehat bagi kesehatan serta mampu memilih makanan yang tepat. Kegiatan
ini dapat dilakukan dengan menambah kurikulum pendidikan gizi dan
kesehatan atau bekerjasama dengan institusi kesehatan dan ahli gizi
melalui program Usaha Kesehatan Sekolah.
5. Terapi Non-farmakologis
Penanganan obesitas secara non-farmakologis difokuskan pada
perbaikan lingkungan dan perilaku yang berkontri busi terhadap obesitas.
Model penanganan obesitas secara non-farmakologis harus menggunakan
strategi yang tepat dan berpedoman pada alcar masalah yang dihadapi.
Model ini juga sebaiknya menerapkan penanganan obesitas secara
interdisipliner oleh tim yang terdiri dari ahli gizi, spesialis olahraga, dan
terapis tingkah laku.
Mengingat obesitas sangat erat kaitannya dengan perubahan gaya
hidup masyarakat, baik menyangkut pola. makan dan aktivitas fisik kurang
gerak, maka WHO telah mencanangkan strategi global penanganan
obesitas secara non-farmakologis melalui modifikasi gaya hidup. Gaya
hidup merupakan cara hidup seseorang berdasarkan pola tertentu yang
dapat diidentifikasi dari perilakunya dan hasil refleksi dari interaksi antara
karakteristik individu, interaksi sosial, dan kondisi hidup sosial ekonomi
dan. lingkungan. Gaya hidup berkaitan dengan kebiasaan makan, aktivitas
fisik, penggunaan waktu dan lain-lain. Strategi modifikasi gaya hidup pada
obesitas difokuskan. pada perbaikan pola makan yang mengarah pada pola
makan sehat dan aktivitas fisik secara teratur disertai dengan edukasi
untuk perbaikan perilaku hidup sehat.
Modifikasi gaya hidup yang baik dapat dijadikan pedoman dalam
mengontrol perilaku orang yang obesitas dalam menurunkan berat badan
melalui tiga komponen utama yaitu perbaikan penerapan diet yang tepat,
pe ningkatan aktivitas fisik dan edukasi untuk memperbaiki terutama
perilaku makan. Dengan melakukan modifikasi gaya hidup yang
komprehensif akan dicapai penurunan berat badan yang lebih banyak
sehingga akhirnya meng arah pada pemeliharaan berat badan.

19
6. Perbaikan Pola Makan (Intervensi Diet)
Berbagai hasil penelitian telah menunjukkan bahwa obesitas banyak
dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti pola makan yang
cenderung tinggi energi dan lemak, rendah serat disertai dengan ska f
kurang gerak. Gaya hidup seperti itu dapat meningk asupan energi
berlebih dan pengeluaran karang sing menyebabkan peningkatan berat
badan dan menimb masalah kesehatan lainnya.
Perbaikan pola makan dapat dilakukan deng menganjurkan dan
menerapkan diet yang tepat Prin dari pengaturan diet adalah mengatur
jumlah, jenis las frekuensi makan dengan cara membatasi asap.m yang
dikonsumsi sehari-hari. Beberapa modif dapat diterapkan pada obesitas,
seperti diet renda rendah lemak, rendah energi tinggi protein, tingg rendah
lemak, diet glikemik rendah, dan lain Modifikasi tidak hanya dilakukan
terhadap jenis d jumlah zat gizi tetapi juga terhadap porsi, jenis bahan de
cara pengolahannya.
7. Diet pembatasan jumlah energi
Pedoman diet yang paling banyak digunakan penderita obesitas
adalah pembatasan jumlah me sebagai penentu utama penurunan berat
badan. Diet yag dianjurkan pada umumnya dalam bentuk low-calorie
(LCD) atau diet rendah kalori dan very low calori din (VLCD) atau diet
sangat rendah kalori. Pada ditt send kalori, dilakukan pengurangan energi
sebesar 500-1000 kalori sehari dari kebutuhan. Pengurangan ata
pembatasan energi 500-1000 kalori diharapkan dapu menyebabkan
penurunan berat badan sebanyak 05-10 kg/minggu. Diet sangat rendah
kalori mengandung me 400-800 kal/hari dan hanya diberikan kepada
penderita obesitas tingkat berat dengan IMT >40 kg/m². Penerapa diet
sangat rendah kalori akan menyebabkan penurunan berat badan sekirat 20
kg dalam 12 minggu (Nelm, 20111 Diet sangat rendah kalori harus
diawasi dengan ker karena berdampak pada gangguan metabolisme tubuh.
Di samping pembatasan jumlah energi, juga danju kan
menggunakan karbohidrat kompleks dan berbagi sumber seperti serealia,

20
kacang-kacangan, berman macam sayuran dan buah sebagai sumber serat,
viin dan mineral. Pemilihan bahan makanan juga agar de kan dengan pada
pola kebiasaan setempat, yang tercemin dari makanan yang disajikan
sehari-hari.
Diet tinggi protein, cukup karbohidrat, dan Lemak
Prinsip dan filosofi diet tinggi protein yang diterapkan pada
beberapa jenis diet seperti diet Atkins, Protein Fot Diet yaitu:
a. Tercapainya kehilangan berat badan sebagian bes disebabkan oleh
hilangnya air dan masa tubuh lemak dibandingkan dengan lemak tubuh
yang diperlukan untuk menurunkan risiko penyakit.
b. Setiap pola diet khusus dier ini terlalu kaku membatasi kelompok
makanan tertentu dan mendukung pe agurangan beberapa zat gizi
makanan dan tidak da pat mencapai RDA baik makro dan mikro-
nutrien.
c. Pada Atkins Diet, Protein power dan Stilman dict menganjurkan
asupan lemak yang bersumber lemak jesuh lebih rendah dibandingkan
(pengguna an lemak jenuh dianjurkan <10% dari total energi) karena
diperkirakan memiliki hubungan kuat dengan peningkatan faktor
risiko.
Walaupun banyak kelemahan yang dimiliki oleh Adkins Diet,
Power Protein dan Stilman diet, tetapi masih dapat beberapa kelompok
yang menggunakan diet ini walaupun beberapa dokter dan ahli ga ada
individ juan penggunaan diet ini, khususnya pada individu yang berisiko
terhadap masalah kesehatan sehingga peng gan dan penerapan diet ini
harus berada di bawah pengawasan dokter dan ahli gizi.
8. Diet rendah lemak.
Diet rendah lemak didasari oleh konsep bahwa asupan lenak pada
diet secara positif berhubungan dengan berat badan karena lemak
merupakan zat gizi yang paling padar energi. Hal ini dipercaya menjadi
kunci mekanisme pada aver konsumsi yang pasif dan penambahan berat

21
badan (HB) ketika dibandingkan dengan dengan diet rendah leuk dengan
proporsi tinggi protein dan tinggi karbohidrat.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet pe gangan lemak,
menyebabkan pengurangan BB dan idak menyebabkan penambahan BB,
bahkan dapat djalikan pencegahan obesitas. Namun, penerapan diet ndah
lemak saja tidak dapat memecahkan masalah peaganaran berat badan
dalam jangka panjang. Dier dengan pengurangan lemak (20-30% total
energi) lebih danjurkan dibandingkan dengan diet rendah lemak (20%
toral energi) karena beberapa jenis lemak memiliki pran penting bagi
tubuh seperti mono unsaturated fatty kondisi fisik seseorang. (MUEA) dan
pely unsaturated fatty acid (PUFA).
9. Diet formula atau makanan pengganti (meal replacement)
Diey formala makanan pengganti (mnal replacement) di kinkan
sebagai penyediaan dier komersial berupa produk siap saji yag difortifikasi
dengan vitamin dan mi sunnuk menggantikan satu atau dua bahan
makanan bekleti tinggi yang biasa dikonsumsi setiap hari. Pada umumnya,
dict formula pengganti di dalamnya me dung 5 g serat. 10-14 g protein,
dan sejumlah labohidrat, 10 g lemak dan 25-30% anjuran kecukupan
vitamin dan mineral.
Diet sangat rendah kalori atau sery low calorie diet (VLCD) dapat
digolongkan ke dalam diet formula peng ganti total yang mengandung
400-800 Kalori. Jika diet formula pengganti mengandung 800-1200 kalori
disebut diet rendah kalori. Pada diet formula pengganti menggunakan 3
porsi/hari 2 macam kudapan (nack) yang memiliki nilai sama dengan 5
porsi buah dan sayur dalam menu normal. Melalui diet ini, diharapkan
dapat membantu mengurangi berat badan atau menjaga berat badan secara
signifikan. Namun demikian, dalam menu ini juga harus dijamin bahwa
produk mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan dan protein
yang dibutuhkan setiap hari.

22
10. Peningkatan Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
rangka yang membutuhkan pengeluaran energi, termasuk kegiatan yang
dilakukan saat bekerja, bermain, melakukan latihan fisik atau berolahraga,
melakukan pe kerjaan rumah tangga, bepergian, dan terlibat dalam ke
giatan rekreasi (WHO, 2015). Peningkatan aktivitas fisik juga merupakan
salah satu target dalam modifikasi gaya hidup pada obesitas. Aktivitas
fisik yang dilakukan secara teratur dan dalam jumlah cukup dalam sehari
dapat mengontrol berat badan dan mempertahankannya agar tetap stabil,
meningkatkan kebugaran dan kesehatan se hingga dapat mengurangi risiko
berbagai penyakit (CDC, 2015).
Untuk meningkatkan aktivitas fisik yang saat ini cenderung bersifat
sedentary (kurang gerak) maka perlu dilakukan latihan fisik. Latihan fisik
atau olahraga me rupakan bagian dari aktivitas fisik yang direncanakan,
terstruktur, berulang-ulang, dan bertujuan untuk mening katkan atau
mempertahankan satu atau lebih komponent kebugaran fisik (WHO,
2015). Jenis aktivitas fisik ini dalam pelaksanaannya harus memperhatikan
frekuensi, durasi dan intensitas serta disesuaikan dengan umur dan Untuk
mempertahankan kesehatan dan mencegah penambahan berat badan, maka
orang dewasa umur 18 60 tahun dianjurkan untuk melakukan aktivitas
fisik sehari-hari disertai latihan fisik tingkat sedang selama 60 menit 1 kali
seminggu atau selama 20-30 menit dengan frekuensi 3 kali seminggu
dalam bentuk jalan cepat dan jogging atau juga dengan melakukan senam
aerobik 20 30 menit dengan frekuensi 2-3 kali seminggu.
Pada usia dewasa diharapkan melalukan latihan fisik dengan
intensitas ringan sampai sedang dengan denyut jantung seseorang harus
mencapai 50-70% detak jantung maksimum, yang dihitung dari detak
jantung maksimum dikurangi dengan umur sehingga diperoleh denyut
jantung per menit. (denyut jantung maksimum 220)-umur =
Denyut jantung permenit (dpm)

23
Contal: Seorang usia 50 tahun melakukan aktivitas fisik intensitas
ringan, maka dihitung dengan rumus yaitu 220 -50-170 dpm. Maka orang
yang berusia 50 tahun akan memerlukan bahwa denyut jantung tetap
antara 50-70%) dpm yaitu 85 dan 119 dpm selama aktivitas fisik

Perubahan (Perbaikan) Perilaku


Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap (Skiner
dalam Noto Atmojo, 2007). Perilaku terjadi melalui proses adanya
stimulus terhadap organisme dan organisme memberikan respons. Terapi
perilaku pada obesitas bertujuan membantu individu yang mengalami
obesitas mengubah dan memperbaiki pola berpikir tentang pola makan dan
aktivitas fisik yang dapat memengaruhi berat badannya melalui teknik
tertentus, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah pola makan yang
baik dan aktivitas fisik teratur.
Beberapa metode perubahan perilaku dapat diterap kan terhadap
orang obesitas. Perubahan perilaku pada ke gemukan dan obesitas secara
sederhana dilakukan dengan memberikan edukasi dan pendidikan tentang
giai. Pem- berian informasi kepada individu melalui edukasi ke-
mungkinan akan memberikan perubahan perilaku atau mengurangi risiko
kesehatan. Edukasi giri dilakukan dengan mengajarkan partisipan untuk
menguragi asupan energi dan meningkatkan pengeluaran energi.
Tercapainya perubahan perilaku tersebut bergantung pada teknik edukasi
serta pendekatan atau model perubahan perilaku yang digunakan.

Farmakoterapi
Obat-obatan dapat digunakan bersama dengan diet dan aktivitas
fisik pada pasien obesitas yang memiliki IMT >30 kg/m² atau pasien
dengan IMT >27 kg/m³ yang sudah memiliki faktor risiko atau penyakit.
Farmakoterapi juga dapat dilakukan pada pasien yang gagal mencapai
tujuan pada terapi modifikasi gaya hidup melalui diet atau latihan fisik
atau keduanya. Pengggunaan obat-obatan dalam menurunkan berat badan

24
pada obesitas dapat di bagi menjadi dua bagian pokok yaitu obat yang
menekan nafsu makan (proses berpusat pada sistem saraf) dan obat yang
menghambat kerja enzim lipase (proses pada sistem gastrointestinal). Obat
yang menekan nafsu makan di antaranya sibutramin, penthemine,
bupropion. Adapun obat penghambat kerja lipase adalah oristat dan leptin.
Semua obat memilki efek samping tersendiri sehingga harus diberikan
dalam dosis yang tepat. Beberapa jenis obat antiobesitas tidak
direkomendasikan bagi anak, ibu hamil, dan ibu menyusui karena dapat
menyebabkan gangguan kesehatan golongan tersebut.

Terapi Pembedahan.
Terapi pembedahan dapat menjadi sebuah alternatif yang cukup
efektif untuk menangani obesitas. Terapi i utama diberlakukan pada pasien
obesitas berat yang miliki IMT >40 kg/m² atau pasien obesitas dengan M
>35 kg/m yang memiliki risiko tinggi sep penyakit kardiovaskular atau
diabetes melin pembedahan juga dapat diberikan pada pasien yang p
dalam mencapai target berat badan melalui mod gaya hidup atau obat.
Pembedahan yang sering diguna adalah melalui gastric by pas dengan
najuan menghunia dan mengurangi absorpsi makanan. Penggunaan tapin
harus berhati-hati dan mengikuti prosedur kama berbahaya bagi orang
obesitas
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bubwa stagi pembedahan
cukup efektif bagi pasien dengan obsta berat, sebagian besar pasien
kehilangan B8 sekitar 30 40% dan mampu mempertahankan penurunan
anda 1-2 tahun pasca-operasi dan uloses mempenaha serta menurunkan
berat badan hingga 60%. Manfalin nya dari terapi pembedahan adalah
berkurangnya aku penyakit kardiovaskular dan DM tipe 2 dan kanker.

25
PENATALAKSANAAN TERAPI GIZI PADA OBESITAS
Saat ini penatalaksanaan obesitas berpedoman pada mod Nutrition Care
Proce (NCP) atau Pedoman Asuhan Gi Terstandar (PAGT). Adapun langkah
langkah dalam pe natalaksanaan obesitas adalah sebagai berikut."

Pengkajian Gizi
Pengkajian gizi meliputi data antropometri, hinkima klinik/fisik,
diet/riwayat makan yang dikenal dengan data ABCD di tambah dengan riwayat
personal.
Antropometri
Penentuan tingkat kegemukan dan ou antropometri didasarkan pada
perhitungan IMT pengukuran akurat berat badan dan tinggi badan, massa tubuh
dan lingkar pinggang digunakan am menilai derajat obesitas dan monitoring
respons terhadap terapi yang diberikan. Penggunaan an harus hati-hati pada
kondisi tertentu, karena tidak kondisi dapat dinilai menggunakan IMT Penilaian
klinis harus dipergunakan dalam menginterpreta IMT seseorang yang sangar
berotot, kehilangan masa otot yang berlebihan, pendek, kondisi edema dan asites.
Pengukuran lingkar pinggang digunakan untuk menilai obesitas abdominal, tetapi
pada individu obesitas droge IMT kurang lebih 35 kg/m2, tidak diperlukan
pengukuras lingkar pinggang karena hal ini bukan untuk mengklasifikasikan
risiko penyakit. Selain data IMT dan lingkar ping penilaian antropometri juga
dapat menggunakan pakuran lemak tubuh yang dinyatakan dalam persen. Se
seorang dikatakan gemuk persen lemak tubuh >25% pada laki laki dan >31% pada
wanita.
Biokimia, fisik, dan klinik
Penilaian secara biokimia meliputi penilaian terhadap be- obesitas seperti kadar
glukosa darah, profil lipid (kadar trigliserida, kolesterol total, koletserol HDL dan
LDL). Pemeriksaan klinis lebih banyak dilakukan oleh dokter yang meliputi
pemeriksaan tekanan darah dan kadar dalam keluarga. lemak tubuh. Penilaian
harus dilakukan dengan saksama la ditemukan adanya gejala sindrom metabolik.

26
Riwayat Diet
Riwayat diet dan pola aktivitas fisik merupakan bagian penting dalam
menentukan terapi diet obesitas. Penilaian iwayat makan meliputi kebiasaan
makan, jenis dan frekuensi penggunaan bahan makanan/makanan ter ama
makanan yang memiliki densitas tinggi energi perti makanan yang manis dengan
kadar gula tinggi. makanan yang digoreng. Pasien juga ditanyakan jumlah atau
poni yang dikonsumsi setiap hari serta pengetahuan ang gizi seimbang dan
obesitas. Pengumpulan data dapat menggunakan formulir Semi-quantitative Food
Frequency Questionaire (SQ- FFQ), form recall 2x24 jam atau form pericatatan
makanan untuk individu. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan kebutuhan
sehingga diperoleh persentase asupannnya dalam sehari.

Riwayat personal
Pada riwayat personal, perlu digali data tentang demografi, adanya
penyakit yang pernah diderita atau penyakit yang menyertai saat ini seperti
kardiovaskular, DM tipe 2. artritis, dan sleep apnea serta riwayat obesitas dan
penyakit
Pada pasien juga diidentifikasi faktor-faktor yang menghambat motivasi
pasien untuk mengubah perilaku nya dalam menjalankan gaya hidup yang sehat
dan upaya upaya untuk menurunkan berat badannya seperti tingkat stres yang
dialami dan upaya untuk menghilangkan stres, depresi, kepuasan terhadap hasil
yang telah dicapai, ke nyamanan dan lainnya. Pasien dengan kehamilan, ano
reksia nervosa, gangguan mental tidak dilakukan asesmen tetapi dirujuk untuk
ditangani lebih lanjut.
Penilaian terhadap aktivitas dengan cara mengajukan pertanyaan tentang
jenis aktivitas fisik yang dilakukan, banyaknya waktu yang dihabiskan untuk
melakukan kegiatan pekerjaan rumah, tidur, bekerja, menonton TV. melakukan
perjalanan, rekreasi, olahraga dan lain lain.

27
Tabel 23.3 Ringkasan pengkajian gizi pada kegemukan dan obesitas

● antropometri Tinggi badan, berat badan saat ini


Riwayat berat badan (BB) sebelumnya, berat
badan biasanya Berat badan ideal/IMT
Lingkar pinggang dan lingkar pinggul.
● Biokimia, fisik, dan klinik
Data laboratorium pengukuran sindrom
metabolik seperti: kadar glukosa darah, kadar
kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida,
● Riwayat diet tekanan darah, lemak tubuh, protein viseral
Asupan makanan:
● Asupan 1-2 x 24 jam, riwayat diet,
metode penyiapan dan pemasakan
makanan di rumah, porsi makan,
frekuensi konsumsi, kebiasaan
konsumsi makanan dengan densitas
tinggi
● Penggunaan suplemen vitamin,
mineral, alkohol
● Alergi makanan, intoleransi makanan.
● Penggunaan obat obatan dan
suplementasi herbal
● pengetahuan/kepercayaan dan sikap:
pengetahuan sebelumnya atau
pengetahuan tentang
● diet sebelumnya
● Perilaku dan kebiasaan makant
● Pembatasan makanan sebelumnya
● Akses makanan
● kemampuan untuk membeli makanan
● Riwayat personal dalam jumlah yang cukup

28
● Riwayat pribadi
● kemampuan untuk makan sendiri
● Kemampuan untuk memasak dan
memasak makanan
Tingkat pendidikan:
● Suku, budaya dan kepercayaan
● Riwayat medis keluarga: adanya
risiko penyakit yang dikembangkan
sebagai sindrom terapi/pengobatan
yang pernah dilakukan dan obat
obatan yang digunakan
● Riwayat sosial: sosial ekonomi dan
sistem sosial

Diagnosis gizi
Data yang telah dikaji pada pengkajian gizi selanjutnya dianalisis dan
disintesis untuk menetapkan diagnosis gizi. Diagnosis gizi dibagi menjadi tiga
domain yaitu asupan domain,domain fisik, dan domain klinik.
Domain asupan
Masalah yang sering dijumpai pada kegemukan dan obesitas adalah:
1. Kelebihan asupan energi, karbohidrat, dan lemak berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan tentang gizi seimbang yang ditandai oleh asupan energi, protein,
dan lemak melebihi kebutuhan.
2. Gangguan pola makan yang berkaitan dengan adanya. tekanan dan rasa malu
mengalami obesitas yang ditandai oleh makan dalam jumlah
berlebihan,memuntahkan makanan yang dimakan.
3. Asupan energi dan lemak berlebih berkaitan dengan kebiasaan makanan dan
makanan tidak tepat yang ditandai dengan konsumsi makanan cepat saji dan
junk food >3 kali sehari, asupan energi dan lemak lebih dari kebutuhan.
Domain klinis
29
Kelebihan berat badan yang berhubungan dengan asupan energi melebihi
kebutuhan dan aktivitas fisik yang kurang (tidak pernah berolahraga) ditandai oleh
IMT >27 kg/m², lemak tubuh >35%.
Domain Perilaku
1. Kebiasaan makan yang salah berkaitan dengan ku rangnya pengetahuan
tentang gizi seimbang yang ditunjukkan oleh pola makan dengan tinggi lemak,
karbohidrat, dan rendah serat.
2. Aktivitas fisik yang kurang berhubungan dengan ter sedianya berbagai macam
yang diperlukan dan kurangnya motivasi untuk melakukan pergerakan yang
ditandai oleh IMT >27 kg/m², aktivitas menetap
Intervensi Gizi
Intervensi gizi berdasarkan masalah yang dirumuskan pada diagnosis gizi.
Intervensi gizi terd dua komponen utama, yaitu terapi diet dan edukasi konseling
gizi.
Terapi diet obesitas
1. Tujuan utama. Tujuan utama dari terapi diet pada obesitas adalah mengurangi
atau menurunkan badan, dan mencegah penambahan berat badan sehingga
dapat mempertahankan BB mencapai 88 ideal dan indeks massa tubuh normal
dengan tentang IMT 18,5-24,9 kg/m² melalui terapi diet dengan cara.
a. Menurunkan asupan energi minimal 500 kalori hari dari kebutuhan yang
biasanya.
b. Turunkan berat badan secara bertahap 105 1 kg/minggu dengan
menurunkan asupan dan meningkatkan aktivitas fisik.
c. Meningkatkan pengetahuan tentang pola makan dengan gizi seimbang
dengan memberikan edukasi tentang gizi seimbang.
2. Mempertahankan berat badan buruk didefinisikan sebagai pengurangan berat
badan kurang sebanyak 13 kg dalam waktu 2 tahun pengurangan lingkar
pinggang yang stabil sebanyak cm. mempertahankan berat badan sangat pada
penerapan diet energi rendah yang padat gizi dan peningkatan aktivitas fisik
secara konsisten dan berkelanjutan. Perlu adanya monitoring yang intensif dari
ahli gizi melalui komunikasi sar kunjungan rutin ke klinik, melakukan

30
kunjungan rumah, membuat kelompok pertemuan dan tetap memberikan
motivasi pasien untuk tetap menjaga dan memelihara berat badan dengan baik.

● energi Pengurangan 500-1000 kal/hari dari asupan


biasanya
● Total lemak Maksimal 30% kalori
● Asam lemak jenuh 8-10% total energi
● Asam lemak tak jenuh tunggal >15% total energi
● Asam lemak tak jenuh ganda >10% total energi
● Kolesterol <300 mg/hari
● Protein 15% total energi
● Karbohidrat >55% total energi
● Sosium 2,4 g/hari atau sekitar 6 gram garam dapur
● Serat 20-30 g/hari
● Calsium 1000-1500 mg/hari

2. Merencanakan kebutuhan energi dan zat gizi.


Terapi diet yang dianjurkan untuk obesitas adalah diet rendah energi
perencanaan kebutuhan energi dan gizi disesuaikan dengan tingkat obesitas
yang dialami dan penurunan kebutuhan energi mulai dengan mengurangi
minimal 500 kal/hari dari kebutuhan biasanya. Pengurangan energi sebanyak
500 kal/hari mampu menurunkan berat badan sebanyak 0,5 kg/minggu,
sehingga diperkirakan penurunan berat badan dalam jangka waktu 3 bulan
sebanyak 6 kg atau sekitar 7-10% dari berat badan sebelum melaksanakan
terapi diet. Syarat diet pada diet low energi yang dikenal dengan low calorie
diet (LCD) seperti yang pasti oleh Nastional Institute of Health adalah sebagai
berikut.
Pelaksanaan terapi diet bagi orang Indonesia hampir sama dengan
komposisi diet tersebut. Menurut Penuntun Diet (2004), diet rendah energi
adalah sebagai berikut.

31
a. Energi rendah dengan pengurangan 500-1000 kal/hari untuk mencapai
penurunan berat badan 0,5-1 kg/minggu, yang diberikan secara bertahap
dengan mempertimbangkan kebiasaan makan secara kualitas dan
kuantitas.
b. Protein diberikan 1-1,5 gram atau 15-20%total kebutuhan energi/hari.
c. Lemak sedang yaitu 20-30% dari total kebutuhan energi, dengan
penyediaan sumber asam lemak tak jenuh ganda yang kadarnya tinggi.
d. Karbohidra sekitar 55-65% total kebutuhan energi, dengan
mengutamakan lebih banyak pada karbohidrat kompleks untuk
memberikan rasa kenyang lebih lama dan mencegah konstipasi. Kurangi
penggunaan gula sederhana dan dapat diganti dengan gula buatan seperti
sorbito, sakarin siklamat.
e. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan.
f. Cairan yang diberikan cukup 8-10 gelas sehari.
3. Diet Macam dan indikasi pemberiannya.
Berdasarkan Penuntun Diet (2004), macam diet dan indikasi pemberian
diet rendah energi dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Diet energi rendah (1200 Kal)
2. Diet energi rendah (1500 Kal)
Diet energi rendah yang diberikan kepada penderita obesitas dengan IMT
>25 kg/m² dan diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan
penerimaan sampai mencapai BB normal. Penerapan diet ini memerlukan
monitoring dari ahli gizi.
4. Perencanaan menu diet energi rendah sesuai kebutuhan:
a. Menetapkan kebutuhan dan standar diet yang diberikan, meliputi jumlah
energi yang diberikan, proporsi zat gizi karbohidrat, protein dan zat gizi
lainnya, frekuensi pemberian, porsi makan dan jenis bahan makanan yang
dapat ditingkatkan dan jenis bahan makanan yang perlu dibatasi
penggunaannya.
b. Menetapkan pemberian makanan. Pada umumnya makanan lebih disukai
dalam bentuk makanan biasa, kecuali jika ada indikasi tertentu yang tidak

32
memungkinkan pemberian makanan biasa seperti gangguan pencernaan
(gigi geligi). gangguan saluran pencernaan atas atau bawah.
c. Frekuensi makan, disarankan dengan 3 kali makan utama dan 2-3 kali
selingan dengan porsi yang sesuai.
d. Penggunaan bahan makanan memperhatikan penggunaan bahan makanan
dengan densitas energi rendah. Karbohidrat di utamakan karbohidrat
kompleks dengan kan dungan serat yang lebih tinggi seperti serealia, nasi,
jagung, ubi, sayuran dan buah-buahan.Konsumsi karbohidrat sederhana
dikurangi karena memiliki densitas energi dan mu dah diserap seperti gula,
makanan manis dan makanan gurih. Protein hewani disediakan dengan
kandungan sedikit lemak, seperti ayam tanpa kulit, susu rendah lemak,
konsumsi protein nabati seperti kacang-kacangan dan hasil olahannya,
karena selain mengandung protein yang tinggi juga mengandung serat
yang cukup terutama serat larut. Usahakan mengonsumsi sayuran dan
buah lebih banyak karena memberikan rasa kenyang lebih lama dan
memperlancar proses pencernaan. Buah yang memiliki rasa manis lebih
sedikit dengan kandungan air yang lebih banyak.
e. Pengolahan makan sebaiknya dengan banyak. merebus, mengukus atau
panggang serta mengurangi makanan yang digoreng untuk mencegah
pemakaian dan penyerapan minyak berlebih. Lemak dan minyak
merupakan makanan dengan kandungan padat.

Penyuluhan dan konsultasi gizi


Agar diet yang diterapkan dapat dijangkau dengan baik dan dipatuhi oleh
penderita obesitas, maka sangat diperlukan adanya pemberian edukasi gizi
maupun konsultasi gizi. tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan dan
memperbaiki gaya hidup khususnya perilaku atau pola kebiasaan makan yang
kurang baik yang memicu terjadinya obesitas. Kegiatan yang dilakukan pada
penyuluhan Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengukur ke lan
konsultasi gizi adalah:

33
1. Memberikan informasi tentang diet yang dijalankan, tujuan diet,
persyaratan, makanan yang harus dikonsumsi dan dibatasi penggunaannya,
frekuensi makan dan porsi makan dalam sehari.
2. Memberikan informasi tentang kandungan energi berbagai jenis makanan
serta komposisi makanan. (lemak, karbohidrat, protein, dan serat).
Informasi LDL). ini akan sangat membantu sasaran dalam memilih
makanan yang tepat khususnya makanan yang memiliki kepadatan energi
rendah.
3. Memberikan informasi tentang cara memilih makan yang tepat serta cara
membaca label makanan yang dikemas. Saat ini begitu banyak produk
makan- kemasan yang dijual di pasaran. Label pembaca pada produk
makanan yang dikemas sangat penting terutama komposisi bahan utama
dan bahan tambah makanan. Tujuannya adalah untuk menghindari
penggunaan bahan tambahan makanan yang berbahaya, pemalsuan serta
tanggal kadaluarsa makanan.
4. Memberikan informasi cara pengolahan makanan yang baik dan benar dan
menyenangkan untuk mengurangi penggunaan makanan padat kalori.
5. Memberikan penjelasan tentang perubahan pola dan kebiasaan makan
sesuai dengan kebutuhan energi dan zat selama menjalankan diet energi
rendah.
6. Memberikan informasi tentang cara pengaturan makan dan cara untuk
meningkatkan aktivitas fisik.
7. Menganjurkan terhadap porsi makanan padat energi dan meningkatkan
asupan makanan dengan kepadatan energi rendah.
8. Memberikan motivasi dan jalan keluar cara mengatasi berbagai hambatan
dan perubahan pola makan.
9. Gunakan alat bantu selama memberikan konsultasi gizi seperti model
makanan, leaflet diet energi rendah, gizi seimbang.
10. Menanyakan kembali kepada tentang hal hal yang sudah dijelaskan untuk
menilai pengetahuannya.

34
Konseling gizi pada terapi perilaku yang dilakukan dengan berbagai
metode termasuk pemantauan diri sendiri), kontrol dan stimulasi untuk
meningkatkan kepatuhan dan motivasi, pemberian penghargaan, dan lain-lain.
Berbagai metode tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menghilangkan berbagai faktor penghambat dalam penerapan diet, aktivitas
fisik, dan perbaikan gaya hidup sehingga tujuan penurunan dan pemeliharaan
BB tercapai dengan baik.
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengukur ke berhasilan
pelaksanaan terapi sesuai dengan tujuan interVensi pada penderita obesitas.
Indikator yang dimonitor dan selama periode tersebut meliputi:
1. Penurunan berat badan dan perubahan IMT, lingkar pinggang/perut.
2. Perubahan nilai biokimia seperti profil lipid (kadar) kolesterol total,
trigliserida, kolesterol HDL dan LDL)
3. Perubahaan asupan energi dan zat gizi dan aktivitas fisik.
4. Perubahan sikap dan perilaku makan dan ketaatan diet.
Pengukuran terhadap indikator tersebut dapat dilakukan secara periodik.
Penderita diminta mencatat dan melaporkan asupan makanan dan aktivitas
fisik yang dijalankan setiap hari. Mencatat hasil pen berat badan dan
perubahannya dan dilaporkan kepada petugas. kesehatan. Hasil evaluasi
tersebut merupakan indikator tentang keberhasilan pelaksanaan terapi diet
yang dilakukan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan lanjutan
pelaksanaan.
Rencana Tindak lanjut
Rencana tindak lanjut merupakan upaya yang akan dilakukan sesuai
dengan hasil yang diperoleh saat pemantauan dan evaluasi. Jika dalam proses
evaluasi tercapai penurunan berat badan yang diharapkan, maka selanjutnya
penderita obesitas terus diberikan motivasi untuk melanjutkan penerapan diet
dan aktivitas secara konsisten. Bila target penurunan berat badan belum
tercapai, maka perlu dilakukan pengkajian ulang serta memperbaiki komponen

35
asuhan termasuk perbaikan terhadap teknik perubahan perilaku pada individu
obesitas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar program manajemen obesitas
berjalan dengan baik yaitu:
1. Membuat komitmen bersama. Komitmen ini sangat penting untuk
keberhasilan dan keberlangsungan program yang dijalankan. Kepada
individu obes harus ditumbuhkan kesadaran dan motivasi tentang
pentingnya memperbaiki pola makan dan gaya hidup. Perugas, ahli gizi,
maupun praktisi ber kolaborasi tujuan bersama sama membantu penderita
dalam mencapai penatalaksanaan obesitas yaitu penurunan dan
pemeliharaan BB.
2. Buat perencanaan dan jadwal dengan baik. Setiap program harus disusun
dan direncanakan sebaik-baiknya agar dapat berhasil dengan baik. Untuk
menyusun rencana, buat skala prioritas kegiatan yang tidak mengganggu
aktivitas kerja sehari-hari. selalu berkomitmen untuk mematuhi
mengurangi makanan dan minuman manis rencana dan jadwal kegiatan
yang baik itu menyangkut kegiatan makan, pelaksanaan dan latihan fisik.
Konsumsi buah dan sayuran 25 porsi sehari Membatasi konsumsi TV,
bermain komputer, game/
3. Pemantauan diri sendiri. melakukan pemantauan secara mandiri penting
terutama bagi program penu- runan dan pemeliharaan berat badan jangka
panjang. penderitaan dapat mencatat secara rutin asupan makanan setiap
hari, aktivitas fisik. yang dan melakukan penimbangan berat badan baik
secara mandiri maupun dengan bantuan petugas. semua. dicatat dalam
log book yang dapat dijadikan kontrol dan evaluasi untuk perbaikan
pelaksanaan tahap berikutnya. Kepada mereka perlu diberikan.
penghargaan atas pelaksanaannya dan meningkatkan motivasinya dalam
program.

36
a. Kendalikan diri dan kendalikan berat badan Mengubah pola kebiasaan
makan yang biasa dijalankan cukup sulit, untuk penderita obesitas harus
menjalankan perubahan, selalu berpikir positif serta berusaha untuk
menghilangkan berbagai hambatan baik dari diri sendiri maupun dari
lingkungan sekitar. Perlu kontrol diri yang baik dengan selalu fokus dan
berkonsentrasi tentang tujuan yang ingin dicapai. Makanlah makanan
dengan jadwal yang teratur dengan makanan rendah lemak dan rendah
tidak padat melakukan olahraga secara teratur setiap minggu s Selama
menjalankan program, berat badan tidak selamanya mengalam kadang
berat badan naik terutama pada mereka y Pada saat sudah tercapai b
mengganggap sudah berhasil dan n pola kebiasaan semula. Kembali
makan makanan Hal yang selalu diingat bahwa penurunan berat badan
tidak dapat dilakukan secara instan dan mencapai berat badan ideal dalam
waktu yang singkat. Hal ini justru akan dapat menyebabkan masalah
kesehatan lainnya. Untuk itu seseorang harus dapat membuat target
penurunan berat badan realistis yang dapat memperbaiki tekanan darah,
profil lipid, dan kadar glukosa darah. lemak yang menjadi kesukaannya.
Apalagi lingkungan banyak menawarkan peluang untuk mengonsumsi
kembali makanan tersebut. Untuk itu perlu selalu mengingat komitmen
yang dijalankan. Bila perlu buat suatu kalender berat badan yang dapat
diamati sehingga dapat membantu menjaga BB tetap stabil.
b. Buat target realistis: Upaya penurunan berat badan harus dilakukan secara
bertahap dan realistis.

37
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obesitas dan kegemukan merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan
energi dalam tubuh yaitu asupan energi yang berlebihan dan pengeluaran
energi yang sedikit. Ketidakseimbangan ini menimbulkan timbunan lemak
berlebihan yang dapat menimbulkan berbagai penyakit tidak menular seperti
diabetes melitus, penyakit kardiovaskular dan kanker dan lainnya. Kondisi ini
didahului oleh suatu sindrom yang disebut dengan sindrom metabolik ditandai
oleh peningkatan (MT, peningkatan kadar glukosa darah, peningkatan tekanan
darah dan perubahan profil lipid (peningkatan kolesterol trigliserida, LDL dan
penurunan nilal HDL). Obesitas dinilai dengan menggunakan indeks
antropomet yaitu IMT (berat badan [kg]/TB [m2], di samping juga dapat
dilakukan dengan mengukur lingka pinggang dan perut maupun masa lemak
tubuh dengan menggunakan metode tertentu.
Obesitas disebabkan oleh asupan energi berlebihan dan pengeluaran
energi yang kurang. Kondisi in disebabkan oleh faktor risiko yang bersifat
multifaktorial serta saling berhubungan satu sama lainnya diantaranya: faktor
genetik, faktor lingkungan biologik, fisik, sosial serta faktor perilaku. Faktor
lingkungan dan perilaku terutama gaya hidup masyarakat memegang peranan
yang sangat be terhadap timbulnya obesitas. Adanya transisi demografi
menyebabkan perubahan gaya h masyarakat ke arah gaya hidup sedentary
(kurang gerak) yang disertai dengan pola makan tidak sehat dengan ciri tinggi
energi, tinggi lemak tetapi rendah serat dan zat gizi mikro. Aktivitas fisik
rendah dengan asupan energi berlebihan menyebabkan timbunan energi dalam
tubuh yang mengata kepada terjadinya obesitas. Untuk mengatasi hal tersebut,
maka diperlukan upaya pencegahan dan j penanggulangan obesitas agar tidak
berkembang dan menimbulkan masalah kesehatan lebih lanjut, seperti
timbulnya komplikasi penyakit yang sangat merugikan dan menimbulkan
beban ekonomiyang lebih besar.

38
Upaya pencegahan terhadap obesitas harus bersifat komprehensit yang
melibatkan masyarakat, lingkungan keluarga dan sekolah, produsen makanan
dan pemerintah. Menurut US Institute Medicine (2012), upaya pencegahan
obesitas meliputi empat pokok kegiatan, yaitu: perbaikan di bidang
penyediaan makanan dan minuman, peningkatkan aktivitas fisik, penyediaan
layanan kesehatan yang memadai serta perbaikan lingkungan sekolah
khususnya bagi anak sekolah. Menurut WHO, penanggulangan obesitas
difokuskan pada perubahan gaya hidup dengan pola makan yang benar disertai
aktivitas fisik cukup dan perubahan perilaku kearah perilaku gaya hidup sehat.
Penatalaksanaan obesitas meliputi tiga komponen
pokok, yaitu terapi non-farmakologis yaitu modifikasi gaya hidup yang
difokuskan pada terapi diet atau perbaikan pola makan, peningkatkan vitas,
dan edukasi gizi untuk memperbaiki perilaku makan dan aktivitas individu
yang obes Farmakoterapi dengan cara pemberian obat obatan yang dapat
menghambat penyerapan energi dan menimbulkan rasa kenyang lebih lama
dan terapi pembedahan dilakukan pada penderita obesitas berat yang tidak
dapat diatasi dengan modifikasi gaya hidup dan obat obatan serta memiliki
IMT >40.
Penatalaksanaan terapi diet pada penderita kegemukan dan obesitas
berpedoman pada konsep Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) yaitu
pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring evaluasi.
Pemberian terapi diet pada obesitas pada umumnya bertujuan menurunkan
berat badan serta menjaga/memelihara berat badan mencapai berat badan
ideal. Berbagai kombinasi jenis diet dapat diberikan pada penderita obesitas,
tetapi pada prinsipnya diet yang diberikan adalah dengan mengurangi asupan
energi dalam bentuk diet rendah Energi dengan pengurangan energi 500-1000
Kalori sehari disesuaikan dengan tingkatan obesitas yang dialami dan tidak
mengganggu metabolisme tubuh. Melalui diet ini diharapkan terjadi
penurunan BB sekitar 0,5-1 kg/minggu yang relatif aman. Pemberian diet ini
dari segi frekuensi dan jenis bahan makanan, disesuaikan dengan kebiasaan
makanan sehari hari. Pembatasan dilakukan pada jenis bahan makanan yang

39
memiliki densitas tinggi energi seperti makanan yang mengandung gula
tinggi, tinggi lemak serta diutamakan mengonsumsi makanan dengan densitas
energi rendah seperti sumber protein, sayuran, dan buah-buahan.

B. Hasil diskusi dan pertanyaan


1. Iza arada kelompok 4
Jelaskan mengapa faktor genetik perilaku dan lingkungan fisik dan
biologis yang dapat menyebabkan obesitas? Apakah ada faktor lain ?
Jawaban : faktor lingkungan tersebut relatif cukup banyak,mulai dari pola
makan yang tidak sehat (banyak mengonsumsi makanan / minuman manis,
gorengan - gorengan, daging merah), aktifitas yang rendah ( terlalu banyak
menonton, tidak bergerak, tidak cukup tidur), dan lingkungan bersifat
tokxik yang memberikan akses mudah kepada makanan dan minuman
yang tidak sehat ( banyak retauran cepat saji,teman, keluarga, yang juga
melakukan pola hidup yang sama) faktor lain yang dapat mempengaruhi
obesitas yaitu stres, dan konsumsi obat-obatan tertentu yang dapat
meningkatkan resiko terkena obesitas.
2. Ansori agustian kelompok 1
Apakah obesitas dapat menyebabkan kanker, jika bisa sebutkan jenis-jenis
kanker?
Jawaban : bisa menyebabkan kanker,
jenis - jenis kanker
Kanker payudara
Kanker endometrium
Kanker kolorektal
Kanker ginjal
Kanker esofagus
Untuk mencegah kanker kita harus menjaga berat bada kita agar ideal.cara
untuk mengontrol berat badan kita adalah dengan melakukan
olahraga,selain itu kita harus mengontrol pola makan dengan cara :

40
konsumsi lebih banyak sayuran, buah-buahan,protein tanpa lemak,dan biji-
bijian.
3. Alda herpita sari
Kenapa pola makan yang dianjurkan setiap orang berkaitan dengan
obesitas? Pola makan seperti apa yang menyebabkan obesitas? Lalau
bagaimana pola makan yang baik untuk penderita obesitas dan bagaimana
tips pola makan agar terhindar dari obesitas?
Jawaban :
Mencegah dan menghindari obesitas penting diketahui karena bisa
menjadi penyebab terjadinya penyakit lainnya. Bahkan, obesitas dapat
menjadi awal mula terjadinya berbagai penyakit berbahaya. Misalnya,
diabetes, penyakit jantung, stroke, hingga kanker.
Pola Makan yang Dapat Menyebabkan Obesitas
Banyak mengonsumsi makanan gorengan, berlemak dan manis-manis.
Menghindari makan pagi dan sehingga menambah porsi makan siang dan
atau makan malam.
Makan Berlebihan (Porsi Besar)
Sering makan dan tidak teratur.
Sering mengemil/ kudapan.
Kurang makan sayur dan buah.
Sebelum mulai mengatur pola makan, Anda perlu tahu terlebih dahulu
berapa banyak kalori yang dibutuhkan. Menghitung berapa banyak
kebutuhan kalori harian pun perlu mengenali dahulu berapa berat badan
ideal Anda.
Jika sudah diketahui berapa berat badan ideal sesuai tinggi Anda, angka ini
dapat dimasukkan ke dalam hitungan kebutuhan kalori. Perhitungan ini
biasanya juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti jenis kelamin dan
intensitas aktivitas fisik harian Anda.
Bila berat badan saat ini dengan berat badan ideal terlampau jauh, tentu
menghasilkan perbedaan asupan kalori yang sangat berbeda. Jadi,

41
pengurangan kalori akan dilakukan bertahap hingga mencapai angka
kebutuhan kalori sesuai dengan berat badan ideal.

4. Eko tri saputra


Jika ada seseorang yang berlebihan berat badan gejala apa yang dialami
dan bagaimana cara pengobatan agar terhindar darai penyakit tersebut?
Jawaban :gejala berat badan berlebih ditandai dengan indeks masa tubuh
yang melebihi batas nomal yang menyebabkan penumpukan lemak pada
bagian pingang atau bagian tertentu.
Pengobatan yang bisa dilakukan yaitu perubahan dalm gaya hidup seprti
pola makan, beraktifitas fisik secara rutin seperti olah raga ataupun
aktifitas lainya.
5. Kelompok 5 Sinta
Bagaimana menurut kalian apakah boleh melakukan diet penurunan berat
badan dengan mengonsumsi suplemen cairan protein/ campuran berbagai
asam amino?
Jawaban :
Menurut kami tidak di anjurkan mengkonsumsi suplemen cairan protein/
campuran berbagai asam amino, karena untuk efek samping dari
pengunaan suplemen atau asam amino tersebut belum ada penelitian yang
lebih lanjut tentang hal itu diperbolehkan atau tidak jadi besar
kemungkinan pengunaan hal tersebut daat menimbulkan efek samping
yang sangat berlebihan atau juga bisa berefek positif, untuk konsumsi
suplemen dan asam amino tersebut sesuai dengan berat badan.
Menurut kami lebih baik Minum air putih yang banyak tubuh manusia
normalnya terdiri dari 60% air. Artinya, air berperan penting pada hampir
setiap fungsi tubuh. Itu sebabnya, tubuh yang terhidrasi dengan baik akan
berfungsi dengan baik, dari berpikir hingga membakar lemak tubuh dan
juga olahraga atau aktivitas fisik tak selalu menyebabkan penurunan berat
badan. Dengan olahraga, seseorang menghilangkan lemak dan
menghasilkan otot.

42
Otot juga memiliki berat. Keuntungan olahraga dan kegiatan fisik adalah
meningkatkan kepekaan insulin, menurunkan tekanan darah dan kadar
lipid, serta membantu mencegah serangan jantung.Keuntungan
berolahraga tak bisa dinilai sekadar dari turunnya berat badan.

43
DAFTAR PUSTAKA

WHO.2015.Obesity 3015. Obrity and Overweight. WHO Fact Sheet,


N311. Update Januari 2015. Online [cited Dec. 2015]. Available
fromhttp://www.who.int/ mediacentre/factsheets/fs311/en/ham.
WHO. 2014. Facts Related to Chronic Disease Non Communicable
Disease Prevention and Health Promotion. Onlinwe. (site 2015 Sept)
available from http://www.who.int
Wilson, PW.E 2014. Obesity and heart Disease. Dalam: Bray, G.A. dan
Claude B. Handbook of Obesity (Epidemiology. Etiology and
Physiopatholog). London:CRC. Press. P. 515-522
Upuriasa, IDN. 2011. Pendidikan dan Konsultasi Gizi Jakarta :EGC
Zhang, X., Van D.S., Ivo DH. 2012. Impacts of fast food and the food
retail environment on overweight and obesity in China: a multilevel latent
class cluster

44

Anda mungkin juga menyukai