Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kecenderungan masalah gizi lebih di masyarakat disebabkan oleh meningkatnya


modernisasi di berbagai bidang. Hal ini diperparah dengan menjamurnya berbagai
macam restoran fast food dari negara maju yang masuk ke negara berkembang. Ini
menyebabkan obesitas tidak hanya menyerang kalangan ekonomi atas tetapi juga
ekonomi bawah. Berdasarkan Susenas 1999, prevalensi gizi lebih pada balita di
Indonesia diperkirakan sekitar 5.3 % di kota dan 4.27% di desa.
Masalah gizi lebih tidak hanya menyebabkan kegemukan dan obesitas tetapi
juga memicu penyakit lain misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus dan
lain-lain. Komplikasi antara obesitas dengan penyakit-penyakit tersebut dapat
menyebabkan kematian.
Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi setiap
orang. Pada kebanyakan wanita dan pria, obesitas berarti kelebihan berat badan (BB)
jauh melebihi berat yang diinginkan.
Terkadang kita sering dibuat bingung dengan pengertian obesitas dan overweight,
padahal kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda. Obesitas adalah
suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga BB
seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara
overweight (kelebihan berat badan) adalah keadaan dimana BB seseorang melebihi BB
normal.
Obesitas kini mulai diterima sebagai salah satu masalah kesehatan serius di
negara-negara berkembang Hal ini terutama karena orang obese cenderung menderita
penyakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes melitus, dan jenis kanker tertentu.
Kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit tersebut meningkat secara drastis
terutama untuk Body Mass Index di atas 30.Terdapat sedikit pertentangan terhadap
sejauh apa peranan obesitas, apakah menjadi penyebab utama bagi timbulnya
penyakit-penyakit tenrtentu, atau semata-mata hanya sebagai suatu pertanda atau
petunjuk bahwa orang bersangkutan mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit yang
bersangkutan. Pandangan mengenai obesitas sebagai sesuatu yang tidak berbahaya,
walau bagaimanapun, sudah tidak dapat diterima lagi,

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah Apa saja isu-isu mengenai
masalah-masalah gizi yang terdapat di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Gizi Kesehatan Masyarakat yang diberikan dosen yang bersangkutan serta
memberitahukan dan menjelaskan tentang masalah obesitas.

1.4 Manfaat Penulisan

Dapat menjelaskan dan mengetahui definisi atau pengertian obesitas, gejala


obesitas, kriteria dan klasifikasi obesitas, jenis-jenis obesitas, faktor-faktor yang
mempengaruhi obesitas, resiko komplikasi obesitas, penatalaksanaan obesitas serta
pencegahan obesitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
tubuh yang berlebihan.Yang umumnya ditimbun dalam jaringan supkutan (bawah kulit)
sekitar organ tubuh yang kadang terjadi peluasan kedalam jaringan organnya, dari segi
ilmu gizi obesitas, penimbun trigliseida yang berlebihan di jaringan-jaringan tubuh.
Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi,
sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita
memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria Perbandingan yang normal
antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-
23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak
tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.

2.2 Gejala Obesitas

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding


dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas,
meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa
terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara
waktu. Sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri
punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan
pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.

2.3 Kriteria dan Klasifikasi Obesitas

 Antropometri berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) /Body Mass Index


(BMI)
IMT= BB (kg)
T2 (m)
KET : membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan dikuadratkan (m 2)

3
 Berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh
Disribusi lemak dalam tubuh dapat diketahui dengan menggunakan
pengukuran lingkar lengan atas (LLA), pengukuran lingkar panggul / pinggang,
dan melihat ciri fisik bentuk tubuh.

2.4 Jenis-Jenis Obesitas

1. Kegemukan Menurut Distribusi Lemak

Berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh, kegemukan dibedakan menjadi dua


tipe, yaitu tipe android dan gynecoid.

a)      Tipe android
Tipe android ditandai dengan adanya timbunan lemak pada pinggang, perut,
dan bagian atas perut. Bentuk tubuh android biasanya pada wanita yang sudah
mengalami monopause. Dalam penelitian Vogue, seorang peneliti dari Prancis
mengatakan bahwa tipe Android ini potensial beresiko lebih tinggi menderita
penyakit yang berhubungan dengan metabolisme lemak dan glukosa seperti
Diabetes Mellitus, Jantung Koroner, Stroke, Hipertensi. 
b)      Tipe Gynecoid
Gynecoid ditandai dengan adaanya penumpukan lemak dibagian peurt
seperti panggul, pantat, dan paha. Pada tipe gynecoid lebih aman dibandingkan
dengan tipe android, sebab lebih kecil kemungkinan mengalami resiko terkena
penyakit.

2. Kegemukan Menurut Kondisi Sel

Selain faktor distribusi lemak dalam tubuh, tipe kegemukan dapat dibedakan
berdasarkan kondisi sel pada setiap orang. Berdasarkan kondisi sel, kegemukan dapat
dibagi menjadi tiga tipe sebagai berikut :

4
a)        Tipe hiperlastik
Jumlah sel lemak lebih banyak dibandingkan dengan kondisi normal.
Akan tetapi, ukuran sel lemak tersebut masih sesuai dengan ukuran sel yang
normal. Biasanya terjadi sejak masa anak-anak dan sulit untuk diturunkan ke
berat badan normal. Bila terjadi penurunan berat tubuh sifatnya hanya
sementara dan kondisi tubuh akan mudah kembali ke keadaan semula.
b)       Tipe hipertropik
Jumlah sel yang normal, tetapi ukuran sel lebih besar dari ukuran
normal.Biasanya terjadi pada orang dewasa dan relatif lebih mudah menurunkan
berat tubuh dibanding tipe hiperlastik. Namun, kegemukan tipe ini mempunyai
risiko lebih mudah terserang penyakit gula dan tekanan darah tinggi.
c)        Tipe hiperlastik-hipertropik
Jumlah maupun ukuran sel yang terdapat pada tubuh seseorang melebihi
ukuran normal. Proses kegemukan dimulai sejak masa anak-anak dan
berlangsung terus hingga dewasa. Mereka yang mengalami kegemukan tipe ini
paling sukar menurunkan berat tubuh. Dengan demikian, seseorang dengan tipe
kegemukan seperti ini paling mudah terserang berbagai penyakit degeneratif.

3. Kegemukan Menurut Umur

Kondisi gemuk tidak memandang umur seseorang, mulai dari bayi hingga tua
dapat mengalami kegemukan. Berdasarkan hal tersebut, penggolongan kegemukan
dapat dilakukan berdasarkan umur seseorang.

a)    Kegemukan saat bayi


Kegemukan pada masa bayi perlu dihindari. Hasil penelitian
meenunjukkan bahwa dari jumlah bayi yang menderita kegemukan pada usia
enam bulan pertama ternyata lebih sepertiga menjadi gemuk pada usia dewasa.
Selain itu, dapat berakibat negatif dan membawa berbagai kesulitan seperti
tingginya risiko kejang.

5
b)     Kegemukan saat anak-anak
Pola makan yang salah disertai aktivitas fisik yang rendah. Aktivitas fisik
sangat diperlukan dalam proses pembakaran kelebihan lemak dalam tubuh.
Namun, dengan adanya acara televisi yang memukau, kemudahan-kemudahan
transportasi, dan perkembangan teknologi membuat anak-anak tidak mau
melakukan kegiatan yang banyak mengeluarkan energi. Kelebihan lemak
tersebut timbul antara usia dua tahun sampai usia remaja (puberitas)
c)        Kegemukan saat dewasa
Sering terjadi pada masa dewasa karena lemak tubuh mulai menumpuk.
Umur 20 – 30 tahun merupakan umur saat seseorang mulai mantap dengan
karirnya, ditandai dengan tanggung jawab makin besar, ambisi tinggi, dan
pekerjaan menumpuk. Pada kondisi seperti itu, seseorang menjadi sering terlibat
dalam pertemuan seperti makan siang, makan malam bersama, pesta, dan
rapat-rapat yang tidak luput dari soal makanan lezat. Kesibukan-kesibukan
tersebut menjadi penyebab kekurangan waktu untuk olahraga. Oleh karena itu,
bila kurang hati-hati dalam menjaga tubuh, perlahan-lahan kegemukan mulai
mengintai. Bila dibiarkan, pada umur 45-60 tahun sering menjadi kritis akibat
tubuh digerogoti penyakit seperti jantung koroner, diabetes, dan penyakit lainnya,
terutama pada orang-orang yang kegemukan.

4. Kegemukan Menurut Tingkatan

Tingkat kegemukan yang diderita seseorang sangat bervariasi, tergantung


kelebihan berat dibanding berat normal. Berdasarkan hal tersebut pengelompokan
kondisi seseorang yang mengalami kegemukan adalah sebagai berikut.

a)      Simple obesity
Kelebihan berat tubuh sebanyak 20% dari berat ideal dan tanpa disertai
penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan hiperlipidemia.
b)     Mild obesity
Kelebihan berat tubuh antara 20-30% dari berat ideal yang belum disertai
penyakit tertentu, tetapi sudah perlu diwaspadai. 

6
c)      Moderat obesity
Kelebihan berat tubuh antara 30-60% dihitung dari berat ideal. Pada
tingkat ini penderita termasuk berisiko tinggi untuk menderita penyakit yang
berhubungan dengan obesitas.
d)     Morbid obesity
Kelebihan berat tubuh dari berat ideal lebih dari 60% dengan risiko sangat
tinggi terhadap penyakit pernapasan, gagal jantung, dan kematian mendadak.

2.5 Faktor Obesitas

Faktor yang mempengaruhi Obesitas yaitu :

 Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan
mental serta memanfaatkan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar
sepanjang hari. Aktifitas fisik secara teratur yang dilakukan paling sedikit 30
menit/hari

 Meningkatnya konsumsi zat gizi (asupan makanan)


Terutama zat gizi makro yang menyebabkan kegemukan bila dimakan secara
berlebihan antara lain :

 Karbohidrat
Karbohidrat memang merupakan peranan penting dalam alam karena
merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya
relative murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Fungsi
utama karbohidrat adalah Sumber energi pemberi rasa manis dari makanan,
penghemat protein, mengatur metabolisme lemak, membantu pengeluaran
feces (altemaster, 2003).

7
 Protein
Protein adalah molekul makro dan merupakan bagian terbesar setelah air.
Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang terikat satu sama
lain dalam ikatan peptide. Protein ini mempunyai fungsi khusus yang tidak
tergantikan oleh zat lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan
jaringan tubuh.
 Lemak
Lemak merupakan salah satu zat gizi makro yang berfungsi sebagai
sumber energi, lemak juga menghasilkan 9 kal/gr nya, sebagai pelumas yaitu
membantu pengeluaran sisa-sisa pencernaan dan metabolisme, memelihara
suhu tubuh dan pelindung organ-organ vital. Depkes RI menganjurkan untuk
mengkonsumsi lemak kurang dari 25% total energi per hari.

 Faktor genetik.
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik.
Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan
kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit
untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik.

 Faktor lingkungan.
Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang
dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya).
Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat
mengubah pola makan dan aktivitasnya.

 Faktor psikis.
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa memengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan
makan.

 Faktor perkembangan
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)
menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalamtubuh.
Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masak anak-kanak, bisa
memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang
berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu
penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah
lemak di dalam setiap sel
8
 Usia.
Menjadi tua cenderung menjadi kurang aktif.Juga terdapat penyusutan jumlah
otot yang merendahkan metabolisme.Semua ini mengurangi keperluan kalori

 Diet.
Konsumsi makanan kalori tinggi seperti makanan cepat saji (fast food) secara
teratur ditambah dengan soft drinks, candy dan desserts menyumbang
peningkatan Obesitas
.
 Kehamilan.
Selama kehamilan Berat Badan perempuan bertambah. Pasca melahirkan
sebagian mereka mengalami kesukaran menurunkan Berat Badan kembali

 Obat-obatan.
Kortikosteroid dan antidepresantrisiklik, khususnya, dapat menyebabkan
penambahan BB. Selain itu obathipertensi dan antipsikosis juga dapat.

 Masalah medis.
Ada juga obesitas yang disebabkan gangguan hormonal seperti
hipotiroid,sindrom Cushing, dan sindrom polikistik ovarium (PCOS). Artritis yang
mengurangi keaktifan fisik juga dapat menyebabkan penambahan BB.

 Alkohol.
Alkohol menambah kalori dan juga selera makan.

2.6 Resiko Komplikasi Obesitas

Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi merupakan dilema
kesehatan yang mengerikan. Obesitas secara langsung berbahaya bagi kesehatan
seseorang. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun antara
lain seperti :
 Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa)
 Tekanan darah tinggi (hipertensi)
 Stroke

9
 Serangan jantung (infark miokardium)
 Gagal jantung
 Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus
besar)
 Batu kandung empedu dan batu kandung kemih
 Gout dan artritis gout
 Osteoartritis
 Tidur apneu (kegagalan untuk bernapas secara normal ketika sedang
tidur, menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah)
 Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi
dan ngantuk).

2.7 Penatalaksanaan Obesitas


Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen
yang paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini juga penting
dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus
dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan
yang sehat.
Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita
dan risiko kesehatannya dengan cara menghitung BMI. Resiko kesehatan yang
berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka
BMI :
a.         Resiko rendah : BMI < 27
b.         Resiko menengah : BMI 27-30
c.          Resiko tinggi : BMI 30-35
d.         Resiko sangat tinggi : BMI 35-40
e.          Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.

Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap
penderita berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan
penderita.

10
a) Penderita dengan risiko kesehatan rendah,
Menjalani diet sedang (1200-1500 kalori/hari untuk wanita, 1400-2000
kalori/hari untuk pria) disertai dengan olah raga.
b) Penderita dengan risiko kesehatan menengah,
Menjalani diet rendah kalori (800-1200 kalori/hari untuk wanita, 1000-1400
kalori/hari untuk pria) disertai olah raga.
c) Penderita dengan risiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi,
Mendapatkan obat anti-obesitas disertai diet rendah kalori dan olah raga.

Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil. Unsur-unsur
yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat badan :
1)       Diet
harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan
(vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus
rendah kalori.
2)       Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat
badan secara perlahan dan stabil.  Misalnya dalam sehari menyempatkan
diri untuk berolahraga selama 30 menit setiap paginya.
3)     Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.
4)     Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah
penurunan berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan
bagian tersulit dari pengendalian berat badan. Program yang dipilih harus
meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang permanen,
untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu menyokong terjadinya
penambahan berat badan. Program ini harus menyelenggarakan
perubahan perilaku, termasuk pendidikan dalam kebiasaan makan yang
sehat dan rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah berat badan.

Obesitas merupakan suatu keadaan menahun (kronis). Obesitas seringkali


dianggap suatu keadaan sementara yang bisa diatasi selama beberapa bulan dengan
menjalani diet yang ketat. Pengendalian berat badan merupakan suatu usaha jangka
panjang. Agar aman dan efektif, setiap program penurunan berat badan harus dalam
pengawasan dokter.

11
2.8 Pencegahan Obesitas
Untuk pencegahan obesitas ada tiga tahapan. Pertama, pencegahan primer,
bertujuan mencegah terjadinya obesitas. Kedua, pencegahan sekunder, bertujuan
menurunkan prevalensi obesitas. Ketiga, pencegahan tersier, bertujuan mengurangi
dampak obesitas.
Pencegahan primer dilakukan menggunakan dua strategi pendekatan, yaitu
pendekatan populasi untuk mempromosikan cara hidup sehat pada semua anak dan
remaja beserta orang tuanya, serta pendekatan pada kelompok yang berisiko tinggi
menjadi obesitas. Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan di pusat kesehatan masyarakat.
Pencegahan sekunder dan tersier lebih dikenal sebagai tata laksana obesitas
serta dampaknya. Prinsip dari tata laksana obesitas pada anak berbeda dengan
dewasa karena harus mempertimbangkan faktor tumbuh-kembang. Caranya dengan
pengaturan diet, bukan mengurangi jumlah asupan makanan tetapi dengan mengatur
komposisi makanan menjadi menu sehat. Antara lain peningkatan aktivitas fisik,
misalnya dengan membatasi aktivitas pasif, seperti menonton televisi atau bermain
komputer dan play stations, mengubah pola hidup (modifikasi perilaku) menjadi pola
hidup sehat, baik dalam mengonsumsi makanan maupun dalam beraktivitas.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
tubuh yang berlebihan. kegemukan adalah dampak dari konsumsi energy yang
berlebihan, dimana energy yang berlebihan tersebut dapat disimpan didalam tubuh
sebagai lemak, sehingga akibatnya dari waktu ke waktu badan akan bertambah berat
disamping faktor kelebihan konsumsi energi, faktor keturunan juga mempunyai andil
dalam kegemukan

3.2 SARAN

Untuk  mencegah penyakit ini, maka perlu diseimbangkan antara kelebihan dan
keluaran kalori yang digunakan oleh tubuh.
Untuk para pembaca agar selalu menjaga keseimbangan tubuh sesuai dengan
lingkungan dan aktifitasnya sehari-hari.

13
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Internet
Anonim.2012. “Obesitas”. http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas. 26 Maret 2012.
Wahyuni, Endah. 2009. “Mengenal Tipe
Kegemukan”. http://ksupointer.com/2009/mengenal-tipe-kegemukan. 26 Maret 2012.
Anonim._____________.
http//:www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/.../Chapter%20II.pdf. 26
Maret 2012.
Anonim._____________.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-lindawidiy-5128-2-bab2.pdf. 26
Maret 2012.
Evanjh. 2011. “Mencegah Obesitas”. http://www.kesehatankita.info/?p=256. 26 Maret
2012.
Anonim.2010. “Obesitas Kini Semakin Mewabah” dalam
http://health.kompas.com/read/2010/11/02/09285713/Obesitas.Kini.Semakin.Mewabah

14

Anda mungkin juga menyukai