Anda di halaman 1dari 14

Doa Agar Diberikan Kemudahan Keberhasilan Dan

Kesuksesan

Doa mohon diberi kemudahan ini adalah salah satu dari sekian banyak doa
supaya dimudahkan oleh Allah dalam segala urusan. Doa ini diambil dari
ayat al-Qur’an surat al-Kahfi. Dan ini memang ada hubungannya dengan
ashabul kahfi.

Berikut ini doa mohon diberi kemudahan itu:

Robbana Aatina mil ladunka rahmatan wa hayyi lana min amrina rosyada 

Artinya: "Ya Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini."
(QS. Al-Kahfi: 10).

Penjelasan:

Doa diatas baik sekali dibaca oleh para pejuang muda yang menegakkan
agama Allah agar mendapatkan keberhasilan dan kesuksesan. Karena doa
tersebut adalah doa yang dibaca pemuda Ashhab al-Kahfi, yakni sekelompok
pemuda yang beriman kepada Allah Swt. hingga mendapatkan petunjuk
yang sempurna dari sisi-Nya. Doa ini dibaca oleh mereka ketika akan masuk
gua sebagai persembunyiannya untuk menyelamatkan agama yang hak,
agama yang mereka pegangi dari fitnah-fitnah dan orang-orang zhalim. Dan
Allah Swt. mengabulkan doa mereka Kisah Ashhabu al-Kahfi dapat dibaca
dalam Surah Al-Kahfi dari ayat 9-26.

KEMUTLAKAN DALAM BERAGAMA


   
Hadits Rasulullah SAW : 
“ Al – Islaamu ya’luu yu’laa  ‘alaihi ”.
Artinya :
  Islam adalah sangat tinggi, tiada yang dapat melebihinya.
  ( Hadits diriwayatkan oleh Bukhari )
      

       
Dalam memahami Hadits tersebut, sudah jelaslah bahwa betapa hebat dan tingginya
Agama itu, tapi mengapa Agama itu tidak dapat kita buktikan kehebatannya? padahal
dengan kedahsyatannya yang tak terhingga, Agama At-Tauhid dapat dimenangkan
sepanjang masa, namun tenaga ini telah hilang atau pudar seperti yang kita rasakan
sekarang ini. Agama pun lambat laun akan pudar seperti lampu yang kehabisan
minyaknya, yang mana Agama hanya tinggal syiar nya saja yang menanjak terus
sedangkan energinya/kekuatan gaibnya telah mulai hilang dan Agama akhirnya akan
tinggal namanya saja serta menjadi kebudayaan manusia belaka !! sebab Agama
dipahami pada umumnya hanya secara ilmu fiqih/sosial saja.

        Agama secara Hakikatnya adalah Nur, yang didalamnya terkandung Kalimah
ALLAH yang Maha Sakti yang hanya dapat dibuktikan melalui Metode Tariqatullah yang
Bersilsilah hingga Kepada Rasulullah saw Melalui Guru yang Mursyid, Tariqat/Tasawuf
adalah ilmu yang sangat tinggi dan sangat dalam, oleh karenanya sangat sulit
dimengerti oleh orang awam yang Beragama Islam pun apalagi pada zaman dahulu
dimana Ilmiah atau Ilmu Pengetahuan (sains) masih belum umum dikuasai, di sinilah
mereka para orientalis menyusup untuk mengacaukan dan mengadu domba serta
menyebarkan fitnah untuk menghancurkan kita sesama Islam, mereka menciptakan
tariqat-tariqat palsu yang menyesatkan, dan atas dasar itu mereka mendiskreditkan
seluruh tariqat termasuk Tariqat yang Haq yang Bersilsilah Kepada Rasulullah saw
hingga para ulama wahabiyah menfatwakan bahwa semua tariqat adalah salah dan
sesat, betapa dahsyatnya kerugian orang Islam selama berabad-abad lamanya !!
disebabkan oleh para orientalis yang berhasil dengan sangat licik memecah belah dan
menghancur leburkan Islam yang sangat bernilai itu !!.

Ilmu Tariqat/tasawuf adalah yang mampu secara vertikal menembus sedalam-


dalamnya kedalam lapisan yang terdalam dari Al Qur’an, yang dapat membukakan tabir
Rahasia Kalimah ALLAH yang dibawah Al-Islam melalui Nur – Nya. Sebagaimana
diterangkan dalam Hadits Qudsi :
“ Laa ilaaha illallahu wa aana huwa man qaalaha dakhala  hishni waman
hisniaamina min iqaabi ”.
Artinya : “ Laa ilaaha illallah, itu adalah perkataanku dan Ia adalah Aku, siapa
yang menyebutnya masuklah ia ke dalam benteng Ku, siapa yang masuk ke
dalam Benteng Ku, terpeliharalah ia dari siksaan Ku ”        
 
       Dzikir  adalah suatu tekhnologi yang dapat menghasilkan energi dari Kalimah
ALLAH sebagai inti dari Al Qur’anul Karim yang dapat memusnakan Al-iblis yang
bagaimanapun tangguhnya, dan ini hanya dapat dicapai antara lain melalui saluran Haq
Nya yang diakui oleh ALLAH swt, yaitu melalui Rohani  salah Seorang Para Rasul
Pilihan Nya yang tali Silsilanya nyata adanya !! karena hanya disitulah tersembunyi
frekwensi ALLAH swt yang tidak terhingga. Rasulullah saw Sendiri harus diberi suatu
faktor yang tak terhingga yaitu Nurun ala Nurin baru mampu Beliau Bermunajad sampai
Kehadirat ALLAH swt, faktor yang tak terhingga itu diberikan Sendiri oleh Dzat yang
Maha Tinggi yang berdimensi tak terhingga pula. Ini adalah suatu contoh yang sangat
jelas bahwa manusia tidak akan sampai Kepada ALLAH swt tanpa diberi bantuan suatu
alat yang hukumnya tak terhingga kapasitasnya, sebagaimana Firman Allah di dalam
Surat Asy-syura : 52 :
“ Wa kazalika auhaina ilaika ruham min amrina, ma kunta tadri mal kitabu wa lal
imanu wa lakin Ja’alnahu nuran nahdi bihi man nasya’u min ‘ibadina, wa innaka
latahdi ila siratim mustaqim (in). ”
Artinya : “ Sebagaimana Kami menurunkan Wahyu Kepada Rasul yang lain,
begitu pula Kami mewahyukan Al-Qur’an kepadamu sebagai Rahmat dari Kami.
Padahal sebelumnya, kamu tidak tahu apakah Kitab Al-Qur’an dan Iman itu.
Namun Kami menjadikannya Nur dan dengannya Kami tunjuki pada manusia
pilihan Ku di antara hamba-hamba Ku. Justru dengan Nur itu kau dapat
menunjuki orang pada jalan yang lurus.”
        
        Ayat tersebut sangatlah menjelaskan bagaimana pengertian tentang Mursyid,
Mursyid sesungguhnya adalah Wasillah sedangkan Wasillah itu Arwahul muqadasah
(Rohani) Rasullullah saw yang sudah ditanamkan Nur Illahi dan Nur Muhammad oleh
ALLAH swt. Sebagai via atau chanel dan frekwensi untuk dapat menuntun kita ke jalan
yang lurus. Mursyid bukanlah orang atau manusia tetapi Mursyid mengambil tempat di
Qalbu Orang Mukmin sebagaimana di terangkan dalam Hadits Qudsi : “ AKU
Berkenan di  Hati Hamba Ku yang Mukmin, yang Lemah Lembut dan Tenang
”. Orang Mukmin yang dimaksud tersebut adalah Waliyyam Mursyida. di dalam Hadits
diuraikan : “ Ia (Waliyyam Mursyida) meneruskan Pancaran Nurun ala Nurin pada
Orang yang dikehendaki ALLAH swt, karena Ia adalah aparat ALLAH swt, seperti
juga Rasulullah saw adalah aparat ALLAH swt yang pertama dan Ia adalah
Penerus Tugas Rasulullah saw, sebagai Khalifah Allah dan Khalifah Rasul yang
sebenar-benarnya sebagai Al-Ulama – U Waratsatul An- biya yang sebenar-
benarnya, lahir batin jasmani dan rohani " (HR AL-BAZZAR dari IBNU ABBAS 
r.a).
        
Dalam pemahaman umum, sering timbul pertanyaan : mengapa kita harus memakai
penghantar Waliyyam Mursyida? bukankah Tuhan Maha Tahu dan Maha Melihat?
secara syari’at pertanyaan itu sangatlah wajar terjadi, sebab mereka menyamakan
dimensi fisik yang nyata dengan dimensi Tuhan yang Maha Gaib. Semestinya kalau kita
ingin benar-benar mengetahui bahwa Tuhan itu Maha Tahu dan Maha Melihat, haruslah
kita masuk pada dimensi yang sama,sebagaimana proses isra dan mi’raj yang telah
dilakukan rasulullah saw yang telah masuk pada di mensi yang sama. Satu-satunya
dimensi yang sama dengan ALLAH swt yang kita miliki adalah ruhani kita.
Firman Allah :
“ Fa iza sawwaituhu wa nafakhtu fihi mir ruhi fa qa ’u lahu sajidin (a) ”
Artinya   : “ Maka setelah Aku Sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya
sebagian Roh Ku, rebahkanlah dirimu dan bersujud Kepada Nya (QS Al-Hijr : 29)

      Sebagai manusia yang secara jasmani dan ruhani yang sangat kotor dan hina dina,
tidak akan dapat dan mampu bertemu Tuhan Yang Maha Suci terkecuali, melalui suatu
Penghantar yang terpilih (Waliyyam Mursyida) yang di dalam Rohaninya
terkandung “Nurun ‘ala’ nur(in) yahdillahu linurihi may yasya’(u). Dia (Waliyyam
Mursyida) bukanlah tujuan, tetapi sebagai alat Penghantar untuk masuk pada
dimensi yang sama yaitu alam ruhani.
Firman Allah : “ May yahdillahu fa huwal muntadi wa may yudlil falan
tajidalahu waliyyam mursyida ”.  ( AL-KAHFI : 17).
Artinya   : “ Barang siapa yang diberi Petunjuk oleh ALLAH, dialah orang yang
mendapat     Petunjuk, dan siapa yang dibiarkanNya sesat, maka tidak ada
seorang Pemimpin (Waliyyam    Mursyida) yang dapat memberi Petunjuk ”.

      Jadi jelaslah bagi kita sekarang tiap-tiap ruh yang menggabungkan dirinya dengan
rohani Silsilah Waliyyam Mursyida yang Kamil lagi Mukammil yang Khalis Mukhlisin
akan memiliki Wabtaghuu Ilaihil Wasiilata (Wasilah yang menyampaikan dalam
Bermunajad Kepada ALLAH swt ). Dari Abu Yazid Al Busthami mengatakan : “ Barang
siapa yang tidak ada syeikhnya (Waliyyam Mursyida) maka pastilah Syetan
Pemimpinnya ”.
       
      Untuk mendapatkan Agama ALLAH swt sebagai Ilmu yang Haq, maka kita harus
mencari dan menggunakan Metode yang Benar sebagaimana Firman Allah : “ Wahai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah pada Allah (termaksud berdzikir   dan
shalat), dan carilah cara  (wasillah) untuk mendekatkan diri pada Nya dan
Berjihadlah pada jalan Nya semoga kamu menang (QS Al- Maidah : 35). Metode
tersebut adalah Tariqatullah yang mengandung Ilmu Tasawuf dan Ilmu Sufi dengan
untuk dapat Menyempurnakan Syari’at Islam, karena Syariat itu merupakan Peraturan,
Tariqat adalah Pelaksanaannya, Haqiqat itu merupakan keadaan dan Ma’rifat adalah
Tujuan, Sabda Rasulullah saw: “Syari’at itu perkataanku,thariqat itu perbuatanku dan
haqiqat itu ialah kelakuanku.
Sebagaimana Firman Nya :
   “ Ya ayyuhal ladzina ananudkhulku fis silmi kaffah ”.
Artinya : “ Hai orang-orang Beriman masuklah ke dalam Islam secara
keseluruhan ”.

Tafsir Surat Asy-Syura, ayat 51-53


ِ ُ‫س وال فَي‬


‫وح َي‬ ُ ‫س َل َر‬ ِ ‫ب َأ ْو يُ ْر‬
ٍ ‫ش ٍر َأنْ يُ َكلِّ َمهُ هَّللا ُ ِإال َو ْحيًا َأ ْو ِمنْ َو َرا ِء ِح َج ا‬ َ ‫{و َما َك‬
َ َ‫ان لِب‬ َ
‫وحا ِمنْ َأ ْم ِرنَا َما ُك ْنتَ تَ ْد ِري‬ ً ‫) َو َك َذلِكَ َأ ْو َح ْينَا ِإلَ ْيكَ ُر‬51( ‫بِِإ ْذنِ ِه َما يَشَا ُء ِإنَّهُ َعلِ ٌّي َح ِكي ٌم‬
‫ش ا ُء ِمنْ ِعبَا ِدنَ ا َوِإنَّ َك لَتَ ْه ِدي‬ َ َ‫َاب َوال اإلي َمانُ َولَ ِكنْ َج َع ْلنَاهُ نُو ًرا نَ ْه ِدي بِ ِه َمنْ ن‬ ُ ‫َما ا ْل ِكت‬
‫ض َأال ِإلَى‬
ِ ‫األر‬ ْ ‫ت َو َم ا فِي‬ َّ ‫ص َرا ِط هَّللا ِ الَّ ِذي لَهُ َما فِي ال‬
ِ ‫س َم َوا‬ ِ )52( ‫يم‬ ٍ ِ‫ستَق‬ْ ‫ص َرا ٍط ُم‬ِ ‫ِإلَى‬
} )53( ‫َصي ُر األ ُمو ُر‬ ِ ‫هَّللا ِ ت‬
Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali
dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang
utusan (malaikat), lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Mahatinggi lagi Mahabijaksana. Dan demikianlah Kami wahyukan
kepadamu wahyu (Al-Qur'an)dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah
mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi
Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami
kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus, (yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang
ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah bahwa kepada Allah-lah kembali semua
urusan.

Ayat-ayat ini menerangkan tentang tingkatan-tingkatan wahyu bila dikaitkan dengan Zat
Allah Swt. Yaitu adakalanya Dia melemparkan sesuatu ke dalam diri Nabi Saw. yang tidak
diragukan oleh Nabi Saw. bahwa hal itu berasal dari Allah Swt. Sebagaimana yang
disebutkan di dalam kitab Sahih Ibnu Hibban dari Rasulullah Saw, bahwa beliau Saw.
pernah bersabda:

ِ ِ َ ‫"ِإ َّن روح ال ُق ُدس َن َف‬


َ‫ فَ َّات َق ُوا اللَّه‬،‫َأجلَ َه ا‬
َ ‫وت َحتَّى تَ ْس تَ ْكم َل ِر ْز َق َه ا َو‬ ‫ِإ‬
ً ‫ َّن َن ْف‬:‫ث في ُروعي‬
َ ‫س ا لَ ْن تَ ُم‬ ُ
"‫ب‬ ِ َ‫َأج ِملُوا فِي الطَّل‬
ْ ‫َو‬
Sesungguhnya ruhul quds (Jibril) telah membisikkan ke dalam diriku bahwa sesungguhnya
seseorang itu tidak akan mati sebelum rezeki dan ajalnya disempurnakannya. Karena itu,
bertakwalah kamu kepada Allah dan berbaik-baiklah dalam meminta.

************

Firman Allah Swt.:

ٍ ‫{َأ ْو ِمنْ َو َرا ِء ِح َجا‬


}‫ب‬
atau di belakang tabir. (Asy-Syura: 51)

Sebagaimana saat Allah Swt. berkata-kata kepada Musa a.s, lalu Musa meminta kepada
Allah Swt. agar dapat melihat Zat Allah sesudah pembicaraan itu, tetapi pandangan Musa
terhalang tabir dan tidak dapat melihat-Nya.

Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada sahabat
Jabir ibnu Abdullah r.a.:

ِ َ ‫ وِإنَّهُ َكلَّم َأب‬،‫اب‬ ِ ِ ِ


"‫احا‬
ً ‫اك ك َف‬َ َ َ ُ‫"ما َكلَّ َم اللَّه‬
َ ٍ ‫َأح ًدا ِإاَّل م ْن َو َراء ح َج‬ َ
Tidak sekali-kali Allah berkata kepada seseorang melainkan dari balik tabir, tetapi
sesungguhnya Dia berbicara kepada ayahmu secara terang-terangan.

Demikianlah bunyi teks hadis ini, dan perlu diketahui bahwa ayah sahabat Jabir telah gugur
di medan Perang Uhud, dan apa yang diceritakan dalam hadis ini terjadinya di alam
barzakh, sedangkan ayat ini hanya menceritakan keadaan di dunia.

***********
Firman Allah Swt.:

}‫وح َي بِِإ ْذنِ ِه َما يَشَا ُء‬


ِ ُ‫سوال فَي‬ ِ ‫{َأ ْو يُ ْر‬
ُ ‫س َل َر‬
atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat), lalu diwahyukan kepadanya dengan
seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. (Asy-Syura: 51)

Sebagaimana Dia telah menurunkan Malaikat Jibril a.s. dan malaikat lainnya kepada para
nabi.

}‫{ِإنَّهُ َعلِ ٌّي َح ِكي ٌم‬


Sesungguhnya Dia Mahatinggi lagi Mahabijaksana. (Asy-Syura: 51)

Allah Mahatinggi, Maha Mengetahui, Mahaperiksa, lagi Maha Bijaksana.

********

Firman Allah Swt.:

}‫وحا ِمنْ َأ ْم ِرنَا‬


ً ‫{و َك َذلِكَ َأ ْو َح ْينَا ِإلَ ْيكَ ُر‬
َ
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah
Kami. (Asy-Syura: 52)

Yang dimaksud ialah wahyu Al-Qur'an.

ُ ‫{ َما ُك ْنتَ تَ ْد ِري َما ا ْل ِكت‬


} ُ‫َاب َوال اإلي َمان‬
Sebelumnya tidaklah kamu mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula
megetahui apakah iman itu. (Asy-Syura: 52)

Yakni secara rinci, sebagaimana yang telah disyaratkan (diperintahkan) untukmu di dalam
Al-Qur'an.

}‫آن {نُو ًرا نَ ْه ِدي بِ ِه َمنْ نَشَا ُء ِمنْ ِعبَا ِدنَا‬ ِ ‫{ولَ ِكنْ َج َع ْلنَاهُ} َأ‬
َ ‫ ا ْلقُ ْر‬:‫ي‬ َ
tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang
Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami (Asy-Syura: 52)

Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

‫ون فِي آ َذانِ ِه ْم َو ْق ٌر َوه َُو َعلَ ْي ِه ْم َع ًمى‬ َ ‫شفَا ٌء َوالَّ ِذ‬
َ ُ‫ين اَل يُْؤ ِمن‬ ِ ‫ين آ َمنُوا ُه ًدى َو‬ َ ‫{قُ ْل ه َُو لِلَّ ِذ‬
ٍ ‫ُأولَِئكَ يُنَا َد ْو َن ِمنْ َم َك‬
}‫ان بَ ِعي ٍد‬
Katakanlah, "Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.
Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedangkan Al-
Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. (Fushshilat: 44), hingga akhir ayat.

**************

Adapun firman Allah Swt.:

ٍ ِ‫ستَق‬
}‫يم‬ ْ ‫اط ُم‬ ِ ‫{وِإنَّكَ } يَا ُم َح َّم ُد {لَتَ ْه ِدي ِإلَى‬
ٍ ‫ص َر‬ َ
Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang
lurus. (Asy-Syura: 52)
Yaitu jalan yang hak lagi lurus. Kemudian ditafsirkan oleh firman berikutnya, yaitu:

} ِ ‫ص َرا ِط هَّللا‬
ِ {
(yaitu) jalan Allah. (Asy-Syura: 53)

Yakni syariat yang telah diperintahkan oleh Allah Swt. untuk dilaksanakan.

}‫ض‬
ِ ‫األر‬
ْ ‫ت َو َما ِفي‬ َّ ‫{الَّ ِذي لَهُ َما فِي ال‬
ِ ‫س َم َوا‬
yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Asy-Syura:
53)

Dialah Tuhan keduanya. Yang memiliki keduanya, Yang mengatur keduanya, lagi Dialah
Hakim yang tiada hambatan bagi keputusan hukumNya.

ِ ‫{َأال ِإلَى هَّللا ِ ت‬


}‫َصي ُر األ ُمو ُر‬
Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan. (Asy-Syura: 53)

Yakni semua urusan kelak akan dikembalikan kepada-Nya, lalu Dia akan merincinya dan
menghukuminya. Mahasuci lagi Mahatinggi Allah dari "apa yang dikatakan oleh orang-
orang yang zalim dan orang-orang yang ingkar dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.

‫ور ِة " [حم] الشورى" والحمد هلل رب العالمين‬ ِ ِ


َ ‫آخ ُر َت ْفسي ِر ُس‬.
(Dan demikianlah) maksudnya, sebagaimana Kami wahyukan kepada rasul-rasul selain kamu (Kami
wahyukan kepadamu) hai Muhammad (wahyu) yakni Alquran, yang karenanya kalbu manusia dapat
hidup (dengan perintah Kami) yang Kami wahyukan kepadamu. (Sebelumnya kamu tidaklah
mengetahui) sebelum Kami mewahyukan kepadamu (apakah Alkitab) yakni Alquran itu (dan tidak
pula mengetahui apakah iman itu) yakni syariat-syariat dan tanda-tanda-Nya Nafi dalam ayat ini
amalnya di-ta'alluqkan kepada Fi'il dan lafal-lafal sesudah Fi'il menempati kedudukan dua Maf'ulnya
(tetapi Kami menjadikan Alquran itu) wahyu atau Alquran itu (cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia
siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar
memberi petunjuk) maksudnya kamu menyeru dengan wahyu yang diturunkan kepadamu (kepada
jalan) tuntunan (yang lurus) yakni agama Islam.

Memahami Tafsir Ayat tentang Kenabian

MAKALAH

Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir yang Di bina Oleh Ibu Muthi’ah
Hariyati,M.Th.i

Achyat Safir Rudin 1493044088

Khoirun Nisa

M. Misbahul Munir

Rahmawati Adiabsari

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI

JOMBANG

2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah telah mengutus para utusannya untuk memberi petunjuk dan pedoman hidup serta membimbing
manusia di bumi. Allah mengharuskan setiap muslim untuk beriman kepada semua Rasul yang telah
diutusnya. Untuk menyampaikan risalah dan petunjuknya pada semua umat manusia. Agar umat
manusia tidak mengalami kesesatan dalam kehidupannya. Sebab salah satu rukun iman adalah
mengimani para utusan-utusan Allah. Sebenarnya bukan rasul yang membutuhkan mansuia namun
manusia lah yang membutuhkan kehadiran para rasul. Untuk mendapat petunjuk dan tuntunan serta
suritauladan dari para rasul Allah. Seperti halnya dalam tata cara beribadah yang benar dan baik, semua
itu hanya akan diperoleh melalui ajaran-ajaran, bimbingan-bimbingan dan petunjuk yang langsung dari
rasul. Sesungguhnya seluruh rasul diutus dengan membawa kemurnian ibadah dan tauhid.Perlu
diketahui antara definisi nabi dan rasul. Nabi dari segi bahasa berarti orang yang memberi kabar,
sedangkan dari segi syari’at berarti orang yang menerima wahyu dari Allah untuk dirinya sendiri dan
tidak ada kewajiban baginya untuk menyampaikan kepada orang lain. Sedangkan Rasul berarti utusan
dan sedangkan rasulullah adalah seorang nabi yang menerima wahyu Allah untuk dirinya sendiri dan
berkewajiban menyampaikan kepada orang lain.

B. Rumusan masalah

1. Apa Makna Mufrodat Ayat Q.S Al-Syuura : 51-53 dan Al-Nahl : 36?

2. Apa sabab nuzul ayat Q.S Al-Syuura : 51-53 dan Al-Nahl : 36?

3. Bagaimana tafsiran ayat Q.S Al-Syuura : 51-53 dan Al-Nahl : 36?

4. Bagaimana penjelasan ayat Q.S Al-Syuura : 51-53 dan Al-Nahl : 36?

C. Tujuan

1. Mengetahui makna mufrodat ayat Q.S Al-Syuura : 51-53 dan Al-Nahl : 36.

2. Mengetahui sabab nuzul ayat Q.S Al-Syuura : 51-53 dan Al-Nahl : 36.

3. Mengetahui tafsiran ayat Q.S Al-Syuura : 51-53 dan Al-Nahl : 36.

4. Mengetahui penjelasan ayat Q.S Al-Syuura : 51-53 dan Al-Nahl : 36.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna mufrodat

1. Q.S Al-Syuura : 51-53


َ ‫ك َأ ْو َح ْي َنا ِإلَ ْي‬
‫ك‬ َ ِ‫ َو َك ٰ َذل‬.)51(‫ب َأ ْو يُرْ سِ َل َرسُواًل َفيُوح َِي بِِإ ْذ ِن ِه َما َي َشا ُء ِۚإ َّن ُه َعلِيٌّ َحكِي ٌم‬ ٍ ‫ان لِ َب َش ٍر َأنْ ُي َكلِّ َم ُه هَّللا ُ ِإاَّل َوحْ يًا َأ ْو مِنْ َو َراء ح َِجا‬َ ‫َو َما َك‬
َ ْ‫ُس‬
)52(‫ك لتهدِي ِإلى صِ َراطٍ م تق ٍِيم‬ ٰ َ ْ َ َ َّ َ ْ‫ِن‬ َ َ ْ‫ن‬ ْ َ ً‫ور‬ ُ َ ْ ْ‫ِن‬ َ ٰ ‫اَل‬ َ ْ
َ ‫رُوحً ا مِنْ ِرنا ۚ َما كن تد ِري َما ال ِكتابُ َو اِإْلي َمانُ َولك َج َعلن ُه ن ا نهدِي ِب ِه َم نشا ُء م عِ َبا ِدنا َۚوِإن‬ ْ َ َ‫ت‬ ْ ُ َ ْ‫م‬‫َأ‬
‫ُأْل‬
)53(ُ‫ض ۗ اَل ِإلَى ِ َتصِ ي ُر ا مُور‬ ‫هّلَلا‬ ‫َأ‬ ِ ْ‫ت َو َما فِي اَأْلر‬ ِ ‫صِ َراطِ هَّللا ِ الَّذِي لَ ُه َما فِي ال َّس َم َاوا‬.

Arti ayat 51-53

“Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan
perataran wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu
diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi
Maha Bijaksana.(51) Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur’an) dengan perintah
kami. Sebelumnya kamu tidaklah megetahui apakah Al kitab (Al Qur’an) dan tidak pula mengetahui
apakah iman itu. Tetapi kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya. Yang engkau tunjuki (ajarkan) dia kepada
siapa yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya engkau benar-benar
memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus.(52) (yaitu) jalan Allah dan kepunyaan-Nya apa yang ada di
lagit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan. (53)”

(ُ ‫ ) ُي َكلِّ َم ُه هَّللا‬disini tidak boleh dipahami dalam arti percakapan seperti halnya makhluk. Yang pasti bahwa
kalam Allah atau apa saja redaksi yang mengesankan adanya persamaan antara Allah dan manusia,
bahkan makhluk harus segera di pahami bahwa hakikat keduanya tidaklah sama karena “tidak ada yang
serupa dengan-Nya”. Bahwa percakapan disini bermakna “dipahaminya apa yang hendak disampaikan
Allah oleh objek yang dipilihnya.”

(‫)وحْ يًا‬
َ Al-Baihaqi berpendapat bahwa disini dapat mencakup pemberian informasi tanpa perantara dan
dengan cara tersembunyi. Ia juga dapat berbentuk ilham atau mimpi atau juga dengan cara yang lain,
baik Allah menganugerahkan kepada yang menerima wahyu itu kemampuan mendengar mendengar.

(•‫ب‬
ٍ ‫)و َراء ح َِجا‬
َ mempunyai arti di luar sesuatu, kenapa di artikan demikian karna serupa dengan kalimat (‫وهللا‬
‫ ) من وراءهم محيط‬di terjemahkan Allah di belakang mereka Maha Mengetahui. Ini karena Allah tidak
membutuhkan tempat sehingga tidak ada bagi sifat-Nya ruang atas atau bawah atau depan atau
belakang.

(‫“ )ِإ َّن ُه َعلِيٌّ َحكِي ٌم‬dia yang maha tinggi lagi maha bijaksana” karena Allah maha tinggi maka percakapan-Nya
tidak sama dengan mahluk. Dia juga maha bijaksana sehingga dia memilih yang terbaik untuk
berkomunikasi denganya, serta informasi dan tuntunan yang disampaikan-Nya adalah sangat sesuai
dengan kemaslahatan.

(‫ ) َك ٰ َذل َِك‬kadzalika oleh Thobathaba’i dipahami sebagai menunjuk kepada ketiga macam cara
taklim/pembicaraan Allah yang disebut ayat yang lalu.

(‫ )رُوحً ا‬ruh, disini di artikan sebagai malaikat jibri. Atau menurut kebanyakan ulama ruh dalam ayat di
atas adalah Al-Qur’an.

(‫ )مِنْ َأمْ ِر َنا‬min amrina dapat dipahami dalam arti wewenang khusus Allah.

(ُ‫)و ٰلَكِنْ َج َع ْل َنه‬


َ Tetapi kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya. Namun di tempat yang lain Allah melukiskan Al-
Qur’an sebagai cahaya (baca antara lain Q.S an-Nisa’ (4):174).

(‫ ) ُنورً ا‬nur, yakni sebagai penjelas, terhadap suatu perbuatan yang dilarang, halal, haram, hak, dan yang
batil.

(‫ض‬ِ ْ‫ت َو َما فِي اَأْلر‬


ِ ‫ )الَّذِي لَ ُه َما فِي ال َّس َم َاوا‬kepunyaan-Nya apa yang ada di lagit dan apa yang ada di bumi.,
setelah menyebut (ِ ‫ )صِ َراطِ هَّللا‬berfungsi sebagai bukti atas ketetapan dan kesesuain jalan lebar itu dengan
para mukhallifin (manusia).

2. Al-Nahl : 36

‫ض‬ ِ ْ‫ض َلـ َل ُة َفسِ يرُو ْا فِى االٌّر‬ ْ ‫َولَ َق ْد َب َع ْث َنا فِى ُك ِّل ُأ َّم ٍة رَّ سُوالً َأ ِن اعْ ُبدُو ْا هَّللا َ َواجْ َت ِنبُو ْا ْال َّطـ ُغوتَ َف ِم ْن ُهم• مَّنْ َهدَى هَّللا ُ َو ِم ْن ُه ْم مَّنْ َح َّق‬
َّ ‫ت َع َل ْي ِه ال‬
ِّ ْ ُ
َ ‫ان َعـقِ َبة ال ُم َكذ ِب‬
‫ين‬ ُ
َ ‫ َفانظرُو ْا َكي‬.
َ ‫ْف َك‬
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah
Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826].
Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul).”

( َ‫)ال َّطـ ُغوت‬


ْ thagut terambil dari kata (‫ )طغى‬thagha yang pada ulanya berarti melampaui batas. Ia bisa juga
dipahami dalam arti berhala-berhala, karena penyembahan berhala adalah sesuatu yag sangat buruk
dan melampaui batas. Dalam arti umum, kata tesebut mencakup segala sikap dan perbuatan yang
melampaui batas, seperti kekufuran kepada Tuhan, pelanggaran, dan sewenang-wenangan terhadap
manusia.

B. Sabab nuzul

1. Q.S Al-Syuura : 51-53

Sabab an-Nuzul ayat di atas berkenaan dengan perkataan yahudi terhadap Nabi SAW., “ Hai Nabi
bagaimana caramu dapat berbicara dan melihat Allah, jika kamu seorang Nabi, sebagaimana
berbicaranya dan melihatnya Musa kepada Allah. Sesungguhnya kami tidak akan beriman kepadamu
hingga kamu mengerjakan yang demikian itu.” Lalu turunlah ayat ke 51.

2. Al-Nahl : 36

Pada ayat sebelumnya, Allah SWT menjelaskan bahwa tindakan yang tepat bagi orang-orang musyrik
ialah menjatuhkan azab yang membunasakan mereka, seperti dialami orang-orang musyrik sebelum
kedatangan Nabi Muhammad SAW. Mereka tidak dapat memberikan alasan apapun karena Allah SWT
telah memberikan bimbingan-Nya melalui rosul. Mereka lebih sering mengikuti ajaran nenek moyang
mereka dari padamengikuti wahyu yang membimbing mereka kepada kebenaran. Dalam ayat-ayat
berikut Allah menjelaskan bahwa ia telah mengutus kepada tiap-tiap umat seorang rosul untuk
memberikan bimbingan wahyu kepada mereka.

Dalam surat An-Nahl ayat 36, ayat ini menghibur Nabi Muhammad SAW, dalam menghadapi para
pembangkang dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini menyatakan : Allah pun telah mengutusmu, maka
ada diantara umatmu yang menerima baik ajakanmu dan ada juga yang membangkang.

( َ‫)ال َّطـ ُغوت‬


ْ thagut terambil dari kata (‫ )طغى‬thagha yang pada ulanya berarti melampaui batas. Ia bisa juga
dipahami dalam arti berhala-berhala, karena penyembahan berhala adalah sesuatu yag sangat buruk
dan melampaui batas. Dalam arti umum, kata tesebut mencakup segala sikap dan perbuatan yang
melampaui batas, seperti kekufuran kepada Tuhan, pelanggaran, dan sewenang-wenangan terhadap
manusia.

Allah mengabarkan kepada kita untuk meneliti sejarah umat terdahulu, baik umat yang memperoleh
dan mendapat petunjuk dari Allah SWT. Ataupun ummat yang membangkang karena didalamnya
terdapat pelajaran yang berharga bagi manusia dan menjadi bekal agar manusia tidak terjerumus
kedalam lubang yang sama untuk kesekian kalinya.

C. Tafsir

1. Q.S Al-Syuura : 51-53

(Ayat 51) - ‫ان لِ َب َش ٍر َأنْ ُي َكلِّ َم ُه الَّ ُه ِإاَّل‬


َ ‫( َو َما َك‬dan tidak mungkin bagi seorang manusia pun bahwa allah berkata-
kata dengan dia kecuali) dengan perantara -
َ wahyu) yang di wahyukan kepadanya didalam tidurnya atau melalui ilham- ‫( َأ ْو‬atau) melainkan –
‫(وحْ يًا‬
ٍ ‫ (مِنْ َو َرا ِء ح َِجا‬di belakang tabir) seumpamanya allah memperdengarkan kalam nya kpadanya, tetapi dia
‫ب‬
tidak dapat melihat-Nya, sebagaimana yang telah terjadi pada Nabi Musa a.s. – ‫( َأو‬atau) kecuali – ‫يُرْ سِ َل‬
‫( َرسُواًل‬dengan mengutus seorang utusan) yakni malaikat, seperti Jibril – ‫( َفيُوح َِي‬lalu diwahyukan
kepadanya) maksudnya, utusan itu menyampaikan wahyu-Nya kepada Rasul yang dituju – ‫( بِِإ ْذ ِن ِه‬dengan
seizin-Nya) dengan seizin Allah –ُ‫( َما َي َشاء‬apa yang dia kehendaki) apa yang Allah kehendaki. – ٌّ‫ِإ َّن ُه َعلِي‬
(sesungunya dia maha tinggi) dari sifat- sifat yang dimiliki oleh semua makhluk – ‫( َحكِي ٌم‬lagi maha
bijaksana).

Dalam ayat-ayat kelompok ini kembali menguraikan tentang wahyu dari segi cara Allah menyampaikan
kepada para nabi. Dalam ayat 51 kalimat ( ُ ‫ ) ُي َكلِّ َم ُه هَّللا‬kalam Allah tidak boleh di artikan percakapan
sebagaimana mahluknya. Yang pasti kalam Allah atau redaksi apapun yang menyamakan bahwa Allah
dan mahluknya sama, itu harus di pahami bahwa hakikat keduanya tidak sama. Dari ayat di atas kita
dapat memahami apa yang hendak di sampaikan Allah oleh objek yang dipilihnya. Ada 3 acara :[1]

1. Langsung, tanpa menyebut satu kondisi atau syarat.

2. Dengan satu kondisi atau syarat, yaitu “ di belakang hijab:.

3. Berupa kehadiran utusan untuk menyampaikan wahyu itu.

(‫)وحْ يًا‬
َ Al-Baihaqi berpendapat bahwa disini dapat mencakup pemberian informasi tanpa perantara dan
dengan cara tersembunyi. Ia juga dapat berbentuk ilham atau mimpi atau juga dengan cara yang lain,
baik Allah menganugerahkan kepada yang menerima wahyu itu kemampuan mendengar .[2]

(‫)و َراء‬
َ mempunyai arti di luar sesuatu, kenapa di artikan demikian karna serupa dengan kalimat ( ‫وهللا من‬
‫ ) وراءهم محيط‬di terjemahkan Allah di belakang mereka Maha Mengetahui. Ini karena Allah tidak
membutuhkan tempat sehingga tidak ada bagi sifat-Nya ruang atas atau bawah atau depan atau
belakang.

Firman-Nya (‫“ )ِإ َّن ُه َعلِيٌّ َحكِي ٌم‬dia yang maha tinggi lagi maha bijaksana” karena Allah maha tinggi maka
percakapan-Nya tidak sama dengan mahluk. Dia juga maha bijaksana sehingga dia memilih yang terbaik
untuk berkomunikasi denganya, serta informasi dan tuntunan yang disampaikan-Nya adalah sangat
sesuai dengan kemaslahatan.

Pengutusan rosul dapat juga mencakup banyak rosul. Jika kita memahami kata rosul dalam artian
malaikat, ini bisa bermacam-macam, bisa jibril,bisa isrofil. Namaun demikain dalam Al- Qur’an yang
menyampaikan wahyu Al-Qur’an hanyalah malaikat jibril. Yang dapat di lihat dalam ayat surat Asy-
Syu’ara ayat 26.

(Ayat 52) - Didalam perbuatan-Nya – ‫ك‬ َ ِ‫( َو َك ٰ َذل‬dan demikianlah) maksudnya, sebagamana kami wahyukan
kepada Rasul-rasul –‫ك‬ َ ‫ َأ ْو َح ْي َنا ِإلَ ْي‬x(kami wahyukan kepadamu) hai Muhammad –‫( رُوحً ا‬wahyu) yakni Al
Qur’an, yang karnanya kalbu manusia dapat hidup –‫( مِنْ َأمْ ِر َنا‬dengan perintah kami) yang kami wahyukan
kepadamu –‫ َما ُك ْنتَ َت ْد ِري‬i(sebelumnya kamu tidaklah megetahui) sebelum kami mewahyukan kepadamu
– ُ‫( َما ْال ِك َتاب‬apakah Alkitab) yakni Al Qur’an itu – ُ‫ َواَل اِإْلي َمان‬h(dan tidak pula mengetahui apakah iman itu)
yakni syariat- syariat dan tanda-tanda-Nya nafi dalam ayat ini amalnya di-ta’alluqkan kepada fi’il dan
lafaz-lafaz sesudah fi’il menempati kedudukan dua maf’ulnya –ُ‫( َولكِنْ َج َع ْل َناه‬tetapi kami menjadikan Al
Qur’an itu) wahyu atau Al Qur’a itu –‫ك لَ َت ْهدِي‬ َ ‫( ُنورً ا َن ْهدِي ِب ِه َمنْ َن َشا ُ•ء مِنْ عِ َبا ِد َنا َۚوِإ َّن‬cahaya yang kami tunjukan
dengan dia siapa yang kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-
benarmemberi petunjuk) maksudnya kamu menyeru dengan wayu yang diturunkan kepadamu - ‫ِإلَ ٰى‬
ٍ‫( صِ َراط‬kpada jalan) tuntunan - ‫( مُسْ َتق ٍِيم‬yang lurus) yangki agama islam.

(Ayat 53) - ‫ض‬ ِ ْ‫ت َو َما فِي اَأْلر‬


ِ ‫( صِ َراطِ الَّ ِه الَّذِي َل ُه َما فِي ال َّس َم َاوا‬Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi) sebgai milik-Nya, mahluk0Nya dan hamba-hamba-Nya. ‫َأاَل ِإلَى الَّ ِه َتصِ ي ُر‬
‫( اُأْلمُو ُر‬ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan) semua urusan dikembalikan.(53).[3]

Ayat yang lalu telah menerangkan tentang cara-cara Alllah menyampaikan wahyu kepada manusia.
Dalam ayat selanjutnya menegaskan bahwasanya Allah telah mewahyukan kepada manusia melalui
perantara malaikat jibril. Telah menyampaikan wahyu kepada ruh yakni Al-Qur’an, yang merupakan
suatu urusan dan wewenangkhusus kami. Sebelumnya Nabi Muhammad tidak mengetahui apa itu al-
kitab dan apa itu iman. Tetapi Allah memberikan Al-Qur’an sebagai cahaya dalam menjelaskan kedua hal
tersebut.
2. Al-Nahl : 36
ً‫( َولَ َق ْد َب َع ْث َنا فِى ُك ِّل ُأ َّم ٍة رَّ سُوال‬dan sesungguhnya kami telah mengutus Rosul pada tiap-tiap umat ) seperti aku
mengutus kamu kepada mereka - ‫(َأ ِن‬untuk) artinya untuk menyerukan - َ ‫ (اعْ ُبدُو ْا هَّللا‬sembahlah allah)
esakanlah Dia - َ‫(واجْ َت ِنبُو ْا ْال َّطـ ُغوت‬ َ dan jauhilah thaghut) berhala- berhala itu jangan kalian sembah - ْ‫َف ِم ْنهُم مَّن‬
ُ ‫( َهدَى هَّللا‬maka diantara umat itu ada orang- oramgyang diberi petunjuk oleh allah) lalu ia beriman - ‫َو ِم ْن ُه ْم‬
‫(مَّنْ َح َّقت‬dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti) telah ditentukan - ‫ضلَـلَ ُة‬ َّ ‫(علَ ْي ِه ال‬kesesatan
َ
ْ َ
baginya) menurut ilmu allah,seingga ia beriman - ‫(فسِ يرُوا‬maka berjalanlah kalian) hai orang-orag kafir
mekkah - ‫ين‬ َ ‫ان َعـقِ َب ُة ْال ُم َك ِّذ ِب‬ ُ ‫ض َف‬
َ ‫انظرُو ْا َكي‬
َ ‫ْف َك‬ ِ ْ‫ (فِى االٌّر‬di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orangyang mendustakan) Rasul-rasul merek, yakni kebinasahan yang akan mereka alami nanti.[4]

D. Penjelasan ayat

1. Q.S Al-Syuura : 51-53

Surah Asy-Syura terdiri dari 53 ayat, dan mayoritas ulama’ berpendapat bahwa surat ini tergolong surat
makkiyyah.[5] Surat ini dinamakan Asy-Syurah yang berarti “Musyawarah”, nama ini di ambil dari ayat
38. Ada juga yang berpendapat bahwa surat ini di sebut dengan Ha Mim, ‘Ain Sin Qof karena rangkaian
huruf-huruf itu hanya ditemukan pada surat ini.

Thahir Ibn ‘Asyur menilai bahwa tujuan utamanya adalah tantangan kepada kaum musyrikin yang
meragukan kebenaran Al- Qur’an untuk membuat semacamnya.[6] Dalam surat ini banyak membahas
tentang wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu ada beberapa ulama’ yang
menjadikan tema utama surat ini adalah persoalan tentang wahyu.

Thabatthaba’i menerangkan bahwasanya persoalan tentang wahyu dapat di pahami dari awal uraian
surat ini (ayat 3) dan akhir surat (ayat 51) seta di ulang-ulangi uraian tentang wahyu pada ayat 3, 7 serta
turunya al – kitab (ayat 17). Sayyid Quthub berpendapat sama, surat ini juga sama dengan surat-surat
Makkiyah yang menguraikan persoalan akidah. Tetapi surat ini lebih menitik beratkan secara khusus
menyangkut hakikat wahyu dan risalah secara keseluruhan. Sedangkan uraian-uraian lainya hanya
mengikut pada tema tersebut.[7] Surat ini turun sesudah surat Al-Kahfi dan sebelum surat Ibrohim. Ia
merupakan surat keenam puluh sembilan yang di terima Nabi saw.

2. Al-Nahl : 36

Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa para Rasul itu di utus sesuai dengan Sunnatullah, yang
berlaku pada umat sebelumnya. Mereka itu adalah pembimbing manusia ke jalan yang lurus. Bimbingan
Rasul-rasul itu diterima oleh orang-orang yang dikehendaki oleh Allah SWT dan menyampaikan mereka
kepada kesejahteraan dunia dan kebahagiaan akhirat, akan tetapi orang-orang yang bergelimang dalam
kemusyrikan tidaklah mau menerima bimbingan Rasul.

Allah SWT menjelaskan bahwa dia telah mengutus beberapa utusan kepada tiap-tiap umat yang
terdahulu, seperti halnya Dia mengutus Nabi Muhammad SAW kepada umat manusia seluruhnya. Oelh
sebab itu manusia hendaklah mengikuti seruannya, yaitu beribadah hanya kepada Allah SWT yang tidak
mempunyai serikat dan larangan mengingkari seruanya, yaitu tidak boleh mengikuti tipu daya setan
yang selalu menghalang-halangi manusia mengikuti jalan yang benar. Setan-setan itu selalu mencari-cari
kesempatan untuk menyesatkan manusia.

Firman Allah “ dan tanyakanlah kepada Rasul-rasul kami yang telah kami utus sebelum kamu:”adakah
kami menentuka Tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?”. (Q.S. Az-Zukhruf:45).

Dari uraian tersebut dapatlah dipahami bahwa Allah tidak menghendaki hamba-Nya menjadi kafir,
karena Allah SWT telah melarang mereka itu mengingkari Allah. Larangan itu telah disampaikan melalui
Rasul-Nya. Akan tetapi apabila ditinjau dari tabi’atnya, maka di antara hamba-Nya mungkin saja
mengingkari Allah, karena manusia telah diberi pikiran dandiberi kebebasan memilih sesuai dengan
kehendaknya. Maka takdir Allah berlakumenurut pilihan mereka itu.
E. Munasaba

ayat di atas berkenaan dengan perkataan yahudi terhadap Nabi SAW., “ Hai Nabi bagaimana caramu
dapat berbicara dan melihat Allah, jika kamu seorang Nabi, sebagaimana berbicaranya dan melihatnya
Musa kepada Allah. Sesungguhnya kami tidak akan beriman kepadamu hingga kamu mengerjakan yang
demikian itu.” Lalu turunlah ayat ke Q.S Al-Syuura 51.

Jadi uraian tafsir surat as-syuura ayat 51-52 adalah adakalanya isi wahyu Allah diterima langsung oleh
seorang Nabi dengan hanya mendengar kalam ilahi tanpa dapat melihatnya sebagaimana telah dialami
oleh Nabi Musa di atas Thur sina.

Allah dapat pula menurunkan wahyu kepada seorang Rasul dengan mengutus kepada seorang malaikat,
sebagaimana yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Tatkala didatangi oleh malaikat jibril yang
menjelma sebagai seorang pria untuk menyampaikan wahyu Allah kepadanya.

Kemudian Allah berfirman, “dan demikianlah kami telah menurunkan kepadamuhai Muhammad, wahyu
al-Qur’an yang merupakan cahaya bagimu untuk memberi petunjukkepada hamba-hamba-ku ke jalan
yang lurus, jalan yang dikehendaki dan diridhoi Allah, Tuhan yang memiliki kerajaan langit dan bumi dan
kepadanya kembali segala urusa”.

Dalam surat al-Nahl ayat 36 mempunyai keterkaitan dengan penjelasan di atas, melihat dari
pembahasanya bahwa Allah menurunkan sebuah wahyu kepada Rasul-Nya sebagai jalan menuju
kebahagiaan di dunia maupun di akhirat bagi orang yang mau mengikuti wahyu Allah yang di berikan
kepada Rasul-Nya.

Bagi orang-orang yang tidak mau mengikuti perintah yang telah di sampaikan oleh Rasul mereka maka
tindakan yang paling tepat adalah memberikan adzab bagi orang-orang yang musyrik, yakni
membinasakan mereka seperti orang-orang sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW. Mereka tidak
dapat memberikan alasan apapun karena Allah SWT telah memberikan bimbingan-Nya melalui rosul.
Mereka lebih sering mengikuti ajaran nenek moyang mereka dari padamengikuti wahyu yang
membimbing mereka kepada kebenaran. Dalam ayat-ayat berikut Allah menjelaskan bahwa ia telah
mengutus kepada tiap-tiap umat seorang rosul untuk memberikan bimbingan wahyu kepada mereka.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dalam Q.S Al-Syuura : 51-53, ini menjelaskan ragam cara Allah dalam menyamapaikan wahyu kepada
Rasul-Nya. Dan kemudian Allah berfirman dalam Q.S Al-Nahl : 36 bahwasanya bagi umat yang tidak mau
mengikuti apa yang telah disampaikan Allah pada Rasul-Nya maka adzab yang terdahulu pernah terjadi
pada umat-umat sebelumnya yang tidak mau mengukuti para pembimbing (Nabi/Rasul)mereka, akan
menimpa mereka.
B. Saran

Dalam penulisan makalah ini pastinya masih banyak kekurang. Baik dari segi pembahasan atau dari segi
penulisan, penulis membuka pintu selebar-lebarnya bagi para pembaca untuk memberikan kritik
masukan dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini bisa bermanfaat umumnya bagi para
pembaca dan khususnya bagi penulis. Trimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

.1997. Al-Qur’an dan Hadis jilid 2. Departemen agama RI.

Abuddin, Nata. 2010. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Jakarta: rajawali pres.

Al mahali, Imam jalaludin dan As-suyuthi, imam jalaluddin. 2012. Tafsir jalalain jilid 3. Bandung: sinar
baru algensindo.

Al-Qur’an terjemah.

Memahami Tafsir Ayat tentang Risalah dan Kenabian.

Bahreisy, Salim dan Bahresy, Said. 1993. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier., jilid 4. Surabaya:Bina
Ilmu.
Qurtub, ‘Abd Allah bin Ahnad al-Anshari. 2002. Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an. Cairo:dar al-Hadis.

Shihab, Moh Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah vol 3. Jakarta: lentara hati.

Zuhaili, wahbah. 1991. Tafsir Al-Munir. Bairut:dar al-fikr.

[1] Misbah 194

[2] Misbah 195

[3] . tafsir jalalain hal 2101-2102.

[4] .tafsir jalalain hal 1081.

[5] . tafsir misbah 95.

[6] .tafsir misbah hal 96.

[7] . misbah 96.

Anda mungkin juga menyukai