Pengertian Hakikat
Hakikat artinya i`tikad atau kepercayaan sejati
(mengenai Tuhan), maka hakikat ini pekerjaan hati.
Sehingga tidak ada yang dilihat didengar selain Allah,
atau gerak dan diam itu diyakini dalam hati pada
hakikatnya adalah kekuasaan Allah. (Abdurrahman
Siddik Al Banjari ,1857 kitab Amal Ma`rifat).
Makrifat
Istilah Ma'rifat berasal dari kata "Al-Ma'rifah" yang berarti
mengetahui atau mengenal sesuatu. Dan apabila dihubungkan dengan
pengamalan Tasawuf, maka istilah ma'rifat di sini berarti mengenal
Allah ketika Shufi mencapai maqam dalam Tasawuf.
Sesungguhnya ilmu yang meyakinkan itu ialah ilmu di mana yang
menjadi obyek pengetahuan itu terbuka dengan jelas sehingga tidak
ada sedikit pun keraguan terhadapnya; dan juga tidak mungkin salah
satu keliru, serta tidak ada ruang di qalbu untuk itu.
.
Terbukanya rahasia-rahasia Ketuhanan dan tersingkapnya hukum-
hukum Tuhan yang meliputi segala yang ada.
Selain itu Al-Gazali juga sangat menentang orang yang tidak peduli
terhadap hukum-hukum syariah karena menganggap telah mencapai
tingkat tertinggi (wali) dan telah memperoleh pengetahuan langsung
dari sumbernya, yaitu Allah SWT. berupa pengetahuan kasyfi, yang
membawanya tidak terikat lagi pada hukum-hukum taklifiy.
Salah satu pendidikan yang dapat ditemukan dari laku lampah Dunia
Ruhani bahwa setiap penempuh jalan ruhani dituntut agar melihat
kecil apa yang datang dari hamba dan betapa besar apa yang
dikurniakan oleh Allah. Ruhani yang terdidik seperti ini akan
membentuk sikap beramal tanpa melihat kepada amal itu sendiri,
sebaliknya melihat amal itu sebagai kurnia Allah yang wajib
disyukuri.
Orang yang terdidik seperti ini tidak lagi membuat tuntutan kepada
Allah tetapi membuka hati nuraninya untuk menerima hidayah dan
taufik dari Allah. Orang yang hatinya suci bersih akan menerima
pancaran Sirr dan mata hatinya akan melihat kepada hakikat bahwa
Allah adalah Tuhan Yang Maha Mulia, Maha Suci dan Maha Tinggi.
Ia tidak mungkin ditemui dan dikenali kecuali jika Dia (sendiri yang)
mau untuk ditemui dan dikenali.
Bila pintu tersebut tidak terbuka juga maka dia menjadi ragu-ragu.
Dalam perjalanan menggapai marifat seseorang tidak terlepas dari
perasaan ragu, lemah semangat dan berputus asa. Jika dia masih
bersandar kepada sesuatu selain Allah Swt, si hamba tidakada pilihan
lain kecuali berserah kepada Allah Swt. Marifat menurut Drs Imron
Rosadi MA, adalah pengetahuan, dan dalam arti umum ialah ilmu
atau pengetahuan yang diperoleh melalui akal. Dalam kajian ilmu
tasawuf Marifat adalah mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga hati
sanubari dapat melihat Tuhan. Inilah yang dikemukakan Harun
Nasution dalam Falsafat & Mistisisme dalam Islam.
Ciri-ciri orang Arif atau orang yang telah sampai kepada Marifat
adalah Cahaya Marifatnya yang berupa ketaqwaan tidak pernah
padam dalam dirinya. Tidak meyakini hakikat kebenaran suatu ilmu
yang menghapuskan atau membatalkan Zahirnya. Banyaknya nikmat
yang dianugerahkan Tuhan kepadanya tidak membuatnya lupa dan
melanggar aturan Tuhan. Dijelaskan bahwa akhlaq Sufi tidak ubahnya
dengan akhlaq Tuhan. Ia baik dan lemah lembut serta senantiasa
berusaha agar seluruh sikap dan perilakunya mencerminkan sifat-sifat
Tuhan.
Dalam pada itu Marifatpun harus dicapai melalui proses yang terus-
menerus. Semakin banyak seorang Sufi mencapai Marifat, semakin
banyak yang diketahui tentang rahasia-rahasia Tuhan, meskipun
demikian tidak mungkin Marifatullah menjadi sempurna, karena
manusia sungguh amat terbatas, sementara Tuhan tidak terbatas.
Karena itu al-Junaid al-Baghdadi, seorang tokoh Sufi modern
berkomentar tentang keterbatasan manusia dengan mengatakan
Cangkir teh takkan mungkin menampung semua air laut. Paham
Marifat Zunnun dapat diterima al-Ghazali sehingga paham ini
mendapat pengakuan Ahlussunah wal Jamaah. Al-Ghazali sebagai
figur yang berpengaruh di kalangan Ahlussunah wal Jamaah diakui
dapat menjadikan Tasawwuf diterima kaum syariat.
Kalau ditanya, `Apa rahasia ma`ri fat? Rahasia dan ruhnya adalah
tauhid. Yaitu, jika anda telah menyucikan sifat-sifat Mahahidup, Ilm
(Ilmu), Qudrah, Iradah, Sama ; Bashar dan Kalam Allah dari segala
keserupaan dengan sifat-sifat makhluk [dengan penegasan bahwa
tiada satu pun yang menyamai-Nya]. Lalu, apa tanda-tanda ma`rifat?
Tanda-tandanya adalah hidupnya kalbu bersama Allah swt. Allah swt.
mewahyukan kepada Nabi Dawud a.s., Mengertikah engkau, apakah
marifat-Ku itu? Dawud menjawab, Tldak.Allah berfirman,
Hidupnya kalbu dalam musyahadah kepada-Ku. Kalau ditanya,
Tahap atau maqam manakah yang dapat disahkan sebagai ma `rifat
yang hakiki? [Jawabnya] adalah tahap musyahadah (penyaksian) dan
ruyat (melihat) dengan sirr qalbu. Hamba melihat untuk mencapai
marifat. Karena marifat yang hakiki ada dalam dimensi batin pada
iradah, kemudian Allah swt. menghilangkan sebagian tirai (hijab),
lantas kepada mereka diperlihatkan nur Dzat-Nya dan Sifat-sifat-Nya
dari balik hijab itu agar mereka sampai pada marifat kepada Allah
swt. Hijab itu tidak dibukakan seluruhnya, agar yang melihat-Nya
tidak terbakar.
Sebagian ahli marifat berkata, Demi Allah, tidak seorang pun yang
mencari dunia, selain orang itu dibutakan kalbunya oleh Allah, dan
dibatalkan amalnya. Sesungguhnya Allah menciptakan dunia sebagai
kegelapan, dan menjadikan matahari sebagai cahaya. Allah
menjadikan kalbu juga gelap, lalu dijadikan marifat sebagai
cahayanya. Apabila awan telah tiba, cahaya matahari akan terhalang.
Begitupun ketika kecintaan dunia tiba, cahaya marifat akan terhalang
dari kalbu. Ada pula yang mengatakan, Hakikat marifat adalah
cahaya yang dikaruniakan didalam kalbu Mukmin, dan tiada yang
lebih mulia dalam khazanah kecuali marifat.
Sebagian Sufi berkata, Matahari kalbu Sang `Arif lebih terang dan
bercahaya dibandingkan matahari di siang hari. Karena matahari pada
siang hari kemungkinan menjadi gelap karena gerhana, sedangkan
matahari kalbu tiada pernah mengalami peristiwa gerhana (kusuf).
Matahari siang tenggelam ketika malam, namun tidak demikian pada
matahari kalbu. Mereka mendendangkan syair: Matahari siang
tenggelam di waktu senja, matahari kalbu tiada pernah tenggelam.
Siapa yang mencintai Sang Kekasih, Kan terbang sayap rindunya
menemui Kekasihnya.
Sejalan dengan makna ini, ada riwayat dari Abu Bakar ash-Shiddiq
r.a. yang pernah berkata, Mahasuci Dzat Yang tidak membuka jalan
untuk marifat-Nya kecuali dengan menjadikan seseorang tidak
sanggup mengetahui-Nya.
Demikian pula lahir dan batin, hanya saja suatu saat Dia
menghilangkan Anda dan suatu saat menghadirkan Anda dengan
tujuan untuk memperbarui kelezatan dan melihat penghambaan
(ubudiyyah). Sebab orang yang mengetahui-Nya melalui penciptaan
makhluk-Nya, ia tidak akan mengetahui-Nya secara langsung. Sebab
penciptaan makhluk-Nya berada dalam makna firman-Nya, Kun
(wujudlah). Sementara mengetahui secara langsung adalah
menampakkan kehormatan, dan sama sekali tidak ada kerendahan.
Saya (Syekh Abu Nashr as Sarrai) katakan: Makna dan ucapan an-
Nuri, mengetahui-Nya secara langsung, ialah langsung dengan
yakin dan kesaksian hati nurani akan hakikat-hakikat keimanan
tentang hal-hal yang gaib.