Anda di halaman 1dari 2

Keutamaan dan Kewajiban Menuntut Ilmu bagi Kaum Muslimin dan Muslimah

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillah, alhamdulillahi robbil ‘alamin
Ashsholatu wassalamu ‘ala asyrafil anbiya’I wal mursalin, sayyidina wamaulana
Muhammadin wa ‘ala alihi washohbihi ajma’in. amma ba’du

Dewan hakim/dewan juri yang terhormat


Serta hadirin sekalian yang berbahagia
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah swt yang
telah memberikan kita kenikmatan diantaranya nikmat iman dan nikmat islam serta
nikmat kesehatan sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang insyaa Allah penuh
mubarokah ini. Aamiin, aamiin ya robbal ‘aalamiin

Sholawat dan salam tak lupa kita curahkan kepada nabi kita, nabi yang dibesar-besarkan
oleh Yang Maha Besar, nabi yang diagung-agungkan oleh Yang Maha Agung, dan nabi
yang dimuliakan oleh Yang Maha Mulia yaitu baginda nabiyyuna Muhammad
shollallahu ‘alaihi wasallam yang telah menghijrahkan kita dari “minazzulumati
ilannur” dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.

Hadirin yang muliakan oleh Allah SWT


Pada kesempatan yang sangat berbahagia ini, izinkanlah saya menyampaikan tauziyah
dengan tema keutamaan dan kewajiban menuntut ilmu bagi kaum Muslimin dan
Muslimah. 

Hadirin yang muliakan oleh Allah SWTSungguh manusia itu lahir dalam keadaan tidak
tau apa-apa, kemudian Allah SWT memberikan rahmat kepada manusia seperti
pendengaran dan penglihatan untuk mendapatkan informasi mengenai suatu kejadian,
belajar dari banyak hal sampai akhirnya menjadi tau, namun menjadi tau saja tidak
cukup kemudian Allah SWT memberikan hati agar manusia bisa menimbang mana
yang baik dan mana yang buruk berdasarkan ilmu yang telah mereka dapatkan.

Islam memberikan pandangan mengenai ilmu adalah sebuah pelita yang menerangi di
saat gelap, sehingga tanpa pelita seseorang akan tersesat. Betapa pentingnya keutamaan
Ilmu menurut Islam, sampai-sampai Firman Allah SWT yang pertama adalah perintah
untuk membaca, bukan untuk beribadah kepadanya. 

ْ ‫ا ْق َرْأ بِا‬
َ َ‫س ِم َربِّكَ الَّ ِذي َخل‬
‫ق‬

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (QS: Al-Alaq)

Wahyu yang paling pertama memang tidak secara gamblang memberikan perintah
belajarlah, tapi bacalah, namun perintah adalah perintah tersirat untuk belajar, karena
membaca adalah cara yang paling sederhana dalam belajar. Segala bentuk ilmu diawali
dengan membaca baik untuk ayat-ayat yang tertulis maupun ayat-ayat yang ada di
alam. 

Wahyu pertama yang turun tidak sama sekali memberikan petunjuk tentang ibadah
Sholat, puasa, zakat dan Haji akan tetapi seruan untuk membaca. Beberapa ulama
berpendapat dari ayat ini memberikan gambaran bahwa lebih utama orang yang berilmu
dibandingkan dengan orang yang beribadah.
Mengapa manusia berilmu lebih utama daripada ahli ibadah?

Karena seorang yang berilmu akan kembali ke jalan yang benar, sehingga ketika ia
melakukan sesuatu selalu didasari akan kebenaran. Kebenaran akan mengarahkan
seseorang kepada sesuatu yang bersifat hakiki dan tidak ada yang bersifat Hakiki selain
Allah SWT, sehingga ilmunya akan menuntutnya untuk beribadah, sedangkan orang
yang beribadah tanpa didasari ilmu akan membuat kualitas ibadah mereka hanya
berdasarkan keyakinan kalau keyakinan itu benar ditujukan untuk Allah SWT, maka
orang berilmu masih lebih unggul dalam satu hal, yakni yakin dan berilmu, karena yang
berilmu pasti memiliki keyakinan. Mesikpun yang berhak menilai kualitas suatu ibadah
tidak lain hanya Allah SWT, tapi pendapat ini juga justru dikuatkan oleh firman Allah
dalam 

ٍ ‫يَ ْرفَ ِع هللاُ الَّ ِذينَ َءا َمنُوا ِمن ُك ْم َوالَّ ِذينَ ُأوتُوا ا ْل ِع ْل َم د ََر َجا‬
 ‫ت َوهللاُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِي ُُر‬

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)

Kesimpulan dari tausiyah yang saya sampaikan bahwa Menuntut ilmu hukumnya adalah
fardu, segala sesuatu yang dilakukan harus dengan ilmu, beribadah tanpa ilmu adalah
sesat bahkan seorang non muslim bernama Einstein pun mengakui hal ini, sedangkan
ilmu tanpa agama adalah buta. Oleh karena kedua hal ini sangat baik jika dikembangkan
bersama-sama. Ibadah yang dilakukan hendaknya disertai dengan ilmunya, hukum dan
rukunnya. Seseorang tanpa ilmu mustahil dapat menjalankan ibadah dengan benar dan
sesuai dengan Syariat.

Ilmu yang dituntut tidak semata-mata hanya untuk beribadah tapi juga untuk urusan
dunia, karena sebuah riwayah menjelaskan bahwa manusia dianjurkan untuk mengejar
akhirat seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan kejarlah akhiratmu seolah-olah
kamu akan kembali kepada-Nya esok.

Namun dalam menuntut ilmu juga ada batasan, seperti menuntut ilmu yang menjadikan
seseorang menjadi sirik atau bahkan merusak diri sendiri seperti ilmu sihir, ilmu santet
dan ilmu kebal. Ilmu yang membawa lebih banyak Mudharat bagi diri sendiri maupun
bagi orang lain tentunya harus dihindari.

Berjalan di atas cakrawala


Singgah di kota tua,
Terima kasih dari saya,
SMAN 9 BERAU ada di Maratua

Allahu A’lam. Akhir kata, Nuun walqalami wamaa yasthuruun, Fastabiqul


khairot. Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai