Anda di halaman 1dari 3

Hakikat Mencintai Rasulullah SAW

Dari Anas R.A., Rasulullah Bersabda : Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan segenap umat manusia. (Muttafaq Alaih) Saudariku, Apakah kita mencintai Rasulullah ? Di tengah-tengah maraknya aktifitas yang mengatasnamakan cinta kepada Rasulullah SAW, sudahkah kita benar-benar mencintai beliau ? Saudariku, Mengapa kita mencintai beliau ? Mencintai Rasulullah wajib bagi setiap mukmin. Yakni kecintaan yang benar-benar melekat di hati yang mengalahkan kecintaan kita terhadap apapun dan siapapun di dunia ini. Bahkan meskipun terhadap orang-orang yang paling dekat dengan kita, seperti anak-anak dan ibu bapak kita. Bahkan cinta kepada Rasulullah SAQ itu harus pula mengalahkan kecintaan kita terhadap diri kita sendiri. Dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan, Umar bin Khathab r.a. berkata kepada Rasulullah SAW, Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cinta daripada segala i sesuatu selain diriku sendiri. Rasulullah SAW bersbda, Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di TanganNya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri . Maka Umar r.a. berkata kepada beliau, Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri. Maka Rasulullah SAW pun bersabda, Sekarang telah sempurna kecintaanmu (imanmu) padaku wahai Umar. Karena itu, jika kecintaan kita kepada Rasulullah SAQ belum sampai pada tingkat ini, maka belumlah sempurna iman kita. Dan belum juga kita mampu merasakan manisnya iman. Sebagaimana perkataan Rasulullah SAW, Dari Anas r.a. dari Nabi SAW. bersabda: Tiga perkara yang apabila terdapat pada diri seseorang, niscaya ia akan merasakan manisnya iman, yaitu: Hendaknya Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain. Hendaklah bila ia mencintai seseorang semata-mata karena Allah. Hendaklah ia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci kalau akan dicampakkan ke dalam api neraka. (HR. Bukhari) Kemanisan iman disini menunjukkan arti nikmat, senang, suka terhadap iman. Apabila seseorang merasa nikmat terhadap sesuatu maka ia tidak akan rela apabila sesuatu itu lepas dan hilang dari dirinya, apalagi kenikmatan itu adalah kenikmatan iman, suatu anugerah terbesar yang seharusny a kita syukuri dan harus benar-benar dipertahankan sampai akhir hayat kita. Jika kita berhasil mempertahankan iman sampai ajal menjemput, maka demi Allah, surga telah menanti kita. Tidak akan mencapai derajat kecintaan kepada Rasulullah SAW secara sempurna kecuali orang yang mengagungkan urusan dien nya, yang keinginan utamanya adalah merealisasikan tujuan hidup, yakni beribadah kepada Allah SWT. Dan selalu mengutamakan akhirat daripada dunia dan perhiasannya . Cinta Rasululullah SAW inilah dengan izin Allah menjadi sebab bagi kita mendapatkan hidayah (petunjuk) kepada agama yang lurus. Karena cinta Rasul pula, Allah menyelamatkan kita dari Neraka, serta dengan mengikuti Rasulullah SAW kita akan mendapatkan keselamatan dan kemenangan di akhirat kelak. Adapun cinta keluarga, isteri dan anak-anak, maka ini adalah jenis cinta duniawi. Sebab cinta itu lahir karena mereka memperoleh kasih sayang dan manfaat materi. Cinta itu akan sirna dengan sendirinya saat datangnya Hari Kiamat. Yakni hari di mana setiap orang berlari dari saudara, ibu,

bapak, pasangan hidup dan anak-anaknya karena sibuk dengan urusannya sendiri. Dan barangsiapa lebih mengagungkan cinta dan hawa nafsunya kepada pasangan hidup anak-anak dan harta benda , duniawi, maka cintanya ini akan bisa mengalahkan kecintaannya kepada para ahli agama, utamanya Rasulullah SAW. Saudariku, inilah tanda-tanda kita benar mencintai Rasulullah .. Cinta kepada Rasulullah SAW bukanlah berupa kecenderungan sentimentil dan romantisme pada saat-saat khusus, misalnya dengan peringatan-peringatan tertentu. Cinta itu semestinyalah benarbenar murni dari lubuk hati seorang mukmin dan senantiasa terpatri di hati. Sebab dengan cinta itulah hatinya menjadi hidup, melahirkan amal shalih dan menahan dirinya dari kejahatan d dosa. an Adapun tanda-tanda cinta sejati kepada Rasulullah diantaranya : a. Mentaati Rasulullah dengan menjalankan apa yang beliau perintahkan, dan meninggalkan apa uang beliau larang. Pecinta sejati Rasulullah akan bersegera menunaikan apa-apa yang diketahui datangnya dari perintah Rasulullah SAW. Ia tak akan meninggalkannya, meskipun itu bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsunya. Ia juga tidak akan mendahulukan ketaatannya kepada isteri, anak, orang tua atau adat kaumnya. Sebab kecintaannya kepada Rasulullah lebih dari segala -galanya. Pecinta sejati akan patuh kepada yang dicintainya. Jika dengan mudahnya seseorang menyalahi dan meninggalkan apa yang Rasulullah SAW perintahkan atau melakukan apa yang Rasulull h larang, maka pada hakikatnya dia tidak a Mencintai Rasulullah, melainkan ia cinta kepada dirinya sendiri. Sehingga kita saksikan dengan mudahnya ia meninggalkan shalat lima waktu, padahal Rasul llah SAW sangat u mengagungkan perkara shalat, hingga ia diwasiatkan pada detik-detik akhir sakaratul mautnya. Dan orang jenis ini, akan dengan ringan pula melakukan berbagai larangan agama lainnya. Na udzubillah min dzalik. b. Menolong dan mengagungkan Rasulullah SAW Dan ini telah dilakukan oleh para . sahabat sesudah beliau wafat. Yakni dengan mensosialisasikan, menyebarkan dan mengagungkan sunnah-sunnahnya di tengah-tengah kehidupan umat manusia, betapapun tantangan dan resiko yang dihadapinya. c. Tidak menerima sesuatupun perintah dan larangan kecuali melalui beliau, rela dengan apa yang beliau tetapkan, serta tidak merasa sempit dada dengan sesuatu pun dari sunnahnya . Adapun selain beliau, hingga para ulama dan shalihin, maka mereka adalah pengikut Rasulullah SAW. Tidak seorang pun dari mereka boleh diterima perintah atau larangannya kecuali berdasarkan apa yang datang dari Rasulullah SAW d. Mengikuti Rasulullah SAW, dalam segala perkara. Dalam hal shalat, wudhu, makan, tidur dan sebagainya. Juga berakhlak dengan akhlak Rasulullah, dalam kasih sayangnya, rendah hatinya, kedermawanannya, kesabaran dan zuhudnya dsb. e. Memperbanyak mengingat dan shalawat atas Rasulullah. Barangsiapa bershalawat atasku sekali, niscaya Allah bershalawat atasnya sepuluh kali. (HR. Muslim). f. Mencintai orang-orang yang dicintai Rasulullah. Seperti Abu Bakar, Umar, Aisyah, Ali r.a. dan segenap orang-orang yang disebutkan hadits bahwa beliau Rasulullah SAW mencintai mereka. Kita harus mencintai orang yang dicintai beliau dan membenci orang yang dibenci beliau.

Saudariku, bagaimana agar kita bisa mencintai Rasulullah ? a. Hendaknya kita mengingat bahwa Rasulullah adalah orang yang paling baik dan paling berjasa kepada kita, bahkan hingga dari orang tua kita sendiri. Beliau lah yang mengeluarkan kita dari kegelapan kepada cahaya, yang menyampaikan agama dan kebaikan kepada kita, yang memperingatkan kita dari kemungkaran. Dan kalau bukan karena rahmat Allah SWT yang mengutus Rasulullah SAW, tentu kita telah tenggelam dalam kesesatan. b. Renungkanlah perjalanan hidup Rasulullah, jihad dan kesabarannya serta apa yang beliau korbankan demi tegaknya agama ini, dalam menyebarkan tauhid serta memadamkan syirik, sungguh suatu upaya yang tidak bisa dijangkau oleh siapapun. c. Renungkanlah keagungan akhlak Rasulullah. sifat dan sikapnya yang sempurna, rendah hati kepada kaum mukminin dan keras terhadap orang-orang munafik dan musyrikin, pemberani, dermawan dan penyayang. Cukuplah sanjungan Allah SWT atas beliau yang artinya, Dan sungguh engkau memiliki akhlak yang agung. (al-Qolam : 4) d. Mengetahui kedudukan Rasulullah SAW di sisi Allah Ta ala. Beliau adalah orang yang paling mulia di antara segenap umat manusia, penutup para Nabi, yang diistimewakan pada hari Kiamat atas segenap Nabi untuk memberikan syafa at, yang memiliki maqam mahmud (kedudukan terpuji).

Beliau datang dan pergi _________________________________ Sedianya Beliau datang, maka hati ini rindu, bahagia, dan pilu ingin sekali berhadapan dan menghaturkan salam takzim padanya mendengarkan apa-apa yang teruntai dari lisannya kesederhanaan yang indah tentang Allah dan kecintaan pada ummatnya Namun ketika Beliau hilang Kebahagiaan yang kuanggap ternyata hanya ilusi yang menyisakan kekosongan jiwa sesudahnya Wahai Rasulullah .. tetaplah disini. kuharap Engkau tidak hilang tenggelam dalam ketidasadaranku mengisi hari-hari.

Anda mungkin juga menyukai