OBESITAS
DOSEN PEMBIMBING
Kelompok 5:
FAKULTAS FARMASI
PRODI S1 FARMASI
2022/2023
KATA PENGATAR
Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang ditentukan. Tak lupa
sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Beserta
seluruh keluarga, para sahabat, dan para pengikut beliau yang setia hingga akhir zaman.
Makalah ini dibuat sebagai tugas pengganti UTS di Universitas Kader Bangsa
Palembang dalam rangka memenuhi tugas mata Farmakoterapi I serta sebagai bahan pembelajaran
di kelas.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan kata atau kalimat dan tata letak
dalam makalah ini tentunya banyak sekali kekurangan dan kekhilafan, baik kata atau kalimat dan
diksi. Untuk kebaikan dan sempurnanya makalah ini, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan dari dosen pengampu dan teman-teman sekalian. Dan akhirnya
semoga dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya
Penulis (kelompok 5)
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………...i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………....ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Obesitas………………………………………………………………………….4
B. Pengukuran Klasifikasi…………………………………………………………………...5
C. Patofisiologi………………………………………………………………………………9
D. Etiologi…………………………………………………………………………………....8
E. Faktor Resiko ……………………………………………………………………………10
F. Penatalaksanaan………………………………………………………………………….13
G. Terapi Gizi Medis Penurunan Ketetaban………………………………………………...15
H. Penatalaksanaan Nutrisi………………………………………………………………….16
I. Standar Diet Rendah Energi……………………………………………………………...18
J. Hubungan Obesitas Dengan DM………………………………………………………....21
K. Komplikasi……………………………………………………………………………….22
Kesimpulan……………………………………………………………………………… 23
Saran……………………………………………………………………………………...23
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI OBESITAS
Obesitas dan overweight, adalah dua istilah yang sering digunakan untuk
menyatakan adanya kelebihan berat badan. Kedua istilah ini sebenarnya mempunyai
pengertian yang berbeda. Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit
yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Overweight
adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat ideal yang dapat disebabkan
oleh penimbunan jaringan lemak atau nonlemak, misalnya pada seorang atlet
binaragawan, kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh hipertrofi otot.
Menurut WHO (1998) Obesitas diartikan sebagai suatu kondisi tidak
normal atau kelebihan akumulasi lemak. Akumulasi lemak dalam tubuh manusia melebihi
jumlah yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh normal dalam jaringan adiposa;
sedangkan overweight ( kelebihan berat badan ) adalah suatu keadaan dimana berat
badan seseorang melebihi normal. Obesitas atau kegemukan terjadi karena
ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan energi yang keluar, sehingga
terjadi peningkatan rasio lemak dan lean body tissue yang terlokalisasi atau merata
seluruh tubuh.
Ada dua jenis lemak tubuh, lemak untuk energy dan lemak penyimpanan.
Lemak esensial diperlukan untuk fungsi normal tubuh dan terutama disimpan dalam
sumsum tulang, jantung, paru-paru, hati, limpa dan otot. Lemak esensial juga
termasuk lemak wanita, yang disimpan dalam payudara dan pinggul. Penyimpanan
lemak adalah lemak yang tersimpan terutama dalam jaringan subkutan sebagai
akibat dari energi tambahan yang diterima melalui makanan. Pada orang dewasa
muda yang sehat total lemak tubuh merupakan 15-20% dari total berat badan untuk pria
dan 20-25% dari total berat badan bagi perempuan.
Faktor-faktorpenyebab obesitas masih terus diteliti. Baik faktorl ingkungan
maupun genetic berperan dalam terjadinya obesitas. Faktor lingkungan antara lain
pengaruh psikologi dan budaya. Meningkatnya obesitas tak lepas dari berubahnya gaya
hidup, seperti menurunnya aktivitas fisik, dan kebiasaan menonton televisi berjam-jam.
Faktor genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal melalui pengaruh
hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga menentukan banyak dan ukuran sel
adiposa serta distribusi regional lemak tubuh. Obesitas berhubungan erat dengan
distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas menurut pola distribusi lemak tubuh dapat
dibedakan menjadi obesitas tubuh bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh
bagian bawah (lower body obesity).
Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominansi penimbunan lemak tubuh di
trunkal. Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada trunkal, yaitu trunkal
4
subkutaneus yang merupakan kompartemen paling umum, intraperitoneal (abdominal),
dan retroperitoneal. Obesitas tubuh bagian atas lebih banyak didapatkan pada pria, oleh
karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal sebagai “android obesity”. Tipe obesitas ini
berhubungan lebih kuat dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada
obesitas tubuh bagian bawah. Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan
tingginya akumulasi lemak tubuh pada region gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih
banyak terjadi pada wanita sehingga sering disebut “gynoid obesity”.
5
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi asupan makanan,seperti asupan makanan
berlebih dibandingkan kebutuhan energi yang diperlukan. Dan obesitas sekunder yang
isebabkan oleh adanya penyakit / kelainan congenital (mielodisplasia), endokrin, atau
kondisi lain.
Klasifikasi obesitas juga bisa dilihat berdasarkan penilaian dari indeks
massa tubuh. Menurut international obesity task force ( IOTF ), klasifikasi obesitas
dibedakan menjadi :
Tabel 2. Klasifikasi Berat Badan Lebih Dan Obesitas Berdasarkan IMT, Lingkar
Perut dan Risiko Penyakit Terkait, Menurut Kriteria Asia Pasifik menurut WHO / WPR /
IASO / IOTF dalam The Asia Pasifik Perspective, Redefining Obesity and Its Treatment.
6
Gambar.1 Obesitas tipe apel dan pir
C. PATOFISIOLOGI
Obesitas terjadi dikarenakan gangguan pada regulasi nafsu makan dan
sinyal kenyang (satiety). Dimana apabila gangguan regulasi berada di salah satu jalur
fisiologis yang mengatur nafsu makan dan sinyal kenyang dapat menyebabkan
ketidak seimbangan dalam homeostasis energi dan menyebabkan obesity.Obesitas
ditandai dengan akumulasi lemak yang berlebihan (kegemukan) di berbagai organ yang
terlibat dalam metabolisme.8 Sementara setiap depot lemak yang disimpan memiliki
potensi untuk menjadi penyakit atau patogen ,6 transformasi lebih mungkin terjadi
pada area tubuh dengan metabolisme yang lebih tinggi (misalnya daerah, visceral /
intraperitoneal, ekstraperitoneal, dan intrapelvic) .
Jaringan adiposa terakumulasi di perikardial, perimuscular, perivaskular,
orbital, dan daerah paraosseal juga memiliki potensi imunologi signifikan
abnormalities. Temuan dalam penderita obesitas telah menunjukkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi FFAs yang beredar akan menstimulasi proses
glukoneogenesis, mengganggu sekresi insulin, dan menginduksi resistensi insulin pada
otot dan jaringan hati.tingkat FFA Terus menerus tinggi juga telah dikaitkan dengan
disfungsi dan apoptosis pada sel beta pankreas.
Selain akumulasi lemak yang berlebihan, obesitas dikaitkan dengan adiposopathy,
yaitu kondisi yang dinyatakan sebagai hipertrofi adipocyte, yaitu, pertumbuhan jaringan
adiposa luar normal yang supply pembuluh darah, dan akumulasi jaringan adiposa.
Selanjutnya, adiposopathy dapat mengakibatkan dalam gangguan matriks ekstraselular
pembubaran dan renovasi, yang membatasi pertumbuhan jaringan adipose.
7
Gambar.2 patofisiologi obesitas
D. ETIOLOGI
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor-faktor sebagai berikut :
1. Faktor genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik.
Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan
gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk
memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33%
terhadap berat badan seseorang.
2. Faktor lingkungan
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi
lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan
ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa
kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya).
Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat
mengubah pola makan dan aktivitasnya.
3. Faktor psikis
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan
makannya.Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan
makan. Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap keadaan
kesepian, berduka, atau depresi, rangsangan dari luar seperti iklan makanan.
Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang
menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang
kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
8
Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu
makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari
(sindroma makan pada malam hari).
Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge
mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat
banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa
yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak.
Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan
di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia
pada malam hari.
4. Faktor Makanan
Jika seseorang mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi sesuai
yang dibutuhkan tubuh, maka tidak ada energi yang disimpan. Sebaliknya jika
mengkonsumsi makanan dengan energi melebihi yang dibutuhkan tubuh, maka
kelebihan energi akan disimpan. Sebagai cadangan energi terutama sebagai
lemak seperti telah diuraikan diatas. Maraknya iklan berbagai makanan siap saji
di media cetak maupun elektronok, seperti hamburger, hot dog, pizza dan fried
chicken, menyebabkan makanan siap saji sangat populer dan digemari, padahal
makanan siap saji cenderung mengandung lemak tinggi sehingga banyak
mengandung kalori. Selain itu makanan yang tinggi lemak rasanya sangat
lezat, sehingga mengakibatkan dikonsumsi secara berlebihan.
Makanan faktor terpenting penyebab obesitas :
a. Penyebab utama 95 % karena gangguan pola makan, makan dalam jumlah
yang banyak, sering ngemil terutama terjadi di sore dan malam hari sekitar jam
18.00-24.00 saat nonoton tv, rakus makanan tertentu : kacang, coklat, es krim,
bakso yang ternyata kaya karbohidrat dan lemak.
b. Tak seimbangnya bahan makanan bergeser ke arah lemak hampir 50 % dan dari
tepung ke bahan yang mudah diserap yaitu gula.
5. Faktor Hormon
Menurunya hormon tyroid dalam tubuh akibat menurunya fungsi kelenjar
tyroid akan mempengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan
energi akan berkurang.
6. Faktor kesehatan
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
a. Hipotiroidisme
b. Sindroma Cushing
c. Sindroma Prader-Willi
d. Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
e.
9
7. Faktor perkembangan
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)
menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh.
Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak,
bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan
orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi,
karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara
mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
8. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab utama dari
meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur.
Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang
yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan
aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
9. Pemakaian Obat-obatan
Efek samping beberapa obat dapat menyebabkan meningkatnya berat badan,
misalnya obat kontrasepsi.
10
berkurang. Serangan jantung koroner pun akan lebih mudah terjadi ketika pembuluh
nadi koroner mengalami penyumbatan. Ketika itu pula aliran darah yang membawa
oksigen ke jaringan dinding jantung pun terhenti.
Selain mengurangi konsumsi makanan berlemak jenuh tinggi, peningkatan
konsumsi makanan berserat setiap hari ternyata mampu menurunkan kadar
kolesterol dalam darah yang berarti pula menurunkan risiko serangan penyakit
mematikan ini. Dari hasil penelitian para ilmuwan dari National Heart, Lung and
Blood Institut di Bethesda, Maryland, Amerika dikatakan bahwa setiap
penurunan1% kolesterol dalam darah akan menurunkan risiko serangan jantung
koroner sebesar 2%.
Serat makanan yang efektif menurunkan kolesterol adalah serat yang larut
dalam air. Jenis serat ini mudah difermentasikan oleh bakteri kolon
(laktobacillus) menjadi asam lemak rantai pendek (short-chain faity acid) dan gas
(flatus). Asam lemak rantai pendek tersebut mampu mengikat asam empedu
didalam usus. Berkurangnya asam empedu akan memperlambat penyerapan
lemak. Hal ini berarti pula akan menurunkan kadar kolesterol darah.
Selanjutnya, kelebihan asam empedu di pencernaan akan dibuang bersama –
sama fases. Untuk memudahkan pengeluaran fases perlu dibantu dengan
konsumsi serat tidak larut air.
James Anderson dari Universitas kentucky, Amerika Serikat, membuktikan
bahwa pemberian 90g oatmeal atau kacang-kacangan setiap hari pada penderita
kolesterol tinggi, mampu menurunkan kolesterol darah hingga 20%. Penurunan
lemak darah itu berasal dari pengurangan konsumsi lemak selama diet sebanyak
5% dan 15% sisanya merupakan angka penurunan kolesterol karena
penambahan serat larut air dalam menu diet.
Data tersebut juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Van
Horn dari American Heart Association. Menurut Horn dengan mengkonsumsi 60g
makanan mengandung serat larut air seperti oatmeal atau kacang – kacangan tiap
hari, dapat menurunkan kolesterol darah sebanyak 5,6 – 6,5 mg.
2. Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes mellitus ( DM ) terjadi karena hormon insulin yang
diproduksi oleh pankreas tidak memadai lagi jumlahnya untuk proses
metabolisme karbohidrat secara normal. Akibatnya, sebagian besar glukosa yang
dikonsumsi tidak dapat diubah menjadi glikogen. Akibatnya, gula darah bertambah
tinggi ( hiperglikemia ). Sedangkan sebagian dari kelebihan glukosa dalam darah
tersebut akan dibuang melalui urin ( glikosuria ).
Gejala – gejala yang dirasakan penderita penyakit ini adalah sering merasa
haus dan cepat lelah yang disertai penurunan berat badan meskipun nafsu
makan tidak berubah. Hasil penelitian epidemiologi, menunjukkan adanya kaitan
11
antara konsumsi serat makanan dengan penyakit diabetes mellitus ( DM ).
Prevalensi penyakit ini lebih rendah dan jarang terjadi pada negara yang
masyarakatnya punya kebiasaan makan makanan berserat tinggi.
3. Kanker
Kanker ( jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar ).
Obesitas dihubungkan dengan jenis kanker tertentu, dan beberapa ahli percaya bahwa
kontrol berat badan yang efektif bagi anak-anak dan dewasa dapat mengurangi
kejadian kanker 30-40 %. Obesitas dapat meningkatkan risiko kanker dalam
hubungannya dengan kadar hormon yang tinggi yang disebut growth factor,
yang mana dapat merangsang pertumbuhan sel yang menyebabkan kanker.
4. Tidur Apneu
Dibawah bagian diafragma didalam dinding dada bisa menekan paru-paru,
sehingga menimbulkan gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita
hanya melakukan aktivitas yang ringan, akan tetapi gangguan pada pernafasan
menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah dan terjadi saat tidur
kemudian menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu ( tidur
apneu ).
5. Sindroma Metabolik ( Sindroma X )
Sindroma metabolik terdiri dari obesitas yang ditandai dengan penumpukan
lemak pada daerah perut, gangguan kolesterol, hipertensi, dan resistensi insulin.
Tampaknya faktor genetik berperanan, walaupun obesitas dan makan yang cepat
memegang peranan penting di dalam perkembangan sindroma ini. Sindroma
metabolik secara signifikan dihubungkan dengan penyakit jantung dan angka
kematian yang lebih tinggi.
6. Masalah Persendian
Kalau pria semakin gemuk maka beban tulang akan semakin berat. Karena
menyangga beban di luar porsi, maka akan muncul gangguan sendi. Yang sering
kita dengar adalah penyakit rematik walaupun tidak semua gangguan sendi
adalah rematik. Keadaan ini tentu saja akan membuat hubungan intim dengan
pasangan terasa tidak nyaman bahkan keterbatasan dalam gerakan tertentu akan
sangat berpengaruh pada tingkat pencapaian orgasme seseorang.
7. Gangguan Hormonal
Semakin gemuk, jumlah testosteron yang mengalir ke otak dan darah akan
semakin menurun. Ini menyebabkan nafsu seks akan turun dan ereksi tidak
bisa optimal. Dampaknya, membuat penderita tidak percaya diri, ragu akan
potensi diri. Produksi testosteron pada lelaki gemuk atau kurus sama banyak.
Tapi pada lelaki gemuk, pembagian hormon itu akan lebih luas dan banyak, sehingga
jatah ke penis pun jadi berkurang.
8. Penyakit Jantung dan Stroke
12
Mereka dengan IMT paling sedikit 30 mempunyai 50-100% peningkatan
risiko kematian dibandingkan mereka dengan IMT 20-25. Obesitas tipe buah
apel mempunyai risiko hampir 3 kali untuk menderita penyakit jantung
dibandingkan dengan berat badan normal. Meningkatnya lemak pada daerah
perut secara spesifik dihubungkan dengan kekakuan pembuluh darah aorta, yaitu
pembuluh darah arteri utama yang memberikan darah ke organ-organ tubuh.
F. PENATALAKSANAAN
Pengaturan kuantitas dan kualitas makan serta meningkatkan aktivitas fisik
adalah cara efektif untuk mencegah penumpukan energi yang dapat berakibat
kelebihan berat badan. Namun kesadaran individu dengan overweight untuk
mencegah agar tidak menjadi obesitas sangat kecil. Tatalaksana terhadap individu dengan
overweight dan obesitas, antara lain sebagai berikut :
1. Tatalaksana Farmakologi
Farmakoterapi terhadap obesitas masih menjadi tantangan yang sulit karena
beberapa diantaranya memiliki efek yang tidak baik. Penanganan obesitas harus
dimulai dengan melihat kembali faktor - faktor penyebab terjadinya obesitas. Berikut
merupakan tatalaksana pengobatan obesitas secara farmakologi yaitu dengan obat -
obatan.
13
dan dapat di gunakan untuk
sediaan lepas pasien Hopertensi ringan -
lambat setiap sedang atau angina
pagi KI : Hipertensi berat,
kardiovaskuler signifikan
ESO : tremor, agitasi, panik,
keringat berlebbihan dan
Supresif
Efedrin 20 mg 3 x sehari insomnia, serta palpitasi dan
Trmatogenik
takikardi.
Mengubah pola
Agen
tidur dan
serotonergik
kebiasaan
↓ BB signifikan ESO : peningkatan nadi dan
Fluoksetin 65 mg x sehari ↑Pengeluaran perasaan yang berdebar-
energi debar.
Peptida -
peptida (leptin,
neuropeptida
gamma)
14
Terapi ini hanya diberikan pada pasien obesitas berat secara klinis dengan
IMT≥ 40 atau ≥35 dengan kondisi komorbid.Terapi Bedah merupakan alternatif
terakhir pada pasien yang gagal dengan farmakoterapi dan menderita komplikasi
obesitas yang ekstrem.
15
alkohol berat, justru akan menyebabkan nafsu makan menurun pesat hingga bisa
terjadi malnutrisi, akan tetapi pada peminum sedang, akan menaikkan berat badan
karena alkohol menambah jumlah kalori yang masuk. Pemanis buatan atau
pengganti lemak tidak terbukti memiliki makna besar dalam menurunkan berat
badan. Dengan mengganti makanan utama atau ringan 2 kali sehari dapat
membantu mengurangi berat badan atau menjaga berat badan secara signifikan.
2. Very low calorie diet
Yang dimaksud dengan penurunan kalori ekstrim adalah penurunan
masukan secara berlebih yang jumlahnya kurang dari 800 kkal per hari atau puasa
dibawah 200 kkal per hari. Puasa memang bisa menjadi salah satu pilihan terapi
namun terkadang dapat menyebabkan gangguan neurologis, hormonal, dan efek
samping lainnya. Lebih dari 50% jumlah berat badan yang akan berkurang adalah
cairan tubuh yang dapat menyebabkan hipotensi, akumulasi asam urat atau
timbulnya batu empedu. Yang dimaksud diet kalori sangat rendah adalah apabila
masukan kalori hariannya berkisar antara 200-800 kkal. Umumnya diet ini rendah
kalori namun tinggi protein (0.8-1.5 g/kg BBI per hari). Diet ini termasuk
konsumsi vitamin mineral, elektrolit, asam lemak. Lama yang dianjurkan untuk
diet ini adalah 12-16 minggu karena memiliki efek samping. Dianjurkan untuk
pasien dengan IMT diatas 30. Efek sampingnya antara lain, tidak tahan dingin,
pusing, gugup, euforia, konstipasi atau diare, kulit kering, anemia, menstruasi
yang tidak teratur.
H. PENATALAKSANAAN NUTRISI
1. Tujuan diet Tujuan
Diet Tujuan dari penatalaksanaan nutrisi pada obesitas yaitu:
- Untuk menurunkan lemak tubuh untuk mencapai berat badan ideal.
- Mengembangkan kebiasaan makan yang lebih sehat.
- Mencegah kehilangan massa otot selama penurunan berat badan.
- Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal sesuai dengan usia, jenis
kelamin, dan aktifitas fisik.
- Mencapai IMT normal yaitu 18,5-25 kg/m2.
- Mengurangi asupan energi, sehingga tercapai penurunan berat badan
sebanyak ½ - 1 kg/minggu. Pastikan bahwa yang berkurang adalah sel
lemak dengan mengukur tebal lemak lipatan kulit dan lingkar pinggang.
2. Syarat-syarat Diet
Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam pengaturan diet pada obesitas adalah
sebagai berikut :
- Energi diberikan rendah untuk menurunkan barat badan. Pengurangan
dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kebiasaan makan dari
16
segi kualitas maupun kuantitas. 1 kg lemak tubuh sama dengan sekitar 7000
kalori. Untuk menurunkan berat badan sebanyak ½ - 1 kg / minggu, asupan
energi dikurangi sebanyak 500-1000 kalori / hari dari kebutuhan normal.
Perhitungan kebutuhan energi normal berdasarkan berat badan ideal.
- Protein diberikan tinggi, yaitu 1-1,5 g/kg/BB/hari atau 15-20% dari
kebutuhan energi total.
- Lemak diberikan sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total.
Usahakan sumber lemak berasal dari makanan yang mengandung lemak
jenuh ganda yang kadarnya tinggi.
- Karbohidrat diberikan rendah, yaitu 55-65 % dari kebutuhan energi total.
Gunakan lebih banyak sumber karbohidrat kompleks untuk memberi rasa
kenyang dan mencegah konstipasi. Sebagai alternatif, bisa gunakan gula
buatan sebagai pengganti gula sederhana.
- Vitamin dan mineral diberikan cukup sesuai dengan kebutuhan. f. Dianjurkan
untuk 3 x makan utama dan 2-3 x makanan selingan.
- Cairan diberikan cukup, yaitu 8-9 gelas / hari. Banyak minum, cairan
tingkatkan rasa kenyang. h. Menghindari makanan yang tinggi lemak seperti
gorengan ( deep fry ), daging berlemak termasuk sosis, es krim, margarin,
mentega, keju, susu, kulit hewani, fast food, dan kue-kue manis ( tart, dodol,
caramel ).
- Menghindari makanan sumber kolesterol, seperti : jeroan, otak, kuning
telur.
- Banyak serat makanan, lama mengunyah, cepat kenyang. k. Waktu/ lamanya
makan minimal 20 menit.
- Makan perlahan-lahan dan kunyah dengan baik.
- Pilih dan konsumsi makanan secukupnya.
3. Bahan Makanan Yang Dianjurkan :
- Sumber karbohidrat yaitu karbohidrat kompleks seperti nasi, jagung, ubi,
singkong, talas, kentang, sereal.
- Sumber protein hewani yaitu daging tidak berlemak, ayam tanpa kulit,
ikan, telur, daging asap, susu dan keju rendah lemak.
- Sumber protein nabati yaitu tahu, tempe, susu kedelai, kacang-kacangan
yang diolah tanpa digoreng atau dengan santan kental.
- Sayuran yaitu sayuran yang banyak mengandung serat dan diolah tanpa
santan kental berupa sayuran rebus, tumis, dengan santan encer atau
lalapan.
- Buah-buahan yaitu semua macam buah-buahan terutama yang banyak
mengandung serat.
17
- Lemak yaitu minyak tak jenuh tunggal atau ganda, seperti minyak kelapa sawit,
minyak kedelai, dan minyak jagung yang tidak digunakan untuk
menggoreng.
4. Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan
- Sumber karbohidrat yaitu sumber karbohidrat sederhana seperti gula pasir, gula
merah, sirup, kue yang manis dan gurih.
- Sumber protein hewani yaitu daging berlemak, daging kambing, daging
yang diolah dengan santan kental, digoreng, jeroan, susu full cream, susu kental
manis.
- Sumber protein nabati yaitu kacang-kacangan yang diolah dengan cara
menggoreng atau dengan santan kental.
- Sayuran yaitu sayuran yang sedikit mengandung serat dan yang dimasak
dengan santan kental.
- Buah-buahan yaitu durian, avokad, manisan buah-buahan, buah yang diolah
dengan gula dan susu full cream atau susu kental manis.
- Lemak yaitu minyak kelapa, kelapa dan santan.
5. Ada beberapa tips dalam pengaturan makan pada obesitas yaitu :
- Buat tencana menu dan daftar belanja. Beli makanan yang rendah kalori
saat lapar.
- Jangan lewatkan waktu makan. Makan dan kunyah perlahan-lahan.
Bersihkan meja dari makanan.
- Minta tolong keluarga dan teman.
- Sisakan makanan dalam piring, pilih piring yang relatif kecil.
- Simpan makanan hanya di dapur.
- Cicipi makanan hanya sekali saja.
- Biarkan orang lain bersihkan piringnya.
18
Sayuran B 2½ 3
Buah 4 3
Susu tanpa lemak 1 1
Gula pasir 1 1
Minyak 2 2
Nilai
Energi (kalori) 1259 1518
Protein (g) 58 76
Lemak (g) 30 34
Karbohidrat 197 227
Keterangan:
☺protein rendah lemak (2 g)
* protein lemak sedang (5 g)
# protein lemak tinggi (13 g)
STANDAR DIET RENDAH ENERGI I 1300 KALORI
Protein ( 57,5 g ) Lemak ( 27 g ) Karbohidrat ( 196 g )
Total kebutuhan bahan makanan sehari
Sayuran A sekehendak
19
STANDAR DIET RENDAH ENERGI I 1300 KALORI
Sayuran A sekehendak
20
Buah 100 g 1 ptg 1 buah Pepaya
MALAM
Nasi 100 g ¾ gls 1 krbohidrat Nasi
Ayam tanpa kulit 80 g 2 ptg 2 hewani ☺ Ayam kecap
Tahu 110 g 1 bh 1 nabati Pepes tahu
Sayuran B 100 g 1 gls 1 sayuran Acar Ketimun + wortel
Buah 50 g 1 bh 1 buah Pisang
Minyak 3g 1 sdt 1 minyak
Keterangan:
21
perut akan meningkatkan kadar TNFa (tumor necrotic factor alpha) plasma & merubah
TNFa memproduksi inflamatory cytokines dan me-trigger sel penanda melalui interaksi
dg TNF a reseptor yang dapat menyebabkan insulin resisten. Kondisi ini lebih lanjut
dapat inerusak pembuluh darah arteri dan hati. Obesitas sentral merupakan salah satu dari
syndroma metabolik, yaitu kumpulan gejala yang dapat meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskuler dan dia-betes, dapat terjadi pada satu dari 5 orang dan prevalensinya
meningkat sesuai peningkatan umur.
K. KOMPLIKASI
1. Hipertensi : Penambahan jaringan lemak meningkatkan aliran darah. Peningkatan
kadar insulin berkaitan dengan retensi garam dan air yang meningkatkan volum
darah. Laju jantung meningkat dan kapasitas pembuluh darah mengangkut darah
berkurang.Semuanya dapat menungkatkan tekanan darah.
2. Diabetes. Obesitas merupakan penyebab utama DM tipe 2. Lemak berlebih
menyebabkan resistensi insulin, dan hiperglikemia berpengaruh negatif terhadap
kesehatan.
3. Dislipidemia : Terdapat peningkatan kadar low-density lipoprotein cholesterol
(jahat), penurunan kadar high-density lipoprotein cholesterol (baik) dan peningkatan
kadar trigliserida. Dispilidemia berisiko terbentunya aterosklerosis.
4. Penyakit jantung koroner dan Stroke : Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit
kardiovaskular akibat aterosklerosis.
5. Osteoartritis : Morbid obesity memperberat beban pada sendi-sendi.
6. Apnea tidur : Obesitas menyebabkan saluran napas yang menyempit yang
selanjutnya menyebabkan henti napas sesaat sewaktu tidur dan mendengkur berat.
7. Asthma Anak dengan BBL atau obes cenderung lebih banyak mengalami serangan
asma atau pembatasan keaktifan fisik.
8. Kanker : Banyak jenis kanker yang berkaitan dengan BB misalnya pada perempuan
kanker payudara, uterus, serviks, ovarium dan kandung empedu; pada lelaki kanker
kolon, rectum dan prostat.
9. Penyakit perlemakan hati : Baik peminum alkohol maupun bukan dapat mengidap
penyakit perlemakan hati (non alcoholic fatty liver disease = NAFLD) atau non
alcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis.
10. Penyakit kandung empadu : Orang dengan BB dapat menghasilkan banyak kolesterol
yang berisiko batu kandung empedu. DA
22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
tubuhyang berlebihan. kegemukan adalah dampak dari konsumsi energy yang berlebihan,
dimanaenergy yang berlebihan tersebut dapat disimpan didalam tubuh sebagai lemak,
sehinggaakibatnya dari waktu ke waktu badan akan bertambah berat disamping faktor
kelebihankonsumsi energi, faktor keturunan juga mempunyai andil dalam kegemukan.
Obesitas dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu klasifikasi obesitas Tipe Buah Apel
obesitas Tipe Buah Pear.
Patofisiologi pada obesitas yaitu konsumsi energi yang berlebihan,
pengeluaran energi yang kurang, ataupun keduanya, mencetuskan akumulasi lemak
dalam sel lemak sehingga terjadi hipertropi sel lemak / adiposity, terjadi perangsangan
diferensiasi preadiposit menjadi adiposity dan terjadi hyperplasia jaringan lemak,
sehingga timbul obesitas.
Dampak obesitas antara lain yaitu penyakit jantung koroner, diabetes
mellitus, kanker, tidur apneu, sindroma metabolik/sindroma X, masalah persendian,
gangguan hormonal, penyakit jantung dan stroke.
Diet Rendah Energi diberikan kepada pasien yang kegemukan dengan IMT
lebih dari 25 kg/m2. Sesuai keadaan pasien dapat diberikan Standar Diet Rendah Energi I
( 1300 Kalori )
Pada pasien obesitas obat-obatan penekan nafsu makan dapat menyebabkan
pasien menjadi excitability, distress saluran cerna, sedangkan obat Dexadrineluran
dapat meningkatkan kadar glukosa darah, mulut kering, ganguan pengecap, pusing,
diare, anoreksia, kehilangan berat badan yang ekstrim, gangguan saluran cerna dan
gangguan pertumbuhan anak.
B. SARAN
Untuk mencegah penyakit ini, maka perlu diseimbangkan antara kelebihan
dankeluaran kalori yang digunakan oleh tubuh.Untuk para pembaca agar selalu menjaga
keseimbangan tubuh sesuai denganlingkungan dan aktifitasnya sehari-hari.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
Adam, M.,F., John. 2011. Hubungan Antara Obesitas dan DM tipe 2. Fakultas Kedokteran
UNHAS. Makassar
Bays H. Phentermine, topiramate and their combination for the treatment of adiposopathy
(>sick fat?) and metabolic disease. Expert Rev Cardiovasc Ther. 2010;8(12):1777-1801.
Hasdianah., Siyoto,S., & Nurwiyajanti. (2017). Gizi, Pemantapann Gizi, Diet, dan Obesitas.
Lumoindong, A.; dkk. 2013. Hubungan Obesitas Dengan Profil Tekanan Darah Pada Anak Usia
10-12 Tahun di Kota Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 1,: 147-153.
Lysen LK, Israel DA. Nutrition in weight management. Dalam: Mahan LK, Escott-Stump S,
editor. Krause?s food and the nutrition care process. Edisi ke-13. Missouri: Elsevier,
2012.
Masrul. Epidemi obesitas dan dampaknya terhadap status kesehatan masyarakat serta sosial
Morton GJ, Cummings DE, Baskin DG, et al. Central nervous system control of food intake and
Newnham,J.,P. Nutrition and the early origins of adult disease, Asia Fasific J Clin Nutr, 2002;11
(Suppl):758-764
Schweiz Rundsch. Android-type obesity and gynecoid-type obesity .Med Prax 1997 Jan
28;86(5):149.
Suryani I, Isdiany N, Kusuma GD. Dietetik Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementerian
25