Kesuksesan
Doa mohon diberi kemudahan ini adalah salah satu dari sekian banyak doa
supaya dimudahkan oleh Allah dalam segala urusan. Doa ini diambil dari
ayat al-Qur’an surat al-Kahfi. Dan ini memang ada hubungannya dengan
ashabul kahfi.
Robbana Aatina mil ladunka rahmatan wa hayyi lana min amrina rosyada
Artinya: "Ya Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini."
(QS. Al-Kahfi: 10).
Penjelasan:
Doa diatas baik sekali dibaca oleh para pejuang muda yang menegakkan
agama Allah agar mendapatkan keberhasilan dan kesuksesan. Karena doa
tersebut adalah doa yang dibaca pemuda Ashhab al-Kahfi, yakni sekelompok
pemuda yang beriman kepada Allah Swt. hingga mendapatkan petunjuk
yang sempurna dari sisi-Nya. Doa ini dibaca oleh mereka ketika akan masuk
gua sebagai persembunyiannya untuk menyelamatkan agama yang hak,
agama yang mereka pegangi dari fitnah-fitnah dan orang-orang zhalim. Dan
Allah Swt. mengabulkan doa mereka Kisah Ashhabu al-Kahfi dapat dibaca
dalam Surah Al-Kahfi dari ayat 9-26.
Dalam memahami Hadits tersebut, sudah jelaslah bahwa betapa hebat dan tingginya
Agama itu, tapi mengapa Agama itu tidak dapat kita buktikan kehebatannya? padahal
dengan kedahsyatannya yang tak terhingga, Agama At-Tauhid dapat dimenangkan
sepanjang masa, namun tenaga ini telah hilang atau pudar seperti yang kita rasakan
sekarang ini. Agama pun lambat laun akan pudar seperti lampu yang kehabisan
minyaknya, yang mana Agama hanya tinggal syiar nya saja yang menanjak terus
sedangkan energinya/kekuatan gaibnya telah mulai hilang dan Agama akhirnya akan
tinggal namanya saja serta menjadi kebudayaan manusia belaka !! sebab Agama
dipahami pada umumnya hanya secara ilmu fiqih/sosial saja.
Agama secara Hakikatnya adalah Nur, yang didalamnya terkandung Kalimah
ALLAH yang Maha Sakti yang hanya dapat dibuktikan melalui Metode Tariqatullah yang
Bersilsilah hingga Kepada Rasulullah saw Melalui Guru yang Mursyid, Tariqat/Tasawuf
adalah ilmu yang sangat tinggi dan sangat dalam, oleh karenanya sangat sulit
dimengerti oleh orang awam yang Beragama Islam pun apalagi pada zaman dahulu
dimana Ilmiah atau Ilmu Pengetahuan (sains) masih belum umum dikuasai, di sinilah
mereka para orientalis menyusup untuk mengacaukan dan mengadu domba serta
menyebarkan fitnah untuk menghancurkan kita sesama Islam, mereka menciptakan
tariqat-tariqat palsu yang menyesatkan, dan atas dasar itu mereka mendiskreditkan
seluruh tariqat termasuk Tariqat yang Haq yang Bersilsilah Kepada Rasulullah saw
hingga para ulama wahabiyah menfatwakan bahwa semua tariqat adalah salah dan
sesat, betapa dahsyatnya kerugian orang Islam selama berabad-abad lamanya !!
disebabkan oleh para orientalis yang berhasil dengan sangat licik memecah belah dan
menghancur leburkan Islam yang sangat bernilai itu !!.
Sebagai manusia yang secara jasmani dan ruhani yang sangat kotor dan hina dina,
tidak akan dapat dan mampu bertemu Tuhan Yang Maha Suci terkecuali, melalui suatu
Penghantar yang terpilih (Waliyyam Mursyida) yang di dalam Rohaninya
terkandung “Nurun ‘ala’ nur(in) yahdillahu linurihi may yasya’(u). Dia (Waliyyam
Mursyida) bukanlah tujuan, tetapi sebagai alat Penghantar untuk masuk pada
dimensi yang sama yaitu alam ruhani.
Firman Allah : “ May yahdillahu fa huwal muntadi wa may yudlil falan
tajidalahu waliyyam mursyida ”. ( AL-KAHFI : 17).
Artinya : “ Barang siapa yang diberi Petunjuk oleh ALLAH, dialah orang yang
mendapat Petunjuk, dan siapa yang dibiarkanNya sesat, maka tidak ada
seorang Pemimpin (Waliyyam Mursyida) yang dapat memberi Petunjuk ”.
Jadi jelaslah bagi kita sekarang tiap-tiap ruh yang menggabungkan dirinya dengan
rohani Silsilah Waliyyam Mursyida yang Kamil lagi Mukammil yang Khalis Mukhlisin
akan memiliki Wabtaghuu Ilaihil Wasiilata (Wasilah yang menyampaikan dalam
Bermunajad Kepada ALLAH swt ). Dari Abu Yazid Al Busthami mengatakan : “ Barang
siapa yang tidak ada syeikhnya (Waliyyam Mursyida) maka pastilah Syetan
Pemimpinnya ”.
Untuk mendapatkan Agama ALLAH swt sebagai Ilmu yang Haq, maka kita harus
mencari dan menggunakan Metode yang Benar sebagaimana Firman Allah : “ Wahai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah pada Allah (termaksud berdzikir dan
shalat), dan carilah cara (wasillah) untuk mendekatkan diri pada Nya dan
Berjihadlah pada jalan Nya semoga kamu menang (QS Al- Maidah : 35). Metode
tersebut adalah Tariqatullah yang mengandung Ilmu Tasawuf dan Ilmu Sufi dengan
untuk dapat Menyempurnakan Syari’at Islam, karena Syariat itu merupakan Peraturan,
Tariqat adalah Pelaksanaannya, Haqiqat itu merupakan keadaan dan Ma’rifat adalah
Tujuan, Sabda Rasulullah saw: “Syari’at itu perkataanku,thariqat itu perbuatanku dan
haqiqat itu ialah kelakuanku.
Sebagaimana Firman Nya :
“ Ya ayyuhal ladzina ananudkhulku fis silmi kaffah ”.
Artinya : “ Hai orang-orang Beriman masuklah ke dalam Islam secara
keseluruhan ”.
Ayat-ayat ini menerangkan tentang tingkatan-tingkatan wahyu bila dikaitkan dengan Zat
Allah Swt. Yaitu adakalanya Dia melemparkan sesuatu ke dalam diri Nabi Saw. yang tidak
diragukan oleh Nabi Saw. bahwa hal itu berasal dari Allah Swt. Sebagaimana yang
disebutkan di dalam kitab Sahih Ibnu Hibban dari Rasulullah Saw, bahwa beliau Saw.
pernah bersabda:
************
Sebagaimana saat Allah Swt. berkata-kata kepada Musa a.s, lalu Musa meminta kepada
Allah Swt. agar dapat melihat Zat Allah sesudah pembicaraan itu, tetapi pandangan Musa
terhalang tabir dan tidak dapat melihat-Nya.
Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada sahabat
Jabir ibnu Abdullah r.a.:
Demikianlah bunyi teks hadis ini, dan perlu diketahui bahwa ayah sahabat Jabir telah gugur
di medan Perang Uhud, dan apa yang diceritakan dalam hadis ini terjadinya di alam
barzakh, sedangkan ayat ini hanya menceritakan keadaan di dunia.
***********
Firman Allah Swt.:
Sebagaimana Dia telah menurunkan Malaikat Jibril a.s. dan malaikat lainnya kepada para
nabi.
********
Yakni secara rinci, sebagaimana yang telah disyaratkan (diperintahkan) untukmu di dalam
Al-Qur'an.
}آن {نُو ًرا نَ ْه ِدي بِ ِه َمنْ نَشَا ُء ِمنْ ِعبَا ِدنَا ِ {ولَ ِكنْ َج َع ْلنَاهُ} َأ
َ ا ْلقُ ْر:ي َ
tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang
Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami (Asy-Syura: 52)
ون فِي آ َذانِ ِه ْم َو ْق ٌر َوه َُو َعلَ ْي ِه ْم َع ًمى َ شفَا ٌء َوالَّ ِذ
َ ُين اَل يُْؤ ِمن ِ ين آ َمنُوا ُه ًدى َو َ {قُ ْل ه َُو لِلَّ ِذ
ٍ ُأولَِئكَ يُنَا َد ْو َن ِمنْ َم َك
}ان بَ ِعي ٍد
Katakanlah, "Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.
Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedangkan Al-
Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. (Fushshilat: 44), hingga akhir ayat.
**************
ٍ ِستَق
}يم ْ اط ُم ِ {وِإنَّكَ } يَا ُم َح َّم ُد {لَتَ ْه ِدي ِإلَى
ٍ ص َر َ
Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang
lurus. (Asy-Syura: 52)
Yaitu jalan yang hak lagi lurus. Kemudian ditafsirkan oleh firman berikutnya, yaitu:
} ِ ص َرا ِط هَّللا
ِ {
(yaitu) jalan Allah. (Asy-Syura: 53)
Yakni syariat yang telah diperintahkan oleh Allah Swt. untuk dilaksanakan.
}ض
ِ األر
ْ ت َو َما ِفي َّ {الَّ ِذي لَهُ َما فِي ال
ِ س َم َوا
yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Asy-Syura:
53)
Dialah Tuhan keduanya. Yang memiliki keduanya, Yang mengatur keduanya, lagi Dialah
Hakim yang tiada hambatan bagi keputusan hukumNya.
Yakni semua urusan kelak akan dikembalikan kepada-Nya, lalu Dia akan merincinya dan
menghukuminya. Mahasuci lagi Mahatinggi Allah dari "apa yang dikatakan oleh orang-
orang yang zalim dan orang-orang yang ingkar dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
MAKALAH
Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir yang Di bina Oleh Ibu Muthi’ah
Hariyati,M.Th.i
Khoirun Nisa
M. Misbahul Munir
Rahmawati Adiabsari
JOMBANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah telah mengutus para utusannya untuk memberi petunjuk dan pedoman hidup serta membimbing
manusia di bumi. Allah mengharuskan setiap muslim untuk beriman kepada semua Rasul yang telah
diutusnya. Untuk menyampaikan risalah dan petunjuknya pada semua umat manusia. Agar umat
manusia tidak mengalami kesesatan dalam kehidupannya. Sebab salah satu rukun iman adalah
mengimani para utusan-utusan Allah. Sebenarnya bukan rasul yang membutuhkan mansuia namun
manusia lah yang membutuhkan kehadiran para rasul. Untuk mendapat petunjuk dan tuntunan serta
suritauladan dari para rasul Allah. Seperti halnya dalam tata cara beribadah yang benar dan baik, semua
itu hanya akan diperoleh melalui ajaran-ajaran, bimbingan-bimbingan dan petunjuk yang langsung dari
rasul. Sesungguhnya seluruh rasul diutus dengan membawa kemurnian ibadah dan tauhid.Perlu
diketahui antara definisi nabi dan rasul. Nabi dari segi bahasa berarti orang yang memberi kabar,
sedangkan dari segi syari’at berarti orang yang menerima wahyu dari Allah untuk dirinya sendiri dan
tidak ada kewajiban baginya untuk menyampaikan kepada orang lain. Sedangkan Rasul berarti utusan
dan sedangkan rasulullah adalah seorang nabi yang menerima wahyu Allah untuk dirinya sendiri dan
berkewajiban menyampaikan kepada orang lain.
B. Rumusan masalah
1. Apa Makna Mufrodat Ayat Q.S Al-Syuura : 51-53 dan Al-Nahl : 36?
2. Apa sabab nuzul ayat Q.S Al-Syuura : 51-53 dan Al-Nahl : 36?
C. Tujuan
1. Mengetahui makna mufrodat ayat Q.S Al-Syuura : 51-53 dan Al-Nahl : 36.
2. Mengetahui sabab nuzul ayat Q.S Al-Syuura : 51-53 dan Al-Nahl : 36.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna mufrodat
“Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan
perataran wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu
diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi
Maha Bijaksana.(51) Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur’an) dengan perintah
kami. Sebelumnya kamu tidaklah megetahui apakah Al kitab (Al Qur’an) dan tidak pula mengetahui
apakah iman itu. Tetapi kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya. Yang engkau tunjuki (ajarkan) dia kepada
siapa yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya engkau benar-benar
memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus.(52) (yaitu) jalan Allah dan kepunyaan-Nya apa yang ada di
lagit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan. (53)”
(ُ ) ُي َكلِّ َم ُه هَّللاdisini tidak boleh dipahami dalam arti percakapan seperti halnya makhluk. Yang pasti bahwa
kalam Allah atau apa saja redaksi yang mengesankan adanya persamaan antara Allah dan manusia,
bahkan makhluk harus segera di pahami bahwa hakikat keduanya tidaklah sama karena “tidak ada yang
serupa dengan-Nya”. Bahwa percakapan disini bermakna “dipahaminya apa yang hendak disampaikan
Allah oleh objek yang dipilihnya.”
()وحْ يًا
َ Al-Baihaqi berpendapat bahwa disini dapat mencakup pemberian informasi tanpa perantara dan
dengan cara tersembunyi. Ia juga dapat berbentuk ilham atau mimpi atau juga dengan cara yang lain,
baik Allah menganugerahkan kepada yang menerima wahyu itu kemampuan mendengar mendengar.
(•ب
ٍ )و َراء ح َِجا
َ mempunyai arti di luar sesuatu, kenapa di artikan demikian karna serupa dengan kalimat (وهللا
) من وراءهم محيطdi terjemahkan Allah di belakang mereka Maha Mengetahui. Ini karena Allah tidak
membutuhkan tempat sehingga tidak ada bagi sifat-Nya ruang atas atau bawah atau depan atau
belakang.
(“ )ِإ َّن ُه َعلِيٌّ َحكِي ٌمdia yang maha tinggi lagi maha bijaksana” karena Allah maha tinggi maka percakapan-Nya
tidak sama dengan mahluk. Dia juga maha bijaksana sehingga dia memilih yang terbaik untuk
berkomunikasi denganya, serta informasi dan tuntunan yang disampaikan-Nya adalah sangat sesuai
dengan kemaslahatan.
( ) َك ٰ َذل َِكkadzalika oleh Thobathaba’i dipahami sebagai menunjuk kepada ketiga macam cara
taklim/pembicaraan Allah yang disebut ayat yang lalu.
( )رُوحً اruh, disini di artikan sebagai malaikat jibri. Atau menurut kebanyakan ulama ruh dalam ayat di
atas adalah Al-Qur’an.
( )مِنْ َأمْ ِر َناmin amrina dapat dipahami dalam arti wewenang khusus Allah.
( ) ُنورً اnur, yakni sebagai penjelas, terhadap suatu perbuatan yang dilarang, halal, haram, hak, dan yang
batil.
2. Al-Nahl : 36
ض ِ ْض َلـ َل ُة َفسِ يرُو ْا فِى االٌّر ْ َولَ َق ْد َب َع ْث َنا فِى ُك ِّل ُأ َّم ٍة رَّ سُوالً َأ ِن اعْ ُبدُو ْا هَّللا َ َواجْ َت ِنبُو ْا ْال َّطـ ُغوتَ َف ِم ْن ُهم• مَّنْ َهدَى هَّللا ُ َو ِم ْن ُه ْم مَّنْ َح َّق
َّ ت َع َل ْي ِه ال
ِّ ْ ُ
َ ان َعـقِ َبة ال ُم َكذ ِب
ين ُ
َ َفانظرُو ْا َكي.
َ ْف َك
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah
Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826].
Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul).”
B. Sabab nuzul
Sabab an-Nuzul ayat di atas berkenaan dengan perkataan yahudi terhadap Nabi SAW., “ Hai Nabi
bagaimana caramu dapat berbicara dan melihat Allah, jika kamu seorang Nabi, sebagaimana
berbicaranya dan melihatnya Musa kepada Allah. Sesungguhnya kami tidak akan beriman kepadamu
hingga kamu mengerjakan yang demikian itu.” Lalu turunlah ayat ke 51.
2. Al-Nahl : 36
Pada ayat sebelumnya, Allah SWT menjelaskan bahwa tindakan yang tepat bagi orang-orang musyrik
ialah menjatuhkan azab yang membunasakan mereka, seperti dialami orang-orang musyrik sebelum
kedatangan Nabi Muhammad SAW. Mereka tidak dapat memberikan alasan apapun karena Allah SWT
telah memberikan bimbingan-Nya melalui rosul. Mereka lebih sering mengikuti ajaran nenek moyang
mereka dari padamengikuti wahyu yang membimbing mereka kepada kebenaran. Dalam ayat-ayat
berikut Allah menjelaskan bahwa ia telah mengutus kepada tiap-tiap umat seorang rosul untuk
memberikan bimbingan wahyu kepada mereka.
Dalam surat An-Nahl ayat 36, ayat ini menghibur Nabi Muhammad SAW, dalam menghadapi para
pembangkang dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini menyatakan : Allah pun telah mengutusmu, maka
ada diantara umatmu yang menerima baik ajakanmu dan ada juga yang membangkang.
Allah mengabarkan kepada kita untuk meneliti sejarah umat terdahulu, baik umat yang memperoleh
dan mendapat petunjuk dari Allah SWT. Ataupun ummat yang membangkang karena didalamnya
terdapat pelajaran yang berharga bagi manusia dan menjadi bekal agar manusia tidak terjerumus
kedalam lubang yang sama untuk kesekian kalinya.
C. Tafsir
Dalam ayat-ayat kelompok ini kembali menguraikan tentang wahyu dari segi cara Allah menyampaikan
kepada para nabi. Dalam ayat 51 kalimat ( ُ ) ُي َكلِّ َم ُه هَّللاkalam Allah tidak boleh di artikan percakapan
sebagaimana mahluknya. Yang pasti kalam Allah atau redaksi apapun yang menyamakan bahwa Allah
dan mahluknya sama, itu harus di pahami bahwa hakikat keduanya tidak sama. Dari ayat di atas kita
dapat memahami apa yang hendak di sampaikan Allah oleh objek yang dipilihnya. Ada 3 acara :[1]
()وحْ يًا
َ Al-Baihaqi berpendapat bahwa disini dapat mencakup pemberian informasi tanpa perantara dan
dengan cara tersembunyi. Ia juga dapat berbentuk ilham atau mimpi atau juga dengan cara yang lain,
baik Allah menganugerahkan kepada yang menerima wahyu itu kemampuan mendengar .[2]
()و َراء
َ mempunyai arti di luar sesuatu, kenapa di artikan demikian karna serupa dengan kalimat ( وهللا من
) وراءهم محيطdi terjemahkan Allah di belakang mereka Maha Mengetahui. Ini karena Allah tidak
membutuhkan tempat sehingga tidak ada bagi sifat-Nya ruang atas atau bawah atau depan atau
belakang.
Firman-Nya (“ )ِإ َّن ُه َعلِيٌّ َحكِي ٌمdia yang maha tinggi lagi maha bijaksana” karena Allah maha tinggi maka
percakapan-Nya tidak sama dengan mahluk. Dia juga maha bijaksana sehingga dia memilih yang terbaik
untuk berkomunikasi denganya, serta informasi dan tuntunan yang disampaikan-Nya adalah sangat
sesuai dengan kemaslahatan.
Pengutusan rosul dapat juga mencakup banyak rosul. Jika kita memahami kata rosul dalam artian
malaikat, ini bisa bermacam-macam, bisa jibril,bisa isrofil. Namaun demikain dalam Al- Qur’an yang
menyampaikan wahyu Al-Qur’an hanyalah malaikat jibril. Yang dapat di lihat dalam ayat surat Asy-
Syu’ara ayat 26.
(Ayat 52) - Didalam perbuatan-Nya – ك َ ِ( َو َك ٰ َذلdan demikianlah) maksudnya, sebagamana kami wahyukan
kepada Rasul-rasul –ك َ َأ ْو َح ْي َنا ِإلَ ْيx(kami wahyukan kepadamu) hai Muhammad –( رُوحً اwahyu) yakni Al
Qur’an, yang karnanya kalbu manusia dapat hidup –( مِنْ َأمْ ِر َناdengan perintah kami) yang kami wahyukan
kepadamu – َما ُك ْنتَ َت ْد ِريi(sebelumnya kamu tidaklah megetahui) sebelum kami mewahyukan kepadamu
– ُ( َما ْال ِك َتابapakah Alkitab) yakni Al Qur’an itu – ُ َواَل اِإْلي َمانh(dan tidak pula mengetahui apakah iman itu)
yakni syariat- syariat dan tanda-tanda-Nya nafi dalam ayat ini amalnya di-ta’alluqkan kepada fi’il dan
lafaz-lafaz sesudah fi’il menempati kedudukan dua maf’ulnya –ُ( َولكِنْ َج َع ْل َناهtetapi kami menjadikan Al
Qur’an itu) wahyu atau Al Qur’a itu –ك لَ َت ْهدِي َ ( ُنورً ا َن ْهدِي ِب ِه َمنْ َن َشا ُ•ء مِنْ عِ َبا ِد َنا َۚوِإ َّنcahaya yang kami tunjukan
dengan dia siapa yang kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-
benarmemberi petunjuk) maksudnya kamu menyeru dengan wayu yang diturunkan kepadamu - ِإلَ ٰى
ٍ( صِ َراطkpada jalan) tuntunan - ( مُسْ َتق ٍِيمyang lurus) yangki agama islam.
Ayat yang lalu telah menerangkan tentang cara-cara Alllah menyampaikan wahyu kepada manusia.
Dalam ayat selanjutnya menegaskan bahwasanya Allah telah mewahyukan kepada manusia melalui
perantara malaikat jibril. Telah menyampaikan wahyu kepada ruh yakni Al-Qur’an, yang merupakan
suatu urusan dan wewenangkhusus kami. Sebelumnya Nabi Muhammad tidak mengetahui apa itu al-
kitab dan apa itu iman. Tetapi Allah memberikan Al-Qur’an sebagai cahaya dalam menjelaskan kedua hal
tersebut.
2. Al-Nahl : 36
ً( َولَ َق ْد َب َع ْث َنا فِى ُك ِّل ُأ َّم ٍة رَّ سُوالdan sesungguhnya kami telah mengutus Rosul pada tiap-tiap umat ) seperti aku
mengutus kamu kepada mereka - (َأ ِنuntuk) artinya untuk menyerukan - َ (اعْ ُبدُو ْا هَّللاsembahlah allah)
esakanlah Dia - َ(واجْ َت ِنبُو ْا ْال َّطـ ُغوت َ dan jauhilah thaghut) berhala- berhala itu jangan kalian sembah - َْف ِم ْنهُم مَّن
ُ ( َهدَى هَّللاmaka diantara umat itu ada orang- oramgyang diberi petunjuk oleh allah) lalu ia beriman - َو ِم ْن ُه ْم
(مَّنْ َح َّقتdan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti) telah ditentukan - ضلَـلَ ُة َّ (علَ ْي ِه الkesesatan
َ
ْ َ
baginya) menurut ilmu allah,seingga ia beriman - (فسِ يرُواmaka berjalanlah kalian) hai orang-orag kafir
mekkah - ين َ ان َعـقِ َب ُة ْال ُم َك ِّذ ِب ُ ض َف
َ انظرُو ْا َكي
َ ْف َك ِ ْ (فِى االٌّرdi muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orangyang mendustakan) Rasul-rasul merek, yakni kebinasahan yang akan mereka alami nanti.[4]
D. Penjelasan ayat
Surah Asy-Syura terdiri dari 53 ayat, dan mayoritas ulama’ berpendapat bahwa surat ini tergolong surat
makkiyyah.[5] Surat ini dinamakan Asy-Syurah yang berarti “Musyawarah”, nama ini di ambil dari ayat
38. Ada juga yang berpendapat bahwa surat ini di sebut dengan Ha Mim, ‘Ain Sin Qof karena rangkaian
huruf-huruf itu hanya ditemukan pada surat ini.
Thahir Ibn ‘Asyur menilai bahwa tujuan utamanya adalah tantangan kepada kaum musyrikin yang
meragukan kebenaran Al- Qur’an untuk membuat semacamnya.[6] Dalam surat ini banyak membahas
tentang wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu ada beberapa ulama’ yang
menjadikan tema utama surat ini adalah persoalan tentang wahyu.
Thabatthaba’i menerangkan bahwasanya persoalan tentang wahyu dapat di pahami dari awal uraian
surat ini (ayat 3) dan akhir surat (ayat 51) seta di ulang-ulangi uraian tentang wahyu pada ayat 3, 7 serta
turunya al – kitab (ayat 17). Sayyid Quthub berpendapat sama, surat ini juga sama dengan surat-surat
Makkiyah yang menguraikan persoalan akidah. Tetapi surat ini lebih menitik beratkan secara khusus
menyangkut hakikat wahyu dan risalah secara keseluruhan. Sedangkan uraian-uraian lainya hanya
mengikut pada tema tersebut.[7] Surat ini turun sesudah surat Al-Kahfi dan sebelum surat Ibrohim. Ia
merupakan surat keenam puluh sembilan yang di terima Nabi saw.
2. Al-Nahl : 36
Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa para Rasul itu di utus sesuai dengan Sunnatullah, yang
berlaku pada umat sebelumnya. Mereka itu adalah pembimbing manusia ke jalan yang lurus. Bimbingan
Rasul-rasul itu diterima oleh orang-orang yang dikehendaki oleh Allah SWT dan menyampaikan mereka
kepada kesejahteraan dunia dan kebahagiaan akhirat, akan tetapi orang-orang yang bergelimang dalam
kemusyrikan tidaklah mau menerima bimbingan Rasul.
Allah SWT menjelaskan bahwa dia telah mengutus beberapa utusan kepada tiap-tiap umat yang
terdahulu, seperti halnya Dia mengutus Nabi Muhammad SAW kepada umat manusia seluruhnya. Oelh
sebab itu manusia hendaklah mengikuti seruannya, yaitu beribadah hanya kepada Allah SWT yang tidak
mempunyai serikat dan larangan mengingkari seruanya, yaitu tidak boleh mengikuti tipu daya setan
yang selalu menghalang-halangi manusia mengikuti jalan yang benar. Setan-setan itu selalu mencari-cari
kesempatan untuk menyesatkan manusia.
Firman Allah “ dan tanyakanlah kepada Rasul-rasul kami yang telah kami utus sebelum kamu:”adakah
kami menentuka Tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?”. (Q.S. Az-Zukhruf:45).
Dari uraian tersebut dapatlah dipahami bahwa Allah tidak menghendaki hamba-Nya menjadi kafir,
karena Allah SWT telah melarang mereka itu mengingkari Allah. Larangan itu telah disampaikan melalui
Rasul-Nya. Akan tetapi apabila ditinjau dari tabi’atnya, maka di antara hamba-Nya mungkin saja
mengingkari Allah, karena manusia telah diberi pikiran dandiberi kebebasan memilih sesuai dengan
kehendaknya. Maka takdir Allah berlakumenurut pilihan mereka itu.
E. Munasaba
ayat di atas berkenaan dengan perkataan yahudi terhadap Nabi SAW., “ Hai Nabi bagaimana caramu
dapat berbicara dan melihat Allah, jika kamu seorang Nabi, sebagaimana berbicaranya dan melihatnya
Musa kepada Allah. Sesungguhnya kami tidak akan beriman kepadamu hingga kamu mengerjakan yang
demikian itu.” Lalu turunlah ayat ke Q.S Al-Syuura 51.
Jadi uraian tafsir surat as-syuura ayat 51-52 adalah adakalanya isi wahyu Allah diterima langsung oleh
seorang Nabi dengan hanya mendengar kalam ilahi tanpa dapat melihatnya sebagaimana telah dialami
oleh Nabi Musa di atas Thur sina.
Allah dapat pula menurunkan wahyu kepada seorang Rasul dengan mengutus kepada seorang malaikat,
sebagaimana yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Tatkala didatangi oleh malaikat jibril yang
menjelma sebagai seorang pria untuk menyampaikan wahyu Allah kepadanya.
Kemudian Allah berfirman, “dan demikianlah kami telah menurunkan kepadamuhai Muhammad, wahyu
al-Qur’an yang merupakan cahaya bagimu untuk memberi petunjukkepada hamba-hamba-ku ke jalan
yang lurus, jalan yang dikehendaki dan diridhoi Allah, Tuhan yang memiliki kerajaan langit dan bumi dan
kepadanya kembali segala urusa”.
Dalam surat al-Nahl ayat 36 mempunyai keterkaitan dengan penjelasan di atas, melihat dari
pembahasanya bahwa Allah menurunkan sebuah wahyu kepada Rasul-Nya sebagai jalan menuju
kebahagiaan di dunia maupun di akhirat bagi orang yang mau mengikuti wahyu Allah yang di berikan
kepada Rasul-Nya.
Bagi orang-orang yang tidak mau mengikuti perintah yang telah di sampaikan oleh Rasul mereka maka
tindakan yang paling tepat adalah memberikan adzab bagi orang-orang yang musyrik, yakni
membinasakan mereka seperti orang-orang sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW. Mereka tidak
dapat memberikan alasan apapun karena Allah SWT telah memberikan bimbingan-Nya melalui rosul.
Mereka lebih sering mengikuti ajaran nenek moyang mereka dari padamengikuti wahyu yang
membimbing mereka kepada kebenaran. Dalam ayat-ayat berikut Allah menjelaskan bahwa ia telah
mengutus kepada tiap-tiap umat seorang rosul untuk memberikan bimbingan wahyu kepada mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam Q.S Al-Syuura : 51-53, ini menjelaskan ragam cara Allah dalam menyamapaikan wahyu kepada
Rasul-Nya. Dan kemudian Allah berfirman dalam Q.S Al-Nahl : 36 bahwasanya bagi umat yang tidak mau
mengikuti apa yang telah disampaikan Allah pada Rasul-Nya maka adzab yang terdahulu pernah terjadi
pada umat-umat sebelumnya yang tidak mau mengukuti para pembimbing (Nabi/Rasul)mereka, akan
menimpa mereka.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini pastinya masih banyak kekurang. Baik dari segi pembahasan atau dari segi
penulisan, penulis membuka pintu selebar-lebarnya bagi para pembaca untuk memberikan kritik
masukan dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini bisa bermanfaat umumnya bagi para
pembaca dan khususnya bagi penulis. Trimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Al mahali, Imam jalaludin dan As-suyuthi, imam jalaluddin. 2012. Tafsir jalalain jilid 3. Bandung: sinar
baru algensindo.
Al-Qur’an terjemah.
Bahreisy, Salim dan Bahresy, Said. 1993. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier., jilid 4. Surabaya:Bina
Ilmu.
Qurtub, ‘Abd Allah bin Ahnad al-Anshari. 2002. Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an. Cairo:dar al-Hadis.
Shihab, Moh Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah vol 3. Jakarta: lentara hati.