Anda di halaman 1dari 9

Islam, Agama Sempurna dan Paripurna

Di antara nikmat terbesar yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan kepada umat ini adalah
disempurnakannya agama ini sebagaimana dalam firman-Nya:

ِْ ‫ﻴﺖ ﻟﹷﻜﹹ ُﻢ ٱ‬
‫ﻹﺳﹿﻠ ٰـﹷ َﻢ ِدﻳﻦً ا‬ ُ ‫ﺖ ﻟﹷﻜﹹ ْﻢ ِدﻳﻨﹷﻜﹹ ْﻢ َوَأﺗﹿﻤﹷﻤﹿ‬
ُ ‫ﺖ ﻋﹷﻠﹷﻴﹿﻜﹹ ْﻢ ﻧﹻﻌﹿﻤﹷﺘﹻﻰ َو َرﺿﹻ‬ ُ ‫ٱﻟﹿﻴﹷﻮْ َم َأﻛﹿﻤﹷﻠﹿ‬

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS al-Ma‘idah [5]: 3)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Ini merupakan kenikmatan Allah Subhanahu wa
Ta’ala yang terbesar kepada umat ini, di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyempurnakan
agama mereka sehingga mereka tidak membutuhkan agama selainnya. Dan (tidak pula
membutuhkan) nabi selain nabi mereka; oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikannya
(Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ) sebagai penutup para nabi dan mengutusnya
kepada jin dan manusia, maka tidak ada sesuatu yang halal selain apa yang beliau halalkan, tidak
ada yang haram kecuali yang beliau haramkan, tidak ada agama selain apa yang beliau syari’atkan,
dan setiap apa yang beliau beritakan adalah benar dan jujur, tiada kedustaan di dalamnya.”[1]

Tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meninggalkan dunia ini melainkan telah
meninggalkan kaum muslimin dalam jalan yang terang-benderang, malamnya seperti siangnya.
Semua permasalahan yang dibutuhkan oleh hamba telah dijelaskan dalam syari’at Islam, sampai-
sampai permasalahan yang dipandang remeh oleh kebanyakan manusia, seperti adab buang hajat.

َ َ‫ ﻣﹷﺎ ﺑﹷﻘﹻ َﻲ ﺷﹷ ْﻲ ٌء ﻳﹹﻘﹷﺮِّ بُ ﻣﹻﻦ‬: ‫ ﺻﹷﻠﹽﹷﻰ اﻟﻠﹽﹷﻪُ ﻋﹷﻠﹷﻴﹿ ِﻪ َوﺳﹷﻠﹽﹷ َﻢ‬: ‫ ﻓﹷﻘﹷﺎ َل‬: ‫ ﻗﹷﺎ َل‬، ‫ ﻳﹹ َﺬﻛﹽﹻﺮُﻧﹷﺎ ﻣﹻﻨﹿﻪُ ﻋﹻﻠﹿﻤﹱﺎ‬.‫ ِإﻻ َوﻗﹷ ْﺪ ﺑﹹﻴﹽﹻﻦَ ﻟﹷﻜﹹ ْﻢ‬، ‫ﺎر‬
ِ ‫اﻟﻨﹽﹷ‬
‫ َوﻣﹷﺎ ﻃﹷﺎﺋﹻ ٌﺮ ﻳﹹﻘﹷﻠﹽﹻﺐُ ﺟﹷﻨﹷﺎﺣﹷﻴﹿ ِﻪ ﻓﹻﻲ‬، ‫ﻮل اﻟﻠﹽﹷ ِﻪ ﺻﹷﻠﹽﹷﻰ اﻟﻠﹽﹷﻪُ ﻋﹷﻠﹷﻴﹿ ِﻪ َوﺳﹷﻠﹽﹷ َﻢ‬ َ ‫َأ‬
َ ‫ ﺗﹷ َﺮﻛﹿﻨﹷﺎ َرﺳﹹ‬: ‫ ﻗﹷﺎ َل‬، ‫ وﻳﹹﺒﹷﺎﻋﹻ ُﺪ ﻣﹻﻦَ ﻋﹷ ْﻦ ﺑﹻﻲ ذ ٍّر‬، ‫اﻟﹿﺠﹷﻨﹽﹷ ِﺔ‬
‫ ِإﻻ َوﻫﹹﻮ‬، ‫اﻟﹿﻬﹷ َﻮا ِء‬

Abu Dzar al-Ghifari a\ pernah mengatakan, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam


meninggalkan kita, sedangkan tidak ada seekor burung pun yang mengepakkan kedua sayapnya di
udara kecuali beliau telah menjelaskan kepada kami. Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda, ‘Tidak ada sesuatu pun yang mendekatkan kalian ke surga dan menjauhkan
dari neraka kecuali telah dijelaskan kepada kalian.’”[2]

Dan alangkah bagusnya ucapan Imam asy-Syafi’i Rahimahullahu Ta’ala tatkala mengatakan:

‫ب اﻟﻠﹽﹷ ِﻪ اﻟ َّﺪﻟﹻﻴﹿ ُﻞ ﻋﹷﻠﹷﻰ ﺳﹷﺒﹻﻴﹿ ِﻞ اﻟﹿﻬﹹﺪَى ﻓﹻﻴﹿﻬﹷﺎ‬ ِ ‫ﺖ ﺗﹷﻨﹿ ِﺰ ُل ﻓﹻ ْﻲ َأﺣﹷ ٍﺪ ﻣﹻ ْﻦ َأﻫﹿ ِﻞ ِدﻳﹿ ِﻦ اﻟﻠﹽﹷ ِﻪ ﻧﹷ‬
ِ ‫ﺎزﻟﹷﺔٌ ِإﻻَّ َوﻓﹻ ْﻲ ﻛﹻﺘﹷﺎ‬ ْ ‫ﻓﹷﻠﹷﻴﹿﺴﹷ‬

“Tidak ada suatu masalah baru pun yang menimpa seorang yang memiliki pengetahuan agama
kecuali dalam al-Qur‘an telah ada jawaban dan petunjuknya.”[3]

Berikut ini adalah beberapa contoh kesempurnaan agama Islam. Kami akan memaparkannya agar
kita semua mengetahui betapa indahnya agama Islam dan alangkah relevannya untuk setiap waktu
dan setiap tempat:

1. Tauhid
Ini adalah masalah yang sangat penting sebab tauhid adalah kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Sungguh mustahil, Islam menjelaskan masalah adab buang hajat tetapi tidak mengajarkan masalah
tauhid.

Tauhid berarti mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak menyekutukan-Nya dalam hal-hal
yang menjadi kekhususan Allah Subhanahu wa Ta’ala .

Dan berdasarkan penelitian yang saksama terhadap dalil-dalil al-Qur‘an dan hadits Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam , para ulama menyimpulkan bahwa tauhid terbagi menjadi tiga:

1. Tauhid Rububiyyah

2. Tauhid Uluhiyyah

3. Tauhid Asma‘ wa Shifat

Agar semakin jelas, maka kami akan memaparkan lebih luas macam-macam tauhid ini:

1. Tauhid Rububiyyah

Tauhid Rububiyyah adalah meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala
adalah satu-satunya Pencipta, Penguasa, Pemberi Rezeki, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan,
dan sebagainya.

Di antara dalil tentang tauhid rububiyyah adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

ٍ ‫ُون ٱﻟﻠﹽﹷ ِﻪ ﻣﹻﻦ َوﻟﹻ ٍّﻰ َوﻻَ ﻧﹷﺼﹻ‬


﴾١١٦﴿ ‫ﻴﺮ‬ ِ ‫ﻴﺖ َوﻣﹷﺎ ﻟﹷﻜﹹﻢ ﻣﹻﹽﻦ د‬ ِ ْ‫ت َوٱﻷَْر‬
ُ ‫ض ﻳﹹﺤﹿ ِﻰ َوﻳﹹﻤﹻ‬ ِ ‫ﻚ ٱﻟﺴﹽﹷﻤﹷ ٰـ ٰ َﻮ‬
ُ ‫ِإ َّن ٱﻟﻠﹽﹷﻪَ ﻟﹷﻪُ ﻣﹹﻠﹿ‬

Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan.
dan sekali-kali tidak ada pelindung dan penolong bagimu selain Allah. (QS at-Taubah [9]: 116)

Tauhid ini diyakini oleh semua orang baik muslim maupun kafir, sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala :

﴾٢٥﴿ َ‫ض ﻟﹷﻴﹷﻘﹹﻮﻟﹹ َّﻦ ٱﻟﻠﹽﹷﻪُ ﻗﹹ ِﻞ ٱﻟﹿﺤﹷﻤﹿ ُﺪ ﻟﹻﻠﹽﹷ ِﻪ ﺑﹷﻞْ َأﻛﹿﺜﹷﺮُﻫﹹ ْﻢ ﻻَ ﻳﹷﻌﹿﻠﹷﻤﹹﻮن‬
َ ْ‫ت َوٱﻷَْر‬ َ ‫َوﻟﹷﺌﹻﻦ ﺳ ﺄﹷَﻟﹿﺘﹷﻬﹹﻢ ﻣﹽﹷ ْﻦ ﺧﹷﻠﹷ‬
ِ ‫ﻖ ٱﻟﺴﹽﹷﻤﹷ ٰـ ٰ َﻮ‬

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah.” Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”; tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS Luqman [31]: 25)

Tidak ada yang mengingkari tauhid rububiyyah kecuali orang yang sombong saja, sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

﴾١٤﴿ َ‫َوﺟﹷﺤﹷﺪُوا ﺑﹻﻬﹷﺎ َوٱﺳﹿﺘﹷﻴﹿﻘﹷﻨﹷﺘﹿﻬﹷﺂ َأﻧﻔﹹﺴﹹﻬﹹ ْﻢ ﻇﹹﻠﹿ ًﻢا َوﻋﹹﻠﹹ ًّﻮا ﻓﹷٱﻧﻈﹹﺮْ ﻛﹷﻴﹿﻒَ ﻛﹷﺎنَ ﻋﹷ ٰـﻘﹻﺒﹷﺔُ ٱﻟﹿﻤﹹﻔﹿﺴﹻ ِﺪﻳﻦ‬

Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka
meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat
kebinasaan. (QS an-Naml [27]: 14)
2. Tauhid Uluhiyyah

Tauhid Uluhiyyah adalah memurnikan segala macam ibadah hanya untuk Allah semata, baik ibadah
lisan, hati, dan anggota badan. Tauhid inilah yang berisi kandungan La Ilaha Illallah yang berarti
“tidak ada sembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah saja”. Maka tidak boleh
menyerahkan ibadah seperti do’a, menyembelih, nadzar, dan sebagainya kepada selain Allah
Subhanahu wa Ta’ala , sekalipun dia adalah malaikat atau nabi.

Di antara dalil tauhid ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang selalu dibaca oleh kaum
muslimin dalam shalat mereka:

﴾٥﴿ ُ‫ك ﻧﹷﺴﹿﺘﹷﻌﹻﻴﻦ‬


َ ‫ِإﻳﹽﹷﺎكَ ﻧﹷﻌﹿﺒﹹ ُـﺪ َوِإﻳﹽﹷﺎ‬

Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.[4]

Tauhid inilah yang menjadi medan pertempuran antara para nabi dan kaumnya. Dan inilah hakikat
tauhid yang sesungguhnya. Karena tauhid inilah Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia,
mengutus para nabi dan rasul, dan menurunkan kitab-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫َوﻟﹷﻘﹷ ْﺪ ﺑﹷﻌﹷﺜﹿﻨﹷﺎ ﻓﹻﻰ ﻛﹹ ِّﻞ ُأﻣﹽﹷ ٍﺔ رَّﺳﹹﻮﻻً َأ ِن ٱﻋﹿﺒﹹﺪُوا ٱﻟﻠﹽﹷﻪَ َوٱﺟﹿﺘﹷﻨﹻﺒﹹﻮا ٱﻟﻄﹽﹷ ٰـﻐﹹﻮت‬

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah
Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.” (QS an-Nahl [16]: 36)

Tauhid jenis inilah pembeda antara muslim dan kafir dan inilah hakikat tauhid yang sesungguhnya.

3. Tauhid Asma‘ wa Shifat

Tauhid asma‘ wa shifat adalah mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang telah disebutkan al-Qur‘an dan hadits shahih tanpa tahrif (pengubahan), tanpa ta’thil
(pengingkaran), tanpa takyif (membagaimanakan/menjelaskan tata caranya), dan tanpa tamtsil
(penyerupaan).

Di antara dalil yang menunjukkan tentang sifat ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

﴿ َ‫﴾ َوﻟﹻﻠﹽﹷ ِﻪ ٱﻷَْﺳﹿﻤﹷﺂ ُء ٱﻟﹿﺤﹹﺴﹿﻨﹷ ٰﻰ ﻓﹷٱ ْدﻋﹹﻮهُ ﺑﹻﻬﹷﺎ َو َذرُوا ٱﻟﹽﹷ ِﺬﻳﻦَ ﻳﹹﻠﹿﺤﹻ ُﺪونَ ﻓﹻ ٓﻰ َأﺳﹿﻤﹷ ٰـٓﺌﹻ ِﻪ ﺳﹷﻴﹹﺠﹿ َﺰوْ نَ ﻣﹷﺎ ﻛﹷﺎﻧﹹﻮا ﻳﹷﻌﹿﻤﹷﻠﹹﻮن‬١٨٠

Hanya milik Allah asma‘ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma‘ul husna
itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-
Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS al-A’raf
[7]: 180)

﴾١١﴿ ‫َوﻫﹹ َﻮ ٱﻟﺴﹽﹷﻤﹻﻴ ُﻊ ٱﻟﹿﺒﹷﺼﹻﻴ ُﺮ‬

Dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. (QS asy-Syura [42]: 11)

2. Syarat Diterimanya Amal


Setiap muslim dan muslimah pasti mendambakan agar ibadahnya diterima oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala . Namun, bagaimanakah caranya agar amal ibadah kita diterima oleh-Nya, berpahala, dan tak
sia-sia belaka?! Seluruh ibadah manusia akan sia-sia belaka kecuali apabila telah memenuhi dua
syaratnya:

Syarat Pertama: Ikhlas. Seorang harus benar-benar memurnikan niatnya hanya untuk Allah
Subhanahu wa Ta’ala , bukan karena pamrih kepada manusia, bangga terhadap dirinya, atau
penyakit hati lainnya. Syarat ini, memang berat—bahkan lebih sulit dari syarat kedua—. Namun,
barangsiapa yang berusaha dan bersungguh-sungguh untuk memenuhi syarat ini (yakni: ikhlas),
niscaya akan dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala .

َ ‫﴾ َوﻣﹷﺂ ُأﻣﹻﺮ ُٓوا ِإﻻَّ ﻟﹻﻴﹷﻌﹿﺒﹹﺪُواـ ٱﻟﻠﹽﹷﻪَ ﻣﹹﺨﹿﻠﹻﺼﹻﻴﻦَ ﻟﹷﻪُ ٱﻟ ِّﺪﻳﻦَ ﺣﹹﻨﹷﻔﹷﺂ َء َوﻳﹹﻘﹻﻴﻤﹹﻮا ٱﻟﺼﹽﹷﻠﹷ ٰﻮةَ َوﻳﹹ ْﺆﺗﹹﻮا ٱﻟ َّﺰﻛ ٰﻮﹷةَ َو ٰ َذﻟﹻ‬٥﴿
ِ‫ﻚ ِدﻳﻦُ ٱﻟﹿﻘﹷﻴﹻﹽﻤﹷﺔ‬

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS al-Bayyinah [98]: 5)

Oleh karenanya, marilah kita ikhlaskan seluruh ibadah kita murni hanya untuk Allah Subhanahu wa
Ta’ala semata sehingga kita tidak mengharapkan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala . Ingatlah bahwa
sebesar apa pun ibadah yang kita lakukan tetapi bila tidak ikhlas mengharapkan wajah Allah maka
sia-sia belaka tiada berguna.

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim no. 1905 dikisahkan bahwa tiga golongan yang pertama
kali dicampakkan oleh Allah adalah mujahid, pemberi shadaqah, dan pembaca al-Qur‘an.
Perhatikanlah bukanlah jihad merupakan amalan yang utama?! Bukankah shadaqah dan membaca
al-Qur‘an merupakan amalan yang sangat mulia? Namun, kenapa mereka malah dicampakkan ke
neraka?! Jawabannya, karena mereka kehilangan keikhlasan dalam beramal.

Syarat Kedua: Al-Ittiba’. Seorang harus berupaya untuk beribadah sesuai yang dicontohkan oleh
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam . Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

﴾٣١﴿ ‫ﻗﹹﻞْ ِإن ﻛﹹﻨﺘﹹ ْﻢ ﺗﹹﺤﹻﺒﹽﹹﻮنَ ٱﻟﻠﹽﹷﻪَ ﻓﹷٱﺗﹽﹷﺒﹻﻌﹹﻮﻧﹻﻰ ﻳﹹﺤﹿﺒﹻﺒﹿﻜﹹ ُﻢ ٱﻟﻠﹽﹷﻪُ َوﻳﹷﻐﹿﻔﹻﺮْ ﻟﹷﻜﹹ ْﻢ ُذﻧﹹﻮﺑﹷﻜﹹ ْﻢ َوٱﻟﻠﹽﹷﻪُ ﻏﹷﻔﹹﻮ ٌر رَّﺣﹻﻴ ٌﻢ‬

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imran [3]: 31)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Ayat yang mulia ini merupakan hakim bagi
orang-orang yang mengaku cinta kepada Allah tetapi dia tidak mengikuti jalan yang ditempuh Nabi,
dia dusta dalam pengakuannya sehingga dia mengikuti syari’at dan agama Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam setiap ucapannya, perbuatannya, dan keadaannya.”[5]

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ٌّ‫ﺲ ﻋﹷﻠﹷﻴﹿ ِﻪ َأﻣﹿﺮُﻧﹷﺎ ﻓﹷﻬﹹ َﻮ َرد‬


َ ‫ﻣﹷ ْﻦ ﻋﹷﻤﹻ َﻞ ﻋﹷﻤﹷﻼً ﻟﹷﻴﹿ‬

“Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada contohnya dari kami maka tertolak.”
(HR Muslim: 3243)
Oleh karena itu, dalam setiap ibadah, marilah kita berusaha untuk meniru dan mencontoh praktik
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar ibadah kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam supaya amal ibadah kita tidak sia-sia belaka. Tentu saja, hal ini menuntut kita
untuk semakin giat mempelajari agama dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam guna
mengetahui mana yang benar-benar ajaran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mana yang tidak.
Dari sini kami menghimbau kepada segenap jama’ah untuk bersemangat dalam mengkaji dan
mempelajari agama Islam lebih mendalam.

3. Sosial

Manusia tidak bisa hidup seorang diri. Dia pasti membutuhkan untuk interaksi dan berhubungan
dengan sesama lainnya. Oleh karena itu, Islam sebagai agama yang sempurna telah menata dengan
baik aturan interaksi antar sesama. Perhatikanlah bagaimana Islam menganjurkan kepada pimpinan
terhadap bawahannya:

﴾٢١٥﴿ َ‫ﻚ ﻣﹻﻦَ ٱﻟﹿﻤﹹ ْﺆﻣﹻﻨﹻﻴﻦ‬ َ ‫َوٱﺧﹿﻔﹻﺾْ ﺟﹷﻨﹷﺎﺣﹷ‬


َ ‫ﻚ ﻟﹻﻤﹷ ِﻦ ٱﺗﹽﹷﺒﹷﻌﹷ‬

Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang
beriman. (QS asy-Syu’ara‘ [26]: 215)

ْ ‫﴾ ﻓﹷﺒﹻﻤﹷﺎ َرﺣﹿﻤﹷ ٍﺔ‬١٥٩﴿ َ‫ﺎورْ ﻫﹹ ْﻢ ﻓﹻﻰ ٱﻷَْﻣﹿ ِﺮ ﻓﹷﺈ ِ َذا ﻋﹷﺰَﻣﹿﺖَ ﻓﹷﺘﹷ َﻮﻛﹽﹷﻞْ ﻋﹷﻠﹷﻰ ٱﻟﻠﹽﹷ ِﻪ ِإ َّن ٱﻟﻠﹽﹷﻪَ ﻳﹹﺤﹻﺐُّ ٱﻟﹿﻤﹹﺘﹷ َﻮﻛﹻﹽﻠﹻﻴﻦ‬
ِ ‫َوٱﺳﹿﺘﹷﻐﹿﻔﹻﺮْ ﻟﹷﻬﹹ ْﻢ َوﺷﹷ‬
‫ﻚ ﻓﹷٱﻋﹿﻒُ ﻋﹷﻨﹿﻬﹹﻢ‬ ِ ‫ﻣﹻﹽﻦَ ٱﻟﻠﹽﹷ ِﻪ ﻟﹻﻨﺖَ ﻟﹷﻬﹹ ْﻢ َوﻟﹷﻮْ ﻛﹹﻨﺖَ ﻓﹷﻈﹽﹱﺎ ﻏﹷﻠﹻﻴﻆَ ٱﻟﹿﻘﹷﻠﹿ‬
َ ‫ﺐ ﻟﹷٱﻧﻔﹷﻀﹽﹹﻮا ﻣﹻ ْﻦ ﺣ ﻮْﹷﻟﹻ‬

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena
itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS Ali Imran [3]:
159)

Dan perhatikanlah bagaimana Islam memerintahkan kepada bawahan agar bersikap kepada
atasannya:

ُ ‫﴾ ﻳ ٰـﹷٓﺄَﻳﹽﹹﻬﹷﺎ ٱﻟﹽﹷ ِﺬﻳﻦَ َءاﻣﹷﻨﹹ ٓﻮا‬٥٩﴿ ً‫ﻚ ﺧﹷﻴﹿ ٌﺮ َوَأﺣﹿﺴﹷﻦُ ﺗﹷﺄْ ِوﻳﻼ‬ َ ‫ِإﻟﹷﻰ ٱﻟﻠﹽﹷ ِﻪ َوٱﻟﺮَّﺳﹹﻮ ِل ِإن ﻛﹹﻨﺘﹹ ْﻢ ﺗﹹ ْﺆﻣﹻﻨﹹﻮنَ ﺑﹻٱﻟﻠﹽﹷ ِﻪ َوٱﻟﹿﻴﹷﻮْ ِم ٱلْ َءاﺧﹻ ِﺮ ٰ َذﻟﹻ‬
‫َأﻃﹻﻴﻌﹹﻮا ٱﻟﻠﹽﹷﻪَ َوَأﻃﹻﻴﻌﹹﻮا ٱﻟﺮَّﺳﹹﻮ َل َوُأوﻟﹻﻰ ٱﻷَْﻣﹿ ِﺮ ﻣﹻﻨﻜﹹ ْﻢ ﻓﹷﺈِن ﺗﹷﻨﹷ ٰـ َﺰﻋﹿﺘﹹ ْﻢ ﻓﹻﻰ ﺷﹷ ْﻰ ٍء ﻓﹷ ُﺮ ُّدوه‬

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-
Qur‘an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS an-Nisa‘ [4]: 59)

Perhatikanlah bagaimana Islam mengatur hubungan antar sesama:

ٰٓ ُّ‫﴾ ٱﻟﻈﹽﹷﻦِّ ِإﺛﹿ ٌﻢ َوﻻَ ﺗﹷﺠﹷﺴﹽﹷﺴﹹﻮا َوﻻَ ﻳﹷﻐﹿﺘﹷﺐ ﺑﹽﹷﻌﹿﻀﹹﻜﹹﻢ ﺑﹷﻌﹿﻀﹱﺎ َأﻳﹹﺤﹻﺐ‬١٢﴿ ‫ﻓﹷﻜﹷ ِﺮﻫﹿﺘﹹﻤﹹﻮهُ َوٱﺗﹽﹷﻘﹹﻮا ٱﻟﻠﹽﹷﻪَ ِإ َّن ٱﻟﻠﹽﹷﻪَ ﺗﹷﻮَّابٌ رَّﺣﹻﻴ ٌﻢ‬
َ‫﴾ ﻳﹷ ٰـٓﺄَﻳﹽﹹﻬﹷﺎ ٱﻟﹽﹷ ِﺬﻳﻦَ َءاﻣﹷﻨﹹﻮا ٱﺟﹿﺘﹷﻨﹻﺒﹹﻮا ﻛﹷﺜﹻﻴﺮًا ﻣﹻﹽﻦ‬١١﴿ َ‫ﻚ ﻫﹹ ُﻢ ٱﻟﻈﹽﹷ ٰـﻠﹻﻤﹹﻮن‬ َ ‫ﺖا َوﻣﹷﻦ ﻟﹽﹷ ْﻢ ﻳﹷﺘﹹﺐْ ﻓﹷﺄُوﻟﹷ ٰـٓﺌﹻ‬ً ‫َأﺣﹷﺪُﻛﹹ ْﻢ َأن ﻳﹷﺄْﻛﹹ َﻞ ﻟﹷﺤﹿ َﻢ َأﺧﹻﻴ ِﻪ ﻣﹷﻴﹿ‬
ِْ ‫ق ﺑﹷﻌﹿ َﺪ ٱ‬
‫ﻹﻳﻤﹷ ٰـ ِﻦ‬ ُ ‫ﺲ ٱﻟﹻٱﺳﹿ ُﻢ ٱﻟﹿﻔﹹﺴﹹﻮ‬ ِ ‫ﺾ َأن ﻳﹷﻜﹹ َّﻦ ﺧﹷﻴﹿﺮًا ﻣﹻﹽﻨﹿﻬﹹ َّﻦ َوﻻَ ﺗﹷﻠﹿﻤ ُﺰﹻ ٓوا َأﻧﻔﹹﺴﹷﻜﹹ ْﻢ َوﻻَ ﺗﹷﻨﹷﺎﺑﹷ ُﺰوا ﺑﹻٱﻷَْﻟﹿﻘﹷ ٰـ‬
َ ‫ﺐ ﺑﹻﺌﹿ‬ َ ‫ٱﻟﻈﹽﹷﻦِّ ِإ َّن ﺑﹷﻌﹿ‬
‫ﻳ ٰـﹷٓﺄَﻳﹽﹹﻬﹷﺎ ٱﻟﹽﹷ ِﺬﻳﻦَ َءاﻣﹷﻨﹹﻮا ﻻَ ﻳﹷﺴﹿﺨﹷﺮْ ﻗﹷﻮْ ٌم ﻣﹻﹽﻦ ﻗﹷﻮْ ٍم ﻋﹷﺴﹷ ٰ ٓﻰ َأن ﻳﹷﻜﹹﻮﻧﹹﻮا ﺧﹷﻴﹿﺮًا ﻣﹻﹽﻨﹿﻬﹹ ْﻢ َوﻻَ ﻧﹻﺴﹷﺂ ٌء ﻣﹻﹽﻦ ﻧﹻﹽﺴﹷﺂ ٍء ﻋﹷﺴﹷﻰ‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang
lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung
ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa
yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah
seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang. (QS al-Hujurat [49]: 11–12)

Islam bukan hanya membahas hubungan antara manusia dengan Rabbnya, tetapi Islam juga
memerintahkan agar kita membaguskan hubungan dan akhlak dengan sesama, hablun minallah wa
hablun minan nas.

4. Ekonomi

Al-Qur‘an telah menjelaskan kaidah-kaidah dalam masalah ekonomi, sebab perekonomian itu
kembali kepada dua permasalahan:

1. Pintar dalam mencari harta

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membuka lebar-lebar segala pintu untuk mencari harta selagi tidak
melanggar agama. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫ض َوٱﺑﹿﺘﹷﻐﹹﻮا ﻣﹻﻦ ﻓﹷﻀﹿ ِﻞ ٱﻟﻠﹽﹷ ِﻪ َو ْٱذﻛﹹﺮُوا ٱﻟﻠﹽﹷﻪَ ﻛﹷﺜﹻﻴﺮًا ﻟﹽﹷﻌﹷﻠﹽﹷﻜﹹ ْﻢ ﺗﹹﻔﹿﻠﹻﺤﹹﻮن‬
ِ ْ‫ﺖ ٱﻟﺼﹽﹷﻠﹷ ٰﻮةُ ﻓﹷٱﻧﺘﹷﺸﹻﺮُوا ﻓﹻﻰ ٱﻷَْر‬
ِ ‫﴾ ﻓﹷﺈ ِ َذا ﻗﹹﻀﹻﻴﹷ‬١٠﴿

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah
dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS al-Jumu’ah [62]: 10)

2. Pintar dalam membelanjakan harta

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan untuk hemat dan tidak boros dalam
membelanjakan harta. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menyifati hamba-hamba-Nya yang
beriman:

َ ‫َوٱﻟﹽﹷ ِﺬﻳﻦَ ِإ َذآ َأﻧﻔﹷﻘﹹﻮا ﻟﹷ ْﻢ ﻳﹹﺴﹿ ِﺮﻓﹹﻮا َوﻟﹷ ْﻢ ﻳﹷﻘﹿﺘﹹﺮُوا َوﻛﹷﺎنَ ﺑﹷﻴﹿﻦَ ٰ َذﻟﹻ‬
﴾٦٧﴿ ‫ﻚ ﻗ َﻮﹷا ًما‬

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula)
kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (QS al-Furqan [25]: 67)

5. Politik

Al-Qur‘an telah menjelaskan masalah-masalah politik secara gamblang. Hal itu karena politik yang
bermakna pengaturan negara terbagi menjadi dua macam:

1. Politik Luar Negeri


Politik ini kembali kepada dua sumber utama:

Pertama: Mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi serangan musuh/penjajah. Tentang hal ini,
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:

ٍ‫َوَأﻋﹻ ُّﺪوا ﻟﹷﻬﹹﻢ ﻣﹽﹷﺎ ٱﺳﹿﺘﹷﻄﹷﻌﹿﺘﹹﻢ ﻣﹻﹽﻦ ﻗﹹﻮَّة‬

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. (QS al-Anfal [8]:
60)

Kedua: Persatuan yang kuat dalam kekuatan tersebut. Tentang hal ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah berfirman:

‫َوٱﻋﹿﺘﹷﺼﹻﻤﹹﻮا ﺑﹻﺤﹷﺒﹿ ِﻞ ٱﻟﻠﹽﹷ ِﻪ ﺟﹷﻤﹻﻴﻊًا َوﻻَ ﺗﹷﻔﹷﺮَّﻗﹹﻮا‬

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.
(QS Ali Imran [3]: 103)

2. Politik Dalam Negeri

Politik ini kembali kepada penyebaran keamanan dalam negeri, membasmi kezaliman dan
memberikan hak kepada pemiliknya. Dan sumber politik dalam negeri ada dalam enam perkara
yang semuanya telah dijelaskan dalam Islam secara terperinci:

a. Agama. Oleh karenanya, Islam memerintahkan tauhid dan melarang syirik serta menghukum
orang yang murtad karena agama bukan permainan.

b. Jiwa. Oleh karenanya, Islam melarang pembunuhan dan bunuh diri serta memberikan hukuman
dan ancaman yang keras bagi pelakunya.

c. Akal. Oleh karenanya, Islam melarang minum khamar (setiap yang memabukkan) karena hal itu
merusak akal.

d. Nasab. Oleh karenanya, Islam menganjurkan pernikahan dan melarang perzinaan.

e. Harta. Oleh karenanya, Islam melarang pencurian, perampokan, dan mengambil harta orang lain.

f. Kehormatan. Oleh karenanya, Islam melarang untuk menuduh orang lain tanpa bukti.[6]

Dengan penjelasan contoh-contoh di atas, dapatlah kita mengambil kesimpulan betapa indah dan
sempurnanya agama Islam. Oleh karenanya, hendaknya kita semakin bangga dengan agama Islam
dan semangat dalam menerapkan dan menyebarkannya dalam kehidupan ini, sebab kita yakin
seyakin-yakinnya bahwa jika kita mengikuti aturan agama Islam maka kita akan meraih kebahagiaan
dunia dan akhirat. Maka kami menyeru kepada semuanya:

Wahai kaum muslimin; Bertaqwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , beribadahlah hanya
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , tunaikanlah perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala
berupa shalat, puasa, zakat, haji, dan lain sebagainya.
Wahai para orang tua; Perhatikanlah anak-anak kalian, jaga dan bimbinglah mereka dengan
pendidikan Islam.

Wahai para suami; Didiklah istri dan anak-anak kalian dan jagalah mereka dari api neraka yang
bahan bakarnya berupa manusia dan bebatuan.

Wahai para istri dan wanita muslimah, jadilah wanita-wanita shalihah yang taat beragama,
melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhi larangan-Nya, jagalah jilbab
kalian dan jangan pamerkan aurat kalian, janganlah kalian tertipu dengan propaganda-propaganda
setan yang semua berupa kebebasan, emansipasi, gender, dan lain sebagainya.

Wahai para pemerintah; Tunaikanlah kewajiban kalian dan hak rakyat dengan penuh amanah dan
kejujuran, perhatikanlah kebutuhan mereka dengan penuh kasih sayang.

Wahai para rakyat; Jadilah kalian sebagai rakyat yang baik, jalankan hak Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan hak makhluk, bantulah dan do’akanlah pemimpin kalian dengan kebaikan.

Wahai para ustadz, kiai, mubaligh, guru, da’i; Tunaikanlah kewajiban kalian untuk menjelaskan
agama ini kepada umat dengan penuh keikhlasan, jelaskanlah kepada umat tentang tauhid dan
peringatkan umat dari syirik, sampaikan kepada umat tentang sunnah dan peringatkanlah umat dari
bid’ah, ajaklah umat kepada ketaatan dan jauhkanlah dari kemaksiatan; semua tanpa rasa takut
kecuali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala .

Wahai para pemuda dan anak; Sibukkanlah diri kalian untuk menuntut ilmu agama dan hal-hal yang
bermanfaat, milikilah akhlak yang indah kepada sesama, karena kalian adalah masa depan umat.

Wahai para pemilik media baik cetak maupun elektronik; Jadilah kalian pembuka pintu-pintu
kebaikan dan penutup pintu-pintu kejelekan, janganlah kalian menjadikan media sebagai sarana
untuk memenuhi kemauan setan.

Marilah kita tutup tulisan ini dengan do’a kepada Allah secara khusyuk dan menghadirkan hati.

Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa keluarga kami, orang tua kami, istri dan anak-anak
kami serta saudara-saudara kami semuanya.

Ya Allah, berikanlah kepada kami sinar ilmu dan hidayah agar kami dapat mengetahui kebenaran
dan menangkis virus-virus pemikiran sesat yang sangat merajalela pada zaman sekarang. Ya Allah,
berikanlah kepada kami kekuatan untuk itu.

Ya Allah, perbaikilah keadaan kami, perbaikilah hati kami, dan perbaikilah keadaan negara kami.

Ya Allah, berikanlah kekuatan dan hidayah kepada para pemimpin kami dalam menjalankan
amanah-Mu dengan sebaik-baiknya.

Ya Allah, turunkanlah barokah-Mu dari langit dan bumi. Ya Allah, luaskanlah rezeki untuk kami
dengan rezeki yang halal.
Ya Allah, janganlah Engkau sisakan sebuah dosa seorang dari kami kecuali Engkau telah
mengampuninya, dan suatu hutang kecuali Engkau melunasinya, sakit kecuali Engkau
menyembuhkannya, dan kesusahan kecuali Engkau memudahkannya.

Anda mungkin juga menyukai