Anda di halaman 1dari 7

SOALAN 1. Siapakah insan terpilih yang layak mendapat hidayah Allah?

Hidayah Allah SWT sentiasa mendampingi dan menghampiri orangorang yang mentaati Allah dan RasulNYA dengan melaksanakan setiap suruhan perintahNYA dan meninggalkan segala laranganNYA. Mereka itulah yang diberi nikmat dan rahmat yang berbentuk hidayah maunah Allah SWT sebagaimana dinyatakan Allah dalam surah an-Nisa ayat 69, maksudnya : Dan sesiapa yang taat kepada Allah dan RasulNYA, maka (mereka akan ditempatkan di syurga) bersama orang-orang yang telah dikurniakan nikmat oleh Allah kepada mereka, iaitu nabi-nabi dan siddiqin dan para syuhada dan orang-orang yang soleh dan itulah sebaik-baik pendamping Hidayah dan rahmat Allah amat dekat menghampiri individuindividu yang suka melakukan kebaikan. SOALAN 2. Siapakah yang jauh dari hidayah Allah? Hidayah Allah tidak akan dicapai oleh orang-orang yang memilih kekufuran dari keimanan. Hidayah petunjuk Allah tidak akan dikecapi oleh orang-orang yang zalim. Hidayah Allah juga tidak akan menjenguk orang-orang fasik. Justeru mereka sendiri memilih kekufuran, kerana jiwa mereka lebih cenderung kepda kezaliman, lantaran kerana nafsu mereka sendiri suka kepada akhlak peribadi orang-orang fasik iaitu orang-orang yang amat sukar untuk melaksanakan titah perintah Allah SWT. SOALAN 3. Apakah terdapat amalan untuk terus kekal dalam hidayah Allah? Ya, sudah pasti ada. Allah SWT berfirman : Sesiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepada petunjuk, nescaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam (Al-Anam : 125) Kita memohon kepada Allah SWT agar kita tergolong daripada kalangan orang yang mahu dikekalkan hidayah. Ada beberapa amalan untuk memperoleh hidayah ; 1. Melazimkan membaca Al-Quran dan menghayati isi kandungannya 2. Kekal berterusan dalam melakukan ibadah wajib

3. Melazimkan ibadah sunat seperti solat sunat dan puasa sunat 4. Melazimkan berzikir kepada Allah SWT 5. Melazimkan berdoa memohon hidayah daripada Allah SWT Dengan melaksanakan amalan-amalan ini, insyaAllah kita kekal dalam hidayah, diberkati kehidupan dan tenang menghadapi kesukaran. Beramallah, kerana setiap amal yang dilakukan pasti ada ganjaran di sisi Allah SWT. Seharusnya kita bersyukur diberikan hidayah daripada Allah. Hidayah adalah milik Allah dan akan diberikan kepada mereka yang Allah SWT kehendaki sahaja. Walaupun Rasulullah SAW mengharapkan Allah SWT kurniakan hidayah kepda bapa saudaranya Abu Talib, Allah perjelaskan di dalam ayatNYA : Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) tidak berkuasa memberi hidayah petunjuk kepada sesiapa yang engkau kasihi (supaya dia menerima Islam), tetapi Allah jualah yang berkuasa memberi hidayah petunjuk kepda sesiapa yang dikehendakiNYA (menurut peraturanNYA); dan Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang-orang yang (ada persediaan untuk) mendapat hidayah petunjuk (kepada memeluk Islam) (Al-Qasas : 5) Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh berusaha di dalam agama Kami, nescaya Kami akan beri petunjuk kepada mereka akan jalan-jalan kami. (Al-Ankabut: 69) Seringkali kita berbicara soal taufiq dan hidayah kurniaan Allah SWT kepada manusia. Lancar bibir menitipkan doa ke hadrat Ilahi memohon agar selalu mendapat taufiq dan hidayah. Namun sedarkah kita apa maksud sebenar dua perkataan itu? Mereka tak dapat hidayah Allah SWT, sebab itulah buat maksiat (merujuk kepada muslim yang melakukan kemungkaran).. Bicara seseorang seingat saya. Moga mereka mendapat hidayah Allah SWT. Doakan rakannya menyambung ayat. Pengertian Taufiq Dan Hidayah Menyelami maksud sebenar antara kedua-dua perkataan adalah sewajarnya bagi seseorang bergelar muslim. Agar memanifestasikan makna sebenar kepada khalayak umum, lantas menyemai taufiq yang diharapkan. Berdoa biarlah faham. Allahummahdini fiman hadait, waafini fiman afait.. Doa seorang Imam dihadapan makmum dengan lafaz individu. Bukannya secara jamak (banyak/ramai). Bagaimana mungkin mengharapkan sesuatu dimakbulkan jika apa yang didoakan kita juga tidak

mengerti maksudnya. Begitu juga dengan pengertian taufiq dan hidayah. Menurut kitab Jauharah Tauhid, pengertian taufiq ialah sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT yang mendorong seseorang itu untuk melakukan kebaikan jika perkara tersebut berada di dalam dirinya. Taufiq tidak akan diberikan oleh Azza Wajalla melainkan hanya kepada mereka yang bersungguh-sungguh mengabdikan diri dengan rasa kehambaan demi mendekatkan diri kepadaNYA. Ianya berdalilkan ayat 69 surah al-Ankabut yangs saya catitkan di perenggan atas entri ini. Secara ringkasnya ia memberi faham kepada kita bahawa dengan adanya taufiq, manusia akan cenderung untuk melakukan kebaikan terus menerus sehingga ke akhirnya. Amin. Kita terus kepada makna hidayah pula. Taufiq dan hidayah adalah mempunyai makna yang berbeza. Apa yang dimaksudkan dengan makna hidayah ialah, Allah SWT telah memasukkan iman ke dalam seseorang. Ini bermakna, semua manusia yang menganut agama Islam adalah mendapat hidayah Allah SWT tetapi tidak semua dari kalangan mereka mendapat taufiq untuk mengerjakan amal soleh. Dalilnya, bahawa Allah yang memperjalankan hambanya ke hadapannya, subhanallah seterusnya Hidayah adalah keimanan yang menetap di dalam hati seseorang. Keimanan yang mencakup tiga aspek itiqadiy (keyakinan di dalam hati), Iqrariy (pengikraran dengan lisan), dan amaliy (realisasi dengan anggota badan). Termasuk Hidayah Taufiq adalah kemudahan di dalam merealisasikan ilmu dalam amal. Hidayah dalam pengertian ini adalah Hidayah Taufiq, hanya Allah yang mampu menciptakannya di dalam hati seseorang. Hidayah ini hanya untuk orang-orang yang bertakwa. Dan Hidayah jenis ini terdapat dalam firman Allah Subhanahu wa Taala dalam Surat Al-Qashash: 56 Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. Sebab turunnya ayat ini adalah kematian paman Rasulullah, Abu Thalib di atas millah (agama) Abdul Muthallib. Sebagaimana disebutkan dalam As-Shahih dari Ibnul Musayyib dari bapaknya ia berkata ketika maut telah mendatangi Abu Thalib, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mendatanginya. Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal telah berada di sisinya, maka Rasulullah berkata kepada pamannya (Abu Thalib), Wahai pamanku ucapkanlah Laa ilaaha illallah, suatu kalimat yang akan saya jadikan hujjah untuk membelamu di sisi Allah kelak. Maka mereka berdua juga berkata kepada Abu Thalib, Apakah kamu benci agama Abdul Muthallib? maka nabi mengulangi perkataannya kepada pamannya, dan mereka berdua juga

melakukan hal yang sama, sehingga di akhir hayatnya Abu Thalib tidak mengucapkan Laa ilaaha illallah. Dari keterangan di atas telah jelas bahwa Rasulullah hanya bisa berusaha memberikan Hidayah Irsyad kepada pamannya. Adapun Hidayah Taufiq hanya Allah yang mampu memberikan. Sebagaimana yang terjadi pada paman Rasul Abu Thalib yang akhirnya tidak mendapatkan Hidayah Taufiq dari-Nya. Adapun Hidayah Irsyad atau Bayan adalah penjelasan, keterangan tentang kebenaran dan dalil-dalilnya. Hidayah ini bisa kita dapatkan dari manusia, membaca buku-buku, menelaah kitab Tafsir Al-Quran, Syuruhul Hadits, kajian-kajian ilmiah dan yang lainnya. Hidayah ini bisa didapatkan dari siapa saja dan bisa diberikan kepada siapa saja. Hidayah jenis ini terdapat dalam firman Allah Surat Asy-Syuura: 52 Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Quran) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al-Quran itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Ayat di atas menjelaskan kemampuan Nabi Muhammad untuk memberikan petunjuk atau hidayah Irsyad kepada seluruh manusia. Dan kemampuan ini tidak hanya terkhusus untuk Nabi tetapi juga seluruh manusia. Bagaimana cara menggapai Hidayah Taufiq? Hidayah Taufiq menentukan kebahagiaan kita di dunia dan akhirat. Hidayah ini adalah hidayah yang istimewa. Dikatakan istimewa karena tidak sembarangan orang bisa mendapatkannya. Ada syarat yang harus dipenuhi jika seseorang meninginkannya. Sebagaimana yang disebutkan oleh Dr. Shalih bin Fauzan syarat itu adalah Mahabbatullah (kecintaan Allah) dan Ridwanullah (keridhaan Allah). Maka jika seseorang mendambakan hidayah ini hendaknya ia berusaha melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan kecintaan dan keridhaan Allah. Di antaranya adalah beramal shalih dengan cara mengikuti Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam berbagai aspek kehidupan yang beliau contohkan. Sebagaimana yang telah Allah sampaikan dalam surat Ali Imran: 31 Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ittibaur Rasul (Mengikuti Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam) menjadi syarat mendapatkan kecintaan dan keridhaan Allah sekaligus menjadi tuntutan syahadat Anna Muhammadan Rasulullah. Mari kita tengok, berapa banyak orang yang sudah mengikrarkan syahadat ini akan tetapi mereka tidak memmahami tuntutan dari apa yang mereka katakan, sehingga mereka pun tidak meneladani atau mencontoh Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Timbul satu pertanyaan, siapa yang mereka teladani? Pertanyaan ini sudah terjawab dengan fenomena yang ada di sekitar lingkungan kehidupan kita, atau bahkan dilingkungan keluarga kita sendiri.

Bukankah begitu? Hidayah Taufiq juga bisa kita capai melalui Hidayah Irsyad. Dengan cara sesering mungkin mengikuti majelis-majelis ilmu dan penyubur iman. Oleh karena itu, kita harus menggelorakan semangat untuk menggeser, menghancurkan majelis-majelis pengikis iman dan penghalang Hidayah yang merejalela di negara kita melalui berbagi media. Dengan cara menggelorakan semangat dalam menelaah dan mengkaji dua warisan Nabi (Al-Quran & Sunnah). Kemudian menyampaikannya kepada seluruh manusia, agar mereka hidup dalam Hidayah Allah, mengetahui orientasi dan tujuan hidup mereka, tidak mudah disesatkan oleh Iblis dan bala tentaranya. Amin Ya Rabbal Alamin. (Abu Haffa) Referensi : Fathul Majid Syarhu Kitabit Tauhid, Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh, Darul Fikr. Al-Misbah Al-Munir Fi Tahdzibi Ibni Katsir, Shafiyurrahman AlMubarakfuriy, Darus Salam. Kitabut Tauhid Lil Mustawa Al-Awwal, Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Jumiyyah An-Nur Hidayah2 Hidayah dalam Al-Quran sering diartikan dengan 'petunjuk'. Namun, hidayah sering kali pula diarahkan kepada amal-amal lahiriah dan kasat mata. Padahal, amal-amal lahiriah itu merupakan dampak yang terjadi akibat adanya hidayah yang menghujam dalam kalbu, karena hidayah yang demikian inilah yang telah menyebabkan seseorang dapat melakukan amal-amal lahiriah secara sempurna.

Amal lahiriah yang berdasarkan kepada iman yang benar adalah amal yang tidak serakah dan tidak antusias dengan ganjaran atau ancaman apa pun. Tetapi sebaliknya, amal yang tidak dilandasi keimanan yang benar maka amal ini terkesan mengharap imbalan dan takut dengan ancaman yang menakutkan, meski di dalam niatnya ia mengatakan lillaahi ta'ala (ikhlas semata karena Allah).

Andai Tuhan tidak menyediakan surga sebagai ganjaran, atau tidak menciptakan neraka sebagai imbalan hukuman, apakah kita masih mau beribadat kepada-Nya dengan ikhlas lillaahi ta'ala? Bagi mereka yang imannya benar, kata lillaahi ta'ala akan menghujam sedemikian rupa di dalam kalbunya. Dan dalam pengabdiannya kepada Allah, ia hanya berucap "Hasbiyallaahu wanikmal wakil..." (Cukuplah Allah bagiku). Kata ini, tentu terucap dari kadar keimanan tingkat tinggi, tingkat keimanan yang didahului oleh hidayah yang benar-benar dari Allah SWT, Sekarang masalahnya apakah hidayah itu?

Di dalam salat kita lebih dari 17 kali meminta kepada Allah dengan kata "ihdinas shirathal mustaqiim" (Tunjukilah kami ke jalan yang lurus). Arti kata "yang lurus" ini, kadang diartikan dengan arti yang benar, namun tidak tepat. Misalnya, lurus berarti

tidak berbelok-belok, lurus bermakna "yang benar", lurus artinya "yang diridhai", atau lurus berarti "tidak menyesatkan." Padahal, arti kata "lurus" itu, secara ilmiah adalah "dua titik terdekat." Jadi, yang kita mohon kepada Allah adalah hidayah untuk ditunjukkan kepada jalan terdekat untuk "sampai" kepada-Nya. Allah sudah menyatakan, "Aku lebih dekat kepadanya melebihi dekatnya urat leher." Kenapa kita tidak pernah sampai kepada Allah?

Ada batas yang menghijab antara manusia dan Allah. Tetapi, kalau hijab itu terangkat, maka tidak ada batas lagi yang membatasi manusia dengan Allah. Dan manusia pasti akan menyaksikan kesempurnaan wujud Allah yang Mahasuci dan Mahaagung, Mahagagah dan Mahaindah. Inilah Iman yang benar, inilah pencerahan, inilah puncak segala ilmu, inilah makrifatullah, inilah ilmu ladunni dan inilah dia yang namanya hidayah.

Allah berfirman, "Hai manusia, engkau harus berusaha dengan ketekunan yang sebesar-besarnya hingga sampai kepada Tuhanmu lalu engkau menemuinya."(QS. 84:6).

Manusia yang tidak mampu memahami hidayah Allah, ia akan kehilangan segalagalanya. Bahkan, ia akan kehilangan dirinya sendiri dan akan dikembalikan oleh Allah ke derajat yang paling rendah, lebih rendah dari setan dan iblis atau dari binatang sekalipun.

Inilah yang diisyaratkan oleh firman Allah, "Kami ciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik." Artinya, karena dalam bentuk jasmani yang paling baik di antara makhluk-makhluk Allah yang lain, maka hanya manusia yang dapat menemui Tuhan.

Jika dalam bentuk yang paling baik ini dia tidak dapat "menemukan" Tuhan. la terancam azab yang sangat pedih dan akan dikembalikan oleh Allah ke derajat yang paling rendah. Na'udzubillahi min dzalik. Tugas manusia adalah mencari dan menemukan diri sendiri seutuhnya sehingga dapat menemukan Tuhannya. Kita pulak camana? Bila pulak time kita? Sapa yang rajin nak mandikan kita? Sapa yang sudi nak kapankan kita? Sapa pulak yang bakal imamkan kita? Camana pulak cara kita nak balik pi sana? Dah bersedia dah ka kita? Cukupkah kita mencintai Yang Empunya Cinta?

Bersediakah kita mengadap Yang Maha Pencipta? Atau masih teraba-raba sapa diri kita? Tak ketahuan hala pasai apa kita tercipta?

Anda mungkin juga menyukai