Anda di halaman 1dari 54

Shalat dan Panggilan Arafah

KH Bahaudin Mudhary

SEKAPUR SIRIH Segala puji bagi Allah yang senantiasa mencurahkan rahmat, hidayah dan inayahNya, sehingga nur Iman dan Islam rnasih tetap tertanam kokoh dalam kalbu kita, yang melangkahkan kaki untuk mendapatkan keridhaan dari Allah SWT. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad saw yang telah mengantarkan kejalan kebenaran, yakni dinul Islam, sebagai satu-satunya jalan hidup yang penuh keselamatan, kesejahteraan, kebahagiaan dan kedamaian baik di dunia maupun diakhirat nanti. Karena banyaknya permintaan dari para pembaca pencinta buku, terutama yang berminat dalam kajian metaftsika, maka dengan senang hati dan dengan memohon pertolongan Allah, kami menerbitkan buku "Shalat dan Panggilan Arafah" karya KH. Bahaudin Mudhary. Penulis buku ini adalah seorang ulama yang tidak hanya menekuni masalah keagamaan, melainkan juga mengusai bahasa Jerman, Belanda, Inggris dan Arab, juga mendalami ilmu fisika, kimia dan biologi, terutama masalah yang erat kaitannya dengan filsafat. Diantaranya, beliau menjelaskan bahwa jasmani manusia tersusun dari kumpulan atom-atom (molekul) yang terdiri dari elektron, proton dan neutron. Setiap melakukan aktifitas berpikir dan bergerak, otak sebagai sentral gerakannya akan mengeluarkan gelombang dengan frekwensi tertentu sesuai dengan kadar aktifitasnya. Tetapi yang sering diabaikan, di samping jasmani terdapat pula unsur rohani yang tersusun dari atom rohani juga. Jika melakukan aktifitas, ia akan memancarkan gelombang rohani dengan frekwensi tertentu sesuai dengan kadar aktifitasnya pula.

Adanya interaksi aktifitas antar manusia dan lingkungannya, menimbulkan berbagai problematika kehidupan. Satu masalah bisa diatasi, seribu satu persoalan mendatangi. Agar dapat menyelesaikan setiap masalah dengan cepat, tepat dan benar, manusia membutuhkan kejernihan pikiran dan bimbingan dari sang Penciptanya, melalui shalat dan ibadah ritual lainnya. Buku karya beliau ini berbicara melalui dimensi rnetafisika yang akan menjelaskan, bahwa shalat dan haji adalah aktifitas jasmani dan rohani yang memadukan dua jenis gelombang tersebut untuk membentuk kekuatan mencapai gelombang hidayah dan Nur Ilahi, agar mendapatkan petunjuk dan bimbingan langsung dari Allah SWT. Bahkan melalui ibadah shalat dan haji ini, manusia dapat mengindera gelombang aktifitas alam duniawi, alam jabarut (Jin) dan alam malakut (Malaikat). Mudah-mudahan kehadiran buku ini bisa ikut menyemarakkan khazanah ilmu pengetahuan dan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Amin.

KATAPENGANTAR Dalam "azan, setiap muslim diseru dengan: "hayya 'alas shalah, hayya 'alal falah," yang artinya: "Marilah melakukan shalat, marilah menuju kebahagiaan". Dari kalimat itu, jelas tersurat bahwa dengan menegakkan shalat, manusia akan menemukan kebahagiaan. Allah menyatakan, sungguh berbahagialah orang-orang yang menjalankan shalat dengan khusyuk. Dari penjelasan ini bisa ditarik kesimpulan, bahwa shalat yang khusuk akan rnengantarkan seorang hamba Allah kepada kebahagiaan yang sejati. Kebahagiaan itu berupa kenikmatan abadi yang akan dikaruniakan Allah di akhirat kelak. Di dunia, orang yang shalatnya khusyuk akan merasakan kebahagiaan dan ketentraman hati. Seorang yang telah bersyahadat; bersaksi dengan yakin bahwa tiada zat yang pantas disembah selain Allah, dan bersaksi pula bahwa nabi Muhammad saw adalah utusan Allah yang menyampaikan risalah Islam kepada manusia akhir zaman, wajib membuktikan kesaksiannya itu dengan menunaikan rukun-rukun Islam, sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh "Syara" antara lain, menegakkan shalat, melakukan puasa ramadlan dan seterusnya. Menyaksikan bahwa Allah saja yang pantas disembah, tanpa melakukan shalat yang telah diperintahkan oleh Allah dan dicontohkan oleh nabi Muhammad, akan membuat kesaksian itu nyaris tidak berarti dan mentah. Dengan melaksanakan shalat lima waktu, maka terbuktilah bahwa seorang muslim telah menyembah (beribadah) kepada Allah, dan tidak menyembah kepada selain Dia. Dengan shalat itu maka syahadat yang ia ucapkan menjadi nyata dan bermakna. Shalat merupakan bentuk "cinta" dan "sayang" Allah kepada makhlukNya yang berakal (manusia) untuk bertemu dan menghadap kepadaNya. Karena itu, siapa yang ingin bertemu rnenghadap sekaligus berdialog dengan Allah, hendaklah melakukan shalat. Perjalanan hidup dalam mengarungi ribuan siang dan malam membutuhkan tonggak-tonggak waktu yang dapat memberi makna yang lebih subtansial terhadap hidup. Maka shalat lima waktu akan mampu memberikan kebutuhan subtansial itu apabila benar-benar dilakukan dengan khusyuk dan ikhlas semata-mata hanya mengharapkan "ridha Allah."

Seorang muslim yang sadar bahwa dirinya adalah hamba Allah, akan menandai terbit fajar sebagai awal pergantian malam dan siang dengan menghadap Allah melalui shalat Subuh. Dengan shalat Subuh, ia membuka lembaran siang yang akan ia isi dengan kerja keras mencari rejeki Allah. Matahari bergeser dari atas ubun-ubun, otak dan hati disejukkan lagi dengan bertemu Allah dalam shalat Zhuhur. Ketika matahari condong ke arah barat, sebagian manusia banyak yang menyudahi pekerjaannya, ada pertemuan lagi dengan Allah dalam shalat Ashar. Matahari terbenam dan siang telah berganti malam, manusia yang beriman menandai hidupnya dengan bersuiud kepada Allah dengan shalat Maghrib. Ketika bintangbintang bertaburan memenuhi langit yang gelap hitam, dan manusia hendak menikmati istirahat malam, ia menghadap dulu kepada Al-Khaliq sambil bersyukur dalam shalat Isya. Perjalanan hidup seorang mukmin yang hari demi hari ditandai dengan menghadapkan dirinya kepada Allah dengan shalat seperti itu, akan membuat hidup menjadi penuh arti. Karena setiap pertemuan dengan Allah di dalam shalat akan mempunyai nilai tak terduga dan makna tersendiri. Sehingga hari-hari yang akan datang akan membawa sesuatu yang segar ke dalam diri. Kalau dalam shalat itu seorang mukmin menghadap Allah, maka akan rugi bila pertemuan itu menjadi hambar, karena hati tidak mengingat Allah. Itulah shalat yang tidak khusyuk. Shalat yang tidak khusyuk, tidak banyak pengaruhnya dalam upaya mencari ketentraman jiwa, juga tidak banyak perannya dalam mengendalikan hawa nafsu. Jadi kalau ada orang yang rajin shalat, tetapi masih suka melakukan maksiat dan mungkar, berarti "shalatnya belum berfungsi " dalam mengendalikan hawa nafsu. Shalat yang dilakukannya tidak berisi "dzikrullah", yakni hati yang ingat kepada Allah. Betapa pentingnya mengusahakan shalat yang khusyuk itu, kalau kita menyadari bahwa di dalarn shalat khusyuk itu ada ketentraman jiwa yang membuat resah gelisah dalam hati menjadi lenyap atas pertolongan Allah yang Maha Pengasih. Dalam shalat yang khusyuk itu ada kenikmatan-kenikmatan rohani karena seorang hamba menjadi sangat dekat dengan Khaliqnya dengan tersingkapnya hijab. Dalam upaya meningkatkan peran shalat untuk mencari kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat, buku "Shalat dan Panggilan Arafah" karya KH. Bahaudin Mudhary ini pantas sekali untuk dijadikan bahan kajian. Telaah yang di lakukan pengarang agaknya lebih dititikberatkan dengan kacamata metafisika, karena beliau memang ahli di bidang ini. Justru itu buku ini akan sangat berbeda dengan buku-buku fiqih yang cenderung membicarakan shalat dari segi ekstrinsik. Mempelajari shalat lewat fiqih memang penting, karena dari situ kita bisa melakukan gerakan shalat sesuai dengan tuntunan syari'ah. Mempelajari dari sisi instrinsik juga penting karena dari situ bisa diperoleh keterangan untuk menenmukan subtansi shalat. Buku ini menguraikan shalat dari sisi instrinsik dengan bahasa ilmiah populer, sehingga mudah dimengerti. Antara lain yang menarik dari uraian buku ini, ialah bahwa shalat merupakan syarat mutlak untuk membangun spiritualitas. Pada era modern, bahkan pada era post-modern, ketika manusia cenderung tercebak oleh absurditas, nihilisme, sekulerisme, robotisme di tengah merebaknya industrialisasi maka shalat akan tetap relevan untuk mengantarkan manusia kepada subtansi kemanusiaan. Sehingga ia dapat menemukan kebahagiaan yang hakiki, kebebasan berdasarkan fitrah dan kedamaian yang abadi.

Dengan membaca buku ini, semoga Allah membimibing kita ke arah wawasan shalat yang lebih luas, sehingga keislaman kita semakin bernilai dalam pandangan Allah swt. Amin! Batang-batang, Madura, 1 Muharam 1415 H

KATA PENGANTAR PENYUNTING "Shalat dan pangglian Arafah", sederhana sekali judul buku ini, lantas menjadi istimewa lantaran dalam kejadian Metafisis" sebagai salah satu buah pena dari seorang ulama yang memang dikenal ditempat kelahirannya sebagai "centre par excellence" dalam ilmu-ilmu ketuhanan dan kerohanian. Penyunting meramunya dalam rangkuman kuliah Pengajian Yayasan Pesantren Sumenep, di samping secara empirik dalam bentuk implementasi keseharian kehidupan pamandanya K.H. Bahaudin Mudhary, yang juga mertua, mempokokkan urgensi shalat sebagal kunci rahasia kekuatan ruhaninya. Dalarn mengernbankan ilmunya di bidang kerohanian banyak berkhidmat pada teori Unio Mistica dan Bion-bion rohani, yang bermakna, hakikatnya tubuh manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Ruh itu ditiupkan ke dalam tubuh sang bayi oleh Malaikat Jibril atas perkenan Allah, sehingga berkernbang menjadi manusia yang sempurna lahir batin. Ruh ketuhanan itu tidak bisa hilang walaupun orangnya sudah mati. Jasmani yang menjadi badan wadaq atau pembungkus ruh tersebut bisa hancur dan musnah, tetapi karena ruh itu datang dari Allah maka ia akan kembali kepada Allah jua. Ruh yang keluar darl jasad orang yang meninggal disebut bion-bion ruhani, Astral Ligam atau Astral Matter. Bahkan bion-bion itu bisa dihubungi asalkan kita dapat menyetelnya. Tentu saja, tidak sembarang orang dapat melakukan hal itu. Jika badan manusia diibaratkan sebagai pesawat radio, maka kalau pesawat penerimanya rusak, lemah atau kekuatan lampu-lampu (tabung) transistornya tidak mencukupi, alhasil pesawat itu tak bakal mampu menerima getarangetaran gelombang yang dipancarkan. Apalagi jlka antenanya rusak, tentu mustahil terjadi resonansi sebagai syarat untuk berkomunikasi. Untuk menghubungi ruh-ruh orang yang sudah mati, memang memerlukan konsentrasi penuh dan mengeluarkan energi yang besar, sehingga setelah menghubungkan bion-bion di alam astral, kita harus cepat-cepat memulihkan tenaga dengan jalan istirahat atau sarana hiburan. Demikian pula dalam menghadapi kasus-kasus kesurupan, yang sebenamya penjajahan atas ruhani dan jasmani manusia oleh bion-bion jahat di alam astral. Untuk mengusir anasir jahat tersebut, harus mampu mengukur kekuatan gelombangnya, lalu kita lawan dengan frekuensi (gelombang) yang lebih pendek, yaitu dengan Sinar Ketuhanan yang diperoleh oleh mereka yang selalu berdialog antara hamba dengan Khaliq dalarn tatanan shalat yang bagus (khusuk). Namun demikian, segalanya bisa terjadi karena hidayah dan ma'unah Allah azza wa jalla,. Surabaya. 3 Mei 1994 Penyunting,

H. Hizbul Maulana

BAGIAN I SHALAT KHUSYU MEMBUKA HIJAB Ada kiat untuk memahami sedalam-dalamnya hikmah yang tersembunyi di dalam ibadah shalat. Lantaran salah satu ibadah terpenting yang dapat membawa manusia ke alam Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa. Setiap insan seyogyanya berusaha dengan penuh kesadaran untuk mengetahui Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa itu, sehingga setiap tindakan dan laku perbuatan serta rencana-rencana kita selalu dipimpin dan diberi petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa, dan berhasillah cita-cita yang ditujukan ke arah keadilan, kemakmuran yang hakiki dan abadi. Kalau benda-benda mati (materi) dan atom pada zaman ini telah dapat dipecah di dalam beban listrik, dan ilmu urai (anatomi) bagian badan kasar ini telah dapat diselidiki sampai ke atom-atomnya, mengapa badan halus masih belum didekati secara ilmiah? Bukankah telah diakui, bahwa manusia ini tersusun dari pada jasmani (badan kasar) dan ruhani (badan halus) atau metafisis?. Kita menyadari bahwa semua kenyataan yang disaksikan dengan pertolongan panca indera masih tertutup dengan beberapa lapisan dan belum merupakan hakikat kenyataan. Untuk memenuhi kenyataan yang hakiki, hendaklah ilmu pengetahuan harus merupakan persiapan bagi religi dan dengan alat metafisika, atom akan memungkinkan membuka pintu hijab nuansa kehidupan beserta rahasianya. Ilmu pengetahuan yang semata-mata ke arah Yang Hakiki, Yang Mutlak, inilah ilmu pengetahuan yang sejati. Ilmu ini baru dapat diperoleh dengan syarat di samping memiliki ilmu pengetahuan eksak, harus memiliki pula kegiatan batin yang terlepas dari keinginan mementingkan diri sendiri. Aktifitas akal (rasio) tidak lebih sebatas menguasai tenaga alam yang diperlukan oleh kebutuhan lahir saja. Sedangkan kegiatan atau olah batin merupakan kekuasaan manusia yang tertinggi, lebih kuasa dari pada akal (rasio). Tegasnya di samping memiliki intelek kebendaan wajib pula memiliki intelek keTuhanan. Memang komunikasi ritual dengan Rabbi, setelah wahyu hanya kepada para Nabi terpilih, lantas ilham diterima hamba tertentu, bahkan tidak semata-rnata kepada manusia, juga kepada lebah misalnya, seperti dalam Surat an-Nahl ayat 68 yang artinya: "Dan Tuhanmu wahyukan kepada lebah: "Hendaklah engkau jadikan sebagian dari gununggunung sebagai rumah dan pohon-pohon serta sebagian dari apa yang mereka (manusia) jadikan atap". Maka jelaslah, jika Allah melimpahkan hidayah kepada hambanya dengan Nur Allah tanpa perantara, sebagian diantaranya lewat firasat atau mimpi yang benar yang kerap kali terjadi secara berulang-ulang. Tidak mengherankan kalau sebagian para sarjana yang mengabaikan tentang peristiwaperistiwa di luar dari pada rasio, justru mereka dalarn hidupnya banyak mengutamakan dasardasar lahir (rasionalisme, realisme, materialisme, sekularisme), sehingga menjadi kendala dan perintang untuk mengakui keadaan-keadaan yang tidak dapat diraba, dilihat dengan panca

indera. Beragarn peristiwa kasat mata yang tak dapat ditimbang dan diukur, disebut inponderabilia. Dengan ibadah shalat, akan mendorong kita untuk mengetahui peristiwa di luar rasio, menemui Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa yang harus dimiliki pada setiap batin manusia. Banyak sekali tirai hijab yang menutup manusia untuk rnenemukan hakikat setiap sesuatu. Hal ini disebabkan manusia selalu terikat oleh dunia lahir dan keadaan maujud yang diciptakan. Ilmu pengetahuan eksak, terutama berupa teknik, sehingga tidak dapat menemukan hakikat yang tersembunyi di balik ilmu pengetahuan eksak sendiri. Upaya menembus tirai menuju hakikat setiap sesuatu itu hendaklah selalu menunaikan kewajibankewajiban yang diajarkan agarna. Senantiasa membaguskan ibadah, kadarnya terus ditingkatkan, bahkan boleh jadi memberikan dorongan dzikrullah yang lebih mapan, sehingga iman bertambah kukuh. Walau hikmah-hikmah besar yang terkandung di dalarn ibadah shalat belum dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan eksak dan belum bisa diterima sepenuhnya oleh rasio, hal ini tidak mengherankan, lantaran buat menemukan hakikat di dalam ibadah shalat dibutuhkan ilmu pengetahuan yang berdiri di atas rasio yaitu ilmu metafisika dan nilai rasa yang tinggi. Hakikat itu bukan suatu kenyataan-kenyataan yang dapat disaksikan lewat panca indera. Tentu mustahil alat panca indera manusia yang tidak sempurna tersebut dapat menemukan Yang Maha Sempurna. Otak lahir hanya dapat menyaksikan kenyataan yang riel. Sedangkan untuk menemukan kenyataan yang hakiki, dibutuhkan alat panca indera batin, yang menyingkap kenyataan metafisis. Kami berpendapat, bahwa timbulnya ketegangan dan kekacauan di dunia, disebabkan sebagian umat manusia dalam cara berpikirnya mengingkari hal-hal yang abstrak dan menjauhi hubungannya dengan Hakikat Yang Mutlak, bersifat universal meliputi sernua kenyataan. Mereka banyak terpukau kepada ilmu pengetahuan eksak meninggalkan yang abstrak, sehingga memandang dunia lahir ini sebagai hakikat yang sejati dan akhirnya mereka tidak mengetahui batas-batas yang fana dan baqa, antara yang nyata dan yang tersembunyi, antara benda dan ruh, antara yang materill dan spiritual, yang eksak dan yang abstrak. Maka untuk menghalau ketegangan-ketegangan di dunia, sangat dibutuhkan kebangkitan spiritual disamping materi yang sanggup membawa ummat ke alam kehidupan yang tentram dan damai. Syarat rnutlak membangun spiritual ialah ibadah shalat, selaku zat pembawa (draagstof) menuju Hakikat Yang Maha Suci yang dapat menuntun manusia ke arah berfikir murni, perbuatan suci dan angan-angan suci mempunyai kesanggupan menjelmakan dunia tertib dan teratur, ahlakul karimah.

DEKATKAN RUHANI DENGAN INTI ALAM Allah swt berfirman: "Sesungguhnya ibadah shalat itu dapat mencegah timbulnya kekacauan dan keruntuhan ahlak." (QS. 29:45)

Kita menyadari, ibadah shalat merupakan tugas yang langsung disampalkan kepada Rasulullah saw, yakni beliau pribadi berangkat menjelajah angkasa luar (mi'raj) menuju suatu tempat yang telah ditentukan. Berbeda dengan tugas ibadah lain yang biasanya beliau menerimanya dengan perantaraan wahyu atau dengan perantaraan Malaikat Jibril. Yang demikian sudah tegas, ibadah shalat merupakan perternuan langsung antara hamba dengan Tuhan, tanpa perantara. Sesuai dengan sabda Nabi saw: "Ibadah shalat itu adalah mi'raj bagi orang mukmin." Pada saat melakukan ibadah shalat kita menyebut nama-nama Allah, munajat doa dan pujipujian dipancarkan gelombang-gelombang ruhani yang dihadapkan secara langsung kehadirat Allah swt. Sedangkan badan jasmani wajib mentaati setiap gerakan yang dikomandokan ruhani. Tepat sekali kalau ibadah shalat menjadi syarat mutlak bagi yang ingin mendekatkan dirinya kepada Allah swt yang disebut bersatu dengan Tuhan (unio mystica). Apabila manusia membiasakan mendekatkan dirinya pada hetcentrale beginsel (Allah swt), maka pada saat itulah bion-bion dari dalarn ruhaninya berhenti berputar dan kembali menjadi meta aether yang rnenjadi zat pernbawa (draagstof). Untuk dapat menemui Allah swt. Dan pada saat itulah dengan akibat timbulnya getar menggetar (resonansi), dapat menyaksikan dengan langsung hakikat dari semua kenyataan yang menjelmakan ilmu pengetahuan absolut. Sanggup membawa manusia ke alam ketenangan dan rasa damai di dalam batin, dapat melihat jauh ke depan. Semisal, apabila elektron-elektron yang letaknya jauh dari inti bergerak selalu lambat, sedangkan yang dekat pada inti bergerak sangat cepat dan berubah menjadi gelombang atau sinar. Demikian juga apabila manusia menjauhkan rohaninya kepada intinya, semesta alam ini (Maha Ruh) semua gerakan-gerakannya dan tindakan-tindakannya selalu terlambat dan kandas dan tidak mungkin memberikan kepuasan. Juga sebaliknya mereka yang selalu mendekatkan rohaninya, niscaya gelombang-gelombang rohaninya selalu bergerak cepat dan berubah menjadi sinar yang disebut sinar ruhani (emanasi), yang mampu menemui sinar Allah. Peristiwa ini disebabkan keduanya memiliki gelombang yang sama, rnaka timbullah peristiwa resonansi, menjelmakan intuisi, yakni pikiran membuahkan suatu pimpinan dan bimbingan langsung dari hadirat Allah swt yang disebut "hidayah" atau petunjuk. Pikiran demikan ini pasti benarnya dan dapat membayangkan suatu peristiwa yang akan terjadi. Manusia yang memiliki intuisi ini disebut sinar ilahi (Nurullah). Jelasnya sebagal berikut, pada saat kita melakukan shalat khusyu, bion-bion rohani bekerja sebagai alat penerima (ontivanger), sedangkan alam Tuhan yang memancarkan sinarnya selaku gelombang aether merupakan alat penyiar (zender), kemudian akan rnewujudkan sabda-sabda dan terus langsung menembus menuju ke arah otak. Pantulan sinar ilahi menjelma cahaya bagi manusia, inilah yang disebut ilham atau intuisi yang tertinggi. Kenyataan ini menjadi azas utama daripada pembentukkan alat-alat radio. Firman Allah swt: "Sinar Allah di atas segala sinar. Allah memberikan petunjuk dengan sinar itu bagi hambahambaNya yang dikehendaki. (QS. 24:35) Demikianlah Allah menerangkan bahwa sinar Allah adalah sinar yang tertinggi dari semua sinar. Sudah pasti sinarNya mempunyai gelombang sangat pendek, lebih pendek dari semua gelombang yang ada di alam ini. Begitu juga sinar rohani manusia. Tidaklah mengherankan

kalau ilmu pengetahuan eksak akan sukar sekali mengetahui pengaruh sinar tersebut. Bertumpu dari niat yang tulus, lantas dibekali sabar yang hakiki juga amalan yang terpuji dan kadar ibadah yang hebat niscaya secara bertahap bisa membajakan diri menuju titik sumbu. Insya Allah. Fiman Allah swt: "Dan tidak akan menemuiNya melainkan mereka yang berhati sabar dan juga tidak akan menemuiNya kecuali mereka yang memiliki keteguhan batin." (QS. 41:35) Memang sabar dan shalat bagai rangkaian yang kental, lantaran saling menopang. Hatinya senantiasa bergerak menuju Yang Maha Mutlak meski perlu pentahapan penalaran yang teruji. Setiap mushalli selalu hidup tatkala menghadapkan wajahnya ke Kiblat, menghadapkan hatinya kepada Allah lewat shalat, melepaskan pikiran dari hiruk-pikuk galaunya dunia yang menyadari bahwa Allah swt selalu dekat dengan hambanya. Kalau kita analisa menurut ilmu metafisika terbukti, bahwa ruhani yang tersusun dari bionbion, ion-ion dan elektron-elektron, adalah anasir-anasir daya listrik. Apabila anasir-anasir bergerak, disekitamya mewujudkan lapang tenaga (medan daya magnet) penarik atau "magnetische krachtveld". Yang segera menumbuhkan rasa Ketuhanan Yang Maha Esa, berdiam di dalam diri manusia, menjelmakan suatu perbuatan sempurna yang tidak mungkin menimbulkan kekacauan, penindasan, pertentangan, pemerasan, penipuan, dan penyelewengan, karena sosok ruhaninya sudah tertanam rasa iman yang mapan, menimbulkan keyakinan Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai setiap perbuatan dan tindak-tanduknya, baik ia berada di tempat-tempat yang terang dan gelap, siang dan malam, ditempat ramai maupun sunyi, ataupun di rumah, sebab Allah swt berada di mana-mana. Jelaslah betapa penting kadar rasa Ketuhanan Yang Maha Esa bagi setiap pribadi manusia, teristimewa bagi para pemimpin rakyat, pejabat negara yang diberi amanah tanggungjawab terhadap bangsa dan negaranya. Maka akan bertambah yakin bahwa shalat khusyu', menjadi syarat mutlak untuk mewujudkan manusia susila.

INTUISI BAGI KECERDASAN Menurut ilmu pengetahuan eksak, bahwa sinar-sinar berasal dari peristiwa-peristiwa mati. Sedangkan menurut ilmu metafisika, sinar-ruhani berasal dari keadaan yang hidup. Walaupun keduanya adalah daya elektromagnetik, akan tetapi melihat fungsi keduanya, sangat berbeda. Karena elektron-elektron benda mati akan hilang lenyap masuk ke udara, sedang bion-bion ruhani yang berasal dari elektron-elektron hidup tidak akan lenyap, sebab mempunyai hubungan dengan Yang Maha Hidup dan Menghidupkan serta yang dapat memberikan kehidupan. Yang demikian ini mendapatkan pengertian bahwa sesuatu yang mati pasti dalam keadaan pasif, sedang yang hidup, terlebih lagi makhluk yang berpikir, pasti tidak akan menyerah kepada yang mati, bahkan selalu aktif bergerak menentang dan melawan dengan artian tidak mudah tunduk kepada hukum benda-benda mati atau yang nisbi (relatif). Walaupun kita menyadari bahwa elektron-elektron benda mati, jika terurai dari susunan atomnya mempunyai suatu tenaga yang besar (atorn energi), tetapi kita menyadari bahwa

bion-bion yang keluar dari susunan ruhani hidup yang disebut dengan "meta energi", jauh lebih besar tenaganya dari atom energi. Tenaga ruhani atau tenaga gaib yang tidak dapat dirasa oleh panca indera atau alat apapun juga yang masih belurn didekati ilmu pengetahuan eksak. Para sarjana mengakui adanya automatisme di dalarn inti atom yang sangat mengherankan, sehingga rnenyebabkan timbulnya keyakinan bahwa di dalam susunan dan mekanisme bagian-bagian inti atorn harus ada pengatur dan penciptanya yang tidak rnempunyai awal dan akhir, baik dalam waktu maupun ternpat. (Einstein) Tentu saja manusia yang dikaruniai otak batin dapat mengadakan abstraksi untuk menjelajah alam abstrak dengan secara langsung (deduktif), dan akan menimbulkan keyakinan, di belakang sesuatu yang hidup ada kekuasaan yang mengatur juga menyusun. (Einstein) Abstraksi atau daya cipta (creatif vermogen), yang dapat mengantarkan secara langsung memanjat ke arah Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur, adalah ibadah shalat yang khusyu, berupa dialog antara ma'bud dengan Al-Khaliq tanpa batas dan hijab. Shalat yang dilakukan dengan khusyu, selalu menjelmakan rasa ketenangan batin (zielevrede) yang dapat mencegah bekerjanya atom energi, sehingga lenyaplah rasa takut karena berhasil berhubungan langsung dengan Hakikat Maha Energi, menjamin keselamatan dan kebahagiaan umat manusia. Firman Allah swt : "Tak usah kamu merasa rendah gelisah (takut), dikarenakan kamu itu ummat yang menang jika kamu beriman." (QS. 3:139) Shalat rnerupakan pokok paling intens. Tempat mengembalikan segala urusan dan penyerahan hidup. Seperti sabda Nabi Muhammad saw: "Dan aku jadikan shalat itu sebagai penyejuk hatiku". Beliaupun bersabda:"Hai Bilal, puaskanlah dengan shalat "! Dengan keterangan ini kita dapat menarik kesimpulan, bahwa shalat yang khusyu selain menumbuhkan keimanan, mewujudkan manusia susila, bahkan rnewujudkan pula manusia pernberani dan pahlawan yang tak pernah mundur, pantang menyerah dan takut. Karena di dalarn ruhaninya telah tertanam rasa Ketuhanan Yang Maha Esa yang selalu rnemberikan perlindungan. Sejarah negeri Arab (Makkah) telah nyata membuktikan, suatu bangsa yang tak kenal kemanusiaan dan menjadi sarangnya maksiat, rendah sekali dalam pandangan bangsa-bangsa di jaman itu, berbalik menjadi bangsa berjiwa besar, pemberani, dan pahlawan-pahlawan, yang membuat kagum para ahli sejarah. Salah seorang pahlawan bangsa Romawi, pernah berkata: "Ummat Muhammad di siang hari laksana harimau selalu waspada dan siap-siaga, tetapi di malam hari meraka menjadi pendeta". (Yakni melakukan shalat malam, shalat tahajjud, dengan penuh kekhusyuan ke Hadirat Yang Maha Esa. Untuk menambah keyakinan pengakuan dari para ahli sejarah sebagaimana disebutkan, di dalam Encylopaedi Brittanica, Encylopaedi of Religion dan lain-lain. Antara lain para ahli sejarah berkata: "Under the inspiring of the great prophet who gave them a code and nationality strarted from soldier into schollars. " (di bawah pengaruh pimpinan Nabi Besar

yang telah memberikan contoh kepribadian nasional, kepada mereka sejak dari pahlawan sampai orang terpelajar). Dengan uraian ini mungkin para sarjana dan intelektual yang adil akan mengakui - meski di dalam hati kecilnya - mereka merasa kurang cakap dan kurang lengkap kalau hanya mempergunakan ilmu pengetahuan eksaknya yang diperoleh dari hasil pendidikan akademis saja. Tidak mungkin dengan pengetahuan itu saja akan rnembawa mereka untuk melihat jauh ke depan dan mengetahui peristiwa-peristiwa yang bakal terjadi dan yang akan dihadapi, dan tidak mungkin pula akan memperoleh ide-ide baru untuk rnembentuk wajah dunia (wereld bouwers) dan corak rnasyarakat (social heryomers) selama mereka kosong dari intuisi. Jadi selain mereka, mempergunakan otak lahirnya, hendaklah mempergunakan juga otak bathinnya yang akan mewujudkan intelektual sejati (supra intelectueel), sehingga di samping memiliki intelek tinggi, memliki pula budi yang tinggi, dan memiliki kesadaran jagat raya (het cosmisch bewustzijn) dan hasil kesadaran itu pasti akan membawa kepuasan dan ketenangan batin bagi sesama mahluk hidup. Dalarn buku "Uber das Wassen und Ursprung das Menschen" oleh Shoseki Kaneko hal. 80 disebutkan: "Die Vollvernunft besthet aus zwei Seiten; namlich erastens aus dem absoluten Wissen vom Grundgesetz des Lebens und zweitens aus dem auf die objecle Welt bezogenen Kenntnissen". Budi itu laksana akal, yang pertama memperoleh aliran pikiran, menyimpan ilmu pengetahuan dunia lahir (exact wetenschap) dan yang kedua, meyimpan ilmu pengetahuan yang mutlak tentang hukum-hukurn dari dasar hakikat hidup (absolut abstrac wetenschap). Ada juga yang memperoleh intuisinya bukan dari alarn Tuhan, melainkan dari alam Syetan atau Jin kafir (genien) yang menghasilkan tenung, sihir (zwarte magic) yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan keji, terkutuk dan laknat, keruntuhan ahlak dan kekacauan. Disini kadar ibadah yang mumpuni benar-benar mutlak dilakukan setiap insan agar diberi hidayah, maka dengan demikian akan menyadari mana yang hakiki dan yang bukan atau nisbi belaka. Namun hati ini, lumrahnya selalu dirongrong dan dirasuki belaian nafsu-nafsu yang kadang kala lepas kendali. Manusia selalu berkeluh-kesah jika ditimpa musibah, namun kerap pula menggeluti dunia lebih dari segalanya, sehingga ia mencampakkan ruhaninya. Sebagaimana firman Allah dalarn Surat al-Ma'arij ayat 19-22 : "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat berkeluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa kesusahan berkeluh kesah dan jika mendapatkan kebaikan ia amat kikir, kecuali orang yang menunaikan shalat. Dan memang syetan tidak pemah bosan dan letih menggoda manusia dengan bujuk- rayu agar manusia mengabaikan shalat. Mereka mengganggu manusia disesuaikan dengan ragarn tingkatan mutu keimanan seseorang. Rasanya, karena godaan itu begitu tipis dan halus, sehingga manusia menjadi terkecoh atau tertipu. Dikiranya intuisi dari Malaikat, tetapi sebenarnya dari syetan atau jin kafir yang berulah.(Gufran) Di samping zwarte magie atau Black Magic, kita dapat juga melihat hasil ilmu pengetahuan dari hasil intuisinya jin kafir, setan dan iblis berupa alat-alat teknik, untuk membinasakan ummat dan negara. Kenyataan ini dapat dimengerti walaupun makhluk-makhluk jahat itu

(inteiten) dapat memberikan intuisinya (ilham) tetapi ilhamnya itu menimbulkan perbuatanperbuatan yang sesuai dengan perbuatan setan dan iblis a.l. berupa perlengkapan alat-alat perang untuk membunuh secara besar-besaran dengan tujuan untuk menguasaii bangsa lain dengan berkedok untuk perdamaian, demokrasi, sosialisme, dan lain-lainnya. Nyata-nyata intuisi ini membuat manusia kesasar, sesat dan anti Ketuhanan Yang Maha Esa. Memang syetan-syetan dan iblis bertugas menyesatkan manusia agar tidak rnenuju ke arah Ketuhanan Yang Maha Esa. Firman Allah swt : "Dan sesungguhnya di antara manusia ada yang meminta pertolongan kepada jin-jin, lalu mereka itu bertambah sesat (sombong)." (QS. 72:6) Dalam kitab "Uber das Wassen und Ursprung das Menschen" oleh Shoseki Kaneko hal. 78 disebutkan: "Die Menschen houte sind ganz verchieden von demen. die Gott geschaffen hat. In ihrem Geist und Korper tragen die viel teuflische Unreinhe it". (Urnat manusia dewasa ini berbeda sekali dengan kehendak Tuhan yang menciptakan di dalam in badan jasmani dan ruhaninva penuh dengan aliran setan). Tetapi ada juga intuisi yang diperoleh dari alam ide (idee wereld). Menghasilkan ide baru yang berfaedah, seperti alat-alat teknik dan mesin. Di dalam kitab "Wat is logisch" oleh Ir. W.F. Stargard hal. 6 disebutkan pula, bahwa Kepler, Newton, v.d. Walls, Pasteur dan beberapa sarjana Iainnya yang menghasilkan pendapat-pendapat baru, sebagian diperoleh dari hasil-hasil intuisinya. Namun boleh jadi hasil intuisinya beIum dapat memberikan kepuasan, terbukti dengan timbuInya revolusi teknik yang menimbulkan pemogokan dimana-mana, mengakibatkan pertentangan-pertentangan dan permusuhan. Dengan uraian tersebut, kita dapat menarik kesimpulan, bahwa tidak semuanya hasil intuisi merupakan pikiran yang benar, bahkan terkadang sebaliknya. Walaupun demikian perlu diketahui bahwa betapapun tingginya kedudukan intuisi bagi kecerdasan manusia, dalam jangka waktu pendek dapat menjelmakan suatu pendapatpendapat baru. Beberapa sarjana telah mengakui, bahwa peristiwa intuisi, termauk tingkatan intelek yang tinggi. Dalarn kitab "Cosmisch Bewustzijn" oleh Dr.Med. Richard Maurice Bucaile hal. 202 menyebutkan, bahwa hasil intuisi dari alam angan-angan itu merupakan ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh dalam beberapa detik saja yang melebihi pengetahuan yang mereka peroleh selama beberapa tahun di universitas. Tentu pada suatu masa para sarjana akan selalu berusaha, dengan abstrasi-abstraksi yang lebih dalarn sehingga menimbulkan keyakinan, di sarnping sernua intuisi rnasih ada tingkatan intuisi yang lebih tinggi. Intuisi terakhir yang hasilnya dapat mengatasi kesulitan-kesulitan hidup dan dapat membuka hijab rahasia alam, ialah intuisi yang diperoleh dari alam Ketuhanan Yang Maha Esa yang akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan mengagumkan, dapat menyelami Hakikat Semesta Alam. Peristiwa intuisi, akibat dari panca indera batin yang berhasil melakukan komunikasi dengan Tuhan Yang Maha Esa, sanggup menjelmakan ilmu pengetahuan yang serba meta ilmu, pengetahuan di luar rasio (para psychologische verschijnselan) ialah ilmu pengetahuan yang halus, di samping alam metafisika yang dapat mengetahui dengan langsung hakikat dari elektron, proton, neutron, dan ion yang bebas dari ikatan inti atom yang juga sangat banyak jumlahnya di alam semesta. Yang akan menjelma sebagai rencana pada setiap kejadian dan peristiwa, serta mempunyai peranan penting bagi proses pertumbuhan makhluk dan kehidupan manusia dan sanggup pula

menyelami kecakapan-kecakapan makhluk-makhluk halus dan jasad-jasad angkasa luar, termasuk ruh yang kesemuanya itu tergantung dalam satu kesatuan Yang Maha Mutlak meliptiti seluruh keadaan dan kekuasaanNya. Peristiwa-peristiwa gaib rnendorong manusia ke arah ilmu pengetahuan yang serba rneta seperti rnetageometri, metakimia dan sebagainya yang sampai pada jaman nuklir ini masih belum didekati sebagian ilmu pengetahuan, sedang kenyataan-kenyataan dan bukti-buktinya selalu bertambah jua. Peristiwa-peristiwa gaib ialah tindakan-tindakan ruhani atau panca indera batin (sensus interior). Panca indera batin ini baru dapat bekerja sebaik-baiknya apabila ruhani dilepaskan kembali kepada azas pusatnya (Ketuhanan Yang Maha Esa). Syarat mutlak untuk melepaskan tenaga ruhani menuju azas pusatnya, hanya bisa dilakukan melalui ibadah shalat yang khusyu. Shalat yang khusyu berarti melepaskan tenaga ruhaninya dengan diikuti bacaanbacaan, doa-doa, dan puji-pujian yang sesuai dengan yang disyariatkan Allah swt dan RasulNya, dilakukan dengan sangat teliti dan seksama untuk dihadapkan kehadirat Maha Penyusun dan Maha Pengatur dan sumber dari segala ilmu pengetahuan. Setelah selesai melakukan shalat yang khusyu ruhaninya dilepaskan kembali oleh Allah swt dengan diberi mandat penuh selaku perninipin sejati untuk rnengatur dan menyusun kodratNya di alam dunia dalam melaksanakan kebenaran dan kenyataan-kenyataan yang hakiki, keadilan sosial dan kemakmuran yang hakiki, kemanusiaan yang hakiki dan konstruktif

KHUSYU EVOLUSI TINGKAT KETUJUH Walaupun sebagian sarjana telah menyelidiki fisika tentang inti atom yang niatnya semula hasil-hasil penyelidikannya di tujukan ke arah vroodzaam, perdamaian sesama manusia akan tetapi hasilnya meleset ke arah yang destruktif. Tentu telah tergambar kesejahteraan negara dan bangsa, apabila para sarjana kita dalarn usahanya terhadap atom materil itu rnemahami pula atom spiritual, atau dengan lain perkataan di samping memiliki pengetahuan keduniaan juga memeiliki ingatan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, dzikrullah. Tegasnya, disamping mereka mencari kewajiban dunia lahir selalu ingat pula akan kewajiban-kewajibannya menunaikan ibadah dan baktinya kehadirat Allah Yang Maha Esa, sanggup melenyapkan ketegangan mencegah timbulnya bahaya yang dahsyat, yang keluar dari energi atom mati, Dengan tercegahnya atom energi berarti bahaya telah diatasi, menolak bahaya berarti selamat dan menyelamatkan negara dan bangsa dan semua rencana dalam segala bidang akan dapat terlaksana. Keselamatan dan kesejahteraan negara dan bangsa baru dapat dicapal, apabila memperoleh perlindungan Tuhan. Perlindungan Tuhan baru dapat dimiliki apabila bangsa itu memiliki rasa Ketuhanan Yang Maha Esa di dalam dirinya (aku-nya), rasa ketuhanan Yang Maha Esa, akan dapat diketengahkan apabila bangsa tersebut selalu mengadakan hubungan erat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan atau ikatan yang erat antara bangsa dan Tuhannya hanya akan dapat dilaksanakan dengan melakukan shalat yang khusyu. Firman Allah swt: : "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah. Apabila berjumpa malapetaka, ia berkeluh kesah akan tetapi apabila ia memperoleh kekayaan enggan bersedekah (amal

sosial) kecuali mereka yang melakukan ibadah shalat yang selalu khusyu dalam melakukan shalatnya (berkekalan dalam shalat)." (QS. 70:19) Ayat tersebut dengan tegas menyatakan bahwa shalat yang khusyu itu, dapat mencegah timbulnya keluh kesah, kesulitan, kesempitan, kemiskinan, dan kemelaratan, menjamin rasa saling mencinta dan saling menghargai, menumbuhkan toleransi. Di samping itu dengan melakukan shalat khusyu berarti telah mengikat di dalarn evolusi tingkat ke tujuh yang dapat menyaksikan isi alam gaib dan dapat mengetahui dengan langsung hakikat isi seluruh alam sernesta. Tentu saja dengan perantaraan shalat khusyu, ilmu-ilmu gaib yang tertinggi akan dimiliki pula, lebih tinggi mutunya dari pada ilmu magnetisme, hipnotisme, psychometri, telepati, dan segala macarn ilmu gaib. Banyak sekali macarn ragamnya dari ilmu-ilmu gaib, hasil intuisi yang diperoleh dari alam ruhani dan ada pula dari alam jin, setan, iblis dan sebagainya (geestom wereld), yakni alam empat ukuran, sedangkan shalat khusyu itu dapat memperoleh intuisi tertinggi yang datangnya dari alam tujuh ukuran. Oleh karena itu ilmu-ilmu gaib yang rendah derajatnya bila diarahkan kepada orang yang selalu khusyu di dalarn shalatnya, tidak dapat langsung mengenai sasarannya, disebabkan alam ruhaninyahnya jauh lebih tinggi dan selalu bersatu dengan Tuhan (unio mystica). Tidak aneh kalau zwarte magie selalu menemui kegagalan blia dilepaskan ke arah pribadi orang yang selalu khusyu dalam shalatnva. Dari: Shalat dan Panggilan Arafah - KH Bahaudin Mudhary

Shalatdan Panggilan Arafah


Bagian Kedua

Oleh: KH Bahaudin Mudhary TIDUR DALAM SADAR Allah swt berfirman: "Sebutlah Tuhanmu dalam hatimu. dengan merendahkan diri dan rasa takut, dengan tidak mengeraskan suara diwaktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai. " (Al A'raf: 205) Dalam melakukan shalat khusyu, badan jasmani seolah-olah tidur, sedangkan ruhani tetap sadar dan bebas dari pengaruh jasmani atau dengan lain perkataan, "tidur di dalam sadar" Di saat gerakan-gerakan atau perbuatan-perbuatan jasmani yang dipimpin oleh ruhani yang tengah melakukan perbuatan di alam Tuhan, kenal-mengenal, mohon ampun, mohon rizki, mohon petunjuk dan seterusnya sebagaimana yang biasa menjadi ucapan-ucapan atau bacaanbacaan shalat yang berarti berdialog dengan Tuhan. Sema ucapan dan bacaan itu dilakukan menurut aturan dan cara yang sesuai dengan keadaan alam yang mempunyai tujuh ukuran yang tidak dapat dimengerti oleh ilmu pengetahuan eksak (exact wetenschap). Pengetahuan eksak hanva dapat meraba-raba atau mempunyai anggapan bahwa perbuatan-perbuatan ruhani di alam Tuhan itu berlangsung dalam peristiwa getar-menggetar (resonansi). Di dalam ruhani menyimpan bion-bion dan ion-ion yang mempunyai angka getaran sendirisendiri. Disaat melakukan shalat khusyu getaran-getaran ruhani yang melepaskan itu menjumpai kumpulan bion-bion yang menjelmakan ucapan-ucapan misalnya: Allah Yang Maha Agung, maka masing-masing bion yang dipancarkan oleh ruhani itu mempunyai angka-angka getaran (trilling sgetal) seimbang dengan yang ditangkapnya. Selanjutnya

apablia diucapkan: "wahai Tuhan, ampunilah kami ", maka bion-bion itu mempunyai angka getaran yang sesuai dengan gelombang Allahu Akbar dan begitu juga mengenai semua ucapan dan bacaan dalam shalat khusyu itu, baik mengenai suaranya maupun perasaannya di waktu itu. Peristiwa ini disebut Ketuhanan Yang Maha Esa yang ada pada mannsia (hot Goddelijkein den Mensch), yakni ruhani sedang menerima sinar Allah, mengisi kekuatan dari alam Tuhan yang memperoleh peristiwa-peristiwa gaib. Ibarat besi magnet dan kawat yang mengandung aliran listrik, disekitarnya daerah tenaga atau medan daya magnet (magnetisch krachtveld), sebagai akibat dari, getaran bion-bion yang ada di dalamnya. Medan tenaga ruhani di dalarn ilmu metafisika disebut badan halus (fluidic lichaam) dapat bertindak dalam peristiwa-peristiwa gaib yang tiga ukuran, sedang ruhani dapat bertindak di alam empat ukuran hingga tujuh ukuran, inilah perbedaan tindakan-tindakannya. Justru sesuatu yang telah diketahui jasmani, ruhani telah lebih dahulu mengetahuinya, akan tetapi sesuatu yang telah diketahui ruhani, bagi jasmani masih gelap keadaannya. Dalam melakukan shalat khusyu itu niscaya ilmu pengetahuan modern akan mengakui dengan jalan induksi, bahwa banyak peristiwa ajaib dan gaib yang tidak dapat diterangkan dengan ilmu alam, akan tetapi peristiwa-peristiwa tersebut sanggup membuka jalan untuk menjelajah alam abstrak, yang lebih luas dari ilmu pengetahuan eksak. Dernikian pula bagi ilmu pengetahuan kebatinan (mystic), akan rnengakui pula bahwa di dalam shalat khusyu menyimpan tenaga yang mendorong buat memperdalam ilmu pengetahuan eksak di samping yang mystic (abstrak). Apabila pengetahuan eksak menyelami yang abstrak yang abstrak menyelami yang eksak, maka yang pertama dapat disebut intelek ulama dan yang kedua ulama intelek, Manusia yang demikian inilah sanggup membina keselamatan yang batin di samping yang lahir, kebutuhan moral dan materil. Paduan keduanya akan melenyapkan tuduhan-tuduhan dan tengarai, intelek yang jauh dari tuntunan agarna, terlalu modern, juga sindiran, kolot, tahayul, tak masuk akal dan tak terbayang pada pikiran. Timbulnya ketegangan disebabkan adanya persimpangan jalan, ada satu golongan ingin mengantarkan ke arah kebangkitan material tanpa spiritual dan yang lain ingin mengantarkan ke arah spiritual dengan mengabaikan kepentingan material. Inilah salah satu sebab timbulnya perselisihan dan pertentangan serta kesukaran-kesukaran hidup yang dihadapi beberapa bangsa di dunia ini. Peristiwa terus menerus dan berlangsung apabila sebagian umat manusia dalam hidupnya dikuasai mekanisasi dan teknokrasi saja, telah merasa menjadi intelek sejati. Dan sebagian lagi dikuasai kebatinan, tetapi mengabaikan tuntunan agamanya, sehingga menyebabkan timbulnva aliran-aliran kebatinan yang tidak lagi disandarkan kepada Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad saw, bahkan banyak yang dipengaruhi dengan kitab-kitab kebatinan yang isi keseluruhannya belurn tentu dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya oleh ajaranajaran Islam seperti; Tajusalatin, Insan Kamil, Bayan Alif, samarkandi, Sukmojati, Menak Gandrung dan lain-lain. Lantaran itu pulalah tidak mengherankan kalau ramalan-ramalan Joyoboyo lebih diyakini kebenarannya daripada hikmah makna gaib yang dikanclung dalam Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad saw. Menurut ajaran Islam Al-Qur'an adalah amanah Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, manusia suci yang memiliki antene tertinggi yang tidak mungkin menerima suara campuran atau feeding yang beliau terima dari Allah swt bertujuan ke arah kebangkitan material dan spiritual, kebahagiaan dunia dan akhirat.

Para sarjana dan pemimpin umat serta bapak rakyat para kiai dan mubaligh yang punya tujuan untuk membangun masyarakat adil dan makmur dan punya rasa tanggungjawab bagi melenyapkan bahaya yang ditimbulkan energi material, hendaknya menyelami juga nilai-nilai energi spiritual yakni di samping intelektual stoffelijk functie dibutuhkan juga intelektual geestelijk functie. Yang pertama dapat diperoleh dengan ilmu pengetahuan eksak (teknik) dan yang kedua dengan ilmu pengetalman abstrak. Keduanya akan menjelmakan fungsi kebudian atau causa rationalis (rasa Ketuhanan Yang Malia Esa) di dalarn pribadinya. Nabi Muhammad saw bersabda. "Aku diutus oleh Tuhan untuk menyempurnakan budi yang mulia". Maksud hadist tersebut adalah orang yang memiliki rasa Ketuhanan Yang Maha Esa, pasti bermoral, yakni memiliki budi yang tinggi, dalam naluri akal pikir, penalaran, dan amalan-amalannya, Tetapi sebaliknya, kadangkala shalat dilakukan ala kadarnya, normatif atau terburu-buru, bahkan hatinya melanglang ke alam lain, bukan menuju Tuhan. Diriwavatkan oleh Hasan al Basri: "Setiap shalat yang dilakukan tanpa kehadiran hati (konsentrasi - khusyu) lebih dekat kepada hukuman (siksaan - berat untuk dilakukan - pent). "

SHALAT TEORI TANPA ALAM TUHAN Dalarn "Encyclopaedie der Philosophischen Wissenchaffen", Hegel berkata: "Pikiran yang pasti benarnya ialah pikiran yang dipanjatkan ke arah budi, dan terus langsung menuju Tuhan." Manusia mempunyai kesanggupan mencipta dan menjelmakan rasa pengakuan adanya Maha Pencipta dan lenyaplah rasa ingkar terhadap perintah-perintahNya. Nabi Muhammad saw besabda: "Perebedaan antara kita dan mereka (yang ingkar itu) ialah meninggalkan shalatnya." (H.R. Ahmad dan Muslim) Selanjutnya perlu diuraikan juga dengan singkat mengenai shalat yang dilakukan tanpa kekhusyuan. Shalat yang dilakukan tanpa kekhusyuan ialah asal bershalat saja, dengan mengabaikan hikmah-hikmah yang terkandung dan tersembunyi di dalamnya. Shalat yang demikian ini merupakan shalat teori dan pasti tidak akan menernui alam Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu tidak sedikit orang melakukan shalat akan tetapi perbuatanperbuatan dan tindakannya sama saja dengan mereka yang tidak melakukan shalat, bahkan mereka lebih merugikan bagi sesarna hidup. Sebab mereka memiliki antene yang rendah sekali, tentu saja tak dapat menerima suara dari alam Tuhan (gestord atau feeding). Sebagaimana juga tidak mungkin alat radio menerima siaran-siaran dari penyiarnya dengan suara yang sama, tetapi ada juga yang dapat menerima suara yang samar-samar yang rendah, terang, bersih feeding dan ada pula yang tinggi. Demikian juga dalarn melakukan shalatnya tergantung tinggi rendahnya angka getaran dari bion-bion ruhaninya, kalau rendah tentu tidak mungkin shalatnya itu memperoleh ke

khusyuan. Yang demikian itu disebabkan getaran bion-bion ruhaninya masih terikat kepada alam kebendaan (stoffcllijk gebeid), ruhaninya masih terbelenggu dengan badan jasmaninya, sehingga ingatannya tidak dapat langsung berhubungan dengan alam Tuhan, masih merabaraba mencari Tuhan akan menimbulkan keragu-raguan yang menyebabkan pula timbuInya bermacam-macam aliran di dalam agarna, sehingga sukar sekali memiliki kesadaran yang sempurna Firman Allah SWT: "Celakalah mereka yang meelakukan shalatnya den gan kelalaian (tanpa kekhusyuan)." (QS. 107:4 Dalain uraian ini sudah dapat dibayangkan, betapa jauh perbedaan antara shalat teori dengan shalat praktek, shalat khusyu dan yang tidak khusyu. Dalarn kitab "De Bhagawad Gita" oleb Ir. J.A. Blok hai.9 disebutkan "Het is de weg van opgeven en daardoor overstijgen van eigen benepen gaal en doardoor zich wezenlijker terugvindenin den onbegrensden iniverseelen aether. " (Satu jalan untuk mengabaikan diri sendiri yang sempit itu dan meninggalkan dirinya menuju kerajaan yang dahsyat, berisikan hakikat dan keabadian, rnelalaikan jasmani menjumpai diri yang sejati dalam alam semesta yang tak terbatas dan tak bertepi). Maknanya seolah-olah menguatkan bahwa dengan shalat yang khusvu akan menemukan alam hakikat, bakal menimbulkan keyakinan bahwa semuanya ini dalam keadaan nisbi atau relatif. Jika semuanya dalam relatif, tentu wajib adanya het absolut, Yang Maha Mutlak, yaitu Allah swt, atau dengan perkataan lain adanva kenyataan-kenyataan yang lahir bergantung kepada Yang Maha Mutlak, sesuatu yang bersifat relatif hanya merupakan bagian (fragment) dari Yang Maha Mutlak. Menurut teori tentang kenisbian (relativitet) yang dikemukakan Einstein, dinyatakan bahwa semua kenyataan yang dapat disaksikan adalah relatif sernata-mata, masIh bergantung kepada adanya yang lain, Yang Maha Mutlak, tidak akan berhasil apabila hanya mengenal fragmentnya saja. Berhubungan dengan itu intelektual sejati pasti tidak akan puas dengan kenyataan-kenyataan yang lahir saja. Di samping yang lahir rnempergunakan juga alat berpikirnya ke arah di luar rasio (hot abstarhorend verstand). Tak ubahnya shalat yang tanpa kekhusyuan dapat diibaratkan shalat yang nisbi, bukan yang hakiki, yang tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatannya terhadap rnasyarakat, negara dan bangsa tentu hanya dapat dipertanggung-jawabkan kepada yang insbi pula bukan kepada Yang Maha Mutlak, Allah swt. Pertanggung-jawaban yang demikian bukan yang hakiki, Meski perbuatan-perbuatan dan tindak-tanduknya diakui oleh masyarakat tidak berarti sudah dianggap benar dihadapan Yang Maha Mutlak, Allah swt. Tetapi dengan membiasakan shalat khusyu yang dihadapkan secara langsung dan di bawah pengoreksian Yang Maha Mutlak, pasti menebarkan amalan yang luhur dan mulia yang dapat dipertanggung-jawabkan kepada Yang Maha Mutlak dan pasti benar dan baik adanya. Mewujudkan kebahagiaan kepada Urnmat manusia dan negaranya. Begitu pula shalat yang benar. Bermula dari percikan wudlu, rnenyucikan niat hati, bentangan sajadah, satu persatu menguraikan makna, berkhidmat dialog munajat menguak tirai antara ma'bud dengan al-Khaliq, akhirnya rneraih keselamatan dan rahmat. Shalat tersebut dilakukan dengan tatanan yang tertib, tumaninah, meredah diri penuh tawadu di hadapan kebesaran Rabbi, kemudian biasnya tercermin dalam pola pikir, perangai dan perilaku sehari-hiari.

Dalam buku Asrar as Shalah oleh Imam Al-Ghazali disebutkan bahwa untuk mencapai tingkatan shalat yang benar dan khusyu antara lain dengan hudhurul qalb, kehadiran hati menemui Tuhannya, Tafahhum, pemahaman yang dalam, satu-satu makna kalam- kalamNya, Ta'zhim, penghormatan dan penghambaan yang dalam, Haibah, takut yang disertai pengagungan serta Roja', sebagai tak puas-puas bergantung harap dan Haya', rasa malu yang tak terhingga. Tatkala kita rukuk misalnya, adalah pertanda tunduk merendah dan tawaddu' kepadaNya, sebab hanya Dia yang teragung di antara semua yang agung. Begitupula di kala sujud, seolah sebagai realita ketundukkan dan kepasrahan, melebihi segalanya, hanya kepada Allah swt seraya berucap: "Suhhaana rabbiyal 'ala " "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi, " Sebenarnva makna-makna yang diserap bertautan dengan daya pemahaman dan tingkatannya sesuai pula dengan kadar ilmu dan kejernihan hatinya.

KHUSYU DIIKUTI PENGURBANAN "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kenikmatan yang berlimpah. Maka kerjakanlah shalat demi Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnva orang yang membencimu dialah orang yang terputus dari rahmat Allah. (QS. 108 : 13) Firman ini sangat jelas sekali, betapa kenikmatan yang kita raup dalam makna kehidupan ini sangat berlimpah, tak mampu dihitung dengan jemari, mulai dari nafas yang kita hirup, kesehatan, rezeki, serta beragarn nilai keselamatan lainnya, begitu juga nikmat kesabaran dan lapang dada. Karena itu dalam firmanNya yang lain disebutkan. "Nikmat Allah yang manakah yang kamu ragukan?" Penegasan ini dimaksudkan agar manusli pandai-pandai bersyukur tidak mudah mengeluh dan meningkatkan intensitas kerja menuntut iImu sebanyak-banyaknya untuk berfastabiquI khairat. Sehingga ada keseimbangan, paduan antara ukhrawi dan duniawi yang maslahat. Shalat yang semata-mata ditujukan kepada Allah swt merupakan perwujudan ampun yang paling dalam. Lalu dikaitkan dengan perintah berkurban yang juga memiliki nilai spritual, sebagai kadar ketaqwaan kepada Rabbi, menimbukan bias pendidikan yang tulus ikhlas paling tinggi. Barangkali tidak ada kemudahan tanpa melalui proses pengurbanan. Sebab apa yang kita raih, seperti kesenangan, kebahagiaan tak gampang menggapainya begitu saja, tanpa mengarungi jalan yang penuh tantangan dan pengurbanan. Hal ini sangat relevan bagi pembangunan bangsa, negara dan agarna. Bertumpu dari rilai shalat dan berkurban, kita dituntut agar menjadi manusia yang berkualitas sebagai aspek beragam amalan kebajikan dan buah fatwa yang muttaqin. Lantaran pangkat, kedudukan, kekayaan atau kehormatan dunia. Justru itu, hari kurban di bulan Dzulhijjah, kita jadikan tonggak avval untuk mengisi hati manusia dengan kecintaan sesama. Berangkat dari keluhuran akhlak, akal yang jernih manusia bakal menemukan dirinya, baik sebagai insan hamba Allah dan manusia yang senantiasa cenderung kepeduliannya bagi solidaritas dan ukhuwah Islamvah. Dari rangkaian ritual haji misalnya, sebagai dituturkan M. Natsir Arsyad dalain Buku Seri pintarnya

menyebutkan: "beragam Fadilah hikmah dan tujuan ibadah haji antara lain, merupakan amalan yang paling utama, berfungsi mengosongkan hati dari sifat congkak, sikap materialistis, mental budak dan segala sesuatu yang dapat menyeret ketergantungan kepada selain Allah dan RasuINva. "Tak ubahnva sebagai penghapus dosa bagi mereka yang benarbenar bertaubat, bahkan diganjar syurgawi bagi yang mabrur hajinya. Ikrar menyatakan perang dari segala cobaan dan godaan syeitan, baik yang samar tersembunyi ataupun yang terang-terangan, juga menggalang solidaritas umat sebagai puncak persatuan, persaudaraan, kesucian dan kebersamaan yang islami. Haji boleh dibilang tanda bahwa seseorang itu benarbenar kaffah islamnya, yang wajib dilakukan sekali seumur hidup. Dari dua materi yang menjladi pokok bahasan shalat dan berqurban ini , memang memicu pencerahan kesadaran menyikapi kehidupan. Sebab cinta kepada Allah tentu akan melebihi segalanya yang pada gilirannya akan merupakan sendi kehidupan ruhani bagi bagi seorang yang larut dalam pendalaman metafisis. Sementara penyakit yang paling berbahaya dalam alam modern ini adalah nafsu mengejar kemegahan dunia dan kesenangan yang berIebihan dan tak acuh kepada kehidupan spiritual yang sebenarnya merupakan bekal terpenting untuk hari akhirat kelak. Pandangan yang sekularis inilah yang mencabut sendi-sendi dasar yang sangat berharga bagi kehidupan umat manusia. Penvakit rasionalis sekularis nampak menjamah beragam di semua lini kehidupan. Gejala tersebut dengan sangat jelas dapat dilihat dalam kehidupan modern dengan merajalelanya korupsi, kolusi dan nepotisme atau tindakan kejahatan dan kekerasan yang terus meracuninya. Inilah yang rnenjadl beban tertutupnya mata hati kita, yang enggan untuk bersinar, apalagi menggapai nurullah, karena hal tersebut mustahil selagi masih mendominasi dalarn jiwa kita. Tepatlah apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang artinya:" "Bahwa engkau menyembah Allah seolah-olah enqkau melihatNja. Jika engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Allah swt melihatmu. Kalau mernang sudah rnenunaikan shalat dengan khusyu dengan melakukan pelbagai pengurbanan yang marnpu melepaskan diri dari lilitan hawa nafsu, syahwat, junub, kelaialan, lalu dengan bersungguh-sungguh bertaubat kepada Rabbi, maka resonansi ke alam Malaikat insya Allah akan rnernberikan kedamaian dihati. Sehingga rnendapatkan ilmu yang halus dalam keagamaan dan ke Tuhanan sebagaimana dijanjikan Allah swt dalam surat al Baqarah ayat 282: 'Dan bertakwalah kamu kepada Allah, dan Allah akan memberikan ilmu pengetahuan kepadamu." Ilmu Allah itu, adalah Nurullah.

ARAFAH NAFAS RITUAL YANG DIYAKINI Berawal dari niat menunaikan ibadah haji, tentu dibekali rasa ikhlas dan penuh kesabaran, berupaya meningkatkan kualitas ibadahnya, ingin membersihkan dar noda dan perbuatan tercela, dan bersegera memohon arnpunan. Kernudian merenungkan makna simbol-simbol ibadah yang memiliki beragarn hikrnah, mulai dari pakaian ihram, thawaf, sa'i, tahallul, wukuf, dan jumrah. Dan kitapun harus mernpelajari serta menguasai masalah manasik haji dengan penuh kesungguhan.

Pada hakikatnya, ibadah haji itu sebagal titik tolak nuansa pengalaman panjang hidup insani. Seseorang tak bakal bisa menghayatinya apabila mereka tidak memahami perjuangan agung Nabiullah lbrahim dan putranya Ismail alaihiwassalam. Sebab eksistensi manusia tidak ada artinya kecuali tujuan hidupnya hanyalah untuk mendekatkan diri dan menghambakan diri kepada Allah swt. Kesadaran sebagai hamba Allah itu hendaklah kita jadikan tumpuan untuk membebaskan dari segala galaunya kebutuhan dan ketamakan yang menyebabkan lupa dirl kepada Rabbi. Itulah sebabnya, untuk meringankan beban dalarn melaksanakan ibadah yang satu ini, banyak membekali diri, menghilangkan rasa benci, dendam kesurnat, marah kepada sanak keluarga, famili dan handai taulan. Malah harus menyelesaikan hutang-piutang dan ragam persoalan hidupnya. Sudah pasti tujuan utarna bukan untuk Allah, melainkan untuk berkunjung ke rumah Allah. Melakukan ibadah haji, untuk menziarahi Allah - yakni berkunuung ke Bait Allah (Rumah Allah). Nabi lbrahim as dikenal sebagai pemula pencetus tauhid yang menyeru keEsaan Tuhan. Sepertl tersirat dalarn al-Qur'an 16: 120 yang artinya: "Sesungguhnya Ibrahim tunduk kepada Allah dan ia adalah manusia lurus yang tidak menyembah berhala". Karena itu rnemperhatikan napas-napas ritual harus benar-benar didalarni dan diyakini, sehingga dalam setiap mengikuti napak tilas, para jamaah haji, tak ubahnya ia berada di tempat dimana saja Allah selalu hadir. Sesungguhnva Allah lebih dekat dengan kita, daripada kita dengan diri sendiri. Sebagaimana firmanNya yang berbunyi: "Kami lebih dekat kepadanya daripada urat dan tenggorokanya." ( AI-Qur'an 50:16 ) Nabi lbrahim pula yang menghapus tradisi sesaji kepada para dewa, kemudian diganti dengan ajaran kemanuiaan. Dalam sejarah, lantaran keikhlasan sernata-mata karena Allah, maka perintah seberat apa pun beliau laksanakan dengan tulus. Seperti ketika akan menyembelih putranya, Ismail, Allah dengan sifiat rahman dan rahimNya mengggantinya dengan seekor domba yang besar dan gemuk. Rasa kasih sayang Allah itu terus bergulir, sehingga ibadah yang dilakukan oleh Ibrahim itu diwajibkan kepada umat Muhammad saw untuk melaksanakan qurban. Perintah Allah ini sungguh ringan sekali, karena bukan lagi manusia yang menjadi ajang kurban tetapi hewan ternak. Al-Qur'an menyebutkan Nabi lbrahim as adalah satu-satunya nabi yang memohon kepada Ilahi rabbi, untuk diperlihatkan bagaimana Tuhan mernbangkitkan makhluk yang telah mati. Dalarn ajaran Nabiullah Ibrahim as ada kehidupan dan ada kebangkitan. Sebagai aplikasi, kita bisa menyaksikan seperti kewajiban berpakaian ihram, pakaian kebenaran dan kesuian, selembar kain putih tanpa jahit, sebagai pengandaian bahwa kita nanti akan dibungkus kain kafan, ketika kita menghadap Rabbi. Kita meninggalkan seluruh atribut keduniawian, segala kernegahan dan kebesarannya. Dr. Ali Syariati menyebutkan, menggunakan pakaian ihram kelewat sederhana dan sama, barangkali tak nampak lagi perbedaan diantara kita. Tak ubahnya pakaian hanya menutup diri dari watak manusia, dengan kata lain seorang individu tidak mengenakan pakaian, tetapi pakaianlah yang menutupi dirinya. Manusia perlu menyadari kefanaannya atau menyadari bahwa dirinya itu hanvalah seorang manusia fana yang harus mengetahui eksistensinya. Dengan kerendahan hati dan rasa takut, mengenakan pakalan haji, menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dapat menghalangi mengingat Allah,

Cobalah terangi hati dengan sinar hakiki. Sebab, selama ini kita sadari pelbagai kealpaan, kelengahan dan kebodohan, bahkan boleh jadi menjadi budak dan bekerja lantaran kebiasaan atau keterpaksaan. Tinggalkan semua itu untuk rnenuju kesadaran prima tentang Zat Allah Yang Maha Besar dan diri sendiri. Berpeganglah erat-erat untuk meyakininya. Tak berhenti memuji, seperti para Malaikat yang memuji "Arsy". DI Padang Arafah, diperlihatkan majelis persidangan Allah dan rnembangkitkan kesadaran, bahwa sebenarnya kita akan menuju panggilanNya. Manusia bertekad untuk kembali kepadaNya, segala keakuan yang cenderung mementingkan diri sendirl sirna pula. la menyikapi tujuan hidup yang sebenar-benarnya. Di Padang Arafah inilah semua bangsa dan beragam suku dan adat istiadat, kultur berlebur menjadi satu kaum. Hati yang terbenam dalam munajat memohon ampun, rnenyimak satu persatu kesalahan dan kesemberonoan, mengikat diri pada perjanjian dengan Allah dalarn keEsaanNya. Sempurnakanlah persatuan jiwa tertinggi tatkala bermunajat di bukit Arafah. Thawaf atau mengelilingi Ka'bah memang tampak sederhana sekali. Dilambangkan dengan rurnah Allah dimana di semuaa segi, segala sudut dan dimanapun juga ternyata terdapat Allah. Kita shalat menghadap Allah. Suasana yang kian dekat dengan Ka'bah terasa penuh hening tafakkur dan cinta meskipun gemuruh doa-doa munajat bergaung. "Dan kepunyaan Allah lah timur dan barat, kemanapun kamu menghadap (disitulah wajah Allah. Sesunguhnya Allah Maha Luas (rahmatNya) lagi Maha Mengetahui." (Qui'an 2:115) Bertamu kerumahNya dan berthawaf adalah untuk memuliakan pemilikNya, keagunganNya, kebijaksanaanNya serta kekuasaanNya, Safa berarti kesucian sedangkan Marwah adalah kepuasan, itu adalah lambang rangkaian hidup manusia yang dilahirkan suci hingga dewasa tua-bangka yang menggapai kepuasan semata-mata karena Allah. Karena itu, sucikan jiwa dan batin ma'bud untuk bertemu PenciptaNya. Melontar Jumrah, merupakan perlambang membasmi keburukan dan serba kejahatan dari laknat setan terkutuk. Tak terpuruk lagi ke lembah hina, menghapus rasa benci dan permusuhan. Lemparkanlah seluruh hasrat dan perbuatan tingkah pola yang keliru tatkala melempar batu di pilar Aqabah. Menghayati ini akan menghantarkan kesempurnaan ibadah haji. Yang lebih arif lagi, mengenal diri sebagai harnba yang lemah dan meyakini Allah Yang Maha Agung. Sebutlah "Labbaikallahumma labbaik" dan seterusnya. Allah telah memanggil engkau. Engkaupun datang untuk memenuhi ajakanNya dan mematuhi segala perintahNya.

KURBAN UNTUK MERAIH MANISNYA TAKWA Pengertian "qurban " adalah berasal darl kata "qurban" berkaitan dengan "qarib" (dekat) dan "qarabah". Qurban adalah tindakan orang beriman untuk menghasilkan kedekatan dengan ridha Allah. Dalam surat as-Shaffat ayat 108 Allah menjelaskan: "Langkah-langkah Nabi Ibrahim itu, oleh Allah ditugaskan juga untuk dilaksanakan oleh umat manusia."

Jika setiap shalat, selalu mernbaca do'a: "Allaahumma shalli ala Muhammad wa ala ali Muhammad kamaa shallaita ala Ibrahim wa ala ali Ibrahim " "Wahai Allah curahkan karunia atas Nabi Muhammad dan pengikut Nabi Muhammad sebogaimana Tuhan telah mencurahkan karuniaNya atas Nabi Ibrahim dan pengikut Nabi Ibrahim. Selanjutnya kita pun berdo'a: "Wa barik alaa Muhammad wa ala ali Muhammad kamaa baarakta alaa Ibrahim wa ala ali Ibrahim. " "Dan semoga Allah mencurahkan berkahNya atas Nabi Muhammad dan pengikutnya sebagaimana Allah mencurahkan berkahNya atas Nabi Ibrahim dan pengikutnya " Sebelum Allah rnencurahkan karunia dan berkahNya kepada Nabiullah Ibrahim as, Allah memerintahkan kepadanya untuk berkurban dengan rasa tulus-ikhlas, khusyu, dan tawadhu. Lalu Allah pun mengabulkan do'anya berupa berkah, daerah yang tadinya gersang menjadi tanah yang belimpah rezeki. Sedangkan yang berwujud karunia adalah keturunan yang shalih sebagat Nabi-nabi dan Rasul. Termasuk Nabi Muhammad saw adalah keturunan Nabi lbrahim as. Karena itu pula, dalam hati kecil kita ada petanyaan yang sederhana, adakah setiap kita munajat berdo'a pada setiap tahiyat akhir shalat, lalu di bulan haji kita ikhlas rnemenuhi pengorbanan yang diperintahkan oleh Allah swt, sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Sesungguhnya dalam berkurban rtu, yang utama adalah sikap batin, meski sikap atau tindakan lahiriyah juga perlu. Aktualisasinya melalalui pengorbanan fisik dan material berupa penyembelihan binatang ternak qurban. Ekspresi sikap batin dan tindakan lahiriyah mernberikan makna refleksi filosofis ibadah qurban, yang berakhir dengan ketakwaan semata. Qurban adalah perbuatan tanpa pamrih, rela dan ikhlas beramal. Sebab ikhlas timbul dari "budi" lantaran kesadaran lahir batin yang mumpuni. Sementara budi yang merupakan bionbion ruhaniyah suci, membentuk badan halus atau tubuh ruhani dengan kadar yang abstrak yang "impoderable" (tak dapat diraba, diukur dan ditimbang dengan dimensi panca indera lahir). Manuia yang berbudi, tak ubahnya mereka yang senantiasa menggunakan tubuh halusnya untuk berbuat dan bertindak dengan jalan tatanan yang ada sebagaimana yang telah ditetapkan dalarn al-Qur'an: syari'ah, thariqah, shirath, sabil, mansak dan rninhaj, jalan unuk mendekat kepada Allah dengan serba kesucian. Budi yang memiliki kemampuan daya kreatifitas tinggi mengurai, memilah-milah relung hubungan daya-daya nalar pikir yang materialistis sesuai dengan fungsinya untuk meraup "mutmainnah" sebagai tenaga batin (Inwindiglight), penghantar untuk melakukan getaran gelombang dengan pusat sekalian jagat alam (alam wahdaniyah), dan sebagai naluri daya batin yang berabstraksi dengan proses resonansi secara berkesinambungan. Jika gelombang ruhaniyah mempunyai frekwensi getaran yang sama, maka akan memancarkan sinar Allah atau nurullah. Sudah pasti insan yang beruntung inilah yang bakal

menikmati manisnya taqwa yang muttaqin, rasa ketuhanan yang paling dalam bagi dirinya. Ruhaniyah selalu mendorong untuk berbuat kebajikan, keadilan, perikemanusiaan, kesusilaan, ikhlas berqurban dan berta'awun untuk kepentingan umat.

LEBIH AFDOL MENYEMBELIH SENDIRI TERNAK KURBAN Mereka yang melakukan qurban dengan niat kuat yang sebelumnya berpuasa sunnah, mensucikan dirinya, tak putus-putusnya menyebut asma Allah, Takbir, tahlil, tahmid, lalu melaksanakan Shalat led dan segera menyembelih ternak qurban. Dengan membaca Bismillah Allahu Akbar, dengan ucapan yang paling dalam, satu niat yang dipancarkan kehadiratNya, lalu menelusiri relung budi menembus ke tubuh ternak qurban alhasil daging dan tulang-belulangnya terkena biasnya. Karena itu mereka yang berqurban diisyaratkan untuk menyembelih ternaknya sendiri, sehingga ia akan meneima sinar Allah tadi. AlIah swt berfirman di dalam surat al-Hajj ayat 29 yang bunyinya: "Hendaknya mereka menyingkirkan perbuatan-perbuatan kotor dan hendaklah mereka menyempurnakan nazarnya (qurbannya). Pengertian kalimat "menjauhkan perbuatan kotor" dalam ayat ini dimakuddkan sebagai ikhlas berqurban hanya karena Allah saja, tidak dipengaruhi oleh nafsu-nafsu tercela seperti riya, ingin dipuji dan lain sebagainya. Dalam ilmu Mentale sugesti, dapat dibuktikan tentang upaya memasukkan kemauan seseorang pada pikiran orang lain, berlangsung dengan pengaruh induksi, seperti arus listrik dapat mengalir ke kawat lain. C. Flammarion dalam buku "Het redsel van den dead" mengatakan bahwa peristiwa orang yang memasukkan kehendaknya kepada orang lain memang nyata kebenarannya, namun sulit diterangkan. Malah ia menyebutkan bahwa pancaran daya tersebut lebih canggih dari daya-daya mekanika, fisika atau kimia, lantaran tersusun dari daya hidup yang gaib. Pada buku seri metafisika "Menjelajah ke angkasa luar jilid I dan II (terbitan Pustaka Progressif, Surabaya) telah saya jelaskan bahwa pikiran yang bebas dari beragam pengaruh ajakan nafsu yang dipancarkan dari pangkal otak, lalu mengalir ke budhis licham, berubah menjadi pikiran dinamis kreatif, normatif dan religius. Sedang daya pikiran yang cuma dialirkan ke otak yang dipengaruhi nafsu, menjelma pada pikiran yang materialistis dengan bermacam-macam alirannya. Fimnan Allah swt dalarn surat al-Hajj ayat ... menjelaskan sebagai berikut: "Dan menyembelih qurban itu Allah jadikan untukmu sebagian dari syiar-syiar agama Allah. Melakukan qurban itu berguna untukmu. Oleh karenanyaa hendaklah kamu sebut nama Allah talkala menyembelihnya. Dan apabila hewan itu telah mati hendaklah kamu makan dan bagibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan maupun kepada fakir yang menjaga kehormatan. Demikian Aku serahkan kepadamu semoga kamu bersyukur." Dalam ayat ini Allah swt menegaskan bahwa melakukan qurban itu sebagian dari syiar agama Allah dengan menunjukkan rasa taqwanya yang menimbulkan kemaslahatan.

Jadi dengan alat budi manusia dapat melakukan hubungan langsung dengan Allah Azza Wa Jalla. Dengan kata lain, Sinar Allah yang turun atas badan budi orang yang berqurban dan menyembelihnya sendirl terjadi process of relay. Sinar tersebut segera menembus ke dalam tubuh hewan qurban, sekaligus merubah sifat hewan itu, serta mengandung energi sinar Allah yang sangat berguna dan sangat besar sekali manfatnya. Dr. Fritz Khian menyebutkan bahwa sinar kosmis dari semesta alam mempunyai kemampuan untuk mengubah setiap jenis makhluk. Kiranya sesuai pula pendapat Piroviano bahwa beban listrik sanggup melakukan mutasi atas setiap jenis makhluk . Sebagaimana yang kami uraikan di atas, tubuh hewan/ternak qurban segera menerima arus sinar kosmis (nurullah) dari orang yang berkurban dan menyembelihnya, yang diterima dari alam wahdaniyah, lantaran bertafakkur, bermunajat kehadiratNva. Sinar Allah yang merasuk ke dalam tubuh budi yang melakukan qurban itu, tentu dibawa oleh zat yang lebih halus dari sinar tersebut. Sinar Allah itu turun dari Allah Yang Maha Hidup dan Maha menghidupkan. Maka zat pembawa itupun tersusun dari makhluk hidup suci dan gaib yaitu Malaikat. Sinar yang memiliki energi tadi berubah menjadi energi yang hidup yang bisa menyembuhkan yang hidup, sebagaimana peristiwa Nabi lbrahim sewaktu akan menyembelih putranya, Ismal. Di saat itulah Malaikat selaku zat pembawa sinar menggantikannya dengan seekor domba yang gemuk, sementara Nabi Ismal masih segar bugar. Tubuh hewan/ternak qurban yang menerima sinar batin itu mengandung daya gaib yang serba ruhaniyah atau anima suubtraktif, sehingga menimbulkan tenaga gaib yang dapat mengubah zat-zat, sebagaimana karbon dan elektron sinar kosmis yang berasal dari dunia lain dapat mengubah sifat zat-zat yang berasal dari tanah. Sebagai contoh yang paling sederhana, seorang medium yang menggunakan aku batinnya, maka bion-bion ruhaninya memancar dan bisa dialirkan kepada orang lain. Sehingga orang lain tadi menjadi "kesurupan" dan berubah sifatnya, berkekuatan luar biasa, dapat berpencak silat atau bertingkah sesuai dengan kendali sang medium, padahal sebelumniya ia tidak pernah mempelajarinya. F. Grundwald dalarn Psycho Student, memberikan gambaran bahwa tangan sang medium yang menggerakkan jemarinya, sebenarnya di seputar tangan terionisasi dari unsur atom di udara, diikuti asap bersinar, sehingga bion-bion ruhaninya yang diperoleh dari sebuah hasil nalar pikir yang khusyu bisa menemibus apa yang menjadi kehendaknya. Contoh kecil ini tidak mustahil juga berlaku bagi orang yang berkurban. Kita cermati pula seorang "maginitisir atau hipnotisir," melalui bion-bion ruhaninya, mampu merasuk kesadaran dan mengisap kesadaran orang yang dijadikan obyek dan arus tersebut mengalir ke urat syarafnya. Yang terjadi kemudian, dia bisa pula menggerakkan benda-benda mati lainnya. Ia pun bisa mengobati penyakit jasmani dan ruhani atau penyakit jiwa, asalkan mereka yang menjadi obyek itu kadar derajatnya dan nilai ruhaninya lebih rendah. Jadi kalau Allah berkehendak, dengan sinar yang serba ruhaniyah, yang berkuasa membenntuk zat-zat lain dalam tubuh binatang kurban itu, mungkin berguna untuk kesehatan jasmani dan ruhani. Menurut Ilmu Metafisika, setiap benda baik berupa batu azimat, pusaka tombak keris, dan semacamnya, bisa dibuat dengan daya cipta "meditasi abstraksi" berpuasa dan menjauhi perbuatan tercela. Ketika sedang membuat pusaka itu, ia memancarkan daya anima abstraksinya, yakni daya-daya yang terlepas hubungannya dengan daya pikiran yang

serba materialistis. Daya-daya gaib yang memiliki tenaga gaib itu menggempur benda-benda yang sedang dicipta, sehingga benda itupun dipenuhi daya gaib pula, yang disebut "khasiat". Apabila hewan qurban disembelih sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw dan persyaratan yang memadai, pasti mengandung khasiat, utarnanya untuk mengobati penyakit ruhanlyah, gangguan iblis, dan lain sebagainya. Umumnya penyakit jasmani berawal dari gangguan batin, karena. pribadinya tidak seirnbang dengan kondisi atau keadaan yang dialamnya. Tak marnpu berlaku sabar dalam ketenangan jiwa, sehingga emosinya lebih mendominasi dan stress pun terjadi. Orang yang sulit mengendalikan sabar, kerja alat-alat tubuhnya akan terpacu, tak ada harmonisasi antara kemampuan alat-alat tubuh jasmani dengan ruhani. Kalau keadaan seperti ini belarut-larut, penyakit ini dinamai psychosomatik. Tak garnpang disembuhkan dengan obat-obat konvensional, tetapi harus dianalisa secara totalitas antara psycho dan sorna si penderita. Kesabaran yang prima mernang dibutuhkan. Tak mampu menahan sabar, lantaran menghambur hawa nafsunya, mengakibatkan sinar hidup atau nurul hayat atau "viz vitalis" menjadi redup, bahkan sulit menerima Nurullah. Sebenarnya timbuluya penyakit ruhani ltu dikarenakan membiarkan daya-daya nafsunya bebas beresonansi dengan sinar iblis yang senantiasa mengintimidasi nurul hayat. Apabila timbunan arus sinar iblis mengalir ke badan bud, maka akan terjadi gangguan dan goncangan jiwa. Sinar iblis dengan setan terdirl dari blon-bion memiliki energi berlipat ganda dibanding energi atom, daya tembusnya yang hebat menembus nurul hayat manusia melalui pembuluh darah, langsung mengalir bersama dengan darah menuju ke pangkal otak, akhirnya ruh berpikir secara "anima concientalis". Daya-dava iblis selalu menghembus ajakan berbuat jahat seperti yang diterangkan dalam al-Qur'an, Surat Yusuf 53 yang artinya: "Sungguh nafsu manusia menyuruh melakukan kejahatan. Kecuali yang diberi rahmat oleh Tuhanku." Nabi Muhammad saw bersabda: "Sesungguhnya daya-daya syetan itu merasuk ke anak Adam lewat pembuluh darah." (H.R Bukhari-Muslim) Dalarn al-Qur'anul Karim diterangkan bahwa setan atau iblis dibuat darl api. Tentunya bukan api sembarang api, yang kita gunakan sehari-hari melainkan suatu makhluk gaib, yang berenergi tinggi. Oleh karena itu, manusia yang mencari misteri kehidupannya, sering tergelincir, menuruti daya pukau yang sangat halus, membiarkan badan budinya beresonansi dengan daya setan, dan menerima intuisi dari alam syetan, Hal ini disebabkan ia belum zuhud, padahal seharusnya ia rnenyikapi kehidupan dengan penuh pencerahan kesadaran, menelusuri satu-persatu pengalaman ritualnya yang marnpu membuka tirai hijab yang menutupi dekatnya hamba dengan hadiratNya. Jadi, dari hebatnya energi iblis, tak mungkin bisa ditundukkan dengan energi lain, kecuali dibasmi dengan Sinar ilahi. Di dalam agama Islam, kita diajarkan untuk berta'awudz: "Aku memohon perlindungan Allah dari gangguan syetan yang dilaknat. "

Firman Allah ini memberi kesadaran manusia, bahwa sebenarnya syetan dan iblis tidak takut kepada siapa pun, melainkan hanya kepada Allah. Manusia harus memohon perlindunganNya, sebab sinar Allah diatas segalanya. Dalam surat an-Nur ayat 35 Allah menjelaskan sebagal berikut: "Sinar Allah meliputi segala langit dan bumi. Sebagairnana pada atom benda mati tak gampang dipecah-pecah, melainkan dengan tenaga yang lebih besar, dengan sinar kosmis, yang terdiri dari proton di dalarn lapisan udara. Pasti tidak mungkin sinar syetan mempengaruhi sinar Allah, karena anasir yang menyusun sinar Allah memiliki frekwensi gelombang maha tinggi. Dari serangkalan perjalanan ritual haji yang sekaligus memenuhi undangan Ibrahim as layaknya memberi makna hidup yang hakiki, terbebas sudah dari warna-warna lingkaran syetan. Mestinya setelah kembali kepada kehidupan dunia yang semula, ada upaya untuk menyernpurnakan dan menumbuh-suburkan rasa tauhid seperti yang dimiliki sifat-sifat Nabi lbrahim as. Dari hati kecil yang paling dalarn hendaklah berjanji kepada Allah, agar selalu memelihara "hajinya" dan berbuat lebih baik dan maslahat sesamanya. Seharusnya dunia ini menjadi "masjid AIlah" yang membuat segala perbuatan dan niat kita hanyalah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

KONSENTRASI NALAR BUDI KETIKA WUKUF Ibadah haji sebagai ibadah mahdah atau ritual yang melibatkan peranan perasaan khudhu dan khusyu penuh khidmat serta perenungan yang dalam dimana sistem meditasi terasa sangat dominan. Selama mencermati pelaksanaan haji seakan semakin dekat denganNva, hubungan dengan Allah lebih khusyu. Perjalanan ruhani di tanah suci ini memiliki makna yang tinggi. Barangkali lantaran situasi dan kondisi yang sedernikian rupa mernbuat setiap pribadi jamaah selalu ingin dekat dan semakin dekat dengan Yang Maha Agung. Mereka semua terbuai dalam gelombang ruh Islami, membahana suara takbir, tahlil dan tahmid serta serernpak membaca talbiyah. "Labbaika Allaahumma labbaik..." (Kami disini wahai Allah, di hadapan Engkau untuk memenuhi undanganMu). Ribuan umat Islam bahkan jutaan bertemu di Baitullah, atau di padang Arafah, dengan tujuan yang sama yakni rnendekatkan diri ke hadiratNva, meningkatkan iman dan taqwa dalam rangka mencapai kualitas hidup insan yang hakiki. Al-Qur'an rnenyebutkan tentang orangorang yang diwajibkan menunaikan ibadah haji sebagai berikut: "Mereka memperoleh man/bat dan mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang difentukan. Dari ayat ini Allah menjanjikan beragam manfaat baik yang ritual maupun yang non-ritual, meliputi berbagai aspek kehidupan-manusia. Pengalaman ruhani setiap jamaah bergantung pada latar belakang pengalaman hidup dan amalannya. Oleh karena itu, di ternpat-tempat yang mustajabah, yang benar-benar merupakan ternpat dikabulkannya doa, hendaknya menyatukan nalar budi dengan konsentrasi penuh, yang sebelumnya dengan penyucian batin

kita, kalau perlu meneteskan air rnata, mengadukan segala persoalan hidup dan kehidupan yang sekarang rnaupun yang akan datang. Memang tiada kekuatan yang paling hebat kecuali Allah swt, (La haula wala quwwata illa lillah). Sebab tempat suci seperti Raudha, Baitullah, Arafah dan tempat-tempat lain di sekitar haramain atau kawasan muqaddasah, disitulah banyak cerita dan pengalaman ruhani yang menakjubkan. Apalagi kita dapat membaca makna firasat atau simbol-simbol isyarat dari Ilahi dengan tuntas, meskipun dalarn keadaan setengah tidur, Namun sebaliknya, banyak juga peristiwa yang tidak menyenangkan, mengganggu emosi kita, sebagal pertanda agar kita selalu beristighfar, berdzikir serta membaca salawat kepada junjungan kita nabi Muhammad saw. Dengan demikian, mudah-mudahan kita mendapatkan ampunan dan birnbingan Allah swt. Kadangkala ada peristiwa kecil yang pernah penyunting saksikan , seorang jamaah haji berbuat yang aneh-aneh di luar nalarnva ketika melaksanakan wukuf di Arafah. Di saat para jamaah tenggelam dalam kekhusyuan, dia lari terbirit-birit menenteng kopor besar tanpa tujuan yang pasti. Padahal seharusnya dia cukup berpakaian ihrarn tanpa rnembawa barang bawaan. Setelah saya mendekatinya dan menanyakan tujuannya, orang itu hanya bengong. Kernudian dia saya ajak ke dalam tenda dan kubuka kopornya, ternyata kopor besar yang dibawanya kosong tanpa isi apapun. Lantas setelah menjelang berangkat ke Mina, orang itu normal kernbali seperti semula. Mengapa hal itu bisa terjadi? Setelah saya teIusuri latar belakang kehidupannya sehari-hari sebagaimana yang diceritakan oleh teman sekampungnya dia adalah orang yang suka menumpuk harta dengan cara menjadi rentenir. Ada pula contoh lain, dalam menunaikan wukuf seorang jarnaah menderita gatal kemerahan di seluruh tubuhnya. Padahal ketika berangkat dari Makkah, dia dalam keadaan normal, Di tenda, dia kegerahan, berguling-guling, dan badannya digaruk keras-keras. Tetapi anehnya, setelah wukuf selesai diapun normal kembali. Subhanallah. Pengalaman ruhani yang indah ini mengajak kita untuk kembali ke jalan Allah dengan sepenuh jiwa dan raga. Sehingga setelah menunaikan ibadah haji dengan rasa ikhlas, akan mendapatkan kemuliaan dan ampunan dari Allah, serta balasan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat nanti. Rasulullah saw telah bersabda: "Satu ibadah umrah dengan umrah yang lain dapat menghapus dosa antara keduanya. Dan haji yanq mabrur tidak ada balasannya kecuali syurga." (HR Bukhari dan Muslim) Untuk mendapatkan derajat yang tertinggi ini perlu pemusatan dan aktifitas tersendiri yang tidak ringan. "Mabrur" berasal dari kata "al-Birru " yang bermakna "kebaikan, ketaatan, kebaikan dan kesempurnaan". Haji mabrur adalah karunia yang paling nikmat diantara kenikmatan yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita. Atribut ini diberikan kepada mereka yang mampu rnenunaikan ibadah haji dengan sempurna tanpa cela. Rasulullah saw bersabda sebagai berikut: "Siapa yang herhaji ke Baitullah, kemudian dia tidak berkata kotor tidak berbuat dosa dan tidak fasik maka dia akan terlepas dari dosa-dosa. Bagaikan bayi yang baru lahir dari rahim ibunya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Sungguh sangat indah apabila kita bisa meraih predikat sebagai haji mabrur. Sebab kita hidup dalam keridhaan Allah, segala dosa terkikis-habis, dan suci kembali bagaikan bayi yang baru lahir, ikhlas, jujur dan tidak serakah. Salah satu tanda memperoleh predikat haji mabrur ialah orang itu memiliki perangai dan amal perbuatan seperti lebah yang lebih baik dibanding sebelurn dia berangkat haji. Yang pasti, dia berakhlak mulia dan bertaqwa kepada Allah, selalu ramah terhadap sesamanya, memberi maslahat untuk pembangunan bangsa, negara dan agama, sabar dan lapang dada dalarn menghadapi alur kehidupan ini, tetapi dia bersikap tegas terhadap musuh-musuh Islarn. Menurut jumhur ularna atau kitab-kitab rujukan haji telah disebutkan, diantara tanda haji mabrur adalah semakin meningkatnya arnal kebajikan seseorang setelah pulang darl haji . Ulama sufi, Hasan al-Basri, mengatakan bahwa setelah menunaikan ibadah haji, mereka bersikap zahid dalam rnenatap kehidupan dunia ini, sederhana meskipun kaya, dan sangat mencintai kehidupan akhirat. (an-Nawawi, Syah al-ldhafi manasik al-Hajj, halaman 15). Di samping itu ada juga haji yang tidak mabrur atau disebut haji mardud, yakni rnelaksanakan haji bukan karena memenuhi panggilan Allah. la juga mernpunyai tanda-tanda seperti perbuatannya tidak bertambah baik, bahkan semakin tercela, selalu meredupkan cahaya agarna Allah, tidak mau berjuang untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat, agarna diperjualbelikan, mengkhianati hukum Allah, melalaikan shalat, selalu mengeluh, dan keberatan untuk melakukan puasa. Di dalam kehidupan bermasyarakat, kiranya sangat jelas, kita dapat menilai secara lahirlah kadar predikat haji ini. Haji mardud ini disebutkan juga dengan haji yang gagal. Insya Allah, haji yang ditengarai sebagai kategori kedua ini tidak menimpa pada diri kita semua. Tentunya kita berharap agar perbuatan yang kurang terpuji itu sekedar khilaf dan lupa. Semoga Allah swt membukakan pintu hatinya agar dia kembali kejalan keridhaanNya. Karena sebenarnya dia telah menunaikan ibadah haji, tetapi masih belum mabrur. Mudahmudahan dia bertaubat dan berniat untuk menjadi haji mabrur. Amin!

BIBLIOGRAFI 1.Menjelajah Angkasa Luar Jilid I & II oleh KH. Bahaudin Mudhary 2.Encyclopedia Brittanica 3.Encyclopedia of Religion 4.Uber das Wassen und Ursprung das Menschen olell Ghoseki Kaneko 5.What is Logisch oleh Ir. W.F. Stargard 6.Cosmisch Bewustzij oleh Dr. Med. Richard Maurice 7.Asrar as Shalah oleh al Ghazali 8.Encyclopedia der Philosophischen oleh Hegel 9.De Bhagawad gita oleh Ir. J.A. Blok 10. Al Haj oleh Dr. Ali Shariati 11. He readsel van den dead oleh C. Flammarion 12. Psycho Student oleh F. Grundwald 13. Kliping Majalah Varlasi no. 266

Dari: Shalat dan Panggilan Arafah - Oleh: KH Bahaudin Mudhary

Shalat Membantu Penderita Disfungsi Ereksi

Satu lagi hasil penelitian menegaskan bahwa syariat Islam benar-benar yang terbaik bagi kehidupan manusia, termasuk bagi mereka penderita gangguan kesehatan Hidayatullah.com- Kewajipan shalat lima kali sehari semalam ke atas semua umat Islam bermula sejak Rasulullah diangkat ke langit saat peristiwa Isra' dan Mi'raj. Begitu istimewa sekali ibadah shalat sehingga Rasulullah SAW naik ke langit bagi menerima Rukun Islam yang kedua ini, tidak seperti ibadah-ibadah lain. Keistimewaan shalat menarik minat peneliti Universiti Malaya (UM). Minat penelitian ini timbul karena dipandang masih teramat sedikitnya kajian yang komprehensif mengenai shalat dari segi saintifik. Sebuah studi ilmiah di Malaysia mengungkap manfaat dari ibadah shalat, tidak hanya meningkatkan iman seseorang, tapi melakukannya dengan gerakan yang benar juga bermanfaat untuk kesehatan mental dan fisik, termasuk menyembuhkan disfungsi ereksi.

Manfaat lain yang diungkap dari penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti biomedis di Universitas Malaya adalah, shalat bisa mengurangi detak jantung yang cepat, mengurangi sakit punggung, dan menguatkan otot bawah panggul. Penelitian ini dikethuai Kepala Biomedical Engineering Department di Universitas Malaya, Prof Madya Dr Fatimah Ibrahim beranggotakan Prof. Dr. Wan Abu Bakar Wan Abas dan Ng Siew Cheok. Menurut Fatimah Ibrahim, berdasarkan hasil studi mereka menemukan shalat dapat membantu pasien penderita disfungsi ereksi. Mengutip hasil studi peneliti sebelumnya Marijke Van Kampen, Dr. Fatimah mengatakan olahraga untuk otot bawah panggul bisa memperlancar sirkulasi darah dan mengurangi gejala penyakit disfungsi ereksi. "Percobaan yang kami lakukan terhadap dua orang pasien penderita disfungsi ereksi, menunjukkan adanya perbaikan yang cepat (dalam hal kesehatan seksual mereka), setelah menjalani "terapi shalat" selama satu bulan," katanya kepada para wartawan setelah pembukaan seminar nasional "Shalat Science" di Masjid Wilayah Persekutuan, Malaysia (5/8). Seminar dibuka oleh mantan perdana menteri Malaysia Tun Abdullah Ahmad Badawi. Dr. Fatimah mengatakan, gerakan shalat juga bisa mengurangi derita sakit punggung, terutama bagi ibu hamil. Studi itu dilakukan dengan melibatkan pasien penderita sakit punggung biasa dan ibu hamil dari komunitas Melayu, India dan China. Posisi Rukuk

Menurut Ng Siew Chok yang menjalankan kajian otak dalam dalam penelitian ini mengatakan, setiap pergerakan manusia menghasilkan corak gelombang otak yang tertentu dan unik. Gelombang otak yang dihasilkan ketika pergerakan meliputi gelombang alfa, beta dan gamma. Kajian akan dilakukan atas gelombang otak yang dihasilkan ketika bersslat pada setiap posisi seperti rukuk, sujud, I'tidal dan duduk saat tahiyat. "Shalat jelas secara umumnya melibatkan bacaan serta penghayatan ayat suci Al-Quran, doadoa serta pergerakan yang didapati menyamai meditasi. "Semasa solat, berhenti seketika sebelum berganti posisi atau tuma'ninah dapat dikatakan seseorang berada dalam masa ketenangan," katanya. Dalam kajian ini isyarat otak subjek Muslim yang bershalat direkam dan dianalisis, di mana dua kajian saintifik dilakukan yaitu pada perobahan isyarat otak saat tuma'ninah dan kesan shalat kepada isyarat otak. Hasilnya, kata Siew Cheok, didapati shalat menghasilkan keadaan tenang kepada otak manusia dan menunaikan shalat amat baik dalam mengekalkan tahap kestabilan mental dan emosi seseorang. Posisi rukuk dan sujud bisa digunakan sebagai terapi, karena gerakan itu membuat tulang

belakang menjadi rileks dan mengurangi tekanan pada syaraf tulang belakang. "Ibu-ibu non-Muslim hanya melakukan gerakan posisi itu selama terapi berlangsung. Mereka menunjukkan kemajuan hanya dalam waktu satu bulan," katanya. Dalam penelitian Prof Dr Wan Azman Wan Ahmad, konsultan spesialis jantung di UM Medical Centre, menemukan bahwa detak jantung dapat berkurang kecepatannya hingga 10 kali dalam satu menit pada posisi sujud, di mana kening, hidung, tangan dan lutut kaki menyentuh tanah. Ia mengatakan, 12 raka'at shalat sama dengan 30 menit olahraga ringan setiap hari seperti yang dianjurkan oleh ahli-ahli kesehatan.

Tahajjud Sebelum temuan ini, Dr. Mohammad Sholeh asal Indonesia melakukan penelitian hubungan shalat tahajjud dan dampaknya bagi kesehatan. Penelitian menunjukkan, shalat tahajjud yang dilakukan secara ikhlas dan kontinyu, ternyata mengandung aspek meditasi dan relaksasi sehingga dapat digunakan sebagai coping mechanism atau pereda stres yang akan meningkatkan ketahanan tubuh seseorang secara natural. Penelitian berupa disertasi berjudul Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik, juga menunjukkan, bahwa shalat tahajjud bisa menjadi penyembuh penderita kanker ganas. Sumber: www.hidayatullah.com

Mukjizat Adzan
Oleh: Shahid Bin Wahid eramuslim

Adzan adalah media luar biasa untuk mengumandangkan tauhid terhadapYang Maha Kuasa dan risalah (kenabian) Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Adzan juga merupakan panggilan shalat kepada umat Islam, yang terus bergema di seluruh dunia lima kali setiap hari. Betapa mengagumkan suara adzan itu, dan bagi umat Islam di seluruh dunia, adzan merupakan sebuah fakta yang telah mapan. Indonesia misalnya, sebagai sebuah negara terdiri dari ribuan pulau dan dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Begitu fajar fajar menyingsing di sisi timur Sulawesi, di sekitar 5:30 waktu setempat, maka adzan subuh mulai dikumandangkan. Ribuan Muadzin di kawasan timur Indonesia mulai mengumandangkan tauhid kepada yang Maha Kuasa, dan risalah Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Proses itu terus berlangsung dan bergerak ke arah barat kepulauan Indonesia. Perbedaan waktu antara timur dan barat pulau-pulau di Indonesia adalah satu jam. Oleh karena itu, satu jam setelah adzan selesai di Sulawesi, maka adzan segera bergema di Jakarta, disusul pula sumatra. Dan adzan belum berakhir di Indonesia, maka ia sudah dimulai di Malaysia. Burma adalah di baris berikutnya, dan dalam waktu beberapa jam dari Jakarta, maka adzan mencapai Dacca, ibukota Bangladesh. Dan begitu adzan berakhir di Bangladesh, maka ia ia telah

dikumandangkan di barat India, dari Kalkuta ke Srinagar. Kemudian terus menuju Bombay dan seluruh kawasan India. Srinagar dan Sialkot (sebuah kota di Pakistan utara) memiliki waktu adzan yang sama. Perbedaan waktu antara Sialkot, Kota, Karachi dan Gowadar (kota di Baluchistan, sebuah provinsi di Pakistan) adalah empat puluh menit, dan dalam waktu ini, (Dawn) adzan Fajar telah terdengar di Pakistan. Sebelum berakhir di sana, ia telah dimulai di Afghanistan dan Muscat. Perbedaan waktu antara Muscat dan Baghdad adalah satu jam. Adzan kembali terdengar selama satu jam di wilayah Hijaz al-Muqaddas (Makkah dan Madinah), Yaman, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Irak. Perbedaan waktu antara Bagdad dan Iskandariyah di Mesir adalah satu jam. Adzan terus bergema di Siria, Mesir, Somalia dan Sudan selama jam tersebut. Iskandariyah dan Istanbul terletak di bujur geografis yang sama. Perbedaan waktu antara timur dan barat Turki adalah satu setengah jam, dan pada saat ini seruan shalat dikumandangkan. Iskandariyah dan Tripoli (ibukota Libya) terletak di lokasi waktu yang sama. Proses panggilan Adzan sehingga terus berlangsung melalui seluruh kawasan Afrika. Oleh karena itu, kumandang keesaan Allah dan kenabian Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang dimulai dari bagian timur pulau Indonesia itu tiba di pantai timur Samudera Atlantik setelah sembilan setengah jam. Sebelum Adzan mencapai pantai Atlantik, kumandang adzan Zhuhur telah dimulai di kawasan timur Indonesia, dan sebelum mencapai Dacca, adzan Ashar telah dimulai. Dan begitu adzan mencapai Jakarta setelah kira-kira satu setengah jam kemudian, maka waktu Maghrib menyusul. Dan tidak lama setelah waktu Maghrib mencapai Sumatera, maka waktu adzan Isya telah dimulai di Sulawesi! Bila Muadzin di Indonesia mengumandangkan adzan Fajar, maka muadzin di Afrika mengumandangkan adzan untuk Isya. Jika kita merenungkan fenomena ini dengan serius dan seksama, maka kita menyimpulkan fakta yang luar biasa, yaitu: Setiap saat ribuan muadzin -jika bukan ratusan ribu- di seluruh dunia mengumandangkan keesaan Allah yang Maha Kuasa dan kenabian Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam di muka bumi ini! Insya'allah, adzan (panggilan universal) lima kali sehari ini akan terus berlangsung sampai hari kiamat, Amin. Di dalam kitab Mazmur 149: 1-9 disebutkan, (1) Haleluya! Nyanyikanlah bagi Tuhan nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orangorang saleh. (2) Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka! (3) Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! (4) Sebab Tuhan berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.

(5) Biarlah orang-orang saleh beria-ria dalam kemuliaan, biarlah mereka bersorak-sorai di atas tempat tidur mereka! (6) Biarlah pujian pengagungan Allah ada dalam kerongkongan mereka, dan pedang bermata dua di tangan mereka, (7) untuk melakukan pembalasan terhadap bangsa-bangsa, penyiksaan-penyiksaan terhadap suku-suku bangsa, (8) untuk membelenggu raja-raja mereka dengan rantai, dan orang-orang mereka yang mulia dengan tali-tali besi, (9) untuk melaksanakan terhadap mereka hukuman seperti yang tertulis. Itulah semarak bagi semua orang yang dikasihi-Nya. Haleluya! Dengan membaca nubuwat ini secara seksama, maka kita mendapat kesan bahwa Nabi yang dijanjikan dan digambarkan sebagai raja itu adalah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para pengikutnya. Allah berfirman di dalam al-Qur'an: (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.' (Ali Imran: 191) Perluasan wilayah Islam dengan pedang bermata dua' sebagaimana disebut dalam nubuat di atas, dimulai dari penaklukan Makkah pada masa Nabi Muhammad (Shallallahu 'Alaihi wa Sallam), lalu disusul dengan jatuhnya Syria, Byzantine, Persia, Mesir, Konstantinopel, dan banyak negara lainnya, dimana kekuasaan dan kejayaan pada waktu itu ada di tangan para pengikut Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu, bukan merupakan sejarah yang asing. Sementara Yahudi dan Kristen tidak dapat mengklaim sebagai pemilik nubuat tersebut, terutama mengenai Isa al-Masih. Sumber: http://www.eramuslim.com/

Menegakkan Hakikat Shalat

`Jikalan sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayatayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. "(Al-A'raf 96) `Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan aural-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap meyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah janj) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. "(An-Nur: 55)

Bila iman sudah benar maka seorang hamba pasti menghadap pada shalat dan tiang agamanya dengan adab penghambaan di hadapan Allah ; khusyu', merendah diri dan merasakan seolah-olah betul-betul berdiri di hadapan Allah Yang Maha Mulia, sehingga hati tidak menoleh kepada yang lain daripada-Nya. Dia terus mengumpulkan segenap pikiran dan perhatiannya kepada-Nya, berdiri dan berbaris seperti orang yang meminta perlindungan, miskin, dan susah. Lalu berbisik kepada Rabb-nya, mengagungkan dan memohon ampunan dari lubuk hati yang paling dalam, karena menginginkan karunia-Nya, mengharap dan cemas, melimpahkan semua hajatnya kepada-Nya, menyibukkan diri dengan-Nya, melupakan yang lain daripada-Nya. dan memalingkan hati dan pandangannya dari dunia. Ia berjuang melawan nafsunya, sabar dan terus bersabar untuk menguasainya hingga tertunduk hanya kepada Tuan dan Penciptanya karena dia ingin Tuhan tidak berpaling daripadanya. Dalam shalat ini dia berpindah-pindah dari satu taman ke taman yang lain, dari membaca firman Tuhannya yang disertai dengan perenungan beralih kepada mengagungkan-Nya dengan penyucian, kemudian berdoa dalam sujud, memohon ampun, dan merninta perlindungan dari segala keburukan.

Alangkah agungnya suasana saat itu dan alangkah agungnya apa yang dihadapi saat itu. Tatkala seorang hamba menghadap Tuhannya dengan segenap hati dan anggota tubuhnya, mengharapkan rahmat dan memohon kasih sayang-Nya dengan jiwa yang berdosa, hina, rendah, miskin dan meminta pertolongan. Karena ia menghadapi fitnah dan cobaaan setiap hari, maka ia memohon kepada Tuhannya agar melindunginya, menjaga, menetapkan dan menerima dirinya. Dia memohon agar diberi hidayah, tafiq dan dibuka hatinya. Jika diterima, maka dia meraih kemenangan dan keuntungan. Namun jika ditolak maka alangkah besar kerugian dan alangkah pahitnya kesengsaraan. Khusyu' adalah berdirinya hati di hadapan Tuhannya dengan sikap tunduk dan hina. Ada pula yang mengatakan, "Khusyu' adalah padamnya api syahwat dan hilangnya asap dada serta bersinarnya cahaya pengagungan Allah" Dengan khusyu' dan tadabbur (merenung), shalat menjadi penyejuk mata dan penerang hati dan wajah. Rasul bersabda, `Dan dijadikan kesejukan mataku di dalam shalat." Dengan shalat manusia terbebas dari setiap petaka, kekejian dan kemunkaran. `Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. "(Al-Ankabut: 45). Dengan shalat sejati, seluruh amal menjadi baik dan diterima ole Allah, dan dengan rusaknya shalat, maka rusaklah seluruh amal. Denga shalat seorang hamba dapat merasakan manisnya bermunajat, dan naik di tangga ubudiyah. Dengan shalat, ia mengenal Tuhannya, menikmati munajat merasakan manis dan lezat yang tidak dirasakan oleh orang-orang yang lalai. Apabila kamu ingin mengetahui kedudukanmu di sisi Allah maka lihatlah kepada kedudukan shalat dalam dirimu dan seberapa banya bagianmu daripadanya. Shalat adalah hubungan antara hamba dan Tuhannya. Ia adalah garis batas antara kufur dan Islam. Ia adalah lima kali dengan pahala lima puluh kali. Ia adalah ibadah yang diwajibkan dari atas langit ketujuh antara Allah dengan Muhammad tanpa perantarn Dialah ibadah yang siapa menjaganya maka terhadap kewajiban lain ia akan lebih mampu menjaga. Barangsiapa yang menyia-nyiakannya maka ia lebih berani menyia-nyiakan yang lain. Ia adalah perkara yang diwasiatkan terakhir kali oleh Rasul kepada umatnya. Beliau bersabda, "Shalat Shalat dan budak yang menjadi milikmu. " Beliau bersabda, `Sesunguhnya apabila seorang hamba berdiri shalat maka ia datang dengan membawa seluruh dosanya, lalu dia letakkan di atas kepala dan kcdua pundaknya maka setiap kali dia ruku' atau sujud dosa-dosa itu berguguran. "(HR. Tabrani) .H Lalu mengapa kita tidak mengindahkan jiwa shalat dan hakikatnya? Kita melaksanakannya dengan anggota tubuh kita, tetapi hati kita lalai dai melayang. Sehingga shalat tidak berpengaruh pada perilaku orang yang shalat. Shalat tidak mengalirkan hawa panas, kekuatan, kehadiran hati dan perubahannya. Adalah Ali bin Husen r.a. apabila wudhu, maka wajahnya berubah pucat, lalu ditanyakan kepadanya, "Apa yang biasa terjadi pada anda di saat wudhu?!" Beliau berkata, "Tahukah kalian di hadapan siapakah aku hendak berdiri?" N

Hudzaifah r.a. berkata, "Hindarilah oleh kalian khusyu' nifaq". Ditanyakan kepadanya, "Apa itu khusyu' nifaq?" Dia menjawab, "Kamu melihat jasadnya khusyu', padahal hatinya tidak kbusyu'. Ibnul Qayyim menyebutkan, khusyu' yang benar itu memiliki tiga tingkatan: 1. Tunduk kepada perintah Allah. Yaitu seorang hamba menerima perintah Allah dengan merendah diri, tunduk dan patuh dengan menampakkan rasa kebutuhannya kepada hidayah sebelum melakukannya. Rasa kebutuhannya kepada pertolongan-Nya ketika melakukannya dengan harapan diterima setelah melakukannya, serta memohon ketetapan setelah matinya. 2. Mewaspadai penyakit-penyakit hati dan amal. Ia mengantisipasi kemunculannya dan mengkhawatirkan rusaknya amal karena penyakit-penyakit hati seperti sombong, ujub, riya , lemah dalam sifat shidq, lemah dalam keyakinan serta niat yang bercabang-cabang. Ia waspada agar tidak menisbatkan karunia yang diterimanya kepada manusia, tetapi semua karunia dinisbatkan kepada Allah. 3. Menjaga dirinya untuk tidak mengungkit-ungkit amal atas Allah, atau persangkaan bahwa dirinya memiliki hak atas Allah. Ia berupaya keras agar manusia tidak mengetahui keadaannya bersama Allah tidak membuatnya ujub, itu dapat menutupi hati, niat dan keadaannya .N Khuyu'di tengah-tengah shalat tidak lepas dari khusyu'--nya hati di luar shalat. Adapun jika seorang itu lalai sepanjang waktu, kemudian ingin khusyu' di dalam shalat maka ini tidak mungkin dan mustahil , H Di antara perkara yang dapat membantu khusyu' dalam shalat adalah sebagai berikut: 1. Memperhatikan wudhu dan menyempurnakannya, menghadirkan rasa beribadah di dalamnya, menghadirkan hati, dan mencari pahala cucuran air yang mengalir dari anggota wudhu, karena dosa-dosa berguguran bersamanya. 2. Cepat-cepat ke masjid,N melakukan shalat sunnah sebelum shah fardhu, membaca AlQur'an, dzikir dan istighfar, supaya jiwa menjadi tenang, terputus dari kesibukan dunia dan menghadapi shalat setelah duduk di masjid. Berbeda dengan orang yang terlambat yang begitu datang dari urusan dunia langsung memasuki shalat. 3. Berupaya merasakan keagungan Allah di saat takbiratul ihram "Allah Akbar". Berusaha merenungkan hakikatnya dan menyesuaikan hati dengan apa yang diucapkan lisannya. Karena Allah lebih besar dari segala sesuatu, maka hendaklah engkau mengagungkan-Nya janganlah engkau disibukkan oleh selain-Nya. 4. Merenungkan makna-makna bacaan yang kamu baca di dalam shalat Seperti ayat-ayat AlQur'an, tasbih, doa dan lainnya. Supaya tercipta ketenangan, pengambilan pelajaran dan hati sibuk dengan makna makna tersebut. 5. Shalatlah seperti orang yang mau berpamitan, yang tidak mengetahui apakah ia akan shalat lagi sesudahnya atau tidak, karena detik-deti akhir adalah sangat mahal, terutama shalat terakhir apabila kita aka merasa berpisah darinya.

6. Peliharalah shalat berjamaah karena ia adalah wajib. Masuk ke dalan barisan orang yang shalat mengundang rahmat yang mencakup seluruh orang yang shalat. Mereka itulah kumpulan orang yang beruntung. Siapa saja yang bergabung dengan mereka tidak akan celaka, karena mereka sedang berada dalam dzikir yang terbesai terutama shalat Subuh. Sebab, ia adalah shalat yang dihadiri oleh para malaikat, maka menghadirinya berarti menunjukkan kejujurannya bersama Allah. Ia rela meninggalkan tempat tidurnya, rasa kantuknya (dan istrinya). Ia bangkit mendatangi panggilan Tuhannya, berjalan di kegelapan malam (menembus hawa dingin yang menusuk tulang - pent), guna mendatangi masjid. Berbeda dengan orang munafiq yang merasa berat inelakukannya. Itulah shalat yang banyak dilalaikan kaum muslimin. Demi Allah ini adalah musibah, benarbenar musibah! Ia tidak menegakkan shalat kecuali kalau mau mengerjakannya. Bagaimana orang yang seperti ini mengharapkan kebaikan dan kelezatan dalam shalatnya. Apakah ia ingin agar shalatnya menyucikannya dari perbuatan keji dan mungkar sementara kondisinya seperti ini? 7. Setelah selesai shalat harus melakukan evaluasi, apakah telah berhasil khuysu' di dalamnya atau tidak? Apabila belum berhasil karena lalai maka harus menyalahkan dirinya dan menyesalinya. Dia harus berbela sungkawa atas kerugian yang melebihi kerugian harta. 8. Jagalah shalat-shalat sunnah, rawatib dan yang bukan rawatib, karena shalat-shalat sunnah itu menutupi kekurangan yang terjadi di dalam shalat fardhu, Nabi bersabda, `Barangsiapa melakukan satu shalat yang ia tidak menyempurnakannya maka ditambahkanlah kepadanya dari shalat-shalat sunnahnya hingga sempurna. "(HR. Thabrani).H Ibnul Jauzi berkata, "Seyogyanya orang yang shalat itu menghadirkan hatinya dalam segala sesuatu dari shalatnya. Apabila ia mendengar panggilan muadzin maka hendaklah panggilan itu menggambarkan hari Kiamat dan bergegas menjawabnya. Hendaklah ia memperhatikan dengan apa ia menjawab, dengan badan bagaimana ia harus hadir. Hendaklah mengingat cacatnya yang tersembunyi dan dosa-dosa rahasia yang tidak diketahui manusia, kecuali oleh Penciptanya. Hendaklah ia berupaya menghapusnya dengan penyesalan, takut dan malu. Apabila ia menghadap kiblat dengan wajahnya, maka menghadapkan hatinya kepada Allah adala. lebih utama. Apabila engkau bertakbir wahai orang yang shalat, janganlah hatimu mendustakan lisanmu. Jika di dalam hatimu ada yang lebih besar dari Alla. maka engkau telah berdusta. Waspadailah jika hawa nafsu lebih besar daripada Allah dengan bukti kamu lebih mengutamakan menyetujui nafsu daripada ketaatan kepada Allah. Apabila lisanmu meminta perlindungan (isti'adzah) maka sesungguhnya isti'adzah itu meminta perlindungan kepada Allah. Apabil hatimu tidak berlindung kepada Allah, itu berarti ucapanmu tidak ad manfaatnya. Hadirkanlah upaya pemahaman dengan hatimu ketika kamu mengucapkan, gnayas hisak nakridaH -Nya ketika kamu mengucapkan

) . Hadirkan keagungan-Nya ketika kamu mengucapkan, ) . Hadirkan pada waktu sujudmu tawadhu', daripada waktu sujudmu hina dan rendah diri. Karena engkau telah menempatkan dirimu tepat pada kedudukannya dan kamu telah mengembalikan badan kepada asalnya, sebab kamu dicipta dari tanah. Ketahuilah, shalat dengan syarat-syarat ini adalah faktor pembersih hati dari kotoran, karatan dan sebab meraih cahaya di dalam hati, yan karenanya keagungan Yang Maha Disembah terlihat jelas dan rahasia-rahasia-Nya dapat diketahui. Hal ini tidak akan dipahami kecuali oleh orang-orang yang alim. Adapun orang yang menegakkan gambar shalat tanpa maknanya, maka dia tidak akan memahami hal ini sama sekali, bahkan bisa jadi mengingkarinya .H

H Shahiul Jaini', Jilid I. N Syarhul Asbabil Asyr, hlm. 119 N Ibid, him. 112 H Ibid, him. 122 N Mendengar adzan dengan khusyu' , menjawabnya dan berdoa sesudahnya. (-pent). H Shahihul Jami', jilid 5,6 him. 314 H Syarhrul Asbabil Asyr, hlm. 124, secara ringkas. dari: Dahsyatnya Energi Iman Yang Benar oleh Abdullah bin Fahd As-Sallum

Mukjizat Yang Bernama Shalat


Muhammad Kamil Abdushshamad Dari : Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur'an

Allah berfirman, "Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (an-Nisaa': 103) "Perintahkanlah kepada keluargamu mendirihan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya." (Thaahaa: 132) "Katakanlah pada hamba-hamba-Ku yang telah beriman, `Hendaklah mereka mendirikan shalat."' (Ibrahim: 31) "Periharalah segala shalat(mu) dan (periharalah) shalat wustha." (al-Baqarah: 238) Latihan-latihan olah raga merupakan salah satu aktivitas yang dianjurkan oleh ilmu kesehatan. Membiasakan latihan-latihan seperti itu bisa membentuk kebugaran tubuh yang mesti terpenuhi, demi terciptanya akal sehat. Aktivitas shalat lima kali sehari merupakan media terbaik untuk merengkuh manfaat positif darinya. Karena waktu shalat adalah waktu yang paling tepat untuk melakukan latihan-latihan tersebut.'

Pasalnya, waktu sebelum terbitnya matahari terdapat hawa yang menyegarkan, dan karenanya bisa membangkitkan energi tubuh. Waktu Zuhur di saat seseorang melepas lelah dari kesibukan adalah saat yang sangat tepat memulihkan keseimbangan energi. Waktu Ashar di saat aktivitas seseorang menjelang usai adalah masa yang sangat tepat untuk mengembalikan daya energi dalam tubuh. Waktu Maghrib adalah masa di mana seseorang sedang menyongsong aktivitas baru (memulai kegiatan baru). Sedangkan, waktu Isya adalah waktu di mana tubuh memerlukan energi baru, setelah seharian penuh beraktivitas yang sangat melelahkan. Kelima waktu itulah yang merupakan beberapa masa yang paling tepat bagi seseorang untuk mengganti energi dirinya yang sempat "hampir" hilang.

Bagi pakar muslim, gerakan-gerakan shalat mulai dari berdiri, duduk, dan sujud yang dilakukan berulang-ulang dalam sehari adalah jalan terbaik untuk melancarkan sistem peredaran darah. Dengan lancarnya sistem peredaran darah itu, maka seluruh organ tubuh bertambah energik. Ada satu hal yang menarik perhatian bagi seorang dokter forensik (visum) dokter orthopedic (dokter tulang) terkenal asal Perancis, kala ia berlibur ke Mesir. Di sela-sela kunjungannya di antara mesjid-mesjid Mesir, ia menemukan praktik pengobatan baru untuk penyakit-penyakit punggung. Resep (terapi) sakit punggung yang diajukan adalah dengan cara melakukan gerakan-gerakan shalat lima kali sehari. Pasalnya, aktivitas sujud dan ruku adalah gerakangerakan yang berfungsi untuk memperkuat tulang punggung, dan berguna untuk melemaskan tulang belakangnya (sumsum). Ketika itu juga, kala tur ke negeri asing ini, sambutan hangat dari masyarakat pun tampak. Dengan serta merta mereka berusaha keras untuk menyaksikan praktik shalat, untuk mengetahui kiat-kiat menjaga tulang sumsum belakang agar tetap kuat. Di samping itu, secara ilmiah telah ditetapkan bahwa ruku, berdiri (tegap), dan sujud ternyata mampu menguatkan otot-otot punggung dan perut. Juga sekaligus bisa melenyapkan berbagai minyak dan lemak yang terkadang menempel di dinding-dinding perut. Sedangkan sujud, berfungsi sebagai penguat otot-otot paha dan lutut. Juga membantu aliran peredaran darah ke seluruh organ tubuh, menguatkan dinding-dinding perut, dan menstabilkan gerakan-gerakan (pencernaan) usus. Gerakan sujud adalah aktivitas yang berguna untuk mengkonservasi gejala-gejala penyakit pembengkakan pada lambung, yang diakibatkan pengerutan otot-ototnya. Juga akibat dioperasikannya katup penghalang (al-hijab al-hajiz) yang terletak di antara perut dan dada.

Dari sini, shalat bisa dipandang sebagai sebaik-baik olah raga jasmani yang bermanfaat bagi tubuh. Karena ia mampu menggerakkan seluruh organ tubuh, baik otot-otot, persendian, maupun tulang. Faedah dan keuntungan shalat bagi organ-organ tidak hanya sebatas itu saja. Pengobatan saat ini menetapkan terapi penurunan darah tinggi bisa ditempuh dengan melaksanakan shalat. Jika seseorang rajin melaksanakan shalat, sedangkan ia mengidap penyakit tekanan darah tinggi, maka lambat laun akan menuai hasilnya.1) Para pakar Islam sepakat bahwa dengan melakukan shalat secara teratur sebelum makan, berarti sama halnya menjaga dan melindungi diri dari penyakit-penyakit perut. Lebih-lebih penyakit akibat luka lambung. Karenanya, orang yang mengidap penyakit mag, selalu dianjurkan untuk mengekang konsumsi makanan selama dalam keadaan tertekan atau terjadi sensivitas kepekaan urat-urat syaraf yang berakibat sering cepat naik pitam. Jika dalam kondisi seperti ini, sangat dianjurkan untuk menenangkan lebih dahulu hingga mencapai suasana rileks, santai, dan fresh. Setelah itu barulah mengkonsumsi makanan.

Penemuan ilmiah juga menunjukkan bahwa shalat mempunyai dampak langsung terhadap sistem kerja syaraf. Karena ia bisa menghilangkan ketegangan, menenteramkan pergolakan jiwa, dan sekaligus sebagai terapi kegoncangan-kegoncangan (penyakitnya). Lebih dari itu, shalat luga menjadi obat penyembuh yang mujarab bagi orang yang sulit tidur akibat guncangnya sistem urat syaraf. Dr. Thomas Heislub berkata, "Bagi saya, shalat merupakan salah satu unsur utama penyangga aktivitas tidur seseorang yang saya ketahui lewat pengalaman empiris dan penelitian bertahun-tahun. Saya katakan ini dalam kapasitas profesi saya sebagai dokter (dan sebagai tanggung jawab moral yang saya tekuni). Shalat bisa dijadikan media utama untuk menenteramkan jiwa, dan juga menebarkan kenyamanan ke segenap jaringan urat syaraf yang saya ketahui hingga sekarang."2) Sementara itu, Dr. Edwin Frederick selaku dosen pada fakultas ilmu-ilmu syaraf yang tinggal di belahan Amerika Serikat pernah berkata, "Ada ribuan dokter, namun tidak satu pun di antaranya yang terkenal. Mayoritas mereka memiliki kecerdasan inteligensia rendah. Kendati demikian, ada secercah harapan. Karena, mereka dapat menyembuhkan penyakit-penyakit dan menjaga kesehatan melalui sebuah mukjizat. Mukjizat yang bernama shalat." Dr. Casius Carl, peraih gelar Nobel dalam bidang kedokteran dan merangkap ketua bidang penelitian di Yayasan Rockefler, Amerika Serikat, pernah berkata, "Di sini shalat setidaknya telah membicarakan tentang cara kerja (aktivitas) organ tubuh manusia. Bahkan sejauh ini, ia diyakini sebagai faktor kreativitas manusia. Saya, dalam hal ini, memandang dari sudut disiplin keilmuan yang saya geluti. Di kala para pasien telah gagal dalam terapi penyembuhannya dengan metode mengkonsumsi obat-obatan, maka seorang dokter

menengadahkan tangannya dengan penuh khusyu dan harap dengan kepasrahannya. Konon ketika ia shalat, tiba-tiba saja penyakitnya sirna, lenyap.

Shalat bagai logam radium, yakni sebagai sumber penyinaran yang terus-menerus menghasilkan aktivitas-aktivitas lain. Dampak positif shalat juga terasa seperti yang kita rasakan bersama dalam persoalan "patologi". Banyak kasus orang sakit yang terbebas dari bermacam-macam penyakit seperti TBC, Britonis, radang tulang, luka-luka yang bernanah, dan kanker. Ada sejumlah pakar Islam yang belum mengetahui banyak tentang penggabungan pandangan-pandangan agama dan syiar-syiarnya. Dengan munculnya studi semacam ini, mungkinkah bagi seseorang untuk menyalahgunakan nilai-nilai shalat sebagai langkah preventif guna penyembuhan penyakit-penyakit. Salah seorang guru olah raga Mesir berpendapat bahwa gerakan-gerakan yang lebih dikenal dengan istilah "Gerakan Hitam" sebenarnya telah banyak mengadopsi konsep shalat yang di dalamnya terdapat gerakan-gerakan fisik. Dalam pelaksanaannya, haruslah dengan cermat dan teratur. Yakni, dimulai dengan sikap tegak, beralih ke sikap ruku, dilanjutkan dengan kembali berdiri dari ruku, dan diteruskan dalam beberapa saat berdiri tegap. Kemudian barulah ke gerakan sujud. Dari gerakan sujud, dilanjutkan ke gerakan bangun, lalu untuk kali kedua kembali sujud, dan disempurnakan dengan berdiri tegap. Hal ini, dilakukan berulangulang, dari rakaat pertama ke rakaat kedua, dan barulah bertasyahud. Begitulah, dilakukan pengulangan gerakan untuk mencapai shalat yang sempurna."3) Begitu pula dengan barisan makmum. Mereka berdiri pada garis sejajar, bersama-sama menuju arah kiblat, dan tegak berdiri dengan jarak satu jengkal antara kedua telapak kakinya. Sedangkan, kakinya dalam posisi berimbang. Para pakar telah rnengemukakan pendapatnya bahwa berdiri dengan merenggangkan kedua telapak kaki dapat membantu menjaga keseimbangan kala turun untuk bersujud dan bangkit darinya. Juga bisa lebih menguatkan urat-urat syaraf.4) Dari keseluruhan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa shalat seperti olah raga fisik yang dilakukan seseorang dengan "variasi gerakan" yang mencakup keseluruhan organ tubuh. Tak ayal lagi, shalat bisa membangkitkan aktivitas-kreativitas dan sekaligus mencegah kemalasan, serta mampu menghilangkan keletihan. Lebih dari itu, shalat adalah "olah raga spiritual" bertemunya ruh sang hamba dengan Sang Maka Pencipta yang menyimpan pesan pembaruan dan perelaan. Itulah hasil penemuan sain modern setelah rentang masa 14 abad lamanya. Catatan kaki: 1). Abdurrazak Naufal, Al-Islam wal 'Ilmul Hadits.

2). Loc.Cit. 3). Wasil al-Halwani, Al-Harakat ar-Riyadhiyah. 4). Dr. Sa'id as-Suyuthi, Mu'jizat fit-Tib lin Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wasallam.

Wudhu dan Pencegahan Terhadap Penyakit Kanker


Muhammad Kamil Abdushshamad Dari : Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur'an

Allah berfirman,


"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (al-Baqarah:222) Ilmu pengetahuan modern menetapkan bahwa wudhu mampu meminimalisir timbulnya virus-virus kanker, yang disebabkan oleh faktor-faktor proses kimiawi. Sebab, dengan wudhu orang bisa terhindar dari terjangkitnya unsur kimiawi sebehun terjadinya akresi (gabungan unsur yang terpisah) yang menimbulkan infiltrasi (proses perembesan) dari kulit luar ke dalam tubuh. Misalnya, pekerja yang selalu berkecimpung mengenai perminyakan yang mengandung unsur-unsur kimiawi, maka sebagian besar mereka mengidap penyakit kanker kulit. Adapun kiat untuk menjaga agar tidak terjangkit penyakit itu, mereka harus menjauhkan diri dari unsur-unsur kimia dari kulit luar. Apalagi, pada daerah organ-organ tubuh yang sensitif terkontaminasi (tercampuri unsur-unsur kimia). Dari sinilah, tampak hikmah wudhu dalam firman Allah,

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengeljakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku. Sapulah kepalamu, dan (basuh) kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah." (al-Maa'idah: 6)

Berwudhu lima kali dalam sehari bisa menjamin lenyapnya unsur-unsur kimia dari kulit luar. Juga sekaligus mampu mencegah terjadinya akresi dari apa-apa yang memperlambat atas selsel kulit yang membutuhkan waktu cukup lama untuk memperbarui perubahan-perubahan kanker. Pancaran sinar matahari, lebih-lebih pantulan sinar ultraviolet, memiliki pengaruh yang sangat efektif dalam menciptakan kanker kulit. Namun, sinar yang berpotensi besar menimbulkan kanker kulit itu, hanya akan menimpa pada organ-organ tubuh luar. Dengan berulang kalinya orang berwudhu, maka kulit luar bisa terjamin selalu basah. Karenanya, selsel lapisan dalam kulit bisa terlindungi dari sengatan sinar yang membahayakan. Dari pantauan data statistik diketahui bahwa kanker kulit dengan berbagai macam variasinya, lebih sering menimpa kaum pria dalam pergumulan masyarakat Barat dan Amerika Serikat serta Australia. Pasalnya, mereka bukan negara muslim (atau mayoritas penduduknya muslim) yang penduduknya sering berwudhu. Juga karena faktor suhu panas yang sangat menyengat di wilayah negara-negara tersebut.1)

Fakta ini mempertegas sisi positif pengaruh wudhu, yang seperti senjata penjaga bagi seorang muslim dari kejamnya penyakit-penyakit terlaknat itu. Salah seorang pakar kedokteran dalam wacana pengobatan preventif di Universitas Kairo, Dr. Abdul Wahid, berkata, "Kulit bisa memberi fungsi yang amat signifikan bagi tubuh manusia, yakni berfungsi sebagai jalan pengeluaran keringat yang mengandung unsur-unsur lemak dan kadar garam. Jika terjadi penguapan dalam tubuh, maka menyisakan kadar garam dan akan terjadi akresi atas kulit serta pori-pori kelenjar keringat menjadi tertutup karena tersendatnya pengeluaran keringat yang tidak normal. Sementara itu, adanya kotoran-kotoran di atas kulit akan menambah tumbuh suburnya penyakit-penyakit kulit. Dari uraian di atas, menunjukkan urgensitasnya wudhu dengan membasuh muka, membasuh kedua tangan, berkumur (membersihkan mulut) serta organ-organ tubuh luar yang lain, guna menghindari diri dari kotoran-kotoran dan debu."(ilmu ash-Shihah) Berdasarkan penemuan ilmu medis mutakhir, wudhu memiliki dampak yang sangat baik dalam menjaga sakit gigi dan gusi. Menggosok gigi dan berkumur dengan air adalah hal yang amat penting, bahkan acapkali para dokter memberi resep seperti itu. Hal ini berfaedah untuk menjauhkan diri dari penyakit-penyakit yang mewabah melalui alat pernapasan, seperti

radang selaput dan juga penyakit-penyakit saluran pernapasan. Uraian di atas, hanyalah beberapa poin faedah wudhu dalam perspektif pengetahuan modern. Catatan kaki: 1). Hilmi Habib al-Khauly, Al-Islaamu wa al-Wiqaayatu min ba'dli as-Sarathaani, dimuat Majalah Al-'Arabia, Januari,1985 (dalam saduran).

Wudlu
Hadits Ketigabelas

Dari Abu Malik al-Asy'ari, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallambersabda, "Bersuci adalah sebagian dari iman." Di dalam riwayat lain disebutkan, "Wudu adalah sebagian dari iman. Ucapan al-hamdulillah memenuhi timbangan. Ucapan subhana Allah wa al-hamdulillah memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi. Shalat adalah nur, sedekah adalah penjelasan, sabar adalah cahaya, dan Al-Qur'an adalah hujjah baik dan buruk bagimu. Setiap manusia pergi di waktu pagi, lalu menggadaikan dirinya. Maka ada yang membebaskannya dan ada pula yang mernbinasakannya".1). Penyingkapan Rahasia dan Penjelasan Maknanya Ketahuilah, iman itu memiliki bentuk dan roh. Masing-masing dari keduanya memiliki dua sifat. Masing-masing sifat itu memiliki dua hukum. Dua sifat dari bentuk iman itu dijelaskan di dalam perkataan para ulama, iman itu adalah pernyataan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh." Iman memiliki dua syarat maknawi. Pada dua syarat inilah bergantung kebenaran pernyataan dan pengamalan. Dua syarat itu adalah niat dan keikhlasan karena Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dengan niat, ditegaskan ketundukan yang sebenarnya, dan dibedakan antara orang mukmin dan orang munaflk. Kedua syarat ini memiliki hukum, yang satu berkenaan dengan waktu dan yang lain berkenaan dengan tempat.

Syarat yang berkenaan dengan waktu adalah seperti waktu-waktu shalat, puasa, musim haji, dan sebagainya. Sementara syarat yang berkenaan dengan tempat adalah seperti menghadap kiblat, kewajiban menghindari shalat di tempat-tempat peribadatan orang Kristen atau Yahudi yang bergambar, tempat-tempat bernajis, dan sebagainya. Di dalam haji tergabung hukumhukum waktu dan tempat ini. Kemudian kita kembali pada perincian hukum-hukum pembenaran lain yang merupakan roh keimanan dan aspek-aspeknya. Maka saya katakan: Pembenaran keimanan terbagi ke dalam dua bagian. Pertama, pembenaran dari pemberi kabar yang benar secara universal, baik hal itu melalui sesuatu yang didapat pada dirinya tanpa ada sebab dari luar maupun melalui ayat atau mukjizat. Kedua, pembenaran terperinci yang menarik hukum terhadap bagian-bagian pengabaran dari pemberi kabar yang benar, serta yang terkandung di dalam hal-hal yang telah diputuskan pemberlakuannya. Hal itu mengikuti raghbah dan rahbah sebagai dua motif yang menghadirkan sesuatu yang berkaitan dengan pemberi kabar yang benar melalui pengabaranpengabarannya berupa perincian janji dan ancaman. Penghadiran ini memiliki beberapa derajat. Yang paling tinggi adalah maqam keirnanan alhijabi (ketertabiran), seperti kisah Harits2) bersarna Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang dimuat di dalam sebuah hadis. Itu adalah maqam hakikat keimanan yang di belakang dan di atasnya terdapat maqam al-'iyan (visi berhadap-hadapan) yang berbeda tingkatan dan derajatnya. Terdapat raghbah dan rahbah yang motifnya adalah ilmu yang teguh dan persekutuan dengan pemberi kabar yang benar dalam mengawasi apa yang dikabarkannya dan tata cara menghasilkan motif-motif raghbah dan rahbah itu. Di dalam hal ini, raghbah bukan lagi menjadi raghbah pengharapan. Semata-mata ia merupakan usaha dalam memperoleh kemenangan melalui perintah yang teguh yang wajib diraih. Rahbah-nya pun menjadi khayyah, bukan khawf. Sebab, khawf mcrupakan sifat orang yang menjaga diri terhadap kemungkinan terjadinya apa yang disebutkan, seperti keadaan orang sakit yang tidak mengenal pengobatan, terhadap dokter yang diyakini kompetensi dan pengalamannya dalam pengobatan. Sementara khasyyah merupakan sifat dokter yang mengetahui bahaya makanan dan minuman, mengetahui manfaatnya, dan sebagainya. Hal ini ditunjukkan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hambahambaNya hanyalah ulama. (QS. Fathir: 28) Apabila engkau perhatikan dengan saksama apa yang telah saya jelaskan, niscaya engkau tahu bahwa al-khawf dan at-taqwa mempunyai derajat yang berbeda-beda pada orang yang memilikinya berdasarkan kekuatan menghadirkan rincian-rincian pengabaran dari Nabi dan yang berhubungan dengan itu berupa janji dan ancaman. Orang yang berani melakukan penyimpangan berarti hanya memiliki pembenaran secara garis besar, bukan pembenaran yang terperinci. Hal itu ditunjukkan dengan sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, "Pezina, ketika dia berzina, tidak mungkin ia orang yang beriman"3). Yakni, iman yang sempurna. Maksudnya, seumpamanya pembenaran bergantung pada gabungan antara pembenaran secara garis besar dan pembenaran yang terperinci. Kalau orang yang hendak menyimpang menghadirkan hukuman yang berhubungan dengan setiap perbuatan dan meyakini berlakunya hukuman itu, maka dia tidak akan melakukan penyimpangan itu; seperti dokter yang berpengalaman yang tidak akan berani memakan racun serta makanan dan minuman yang sangat berbahaya. Orang yang menyimpang hanya melakukan penyimpangan karena cacat yang ada pada kesempurnaan pembenaran atau penghadiran harapan pada ampunan, tobat, dan perbaikan diri.

Adapun isyarat pada bagian lain yang khusus berkenaan dengan roh keimanan adalah yang disebutkan oleh Haritsah4) ketika ditanya oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, "Bagaimana engkau memasuki waktu pagi, wahai Haritsah?" Dia menjawab, "Saya memasuki waktu pagi dalam keadaan sebagai orang mukmin yang sebenarnya." Maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallambersabda, "Sesungguhnya setiap kebenaran memiliki hakikat. Lalu apa hakikat keimananmu?" Makna iman, yang merupakan rohnya, terbagi ke dalam hak dan hakikat. Ketika itu Haritsah berkata, "Diriku mengetahui dunia, maka sama saja bagiku emas, batu, dan lumpurnya. Seakan-akan aku memandang 'Arsy Tuhanku yang muncul, melihat ahli surga di dalam surga yang mendapat kenikmatan dan ahli neraka di dalam neraka yang mendapat siksaan." Maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallamberkata kepadanya, "Engkau telah mengetahui, maka lazirnkanlah hal itu"5) Yakni, engkau tahu bahwa syarat sempurnanya kepercayaan itu adalah menghadirkan apa yang dikabarkan oleh Tuhan dan oleh Nabi secara khusus. Jika engkau telah memahami apa yang saya ingatkan dalam hadis ini dan penjelasannya, niscaya engkau tahu bahwa sesudah "...seakan-akan aku melihat 'Arsy Tuhan ku..." hanyalah sesuatu yang berada di atas tingkatan keimanan. Karena itu merupakan ilmu vang sempurna dan kesaksian yang nyata. Hal itu ditunjukkan Amirul Mu'minin, Ali ra dengan ucapannya, "Kalau tersingkap tabir, maka bertambahlah keyakinanku." Yakni, kalau terangkat hijab yang menutupi mata dan nurani kebanyakan orang, maka bertambahlah keyakinan, karena hijab tersebut kini telah terangkat dariku. Maka maqam "... seakan-akan aku" adalah barzakh (pemisah) antara kepercayaan secara garis besar dengan penyingkapan 'iyani, dan ilmu syuhudi. Karena, hal itu, seperti yang telah kami katakan, merupakan ungkapan menghadirkan rincian-rincian pengabaran yang membenarkan perkataan pemberi khabar yang dipercayai dan perumpamaan segala yang berhubungan dengannya berupa janji dan ancaman serta bagian-bagian dari keduanya yang telah disebutkan di atas. Jika hal ini telah jelas, maka saya katakan bahwa pada sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, "Wudu adalah bagian dari keimanan," maka maksud bagian dari iman adalah dalam hal bentuknya yang telah saya tunjukkan. Karena, hal itu dari satu sisi merupakan amalan, dan dari sisi lain merupakan syarat hukum. Dan pada sabdanya "al-Hamdulillah memenuhi timbangan," yang dirnaksud dengan timbangan (al-mizan) adalah keseimbangan pengawasan. Sebab, jenis-jenis pujian kepada al-Haqq terbatas pada dua pokok, yaitu as-salb (negatif) dan al-itsbat (positif). Penyucian hanya menghasilkan penafian, karena hal itu bukan merupakan hal-hal yang bersifat eksistensial. Maka penyucian memenuhi sesuatu berbeda dengan sifat-sifat substantif. Al-Hamd, pujian dengan sifat substantif, memenuhi timbangan akal, serta dengannya sempurna burhan (bukti) dan ta'rif (pemberian pengetahuan). Sabdanya"Subhana Allah wa al-hamdulillah memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi," karena kedua kalimat ini mencakup kesempurnaan pujian dan pengenalan terhadap sifat-sifat dztiyyah dan aqliyyah yang pengaruh-pengaruhnya tampak di langit dan bumi, serta di antara keduanya. Rahasia dalam sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam"Shalat adalah nur," adalah bahwa orang yang menegakkan salat menghadap dan bermunajat kepada TuhanNya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallambersabda, "Apabila hamba menegakkan shalat, maka Allah menghadapkan wajah-Nya kepadanya." Allah adalah nur dan hakikat hamba adalah kegelapan. Maka jika zat gelap dihadapkan pada zat yang bercahaya dengan arah yang benar, maka ia memperoleh cahaya zat yang bercahaya itu. Tidakkah engkau lihat bulan yang zatnya merupakan benda hitam yang gelap dan licin, bagaimana ia memperoleh cahaya dari matahari dengan menghadap padanya? Bagaimana ia berbeda-beda dalam memperoleh

cahaya matahari itu, berdasarkan perbedaan dalam menghadapnva. Apabila menghadapnya itu sempurna dan benar, sempurnalah perolehan cahayanya. Apabila engkau memikirkan apa yang saya ingatkan, niscaya engkau tahu perbedaan langkah-langkah orang-orang yang menegakkan shalat di dalam shalat mereka. Selain itu, engkau akan tahu satu sisi dari rahasia sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, "Dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat"6). Engkau pun akan tahu rahasia yang terkandung di dalam sabdanya ketika beliau memerintahkan sahabatnya untuk meluruskan barisan (shalat berjamaah), "Saya melihatmu dari belakang punggungku seperti saya melihat di hadapanku. 7). Hal ini khusus di dalam shalat. Tidak disebutkan bahwa hal ini terjadi di dalam segala keadaan. Melainkan hal itu hanya disebutIcan ketika shalat. Maka perhatikanlah. Hal itu merupakan berkah dari kesahihan penghadapan yang sempurna yang diperoleh karena cahaya al-Haqq meratai seluruh arahnya. Jika engkau dikarunia apa yang saya sebutkan itu dan diberikan pemahaman sebagai penyingkapan yang nyata, niscaya engkau tahu rahasia firman-Nya, Allah adalah cahaya langit dan bumi. " (QS. an-Nur: 35) Dan bagiNyalah keagungan di langit dan di bumi. Dialah yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. (QS. Jatsiyah: 37) Maka pahamilah. Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, "Sedekah adalah burhan," rahasianya adalah bahwa sedekah merupakan bukti atas keteguhan orang yang bersedekah terhadap, keberadaan akhirat dan balasan-balasan yang dicakupnya. Karena, harta itu disukai oleh jiwa yang tercelup oleh kekhususan-kekhususan tabiat. Seseorang tidak akan mendermakan hartanya selama ia tidak percaya akan memperoleh manfaatnya setelah itu berupa buah dari apa yang telah didermakannya dan memperoleh penggantian. Atau, dia mendapat keselamatan dari bahaya yang mengancamnya disebabkan perbuatan yang berhubungan dengan hukuman. Dikabarkan bahwa sedekah dapat menolak kejahatan perbuatan tersebut, karena sabdanya, "Sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dapat memadamkan murka Tuhan." Di dalam hadis lain beliau. bersabda, "Takutlah pada api neraka walaupun dengan [mensedekahkan] sebiji kurma.8). Dan hadis-hadis lainnya yang telah disebutkan berulang~ulang. Sabdanya "Kesabaran adalah pancaran cahaya," rahasianya adalah bahwa kesabaran itu menahan diri dari keluhan. Tidak diragukan bahwa menahan diri dari keluhan adalah menyakitkan jiwa. Tidak ada keraguan bagi para muhaqiq, melalui pengalaman yang berulang-ulang dan ilmu yang teguh, bahwa penderitaan-penderitaan jiwa dapat memadamkan nyala kekuatan tabiat dan menghidupkan kekuatan rohani vang menyebabkan pencerahan batin. Karena itu, kesabaran dijadikan sesuatu yang menghasilkan pancaran yang merupakan campuran cahaya dengan kegelapan, sebagaimana telah saya jelaskan di dalam Tafsir Sirah al-Fatihah, an-Nafhat al-Ilahiyyah, dan Fakh Khutum al-Fushush (karya penulis). Berbeda dengan shalat yang dikatakan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, "Salat adalah cahaya," karena yang saya ingatkan kepadamu adalah tentang rahasia penghadapan, peresapan, serta memberikan perumpamaan dengan matahari dan bulan. Sebab, esensi bulan bukan campuran dengan matahari, sehingga yang dihasilkan dari keduanya dinamakan pancaran. Karena itu, al-Haqq menamai bulan sebagai cahaya; tidak demikian dengan matahari, karena matahari menyerupai lampu besar bagi segenap karena keberadaannya sebagai suatu pancaran dari pohon yang penuh berkah yang dinafikan dari segala arah. Ia menghimpun segala nama dan sifat. Sedangkan yang disebutkan dalam ihwal kesabaran adalah pencerahan yang dihasilkan dari percampuran antara kekuatan tabiat dengan kekuatan dan sifat rohani. Menang dan kalah terjadi di antara kedua campuran itu.

Adapun sabdanya "Al-Qur'an adalah hujjah baik dan buruk bagimu," maka yang dimaksud hujjah adalah dalil dan bukti keabsahan dakwaan. Oleh karena itu, orang yang beriman meyakini bahwa Al-Qur'an adalah kalam Allah, diturunkan dari sisi-Nya, dan manifestasi ilmu-Nya yang mencakup berbagai penjelasan mengenai ihwal makhluk dalam hal kedudukan mereka di sisi-Nya, mengenai bentuk-bentuk hubungan-Nya terhadap mereka, dan mengenai ihwal sebagian mereka terhadap sebagian yang lain. Ia juga mengembalikan penakwilan rahasia-rahasia yang tidak diketahuinya kepada-Nya. Ia juga mematuhi perintah dan larangan yang ada dalam Al-Qur'an disertai beradab dengan adabNya dan berakhlak dengan akhlak-Nya tanpa syak dan keraguan. Barangsiapa yang ihwalnya demikian, maka Al-Qur'an menjadi hujjah dan saksi yang baik baginya. Tetapi jika ihwalnya tidak demikian, maka Al-Qur'an menjadi hujjah yang buruk baginya. Adapun sabdanya, "Setiap manusia pergi pagi, lalu menggadaikan dirinya. Maka dia membebaskan atau membinasakannya," di dalamnya terdapat rahasia-rahasia yang mulia. Beliau mengingatkan suatu rahasia sebagai penafsiran terhadap firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, 'Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya. " (QS. al-Baqarah: 148) Karena itu, beliau bersabda, "Setiap manusia pergi pagi." Beliau benar karena pengkajan yang teliti memahamkan kepada kita bahwa di dalam eksistensi seseorang tidak ada perhentian. Melainkan setiap orang berjalan menuju tingkatan yang ditakdirkan al-Haqq sebagai tujuannya. Tingkatannya itu bisa berupa kekurangan dan penderitaan, bisa juga berupa kebahagiaan yang merupakan kesempumaan relatif atau kesempurnaan hakiki, dan memperoleh pengungkapan-ciri yang abadi yang tidak ada hijab sesudahnya. Tidak ada yang menetap bagi orang-orang yang sempurna selain-Nya. Itulah yang ditunjukkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan sabdanya, "Sekelompok ahli surga tidak tertabir dan tidak terhijab dari Tuhan." Beliau pun menyebutkan di dalam doanya, "Dan aku memohon kepadaMu kelezatan memandang wajah-Mu yang mulia selalu dan selamanya tanpa ada kesengsaraan yang membahayakan dan tidak ada fitnah yang menyesatkan."10) Kesengsaraan yang membahayakan adalah memperoleh hijab setelah tampak, atau tampak dengan sifat yang menyebabkan terlepasnya hijab. Sementara fitnah yang menyesatkan adalah setiap keraguan yang menyebabkan cacat dan kekurangan dalam ilmu dan syuhud (kesaksian). Sabdanya "maka dia menggadaikan dirinya" adalah yang ditimbulkan di dalam perjalanannya ke tujuan yang merupakan hasil kekuatan roh dan akibat zamannya, serta ihwaInya, sifat-sifatnya, perbuatan-perbuatannya, dan perkembangan di dalam penciptaannya. Kalau diperoleh keutamaan dan sampai pada kesernpurnaan relatif dalam beberapa derajat kebahagiaan atau sampai pada kesempurnaan hakiki tersebut, maka dia telah membebaskan dirinya dari jurang kebinasaan, dari penjara belenggu imkaniyyah, dan dari hijab kegelapan. Maka dia dicerahkan dengan ilmu yang teguh dan amal saleh yang menghasilkan kebaikan yang didamba. Kalau tercegah apa yang saya sebutkan, maka dia membinasakan dirinya. Dia menyia-nyiakan umur dan ilmunya. Maka dia gagal dan merugi. Kita memohon kepada Allah perlindungan dan kesehatan bagi kita dan bagi semua-saudara kita. Amin. Inilah makna hadis yang kornprehensif ini. Maka kajilah dan teruslah memperhatikannya sehingga engkau dapat mernandang selintas apa yang dikandungnya berupa ilmu, rahasia, dan nasihat. Niscaya engkau memperoleh ilmu yang lain, insya Allah.

1. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam bab ath-Thaharah, hal. 1; at-Turmudzi di dalam bab ad-Da'wat, hal. 86; ad-Darimi di dalam bab al-wudlu , hal. 2, dan Ibn Hanbal, IV/260, V/342344 dan 370. 2. Haritsah bin Malik al-Anshari. 3. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah di adalam bab al-Fitan, hal 3. 4. Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan Abu Na'im.Lihat Kanz al 'Ummal karya al-Hindi, jilid XII, hal. 351. 5. Diriwayatkan oleh at-Turmudzi dengan berbagai redaksi di dalam bab al-Adab, hal. 78. 6. Diriwayatkan oleh an-Nasa'i di dalam bab an-Nisd', hal. 1 dan Ibn Hanbal, III/128, 199 dan 285. 7. Diriwayatkan oleh Ibn Hanbal, II/309 dan 505. 8. Diriwayatkaii oleh al-Bukhari di dalam bab az-Zakah dan bab-babnya yang lain; Muslim di dalam bab az-Zakah, hal. 68; an-NasS'i di dalam bab az-Zakah, hal. 63; ad-Darimi di dalam bab az-Zakah, hal. 23; dan Ibn Hanbal, IV/256, 258 dan 259. 9. Saya tidak menemukannya di dalam sumber-sumber rujukan. 10.Diriwayatkan oleh an-Nasa'i di dalam bab as-Sahw, hal. 62 dan Ibn Hanbal, V/191

Terkait: Ahli Neurology Austria Membeberkan Fakta Mengejutkan Tentang

Ahli Neurology Austria Membeberkan Fakta Mengejutkan Tentang Wudhu

1 Komentar

Tegasnya, anggota badan yang dibasuh dalam wudhu ialah daerah yang paling riskan untuk melakukan dosa. Prof Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater dan sekaligus neurology berkebangsaan Austria, menemukan sesuatu yang menakjubkan terhadap wudhu. Ia mengemukakan sebuah fakta yang sangat mengejutkan. Bahwa pusat-pusat syaraf yang paling peka dari tubuh manusia ternyata berada di sebelah dahi, tangan, dan kaki. Pusat-pusat syaraf tersebut sangat sensitif terhadap air segar. Dari sini ia menemukan hikmah dibalik wudhu yang membasuh pusat-pusat syaraf tersebut. Ia bahkan merekomendasikan agar wudlu bukan hanya milik dan kebiasaan umat Islam, tetapi untuk umat manusia secara keseluruhan. Dengan senantiasa membasuh air segar pada pusat-pusat syaraf tersebut, maka berarti orang akan memelihara kesehatan dan keselarasan pusat sarafnya. Pada akhirnya Leopold memeluk agama Islam dan mengganti nama menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.

Ulama Fikih juga menjelaskan hikmah wudlu sebagai bagian dari upaya untuk memelihara kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh dalam air wudlu, seperti tangan, daerah muka termasuk mulut, dan kaki memang paling banyak bersentuhan dengan benda-benda asing termasuk kotoran. Karena itu, wajar kalau daerah itu yang harus dibasuh. Ulama tasawuf menjelaskan hikmah wudlu dengan menjelaskan bahwa daerah-daerah yang dibasuh air wudlu memang daerah yang paling sering berdosa. Kita tidak tahu apa yang pernah diraba, dipegang, dan dilakukan tangan kita. Banyak pancaindera tersimpul di bagian muka. Berapa orang yang jadi korban setiap hari dari mulut kita, berapa kali berbohong, memaki, dan membicarakan aib orang lain. Apa saja yang dimakan dan diminum. Apa saja yang baru diintip mata ini, apa yang didengar oleh kuping ini, dan apa saja yang baru dicium hidung ini? Ke mana saja kaki ini gentayangan setiap hari? Tegasnya, anggota badan yang dibasuh dalam wudhu ialah daerah yang paling riskan untuk melakukan dosa. Organ tubuh yang menjadi anggota wudlu disebutkan dalam QS al-Maidah [5]:6, adalah wajah, tangan sampai siku, dan kaki sampai mata kaki. Dalam hadis riwayat Muslim juga dijelaskan bahwa, air wudlu mampu mengalirkan dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh mata, penciuman, pendengaran, tangan, dan kakinya, sehingga yang bersangkutan bersih dari dosa. Kalangan ulama melarang mengeringkan air wudlu dengan kain karena dalam redaksi hadis itu dikatakan bahwa proses pembersihan itu sampai tetesan terakhir dari air wudlu itu maa akhir qathr al-ma). Wudlu dalam Islam masuk di dalam Bab al-Thaharah (penyucian rohani), seperti halnya tayammum, syarth, dan mandi junub. Tidak disebutkan Bab al-Nadhafah (pembersihan secara fisik). Rasulullah SAW selalu berusaha mempertahankan keabsahan wudlunya. Yang paling penting dari wudlu ialah kekuatan simboliknya, yakni memberikan rasa percaya diri sebagai orang yang bersih dan sewaktu-waktu dapat menjalankan ketaatannya kepada Tuhan, seperti mendirikan shalat, menyentuh atau membaca mushaf Alquran. Wudlu sendiri akan memproteksi diri untuk menghindari apa yang secara spiritual merusak citra wudlu. Dosa dan kemaksiatan berkontradiksi dengan wudlu.

Anda mungkin juga menyukai