Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Pertama:

Jamaah jumat rahimakumullah


Khotib mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar
senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala. Karena hanya dengan ketakwaanlah
seseorang akan bahagia dan sukses dalam mengarungi kehidupan dunia dan
akhirat.
Jamaah jumat rahimakumullah,
Sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, manusia hidup
dalam kondisi dan zaman jahiliyah. Tidak mengenal Allah dan tidak mengenal
Islam. Kemudian Allah terangi manusia dengan cahaya wahyu. Allah Ta’ala
berfirman,
ُ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ْ ُ ُ ِّ َ ُ َ ْ ِّ َ ُ َ َ ْ ْ َ َ ُ ْ َ ْ ُ ْ ‫َ َ َ ن ُ ِّ ِّ نَ َ ُ ا‬ َّ ُ
‫اب َوال ِحك َمة َو ِإن كانوا ِم ْن‬‫يهم ويعلمهم ال ِكت‬
ِ ‫ه َو ال ِذي بعث ِ يف األميي رسوًل ِمنهم يتلو علي ِهم آي ِات ِه ويزك‬
‫الل ُمب ن‬ َ ‫َْ ُ َن‬
‫ي‬ ‫قبل ل ِ يف ض ٍ ِ ن‬

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka
dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” [Quran Al-
Jumu’ah: 2]

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Iyadh bin Himar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
َ ْ ْ َ ْ َ َ َ َّ ْ ُ َ َ َ َ ْ ُ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َّ َ
‫اب‬
ِ ‫ ِإًل بقايا ِمن أه ِل ال ِكت‬،‫ فمقتهم عرب هم وعجمهم‬،‫ض‬ ِ ‫و ِإن هللا نظر ِإَل أه ِل األر‬
Sesungguhnya Allah melihat penduduk bumi. Lalu Allah murka kepada mereka
semua, yang arab maupun non-arab, selain beberapa orang di kalangan ahli
kitab.. [HR. Muslim].

Wahyu adalah Alquran dan sunnah. Inilah sumber utama ilmu syar’i. Allah Ta’ala
berfirman,
َ‫الظالم ن‬َّ ْ َ ً َ َّ ْ ْ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ ُ َ َ ْ َ َ ْ َ َّ ْ‫َ َ ن‬
‫ي‬ ِِ ‫ول ِي اتبعت أهواءهم ِمن بع ِد ما جاءك ِمن ال ِعل ِم ِإنك ِإذا ل ِمن‬
“Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu
kepadamu, sesungguhnya kamu — kalau begitu — termasuk golongan orang-
orang yang zalim.” [Quran Al-Baqarah: 145].
Karena begitu pentingnya ilmu, Allah tidak memerintahkan Nabi-Nya untuk
meminta tambahan kecuali meminta tambahan ilmu. Allah Ta’ala berfirman,
ْ ْ ُ
‫َوق ْل َر ِّب ِزد ِ ن ين ِعل ًما‬
“Dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”.
[Quran Thaha: 114].
Padahal kita mengetahui, banyak hal penting di dunia ini. Tapi Allah tidak
memerintahkan Nabi-Nya untuk meminta tambahan kecuali hanya ilmu saja.
Dan dengan ilmu inilah orang-orang menjadikan orang-orang yang takut kepada
Allah adalah orang yang berilmu. Sebagaimana firman-Nya,
َ ْ َ َّ ‫إ َّن َما َي ْخ ََش‬
‫اَّلل ِم ْن ِع َب ِاد ِه ال ُعل َم ُاء‬ ِ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama.” [Quran Fathir: 28].
Karena tingginya kedudukan ilmu, Allah membuat pola kalimat yang sama dalam
membandingkan orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang bodoh
dengan pola kalimat penduduk surga dan penduduk neraka.
َ َ َ ‫ون َو َّالذ‬
‫ين ال َي ْعل ُمون‬
َ ُ َ ْ َ َ َّ َ َ ُ
‫ق ْل ه ْل َي ْست ِوي ال ِذين يعلم‬
ِ
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?” [Quran Az-Zumar: 9]
Banyak sekali nash syar’i baik dari Alquran maupun as-sunnah yang menjelaskan
tentang keutamaan ilmu agama. Contoh lainnya adalah hadits berikut ini. Dari
Muawiyah bin Abu Sufyan radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ِّ ‫َ ْ ً ُ َ ِّ ْ ُ ن‬ ُ َّ ُ ْ َ
‫ين‬
ِ ‫من ي ِر ِد اَّلل ِب ِه خيا يفقهه ِ يف الد‬
“Siapa yang Allah kehendaki untuk mendapat kebaikan, maka Allah akan
memahamkannya agama.” [Muttafaqun ‘alaih].
Demikian juga hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
َّ ْ َ ً َ ُ َ ُ َ َّ َ ً ْ ُ ‫َو َم ْن َس َل َك َطر ًيقا َي ْل َت ِم‬
‫هللا له ِب ِه ط ِريقا ِإَل ال َجن ِة‬ ‫ سهل‬،‫يه ِعلما‬
ِ ‫س ِف‬ ِ
“Siapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah akan
mudahkan jalannya menuju surga.” [HR. Muslim].
Jamaah jumat rahimakumullah,
Ketauhilah bahwa mempelajari ilmu agama itu lebih utama dibanding ibadah-
ibadah sunat. Belajar ilmu agama lebih utama daripada shalat sunat dan
membaca Alquran. Perhatikan Riwayat berikut ini. Dari Abu Hurairah dan Abu
Dzar radhiallahu ‘anhuma, keduanya berkata,
ََ ْ َْ َ ُّ َ َ ُ ُ َّ
‫ب ِإلينا ِم ْن أل ِف َرك َع ِة تط ُّوع‬ ‫العلم يتعلمه أح‬
ِ ‫باب ِم َن‬
ٌ
“Satu permasalahan tentang ilmu yang dipelajari, lebih kami sukai daripada
1000 rakaat shalat sunnah.”
Demikian juga dengan ucapan seorang tabi’in, Ibnu Syihab az-Zuhri:
‫العلم‬ ‫بمثل‬ ُ ‫َما ُعب َد‬
‫هللا‬
ِ ِ ِ
“Tidak ada ibadah kepada Allah yang selevel dengan ibadah belajar agama.”
Semua ayat, hadits, dan ucapan para ulama ini menunjukkan keutamaan belajar
ilmu agama. Bukan tentang ilmu dunia. Seperti ilmu teknik, kedokteran, dll.
padahal ilmu-ilmu ini juga sangat penting dan bermanfaat. Bahkan manusia
merasakan kemanfaatannya secara langsung dalam kehidupan dunia mereka.
Namun dengan fungsi, kebutuhan manusia, dan nilai ilmu dunia itu, Allah tetap
lebih memuji ilmu agama dibanding ilmu-ilmu tersebut. Bukan berarti ilmu-ilmu
dunia ini tidak penting. Tapi Allah dan Rasul-Nya hendak menunjukkan bahwa
ilmu agama itu langsung mendapat pujian dari Allah dan Rasul-Nya.

ُ ‫الر‬ ُ َ ‫فاستغفروه َّإن ُه‬


ُ َُ ُ ُ َ ُ َ
َ ‫ وأستغف ُر‬،‫لت‬
‫حيم‬ َّ ‫الغفور‬ ‫هو‬ ‫هللا يَل ولك ْم‬ ِ ‫أقول ما ق‬.

Khutbah Kedua:

Ibadallah,
Sesungguhnya hidup ini amatlah singkat. Dan dalam hidup yang singkat ini kita
diciptakan untuk satu tujuan, yaitu beribadah kepada Allah semata. Allah Ta’ala
berfirman,

‫ون‬
ُ ُ ْ َ َّ َ َ َّ ْ ُ ْ َ َ َ َ
ِ ‫وما خلقت ال ِجن و ِاإلنس ِإال ِليعبد‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” [Quran Adz-Dzariyat: 56].
Tidak sah dan tidak diterima ibadah seseorang kecuali dengan ilmu agama.
Karena hakikat dari ilmu agama adalah sebagai jalan yang Allah jadikan agar kita
sampai pada rahmat-Nya di akhirat kelak. Oleh karena itu, ada beberapa hal
yang perlu kita perhatikan dalam ilmu agama ini.
Pertama: ilmu agama itu dari sisi hukumnya ada dua. (1) ilmu yang wajib dan (2)
ilmu yang sunat. Ilmu yang wajib; ada yang wajib bagi setiap individu. Seperti:
pengetahuan tentang tauhid. Akidah tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Pengetahuan tentang tata cara wudhu, mandi junub, serta syarat-syarat dan
pembatal-pembatalnya. Kemudian pengetahuan tentang shalat; syarat-syarat
dan rukun-rukunnya.
Kemudian ada ilmu yang wajib tergantung kondisi orangnya. Misalnya: ada
orang yang memiliki harta, maka wajib baginya mempelajari hukum-hukum
zakat. Berbeda dengan orang yang hartanya sedikit. Demikian juga dengan para
pedagang, wajib bagi mereka mempelajari fikih muamalah. Selain dari itu, maka
termasuk ilmu syar’i yang sunat hukumnya.
Kedua: manusia itu terbagi menjadi dua kelompok. Ada yang dikategorikan
pelajar ilmu agama. Mereka ini mempelajari ilmu agama dengan dalil-dalilnya.
Mereka harus belajar kepada para ulama yang terpercaya. Kelompok kedua
adalah masyarakat awam. Dan ini adalah mayoritas masyarakat. Mereka belajar
dengan cara meminta fatwa kepada orang-orang yang berilmu. Tetang mereka
ini, Allah Ta’ala berfirman,
َ َ َ ُ ْ ُ ْ ْ ِّ ْ َ َُ ْ َ
‫اسألوا أه َل الذك ِر ِإن كنت ْم ال ت ْعل ُمون‬‫ف‬
“Bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.” [Quran An-Nahl: 43].
Namun kalau mereka juga mengetahui dalilnya, tentu itu lebih sempurna.
Ketiga: Keutamaan ilmu itu tidak terkhusus hanya didapatkan oleh orang-orang
yang secara khusus mempelajari agama. Keutamaan ilmu juga diperoleh oleh
orang-orang awam yang belajar. Siapa saja yang menghadiri majelis ilmu atau
pengajian, atau mendengarkannya melalui sarana-sarana modern seperti
youtube dll., atau dengan membaca buku-buku yang bermanfaat, mereka
semua mendapatkan keutamaan ilmu.
Keempat: Bersemangatlah untuk menyebarkan ilmu di rumah kita. Kepada istri
dan anak-anak. Demikian juga kepada saudara dan kerabat. Kalau kita seorang
pelajar ilmu agama, maka berikan pengajaran kepada mereka. Ajarkan mereka
kitab-kitab para ulama. Tentang tauhid, fikih, dan adab.
Kelima: buat program untuk diri kita, istri, dan anak-anak atau mereka yang di
bawah tanggungan kita untuk mengkaji ilmu-ilmu yang fundamental. Buat
jadwal untuk diri kita, istri, dan anak-anak kita untuk menghafal doa-doa dan
dzikir. Khususnya doa dan dzikir pagi dan petang. Dan dzikir-dzikir setelah shalat.
Saudaraku kaum muslimin,
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi kita taufik bersemangat
mempelajari ilmu agama ini dan mengamalkannya. Mengajarkannya kepada
keluarga kita, kerabat kita, dan orang-orang yang menjadi tanggungan kita.

Anda mungkin juga menyukai