Anda di halaman 1dari 151

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Notebook: KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬


Created: 8/26/2018 11:29 AM Updated: 9/9/2018 10:03 PM

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Rindu kami padamu ya Rosul, rindu ada terpera


Berabad jarak darimu ya Rosul terasa dikau disini
Cinta ikhlasmu pada manusia bagai cahaya suarga
Dapatkah aku membalas cintamu secara bersahaja....
(Bimbo)

--- Kerinduan yang amat sangat ---


Bagian 1 Pendahuluan

Jazirah Arab

Jazirah Arab itu sebenarnya dak hanya terdiri atas gurun pasir. Ada banyak tanah subur yang telah dihuni sejak lama. Tanah-tanah subur
itu terutama terletak di daerah pantai, seper Yaman, Yamamah, Hadramaut, dan Ahsa. Di bagian tengah Jazirah Arab ada sebuah wilayah
subur lain bernama Najd. Wilayah ini dikenal sebagai tempat asal kuda Arab yang termahsyur di mana-mana.

Najd dan Yamamah juga terkenal sebagai penghasil gandum. Demikian banyak gandum yang dihasilkan sehingga konon mampu memenuhi
kebutuhan seluruh penduduk Jazirah Arab yang ke ka Nabi Muhammad dilahirkan berjumlah sekitar 10 juta- 12 juta jiwa.
Di kota Madinah terdapat bukit -bukit yang baik untuk ditanami. Sementara itu, kota Thaif terkenal karena buah-buahannya.

Di luar daerah-daerah subur, Jazirah Arab dipenuhi gunung dan bukit-bukit batu yang besar. Tidak ada sungai mengalir. Suhu udaranya
sangat panas. Karenanya, penduduk Arab umumnya suka mengembara. Mereka suka berpindah ke tempat mana saja yang dapat
memenuhi keperluan hidup sehari-hari berserta hewan-hewan ternak mereka.

Unta

Unta adalah kendaraan yang sangat diandalkan penduduk gurun pasir. Ia dapat mengarungi gurun selama 17 hari tanpa minum. Walaupun
pelan, jika dipacu unta dapat menempuh jarak sampai 300 km dalam sehari. Unta mau melahap ran ng dan rumput pahit yang di jauhi
kambing. Unta juga mau minum air berlumpur dan mengubahnya menjadi susu bermutu nggi yang dapat digunakan sebagai obat tetes
mata. Dagingnya dimakan, bulunya dibuat tali, kulitnya dapat menjadi aneka alat, mulai dari sandal sampai atap dan perisai perang. Air
seninya menjadi sampo pencuci rambut. Kukunya dibakar dan diulek menjadi tepung untuk obat luka atau adonan kue. Kotorannya dapat
dipakai sebagai bahan bakar. Unta adalah karunia Allah untuk penduduk gurun pasir.

Letak Mekah

Di Kota Mekah inilah terletak Ka'bah, Baitullah. Ke arah Ka'bahlah seluruh Muslim di dunia menghadapkan diri jika sedang shalat. Di kota
Mekah inilah nabi Muhammad ‫ﺻ ﷲ ﻋﻠ ﻪ وﺳﻠﻢ‬, dilahirkan.

Kota Mekah adalah sebuah lembah yang dak begitu luas, di tengah lautan pasir. Bukit-bukit mengurung lembah ini rapat-rapat. Begitu
rapatnya sehingga cuma ada ga jalan untuk keluar dan masuk Mekah. Jalan pertama menuju ke Yaman, jalan ke dua menuju ke Laut
Merah, dan jalan ke ga adalah jalan menuju Pales na.

Ribuan tahun yang lalu, Lembah Mekah hanyalah sebuah tempat persinggahan rombongan kafilah, baik yang datang dari Yaman menuju
Pales na maupun sebaliknya, yang datang dari Pales na menuju Yaman. Nabi Ismail lah yang pertama kali membuat Mekah menjadi
sebuah kota.

Pakaian Orang Arab

Penduduk asli Jazirah Arab adalah suku Badui. Pakaian mereka longgar, hangat pada musim dingin, dan sejuk pada musim panas. Pakaian
ini menjaga kulit dari sengatan matahari serta angin kering.
Pada zaman para nabi, pakaian ini terdiri atas dua helai. Satu helai melilit tubuh dari bawah ke ak. Satu helai lagi adalah sebuah jubah
panjang sampai kaki dan terbuat dari bulu domba atau unta. Warnanya krem dengan lurik tegak berwarna hitam, biru, coklat atau pu h.
Pakaian wanitanya panjang menyapu tanah dan sangat longgar. Selendang melilit pinggang, jubahnya berlurik merah, kuning, hitam atau
biru. Cadarnya berwarna hitam atau pu h. Tudung kepala berwarna merah, pu h, atau cokelat melindungi mata, telinga, dan hidung dari
debu dan badai pasir.

Badui

Suku Badui adalah penduduk asli Jazirah Arab. Mereka adalah prajurit pengelana yang tangguh. Tinggi mereka sedang, tapi kekar, cekatan,
dan kuat menderita dalam alam yang keras. Jika ada anggota keluarga yang tewas, para lelaki Badui akan segera membalas pembunuhnya.
Mereka berani dalam bertempur dan sabar dalam kekalahan.

Meski demikian, orang Badui terkenal ramah, senang memberi, dan sangat menghorma tamu. Mereka juga tenang, sabar, dan dak cepat
marah. Orang Badui juga sangat mengagumi keindahan syair. Jiwa orang orang Badui mudah terpanggil pada kebenaran. Mereka adalah
orang orang sederhana. Mereka duduk di lantai dengan wadah makanan di lutut. Dengan demikian, dak bisa dibedakan mana majikan
dan mana bawahan.

Sahabat fillahku, kepada orang-orang inilah Nabi Muhammad ‫ﺻ ﷲ ﻋﻠ ﻪ وﺳﻠﻢ‬, diutus. Berkat bimbingan Nabi Muhammadlah orang orang
Badui dari padang pasir yang sunyi ini mampu mengguncang dunia. Merekalah yang akhirnya menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia.
Merekalah yang membangun umat Islam menjadi umat yang besar dan dihorma .
َ َ َ
Namun, jauh sebelum menyebar ke penjuru bumi, perjalanan umat Islam di Jazirah Arab dimulai oleh kisah Nabi Ibrahim ‫اﻟﺴ ُم‬ ‫ﻋﻠ ْ ِﻪ‬.
Beliau adalah nenek moyang Nabi Muhammad ‫ﺻ ﷲ ﻋﻠ ﻪ وﺳﻠﻢ‬.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 2
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Nenek Moyang Nabi Muhammad ‫ﷲ ﻋﻠ ﻪ وﺳﻠﻢ‬ ‫ﺻ‬

Salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad bernama Hasyim bin Abdul Manaf. Ia adalah pemuka masyarakat dan orang yang
berkecukupan. Masyarakat Mekah mematuhi dan menghorma nya.

"Wahai penduduk Mekah, aku membagi perjalanan kalian menurut musim. Jika musim dingin ba, pergilah berdagang ke Yaman yang
hangat. Jika musim panas, giliran kalian pergi ke Syam yang sejuk!" demikian keputusan Hasyim.

Hasyim tambah disayangi penduduk Mekah karena pada suatu musim kemarau yang mencekam, ia pernah membawa persediaan makanan
dari tempat yang jauh. Padahal, saat itu makanan amat sulit didapat.

"Terima kasih, wahai Hasyim! Engkau menolong kami dengan pemberian makanan ini!" seru penduduk Mekah.

Di bawah kepemimpinan Hasyim, Mekah berkembang menjadi pusat perdagangan yang makmur. Pasar-pasar didirikan sebagai tempat
berniaga kafilah-kafilah dagang yang datang dan pergi silih bergan , baik pada musim panas maupun pada musim dingin. Demikian
pandainya penduduk Mekah berdagang, sampai-sampai dak ada pihak lain yang mampu menyaingi mereka.

Akan tetapi, di samping kemajuan yang besar itu, masyarakat Arab juga mengalami kemunduran luar biasa. Itulah sebabnya mereka dijuluki
masyarakat jahiliah alias masyarakat yang dilipu kebodohan. Itulah juga sebabnya sampai Allah mengutus rasul terakhir-Nya di tempat ini.

Pembagian Urusan

Beberapa jabatan pemerintahan di Mekah di antaranya:


Hijabah : Pemegang kunci Ka'bah,
Siqayah : Penyedia air dan makanan buat para peziarah,
Rifadah : Mengatur pembagian dana dari orang kaya untuk fakir miskin,
Qiyadah : Mengatur urusan peperangan.

Percaya Takhayul

"Oh, dak! Burung itu terbang ke kiri! Aku pas akan ter mpa sial!" umpat seseorang, orang itu kebetulan melihat seekor burung yang
terbang di atas kepalanya berbelok ke arah kiri. Sepanjang hari itu, dia jadi murung karena yakin bahwa dia bernasib sial walaupun belum
tahu kesialan macam apa yang akan menimpanya.
Orang-orang Arab pada masa jahiliyah amat percaya pada takhayul. Contohnya, mereka percaya jika burung yang mereka lihat terbang ke
kiri, nasib sial akan menimpa mereka. Sebaliknya jika burung kebetulan terbang ke kanan, nasib baik akan datang. Kepercayaan semacam
ini disebut At Tathayyur

Selain itu, mereka percaya bahwa jika seseorang ma , rohnya akan menjadi burung. Mereka juga percaya bahwa di dalam perut manusia
ada ular. Ular inilah yang menggigit di dalam perut sehingga orang merasa lapar.

"Lihat cincin tembagaku ini", kata seorang kepada temannya dengan bangga, "Cincin ini adalah pemberian seorang dukun kepadaku. Tidak
sia sia aku memberinya uang banyak agar membuatkan cincin ini. Jangan coba-coba menantangku berkelahi sekarang. Berkat cincin ini, aku
merasa jauh lebih kuat!".

Masih banyak kebodohan serupa yang mereka perlihatkan. Mereka juga amat taat menyembah berhala-berhala berbentuk patung. Jika
mereka meminta pertolongan kepada berhala, dak segan-segan mereka mengorbankan binatang ternak dan mengoleskan darahnya di
tubuh berhala. Bahkan mereka terkadang sampai ha mengorbankan anak- anaknya sendiri demi mengharap keridhaan berhala.

Selain melakukan kebodohan-kebodohan itu, mereka masih melakukan banyak sekali hal hal yang merusak.

Awal Mula Penyembahan Berhala


Awal mula penyembahan berhala di Mekkah, ke ka seorang bernama Amar bin Luhay membawa berhala besar bernama Hubal yang
dibelinya dari daerah Syam. Di Mekkah, berhala Hubal ditaruh di Ka'bah dan disuruhnya orang orang datang menyembahnya.
Menjelang menaklukkan Mekkah oleh Nabi Muhammad saw. Ka'bah dipenuhi oleh ga ratus enam puluh berhala yang terbuat dari batu,
kayu, perak, bahkan emas.

Gemar Mabuk dan Berjudi

Bangsa Arab pada masa itu sangat gemar meminum arak. Hampir semua orang adalah peminum kecuali beberapa saja yang dak.
Para pelayan datang membawakan baki dan botol-botol minuman. Orang orang datang berkumpul sambil tertawa.
Para penari datang disambut tepukan dan sorak sorai. Ke ka minuman mulai membuat mereka mabuk, seseorang kembali berseru,
"Bawakan alat alat judi kemari!"

Orang pun membawakan alat-alat judi berupa bilah-bilah kayu dan sebuah kantung kulit. Beberapa ekor unta dipotong, yang kalah berjudi
harus membayar unta-unta tersebut. Selain berjudi dengan memotong unta, mereka juga berjudi dengan bermacam macam cara.

Demikianlah minum sambil berjudi adalah kebiasaan yang amat digemari oleh bangsa Arab saat itu. Bahkan, setelah Nabi Muhammad SAW
mengajarkan Islam, masih banyak pemeluk baru agama Islam yang masih suka meminum arak sampai turunlah perintah Allah yang
berangsur-angsur mengharamkan orang meminum minuman keras.

Barm

Judi memotong unta adalah judi yang paling digemari orang Arab Jahiliyah. Bilah-bilah kayu dikocok dalam kantung dan dibagikan. Orang
yang mendapat undi kosong dinyatakan kalah dan harus membayar unta yang dipotong. Daging unta kemudian dibagikan kepada fakir
miskin. Orang yang dak suka berjudi semacam ini dipandang sebagai seorang kikir, yang biasa disebut barm

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 3
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Perampok Kejam dan Tidak Sopan

Mencuri dan merampok saat itu adalah hal yang biasa. Hanya sebagian kecil saja orang yang dak pernah melakukannya. Perampok pun
bukan cuma mengincar harta dan benda, tetapi juga orang yang dirampok. Perampok biasa menjadikan orang orang yang telah
dirampoknya menjadi tawanan dan budak belian.

Saat itu perilaku bangsa Arab amat kejam, sampai melewa batas perikemanusiaan. Anak-anak perempuannya sendiri mereka bunuh. Ada
yang dikubur hidup hidup ke dalam tanah, ada pula yang ditaruh dalam tong dan diluncurkan dari tempat yang nggi. Mereka malu jika
mempunyai anak perempuan.

Mereka juga suka menyiksa binatang. Jika seseorang ma , keluarganya mengikat unta diatas kuburan dan dak memberikan makan serta
minum sampai si unta ma . Mereka beranggapan unta itu kelak akan menjadi tunggangan si ma .

Musuh yang tertangkap diperlakukan sangat kejam. Mereka biasa mengikat musuh pada seekor kuda dan membiarkan kuda tersebut
berlari sehingga orang yang diikat itu ma terseret-seret. Telinga atau hidung musuh yang kalah dijadikan kalung, serta tengkorak nya
dijadikan tempat minum arak.

Orang jahiliyah juga dak mengenal sopan santun, Mereka biasa berkeliling Ka'bah tanpa memakai pakaian.

Begitulah kebiasaan Orang Orang Arab saat itu.


Mereka adalah bangsa yang maju perdagangannya, pandai membuat perkakas, membuat obat, ahli astronomi, serta mahir bersyair.
Namun mereka juga mempunyai kebiasaan buruk.

Memakan Bangkai Binatang

Dalam urusan makan dan minum pun dak ada yang dilarang. Segala macam binatang boleh dimakan. Binatang yang sudah ma pun
disayat dagingnya, dibakar, dan dimakan. Mereka juga suka meminum darah, binatang, dan makanan darah yang dibekukan.

Muthalib
Suatu hari, Hasyim pergi berdagang menuju Syam. Ke ka melewa Yatsrib, (di kemudian hari disebut Madinah), Hasyim melihat seorang
wanita baik-baik dan terpandang.

"Siapakah wanita itu?" tanya Hasyim kepada orang-orang Yatsrib.

"Dia adalah Salma bin Amr."

"Suaminya telah ada. Kini dia seorang janda."

Mendengar itu, Hasyim melamar Salma dan Salma pun menerimanya. Mereka lalu menikah. Hasyim nggal di Yatsrib beberapa lama.
Ke ka Salma mengandung, Hasyim melanjutkan perniagaannya. Namun, itulah kali terakhir Salma melihat suaminya karena Hasyim dak
pernah kembali lagi. Ia meninggal dunia di Pales na.

Salma melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Syaibah. Sementara itu, sepeninggal Hasyim, kedudukannya sebagai
pemuka masyarakat Mekah dipegang oleh adik Hasyim yang bernama Al Muthalib.
Al Muthalib juga seorang laki-laki terpandang yang dicintai penduduk Mekkah. Orang-orang Quraisy menjulukinya dengan sebutan Al
Fayyadh yang berar Sang Dermawan.
Suatu hari, dia mendengar bahwa Syaibah, keponakannya yang nggal di Yatsrib, sedang tumbuh remaja.

"Aku harus menemuinya," pikir Al Muthalib,


"dia adalah anak kakakku. Dulu ayahnya adalah pemuka Mekah, maka dia harus pulang untuk melanjutkan kekuasaan ayahnya
menggan kan aku."

Ke ka Al Muthalib bertemu Syaibah di Yatsrib, dia tersentak,


"Anak ini benar-benar mirip Hasyim."

"Mari Nak, ikut Paman ke Mekah," peluk Al Muthalib.

"Tetapi, jika ibu dak mengizinkan pergi, aku akan tetap nggal di sini," jawab Syaibah

Syaibah

Nama Syaibah diberikan karena ada rambut pu h (uban) di kepalanya sejak dia kecil. Selain Syaibah, Hasyim telah memiliki empat putra
dan lima putri yang nggal di Mekkah.

ABDUL MUTHALIB

"Tidak. Aku dak akan membiarkannya pergi" jawab Salma.


"Dia buah ha ku satu-satunya. Wajahnya lah yang senan asa mengingatkan aku akan wajah ayahnya".

"Aku juga menyayangi Hasyim", jawab Al Muthalib,


"bukan cuma aku, tetapi penduduk kota Mekah juga menyayanginya. mereka pas akan senang sekali menyambut kedatangan putra
Hasyim. Begitu melihat wajah anak ini, rasa sayangku mbul kepadanya. Seolah-olah aku melihat Hasyim hidup kembali dan berdiri di
hadapanku.
Izinkan aku membawanya pergi. Sesungguhnya Mekah adalah kerajaan ayahnya dan Mekah adalah tanah suci yang di cintai oleh seluruh
bangsa Arab. Tidakkah pantas putramu pergi ke sana dan melanjutkan pemerintahan ayahnya?".

Salma memandang Syaibah dengan mata berkaca-kaca. Ha nya ingin agar putra satu-satunya itu tetap nggal di sisinya. Namun, ia tahu
masa depan Syaibah bukan di Yatsrib, melainkan di Mekkah. Akhirnya, ia pun mengangguk, "Baiklah, kuizinkan ia pergi."

Dengan amat gembira, Al Muthalib mengajak keponakannya itu pulang. Syaibah duduk membonceng unta di belakang pamannya.
Ke ka mereka ba di Mekkah, orang-orang menyangka bahwa anak yang duduk di belakang Al Muthalib adalah budaknya.

"Abdul Muthalib (Budak Al Muthalib)! Abdul Muthalib!" panggil mereka kepada Syaibah.

"Celaka kalian! Dia bukan budakku, dia anak saudaraku, Hasyim!"

Namun, orang-orang telanjur menyebutnya demikian sehingga akhirnya nama Syaibah pun terlupakan. Setelah itu, dia dikenal dengan
nama Abdul Muthalib. Dia kelak menjadi kakek Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬


Bagian 4
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Harta Abdul Muthalib

Setelah tumbuh dewasa, Abdul Muthalib pun menjadi seorang pemuka Mekah sebagaimana Hasyim, bapaknya.

Sementera itu, ke ka Hasyim meninggal, hartanya dikuasai oleh Naufal, adiknya yang terkecil.
Setelah dewasa, Abdul Muthalib hendak meminta harta ayahnya, tetapi Naufal menolak. Abdul Muthalib pun meminta bantuan kerabat
ibunya yang nggal di Yatsrib. Orang-orang Yatsrib mengirimkan 80 pasukan berkuda. Naufal pun ketakutan dan menyerahkan harta
Hasyim kepada Abdul Muthalib

Pada zaman pemerintahannya, Abdul Muthalib melakukan sebuah perbuatan yang akan dikenang orang sepanjang zaman.

Sumber Air Mekah

Abdul Muthalib adalah pengurus air dan makanan bagi tamu-tamu yang datang ke Mekah. Setelah ratusan tahun Sumur Zamzam
ter mbun, air harus didatangkan dari beberapa sumur yang terpencar-pencar di sekitar Mekah.

MENGGALI SUMUR ZAMZAM

Saat itu, Sumur Zamzam telah terkubur dan dilupakan orang selama ratusan tahun. Namun, Abdul Muthalib dak pernah lupa pada sejarah
Mekah, bahwa dulu pernah ada mata air yang menghidupi Mekah, mata air yang memancar keluar oleh kaki Ismail.

"Aku harus menemukannya!" pikir Abdul Muthalib. "Aku harus menemukan kembali Sumur Zamzam yang telah dilupakan orang! Apalagi
aku bertugas menyediakan air dan makanan bagi penduduk Mekah."

Pikiran seper itu dak pernah hilang dari benaknya, "Aku harus menemukannya! Aku harus menemukannya!"

Setelah itu, Abdul Muthalib mengambil tembilang (alat untuk menggali bertangkai panjang) dan memanggil putra satu-satunya, "Harits,
temani ayah mencari dan menggali kembali Sumur Zamzam!"

Harits mengangguk. Kemudian, mereka mulai mencari di mana dulu letak Mata Air Zamzam berada. Setelah beberapa kali mencoba
menggali di beberapa tempat, Sumur Zamzam dak juga ditemukan.

"Ayah, mungkin Sumur Zamzam memang telah hilang," kata Harits.

"Tidak Nak, Ayah yakin Sumur itu masih ada! Kita harus menemukannya! Orang-orang Mekah akan hidup lebih baik jika Sumur Zamzam
ada di tengah kita!"

Dengan gigih keduanya pun terus mencari sumur Zam-Zam.


Orang-orang Quraisy, penduduk asli Mekah, melihat perbuatan mereka dengan heran.

"Mengapa engkau masih terus menggali, Abdul Muthalib? Bukankah dulu nenek moyang kita, Mudzaz bin Amr pernah menggalinya, tapi
dak berhasil?"

Abdul Muthalib menaruh tembilangnya dan duduk.


Ya, ratusan tahun yang lalu Mudzaz bin Amr mertua Nabi Ismail ‫ ﻋﻠ ﻪ ااﺳﻼم‬pernah mencoba menggali Zamzam tapi dak berhasil.
Padahal, saat itu Mudzaz telah mempersembahkan sesaji berupa pedang dan pelana berpangkal emas agar Sumur Zamzam ditemukan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 5
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Bernadzar
Abdul Muthalib bernadzar, "Kalau saja aku mempunyai 10 anak laki-laki, kemudian setelah semuanya dewasa, aku dak memperoleh anak
lagi seper ke ka sedang menggali Sumur Zamzam, maka salah seorang diantara 10 anak itu akan kusembelih di Ka'bah sebagai kurban
untuk Tuhan."

Ternyata takdir memang menentukan demikian. Abdul Muthalib akhirnya mendapat 10 orang anak laki-laki. Setelah semua anak berangkat
dewasa, ia dak memperoleh anak. Dipanggilnya kesepuluh orang anak itu, termasuk si bungsu Abdullah yang amat disayangi dan
dicintainya.

"Aku pernah bernadzar untuk menyembelih salah seorang di antara kalian jika Tuhan memberiku 10 orang anak laki-laki."

Kesepuluh anaknya terdiam. Mereka memahami persoalan itu. Mereka juga melihat kebingungan yang luar biasa di mata ayah mereka
yang berkaca-kaca.

"Namun, aku dak bisa menentukan siapa di antara kalian yang harus kusembelih. Oleh karena, aku berniat memanggil juru qidh untuk
menentukannya."

Di hadapan patung dewa ter nggi Ka'bah, juru qidh (Nanak panah) meminta se ap anak menulis namanya masing-masing di atas qidh.
Kemudian, ia mengocok anak panah tersebut di hadapan berhala Hubal. Nama anak yang keluar adalah Abdullah.

Melihat itu, serentak orang orang Quraisy datang dan melarangnya melakukan perbuatan itu.

"Batalkan keinginanmu, Abdul Muthalib! Mohon ampunlah kepada Hubal supaya kamu bisa membatalkan nadzarmu!"

Sanggupkah Abdul Muthalib menyembelih anak kesayangannya, apalagi dak ada orang yang menyetujui niatnya itu?

Menemukan Zamzam

Malam harinya, dengan tubuh lelah, Abdul Muthalib ter dur. Tiba- ba, dalam dur, dia bermimpi mendengar suara yang bergema
berulang-ulang, "Temukan Sumur Zamzam itu, wahai Abdul Muthalib! Temukan Sumur Zamzam! Temukan!"

Abdul Muthalib terbangun dengan keyakinan dan semangat baru. Esoknya, dia mengajak Harits menggali dan menggali lebih giat.
Rasa heran orang-orang Quraisy yang melihatnya berubah menjadi tawa.

"Kasihan Abdul Muthalib, mungkin dia sudah kehilangan akal sehatnya!" kata mereka satu sama lain.

Suatu saat, ke ka mereka sedang menggali di antara berhala Isaf dan Na'ila, air membersit.

"Air! Harits! Lihat, ada air!" seru Abdul Muthalib saking kagetnya.
"Ayo kita gali terus, Ayah! Ayo gali terus!"

Ke ka mereka menggali lebih dalam, tampaklah pedang-pedang dan pelana emas yang pernah ditaruh oleh Mudzaz bin Amr dahulu.
Melihat penemuan itu, orang-orang Quraisy datang berbondong-bondong.

"Abdul Muthalib, mari kita berbagi air dan harta emas itu!" pinta mereka.

"Tidak! Tetapi, marilah kita mengadu nasib di antara aku dan kamu sekalian dengan permainan qidh (anak panah). Dua anak panah buat
Ka'bah, dua buat aku, dan dua buat kamu. Kalau anak panah itu keluar, dia mendapat bagian. Kalau dak, dia dak mendapat apa-apa."

Usul ini disetujui. Juru qidh mengundinya di tengah-tengah berhala di depan Ka'bah. Ternyata, anak panah Quraisy dak ada yang keluar.
Pemenangnya adalah Abdul Muthalib dan Ka'bah. Oleh karena itu, Abdul Muthalib dapat meneruskan tugasnya mengurus air dan
keperluan para tamu Mekah setelah Sumur Zamzam memancar kembali.

Mengingat beratnya tugas itu. Abdul Muthalib sangat ingin agar dia mempunyai banyak anak laki-laki yang dapat membantunya.

Pedang dan Pelana Emas

Abdul Muthalib memasang pedang-pedang itu di pintu Ka'bah, sedangkan pelana-pelana emas ditaruh di dalam rumah suci itu sebagai
perhiasan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬


Bagian 6
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

TEBUSAN SERATUS UNTA

Dengan mem"baja"kan ha , Abdul Muthalib menuntun Abdullah menuju sebuah tempat di dekat sumur Zamzam yang terletak di antara
dua berhala Isaf dan Na'ila. Di tempat itulah biasanya orang orang Mekah melakukan pengurbanan hewan untuk dewa-dewa mereka.
Namun, masyarakat semakin keras menghalangi Abdul Muthalib melakukan niatnya. Akhirnya, kekerasan ha nya pun luluh.

"Baiklah, tetapi apa yang harus kulakukan agar berhala tetap berkenan kepadaku?"

"Kalau penebusannya dapat dilakukan dengan harta kita, kita tebuslah," kata Mughirah bin Abdullah dari suku Makhzum.

Setelah diadakan perundingan, mereka sepakat menemui seorang dukun di Yatsrib.

"Berapa tebusan kalian?" tanya dukun wanita itu.

"Sepuluh ekor unta."

"Kembalilah ke negeri kalian. Sediakan tebusan 10 ekor unta. Kemudian undi antara unta dan anak itu. Jika yang keluar nama anakmu,
tambahlah jumlah untanya, kemudian undi lagi sampai nama unta yang keluar."

Mereka pulang dengan lega dan segera mengundi dengan anak panah. Ternyata yang keluar adalah nama Abdullah. Mereka menambahkan
tebusan unta dan mengundi lagi. Ternyata, lagi lagi nama Abdullah yang keluar. Demikianlah, Abdul Muthalib menambah dan menambah
terus jumlah unta. Ke ka jumlah unta sudah mencapai 100 ekor, barulah nama unta yang keluar.

"Dewa sudah berkenan," seru orang orang.

"Tidak," bantah Abdul Muthalib. "Harus dilakukan sampai 3 kali."

Akhirnya, setelah 3 kali dikocok, yang keluar adalah nama unta. 100 ekor unta itu pun disembelih dan dibiarkan begitu saja tanpa disentuh
manusia dan hewan karena mereka beranggapan bahwa unta itu untuk dewa.

Keturunan Dua Orang yang Disembelih

Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda,


"Aku adalah anak dua orang yang disembelih."
Yang dimaksud oleh beliau adalah Nabi Ismail nenek moyangnya, dan Abdullah ayahnya.

Si Penguasa Yaman

Saat Abdul Muthalib memimpin Mekah, ada sebuah peris wa dahsyat. Kejadian ini bermula dari Yaman, sebuah negeri yang terletak jauh
di sebelah selatan Mekah. Saat itu, Yaman diperintah oleh seorang penguasa bernama Abrahah Al Asyram.

"Aku dak habis pikir, mengapa se ap tahun seluruh bangsa Arab datang ke tanah Mekah?" seru Abrahah kepada para menterinya.

"Paduka tahu, di sana ada sebuah bangunan bernama Ka'bah. Bangunan tua itu begitu disucikan oleh penduduk Jazirah Arab sehingga
mereka dak dapat berpaling darinya. Ke sanalah mereka pergi beribadah menyembah para dewa sepanjang tahun," jawab salah seorang
menteri.

"Apa is mewanya bangunan tua yang terbuat dari batu kasar itu? Aku ingin negeri kita, Yaman, mempunyai sebuah rumah suci yang akan
membuat bangunan tua di Mekah itu menjadi dak berar lagi dan dilupakan orang!"

"Namun, apa mungkin kita bisa membuat rumah suci baru yang bisa menandingi Ka'bah?"

"Mengapa dak? Buat sebuah gereja yang sangat indah! Hiasi dengan perlengkapan paling mewah yang kita miliki! Gerbang emas, jendela
perak, lantai pualam yang berkilau!
Semuanya! Kerahkan seluruh ahli bangunan! Aku ingin gereja itu selesai dalam waktu singkat!"

Tidak lama kemudian, berdirilah sebuah gereja seindah yang diinginkan Abrahah. Sang Penguasa Yaman itu mengunjunginya dengan rasa
puas.

"Lihat, dak lama lagi, seluruh orang Arab akan datang ke sini!"
kata Abrahah kepada bawahannya,
"bahkan orang orang Mekah akan melupakan rumah tua mereka begitu melihat bangunan seindah ini!"

Bendungan Ma'rib

Penduduk asli Yaman adalah kaum Saba. Sebelum datangnya Islam, negeri Yaman telah terkenal dengan kemajuan teknologi bangunannya.
Salah satu bangunan yang amat terkenal adalah Bendungan Raksasa Ma'rib. Ke ka bangunan ini jebol, banjir besar melanda daerah
sekitarnya sehingga para penduduk terpaksa pindah ke negeri lain.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 7

Penyerbuan

Ternyata, apa yang diharapkan Abrahah dak terjadi. Orang-orang Arab sudah sangat mencintai rumah purba Ka'bah sehingga mereka
dak dapat berpaling ke rumah suci yang lain, betapa pun indahnya bangunan itu dibuat. Orang-orang Arab merasa ziarah mereka dak
sah jika dak mengunjungi Ka'bah. Bahkan, penduduk Yaman sendiri dak mengindahkan rumah suci baru itu. Seper biasa, mereka tetap
berbondong-bondong berziarah ke Mekah.

"Tidak ada jalan lain!" geram Abrahah.

"Gerakkan pasukan gajah kita! Serbu dan hancurkan Ka'bah! Aku sendiri yang akan memimpin! Jika bangunan tua itu hancur dan rata
dengan tanah, orang orang Arab dak akan punya pilihan lain selain datang ke tempat kita!"

Sang Penguasa Yaman memang ditaku orang karena pasukan gajah yang dimilikinya. Abrahah sendiri naik di atas gajah yang paling besar
dan kuat.

"Maju!" perintahnya.

Terompet pun membahana dan bumi seolah-olah pecah oleh gemuruh pasukan yang maju ke medan perang.
Mendengar keberangkatan pasukan ini untuk menghancurkan Ka'bah, penduduk Jazirah Arab terkejut. Walaupun tahu pasukan Abrahah
begitu kuat, jiwa kepahlawanan orang-orang Arab menjulang nggi di hadapan musuh.

Dzu Nafar, seorang bangsawan Arab, mengerahkan masyarakatnya untuk menahan gerak maju Abrahah. Akan tetapi, ia dikalahkan dan
ditawan.

Nufail bin Habib Al Khath'ami memimpin pasukan Kabilah Syahran dan Nahis. Namun, ia juga dikalahkan dan dijadikan penunjuk jalan
pasukan Abrahah.

Al Qullayus

Al Qullayus adalah nama gereja yang dibangun Abrahah agar orang dak lagi pergi ziarah ke Mekah, tetapi ke gereja ini. Mengetahui
maksud Abrahah ini, bangsa Arab marah karena kecintaan mereka pada Ka'bah sudah mendarah daging.

Sementara itu, seseorang dari suku Kinani malah pergi memasuki Al Qullayus dan membuat kerusakan di dalamnya. Peris wa inilah yang
memicu Abrahah untuk menghancurkan Ka'bah.

Sikap Penduduk Mekah

"Kita lawan mereka, Abdul Muthalib! Berikan peringatan kepada se ap orang untuk bertempur!"

Orang-orang Quraisy di Mekah panik. Mereka meminta pendapat Abdul Muthalib untuk bertempur. Abdul Muthalib tahu, sekeras apa pun
mereka melawan, semuanya akan sia-sia. Pasukan Mekah akan ditaklukkan. Karena itu, ia menjawab dengan bijak,

"Tidak, kita dak akan mampu. Seorang utusan Abrahah telah ba dan menyampaikan keterangan bahwa Abrahah dak akan memerangi
kita. Abrahah hanya ingin menghancurkan Ka'bah. Kita akan selamat jika dak menghalanginya. Aku sarankan semua orang pergi
mengungsi ke gunung-gunung di sekeliling kota."

Abdul Muthalib kemudian mendatangi markas Abrahah bersama beberapa orang pemuka Mekah.
"Kembalikan unta-unta kami yang dirampas pasukanmu," kata Abdul Muthalib kepada Abrahah.

"Akan kukembalikan unta-unta itu! Apakah ada hal lain yang engkau minta?" tanya Abrahah.

"Urungkan niatmu untuk menghancurkan Ka'bah. Jika engkau mau, kami akan berikan seper ga harta dari daerah Tihama yang subur."

Abrahah menggeleng, "Tidak."

"Kalau begitu, kami serahkan pengamanan Ka'bah kepada Tuhan pemilik Ka'bah!" jawab Abdul Muthalib, lalu dia pergi.

Kini kota Mekah kosong. Penduduknya telah mengungsi. Jalan lebar terbuka bagi Abrahah untuk menghancurkan Ka'bah yang letaknya
sudah di depan mata.
Tidak ada yang mampu menghalangi kekuatan sebesar itu

Catatan

Abrahah Al Asyram

Abrahah Al Asyram bukanlah penduduk asli Yaman. Ia datang dari negeri Habasyah di Afrika, kemudian menduduki Yaman.
70.000 pasukan Habasyah yang dipimpin Aryath berhasil mengalahkan Yaman. Akan tetapi, Aryath kemudian dibunuh oleh Abrahah. Sejak
itulah Abrahah memerintah Yaman.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 8

Kehancuran Abrahah

Allåhlah yang melindungi rumah suci-Nya. Ke ka pasukan Abrahah bergerak mendekat, gajah Abrahah berhen . Sekeras apa pun Abrahah
memukulinya, gajah itu tetap duduk tenang, bahkan akhirnya berusaha berjalan lagi ke arah Yaman.

"Maju! Maju! Apa yang terjadi padamu?" bentak Abrahah pada tunggangannya.
"Dalam berbagai medan pertempuran, belum pernah kamu mengecewakan aku seper ini! Kamu bahkan tampak ketakutan! Ada apa
sebenarnya?"

"Paduka! Ada yang datang dari arah laut!" teriak seorang prajurit sambil menunjuk-nunjuk panik.

Saat itulah, dari arah laut, Allah mengirim kawanan burung yang kepakan sayapnya menutupi sinar matahari seper iringan awan mendung
yang bergerak cepat. Burung-burung itu menjatuhkan batu-batu menyala ke arah pasukan gajah. Dengan panik se ap orang berusaha
menyelamatkan diri, tetapi sia-sia. Semua orang, termasuk Abrahah, ma .
Peris wa ini Allah abadikan dalam *surat Al Fil* :

‫ﺎب اﻟ ِﻔ ِﻞ‬ َ ْ َ ‫ْ ََ ْ َ َ َ َ َﱡ‬


ِ ‫أﻟﻢ ﺗﺮ ﻛ ﻒ ﻓﻌﻞ ر ﻚ ِ ﺄﺻﺤ‬

Apakah kamu dak memperha kan bagaimana Tuhanmu telah ber ndak terhadap tentara bergajah?
Surah Al-Fil (105:1)
ْ َ ُ َ
‫أﻟ ْﻢ َ ْﺠ َﻌ ْﻞ ﻛ ْ ﺪﻫ ْﻢ ِ ﺗﻀ ِﻠ ٍﻞ‬

Bukankah Dia telah menjadikan pu daya mereka (untuk menghancurkan Ka´bah) itu sia-sia?
Surah Al-Fil (105:2)
َ َ
‫َوأ ْر َﺳ َﻞ ﻋﻠ ْﻴ ِﻬ ْﻢ ﻃ ْ ا أ َ ِﺎﺑ َﻞ‬

dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,


Surah Al-Fil (105:3)

‫ﻴﻬ ْﻢ ِ ِﺤ َﺠ َﺎرٍة ِﻣ ْﻦ ِﺳ ﱢﺠ ٍﻞ‬ َْ


ِ ‫ﺗﺮ ِﻣ‬

yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
Surah Al-Fil (105:4)

‫ﻮل‬ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ
ٍ ‫ﻓﺠﻌﻠﻬﻢ ﻛﻌﺼ ٍﻒ ﻣﺄ‬

lalu Dia menjadikan mereka seper daun-daun yang dimakan (ulat).


Surah Al-Fil (105:5)

Wabah Penyakit

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dibawa burung itu adalah kuman kuman wabah penyakit cacar. Dalam beberapa hari saja
seluruh pasukan ma dengan tubuh rusak seper daun dimakan ulat.
Abrahah berhasil kembali ke Yaman, tetapi dak lama setelah itu ia pun ma seper pasukannya.

Kembali ke Mekah

Abdullah bin Abdul Muthalib dak jadi disembelih karena telah ditebus ayahnya dengan 100 ekor unta.

Abdullah adalah pemuda yang berwajah tampan. Kegagahan parasnya banyak menarik perha an gadis-gadis Mekah. Apalagi setelah
mereka tahu bahwa nyawa Abdullah telah ditebus dengan 100 ekor unta, suatu jumlah yang luar biasa yang dak pernah dialami seorang
pun sebelumnya. Walaupun banyak gadis yang berusaha menggodanya, kesopanan Abdullah tetap terjaga.

Gadis yang Meminang

Setelah penebusan Abdullah, Abdul Muthalib menggandeng tangan putranya menuju rumah Wahb bin Abdul Manaf. Wahb mempunyai
seorang putri bernama Aminah. Abdul Muthalib sudah sepakat dengan Wahb untuk menikahkan putra-putri mereka.

Namun, di tengah jalan, seorang gadis can k menegur Abdullah, "Engkau akan pergi ke mana, wahai Abdullah?"

"Aku akan pergi bersama ayahku."

Tanpa memedulikan Abdul Muthalib, gadis itu berkata, "Kulihat engkau memang dituntun ayahmu, tak ubahnya seper seekor unta yang
akan disembelih. Demi engkau, aku akan menerimamu jika engkau mau menikahi diriku sekarang juga."

Abdullah terperangah. Ia menatap gadis itu dengan gugup.

"Siapakah gadis ini? Pikir Abdullah, "dilihat dari pakaiannya yang dipenuhi perhiasan mahal, ia pas seorang gadis bangsawan. Matanya
yang hitam memancarkan sinar yang teduh seper yang biasa dimiliki gadis-gadis berperangai lemah lembut dan penuh kasih sayang. Apa
yang harus kukatakan kepadanya?"

Ke ka Abdullah menoleh kepada ayahnya, dilihatnya Abdul Muthalib memberi isyarat agar Abdullah terus melangkah dan dak
menggubris sang gadis .

"Aku bersama ayahku." Aku tak kuasa menolak kehendaknya dan berpisah dengannya.

Abdullah kembali berjalan bersama ayahnya. Ha nya dipenuhi rasa iba dan simpa kepada gadis yang di nggalkannya.
Hari itu juga, Abdul Muthalib datang ke rumah Wahb bin Abdul Manaf. Mereka sepakat menjodohkan Abdullah dengan Aminah.

Keesokan harinya, Abdullah bertemu lagi dengan gadis yang kemarin. Abdullah menyapanya, "Mengapa engkau dak menyapaku seper
kemarin?"

Gadis itu menjawab dengan ketus, "Sinar berseri-seri yang kemarin kulihat pada wajahmu sudah dak ada lagi. Karena itu, sekarang aku
sudah dak membutuhkanmu!"

Sinar Kenabian

Sinar berseri-seri yang dilihat sang gadis pada wajah Abdullah menurut sebagian ahli sejarah adalah sinar kenabian yang akan diturunkan
Abdullah kepada putranya.
Ke ka Abdullah sudah dijodohkan dengan Aminah, maka gadis itu sudah dak bisa lagi berharap akan memiliki putra yang kelak menjadi
nabi.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬


Bagian 9
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Pernikahan Abdullah dengan Aminah

Allah sudah menentukan bahwa jodoh yang paling tepat untuk Abdullah adalah Aminah bin Wahb. Aminah adalah gadis yang paling baik
keturunan dan kedudukannya di kalangan suku Quraisy.

Musim semi tahun 570 Masehi pun ba. Batang-batang gandum di Yaman tumbuh menjulang nggi. Dedaunan kurma di kota Tha'if
kembali bersemi. Sementara itu, padang-padang rumput dipenuhi harum bunga-bunga yang tumbuh di kebun-kebun.

Bagi penduduk Mekah, musim semi adalah tanda kebebasan dan dimulainya lagi perdagangan musim panas ke Syria. Abdullah pun berniat
pergi musim ini.

"Kanda, sebenarnya ha ku sangat berat melepas kepergianmu. Entah mengapa ha ku dilipu kekhawa ran dan kegelisahan. Aku bahkan
berharap dapat menemukan suatu alasan untuk menahan kepergianmu," keluh Aminah kepada suaminya.

Abdullah tersenyum menentramkan, "Ha ku pun terasa ter nggal di sini, Dinda. Aku tahu begitu besar rasa sayangmu kepadaku sehingga
engkau berharap dapat terus berada di sisiku."

"Bukan cuma itu, damai rasanya berada di sampingmu, Kanda."

Abdullah mengangguk, "Tetapi Dinda, kini di dalam perutmu ada bayi kita. Kau tahu aku adalah pemuda tak berada. Saat ini, kita hanya
mempunyai lima ekor kambing perah. Selain itu, tak ada lagi kekayaan yang dapat menghidupi kita berdua selain sedikit kurma dan daging
kering. Karena itu, inilah saatnya bagiku untuk pergi berniaga dan menambah penghasilan kita."

Aminah terpaksa mengangguk menerima kenyataan itu. Ia memandang kepergian Abdullah dengan sendu, seolah itu adalah de k-de k
terakhir ia dapat melihat wajah suaminya.

Hamzah bin Abdul Muthalib

Pada hari pernikahan Abdullah dengan Aminah, Abdul Muthalib pun menikahi sepupunya yang bernama Hala. Dari perkawinan ini, lahirlah
Hamzah, paman Rasulullah yang seusia dengan beliau.

Abdullah Meninggal

Bersama kafilah dagang, Abdullah ba di Gaza. Kemudian, dalam perjalanan pulang, ia singgah di Yatsrib. Di sana, ia nggal bersama
saudara-saudara ibunya. Namun, ke ka kawan-kawannya dari Mekah hendak mengajaknya pulang, Abdullah jatuh sakit.

"Rasanya, aku takkan kuat menempuh perjalanan pulang," kata Abdullah kepada kawan-kawannya. "Kalian berangkatlah dan sampaikan
pesan kepada ayahku bahwa aku jatuh sakit."

Kawan-kawannya mengangguk, "Akan kami sampaikan pesanmu. Baik-baiklah engkau di sini."

Kafilah Mekah pun beranjak pulang. Ke ka ba di rumah, mereka menyampaikan pesan Abdullah kepada Abdul Muthalib.

"Harits!" panggil Abdul Muthalib kepada putra sulungnya. "Pergilah ke Yatsrib. Lihatlah keadaan adikmu. Jika sudah sembuh, jemputlah ia
pulang."

Harits pun segera berangkat. Ke ka ba di rumah paman-pamannya di Yatsrib, yang ditemuinya adalah wajah-wajah duka.

"Abdullah telah meninggal," kata mereka kepadanya, "mari, kami antar engkau ke pusaranya."

Harits pun menyampaikan berita sedih itu ke Mekah. Melelehlah air mata di pipi Abdul Muthalib. Namun, kesedihan yang paling berat
dirasakan oleh Aminah. Apalagi di saat itu ia tengah menan kan kelahiran bayinya.

"Selamat jalan, Kanda," isak Aminah, "hilanglah seluruh kebahagiaan hidupku bersamamu. Kini, nggallah aku yang hidup untuk
membesarkan bayi kita."

Tidak lama lagi, bayi Aminah akan lahir. Bayi yang kelak ditakdirkan Allah menjadi orang besar yang mengubah jalannya sejarah dunia.

Peninggalan Abdullah
Saat meninggal, Abdullah meninggalkan lima ekor unta, sekelompok ternak kambing, dan seorang budak perempuan bernama Ummu
Aiman yang kelak menjadi pengasuh Rasulullah. Nama aslinya adalah Barokah. Ia berasal dari Habasyah.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬


Bagian 10
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Kelahiran Muhammad ‫ﷲ ﻋﻠ ﻪ وﺳﻠﻢ‬ ‫ﺻ‬

Pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabiul Awwal pada tahun yang sama dengan penyerbuan Abrahah (tahun gajah), Aminah melahirkan
seorang bayi laki-laki. Saat itu bertepatan dengan bulan Agustus tahun 570 Masehi. (Sebagian pendapat mengatakan bahwa Aminah
melahirkan pada tanggal 20 atau 21 April tahun 571 Masehi).

Aminah mengutus seseorang sambil berkata, "Pergilah kepada Abdul Muthalib dan katakan, 'Sesungguhnya telah lahir bayi untukmu. Oleh
karena itu, datang dan lihatlah '."

Abdul Muthalib bergegas datang. Ke ka mengambil bayi itu dari pelukan Aminah, dadanya bergemuruh dipenuhi rasa sayang.

"Kehadiranmu mengingatkan aku kepada ayahmu. Sungguh, di ha ku kini dirimu hadir sebagai penggan Abdullah."

Dengan penuh rasa syukur, orangtua itu menggendong cucunya berthawaf, mengelilingi Ka'bah. Kali ini dak kepada berhala, tetapi kepada
Allah. Abdul Muthalib berdoa dan bersyukur.

"Aku memberimu nama Muhammad," kata Abdul Muthalib.

Muhammad berar terpuji, sebuah nama yang dak umum di kalangan masyarakat Arab, tetapi cukup dikenal.

Kemudian, ia memerintahkan orang untuk menyembelih unta dan mengundang makan masyarakat Quraisy.

"Siapa nama putra Abdullah, cucumu itu?" tanya seseorang kepada Abdul Muthalib.

"Muhammad"

"Mengapa dak engkau beri nama dengan nama nenek moyang kita?"

"Kuinginkan ia menjadi orang yang terpuji, bagi Tuhan di langit dan bagi makhluk-Nya di bumi," jawab Abdul Muthalib.

Cahaya Aminah

Ke ka Aminah mengandung Nabi Muhammad, ia melihat seberkas sinar keluar dari perutnya dan dengan sinar tersebut ia melihat istana-
istana Busra di Syam.

Saat itu di kalangan bangsawan Arab sudah berlaku tradisi yang baik, yakni mereka mencari wanita-wanita desa yang bisa menyusui anak-
anaknya.

Anak-anak disusukan di pedalaman agar terhindar dari penyakit, memiliki tubuh yang kuat dan agar dapat belajar bahasa Arab yang murni
di daerah pedesaan.

Tidak lama kemudian ke Mekah datanglah serombongan wanita dari kabilah bani Sa'ad mencari bayi untuk disusui. Di antara mereka ada
seorang ibu bernama Halimah bin Abu Dzu'aib.

"Suamiku," Panggil Halimah "tahun ini sungguh tahun kering tak ada tersisa sedikit pun hasil panen di kampung halaman kita. Lihat unta
tua kita dak lagi menghasilkan susu sehingga anak-anak menangis pada malam hari karena lapar."

"Semoga kita mendapat bayi seorang bangsawan kaya yang dapat memberi kita upah yang layak untuk menanggulangi kesengsaraan ini,"
jawab sang suami.

Namun harapan mereka tak terkabul, hampir semua bayi bangsawan kaya telah diambil oleh teman-teman serombongan mereka. Hanya
ada satu bayi dalam gendongan ibunya yang mereka temui.
"Namanya Muhammad" kata Aminah kepada pasangan tersebut "ia anak ya m nggal aku dan kakeknya yang merawatnya." Halimah dan
suaminya, Al-Harits bin Abdul Uzza saling berpandangan.

Mereka enggan menerima anak ya m karena dak ada Ayah yang dapat memberi mereka upah yang layak. Pasangan tersebut menggeleng
dan pergi mencari bayi lain, Aminah memandangi bayi dalam dekapannya dengan sendu. Se ap wanita Bani Saad yang mendapat tawaran
untuk menyusui Muhammad, selalu menolaknya karena anak ya m.

Tsuwaibah

Sebelum kedatangan para wanita Bani sa'ad, Muhammad disusui Tsuwaibah budak perempuan Abu Lahab.
Hanya beberapa hari Muhammad disusui oleh Tsuwaibah.

Akan tetapi, di kemudian hari, di sepanjang hidupnya Muhammad selalu memperlakukan Tsuwaibah dengan baik.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 11
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Halimah

Ke ka Halimah dan Harits kembali ke rombongan, mereka melihat semua kawan mereka telah mendapatkan bayi untuk dibawa pulang dan
disusui.

Melihat itu, Halimah berkata kepada suaminya,


"Demi Allah, aku tak ingin mereka melihatku pulang tanpa membawa bayi. Demi Allah, aku akan pergi kepada anak ya m itu dan
mengambilnya."

"Tidak salah kalau engkau mau melakukannya. Semoga Allah memberi kita keberkahan melalui anak ya m tersebut."

Akhirnya Halimah dan suaminya kembali menemui Aminah dan membawa Muhammad ke dusun mereka. Aminah melepas bayinya itu
dengan perasaan lega bercampur sedih. Lega karena akhirnya ada yang mengasuh Muhammad, sedih karena harus berpisah dengannya
selama dua tahun ke depan.

"Pergilah, Nak. Ibu menunggumu di sini," bisik Aminah dengan pipi yang hangat dialiri air mata.

Tatkala menggendong Muhammad, Halimah keheranan, "Aku dak merasa repot membawanya, seakan-akan dak bertambah beban."

Kemudian, Halimah menyusui Muhammad.

"Lihat, bayi ini menyusu dengan lahap," kata Halimah kepada suaminya.

Setelah menyusui Muhammad, Halimah menyusui bayinya sendiri. Bayi itu juga menyusu dengan lahap. Setelah itu, Muhammad dan bayi
Halimah ter dur dengan lelap.

"Anak kita dur dengan lelap," bisik Halimah kepada suaminya, "padahal, sebelumnya kita hampir dak bisa dur karena ia rewel terus
sepanjang malam."

Malam itu, keduanya bertambah heran karena unta tua mereka ternyata kini menghasilkan susu.

"Engkau tahu, Halimah. Sebelum ini unta tua kita dak menghasilkan susu setetes pun," gumam Harits.

Suami istri itu meminum air susu unta sampai kenyang.

"Malam ini benar-benar malam yang indah, " kata Halimah kepada Harits, "bayi kita ter dur lelap dan kita pun bisa beris rahat dengan
perut kenyang."

"Demi Allah, tahukah engkau Halimah, engkau telah mengambil anak yang penuh berkah."
"Demi Allah, aku pun berharap demikian."

Kebanggaan Rasulullah

Lingkungan di Bani Sa'ad benar-benar sangat murni. Kelak Rasulullah pun dapat berkata dengan bangga, "Aku adalah keturunan Arab yang
paling tulen. Sebab aku anak suku Quraisy yang menyusui di Bani Sa'ad bin Bakr."
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Keberkahan

Keberkahan yang dibawa Muhammad kecil dak berhen sampai di situ.


Ke ka dalam perjalanan kembali ke dusun Bani Sa'ad, terjadi hal yang mengherankan.

"Suamiku, dakkah engkau melihat hal yang aneh pada keledai tungganganku?" tanya Halimah.

"Saat kita pergi, keledai ini berjalan pelan sekali," Harits menanggapi, "tetapi, kini ia dapat berjalan cepat seolah tak kenal lelah. Padahal,
beban yang dibawanya cukup berat."

Keledai itu berjalan cukup cepat sehingga bisa menyusul dan melewa rombongan wanita Bani Sa'ad lainnya yang telah berjalan lebih
dulu.

"Halimah putri Abu Dhu'aibi!" panggil para wanita itu keheranan, "tunggulah kami! Bukankah ini keledai yang engkau tunggangi saat kita
pergi?"

"Demi Allah, begitulah," balas Halimah, "ini memang keledaiku yang dulu."

"Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah perkasa!"

Ke ka ba di rumah, Halimah dan Harits tambah terkejut.

"Sepetak tanah kita!" bisik Halimah tak percaya.

"Sepetak tanah kita ini jadi begitu hijau dan subur! Padahal, saat kita berangkat, tak ada sepetak tanah pun yang lebih gersang dari ini!"

"Domba-domba juga!" seru Harits, "domba domba kita jadi gemuk dan susunya penuh. Kini kita dapat memerah dan meminum susu
mereka se ap hari."

Begitulah keberkahan yang mereka terima selama mengasuh Muhammad. Namun, dua tahun pun berlalu, kini ba saatnya
mengembalikan Muhammad kepada ibunya.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 12
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Muhammad Kembali Ke Dusun

Halimah dan suaminya mengembalikan Muhammad kepada Aminah. Alangkah bahagianya Aminah bertemu lagi dengan putra tunggalnya
itu.

"Lihat! Kini engkau tumbuh menjadi anak yang tegap dan sehat!" ujar Aminah.

Aminah memandang Halimah dan suaminya dengan mata berbinar-binar penuh rasa terimakasih," Kalian telah merawat Muhammad
dengan baik, bagaimana aku harus berterimakasih?"
Halimah dan suaminya berpandangan dengan gelisah. Sebenarnya mereka merasa berat berpisah dengan Muhammad. Mereka amat
menyayangi anak itu. Selain itu, sejak Muhammad datang, kehidupan mereka dipenuhi keberkahan.

"Kami cuma berharap andaikan saja engkau sudi membiarkan anak ini tetap bersama kami hingga menjadi besar. Sebab, aku khawa r ia
terserang penyakit menular yang kudengar kini sedang mewabah di Mekah," pinta Halimah.

Aminah menyadari bahwa yang mereka pinta dan katakan ada benarnya, tetapi ha nya bimbang karena hampir tak sanggup berpisah lagi
dengan putranya. Ke ka, Abdul Muthalib datang. Bangga sekali ia melihat pertumbuhan cucunya yang begitu bagus di daerah pedalaman,
maka ia berkata:

"Aku ingin Muhammad kembali ke Dusun Bani Sa'ad sampai ia berusia lima tahun," kata Abdul Muthalib, "agar ia di situ belajar berkata-
kata dan telinganya terbiasa mendengarkan bahasa Arab yang murni dengan fasih pula."

Aminah menger bahwa ia harus kembali melepas Muhammad demi masa depan putranya sendiri.

"Beri aku waktu beberapa hari bersama putraku, setelah itu bolehlah kalian membawanya kembali," kata Aminah.

Akhirnya, Muhammad pun dibawa kembali ke dusun Bani Sa'ad. Namun, di sana ia mengalami sebuah peris wa yang sangat
mengguncangkan.
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Pembelahan Dada

Peris wa itu terjadi dak lama setelah keluarga Halimah kembali ke pedalaman. Saat itu umur Muhammad belum lagi genap ga tahun.
Hari itu, Muhammad kecil ikut menggembalakan kambing bersama saudara-saudaranya. Tiba- ba salah seorang putra Halimah datang
berlari-lari sambil menangis.

"Ada apa?" Tanya Halimah dan suaminya panik.

"Saudaraku yang dari Quraisy itu! Dia diambil oleh seorang laki-laki berbaju pu h. Dia dibaringkan. Perutnya dibelah sambil dibalik-
balikkan!"

Halimah dan Harits segera berlari mencari Muhammad. Mereka menemukan anak itu sedang sendiri. Wajah Muhammad pucat pasi.
Halimah dan suaminya memperha kan wajah Muhammad baik-baik.

"Apa yang terjadi padamu, Nak?" tanya mereka.

"Aku didatangi oleh seorang laki-laki berpakaian pu h. Aku dibaringkan lalu perutku dibedah. Mereka mencari sesuatu di dalamnya. Aku
tak tahu apa yang mereka cari."

Tanpa bertanya lagi Halimah segera membawa Muhammad pulang. Ha nya dipenuhi kecemasan.

"Aku takut Muhammad didatangi dan digoda oleh jin" kata Halimah kepada suaminya.

"Lebih baik kita membawanya kembali ke Mekah," jawab Harits

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 13
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Percakapan dengan Aminah

Karena kejadian itu, Halimah kembali ke Mekah dan menyerahkan Muhammad kepada ibunya. Aminah menerima kedatangan mereka
dengan rasa heran,

"Mengapa engkau mengantarkannya kepadaku, wahai ibu susuan? Padahal sebelumnya engkau meminta ia nggal denganmu?"

"Ya," jawab Halimah,


"Allah telah membesarkan Muhammad. Aku sudah menyelesaikan apa yang menjadi tugasku. Aku merasa takut karena ada banyak
kejadian terjadi padanya. Jadi, ia aku kembalikan kepadamu seper yang engkau inginkan."

"Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Aminah, "berkatalah dengan benar kepadaku."

Halimah terdiam sejenak, lalu bercerita dengan rasa berat, "Ada dua orang berbaju pu h membawanya ke puncak bukit. Mereka
membelah dan mengeluarkan sesuatu dari dalam dadanya."

Setelah berkata demikian, Halimah mengangkat wajahnya memandang Aminah, tetapi ia terkejut melihat wajah Aminah demikian tenang.

"Apakah engkau takut setanlah yang mengganggunya?" tanya Aminah.

Halimah mengangguk,

"Itulah sebenarnya yang membuatku khawa r sehingga cepat-cepat mengembalikannya kepadamu."

Aminah menarik napas.

"Demi Allah," katanya,

"Setan dak akan mendapatkan jalan untuk masuk ke dalam jiwa Muhammad. Sesungguhnya, anakku akan menjadi orang besar di
kemudian hari. Ke ka aku mengandungnya, aku melihat sinar keluar dari perutku. Dengan sinar tersebut aku bisa melihat istana-istana
Busra di Syam menjadi terang-benderang.
Demi Allah, aku belum pernah melihat orang mengandung yang lebih ringan dan lebih mudah seper yang kurasakan. Ke ka aku
melahirkannya, ia meletakkan tangannya di tanah dan kepalanya menghadap ke langit."

Halimah mendengar semua itu dengan takjub. Aminah menyentuh tangan Halimah dan berkata lembut,

"Biarkan ia bersamamu dan pulanglah dengan tenang."

Muhammad kecil pun kembali dibawa pulang. Namun, lagi-lagi terjadi sebuah peris wa yang akhirnya membuat Halimah benar-benar
kawa r dan mengembalikan Muhammad kepada ibunya.
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Orang-Orang Habasyah

"Kak, tunggu!" seru Muhammad sambil berlari menuruni bukit. Saat itu, usia Muhammad sudah 5 tahun. Ia sedang berlari mengejar
saudara-saudaranya, yaitu anak-anak Halimah. Mereka sedang menggembala kambing.

"Ayo Muhammad kejar kami kalau bisa!" ujar Syaima, anak perempuan sulung Halimah sambil tertawa.

Anak-anak itu terus bermain. Diam-diam, ada beberapa orang Nasrani dari Habasyah sedang memerha kan mereka.

"Lihat, Kak! Itu Ibu datang!" seru Muhammad.

Anak-anak menoleh. Mereka memekik senang melihat Halimah datang menjemput.


Namun, wajah Halimah tampak khawa r. Ia mencurigai beberapa bayangan yang sedang mengintai sambil berbisik-bisik di kejauhan.
Ha nya makin berdebar ke ka orang-orang Habasyah itu datang mendekat. Tanpa memedulikan dirinya, mereka langsung mendeka
Muhammad.

"Paman mau apa?" tanya Muhammad.

"Berbaliklah, Nak! Kami ingin melihat punggungmu!" perintah salah seorang dari mereka.

Muhammad membalikkan badan, lalu orang-orang Habasyah itu saling pandang dengan wajah terkejut. Tanpa berkata apa-apa lagi,
mereka berbalik ke tempat semula dan kembali berunding berbisik-bisik.

"Kalian bermainlah lagi, Ibu akan mencari tahu apa yang mereka bicarakan!" kata Halimah kepada Muhammad dan saudara-saudaranya.

Diam-diam, Halimah mendeka tempat orang-orang Habasyah itu berada dan terkejut mendengar apa yang mereka katakan,

"Kita harus merampas anak ini dan membawanya kepada raja di negeri kita. Kita telah mengetahui seluk beluk tentang dia! Ada tanda di
punggungnya yang meramalkan anak ini kelak akan menjadi orang besar."
Diam-diam, Halimah menjauh,

"Aku harus melarikan Muhammad dari mereka sekarang juga!"

Tanda-Tanda Rasul Terakhir pada Injil

Orang-orang Nasrani Habasyah itu tahu bahwa seorang Rasul terakhir akan dibangkitkan dan mereka diperintahkan mengiku nya seper
yang tertera pada Injil di bagian Kitab Ulangan (18): 15-22,
"Bahwa seorang Nabi di antara kamu, dari antara segala saudaramu dan yang seper aku ini, yaitu akan dibangkitkan oleh Tuhan Allah-mu
bagi kamu, maka dia haruslah kamu dengar."
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Muhammad Menghilang

Halimah cepat-cepat mengajak Muhammad pergi, namun dari kejauhan orang-orang Habasyah itu terlihat bergegas mengiku mereka.
Untunglah Halimah mengenal daerah itu dengan baik, sehingga mereka bisa melepaskan diri dari kejaran orang-orang Habasyah walaupun
dengan susah payah.

Tidak berapa lama kemudian, Halimah berkemas menyiapkan Muhammad untuk segera kembali ke Mekah.
Sedih sekali Muhammad harus berpisah dengan saudara-saudaranya. Syaima, Unaisah, dan Abdullah.

"Muhammad, jangan lupakan kami ya?" pinta Syaima dengan mata berkaca-kaca.

Muhammad mengangguk sambil memeluk mereka satu persatu. Kemudian, berangkatlah Muhammad meninggalkan dusun Bani Sa'ad
dengan semua kenangan indah yang dak akan pernah hilang dari benaknya seumur hidup.

Halimah mengelus kepala Muhammad penuh sayang,


"Bergembiralah, Muhammad. Engkau akan berjumpa dengan ibu dan kakekmu."

Mekah pada malam hari sangat ramai ke ka mereka ba. Saat melalui kerumunan orang itulah, Muhammad terpisah dan hilang. Halimah
kebingungan. Ia takut orang-orang Habasyah itu diam-diam masih mengiku mereka dan mengambil kesempatan ini untuk menculik
Muhammad.

Sambil menangis, Halimah mendatangi Abdul Muthalib, "Sungguh, pada malam ini, aku datang dengan Muhammad, namun ke ka aku
melewa Mekah Atas, ia menghilang dariku. Demi Allah, aku dak tahu di mana kini ia berada."

Setelah memerintahkan orang untuk mencari, Abdul Muthalib berdiri di samping Ka'bah, lalu berdoa kepada Allah agar Dia mengembalikan
Muhammad kepadanya.
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 14
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Bertemu Kakek dan Ibunda

Tidak lama kemudian, datanglah seseorang bernama Waraqah bin Naufal dan seorang temannya dari Quraisy. Keduanya menyerahkan
Muhammad kepada Abdul Muthalib,

"Ini anakmu, kami menemukannya di Mekah Atas."

Alangkah lega dan gembiranya Abdul Muthalib.

"Cucuku!" katanya sambil mendekap Muhammad.


Abdul Muthalib memperha kan cucunya dengan wajah berseri-seri, "Apakah kamu mau kakek ajak menunggangi unta yang hebat?"

"Mau. Tetapi, mana untanya kek?"

Sambil tertawa, orang tua itu mengangkat Muhammad dan mendudukkannya di atas bahu.

"Kau kini telah menduduki untanya, Nak! Ha....ha....ha...."

"Wah, unta hebatnya kok sudah tua ya Kek?"

"Biar tua, tapi ini unta yang hebat, cucuku! Lihat unta ini mampu mengajakmu berthawaf mengelilingi Ka'bah."

Abdul Muthalib membawa Muhammad berthawaf di Kabah. Setelah itu ia memintakan perlindungan Tuhan untuk cucunya itu dan
mendoakannya.

"Mari kita menemui ibumu sekarang," ajak Abdul Muthalib.

Alangkah senangnya anak dan ibu itu ke ka mereka saling bertemu. Walaupun demikian, tersisip kesedihan di ha Muhammad ke ka ia
melepas Halimah As Sa'diyah, ibu susu yang selama ini telah merawatnya dengan limpahan kasih yang demikian besar.

"Selamat nggal Muhammad. Jadilah orang besar seper yang pernah dikatakan ibumu," kata Halimah sambil beranjak pergi.

Sampai dewasa, Muhammad dak pernah memutuskan tali silaturahim dengan ibu susunya itu.

Gembala Kambing

Mulai dari hidupnya di Bani Sa'ad sampai masa kecilnya di Mekah, hidup Nabi Muhammad dilalui sebagai seorang gembala.

Waraqah bin Naufal

Waraqah bin Naufal adalah paman Khodijah


(kelak menjadi istri Muhammad).
Waraqah bin Naufal dak menyukai berhala. Ia tetap mengiku ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, menjadi hamba Allah yang se a.
Ia dak meminum minuman keras dan dak berjudi. Ia bermurah ha terhadap orang orang miskin yang membutuhkan pertolongannya.

Di Bawah Asuhan Kakek

Sejak itu, Abdul Muthalib ber ndak sebagai pengasuh cucunya. Ia mengasuh Muhammad dengan sungguh-sungguh dan mencurahkan
segala kasih sayangnya.

Abdul Muthalib adalah pemimpin seluruh Quraisy dan seluruh Mekah. Untuk dia, diletakkan hamparan khusus tempatnya duduk di bawah
naungan Ka'bah. Anak-anak beliau, paman-paman Muhammad, dak ada yang berani duduk di tempat itu. Mereka duduk di sekeliling
hamparan itu sebagai penghormatan kepada ayah mereka.

Suatu saat, Muhammad kecil yang montok itu duduk di atas hamparan tersebut. Serentak paman-paman beliau langsung memegang dan
menahan Muhammad agar dak duduk di atas hamparan. Namun, ke ka Abdul Muthalib datang dan melihat kejadian tersebut, berkata:

"Biarkan anakku itu," katanya, "Demi Allah, sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan yang agung."

Kemudian, Abdul Muthalib duduk di atas hamparan tersebut sambil memangku Muhammad. Dielus-elusnya punggung Muhammad penuh
sayang. Abdul Muthalib bergembira dengan apa yang dilakukan cucunya itu.

Lebih-lebih lagi, kecintaan kakek kepada cucunya itu mbul ke ka Aminah kemudian berniat membawa Muhammad ke Yatsrib untuk
diperkenalkan kepada saudara-saudara ibunya dari keluarga Najjar.
Perjalanan ini juga bertujuan menengok makam Abdullah, ayah Muhammad. Sudah lama Aminah memendam keinginan untuk menengok
makam suami tercintanya itu. Kini, ia akan berangkat dengan ditemani putranya seorang.

Aminah Wafat

Dalam perjalanan itu, Aminah membawa Ummu Aiman, budak perempuan peninggalan Abdullah. Sesampainya di Yatsrib, mereka
disambut oleh saudara-saudara Aminah. Kepada Muhammad diperlihatkan rumah tempat ayahnya meninggal dulu serta tempat ia
dikuburkan.
Itu adalah saat pertama Muhammad benar-benar merasa dirinya sebagai anak ya m. Apalagi ia mendengar ibunya bercerita panjang lebar
tentang sang ayah tercinta yang setelah beberapa waktu nggal bersama-sama, kemudian meninggal dunia.

(Di kemudian hari, setelah hijrah, pernah juga Rasulullah SAW menceritakan kepada sahabat-sahabatnya tentang kisah perjalanan masa
kecil beliau ke Yatsrib yang saat itu telah berubah nama menjadi Madinah.
Beliau amat terkenang dengan perjalanan bersama ibunya itu, kisah perjalanan penuh cinta pada Madinah, kisah penuh duka pada orang
yang di nggalkan keluarganya.)

Sesudah cukup sebulan nggal di Madinah, mereka pun bersiap pulang. Mereka berjalan dengan menggunakan dua ekor unta yang mereka
bawa dari Mekah.
Akan tetapi, di tengah perjalanan, di sebuah tempat bernama Abwa*), Aminah menderita sakit hingga kemudian meninggal di tempat itu.

"Ibu! Ibu!" panggil Muhammad kepada ibunya yang sudah wafat.

Dalam pelukan Ummu Aiman, dengan air mata meleleh, Muhammad menyaksikan tubuh ibunya dikuburkan di tempat itu.

Pada usia enam tahun. Muhammad SAW telah menjadi seorang anak ya m piatu.
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

*) Abwa

Abwa adalah sebuah dusun yang terletak di antara Madinah dengan Juhfa. Jaraknya 37 km dari Madinah

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 15
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Abdul Muthalib Wafat

Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman. Ia pulang sambil menangis ha nya pilu karena kini sebatang kara. Muhammad makin
merasa kehilangan. Ia menjalani takdir sebagai seorang anak ya m-piatu. Terasa olehnya hidup yang makin sunyi dan semakin sedih.

Baru beberapa hari yang lalu, ia mendengar dari ibunya cerita keluhan duka kehilangan ayahandanya semasa ia dalam kandungan.
Kini, ia melihat sendiri di hadapannya, ibunya pergi untuk dak kembali lagi, sebagaimana ayahnya dulu. Muhammad yang masih kecil itu
kini memikul beban hidup yang berat, sebagai seorang ya m-piatu.

Ke ka ba di Mekah, Abdul Muthalib menyambut kedatangan cucunya itu dengan rasa iba yang dalam. Kecintaan Abdul Muthalib pun
semakin bertambah kepada Muhammad.

Rasa duka Muhammad mungkin agak ringan apabila kakeknya, Abdul Muthalib, dapat hidup lebih lama lagi. Namun, Allah ‫ﺳ ﺤﺎﻧﻪ و ﺗﻌﺎل‬
sudah menentukan lain.
Pada usia 80 tahun, sang kakek pun meninggal dunia. Saat itu, Muhammad berusia delapan tahun. Ia mengiringi jenazah kakeknya ke
kubur sambil berlinangan air mata.

Kenangan sedih sebagai anak ya m-piatu membekas begitu dalam pada diri Rasulullah, sehingga di dalam Al Quran pun disebutkan ke ka
Allah mengingatkan Rasulullah ‫ ﷺ‬akan nikmat yang dianugerahkan kepadanya di tengah kesedihan itu,
َ َ ْ
‫أﻟ ْﻢ َ ِﺠﺪك َﻳ ِ ﻤﺎ ﻓ َو ٰى‬

Bukankah Dia mendapa mu sebagai seorang ya m, lalu Dia melindungimu?


Surah Ad-Duha (93:6)
َ َ َ َ َ
‫َو َو َﺟﺪك ﺿﺎ ﻓ َﻬﺪ ٰى‬

Dan Dia mendapa mu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
Surah Ad-Duha (93:7)
Keluarga Umayyah

Kema an Abdul Muthalib merupakan pukulan yang berat bagi keluarga Hasyim. Tidak ada anak-anak Abdul Muthalib yang memiliki
keteguhan ha , kewibawaan, pandangan tajam, terhormat, dan berpengaruh di kalangan Arab seper dirinya.

Kemudian keluarga Umayyah tampil ke depan mengambil tampuk pimpinan yang memang sejak dulu mereka idam-idamkan, tanpa
menghiraukan ancaman yang datang dari keluarga Hasyim.
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Diasuh Abu Thalib

Sebelum wafat, Abdul Muthalib menunjuk salah seorang anaknya untuk mengasuh Muhammad. Ia dak menunjuk Abbas yang kaya,
namun agak kikir. Ia juga dak menunjuk Harist, putranya yang tertua karena Harist adalah orang yang dak mampu.
Abdul Muthalib menunjuk Abu Thalib untuk mengasuh Muhammad karena sekalipun miskin, Abu Thalib memiliki perasaan yang halus dan
paling terhormat di kalangan Quraisy.

Abu Thalib juga amat menyayangi kemenakannya itu. Budi peker Muhammad yang luhur, cerdas, suka berbak , dan baik ha , sangat
menyenangkan Abu Thalib. Ia bahkan lebih mendahulukan kepen ngan Muhammad daripada anak-anaknya sendiri.

Begitu pun sebaliknya, Muhammad amat mencintai pamannya. Ia tahu pamannya memiliki banyak anak kecil dan hidup dalam kemiskinan.
Namun demikian, pamannya dak pernah berhutang kepada orang lain. Abu Thalib lebih suka bekerja keras memeras keringat untuk
mena ahi keluarganya. Karena itulah, tanpa ragu, Muhammad ikut bekerja seper anak-anak Abu Thalib yang lain. Ia ikut membantu
pekerjaan keluarga Abu Thalib, menggembalakan kambing, dan mencari rumput.

Abu Thalib merasa bahwa Muhammad kelak akan menjadi orang yang bersih ha nya dan dijauhkan dari dosa. Ia yakin, jika mengajak
Muhammad berdoa, Tuhan akan mengabulkan permohonannya. Seper yang dilakukannya ke ka orang-orang Quraisy berseru "Wahai Abu
Thalib, lembah sedang kekeringan dan kemiskinan melanda. Marilah berdoa meminta hujan".

Maka, Abu Thalib keluar bersama Muhammad. Ia menempelkan punggung Muhammad ke dinding Ka'bah dan berdoa. Kemudian,
mendung pun datang dari segala penjuru, lalu menurunkan hujan yang sangat deras hingga tanah di lembah-lembah dan di ladang menjadi
gembur.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 17
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Percakapan Buhaira

Akan tetapi, segera saja Buhaira merasakan ada sesuatu yang kurang dari rombongan Quraisy itu. Maka, ia kembali mengulangi
permintaannya,

"Hai Orang-orang Quraisy, jangan sampai ada yang dak makan makananku ini."

Salah seorang Quraisy berkata,

"Hai Buhaira, dak ada seorang pun ter nggal yang layak datang kepadamu, kecuali anak muda yang paling kecil di antara kami. Ia berada
di tempat perbekalan rombongan."

Buhaira menggeleng-geleng kepala,


"Kalian jangan seper itu. Panggil dia untuk makan bersama kalian!."

Orang-orang Quraisy merasa malu. Salah seorang dari mereka bahkan berkata,

"Demi Lata dan Uzza, adalah aib dari kami kalau putra Abdullah bin Abdul Muthalib dak ikut makan bersama kami."

Setelah Muhammad dipanggil, Buhaira memeluknya dan mendudukkannya bersama rombongan Quraisy yang lain. Sambil menyaksikan
tamu-tamunya makan, sebenarnya mata Buhaira tertuju kepada Muhammad dengan seksama. Dari hasil pengamatannya itulah, Buhaira
mengambil kesimpulan dalam ha , "Anak ini mempunyai sifat-sifat kenabian."
Jamuan selesai. Sambil mengucapkan terimakasih, rombongan Quraisy pun membubarkan diri menuju tempat perkemahan mereka untuk
beris rahat.
Namun, Buhaira dak membiarkan Muhammad pergi. Diajaknya anak itu untuk duduk dan bicara.

"Hai anak muda," panggil Buhaira,

"dengan menyebut nama Lata dan Uzza, aku akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadamu dan engkau harus menjawabnya."

Wajah Muhammad tampak berubah dan ia menjawab,

"Jangan bertanya tentang apa pun kepadaku sambil menyebut nama Lata dan Uzza. Demi Allah, dak ada yang sangat aku benci melainkan
keduanya."

Buhaira tersenyum dan mengulangi permintaannya, "Baiklah, kalau begitu aku akan bertanya kepadamu dengan menyebut nama Allah
dan engkau harus menjawab pertanyaanku."

Wajah Muhammad berubah cerah dan ia mengangguk,


"Tanyakan kepadaku apa saja yang ingin engkau tanyakan."
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Saran Buhaira kepada Abu Thalib

Buhaira menanyakan banyak sekali hal kepada Muhammad, tentang dur Muhammad, tentang postur tubuh Muhammad, dan banyak lagi
hal lainnya.
Muhammad menjawab semua itu dan semua jawaban itu sesuai benar dengan perkiraan Buhaira. Kemudian, Buhaira melihat punggung
Muhammad dan mendapa tanda kenabian di antara kedua bahu Muhammad. Tanda kenabian itu seper bekas orang berbekam.

Setelah itu, Buhaira mendeka Abu Thalib dan bertanya kepada nya, ''apakah anak muda ini anakmu? ''

''Iya, dia anakku." Jawab Abu Thalib

Buhaira menggeleng.
"Tidak, dia bukan anakmu. Anak muda ini dak pantas mempunyai ayah yang masih hidup"

Abu Thalib agak tercengang, lalu dia pun mengangguk.


"Kau benar. Dia bukan anakku, dia anak saudaraku"

Buhaira mengangguk-angguk puas lalu bertanya lagi.


"Apa yang dikerjakan ayahnya?"

"Ayahnya telah meninggal dunia ke ka dia masih berada dalam kandungan ibunya "

"Engkau benar" kata Buhaira menghela nafas dalam-dalam. Kemudian, sambil berbisik, dia menyampaikan sebuah saran dengan sangat
sungguh-sungguh.

"Sekarang, dengar saranku baik-baik. Bawa anak saudara mu ini ke negeri asalmu sekarang juga! Jaga dia dari orang-orang Yahudi! Demi
Allah, jika mereka melihat padanya seper apa yang aku lihat, mereka pas akan membunuhnya. sesungguhnya, akan terjadi sesuatu yang
besar pada diri anak saudaramu ini. Karena itu, segera bawa pulang dia ke negeri asalmu!"

Abu Thalib tampak ketakutan dengan peringatan itu. Dia yakin bahwa apa yang dikatakan Buhaira itu benar. Maka dari itu, segera setelah
urusan perdagangannya selesai, Abu Thalib segera membawa Muhammad pulang. Sesulit apa pun beban hidupnya, Abu Thalib dak
pernah lagi pergi berdagang ke tempat jauh demi melindungi keponakannya itu.

Bushra (kota di mana Buhaira nggal)

Jalur yang dilewa kafilah Abu Thalib adalah jalan kafilah Barat yang menyusuri Laut Merah, Madyan, Wadi Al Qurra, Hijir, dan Kota Bushra.
Kota Bushra atau Bostra telah lama didirikan Romawi sebagai ibu kota wilayah Hauran, untuk menahan serbuan Badui pedalaman.
Di kota ini, Romawi memusatkan pasukan dan mengumpulkan pajak dari para kafilah.
Bagi kafilah sendiri, Bostra adalah pusat perdagangan paling ramai sebelum ba di Syria yang terletak lebih ke Utara.

Bersambung
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 18
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Perlindungan Allah

Abu Thalib segera melaksanakan apa yg disarankan oleh Buhaira, karena peringatan itu memang beralasan.

Segera, setelah Abu Thalib dan Muhammad meninggalkan rumah Buhaira, datanglah 3 orang ahli kitab bernama Zurair, Daris, dan
Tammam kepada Buhaira. Ke ganya menyandang senjata di pinggang. Mereka bertanya kepada Buhaira apakah ia juga melihat seorang
anak dengan ciri-ciri seper ini dan itu.

Buhaira tahu bahwa mereka mencari Muhammad. Rupanya, ke ga orang ini juga telah mendengar tentang Muhammad. Buhaira
memandang senjata2 yang mereka bawa dengan perasaan ngeri.
Buhaira tahu mereka mencari Muhammad dengan maksud membunuhnya. Oleh karena itu, Buhaira berusaha memberikan perlindungan
kepada Muhammad.
Tidak hen -hen nya Buhaira menasiha ke ga tamunya akan adanya kekuasaan Allah. Diingatkannya bahwa bagaimanapun usaha mereka,
mereka dak akan mampu mendeka Muhammad untuk membunuhnya.

Akhirnya, ke ganya pun melihat kebenaran dalam perkataan Buhaira. Batallah niat mereka untuk mengejar dan membunuh Muhammad,
kemudian berlalulah mereka dari hadapan Buhaira.

Allah menjaga Muhammad dari kejahatan dan kotoran-kotoran jahiliyah. Allah membimbing Muhammad tumbuh menjadi orang yang
paling ksatria, paling baik akhlaknya, paling mulia asal-usulnya, paling baik pergaulannya, paling agung sikap santunnya, paling murni
kejujurannya, paling jauh dari keburukan dan akhlak yang mengotori kaum lelaki sehingga semua orang menjulukinya *"Al Amin"* karena
Allah mengumpulkan sifat-sifat itu pada diri Muhammad.

*Kelak setelah menjadi Rasul,* Muhammad bercerita tentang perlindungan Allah kepadanya sejak masa kecil dari segala bentuk
kejahiliyahan. Rasulullah bersabda,

"Pada masa kecilku, aku bersama anak-anak kecil Quraisy mengangkut batu untuk satu permainan yang biasa dilakukan anak-anak. Semua
dari kami melepas baju untuk alas di atas pundak (sebagai ganjalan) untuk memikul batu.

"Aku maju dan mundur bersama mereka. Namun, ba- ba seseorang yang belum pernah aku lihat sebelumnya menamparku dengan
tamparan yang amat menyakitkan. Ia berkata, 'Kenakan pakaianmu!' Kemudian, aku mengambil pakaianku dan memakainya. Setelah itu,
aku memikul batu di atas pundakku dengan tetap mengenakan pakaian dan dak seper teman temanku."

Membantu Paman

Muhammad juga pernah menjadi gembala sewaan, untuk membantu Abu Thalib yang hidup dalam kemiskinan

Perang Fijar

Sebagai seorang remaja yang tumbuh di lingkungan Jazirah Arab. Muhammad juga mengalami perang. Perang itu disebut Perang Fijar.
Saat peperangan dimulai, Umur Muhammad memasuki lima belas tahun.

Perang itu sendiri disebabkan sebuah pembunuhan.


Barradz bin Qois dari Bani Kinanah membunuh Urwa Ar-Rahhal bin Utba dari Bani Hawazin, hanya karena Barradz jengkel ke ka Urwa
dipilih untuk memimpin kafilah dagang Nu'man bin Mundhir yang kaya.
Diam diam , Barradz mengiku kafilah Urwa dari belakang dan membunuh Urwa.
Padahal ke ka itu adalah bulan suci, bulan yang dak diperkenankan bagi siapa pun untuk menumpahkan darah.

Karena Quraisy pelindung Barradz, Bani Hawazin mengumumkan perang terhadap Quraisy untuk membalas kema an Urwa. Perang pun
pecah pada bulan suci. Selama empat tahun berturut-turut, kedua belah pihak saling menyerang.

Dalam pertempuran itu, awalnya Muhammad bertugas memungu anak panah lawan yang berjatuhan dan memberikannya kepada
paman-pamannya. Namun, pada tahun-tahun berikutnya, dia juga meluncurkan panah ke arah lawan untuk melindungi paman-pamannya.

Perang pun berakhir dengan perdamaian ala pedalaman: pihak yang menderita lebih sedikit korban manusianya harus membayar gan rugi
kepada pihak lainnya sejumlah selisih kelebihan korban. Dalam hal ini, pihak Quraisy yang lebih sedikit menderita korban harus membayar
kelebihan korban sebanyak dua puluh orang Hawazin.
Barradz bin Qois

Barradz bin Qois, si penyebab Perang Fijar, adalah seorang pemabuk.


Karena merusak citra sukunya, dia diusir dan mendapat naungan suku lain. Namun di sana, dia juga mabuk berat dan membuat onar
kemudian diusir lagi.

Akhirnya, Harb bin Muawiyah, ayah Abu Sofyan, menampungnya walaupun hampir saja Barradz bin Qois diusir lagi, karena terus berbuat
onar.
Dikarenakan perlindungan Harb dari Quraisy inilah, Bani Hawazin menyerang Quraisy ke ka Barradz bin Qois membunuh Urwa bin Utba.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 20

Khadijah

Namanya Khadijah bin Khuwalid. Sosoknya can k dan anggun. Setelah ayah dan ibunya meninggal, saudara-saudara Khadijah saling
membagi harta kekayaan peninggalan orangtuanya. Namun, Khadijah sadar bahwa kekayaan dapat membuat orang hidup menganggur
dan berfoya-foya.
Dia dikaruniai kecerdasan yang luar biasa dan kekuatan sikap untuk mengatasi godaan harta. Maka dari itu, Khadijah pun memutuskan
untuk membangun kekayaannya sendiri berbekal warisan orangtuanya.
Tidak lama kemudian, Khadijah telah membuk kan bahwa kalau pun dak mendapat harta warisan, dia mampu mendapatkan kekayaan itu
dari hasil jerih payahnya sendiri.

Dengan harta yang diperolehnya, Khadijah membantu orang-orang miskin, janda, anak-anak ya m, dan orang-orang cacat. Jika ada seorang
gadis yang dak mampu, Khadijah menikahkan dan memberi mas kawinnya. Khadijah lembut dan ramah. Walau menjadi pemimpin
ter nggi dalam menjalankan bisnis keluarga sepeninggal Ayahnya, dia juga mau menerima saran-saran orang lain. Khadijah dak menyukai
adanya jarak hubungan antara atasan dan bawahan. Dia menganggap bawahan sebagai rekan kerja yang pantas dihorma .

Khadijah sendiri selalu nggal di rumah. Karena itu, biasanya dia minta bantuan seorang agen, jika sebuah kafilah sedang dipersiapkan
untuk pergi ke luar negeri. Orang yang dimintai bantuan itu bertanggungjawab membawa barang-barang dagangannya untuk dijual ke
pasar-pasar asing. Khadijah sangat teli memilih seorang agen. Dia juga sangat lihai merencanakan waktu keberangkatan kafilah dan
tempat tujuannya sebab barang akan terjual dengan cepat pada waktu dan tempat yang tepat.

Begitu suksesnya Khadijah sebagai seorang saudagar, sampai-sampai jika sebuah kafilah Quraisy berangkat dari Mekah, bisa dipas kan
lebih dari separuhnya adalah harta perdagangan milik Khadijah. Dia seper mempunyai sentuhan emas. Diibaratkan jika dia menyentuh
debu, debu ini akan berubah menjadi "emas". Karena itu penduduk Mekah menjulukinya "Ratu Quraisy" atau "Ratu Mekah".

Kalau hanya kekayaan yang menjadi ukuran, tentu Allah dak akan menjadikan Khadijah *(kelak)* sebagai istri seorang rosul. Pas ada sifat
lain yang lebih utama yang membuatnya sepadan dengan Muhammad

Catatan

Sebuah kafilah dagang pada masa itu ibarat kampung bergerak. Hewan beban berjumlah 1000 sampai 2500 ekor dan diiringi seratus
sampai ga ratus orang. Kafilah perlu organisasi yang baik, biaya besar, dan keberanian yang cukup. Jika ada perampok, seluruh anggota
kafilah harus berani menyabung nyawa untuk mempertahankan harta yang dibawanya.

Wanita Suci

Khadijah mempunyai seorang paman bernama Waraqah bin Naufal. Waraqah adalah sanak saudara Khadijah yang paling tua. Dia Sangat
mengutuk kebiasaan bangsa Arab Jahiliah yang menyembah berhala sehingga menyimpang jauh dari apa yang diajarkan Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail. Waraqah sendiri adalah hamba Allah yang se a dan lurus. Dia dak pernah meminum minuman keras dan berjudi. Dia murah
ha terhadap orang-orang miskin yang membutuhkan pertolongannya.

Khadijah sangat terpengaruh pemikiran Waraqah bin Naufal. Khadijah juga sangat membenci berhala dan patung-patung sesembahan.
Bersama beberapa keluarganya, Khadijah adalah pengikut se a ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Jika mendengar ada seorang anak perempuan akan dikubur hidup-hidup. Waraqah dan Khadijah akan segera menemui sang Ayah dan
mencegah perbuatannya. Jika kemiskinan yang menjadi alasan rencana pembunuhan itu, Khadijah dan Waraqah akan membeli anak itu
dan membesarkannya seper anak kandung sendiri.
Sering kali beberapa waktu setelah itu, ayah si anak menyesali perbuatannya dan mengambil putrinya kembali. Waraqah dan Khadijah akan
memas kan dulu bahwa anak itu akan diasuh dengan benar dan disayangi, setelah itu barulah dia mengizinkan sang Ayah membawa
pulang anaknya kembali.

Budi peker Khadijah yang agung, santun, lembut dan penuh keteladanan ini membuat semua orang menjulukinya juga sebagai *Khadijah
At Thahirah* atau Khadijah yang suci.
Pertama kalinya dalam bangsa Arab seorang wanita dijuluki demikian, padahal orang Arab pada masa jahiliah itu sangat mengagungkan
laki-laki dan merendahkan wanita.

Catatan

Selain Khadijah, ada pula beberapa saudagar wanita terkenal.


Di antaranya adalah:
~ Hindun, istri Abu Sofyan dan
~ Asma bin Mukharribah, ibu Abu Jahl.

Para Saudagar wanita ini biasanya juga menjual keperluan wanita, seper pakaian, parfum, perhiasan emas dan perak, permata dan obat-
obatan. Barang-barang ini dak memerlukan banyak ruang, ringan dan laku keras di mana-mana.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 21

Pembicaraan Abu Thalib

Pada musim semi tahun 595 Masehi, para pedagang Mekah kembali mulai menyusun kafilah perdagangan musim panas mereka, untuk
membawa barang dagangan ke Syria. Khadijah juga sedang mempersiapkan barang dagangannya, tetapi ia belum menemukan seseorang
untuk menjadi pemimpin kafilahnya. Beberapa nama diusulkan orang, namun, dak satu pun yang berkenan di ha nya.

Mendengar itu, Abu Thalib mendatangi Khadijah dan menawarkan kepadanya Muhammad, keponakannya yang baru berusia 25 tahun,
untuk menjadi agen Khadijah. Abu Thalib tahu bahwa Muhammad belum cukup berpengalaman, tetapi ia sangat yakin bahwa Muhammad
lebih dari sekadar mampu.

Sebagaimana penduduk Mekah yang lain, Khadijah pun telah mendengar nama Muhammad. Satu hal yang Khadijah yakin adalah kejujuran
Muhammad. Bukankah orang Mekah menjulukinya "Al Amin" atau "Orang yang bisa dipercaya". Maka, Khadijah menyetujui tawaran Abu
Thalib. Bahkan ia hendak memberi imbalan dua kali lipat kepada Muhammad dari yang biasa diberikan kepada orang lain. Oleh karena itu,
Abu Thalib pulang dengan gembira.

Segera saja Abu Thalib dan Muhammad menemui Khadijah yang kemudian menerangkan tentang seluk beluk perdagangan. Otak
Muhammad yang cerdas bekerja dengan tangkas. Ia segera memahami semuanya. Tidak satu penjelasan pun yang ia minta untuk
diterangkan ulang.

Maka, kafilah pun disiapkan dengan suara riuh rendah. Khadijah menyertakan seorang pembantu laki-lakinya yang terpercaya, Maisarah,
untuk mendampingi Muhammad di perjalanan. Diantar Abu Thalib dan paman-pamannya yang lain, Muhammad datang pada hari yang
telah ditentukan. Mereka disambut seorang paman Khadijah yang sedang menan mereka dengan surat-surat perdagangan.

Pemimpin kafilah membunyikan tanda dan semuanya segera berangkat. Pada musim panas, kafilah Mekah berangkat menjelang senja dan
terus berjalan pada malam hari. Mereka beris rahat pada siang hari karena perjalanan siang akan sangat melelahkan semua orang.
Maka, berangkatlah Muhammad menempuh jalur yang pernah ditempuh bersama pamannya 13 tahun yang lalu.

Imbalan untuk Muhammad

Imbalan yang diberikan Khadijah untuk seorang agen adalah dua ekor unta. Akan tetapi, Abu Thalib minta empat ekor unta. Maka, Khadijah
pun menjawab,
"Kalau permintaan itu bagi orang yang jauh dan dak kusukai saja akan kukabulkan, apalagi buat orang yang dekat dan kusukai."

Berdagang ke Syam

Dalam perjalanan, Muhammad mengenali bahwa Maisarah adalah teman yang baik. Dengan senang ha , Maisarah menunjukkan dan
menceritakan sejarah berbagai tempat menarik yang mereka lewa . Muhammad juga menemui bahwa anggota kafilah yang lain sangat
ramah dan akrab terhadapnya.
Setelah satu bulan berjalan, balah mereka di Syria.

Setelah beris rahat beberapa hari, mulailah para pedagang menuju ke pasar. Walaupun ini adalah pengalaman pertama. Muhammad sama
sekali dak bingung dengan tugasnya. Maisarah tercengang melihat kelihaian Muhammad mengambil keputusan, pikirannya yang tajam,
serta kejujurannya. Semua barang yang mereka bawa laku terjual dengan jumlah keuntungan yang belum pernah didapatkan Khadijah
sebelum itu.
Setelah itu, Muhammad membeli barang-barang berkualitas yang akan dibawa pulang ke Mekah untuk dijual dengan harga nggi.

Di Syria, se ap orang yang berjumpa dengan Muhammad pas sangat terkesan olehnya. Penampilan Muhammad sangat memesona,
ramah, dan sangat besar perha annya pada se ap orang. Di tengah-tengah kesibukan itu, Maisarah melihat bahwa Muhammad selalu
memanfaatkan se ap waktu senggang untuk menyendiri dan berpikir. Ini benar-benar dak lazim bagi Maisarah. Ia dak menyadari bahwa
tuan mudanya ini memang sangat terbiasa meluangkan waktu untuk memikirkan nasib umat manusia.

Muhammad juga amat heran melihat perpecahan berbagai kelompok Nasrani di Syria. Se ap masing-masing dari mereka memiliki jalan
dan pendapat sendiri padahal seharusnya mereka bergabung dalam satu kelompok. Manakah yang paling benar dari semuanya itu. Pikiran-
pikiran seper ini membuat mata Muhammad selalu terbuka pada saat orang-orang lain terlelap dur.

Akhirnya, waktu untuk pulang pun ba. Oleh-oleh untuk handai tolan pun dibeli dan semua barang dikemas. Waktu pulang adalah waktu
yang paling menggembirakan karena mereka akan berjumpa lagi dengan orang-orang tercinta di kampung halaman. Mereka dak sabar
lagi mendengar tawa ria anak-anak mereka saat kembali nan dan mereka sadar jika waktu itu ba, dak akan kuat lagi mereka menahan
air mata.

Hari Jum'at

Hari Jum'at pada zaman jahiliyah adalah hari bersuka ria di seluruh jazirah. Semua orang sibuk di pasar.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa, pernah terjadi, khutbah Jum'at Rasulullah hampir terganggu, karena saat itu datang kafilah
membawa barang dagangan.
Pada hari Jum'at, semangat berdagang mengaliri darah semua orang pada saat itu.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 22

Perasaan Khadijah

Setelah beberapa bulan, kafilah Mekah pun datang kembali. Di tempat perhen an Marr Al Zahran, sehari perjalanan dari Mekah, para agen
biasanya mendahului datang ke Mekah untuk memberi laporan perdagangan. Muhammad pun demikian. Ia lebih dulu ba di Mekah.
Namun, sebelum bertemu Khadijah, ia berthåwaf dulu tujuh keliling mengelilingi Ka'bah.

Dari atas balkonnya yang megah, Khadijah bergegas datang menyambut dan Muhammad pun melaporkan hasil penjualan, barang yang
dibeli, serta berbagai pengalaman kecil dalam perjalanan. Saat itu, Khadijah sudah sangat terkesan dengan hasil yang diperoleh
Muhammad, tetapi itu belum seberapa. Setelah Muhammad pulang, Maisaråh menceritakan sendiri kesan-kesannya terhadap
Muhammad.

"Sungguh, belum pernah aku melihat pemuda yang demikian sempurna memandang masa depan. Keputusan-keputusannya selalu tepat
dan perkiraannya dak pernah salah. Ia juga sangat jujur dan sopan," demikian sebagian kisah Maisaråh.

Khadijah betul-betul sangat terkesan dengan agen barunya itu. Waraqah bin Naufal pun datang dan mendengar sendiri kisah Maisarah
tentang Muhammad. Ada hal yang aneh pada diri Maisarah. Biasanya, ia sangat menekankan laporannya pada masalah-masalah bisnis.
Akan tetapi, kini persoalan dagang seolah-olah menjadi hal kecil. Yang dibicarakan Maisarah kali ini hanya tentang Muhammad,
Muhammad, dan Muhammad. Padahal, keuntungan yang mereka dapat kali ini benar-benar luar biasa. Jika dikatakan bahwa Khadijah
memiliki "Sentuhan Emas", tepatlah apabila Muhammad disebut memiliki "Sentuhan penuh berkah".

Ke ka Waraqah telah mendengar semua itu, ia tenggelam dalam pemikiran yang sungguh-sungguh. Setelah cukup lama berdiam diri, ia
berkata kepada Khadijah,

"Mendengar darimu dan dari Maisarah mengenai Muhammad dan juga dari apa yang kulihat sendiri, aku berpendapat bahwa ia memiliki
semua sifat dan kemampuan sebagai seorang utusan Allah. Mungkin dialah yang ditakdirkan untuk menjadi salah seorang di antara para
rasul pada masa yang akan datang."

Pernikahan Agung
Khadijah memiliki teman seorang wanita bangsawan bernama Nafisah bin Munyah. Nafisah tahu setelah suami kedua Khadijah
meninggal, banyak bangsawan Quraisy yang melamarnya, namun Khadijah menolak. Nafisah tahu bahwa Khadijah takut semua lamaran itu
hanya bertujuan mengincar hartanya. Lebih dari itu, Nafisah juga tahu bahwa yang diinginkan Khadijah adalah seorang laki-laki berakhlak
agung. Nafisah juga tahu bahwa ada satu laki-laki yang seper itu di Mekah, ia adalah Muhammad.

Karena itulah, begitu Khadijah membuka diri kepadanya tentang Muhammad, Nafisah dak terkejut lagi. Khadijah meminta Nafisah
mencari jalan untuk mengetahui bagaimana pandangan Muhammad tentang dirinya. Maka, ke ka Muhammad dalam perjalanan pulang
dari Ka'bah, Nafisah menghen kannya. Nafisah pun bertanya,

"Wahai Muhammad, Anda telah menjadi seorang pemuda. Banyak lelaki yang lebih muda dari Anda telah menikah dan beberapa di
antaranya bahkan telah mempunyai anak. Mengapa Anda dak menikah?"

"Aku belum mampu menikah, ya Nafisah. Aku belum mempunyai kekayaan yang cukup untuk menikah."

"Apa jawaban Anda jika ada seorang wanita yang can k, kaya, dan terhormat mau menikah dengan Anda walaupun Anda belum mampu?"

Muhammad balik bertanya dengan sedikit terperangah,


"Siapakah wanita itu?"

Nafisah tersenyum, "Wanita itu adalah Khadijah putri Khuwailid."

Alis Muhammad tambah terangkat,

"Khadijah? Bagaimana mungkin Khadijah mau menikah denganku? Bukankah Anda tahu bahwa banyak bangsawan kaya raya dan kepala-
kepala suku di Arab ini yang telah melamarnya dan ia telah menolak mereka semua?"

"Jika Anda mau menikahinya, katakan saja dan serahkan semuanya kepadaku. Aku akan mengurus semuanya."

Ke ka itu Abu Thalib menyetujuinya, Muhammad pun mengiyakan Nafisah. Maka, pernikahan pun dilangsungkan.
Sebagai pengan n, Muhammad datang didampingi paman-pamannya yang ikut berbahagia.

Perawakan Muhammad

Jarang ada pernikahan dilangsungkan demikian agung. Dalam acara itu, semua pemimpin Quraisy dan pembesar Mekah diundang.
Mempelai laki-laki menunggang kuda yang gagah diiringi para pemuda Bani Hasyim yang menghunus pedang. Sementara itu, kaum wanita
Bani Hasyim berjalan lebih dulu dan telah diterima di rumah mempelai wanita.

Rumah Khadijah yang megah saat itu telah diterangi cahaya lilin dalam lampion-lampion yang digantung dengan rantai-rantai emas. Se ap
lampion terdiri atas 7 batang lilin.

Semua pembantu Khadijah diberi seragam khusus untuk menyambut para tamu yang datang menjelang sore hari. Kamar pengan n benar-
benar is mewa. Kain sutera dan brokat digantung begitu serasi. Lantainya tertutup karpet pu h dan diharumi dupa dari guci perak.

Khadijah sendiri begitu anggun hingga tampak bercahaya seper matahari terbit. Ia mengenakan pakaian pengan n yang sangat indah dan
jarang ada duanya saat itu. Abu Thalib adalah wakil mempelai laki-laki dalam memberi sambutan, sedangkan Waraqah bin Naufal adalah
wakil pengan n wanita.

Tidak ada laki-laki segagah Muhammad. Paras wajahnya tampan dan indah. Perawakannya sedang, dak terlampau nggi, juga dak
pendek. Rambutnya hitam sekali dan bergelombang. Dahinya lebar dan rata di atas sepasang alis yang lengkung, lebat dan bertaut.
Sepasang matanya lebar dan hitam, di tepi pu h matanya agak kemerahan, tampak lebih menarik dan kuat. Pandangannya tajam dengan
bulu mata yang hitam pekat. Hidungnya halus dengan barisan gigi yang bercelah-celah.
Cambangnya lebar, berleher jenjang, dan indah. Dadanya lebar dengan kedua bahu yang bidang. Warna kulitnya terang dan jernih dengan
kedua telapak tangan dan kaki yang tebal. Jika berjalan, badannya agak condong ke depan, melangkah cepat-cepat, dan pas . Air mukanya
membayangkan renungan dan penuh pikiran, pandangan matanya menunjukkan kewibawaan, membuat orang patuh kepadanya.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 23

Sifat Muhammad
Muhammad telah mendapat karunia Allah dengan pernikahan ini. Dari seorang pemuda dak kaya, Allah telah mengangkatnya menjadi
laki-laki berkedudukan nggi dengan harta yang mencukupi.

Seluruh penduduk Mekah memandang pernikahan ini dengan gembira dan penuh rasa hormat. Semua undangan yang hadir berharap
bahwa dari pasangan yang sangat ideal ini kelak lahir keturunan yang akan mengharumkan nama Quraisy.

Para sesepuh dari kedua keluarga tahu bahwa Khadijah akan mendukung suaminya dengan kasih sayang dan harta berlimpah. Sebaliknya,
mereka juga berharap bahwa Muhammad yang bijak dan cerdas akan membimbing istrinya menuju kebahagiaan hidup.

Kehidupan berlanjut dan keikutsertaan suami istri itu dalam pergaulan yang baik dengan masyarakat membuat orang semakin
menghorma mereka. Walau telah mendapat kehormatan demikian itu, Muhammad tetaplah seorang yang rendah ha . Itu adalah sifatnya
yang menonjol. Jika ada yang mengajaknya berbicara, dak peduli siapa pun itu, ia akan mendengarkan dengan penuh perha an tanpa
menoleh kepada orang lain. Tidak saja mendengarkan dengan ha -ha , Muhammad bahkan memutar badannya untuk menghadap orang
yang mengajaknya berbicara.

Semua orang tahu bahwa bicara Muhammad sedikit. Ia justru lebih banyak mendengarkan pembicaraan orang lain. Selain bicara,
Muhammad bukanlah orang yang dak bisa diajak bergurau. Ia sering juga membuat humor dan mengajak orang lain tertawa, tetapi apa
yang ia katakan dalam bergurau sekali pun adalah sesuatu yang benar.

Orang menyukai Muhammad yang apabila tertawa, dak pernah sampai terlihat gerahamnya. Apabila marah, dak pernah sampai tampak
kemarahannya. Orang tahu ia marah hanya dari keringat yang ba- ba muncul di keningnya. Muhammad selalu menahan marah dan dak
menampakkannya keluar.

Orang-orang menyayangi Muhammad karena ia lapang dada, berkemauan baik, dan menghargai orang lain. Ia bijaksana, murah ha , dan
sangat mudah bergaul dengan siapa saja. Namun, dibalik semua kelembutan itu, ia mempunyai tujuan yang pas , berkemauan keras,
tegas, dan dak pernah ragu-ragu dalam tujuannya. Sifat-sifat demikian berpadu dalam dirinya sehingga menimbulkan rasa hormat yang
dalam bagi orang-orang yang bergaul dengan Muhammad.

Mahar Pernikahan

"Saksikanlah para hadirin," kata Waraqah bin Naufal dengan suara agak keras. "Saksikanlah bahwa aku menikahkan Khadijah dengan
Muhammad, dengan mas kawin senilai 12 ekor unta be na."

Kambing Sedekah

Setelah upacara resmi pernikahan selesai, Muhammad memerintahkan agar seekor kambing disembelih di depan pintu rumah Khadijah
dan membagikan dagingnya kepada fakir miskin. Itu belum termasuk para undangan yang menghadiri jamuan pada malam harinya.
Jadi, selain diundang jamuan makan, fakir miskin pun dapat membawa pulang ke rumah beberapa kantung daging.

Baqum Si Pedagang Romawi

Muhammad bukankah orang yang suka berpangku tangan, tetapi ak f bergaul dalam masyarakat. Suatu hari terjadilah sebuah peris wa
yang membuat nama Muhammad menjadi semakin harum. Peris wa itu didahului oleh banjir besar yang melanda Mekah. Bukit-bukit di
sekitar Mekah tanpa ampun menumpahkan air hujan yang jarang turun itu ke kota yang tepat berada di bawah. Banjir itu menyebabkan
dinding Ka'bah yang memang sudah lapuk jadi retak dan terancam runtuh.

Sebenarnya, sebelum banjir ba, sudah ada gagasan untuk memperbaiki Ka'bah, tetapi orang-orang takut apabila Tuhan Ka'bah marah.
Setelah banjir, dak bisa dielakkan lagi bahwa dinding Ka'bah harus diperbaiki dan di nggikan.
Sudah menjadi takdir Allah bahwa waktu itu juga tersiar berita ada sebuah kapal Romawi terdampar di laut Merah, dekat dengan
pelabuhan Syu'aibah. Kapten kapal Romawi itu adalah seorang Nasrani yang berasal dari Mesir. Baqum, namanya.

Orang-orang Mekah mengutus Walid bin Mughirah dan serombongan orang untuk membeli kapal itu, membongkar kayu kayunya, dan
mengangkutnya untuk membangun kembali Ka'bah. Baqum pun akhirnya dikontrak sebagai ahli kayu.

Pada mulanya, dak seorang pun berani membongkar dinding Ka'bah walau sedikit, karena takut dikutuk Tuhan. Mungkin mereka masih
ingat dengan jelas apa yang menimpa Abrahah dan pasukan gajahnya saat ingin menghancurkan Ka'bah.
Akan tetapi, akhirnya, Walid bin Mughirah memberanikan diri merombak sudut bangunan bagian selatan. Setelah itu, ia menunggu sampai
besok. Ke ka pagi ba dan ia dak juga dikutuk, mereka pun mulai melakukan pembenahan Ka'bah.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬


Bagian 24

Membangun Ka'bah

Dalam pengerjaan Ka'bah orang-orang Quraisy dibagi menjadi empat bagian. Se ap kabilah masing-masing mendapat pekerjaan satu sudut
yang harus dirombak dan dibangun kembali.

Pemugaran Ka'bah dimulai dengan memindahkan patung Hubal dan patung kecil lainnya. Setelah itu, pekerjaan dilanjutkan dengan
membersihkan pelataran dan membongkar dinding serta fondasi. Muhammad ikut terlibat dalam pekerjaan yang berlangsung berhari-hari
itu.

Ada sebuah batu fondasi berwarna hijau yang dak bisa dibongkar dengan cara apa pun. Karena itu, batu itu mereka biarkan. Selanjutnya,
didatangkanlah batu-batu granit biru dari bukit sekitarnya. Sebuah bahan pencampur semen bernama bitumen yang didatangkan dari Syria
pun mulai digunakan.

Pemugaran Ka'bah ini sebenarnya lebih menyerupai perbaikan hasil karya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Pondasi Ka'bah di nggikan sampai empat hasta ditambah satu jengkal atau sekitar dua meter. Dalamnya diuruk tanah menjadi lantai yang
sulit dicapai air apabila banjir datang kembali. Bersamaan dengan itu, pintu di sisi mur laut pun diangkat se nggi pondasi. Dinding
dinaikkan sampai 18 hasta. Saat itulah Ka'bah mulai diberi atap bekas kapal yang kandas itu. Sebuah tangga untuk naik turun juga
disiapkan. Kini Ka'bah bebas dari banjir. Isinya terlindungi dari hujan, panas dan tangan jahil pencuri.

Pembangunan berjalan lancar sesuai dengan rencana sampai dinding tembok mencapai nggi satu setengah meter dan ba saatnya batu
hitam, Hajar Aswad, ditempatkan kembali ke tempatnya semula di sudut mur.

Karena ini merupakan upacara suci penuh kehormatan, berebut lah se ap kabilah untuk melaksanakannya. Kabilah Abdu Dar merasa lebih
berhak daripada Kabilah lain sehingga kedua kelompok saling beradu mulut sampai suasana menjadi semakin panas.

Di tengah keadaan itu, muncul Abu Umayyah bin Al Mughirah. Ia adalah orangtua yang dihorma dan dipatuhi. Ia pun mengajukan sebuah
usul yang disetujui oleh semua pihak, "Serahkanlah putusan ini di tangan orang yang pertama kali memasuki pintu Shafa."

HAJAR ASWAD

Ternyata yang datang pertama kali dari pintu Shafa adalah Muhammad. Orang-orang pun bersorak lega.

"Ini dia Al Amin" seru mereka.


"Dia adalah orang yang bisa dipercaya. Kami yakin dia bisa memecahkan persoalan ini. Kami akan menerima putusannya."

Orang-orang Quraisy pun menceritakan persoalan yang mereka alami. Muhammad yang saat itu belum berumur 30 tahun, memandang
mereka dengan matanya yang teduh dan bijaksana. Muhammad melihat berkobarnya api permusuhan pada mata se ap orang dari
masing-masing kabilah Quraisy. Keadaan ini benar-benar gen ng. Kalau salah mengambil keputusan, akan terjadi pertumpahan darah di
antara kabilah-kabilah itu.

Muhammad berpikir sejenak, lalu dia berkata,


"tolong bawakan sehelai kain."

Kain pun segera diberikan. Muhammad mengambil dan menghamparkan kain itu. Dia lalu mendeka Hajar Aswad. Diangkatnya batu hitam
itu dan diletakkan di tengah-tengah.

"Hendaknya, se ap ketua kabilah memegang ujung kain ini," kata beliau lagi.

Kemudian, para ketua kabilah memegang ujung kain dan bersama-sama mengangkat Hajar Aswad. Di tempat Hajar Aswad semula berada.
Muhammad mengangkat dan meletakkannya kembali.

Semua pihak merasa amat puas dengan keputusan Muhammad yang adil itu. Demikianlah, pada waktu muda. Rasulullah telah menjadi
orang yang cerdas dan bijaksana.

Putra Putri Muhammad

Khadijah adalah wanita teladan yang terbaik. Beliau wanita yang penuh kasih, se a, dan menyerahkan seluruh hidupnya untuk suami
tercinta. Khadijah juga wanita yang subur. Setelah lima belas tahun berumah tangga, Khadijah melahirkan enam orang anak. Mereka
adalah:
Ruqayyah, Zainab, Ummi Kultsum, Fa mah, Qasim dan Abdullah.
Namun, Qasim dan Abdullah wafat ke ka masih bayi, sedangkan keempat anak perempuan yang lain tetap hidup hingga dewasa. Kita
dapat membayangkan betapa sedihnya Muhammad dan Khadijah kehilangan kedua putra mereka.

Ke ka pulang ke rumah dan duduk di samping Khadijah, Muhammad sering melihat kesedihan di wajah istrinya itu. Saat itu, mempunyai
anak laki-laki bagi masyarakat jahiliah adalah hal yang amat pen ng dan dianggap sebagai sebuah kebanggaan. Sebaliknya, mempunyai
anak perempuan adalah hal yang amat memalukan, bahkan banyak orang yang memilih mengubur bayi perempuannya hidup-hidup dari
pada membesarkannya.

Tentu saja Muhammad dan Khadijah dak merasa malu memiliki anak-anak perempuan. Mereka menyayangi semua anak mereka tanpa
pilih kasih. Apalagi putri bungsu mereka, Fa mah, yang saat itu masih berusia lima tahun, anak can k yang sedang lucu-lucunya. Hanya
saja kehilangan dua anak laki-laki yang masih bayi merupakan derita yang berat bagi orangtua mana pun.

Kekayaan Terbesar

Rasulullah pernah berkata bahwa kekayaan terbesar adalah istri yang salehah. Khadijah adalah kekayaan terbesar Rasulullah pada saat-saat
paling sulit dalam hidup beliau.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 25

Rumah Tangga Muhammad

Muhammad selalu membuat suasana rumahnya menjadi hidup dengan canda dan keramahan. Beliau suka berkelakar kepada siapa pun.
Bukan hanya kepada istri dan putri-putrinya, beliau juga amat ramah kepada pembantunya.

Sejak muda, Rasulullah amat gemar memakai parfum. Bau wewangian itu akan membuat orang-orang di sekitar beliau merasa senang.
Rasulullah dak menyukai baju berwarna merah. Beliau lebih suka baju berwarna lurik atau pu h. Rasulullah juga gemar memakai surban
dengan salah satu ujungnya menggelantung antara pundak.
Beliau dak pernah menggunakan baju yang seluruhnya terbuat dari sutera.

Kemudian datanglah satu orang yang amat Rasulullah sayangi. Begitu sayangnya sampai beliau mengangkatnya sebagai anak.

Zaid bin Haritsah

Suatu hari, keponakan Khadijah yang bernama Hakim bin Hizam membawa seorang budak laki-laki bernama Zaid bin Haritsah. Zaid dibawa
ke rumah Khadijah dalam keadaan mengenaskan. Lehernya dibelenggu sehingga ia terpaksa merangkak seper seekor kuda. Bunda
Khadijah membeli Zaid dan memperlakukannya dengan baik.

Muhammad amat menyukai Zaid. Apalagi ke ka Zaid bercerita bahwa ia dijadikan budak dengan cara diculik.

Lima belas tahun yang lalu, Zaid kecil sedang berjalan pulang bersama ibunya ke ka datang para perampok gurun. Zaid disergap dan
dibawa lari. Sejak itulah ia hidup sebagai seorang budak yang diperjualbelikan ke sana kemari. Nasiblah yang membawanya bertemu
dengan Rasulullah, orang yang amat Zaid cintai.

Melihat Muhammad amat menyayangi Zaid, Khadijah memberikan Zaid kepada suaminya itu. Khadijah yang bijaksana menger bahwa
suaminya menganggap Zaid seolah sebagai penggan Qasim dan Abdullah yang telah ada. Muhammad segera memerdekakan Zaid.
Namun, secara dak terduga, datanglah Haritsah, ayah Zaid.

Haritsah telah bertahun-tahun mencari Zaid sejak anaknya itu menghilang. Haritsah amat menyayangi dan merindukan Zaid sehingga ia
membuat puisi kesedihan tentang anaknya itu. Zaid pun amat menyayangi ayahnya.

"Silakan membawa Zaid pulang," kata Muhammad kepada Haritsah. "Tetapi, seandainya Zaid memilih tetap bersama saya, saya dak akan
menolaknya."

Ternyata, Zaid lebih memilih nggal bersama Muhammad. Muhammad amat bahagia sehingga mengangkat Zaid sebagai putra beliau.
Sejak saat itu, Zaid sering dipanggil Zaid bin Muhammad.

Di kemudian hari, Allah melarang anak angkat mewarisi harta ayah angkatnya yang telah wafat. Harta seorang ayah tetaplah menjadi hak
anak kandung, bukan anak angkat. Maha adil Allah Yang Agung.
Gua Hira

"Berhala berhala yang bernama Hubal, Lata dan Uzza itu dak pernah menciptakan seekor lalat sekali pun, bagaimana mungkin mereka
akan mendatangkan kebaikan bagi manusia?" demikian pikir Muhammad.

"Siapakah yang berada di balik semua ini? Siapa yang berada di balik luasnya langit dan tebaran bintang? Siapa yang berada di balik
padang pasir yang panas terbakar kilauan matahari? Siapa pencipta langit yang jernih dan indah, langit yang bermandi cahaya bulan dan
bintang yang begitu lembut, begitu sejuk? Siapa pembuat ombak yang berdebur dan penggali laut yang begitu dalam? Siapa yang berada
di balik semua keindahan ini?"

Demikianlah Muhammad dak mencari kebenaran dalam kisah-kisah lama atau tulisan para pendeta. Ia mencari kebenaran lewat alam. Ia
mengasingkan dirinya dari keramaian dan pergi ke Gua Hira.

"Betapa sia-sianya hidup manusia, waktu terus berlalu, sementara jiwa-jiwa rusak karena dikuasai khayal tentang berhala-berhala yang
mampu melakukan ini dan itu. Betapa sia-sianya hidup manusia karena ter pu dengan segala macam kemewahan yang ada berguna.'"

Beliau mengasingkan diri seper itu beberapa hari se ap bulan dan sepanjang bulan Ramadhan. Semakin lama, jiwanya semakin matang
dan semakin terisi penuh. Sampai suatu ke ka, saat usia Muhammad menginjak 40 tahun, datanglah seseorang yang bukan dari dunia ini
menemui beliau di Gua Hira. Muhammad yang pemberani dan tenang itu amat terkejut melihatnya.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 26

Diangkat Menjadi Utusan Allah

Makhluk yang datang itu adalah Malaikat Jibril. Ia datang membangunkan Muhammad yang sedang dur karena kelelahan. Jibril berkata
kepada Muhammad, "Iqra (Bacalah)!"

Dengan ha yang masih rasa terkejut, Muhammad menjawab, "Apa yang harus saya baca."

Kemudian Malaikat Jibril mendekap sehingga Muhammad merasa lemas. Jibril melepaskan dekapannya, lalu berkata lagi, "Bacalah!"

Kejadian itu berulang sampai ga kali. Kemudian, setelah Muhammad berkata, "Apa yang harus saya baca?" barulah Jibril membacakan
Surat Al 'Alaq ayat pertama hingga ayat kelima:
َ َ َ ْ ‫ْاﻗ َﺮأ‬
‫ﺎﺳ ِﻢ َ ﱢر ﻚ اﻟ ِﺬي ﺧﻠﻖ‬ ِ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,


Surah Al-'Alaq (96:1)
َ َ ْ ْ َ َ
‫ﺧﻠﻖ ِاﻹ َﺴﺎن ِﻣ ْﻦ ﻋﻠ ٍﻖ‬

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.


Surah Al-'Alaq (96:2)
َْ َ ْ
‫اﻗ َﺮأ َو َ ﱡر ﻚ اﻷ َﺮ ُم‬

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,


Surah Al-'Alaq (96:3)
َ َ
‫اﻟ ِﺬي ﻋﻠ َﻢ ِ ﺎﻟﻘﻠ ِﻢ‬

Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,


Surah Al-'Alaq (96:4)
َ ْ ْ َ
‫ﻋﻠ َﻢ ِاﻹ َﺴﺎن َﻣﺎ ﻟ ْﻢ َ ْﻌﻠ ْﻢ‬

Dia mengajar kepada manusia apa yang dak diketahuinya.


Surah Al-'Alaq (96:5)
Setelah mengucapkan ayat-ayat itu, Malaikat Jibril pun pergi meninggalkan Muhammad yang ha nya terhujam oleh firman Allah tadi.

Muhammad mendadak tersentak sadar. Beliau terbangun dari ketakutan sambil bertanya-tanya dalam ha , "Siapa gerangan yang kulihat
tadi? Apakah aku telah diganggu jin?"

Beliau menoleh ke kiri dan ke kanan, tetapi dak ada siapa pun. Muhammad diam sebentar dengan tubuh gemetar. Beliau lalu lari ke luar
gua, menyusuri celah-celah gunung sambil mengulang pertanyaan dalam ha , "Siapa gerangan yang menyuruhku membaca tadi?"

Mendadak, Muhammad mendengar namanya dipanggil. Panggilan tersebut terasa dahsyat sekali. Beliau memandang ke cakrawala dan
melihat malaikat dalam bentuk manusia. Muhammad tertegun ketakutan dan terpaku di tempatnya. Ia memalingkan wajah, tetapi di
seluruh cakrawala, ke mana pun beliau memandang rupa malaikat yang indah itu dak juga berlalu.

Ketulusan Khadijah

Di rumah, Khadijah ba- ba merasa khawa r dengan nasib suaminya. Beliau mengutus orang untuk mencari suaminya itu, tetapi dak
berhasil menemukannya.

Sementara itu, setelah rupa malaikat menghilang, Muhammad berjalan pulang dengan ha yang sudah di penuhi wahyu Allah. Dengan
jantung yang terus berdenyut keras dan ha berdebar ketakutan, beliau pulang ke rumah.

"Selimu aku," pinta Muhammad kepada Khadijah.

Khadijah segera menyelimu suaminya yang menggigil kedinginan seper terkena demam. Setelah rasa takutnya mereda, beliau
memandang Khadijah dengan tatapan mata meminta kekuatan dan perlindungan.

"Khadijah, kenapa aku?" kata Muhammad.

Kemudian, Muhammad menceritakan semua yang telah terjadi. Beliau juga berkata bahwa ia takut semua itu bukan datang dari Allah,
melainkan gangguan jin.

"Wahai putra pamanku," jawab Khadijah penuh sayang, "bergembiralah dan tabahkan ha mu. Demi Dia yang memegang hidup Khadijah,
aku berharap kiranya engkau akan menjadi nabi atas umat ini. Sama sekali Allah takkan mencemoohkanmu sebab engkaulah yang
mempererat tali kekeluargaan dan jujur dalam berkata-kata. Engkau selalu mau memikul beban orang lain dan menghorma tamu serta
menolong mereka yang dalam kesulitan atas jalan yang benar."

Kata-kata Khadijah itu menuangkan rasa damai dan tenteram ke dalam ha suaminya yang sedang gelisah. Khadijah benar-benar yakin
bahwa suaminya itu bukan diganggu jin. Beliau malah memandang suaminya itu dengan penuh rasa hormat.

Muhammad pun segera tenang kembali. Beliau memandang Khadijah dengan penuh kasih dan rasa terimakasih.
Tiba ba, sekujur tubuhnya terasa amat le h dan beliau pun ter dur lelap.

Sejak saat itu, berakhirlah kehidupan tentang seorang Muhammad. Mulai saat itu, kehidupan penuh perjuangan keras dan pahit akan
dilaluinya sebagai seorang *Rasulullah, utusan Allah*.

Kabar dari Waraqah bin Naufal

Khadijah menatap suaminya yang ter dur pulas itu. Dilihatnya kembali suaminya yang ter dur dengan nyenyak dan tenang sekali. Khadijah
membayangkan apa yang baru saja dituturkan suaminya. Firman Allah dan Malaikat yang indah. Luar biasa!

"Semoga kekasihku ini memang akan menjadi seorang nabi untuk menuntun umat ini keluar dari kegelapan," demikian pikir Khadijah.

Saat berpikir demikian, senyumnya mengembang. Namun, senyum itu segera menghilang, bergan rasa takut memenuhi ha tatkala
dibayangkan nasib yang bakal menimpa suaminya itu apabila orang-orang ramai menentangnya.

Demikianlah, pikiran bahagia dan sedih terus bergan -gan dalam benak Khadijah. Akhirnya, beliau memutuskan untuk menceritakan hal
ini kepada seseorang bijak yang dipercayanya.

Khadijah pun pergi menemui pamannya, Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani yang jujur, dan menceritakan semua yang
didengarnya dari Muhammad.

Waraqah bertafakur sejenak, lalu berkata, "Mahasuci Ia, Mahasuci. Demi Dia yang memegang hidup Waraqah. Khadijah, percayalah,
suamimu telah menerima 'namus besar' 1) seper yang pernah diterima Musa. Sungguh, dia adalah nabi umat ini. Katakan kepadanya
supaya tetap tabah."
Khadijah pulang. Dilihatnya suaminya masih ter dur. Dipandanginya suaminya itu dengan rasa kasih dan penuh ikhlas, bercampur harap
dan cemas. Tiba- ba, tubuh suaminya menggigil, napasnya terlihat sesak dengan keringat memenuhi wajah.

___________________
1) Namus Besar

Namus besar yang dimaksud Waraqah bin Naufal berasal dari bahasa Yunani, noms, ar nya kitab undang-undang atau kitab suci yang
diwahyukan. Namus bukan is lah dalam Al Qur'an.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 27
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Orang yang Berselimut

Muhammad yang kini telah menjadi Rasulullah terbangun karena mendengar Malaikat Jibril membawakan wahyu kepadanya,
‫ﱠﱢ‬
‫َ ﺎ أ ﱡﻳ َﻬﺎ اﻟ ُﻤﺪﺛ ُﺮ‬

Hai orang yang berkemul (berselimut), (QS: Al-Muddassir 74:1)


ْ َ ُ
‫ﻗ ْﻢ ﻓﺄﻧ ِﺬ ْر‬

bangunlah, lalu berilah peringatan! (74:2)


ْ ‫َو َ ﱠر َﻚ َﻓ ﱢ‬

dan Tuhanmu agungkanlah! (74:3)


َ َ َ
‫َو ِﺛ َ ﺎ َ ﻚ ﻓﻄ ﱢﻬ ْﺮ‬

dan pakaianmu bersihkanlah, (74:4)


ْ َ
‫اﻟﺮ ْﺟ َﺰ ﻓﺎﻫ ُﺠ ْﺮ‬
‫َو ﱡ‬

dan perbuatan dosa nggalkanlah, (74:5)


ُ ِ ‫َو َ َﺗ ْﻤ ُ ْ َ ْﺴ َﺘ‬

dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. (74:6)
ْ َ َ ‫َ َﱢ‬
ْ ‫ﺎﺻ‬
ِ ‫و ِﻟ ﻚ ﻓ‬

Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (74:7)

Khadijah memandang Rasulullah dengan kasih yang bertambah besar. Beliau perlahan mendeka suaminya. Khadijah dengan lembut
memintanya agar kembali dur.

"Waktu dur dan is rahat sudah dak ada lagi, Khadijah," demikian jawab Rasulullah.

"Jibril membawa perintah supaya aku memberi peringatan kepada umat manusia, mengajak mereka, dan supaya mereka beribadah hanya
kepada Allah. Namun, siapa yang akan kuajak? Siapa pula yang akan mendengarkan?"

Khadijah cepat cepat menentramkan ha suaminya. Diceritakannya apa yang tadi dikatakan Waraqah. Dengan penuh semangat, Khadijah
menyatakan diri sebagai orang yang mengimani Rasulullah.

Dengan demikian, tercatat dalam sejarah bahwa orang pertama yang memeluk Islam adalah Khadijah.

Untuk lebih menentramkan Rasulullah, Khadijah meminta suaminya memberitahu dirinya apabila malaikat datang.
Kemudian Jibril memang datang, namun hanya Rasulullah yang dapat melihatnya. Khadijah mendudukkan Rasulullah di pangkuan sebelah
kiri, lalu ke pangkuan sebelah kanan. Malaikat Jibril masih terlihat oleh Rasulullah. Namun, ke ka Khadijah melepas penutup wajahnya,
Rasulullah melihat Sang Malaikat menghilang.

Dari kejadian itu, Bunda Khadijah merasa yakin bahwa yang datang itu benar-benar malaikat, bukan jin.

Bertemu Waraqah

Tidak lama kemudian, Rasulullah bertemu dengan Waraqah bin Naufal. Saat itu, Rasulullah sedang melaksanakan thawaf. Sesudah
Rasulullah menceritakan keadaannya, Waraqah berkata, "Demi Dia yang memegang hidup Waraqah, engkau adalah nabi atas umat ini.
Engkau telah menerima Namus Besar seper yang pernah disampaikan kepada Musa. Pas lah kau akan didustakan, disiksa, diusir, dan
diperangi orang. Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup, pas aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang sudah
diketahui-Nya pula."

Kemudian, Waraqah mendekat dan mencium ubun-ubun Rasulullah.

Kini Rasulullah memalingkan wajah ke sekitarnya, melihat orang-orang yang menyembah patung-patung batu. Orang-orang ini juga
menjalankan riba dan memakan harta anak ya m. Mereka jelas-jelas berada dalam kesesatan. Kepada orang orang inilah Rasulullah
diperintahkan untuk menyeru agar mereka menghen kan perbuatan perbuatan itu.

Namun, apakah mereka mau berhen begitu saja? Orang orang Quraisy itu benar-benar amat kuat dalam memegang keyakinan mereka.

Orang orang itu bahkan siap berperang dan ma untuk mempertahankan keyakinan mereka. Untuk itu, Rasulullah memerlukan datangnya
wahyu penuntun lagi.

Namun, wahyu yang dinan Rasulullah ternyata dak juga turun. Jibril dak pernah datang lagi untuk waktu yang lama. Rasulullah merasa
amat terasing. Rasa takutnya kembali muncul. Beliau takut jika Allah melupakan bahkan dak menyukainya. Rasulullah kembali pergi ke
bukit dan menyendiri lagi di Gua Hira. Ingin rasanya beliau membumbung nggi dengan sepenuh jiwa, menghadap Allah, dan bertanya
mengapa dirinya seolah di nggalkan.

Apa gunanya hidup ini kalau harapan besar Rasulullah untuk menuntun umat ternyata menjadi kering. Rasulullah saat itu, benar benar
hampir merasa putus asa.

Surat Adh Dhuha

Tiba- ba, wahyu itu turun:


‫َ ﱡ‬
ٰ َ ‫اﻟﻀ‬‫و‬

Demi waktu matahari sepenggalahan naik,


Surah Ad-Duha (93:1)

ٰ َ ‫َواﻟﻠ ْ ِﻞ ِإ َذا َﺳ‬

dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), (93:2)

ٰ ‫َﻣﺎ َو ﱠد َﻋ َﻚ َ ﱡر َﻚ َو َﻣﺎ َﻗ‬

Tuhanmu ada meninggalkan kamu dan ada (pula) benci kepadamu. (93:3)
ُْ ْ
ٰ ‫َوﻟﻶ ِﺧ َﺮ ُة َﺧ ْ ٌ ﻟ َﻚ ِﻣ َﻦ اﻷو‬

Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). (93:4)
َ
ٰ َ ْ َ ‫ف ُ ْﻌ ِﻄ َﻚ َ ﱡر َﻚ ﻓ‬
َ ْ َ َ
‫وﻟﺴﻮ‬

Dan kelak Tuhanmu pas memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (ha ) kamu menjadi puas. (93:5)
َ َ ْ
‫أﻟ ْﻢ َ ِﺠﺪك َﻳ ِ ﻤﺎ ﻓ َو ٰى‬

Bukankah Dia mendapa mu sebagai seorang ya m, lalu Dia melindungimu? (93:6)


َ َ َ َ َ
‫َو َو َﺟﺪك ﺿﺎ ﻓ َﻬﺪ ٰى‬
Dan Dia mendapa mu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. (93:7)
َ ً
ٰ َ ‫َو َو َﺟ َﺪ َك َﻋ ِﺎﺋ ﻓﺄ ْﻏ‬

Dan Dia mendapa mu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. (93:8)
َْ ََ َ
‫ﻓﺄ ﱠﻣﺎ اﻟ َﻴ ِ َﻢ ﻓ ﺗﻘ َﻬ ْﺮ‬

Sebab itu, terhadap anak ya m janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.


(93:9)
َْ ََ
‫اﻟﺴ ِﺎﺋ َﻞ ﻓ ﺗﻨ َﻬ ْﺮ‬
‫َوأ ﱠﻣﺎ ﱠ‬

Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.


(93:10)
ْ ‫َ َ ﱢ‬
‫َوأ ﱠﻣﺎ ِﺑ ِﻨ ْﻌ َﻤ ِﺔ َ ﱢر ﻚ ﻓ َﺤﺪث‬

Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. (93:11)

Rasa cemas dan takut di ha Rasulullah kini hilang sudah. Betapa damainya firman Allah itu terasa di ha beliau. Rasulullah harus menjauhi
se ap perbuatan mungkar dan membersihkan pakaian. Beliau harus mengajak orang mengingat Allah. Beliau harus tabah menghadapi
gangguan, dak boleh menolak orang yang meminta bantuan, dan berlaku lembut kepada anak ya m.

Allah juga mengingatkan bahwa Rasulullah ya m, lalu Allah melindunginya lewat asuhan kakeknya, Abdul Muthalib, dan pamannya, Abu
Thalib.

Dulu, Rasulullah hidup miskin, lalu Allah memberinya kekayaan. Allah pula yang telah menyandingkan beliau dengan Khadijah, yang
menjadi kawan semasa muda, kawan semasa beliau ber-tahannuts, kawan yang penuh cinta kasih, yang memberi nasihat dengan rasa
kasih sayang.

Allah telah mendapa Rasulullah dak tahu jalan, lalu diberi-Nya beliau petunjuk kenabian. Cukuplah semua itu. Hendaklah mulai
sekarang, Rasulullah mengajak orang kepada kebenaran, sedapat mungkin, sekuat mungkin.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬


َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Bagian 28

Shalat

Shalat adalah satu di antara ibadah pertama yang diajarkan Allah kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Suatu saat, ke ka Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah
sedang melaksanakan shalat, datanglah Ali bin Abu Thalib. Ali yang saat itu masih anak-anak, tertegun melihat Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah
rukuk, sujud, serta membaca ayat-ayat Al Qur'an.

"Kepada siapa kalian sujud?" tanya Ali ke ka Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah selesai shalat.

"Kami sujud kepada Allah," jawab Rasulullah, "Allah telah mengutusku dan memerintahkan aku mengajak manusia menyembah Allah."

Kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajak sepupunya itu untuk beribadah kepada Allah semata serta meninggalkan berhala-berhala semacam
Lata dan Uzza. Rasulullah pun membacakan beberapa ayat Al Qur'an yang membuat Ali bin Abu Thalib terpesona karena ayat-ayat itu
demikian indah.

Ali meminta waktu untuk berunding dengan ayahnya terlebih dahulu. Semalaman itu, Ali merasa gelisah.
Esoknya, ia memberitahukan kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah bahwa ia akan mengiku mereka berdua, dak perlu meminta pendapat
ayahnya, Abu Thalib.

"Allah menjadikan saya tanpa saya perlu berunding dulu dengan Abu Thalib," demikian kata Ali, "apa gunanya saya harus berunding
dengan dia untuk menyembah Allah?"
Jadi, *Ali* adalah anak pertama yang memeluk Islam. Kemudian, *Zaid bin Haritsah*, bekas budak yang ikut Rasulullah ‫ﷺ‬, ikut masuk
Islam juga.
Sampai di situ, Islam masih terbatas pada keluarga Rasulullah: istri beliau, sepupu beliau, serta bekas budak yang ikut beliau. Apa yang
harus beliau lakukan untuk menyebarkan Islam lebih luas lagi? Beliau tahu betul betapa kerasnya dan betapa kuatnya orang-orang Quraisy
menyembah berhala yang diwarisi dari nenek moyang mereka.

Walau demikian, Islam ini harus disebarkan, betapa pun kerasnya perlawanan orang.

Keislaman Abu Bakar

Abu Bakar bin Abu Quhafa dari kabilah bani Taim adalah teman akrab Rasulullah ‫ ﷺ‬sejak zaman sebelum Rasulullah diangkat menjadi
utusan Allah. Rasulullah amat menyukai sahabatnya itu karena Abu Bakar adalah orang yang bersih, jujur, dan dapat dipercaya.

Suatu hari, Abu Bakar mendengar desas-desus tentang Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau segera keluar mencari sahabatnya itu. Ke ka mereka bertemu,
Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah,

"Wahai Abu Qasim (salah satu panggilan Rasulullah), ada apa denganmu? Kini engkau dak lagi terlihat di majelis kaummu dan kudengar
orang-orang menuduh, bahwa engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan masih banyak lagi yang mereka katakan."

"Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Allah mengutusku untuk menyampaikan risalah-Nya. Sekarang, aku mengajak kamu kepada agama Allah dengan keyakinan yang benar.
Demi Allah, sesungguhnya, apa yang kusampaikan adalah kebenaran. Wahai Abu Bakar, aku mengajak kamu untuk menyembah Allah yang
Maha Esa, yang dak ada sekutu bagi-Nya, dan janganlah menyembah kepada selain-Nya, dan untuk selamanya kamu taat kepada-Nya."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memperdengarkan beberapa ayat Al Qur'an. Selesai Rasulullah berbicara, Abu Bakar langsung memeluk Islam. Melihat
keislaman sahabatnya itu, Rasulullah amat gembira. Tidak seorang pun yang ada di antara dua gunung di Mekah yang kegembiraannya
melebihi kegembiraan Rasulullah saat itu.

Abu Bakar segera mengumumkan keislamannya itu kepada teman-temannya. Beliau juga mengajak mereka mengiku Rasulullah.
Dalam waktu singkat, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa'ad bin Abu Waqash pun menemui Rasulullah
dan masuk Islam.

Keislaman Utsman bin Affan

Utsman bin Affan menuturkan sendiri tentang keislamannya:

"Aku datang kepada bibiku Urwah bin Abdul Muthalib untuk menjenguknya karena ia sakit. Tidak lama kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke
tempat itu juga dan aku perha kan beliau. Waktu itu, tampak jelas kebesarannya. Beliau pun menghampiri aku dan berkata,
"Wahai Utsman, mengapa kau memerha kan aku begitu rupa?"

"Aku menjawab, 'Aku merasa kagum terhadap engkau dan terhadap kedudukan engkau di antara kami. Aku juga kagum dengan apa yang
dibicarakan orang-orang mengenai dirimu."

Utsman melanjutkan, "Kemudian, Rasulullah mengucapkan kalimat 'Laa illaha illallah'. Demi Allah, mendengar kalimat itu, aku langsung
bergetar. Kemudian, Rasulullah membacakan ayat,
َ َُ ُ ُْ
٢٢ ‫اﻟﺴ َﻤ ِﺎء رزﻗ ْﻢ َو َﻣﺎ ﺗﻮﻋﺪون‬ ‫ﱠ‬
ِ‫و‬
َ

َ ُ َْ ‫ﱠ‬ ْ ‫ﱞ‬ ُ‫ﱠ‬ َْ ‫َﻓ َﻮ َر ﱢب ﱠ‬


٢٣ ‫اﻟﺴ َﻤ ِﺎء َواﻷ ْرض ِإﻧﻪ ﻟ َﺤﻖ ِﻣﺜ َﻞ َﻣﺎ أﻧ ْﻢ ﺗﻨ ِﻄﻘﻮن‬

"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu. Maka, demi Tuhan langit dan bumi, sungguh, apa yang
dijanjikan itu pas terjadi seper apa yang kamu ucapkan."
(Adz Dzariyat, 51: 22-23).

Kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬berdiri dan pergi keluar. Aku pun mengiku beliau dari belakang. Kemudian, aku menghadap beliau dan aku
masuk Islam."

Pengorbanan Seorang Istri

Khadijah yang berasal dari kalangan bangsawan Mekah, sadar betul bahwa suaminya kelak akan dibenci oleh orang-orang kafir. Beliau
berjuang di sisi suaminya, memilih Islam, dan menjadi pengikut pertama.
Khadijah menukar segala harta miliknya dengan kejayaan Islam yang dak pernah beliau nikma .

Bersambung
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 29
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Kaum Muslimin Awal

Mengetahui betapa kerasnya kebencian orang-orang Quraisy, kaum Muslimin permulaan (Assaabiquunal Awaluun), melaksanakan ibadah
mereka secara sembunyi-sembunyi. Jika hendak shalat mereka pergi ke celah-celah gunung di Mekah. Keadaan ini berlangsung selama ga
tahun berturut-turut. Sementara itu, sedikit demi sedikit Islam semakin meluas. Firman Allah yang turun satu demi satu semakin
memperkuat keyakinan kaum Muslimin.

Ada satu hal yang membuat dakwah Islam berkembang, yaitu keteladan Rasulullah ‫ﷺ‬, yang beliau contohkan dengan sangat baik. Beliau
adalah orang yang penuh bak dan penuh kasih sayang. Beliau juga sangat rendah ha sekaligus gagah berani. Tutur kata beliau lembut
dan selalu berlaku adil. Hak se ap orang pas ditunaikan sebagaimana mes nya. Perlakuan Rasulullah ‫ ﷺ‬terhadap orang-orang yang
lemah, ya m piatu, orang sengsara, dan orang miskin adalah perlakuan yang penuh kasih, lembut dan sayang.

Pada malam hari beliau dak cepat dur, Beliau bertahajud dan membaca wahyu yang disampaikan Allah padanya. Beliau selalu merenung
tentang nasib umatnya. Beliau juga merenungkan betapa luar biasanya penciptaan langit, bumi dan segala isinya. Seluruh permohonannya
dihadapkan kepada Allah. Hal-hal seper itu membuat orang-orang yang sudah beriman semakin bertambah cintanya kepada Islam dan
semakin kukuh keimanannya. Mereka sudah berketetapan ha meninggalkan sesembahan nenek moyang mereka dan dak takut siksaan
orang-orang kafir yang membencinya.

Kalau orang lain telah Rasulullah ‫ ﷺ‬dakwahi bagaimana dengan keluarga beliau? Apakah beliau juga berdakwah kepada paman-paman
beliau yang sebagiannya merupakan para pembesar Quraisy yang disegani? Apa yang mereka lakukan ke ka mereka tahu bahwa Rasulullah
‫ ﷺ‬mengajak meninggalkan sesembahan berhala yang telah begitu lama diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Jamuan Makan Untuk Kerabat

Tidak ada yang lebih dicintai Rasulullah ‫ ﷺ‬daripada kaum kerabatnya sendiri. Setelah ga tahun, turunlah firman Allah yang
memerintahkan agar beliau berdakwah kepada kerabatnya.
َ ْ َ ََ َ ْ ْ َ
َ َ ‫اﻷ ْﻗ‬
ِ ‫وأﻧ ِﺬر ﻋ ِﺸ ﺗﻚ‬

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,


Surah Asy-Syu'ara' (26:214)
َ ‫ﺎﺣ َﻚ ﻟ َﻤﻦ ﱠاﺗ َ َﻌ َﻚ ﻣ َﻦ اﻟ ُﻤ ْﺆﻣﻨ‬
َ ‫ﺾ َﺟ َﻨ‬ ْ َ
ْ ‫اﺧﻔ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ‫و‬

dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengiku mu, yaitu orang-orang yang beriman.
Surah Asy-Syu'ara' (26:215)
َ َ ٌ ‫َﻓﺈ ْن َﻋ َﺼ ْﻮ َك َﻓ ُﻘ ْﻞ إ ﱢ َﺑﺮ‬
‫يء ِﻣ ﱠﻤﺎ ﺗ ْﻌ َﻤﻠﻮن‬ ِ ِ

Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: Sesungguhnya aku dak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan;
Surah Asy-Syu'ara' (26:216)
‫َو َﺗ َﻮ ْﻞ َﻋ اﻟ َﻌ ﺰ ﱠ‬
‫اﻟﺮ ِﺣ ِﻢ‬

Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,
Surah Asy-Syu'ara' (26:217)

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengundang makan keluarga besar beliau. Mereka pun datang,

"Muhammad beri aku arak!" seru seorang paman beliau yang bernama Zubair.

Namun Rasulullah SAW hanya menyuguhkan susu. Setelah mereka makan, Rasulullah ‫ ﷺ‬berdiri dan berkata,

"Saya dak melihat ada seorang manusia di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah masyarakat lebih baik dari yang
saya bawakan kepada kamu sekalian ini. Kubawakan kepada kamu dunia dan akhirat yang terbaik. Allah telah menyuruhku mengajak kamu
sekalian. Siapa di antara kamu yang mau mendukungku?"
Setelah sesaat terpesona, semua orang menggerutu dan bangkit hendak pulang. Namun mereka kembali terperangah ke ka Ali bin Abu
Thalib yang masih remaja bangkit seraya berseru lantang,

"Rasulullah saya akan membantumu! Saya adalah lawan siapa saja yang engkau tentang!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬menepuk bahu Ali sambil berkata kepada yang lain,

"Inilah saudara saya, pembantu, dan penggan saya. Iku dan patuhilah dia!"

Mendadak tawa hadirin meledak. Seseorang berkata kepada Abu Thalib,

"Ia memerintahkan engkau supaya mendengar dan mematuhi anakmu sendiri"

Kemudian, semua orang bubar begitu saja. Tidak seorang pun di antara para undangan yang tertawa terbahak-bahak itu menyadari bahwa
di antara mereka akan ditebas Ali memang bersungguh-sungguh dengan kata-katanya itu.

Walid bin Mughirah

Pada awal kenabian, ada seorang bernama Walid bin Mughirah. Ia mempunyai dua sahabat yang merupakan penyair hebat. Dengan syair-
syairnya, mereka berusaha menjelek-jelekkan Rasulullah SAW. Dengan syair, Walid mempengaruhi orang banyak dengan dua sahabat
penyairnya.

Penduduk Mekah Tidak Hirau

Meski ajaran Rasulullah ‫ ﷺ‬meluas dengan cepat, penduduk Mekah masih berha -ha dan dak terlalu hirau. Mereka menduga ajakan
Rasulullah ‫ ﷺ‬akan hilang dengan sendirinya dan orang akan kembali menyembah kepercayaan nenek moyang mereka. Yang akhirnya, yang
menang pas Hubal, La a dan Uza pikir mereka, dak sadar bahwa keimanan murni yang diajarkan Rasulullah ‫ ﷺ‬dak dapat dikalahkan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 30
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Seruan dari Bukit Shafa

Rasulullah ‫ ﷺ‬menaiki Bukit Shafa. Kemudian dengan suara lantang, beliau memanggil-manggil,
"Wahai orang-orang Quraisy! Wahai orang-orang Quraisy!"

Penduduk Mekah yang sibuk dengan urusannya terkejut dan menoleh.


"Muhammad berseru dari atas Shafa!" seru mereka.

Seke ka, orang-orang datang berduyun sambil bertanya-tanya khawa r,


"Ada apa?"

Rasulullah SAW memandang kerumunan orang di bawah yang menatapnya dengan wajah penuh tanda tanya.

"Bagaimana pendapat kalian kalau kuberi tahu bahwa di balik-bukit ini ada pasukan berkuda yang siap menyerbu. Percayakah kamu
kepadaku?"
tanya Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Kami percaya!" jawab orang-orang yang di berkerumun itu.

"Kami dak akan meragukan kata-katamu. Tidak pernah kami mendengar engkau berdusta."

Rasulullah ‫ ﷺ‬menarik napas dan menyampaikan seruannya,

"Aku mengingatkan kalian sebelum datang siksa yang amat berat! Wahai orang-orang Quraisy, Allah memerintahkan aku untuk memberi
peringatan kepada kalian bahwa yang terbaik bagi kehidupan dunia dan akhirat adalah mengucapkan kalimat 'Laa ilaaha illallaah
Muhammadurrasulullah."
Sejenak orang-orang tampak terpesona. Namun, Abu Lahab yang juga hadir di situ, dengan cepat naik darah. Ia berseru keras-keras
mencaci Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Celaka engkau, Muhammad! Binasa dan celakalah seluruh hari-harimu! Hanya untuk omong kosong itukah kamu mengumpulkan kami?"

Rasulullah ‫ ﷺ‬dak berkata apa-apa dihina sekeras itu. Beliau hanya menatap tajam wajah Abu Lahab. Setelah teriakan Abu Lahab itu,
orang-orang Quraisy seper disadarkan dari rasa terpesonanya. Mereka bubar dengan bermacam ngkah. Ada yang mengerutkan kening,
ada yang berbisik-bisik, ada yang melirik Rasulullah SAW sambil tersenyum mencibir.

Hinaan Abu Lahab itu dak dibiarkan Allah.Turunlah firman yang mengutuk perbuatan itu.

Turunnya Surat Al-Lahab

Allah berfirman: mengutuk Abu Lahab


‫ﺖ َ َﺪا أ ﻟ َﻬﺐ َو َﺗ ﱠ‬
‫ﺐ‬
ْ ‫َﱠ‬
‫ﺗ‬
ٍ ِ
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
Surah Al-Lahab (111:1)
َ ‫َﻣﺎ أ ْﻏ َ ٰ َﻋ ْﻨ ُﻪ َﻣﺎﻟ ُﻪ َو َﻣﺎ ﻛ َﺴ‬
‫ﺐ‬

Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.


Surah Al-Lahab (111:2)
َ َ َ
‫َﺳ َ ْﺼ ٰ ﻧﺎرا ذات ﻟ َﻬ ٍﺐ‬

Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.


Surah Al-Lahab (111:3)
َ َ ُُ
‫َو ْاﻣ َﺮأﺗﻪ َﺣ ﱠﻤﺎﻟﺔ اﻟ َﺤﻄ ِﺐ‬

Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.


Surah Al-Lahab (111:4)
َ
‫ِ ِﺟ ِﺪﻫﺎ َﺣ ْ ٌﻞ ِﻣ ْﻦ َﻣ َﺴ ٍﺪ‬

Yang di lehernya ada tali dari sabut.


Surah Al-Lahab (111:5)

Wahai Abu Lahab, sekarang apa yang akan engkau katakan? Dengarlah, keponakanmu Muhammad dak akan pernah lagi bungkam
terhadap orang yang menentangnya. Keponakanmu Muhammad dak akan pernah lagi menerima caci maki dan hinaan dari siapa pun
sekali pun dari pamannya sendiri. Jika caci maki itu ditujukan pada ajaran Allah yang dibawanya. Keponakanmu Muhammad bahkan siap
terjun ke medan laga untuk menghadapi orang-orang yang sombong dan congkak seper dirimu.

Wahai Abu Lahab dengarkanlah! Dengarkanlah firman Allah yang baru turun itu! Bukankah firman itu seper gelegar pe r yang
menyambar dirimu?

Dirimulah yang binasa, Abu Lahab! Seluruh hari-harimulah yang binasa! Binasalah kedua tanganmu dan sungguh engkau akan benar-benar
binasa!

Abu Lahab

Nama asli Abu Lahab adalah Abdul Uzza. Abu Lahab ar nya si "Umpan Api".
Bisa dibayangkan betapa sakitnya ha Rasulullah ‫ ﷺ‬dihina Abu Lahab. Abu Lahab adalah paman Rasulullah ‫ﷺ‬.
Lebih dari itu Rasulullah SAW menikahkan kedua putrinya, Ruqayyah dan Ummu Kultsum dengan ke dua putra Abu Lahab, Utbah dan
Utaibah.

Ummu Jamil

Selain Abu Lahab, ada seorang lagi yang amat murka dengan turunnya Surat Al Lahab. Dia adalah Ummu Jamil, istri Abu Lahab. Begitu
mendengar bunyi Surat Al Lahab yang disampaikan orang kepadanya, ha Ummu Jamil menggelegak marah. Ia keluar rumah dan berjalan
ke sana kemari mencari sasaran pelampaisan kemarahan. Tidak lama kemudian, ia bertemu dengan Abu Bakar. Amarahnya naik ke ubun
ubun.
"Apa maksud temanmu melantunkan syair tentang diriku?" bentak Ummu Jamil kepada Abu Bakar.

Abu Bakar menger bahwa yang dimaksud Ummu Jamil adalah Rasulullah. Sebenarnya, saat itu Rasulullah ada di sisi Abu Bakar, tetapi
Allah menutupi beliau dari pandangan Ummu Jamil.

"Demi Allah, temanku itu dak pandai bersyair!" sanggah Abu Bakar.

"Bukankah temanmu itu mengatakan bahwa di leherku ada tali dari sabut yang dipintal?"

Ummu Jamil meraba-raba lehernya. Di leher itu, ada untaian kalung yang amat indah. Ia mempertontonkan perhiasannya itu kepada Abu
Bakar sampai Abu Bakar merasa jengah dan memalingkan wajahnya.

"Inilah tali sabut yang dimaksud temanmu itu?" ejek Ummu Jamil sambil tersenyum. "Tidakkah ini merupakan tali sabut paling indah di
dunia?"

Ummu Jamil kemudian berlenggak-lenggok genit sambil mempermainkan kalungnya. Ia tertawa dengan congkak. Abu Bakar dak
membalas, beliau cuma memejamkan mata.

Melihat Abu Bakar yang tetap tenang, Ummu Jamil melengos pergi sambil mengomel,

"Semua orang Quraisy tahu bahwa aku adalah putri kebanggaan mereka!"

Ummu Jamil adalah wanita yang sangat can k. Ummu Jamil berar "Ibu Kecan kan". Namun, seper suaminya, Ummu Jamil sangat
membenci Rasulullah dan kaum Muslimin. Begitu bencinya sampai ia menyuruh budak-budaknya melemparkan kotoran dan batu kepada
Rasulullah se ap kali beliau lewat.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 31
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Minta Mukjizat

Bersungguh-sungguh atau hanya sekedar mengejek, orang-orang Quraisy sering meminta mukjizat kepada Rasulullah.

"Kalau Tuhanmu bisa menurunkan mukjizat, kami pas akan beriman kepadamu!" demikian seru salah seorang dari mereka kepada
Rasulullah.

"Muhammad! Kalau engkau benar benar Rasulullah, mintalah Tuhan agar menyulap Bukit Shafa dan Marwa menjadi bukit-bukit emas!"
seru yang lain.

"Ya, itu benar! Tetapi kalau Tuhanmu dak sanggup membuat bukit emas, cobalah turunkan ayat-ayat Allah itu dalam sebuah kitab yang
diturunkan langsung dari langit! Itu pun sudah akan membuat kami beriman!"

Rasulullah dak menanggapi permintaan-permintaan aneh itu. Melihat Rasulullah yang tetap diam dan tenang, orang-orang Quraisy jadi
semakin kesal. Dari waktu ke waktu, sering di muka umum dan disaksikan orang banyak, mereka mengajukan permintaan-permintaan lain
yang lebih mustahil.

"Muhammad, kami dengar engkau sering membicarakan Jibril. Mengapa engkau dak menampakkan Jibril di hadapan kami agar kami
yakin?"

"Muhammad, kalau Tuhammu memang sehebat yang engkau katakan, mintalah Ia menghidupkan orangtua-orangtua kami yang sudah
ma !"

"Muhammad, katamu engkau membawa agama kasih sayang buat seluruh alam! Kalau begitu, mintalah Tuhanmu agar memunculkan mata
air yang lebih sedap dari sumur Zamzam! Bukankah engkau tahu bahwa penduduk Mekah sangat memerlukan air?"

"Ya, se daknya mintalah Tuhanmu melenyapkan bukit-bukit yang mengurung Mekah agar kota ini dapat mudah dicapai orang dari arah
mana pun!"
Jawaban untuk Kaum Quraisy

Allah sendirilah yang menjawab permintaan-permintaan itu melalui firman-Nya:


َ ُ ْ َ َ ‫َ ﱠ َ َ َ ُ َ ْ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ َْ ُ َ َ ْ َ َ َ ﱠ َ ﱡ ُ ْ َ ﱠ‬ ََ َْ َْ ُ ْ َ ْ ُ
‫ﻮء ۚ ِإن أﻧﺎ ِإ ﻧ ِﺬ ٌﻳﺮ َو َ ِﺸ ٌ ِﻟﻘ ْﻮ ٍم ُﻳﺆ ِﻣﻨﻮن‬ ‫ا ِإ ﻣﺎ ﺷﺎء ا ۚ وﻟﻮ ﻛﻨﺖ أﻋﻠﻢ اﻟﻐ ﺐ ﺳﺘ ت ِﻣﻦ اﻟﺨ وﻣﺎ ﻣﺴ ِ اﻟﺴ‬ ‫ﻧﻔﻌﺎ و‬ ِ ‫ﻗﻞ أﻣ ِﻠﻚ ِﻟﻨﻔ‬

Katakanlah: Aku dak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan dak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah.
Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku dak akan di mpa
kemudharatan. Aku dak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
Surah Al-A'raf (7:188)

Melalui ayat ini, Allah menyuruh Rasulullah mengatakan, "Wahai orang Quraisy, aku hanyalah seorang pemberi peringatan. Bukankah aku
dak meminta kepadamu hal-hal di luar kemampuan akal? Mengapa kamu justru memintaku menunjukkan hal-hal yang dak masuk akal?

"Wahai orang Quraisy, bukankah Al Qur'an itu sendiri merupakan sebuah mukjizat? Kemudian, mengapa kamu masih meminta mukjizat
yang lain? Apakah jika mukjizat itu benar-benar diturunkan, kamu akan beriman kepadaku? Bukankah jika mukjizat itu turun, kamu akan
mengatakan bahwa aku hanyalah seorang penyihir yang mengada-ada?

"Wahai orang Quraisy, kalau kamu dak mau menyembah Allah dan tetap menyembah berhala, mengapa dak kamu minta saja mukjizat-
mukjizat tadi kepada para berhala itu? Bukankah kamu tahu bahwa berhala-berhala itu dak dapat mendatangkan kebajikan? Bukankah
mereka dak bergerak, dak hidup, dan hanya terbuat dari batu dan kayu? Bukankah mereka dak dapat membela diri jika ada orang yang
datang dan menghancurkannya?

Demikianlah, Rasulullah menjawab dengan kata-kata yang dak dapat lagi dibantah kebenarannya. Namun, apakah orang-orang kafir itu
seke ka mau menerima Islam? Tidak, mereka bahkan melakukan hal-hal lain untuk menyingkirkan Rasulullah.

Ammarah bin Walid

Sekali pun dak memeluk Islam, Abu Thalib adalah pelindung Rasulullah. Jika ada orang yang membahayakan Rasulullah, Abu Thalib dan
kabilahnya siap membelanya sampai k darah penghabisan. Tidak ada musuh Rasulullah yang berani membunuh beliau tanpa
menghadapi Abu Thalib dan kabilahnya. Karena mengetahui kokohnya perlindungan Abu Thalib ini, para pemuka Quraisy mendatangi
orangtua itu di rumahnya.

"Abu Thalib," demikian mereka mengajak bicara,

"keponakanmu itu sudah memaki berhala-berhala kita, mencaci agama kita, dan menganggap sesat nenek moyang kita. Engkau harus
menghen kan dia sekarang. Jika dak, biarlah kami yang akan menghadapinya. Kalau kamu melindunginya juga, biar kabilah-kabilah kami
yang akan menghadapi kabilahmu."

Abu Thalib menghela napas berat,


"Demi Tuhan Ka'bah, biar seluruh Mekah menghalangi jalanku, aku akan tetap melindungi kemenakanku itu."

Para pemimpin Quraisy itu saling berpandangan, lalu pergi tanpa berkata apa-apa. Bagaimanapun, mereka belum sanggup menghadapi
perang saudara yang akan menghancurkan kota Mekah. Mereka memutar akal dan menemukan muslihat lain.

Para pemimpin Quraisy itu kembali mendatangi Abu Thalib sambil membawa serta Ammarah bin Walid. Ia adalah pemuda Quraisy yang
gagah perkasa dan paling tampan wajahnya.

"Ambillah dia! Jadikan dia sebagai anak. Ia jadi milikmu. Namun, serahkanlah keponakanmu yang menyalahi agama kita dan agama nenek
moyang kita, yang memecah belah persatuan kita itu untuk kami bunuh!"

"Bagaimana, Abu Thalib? Bukankah ini pertukaran yang adil? Seorang laki-laki ditukar pula dengan seorang laki-laki!"

Wajah Abu Thalib berubah murka. Dengan mata menyala, ditatapinya para bangsawan itu satu demi satu.

"Betapa buruknya tawaran kalian kepadaku ini!" geram Abu Thalib.

"Bayangkan, kalian memberikan anakmu kepadaku untuk aku beri makan, sedangkan aku harus menyerahkan anakku untuk kalian bunuh!
Demi Tuhan Ka'bah, ini adalah hal yang dak boleh terjadi buat selamanya!"

Abu Thalib adalah pemimpin kabilah Bani Hasyim. Kini Bani Hasyim terpecah dua. Kaum miskinnya membela Abu Thalib, sedang kaum
kayanya membela Abu Lahab.

Bersambung
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬
Bagian 32
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Dahsyatnya Iman

Abu Thalib memanggil Rasulullah dan berkata,

"Muhammad, orang-orang Quraisy kembali datang padaku dan mengatakan, 'Wahai Abu Thalib, engkau adalah orang terhormat dan
terpandang di kalangan kami. Oleh karena itu, kami meminta baik-baik kepadamu untuk menghen kan keponakanmu itu, tetapi dak juga
engkau lakukan. Ingatlah, kami dak akan nggal diam terhadap orang yang memaki nenek moyang kita, dak menghargai harapan-
harapan kita, dan mencela berhala-berhala kita. Suruh diam dia atau kami lawan dia hingga salah satu pihak nan binasa! ' "

Abu Thalib memandang wajah keponakannya lekat-lekat, hampir seper memohon, lalu katanya,

"Jagalah Aku, Nak. Jaga juga dirimu. Jangan Aku dibebani dengan hal-hal yang dak dapat kupikul. "

Rasullullah tertegun. Beliau tahu, pamannya seolah sudah dak berdaya lagi membelanya. Pamannya hendak meninggalkan dan
melepasnya. Sementara itu, kaum muslimin masih lemah dan belum mampu membela diri. Namun, semua diserahkan pada kehendak
Allah. Rasullullah bertekad untuk terus berdakwah. Lebih baik ma membawa iman daripada menyerah atau ragu-ragu.

Oleh karena itu, dengan seluruh kekuatan jiwa, Rasulullah berkata,

"Paman, demi Allah, kalau pun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan tugas ini,
sungguh dak akan ku nggalkan. Biar nan Allah yang akan membuk kan apakah kemenangan itu ada di tanganku atau aku binasa
karenanya."

Begitulah kedahsyatan iman Rasulullah. Abu Thalib sampai tertegun dan gemetar mendengar tekad keponakannya itu. Rasulullah pergi
sambil meni kkan airmata, tetapi Abu Thalib memanggilnya kembali sambil berkata,

"Anakku katakanlah sekehendakmu. Aku dak akan menyerahkan engkau apa pun yang terjadi."

Utsman dan Ruqayyah

Sore itu, Rasulullah pulang ke rumah dengan ha yang sangat sedih. Seharian, beliau melihat para pengikutnya disiksa.

Betapa berat penderitaan orang-orang Muslim saat itu. Khadijah menghampiri suaminya tercinta. Dihibur dan dikuatkannya kembali diri
Rasulullah .

Tiba- ba, pintu terbuka. Ruqayyah, putri kedua Rasulullah, ba- ba masuk sambil menangis. Ruqayyah mendekap pangkuan ibunya sambil
menangis tersedu-sedu.

"Ada apa, sayang?" tanya Khadijah begitu lembut, menutupi kekhawa rannya sendiri akan berita buruk yang dibawa putrinya itu.

"Suamiku menceraikan aku, Bunda," isak Ruqayyah. "Ayah mertuaku, Abu Lahab, menyuruh suamiku menceraikan aku dan suamiku
menurut. Ia dijanjikan akan dinikahkan kembali dengan putri bangsawan."

Rasulullah dan Khadijah saling bertatapan sedih. Sudah sekejam itu Abu Lahab ber ndak untuk menyaki Rasulullah dan keluarganya.

"Ummu Jamil, ibu mertuaku, merobek-robek bajuku," lanjut Ruqayyah pilu. "Abu Lahab memukuliku. Abu Lahab, Ummu Jamil, dan
suamiku, Utbah, bersumpah dak akan menerima lagi kehadiranku selama ayah masih tetap mendakwahkan Islam."

Seberapa pun tabahnya Khadijah, akhirnya air matanya meni k juga melihat putrinya yang kini menjadi orang terusir. Dengan lembut,
Rasulullah memeluk putrinya itu dan menghapus air mata di pipinya.

"Aku lebih sayang Ayah dan Bunda daripada siapa pun di dunia ini," bisik Ruqayyah kepada Rasulullah.

Dengan ha pilu, Rasulullah pergi menemui Abu Bakar. Rasulullah menceritakan kejadian yang menimpa Ruqayyah.
"Ya Rasulullah," kata Abu Bakar dengan lembut.

"Sebenarnya, dari dulu, Utsman bin Affan sudah menaruh ha pada Ruqayyah, tetapi Utbah mendahuluinya. Utsman sangat menyesal
dak dapat menyun ng putri Anda."

Mendengar penuturan Abu Bakar, Rasulullah pun kemudian menikahkan Utsman dengan Ruqayyah. Untuk sementara, berakhir satu
kesedihan.

Masih banyak lagi cobaan dan ujian lain yang akan mendera Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya.

Duri-duri di Jalan

Gangguan Ummu Jamil dan Abu Lahab semakin menjadi jadi. Se ap kali Rasulullah ‫ ﷺ‬berjalan untuk menemui para pengikutnya, se ap
itu pula beliau menemukan duri-duri bertebaran di jalan. Perlahan dan berha -ha , Rasulullah ‫ ﷺ‬melangkah agar duri dak menembus
kakinya. Namun, hampir se ap kali pula dalam keadaan itu, kotoran dan batu melayang ke arah beliau.

Suara tawa melengking terdengar jika Rasulullah ‫ ﷺ‬tengah sibuk menghindari lemparan batu dan kotoran. Sambil menghapus kotoran
yang melekat di pakaian, Rasulullah menoleh ke arah suara tawa. Ummu Jamil dan Abu Lahab kelihatan begitu menikma penderitaan
Rasulullah ‫ﷺ‬. Ummu Jamil berpakaian mencolok dan selalu menatap Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan tatapan menghina.

"Lihat!" lengking Ummu Jamil,

"Inilah Muhammad, anak gembel yang berani membawa agama baru! Agama yang dikiranya dapat menyamakan kedudukan para
bangsawan dan budak!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬dak berkata apa-apa untuk membalas. Beliau hanya balik menatap dengan tatapan yang tajam.

"Percuma kamu banyak berkata, istriku! Telinganya sudah tuli!" Sembur Abu Lahab. "Hai, para budak! Lanjutkan kesenangan kalian!”

Seke ka itu juga, budak-budak kuat bertubuh besar milik Abu Lahab dan Ummu Jamil kembali melempari Rasullulah ‫ ﷺ‬dengan batu,
kotoran, dan pasir. Diperlakukan seper itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬dak membalas sedikit pun. Beliau hanya menghindar, menahan sakit, seraya
bersabar dan terus bersabar.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 33
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Bilal bin Rabbah

Beberapa pengikut Rasulullah yang pertama berasal dari kalangan miskin dan lemah. Ajaran Islam yang melarang penindasan membuat
banyak budak dengan segera menjadi seorang Muslim. Namun, jika tuan mereka tahu akan hal ini, para budak itu dipaksa harus memilih:
kembali menyembah berhala atau disiksa habis-habisan.

"Lemparkan dia dan baringkan tubuhnya di atas pasir!" raung Umayyah bin Khalaf Al Juhmi. Rupanya, ia sangat murka mengetahui seorang
budaknya, Bilal bin Rabbah, menjadi pengikut Rasulullah. Lebih murka lagi ia ke ka tahu bahwa Bilal, si pemuda hitam itu, lebih memilih
menghadapi siksa dan membangkang kehendaknya daripada harus keluar dari agama barunya itu.
Orang-orang suruhan Umayyah membuka seluruh baju Bilal. Kemudian, budak malang itu ditelentangkan di atas padang pasir yang
panasnya begitu menyengat saat matahari berada di atas kepala.

"Budak jelek, engkau akan diperlakukan seper ini hingga engkau ma atau engkau mengingkari Muhammad dan kembali menyembah
Lata dan Uzza!".

Menghadapi ancaman itu, Bilal hanya berkata,


"Ahad! Ahad!" ("Maha Esa Allah! Maha Esa Allah! ")

Suara cambuk memerihkan telinga ke ka Bilal disiksa, "Ahad! Ahad!"

"Letakkan batu besar di atas dadanya!" raung Umayyah.


Bilal merasa dadanya hampir remuk dan terasa sesak sekali, sehingga nyaris ia dak dapat lagi bernapas atau pun bersuara, tetapi ia tetap
melantunkan kalimat juangngya. "Ahad! Ahad! Ahad!"

Ibu Bilal, Hamamah, juga disiksa tuannya. Menurut suatu riwayat, ia gugur dalam penyiksaan itu dan wafat sebagai syuhada.
(Dalam riwayat yang lain, Hamamah, dimerdekakan Rasulullah).

Khalid bin Sa'id

Seper Bilal, Khalid bin Sa'id termasuk orang-orang pertama yang beriman. Khalid adalah orang ke kelima yang masuk Islam. Ia bermimpi
akan jatuh ke jurang api, tapi diselamatkan oleh seseorang yang ternyata ia adalah Rasulullah SAW.

Siksaan Demi Siksaan

Setelah melihat Umayyah menyiksa Bilal sedemikian kejam, para pemilik budak dan pembesar Quraisy yang lain ikut menyiksa para budak
mereka yang ketahuan memeluk agama Islam. Beragam siksaan sangat kejam di mpakan kepada para pemeluk Islam pertama itu.

"Hukuman apa yang harus ku mpakan kepada budak pembangkang ini, Tuan?" Tanya algojo.

Sang Tuan tersenyum sinis, "Cambuk dia sampai tanganmu dak mampu lagi!"

Algojo melaksanakan tugasnya dengan patuh. Suara lecutan cambuk disertai erangan orang terdengar dari de k ke de k. Se ap lecutan
membuat rasa sakit lebih perih dari lecutan sebelumnya. Sebagian orang yang kuat bertahan hingga pingsan. Sebagian yang lain gugur
karena dak kuat menahan derita.

Lebih dari itu, ternyata bukan hanya cambuk yang bicara.

"Buka pakaiannya!" perintah seorang bangsawan kepada tukang pukulnya.

Beberapa budak Muslim yang malang itu segera saja menjadi dak berbaju.

"Pakaikan mereka pakaian besi yang ketat menempel di kulit!" seringai sang bangsawan.

Para tukang pukul segera menurut.

"Sekarang, bakar baju besi yang telah dikenakan itu!" seru bangsawan dengan buas.

Jerit kesakitan budak-budak Muslim itu amat memilukan karena baju besi yang dibakar itu menghanguskan seluruh kulit tubuh mereka.

Ummu Ubais dan Zinnirah

Ummu Ubais dan Zinnirah adalah dua perempuan Muslim yang disiksa sampai jadi buta. Orang-orang Quraisy mengejek dengan
mengatakan bahwa kebutaan itu disebabkan mereka dikutuk berhala.
Akan tetapi, dengan izin Allah, keduanya kemudian dapat melihat lagi sehingga orang-orang Muslim dapat membalas ejekan orang-orang
kafir.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 34
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Syahidah Pertama

Sabar, demikian sabda Rasulullah ‫ﷺ‬, se ap kali para pengikutnya mengadukan penderitaan mereka. Saat itu memang dak ada lagi yang
dapat diperbuat selain sabar sampai ma . Sabar yang demikian membuat para pemeluk Muslim pertama sanggup menanggung derita
siksa di luar batas kemampuan fisik manusia.

Khabbab bin Al Arat pernah meminta agar Rasulullah ‫ ﷺ‬berdo'a kepada Allah dalam menghadapi penindasan ini. Mendengar ini,
Rasulullah duduk dengan wajah merah padam seraya bersabda,
"Sungguh telah terjadi sebelum kamu, ada orang yang disisir badannya dengan sisir besi hingga dagingnya mengelupas dan terlihat tulang-
َ َُ
tulangnya. Akan tetapi, ia tetap teguh memegang keyakinannya. Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬akan menyempurnakan urusan ini sampai seorang
penunggang kuda berjalan dari Shan'a ke Hadramaut dan ia dak takut kecuali kepada Allah. Ingatlah, serigala akan tetap ada di tengah-
tengah gembalaan, hanya saja kalian lengah."

Sumayyah adalah ibu Ammar bin Yasir. Beserta suami dan anaknya, Sumayyah disiksa karena mengiku ajaran Rasulullah. Ia diseret di
jalan-jalan Kota Mekah, lalu dilempar ke padang pasir.

"Pukuli dia! Pukuli dia sekuat-kuatnya!" Perintah Abu Jahal.

Sumayyah pun dipukuli sampai pingsan. Kejadian ini dilakukan berulang-ulang selama berhari-hari. Namun, semakin sakit tubuhnya, iman
Sumayyah malah semakin nggi.

"Engkau mengiku Muhammad karena tertarik pada ketampanannya!" ejek Abu Jahal.

"Tidak," geleng Sumayyah,


"Aku mengiku Rasulullah karena percaya pada apa yang beliau sampaikan. Aku mengiku Rasulullah karena beliau mengajarkan ada
Tuhan yang lebih patut disembah daripada berhala-berhala kalian!"

Akhirnya, kesabaran Abu Jahal pun habis. Dia mengambil tombak dan menusuk Sumayyah.

Sumayyah tercatat dalam sejarah sebagai perempuan muslim pertama yang syahid (syahidah) karena membela Islam.

Surga Untuk Keluarga Yasir

Ke ka Rasulullah ‫ ﷺ‬menyaksikan Yasir, Sumayyah dan putra Yasir yang bernama Ammar disiksa habis-habisan, beliau bersabda, "Sabar
wahai keluarga Yasir, tempat yang telah dijanjikan bagi kalian adalah surga."

PENEBUSAN

Melihat saudara-saudara baru mereka disiksa demikian kejam, Abu Bakar, Utsman bin Affan, dan semua orang kaya yang beriman segera
ber ndak. Abu Bakar mendatangi Umayyah bin Khalaf yang sedang menyiksa Bilal.

"Bebaskan dia," pinta Abu Bakar.

"Tidak!" Cibir Umayyah.


"Engkau dan temanmu telah meracuni pikirannya! Justru aku yang minta kamu menghen kan pengaruh jahatmu terhadap budakku ini!"

Abu Bakar merasa bahwa ha Umayyah dak mungkin dibujuk lagi, maka dia segera mengajukan penawaran.

"Kubeli Bilal darimu! Lihat, ini lima uqiyah emas! Ambil uang itu, dan berikan Bilal kepadaku!"

Dengan seringai penuh kemenangan, Umayyah menyambar uang-uang emas itu.

"Wahai Abu Bakar! Andaikata engkau menawar satu uqiyah saja, sudah tentu aku menjualnya! Dia sudah dak berharga lagi bagiku!"

Wajah Abu Bakar memerah, bukan karena marah, melainkan karena dipenuhi rasa bahagia bisa menolong saudaranya yang ter ndas.

"Jangan hanya lima uqiyah" ujar Abu Bakar sepenuh ha nya, "Andaikan engkau menjual seratus uqiyah pun, aku akan tetap membelinya!"

Kini giliran wajah Umayyah yang memerah. Terbayang keuntungan yang akan didapatnya seandainya ia menawar lebih nggi lagi.

Abu Bakar yang baik ha kemudian membebaskan Bilal. Tidak berhen sampai di situ, beliau pun terus menggunakan hartanya untuk
membebaskan lima kaum muslimin lain yang tengah disiksa. Budak terakhir yang dibebaskan adalah budak milik Umar bin Kha ab.

Orang-orang Quraisy mengejek Abu Bakar, "Alangkah sia-sianya Abu Bakar itu! Dia membuang-buang uang untuk membebaskan orang!"

Namun, semangat Abu Bakar justru membakar kaum muslimin lain untuk turut berusaha keras membebaskan saudara-saudara mereka.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬


Bagian 35
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Darul Arqam

Waktu terus berjalan. Kegigihan dakwah Rasulullah ‫ ﷺ‬mulai berbuah, sedikit demi sedikit, para pemeluk Islam mulai bertambah. Rumah
Rasulullah yang kecil itu mulai terasa sempit.

"Ya Rasulullah, alangkah baiknya jika kita memindahkan tempat pertemuan ke rumahku," usul Arqam. "Rumahku cukup luas untuk
menampung jumlah kita yang sudah puluhan orang. Lagi pula, letaknya ada di puncak bukit. Orang-orang jahat dak mudah mencapai
tempat itu untuk mengganggu kita."

Rasulullah pun setuju. Oleh karena itu, pertemuan se ap malam pun pindah ke rumah Arqam. Sebagian pemeluk Islam waktu itu adalah
orang-orang lemah: para budak, buruh, orang miskin, perempuan-perempuan fakir, serta orang ter ndas lain. Sisanya adalah golongan
orang terpelajar dan pedagang kaya.

Sebenarnya, kebanyakan pedagang mulanya agak ragu.

"Bagaimana jika nan ajaran baru ini menutup Mekah dari rombongan saudagar dari tempat-tempat lain? Kalau demikian yang terjadi, kita
akan bangkrut." Ujar seorang pedagang.

Namun, keraguan itu ditepis Rasulullah. Islam dak akan menutup Mekah. Islam juga dak akan mengubah musim ziarah ke ka justru
banyak pedagang mancanegara berdatangan ke Mekah. Islam dak melarang semua itu.

Hal yang dilarang adalah:


1. Menyembah berhala
2. Menyerahkan persembahan dan korban kepada bangsawan Quraisy
3. Bertelanjang ke ka thawaf di Ka'bah
4. Menyelenggarakan pelacuran
5. Mengeluarkan kata-kata kotor dan ndakan buruk lain saat melaksanakan ziarah

*Rencana Para Pemuka Quraisy*

Setelah mendengar penjelasan Rasulullah, para pedagang pun merasa lega. Kebanyakan mereka bukan pedagang budak dan dak menarik
untung dari korban yang dipersembahkan untuk bangsawan-bangsawan Quraisy. Iman mereka pun semakin kuat.

Melihat Islam semakin dicintai para pengikutnya, para pembesar Quraisy pun menyusun rencana lain...

"Apa yang harus kita lakukan?" teriak seorang pemuka Quraisy.


"Abu Bakar dan teman-temannya terus membebaskan budak-budak kita! Tidak ada jalan lain, bunuh budak-budak itu agar yang lain
ketakutan!"

"Tidak," geleng Abu Jahal lemah. "Sumayyah telah kubunuh, tapi itu dak membuat yang lain takut. Cari saja cara yang lain!"

Seorang pemuka Quraisy berdiri cepat,


"Pukuli Muhammad sampai remuk! Dengan demikian, wibawanya akan hancur dan pengikutnya pun bubar ketakutan!"

"Namun, keluarga Muhammad dari Bani Hasyim akan membelanya!" lengking yang lain.

"Siapa? Abu Thalib sudah terlalu tua! Yang harus kita taku dari Bani Hasyim adalah Hamzah! Namun, engkau lihat sendiri, Hamzah sibuk
berfoya-foya sendiri! Ia dak peduli pada nasib keponakannya itu! Pilihlah dua orang yang paling ditaku di Mekah untuk melaksanakan
tugas ini!"

Sejenak, orang-orang terdiam sambil memandang berkeliling. Kemudian, seorang dari mereka menunjukkan jarinya kepada pemuda
bertubuh nggi besar,
"Engkau, Umar bin Kha ab! Engkau dan Abu Jahal! Tidak ada orang lain yang berani melawan kalau kalian memukuli Muhammad!"

Orang-orang berseru "setuju."

"Sabar," ba- ba seseorang berseru,


"langkah awal bukanlah serangan fisik! Hancurkan dulu wibawanya! Ku usulkan agar kita suruh para budak melempari Muhammad dan
meneriakinya sebagai pembohong, orang gila, dan tukang sihir!"
Usul itu disetujui. Mulai hari itu, se ap Rasulullah melewa jalan-jalan di Mekah, para budak, para wanita yang nasibnya justru sedang
diperjuangkan Rasulullah, meneriaki beliau,
"Pembohong besar! Orang gila! Tukang sihir!"

Suara mereka keras dan tajam layaknya orang sedang mengusir kucing yang masuk dapur. Kemudian, apa yang terjadi jika Abu Jahal atau
Umar mulai memukuli Rasulullah

Kuda Jantan

Saat itu merupakan masa yang berat bagi Rasulullah. Beliau pergi ke sebuah tempat yang teduh, berbaring di atas batu, dan berusaha
menahan air matanya agar dak jatuh. Tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding cacian dan celaan dari orang-orang yang justru sedang
diperjuangkan Rasulullah ma -ma an.

Sementara itu, di depan Ka'bah, Abu Jahal berkoar di depan teman temannya,
"Aku bersumpah untuk menghantam kepala Muhammad dengan sebuah batu ke ka dia sedang sujud kepada Tuhannya!"

Beberapa orang bersorak memberi semangat, sedangkan yang lain saling pandang dengan terkejut. Itu adalah sebuah ndakan kejam yang
dapat menimbulkan kema an. Jika Muhammad meninggal, Bani Hasyim pas akan menuntut balas dan Mekah akan terpecah oleh perang
saudara. Namun, Abu Jahal telah mengucapkan sumpah yang dak dapat ditarik lagi tanpa mencoreng mukanya sendiri. Oleh karena itu,
mereka memilih untuk mengama apa yang terjadi dengan dada berdebar-debar.

Kesempatan yang ditunggu Abu Jahal pun ba. Saat itu, Rasulullah sedang shalat di depan Ka'bah. Ke ka beliau sujud, Abu Jahal dengan
cepat melangkah mendekat. Kedua tanganya yang menggenggam batu terangkat nggi- nggi, matanya menyala buas.

Namun, ke ka batu akan dihujamkan sekuat tenaga, mendadak Abu Jahal berbalik pergi. Batu di tangannya lepas dan wajahnya pucat
ketakutan.

"Ada apa?" semua teman- temannya bertanya kebingungan.

Dengan napas tersendat-sendat, Abu Jahal berkata,


"Demi Tuhan, di depanku tadi berdiri seekor kuda jantan. Belum pernah aku menyaksikan seekor kuda jantan serupa itu. Kepala, tengkuk,
dan giginya sungguh mengerikan. Aku yakin dia akan menelanku seandainya batu tadi kuhantamkan!"

Abu Jahal pergi cepat-cepat untuk menenangkan diri.

Orang-orang memandang Rasulullah dengan heran dan takjub. Sementara itu, Rasulullah tetap melanjutkan shalat dengan khusyuk. Wajah
beliau begitu teduh dan tenteram.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 36
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Singa Padang Pasir

Orang-orang terus menertawakan Rasulullah se ap kali lewat. "Pembohong besar! Orang gila! Tukang sihir!"

Abu Jahal terus menyemanga orang-orang yang mengejek sambil kerap kali melontarkan caci maki juga.

Rasulullah mendadak berhen melangkah. Beliau berpaling dengan tenang menghadap Abu Jahal, dengan sorot matanya tajam. Abu Jahal
berhen dan terdiam. Dengan wajah sayu penuh belas kasihan, Rasulullah memandang orang-orang kecil yang mengejeknya. Seke ka,
sorak-sorai pun mereda. Semua orang yang berada di sekitar tempat itu terpesona melihat keadaan Rasulullah. Baru kali ini mereka seolah
disadarkan, betapa menyakitkannya ejekan mereka itu diterima Rasulullah.
Sorot mata Rasulullah seolah berkata, "Mengapa kalian mengejekku? Bukankah aku sedang berjuang menyelamatkan kalian dari
kekejaman bangsa Quraisy dengan membawa Islam yang mulia? Seandainya kalian tahu, ejekan Abu Jahal itu dak begitu menyakitkan
dibanding kata-kata kalian, sebab kepada kalianlah Allah meyuruhku menebar kasih sayang."

Tanpa sepatah kata pun, Rasulullah berlalu. Orang-orang bubar dengan membawa perasaan masing-masing. Tatapan Rasulullah tadi sangat
berkesan di ha seorang budak perempuan. Ke ka budak itu berjalan pulang, ia melihat Hamzah bin Abdul Muthalib datang.
Hamzah adalah paman Nabi, usia mereka hampir sebaya. Dari kecil, Rasulullah dan Hamzah dibesarkan bersama, bermain bersama, dan
menjadi sahabat karib. Karena itulah Hamzah begitu menyayangi Rasulullah.

Hamzah berjalan gagah dan bangga memasuki Mekah. Ia betul-betul laki-laki perkasa dengan perawakan nggi dan kekar. Dengan wajah
angkuh, Hamzah melangkah sambil menyandang busurnya. Ia habis berburu.

Orang-orang yang melihatnya pun berbisik kagum. Namun, budak perempuan tadi merasa ada yang janggal, mengapa orang segagah ini
dak membela Muhammad, keponakannya sendiri?
Mengapa ia bisa setenang itu?
Tahukah ia bahwa Muhammad keponakannya, dicaci maki orang?
Muhammad dihina pemimpin kabilah lain yang menjadi saingan Bani Hasyim!
Pantaskah ia disebut sebagai pemuda perkasa yang pantang menyerah pada lawan, sedangkan ia dak berbuat apa pun ke ka seorang
keluarga Bani Hasyim dicaci maki orang?

Dengan dada hampir meluap, budak perempuan itu menegur Hamzah, "Tuan, dak tahukah Anda apa yang menimpa kemenakanmu itu?"

Hamzah berhen dan budak perempuan itu menceritakan apa yang dilihatnya. Dalam sekejap saja, wajah Hamzah memerah. Tanpa
berkata apa pun, ia berbalik menuju Ka'bah dengan langkah bergegas. Ia mencari Abu Jahal.

Kebimbangan Hamzah

Di depan Ka'bah, Abu Jahal bercerita kepada beberapa temannya, "Puas rasanya melihat Muhammad dicaci begitu banyak orang", ujar Abu
Jahal, "Kalau kuberi semangat sedikit lagi, bukan dak mungkin mereka akan memukulinya."

Teman-temannya terlihat ikut bersemangat. Beberapa orang mulai ikut bicara, tetapi mendadak semuanya terdiam dan memandang ke
satu arah. Abu Jahal ikut menoleh dan seke ka kerongkongannya tercekat. Hamzah bin Abdul Muthalib, sang pahlawan Bani Hasyim,
menjulang di belakangnya dengan mata menyala tanpa ampun.

"Beraninya engkau mencaci maki Muhammad, padahal aku telah memeluk agamanya? Coba lakukan penghinaanmu kepadaku jika engkau
benar-benar jantan!"

Setelah berkata begitu, Hamzah melayangkan busurnya. Bunyinya mendecit, cepat , dan keras sehingga kepala Abu Jahal pun terluka.

Beberapa teman Abu Jahal serempak berdiri. Tampaknya, perkelahian dak terhindarkan lagi. Ke ka Abu Jahal melihat ini, ia mengangkat
tangan untuk mencegah teman temannya. Abu Jahal yakin, dalam keadaan seper itu, Hamzah dak akan ragu-ragu membunuh orang.

Dengan napas tersengal, Abu Jahal memegangi kepalanya. Ia berkata sambil menahan marah, "Kita nggalkan saja dia! Aku memang telah
mencaci maki kemenakannya."

Mereka pun pergi dengan geram dan murung. Namun, ha Hamzah belum lagi lega. Ia pulang dengan bimbang, "Mengapa begitu mudah
ku nggalkan agama nenek moyangku?"

Setelah melewa malam yang gelisah, Hamzah akhirnya berdoa, "Ya Tuhan, jika Muhammad benar, teguhkanlah ha ku. Jika Muhammad
salah, jauhkanlah aku darinya!"

Hamzah menemui Rasulullah dengan sedih dan menceritakan semua kegelisahan ha nya. Rasulullah lalu membacakan beberapa ayat Al
Qur'an.

Perlahan, ha Hamzah dipenuhi rasa tenang, haru, dan kagum. Dengan bulat ha , ia pun berkata,

"Aku menyaksikan bahwa engkau itu sungguh benar, maka itu tampakkanlah agamamu, hai anak saudaraku!"

Bukan main bersyukurnya Rasulullah. Kini, Islam telah memiliki benteng yang kuat dalam menghadapi kekerasan Quraisy. Hamzah
memeluk Islam pada akhir tahun ke enam kenabian (nubuwwah).

Orang-orang Quraisy dak putus asa, Mereka mempunyai cara lain untuk menekan perjuangan Rasulullah.

Singa Allah dan Singa Rasul-Nya

Kemudian seluruh kegagahan Hamzah dibak kannya untuk membela Allah dan agama-Nya, sehingga Rasulullah memberi Hamzah julukan
is mewa, Singa Allah dan Singa Rasulullah. Hamzah adalah komandan Sariyah yang pertama.
Sariyah adalah pasukan Muslim yang berangkat tanpa disertai Rasulullah.
Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 37
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Tawaran Utbah bin Rabi'ah

"Sesak dadaku melihat Muhammad dan para pengikutnya!" teriak seorang pembesar Quraisy. "Se ap hari mereka semakin kuat!" geram
yang lain. "Semua gangguan dan siksaan kita seolah dak berpengaruh apa-apa. Sangat mengherankan!" gerutu yang lain menggelengkan
kepala.

Ke ka suasana bertambah panas, Utbah bin Rabi'ah berdiri. Semua orang memandangnya dan menunggu.

"Kalau jalan kekerasan dak membuahkan hasil, sudah saatnya kita mencoba cara lain, " kata Utbah bin Rabi'ah.
Suaranya pelan dan tenang.

"Kalau kalian setuju, aku akan bicara dengan Muhammad dan menawarkan beberapa hal menarik kepadanya. Apakah kalian setuju?"

Setelah terdiam sejenak, akhirnya orang orang Quraisy itu pun setuju.

"Coba laksanakan usulmu! Kami bersedia memberi apa saja asal Muhammad mau bungkam!" kata mereka.

Utbah bin Rabi'ah pun menemui Rasulullah.

"Anakku," katanya lembut,

"engkau adalah orang terhormat. Namun kini, engkau membawa soal besar sehingga masyarakat kita tercerai-berai. Sekarang dengarlah,
kami menawarkan kepadamu beberapa hal, mungkin sebagiannya bisa engkau terima. Anakku, kalau yang engkau inginkan adalah harta,
kami siap mengumpulkan dan memberikan harta kami sehingga engkau akan menjadi seorang paling kaya. Kalau engkau ingin kedudukan,
akan kami angkat engkau sebagai pemimpin kami sehingga kami dak akan mengambil keputusan tanpa persetujuanmu. Kalau engkau
ingin menjadi raja, akan kami nobatkan engkau menjadi raja kami. Jika engkau diserang penyakit yang dak dapat engkau sembuhkan
sendiri, akan kami biayai pengobatannya dengan harta kami sampai engkau sembuh."

Rasulullah terdiam sejenak. Utbah bin Rabi'ah merasa kata katanya yang berbunga itu seolah menguap tanpa jejak ke udara.

Surat Fushilat

Rasulullah lalu membaca ayat-ayat Al Qur'an Surat Fushilat mulai dari ayat pertama:
‫اﻟﺮ ْﺣﻤﻦ ﱠ‬
‫اﻟﺮ ِﺣ ِﻢ‬ ‫ﷲ ﱠ‬ِ ‫ِ ْﺴ ِﻢ‬

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

(1). ‫ﺣﻢ‬
Haa Miim. (Haa Miim) hanya Allah saja yang mengetahui ar dan maksudnya.

‫َﺗ ْ ٌﻞ ِﻣ َﻦ ﱠ‬
‫اﻟﺮ ْﺣ َﻤ ٰ ﻦ ﱠ‬
(2). ‫اﻟﺮ ِﺣ ِﻢ‬
Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

َ َ َ ُ ُُ ْ ُ ٌ َ
(3). ‫ﺎب ﻓ ﱢﺼﻠﺖ آ َ ﺎﺗﻪ ﻗ ْﺮآﻧﺎ ﻋ َ ِ ﺎ ِﻟﻘ ْﻮ ٍم َ ْﻌﻠ ُﻤﻮن‬ ‫ِﻛﺘ‬
Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui,

َ َ َ ُ َ َ َْ َ َ
(4). ‫ض أ ُ ﻫ ْﻢ ﻓ ُﻬ ْﻢ َ ْﺴ َﻤ ُﻌﻮن‬‫َ ِﺸ ا َوﻧ ِﺬﻳﺮا ﻓﺄﻋﺮ‬
yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka dak
(mau) mendengarkan.

ُ
َ َ َ‫ﱠ‬ ْ َ ٌ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َْ ‫ﱠ‬ َ ُ َ
(5). ‫ﺎب ﻓﺎﻋ َﻤ ْﻞ ِإﻧﻨﺎ ﻋ ِﺎﻣﻠﻮن‬ ‫َوﻗﺎﻟﻮا ﻗﻠ ُ ﻨﺎ ِ أ ِ ﻨ ٍﺔ ِﻣ ﱠﻤﺎ ﺗﺪﻋﻮﻧﺎ ِإﻟ ْ ِﻪ َو ِ آذ ِاﻧﻨﺎ َوﻗ ٌﺮ َو ِﻣ ْﻦ َﺑ ْ ِﻨﻨﺎ َو َ ْ ِﻨﻚ ِﺣﺠ‬
Mereka berkata: "Ha kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan
dan antara kami dan kamu ada dinding, maka lakukanlah (sesuai kehendak kamu); sesungguhnya kami akan melakukan (sesuai kehendak
kami)".

Rasulullah terus membacakan ayat-ayat lanjutannya yang menuturkan tentang Rasulullah hanyalah seorang pemberi peringatan, tentang
gunung-gunung yang kokoh, tentang penciptaan langit dan tujuh lapisannya, tentang azab pe r yang menimpa kaum Tsamud, tentang
ngerinya nasib kaum kafir yang menolak wahyu dari Allah.

Ayat-ayat itu begitu memesona Utbah sampai ia lupa pada apa yang ia tawarkan kepada Rasulullah. Ha nya semakin hanyut, larut, dan...

"Cukuplah Muhammad. Cukuplah sekian saja!" seru Utbah. Ia diam sejenak, lalu kemudian bertanya lagi,

"Apakah engkau dapat menjawab selain yang tadi engkau baca?"

"Tidak".

Utbah terpana.

"Jadi, inilah Muhammad," pikirnya.


"Laki laki ini bukanlah orang yang ingin memiliki gunungan harta, kedudukan, kerajaan, dan sama sekali bukan orang sakit. Ia hanyalah
orang yang ingin mempertahankan tugasnya dengan baik sekali dan ia tadi mengucapkan kata kata penuh mukjizat..."

Begitulah, akhirnya Utbah bin Rabi'ah kembali dengan tangan hampa. Para pembesar Quraisy pun kecewa karena Rasulullah menolak
tawaran mereka. Kemudian, penganiayaan dan siksaan terhadap kaum Muslimin pun berlanjut dan semakin ganas.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 38
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Ke Habasyah

Gangguan terhadap kaum Muslimin semakin berat dari hari ke hari. Bahkan, beberapa orang gugur karena disiksa terlalu keras.
Berdasarkan wahyu dari Allah, Rasulullah pun memerintahkan agar mereka berhijrah.

"Wahai Rasulullah, ke mana kami akan pergi?"

Rasulullah menaseha agar mereka pergi ke Habasyah yang rakyatnya menganut agama Kristen.

"Tempat itu diperintah oleh seorang raja dan dak ada orang yang dianiaya di situ. Itu bumi yang jujur, sampai nan Allah membukakan
jalan buat kita semua," demikian sabda Rasulullah.

Mematuhi perintah Rasulullah, berangkatlah rombongan pertama kaum Muslimin ke Habasyah pada bulan Rajab, tahun ke lima kenabian.
Rombongan itu terdiri atas 12 orang pria dan 4 perempuan. Dengan sembunyi-sembunyi, mereka meninggalkan Mekah, menyeberangi laut
ke benua Afrika, dan ba di pantai Habasyah. Seper yang dikatakan Rasulullah, Najasyi, Raja Habasyah itu, memberi mereka perlindungan
dan tempat yang baik.

Kelak, ke ka mendengar bahwa orang Quraisy dak lagi menyiksa kaum Muslimin, mereka kembali pulang. Namun, ternyata berita itu
dak benar.
Di Mekah, keadaan justru semakin buruk bagi kaum Muslimin. Mereka pun berangkat kembali ke Habasyah, kali ini dengan jumlah
rombongan yang lebih besar, terdiri atas 83 orang pria dan 18 wanita dipimpin oleh Ja'far bin Abu Thalib.

Habasyah

Saat itu Habasyah adalah negara yang melipu bagian selatan Mesir, Erytrea, Ethiopia, dan Sudan. Habasyah ar nya 'persekutuan'. Dahulu
Habasyah bersekutu dengan kerajaan Saba atau Himyar. Kaum Muslimin berangkat dari Teluk Syu'aibah, sebelah selatan Jeddah.

Amarah Umar
Umar bin Kha ab duduk termenung di rumahnya. Di seluruh Mekah, dak ada seorang pun yang mampu melunakkan ha Umar. Ia begitu
cepat naik pitam dan garang. Ia dak pernah luluh oleh rayuan gadis-gadis penghibur se ap kali ia mendatangi para penjual khamr.
Ia dak pula pernah terbujuk ikut bergabung dengan para pejalan malam yang suka bergerombol di pelataran rumah sambil
mendengarkan para penabuh rebana.

Segalanya dak mampu melembutkan kekerasan ha nya yang suka ber ndak garang dan menakutkan.

Namun kini, ia tengah duduk termenung sendiri.

"Hamzah, apa yang terjadi padamu? Engkau menaklukkan dan mempermalukan Abu Jahal, temanmu sendiri! Apa yang membuatmu jadi
seper ini? Bahkan, engkau berani meninggalkan agama nenek moyang kita dan bergabung dengan Muhammad! Ini jelas akan membuat
pengikut agama baru ini jadi sombong dan besar kepala!
Hamzah, bukankah engkau, Abu Jahal, Khalid bin Walid dan aku telah bersama membuat Quraisy jadi suku paling disegani? Semua itu
berkat kerja keras dan keuletan kita berempat. Suku-suku yang lain iri kepada Quraisy karena Quraisy memiliki kita. Ini semua gara-gara
Muhammad! Hamzah dak lagi mau minum-minum bersamaku. Betapa sepinya malam-malam tanpa Hamzah!"

"Muhammad, engkau membuat pusing kepala orang-orang miskin, para budak, buruh kasar, dan para perempuan lemah! Engkau
membuat mereka berani menentang para majikan! Apa yang engkau sampaikan pas sebuah sihir.
Muhammad, tegakah engkau melihat para pengikut mu pergi meninggalkan tanah air nya ke Habasyah yang begitu jauh?
Ini benar-benar keterlaluan! Aku harus membunuh Muhammad sekarang juga! Meski aku harus berhadapan dengan Hamzah, aku akan
membunuhmu dan membuat Mekah kembali seper dulu!"

Setelah berpikir begitu, Umar bin Kha ab mencabut pedangnya. Amarahnya dengan cepat naik ke ubun-ubun. Dengan langkah-langkah
yang dak bisa dirintangi, Umar berjalan cepat menuju Darul Arqam. Matanya mengandung api dan pedangnya membara! Tidak seorang
pun bisa menghalangi Umar jika ia sudah bertekat dengan sunguh-sunguh!

Duka Umar

Ummu Abdillah adalah seorang perempuan tua. Ia juga tetangga Umar bin Kha ab. Setelah ia sekeluarga memeluk Islam, Umar suka
mengganggunya. Padahal sebelum itu, Umar cukup hormat dan bahkan menyayanginya.
Saat itu, Ummu Abdillah tengah membereskan barang-barang untuk dibawa hijrah ke Habasyah. Tiba- ba, ha nya berdebar. Ia melihat
Umar bin Kha ab melangkah dengan pedang terhunus! Karena dak ada waktu lagi untuk lari ke dalam rumah, Ummu Abdillah
bersembunyi di balik barang-barangnya. Ha nya berdebar dak karuan. Tanpa sadar, ia menahan napas ke ka Umar semakin mendekat.

Akan tetapi, Umar melihatnya dan berhen .

"Jadi engkau benar benar akan berangkat, wahai Ummu Abdillah?"

Ummu Abdillah keluar dari tempat persembunyiannya. Ia heran karena suara Umar dak terdengar marah seper biasanya.

"Ya, demi Allah. Engkau telah menyaki ku dan menindasku. Aku akan benar-benar pergi ke bumi Allah hingga Allah memberikan jalan
keluar bagiku," sahut Ummu Abdillah.

Sesaat, Umar tampak merenung, "Ini dia tetanggaku, mereka akan pergi juga meninggalkan Mekah."

Umar berpaling, menatap wajah tua Ummu Abdillah dan berkata dalam ha , "Begitu jauh jalan yang akan ditempuh orang tua ini, begitu
sedikit barang yang bisa dibawanya."

Akhirnya Umar melangkah pergi sambil berkata parau, "Semoga Allah senan asa menyertaimu."

Ummu Abdillah terpana. Belum pernah Umar berlaku selembut ini sejak mereka memeluk Islam.

"Tidakkah engkau melihat kelemahlembutan dan kedukaan Umar terhadap kita?" tanya Ummu Abdillah kepada putranya.

"Apakah Ibu berharap ia akan memeluk Islam?" tanya sang putra. "Dia dak akan pernah memeluk Islam sebelum keledai bapaknya juga
masuk Islam!"

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 39
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬
Berita untuk Umar

Umar melanjutkan langkahnya menuju Darul Arqam.


"Sudah jelas, Muhammad-lah yang menyebabkan semua kesengsaraan ini! Aku harus membunuhnya agar Mekah kembali damai dan
tenang. Mengenai Hamzah, aku akan bertarung dengannya. Aku yang ma atau Hamzah yang ma , itu dak terlalu membuatku risau."

Tiba- ba, lamunannya buyar ke ka Nu'aim bin Abdullah menegurnya, "Hendak kemana, wahai putra Kha ab?"

"Aku akan menemui Muhammad! Dia yang menukar agama nenek moyang kita. Dia yang memecah belah masyarakat Quraisy. Dia memiliki
banyak angan-angan bodoh. Dia yang mencaci tuhan-tuhan kita. Untuk semua kesalahannya itu, aku akan menebas lehernya!"

"Demi Allah, engkau telah ter pu oleh dirimu sendiri, wahai Umar! Apakah ndakanmu membunuh Muhammad akan dibiarkan saja oleh
Bani Abdi Manaf? Tidakkah lebih baik engkau pulang dan mengurusi keluarga mu sendiri?"

Umar berhen melangkah dan bertanya tajam, "Keluarga ku yang mana?"


"Saudara sepupumu sendiri, Sa'id bin Zaid bin Ammar dan istrinya yang tak lain adalah adik perempuanmu, Fathimah bin Kha ab. Mereka
telah mengiku ajaran Muhammad, urusi saja mereka dulu!"

Umar segera membalikkan badan dan melangkah cepat menuju ke rumah adiknya.

"Kalau itu benar, aku akan ber ndak pada Sa'id bin Zaid seper yang pernah dilakukan oleh ayahku yang garang. Al Kha ab, kepada ayah
Sa'id, Zaid bin Ammar! Berani-beraninya dia memeluk Islam, sedangkan dia tahu aku membenci agama itu!"

Dengan keras, Umar bin Kha ab menggedor pintu rumah Sa'id bin Zaid dan Fa mah. Suaranya berdentum-dentum keras mengejutkan
siapa saja yang ada di dalam rumah. Sudah bisa diduga, kali ini akan jatuh lagi korban dalam penganiayaan yang menimpa kaum Muslimin.

Amuk Umar bin Kha ab

Di dalam rumah, Sa'id dan Fathimah bin Kha ab sedang mengiku ayat Al Qur'an yang dibacakan oleh Khabbab bin Al Arat. Begitu pintu
berguncang diketuk Umar, Sa'id dan Fathimah segera menyembunyikan Khabbab. Fathimah segera menyembunyikan lembaran-lembaran
yang tadi mereka baca di bawah pahanya.

Sa'id membuka pintu dan Umar bergegas masuk.


"Suara apa yang baru kudengar itu?" bentak Umar.

" Tidak.... kami dak mendengar suara apa pun tadi "

Seke ka amarah Umar bin Kha ab meledak, "Kudengar kalian telah mengiku ajaran Muhammad!"

Belum sepatah kata pun keluar dari mulut kedua suami istri itu, pedang Umar sudah terayun dan gagangnya mengenai Sa'id hingga ia jatuh
terjerembab di lantai dan luka. Melihat suaminya berdarah, Fathimah bangkit berusaha melerai, tetapi tangan Umar cepat sekali
menampar wajahnya.

Fathimah jatuh di samping suaminya dengan darah mengucur dari wajahnya.


Meski garang, Umar terkenal lembut dan penyayang kepada keluarganya sendiri. Melihat darah Fathimah, Umar tertegun.

"Fathimah berdarah," pikirnya, "Mengapa aku bisa sampai begitu? Aku menyayangi adikku itu sepenuh ha , bahkan lebih mirip rasa
sayang antara ayah kepada putrinya!"

Fathimah yang lembut dan biasanya selalu patuh kepada Umar, kali ini mengangkat wajah, menentang langsung paras kakaknya itu.

"Baiklah," seru Fathimah


"lakukanlah apa saja yang engkau kehendaki!"

Fathimah sudah siap menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Ia siap disiksa oleh kakaknya sendiri yang dari kecil begitu
menyayanginya, ia bahkan siap untuk ma . Kedua tangannya terentang, seolah siap menerima kaman pedang Umar ke dadanya.

Al Qur'an bukan Mantra Syair

Suatu malam, Umar bin Kha ab diam-diam mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬membaca Al Qur'an pada malam hari, Umar terpesona. Namun, ia
berkata dalam ha , "Ah, ini pas ucapan seorang penyair". Bisik ha Umar.

Saat itu Rasulullah ‫ ﷺ‬membaca surah Al Haqqah ayat 41,


َ ُ ُْ ً َ َ َ ُ
‫َو َﻣﺎ ﻫ َﻮ ِ ﻘ ْﻮ ِل ﺷ ِﺎﻋﺮ ۚ ﻗ ِﻠ َﻣﺎ ﺗﺆ ِﻣﻨﻮن‬

"Dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya."

Kembali, Umar bin Kha ab diam-diam datang ke rumah Rasulullah pada tengah malam dan mendengar Rasulullah membaca Al Qur'an.
Umar berkata dalam ha , "Kalau ini bukan ucapan tukang tenung, ini pas ucapan Muhammad, bukan Firman Tuhan."
Namun, sesegera itu juga, Rasulullah membaca Surah Al Haqqah ayat 43:
َ ‫َﺗ ْ ٌﻞ ﻣ ْﻦ َر ﱢب اﻟ َﻌﺎﻟﻤ‬
ِ ِ

"Ia (Al Qur'an) adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 40
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Surat Thohaa

Akan tetapi, Umar dak bisa melawan rasa sayang kepada adiknya. Amarahnya padam seper api terguyur hujan. Ia duduk, diam dalam
penyesalan. Ditatapnya wajah adiknya dalam-dalam, disesalinya luka akibat tamparannya tadi.

"Perlihatkan lembaran-lembaran tadi yang kalian baca agar aku tahu apa yang Muhammad bawa," pinta Umar.

"Kami khawa r engkau merampas lembaran-lembaran itu."

"Tidak perlu takut, perlihatkanlah. Aku bersumpah akan mengembalikannya."

Saat itu, mbul harapan di ha Fa mah agar kakaknya memeluk Islam.

"Kakak engkau adalah penyembah berhala, karena itu engkau kotor. Sesungguhnya, lembaran ini dak boleh disentuh kecuali orang yang
suci."

Tanpa berkata lagi, Umar berdiri lalu mandi. Setelah itu ia kembali dan membaca lembaran-lembaran yang berisi surat Thohaa.

‫ﻃﻪ‬

Thaahaa.
َ ُْ َ ْ َ َ َْ َ
ٰ َ ‫آن ِﻟ َ ْﺸ‬‫ﻣﺎ أﻧﺰﻟﻨﺎ ﻋﻠ ﻚ اﻟﻘﺮ‬

Kami dak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;
َْ ‫ﱠ‬
ٰ َ ‫ِإ ﺗﺬ ِﻛ َﺮ ًة ِﻟ َﻤ ْﻦ َ ْﺨ‬

tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),

‫ات اﻟ ُﻌ‬ َ َ ‫َﺗ ْ ً ﱠ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ﱠ‬


ِ ‫ِﻣﻤﻦ ﺧﻠﻖ اﻷرض واﻟﺴﻤﺎو‬

yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang nggi.
َ َ
‫اﻟﺮ ْﺣ َﻤ ٰ ُﻦ ﻋ اﻟ َﻌ ْﺮش ْاﺳﺘ َﻮ ٰى‬
‫ﱠ‬

(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ´Arsy.


‫َ َ ﱠ‬ َ َْ َ ُ
‫ات َو َﻣﺎ ِ اﻷ ْرض َو َﻣﺎ َﺑ ْ ﻨ ُﻬ َﻤﺎ َو َﻣﺎ ﺗ ْﺤﺖ اﻟ َ ٰى‬ َ َ ‫ﱠ‬
ِ ‫ﻟﻪ ﻣﺎ ِ اﻟﺴﻤﺎو‬

Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.
َ ْ َ ‫َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ﱠُ َْ ُ ﱢ ﱠ‬
‫و ِ ن ﺗﺠﻬﺮ ِ ﺎﻟﻘﻮ ِل ﻓ ِﺈﻧﻪ ﻌﻠﻢ اﻟ وأﺧ‬
Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi.
َْ ‫َ َ ﱠ‬
ٰ َ ‫ا ُ ِإﻟ ٰ َﻪ ِإ ُﻫ َﻮ ۖ ﻟ ُﻪ اﻷ ْﺳ َﻤ ُﺎء اﻟ ُﺤ ْﺴ‬

Dialah Allah, dak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik),

............

Umar terus membaca sebagian besar lembaran-lembaran tadi, lalu berhen . Tangannya terkulai. Matanya sayu.
Dikembalikannya lembaran-lembaran tadi ke tangan Fa mah. Dengan rasa heran dan penuh harap, Fa mah memerha kan wajah
kakaknya.

Kemudian di dengarnya Umar mendesah. "Alangkah bagus dan agung kata-kata ini."

Seolah mendadak matahari yang terang benderang muncul dari balik awan. Kha ab bin Al Arat segera keluar dari persembunyiannya.

"Wahai Umar!" serunya meluap-luap, "aku sungguh berharap mudah-mudahan Allah mengis mewakan dirimu. Kemarin kudengar
Rasulullah berdoa, "Ya Allah! kuatkanlah Islam dari dua Umar, Abu Jahal bin 'Amr bin Hisyam atau Umar bin Kha ab!"

Mendengar itu, Umar segera bangkit dan bergegas menuju Darul Arqam. Namun, tangannya masih menghunus pedang dan wajahnya
seper singa padang pasir yang siap bertarung.

Keislaman Umar bin Kha ab

Berdentum-dentum pintu Darul Arqam diketuk Umar. Sebelum membuka pintu, seorang sahabat mengin p keluar dan terkejut, seper
baru mengalami mimpi buruk.
"Pengetuk pintu adalah Umar bin Kha ab!" desisnya panik kepada Rasulullah dan orang-orang di dalam, "Dia datang dengan pedang
terhunus!"

Hamzah bin Abdul Muthalib berdiri dan berkata tenang. "Biarkan saja dia masuk. Jika dia datang dengan maksud baik, kita sambut dengan
baik. Namun, jika dia datang dengan maksud jahat, kita bunuh saja dia dengan pedangnya"

Setelah berkata begitu, tangan Hamzah bergerak meraba gagang pedangnya. Suasana tambah mencekam ke ka pintu dibuka. Namun,
Umar dak juga masuk, ia tetap berdiri dengan sikap garang di depan pintu.

Melihat itu, Rasulullah pun berdiri dan berjalan cepat menghampiri Umar. Dengan kecepatan yang bahkan dak terduga oleh Umar sendiri,
tangan Rasulullah yang mulia bergerak dan mencengkeram leher baju Umar dengan kuat.

Dengan suara tegas yang dak bisa dibantah, Rasulullah berkata,

"Wahai Umar! Dengan maksud apa engkau datang? Demi Allah, aku dak akan melihat engkau berhen dengan sikap dan ndakanmu
terhadap kami hingga Allah menurunkan bencana untukmu"

Kerongkongan Umar tersekat karena begitu terkejut. Kesombongannya runtuh, bahkan rasa takut menguasai dirinya. Dengan suara lirih ia
berkata "Wahai Rasulullah....... "

Semua orang di Darul Arqam tercengang. Mereka lebih tercengang lagi mendengar Umar bin Kha ab, sang Singa Quraisy, melanjutkan
kata-katanya,

"Aku datang kepadamu untuk beriman kepada Allah dan Utusan-Nya"

Rasulullah melepaskan cengkeramannya dan berkata penuh rasa syukur, "Subhanallah ....."

Takbir Hamzah membahana. Pada bulan Dzulhijjah tahun keenam kenabian itu, Umar bin Kha ab, Sahabat berperang dan teman
minumnya, menjadi saudara seiman. Ha mereka terikat dalam tali yang dak bisa putus lagi sampai ke akhirat. Dengan kegembiraan yang
ada tara, Rasulullah mengusap dada Umar agar sahabat barunya itu tetap dalam keimanan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 41
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬
Berdakwah Terang-Terangan

Keesokan harinya, Umar mengingat-ingat siapa yang paling keras memusuhi Rasulullah. Jawabannya pun langsung ditemukan, "Abu Jahal!"
Tanpa membuang waktu, Umar pergi mengetuk pintu rumah Abu Jahal. Abu Jahal keluar dan menyambut Umar,

"Selamat datang, wahai kemenakanku! Kabar apakah gerangan yang engkau bawa?"

"Aku datang untuk memberitahukan kepadamu bahwa aku telah memercayai ajaran-ajaran Muhammad!"

Wajah Abu Jahal pucat. Sambil memban ng pintu, ia berseru lantang,

"Mudah-mudahan tuhan mengutukmu. Alangkah buruknya kabar yang engkau bawa!"

Tidak berhen sampai disitu, di sepanjang jalan, Umar memberi tahu se ap orang bahwa ia telah memeluk Islam.

Setelah itu, Umar pergi ke Ka'bah dan mengumumkan keislamannya. Rasa takut bercampur benci semakin membengkak di ha orang-
orang Quraisy yang masih kafir.

Setelah masuk Islam, Umar bertanya,

"Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di atas kebenaran ma maupun hidup?"

Ke ka Rasulullah membenarkannya dengan tegas, Umar meminta agar Rasulullah dan kaum Muslimin keluar secara terang-terangan.
Rasulullah menyetujui hal itu. Beliau dan umatnya pun keluar ke jalan-jalan Kota Mekah dalam dua barisan menuju Masjidil Haram. Barisan
sebelah kanan Rasulullah dipimpin oleh Hamzah dan barisan di sebelah kiri dipimpin oleh Umar bin Kha ab.

Sejak itulah Umar digelari Al Faruq (sang pembeda kebenaran dan kebathilan).

Islam Mengajarkan Kebaikan

Islam kemudian menjadi bahan diskusi hangat di Kota Mekah. Mereka yang penasaran terus bertanya kepada temannya yang Muslim.
Sementara itu, mereka yang benci dak hen -hen nya menjelekkan agama ini.

"Apa yang diajarkan agama baru ini? Katakan kepadaku, Sobat. Biar aku paham mengapa kamu begitu mudah meninggalkan agama nenek
moyang kita," kata seseorang kepada sahabatnya.

"Engkau tahu bahwa hidupku sangat sulit," jawab teman Muslimnya,

"se ap kali kulihat orang-orang kaya mengendarai kuda-kuda is mewa, mengenakan pakaian mewah, dan memasuki rumah megah, aku
jadi bertanya, untuk apa sebenarnya Tuhan menciptakan aku ini? Aku dak bisa menikma hidup kecuali bekerja keras untuk makan
sehari-hari. Aku dak tahu setelah aku ma akan ke mana aku pergi. Sungguh sulit rasanya menjadi orang yang berharga dan mulia."

Sang muslim menoleh dan melihat wajah temannya itu tampak bersungguh-sungguh.

"Namun kemudian, Islam datang dan mengajarkan bahwa kemuliaan bukan terletak pada tumpukan emas dan perak kita, akan tetapi pada
sebanyak apa kebaikan yang telah kita buat. Islam dak melarang perdagangan dan orang menjadi kaya, tetapi Islam mengajarkan bahwa
nilai cinta kasih, persaudaraan, tolong-menolong, dan kebersamaan berada jauh di atas nilai setumpuk harta.
Tahukah engkau, setelah datangnya Islam, aku merasa menjadi yang lebih berar daripada sebelumnya."

Sang teman mengangguk-angguk.

"Lebih dari itu," lanjut si Muslim,


"Islam mengenalkan aku kepada siapa sebenarnya Pencipta alam yang patut disembah: bukan berhala yang dak bisa apa-apa, melainkan
Allah.
Melalui Rasulullah, Allah menurunkan perkataan-Nya buat kita. Coba dengarkan beberapa ayat berikut ini. Engkau akan tahu bahwa dak
seorang penyair pun yang mampu menandingi keindahan bahasanya apalagi kebenaran isinya."

Kemudian, beberapa ayat Al Qur'an mengalun dari mulut si Muslim dan langsung menembus ha temannya yang kini kian larut dan kian
dekat pada kebenaran.

Kesaksian Musuh

Bahkan para musuh Rasulullah pun dak dapat mengingkari kejujuran Rasulullah.
Tirmidzi meriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib bahwa Abu Jahal pernah berkata kepada Rasulullah,
"Sesungguhnya kami dak mendustakanmu, tapi kami mendustakan apa yang engkau bawa."

Utusan Quraisy

Apa yang terjadi dengan Muslim yang berhijrah ke Habasyah.

"Kita dak bisa membiarkan mereka berlindung di Habasyah!" Seru seseorang pembesar Quraisy.
"Dengan perlindungan yang diberikan Raja Najasyi, aku khawa r mereka akan bertambah kuat dan membahayakan kita!"

"Kirim utusan kepada Najasyi!" Sambut pembesar yang lain,


"bujuk dia, katakan apa saja agar dia memulangkan para pengikut Muhammad itu!"

Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi'ah diutus menemui Raja Habasyah, Najasyi. Tiba di Habasyah, mereka mempersembahkan hadiah-
hadiah berharga untuk raja dan para pembesarnya.

"Paduka Raja," kata mereka, "kaum Muslim yang datang ke negeri Paduka ini adalah budak-budak kami yang dak punya malu. Mereka
meninggalkan agama bangsanya dan dak pula menganut agama Paduka. Mereka membawa agama yang mereka ciptakan sendiri yang
dak kami kenal dan dak juga Paduka kenal. Kami diutus kepada Paduka oleh pemimpin-pemimpin masyarakat mereka, oleh orangtua-
orangtua mereka, paman mereka, dan keluarga mereka sendiri, agar Paduka sudi mengembalikan orang-orang itu kepada kami. Kami lebih
mengetahui betapa orang-orang itu mencemarkan dan memaki-maki tuhan-tuhan kami.

Sebenarnya, kedua utusan tersebut telah menyogok para pembesar istana untuk membantu meyakinkan raja. Namun, Najasyi adalah raja
yang bijaksana. Dia sama sekali dak terpengaruh hadiah-hadiah yang dibawa kedua utusan Quraisyi. Dia dak mau mengusir kaum
Muslimin kembali sebelum ia mendengar sendiri apa alasan mereka pergi meninggalkan Mekah.

"Bawa para pengungsi itu ke hadapanku!" perintah Najasyi.

Seluruh kaum Muslimin menghadap, Raja bertanya, Agama apa ini yang sampai membuat Tuan-Tuan meninggalkan masyarakat Tuan
sendiri, tetapi dak juga Tuan-Tuan menganut agamaku atau agama lain?"

Bersambung

KISAH RASULULLAH

Bagian 42
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Jawaban Kaum Muslimin

Saat itu, yang menjadi juru bicara kaum Muslimin adalah sepupu Rasulullah yang amat tampan, Ja'far bin Abu Thalib.

"Paduka Raja," Ucap Ja'far penuh hormat,


"ke ka itu, kami masyarakat yang bodoh, kami menyembah berhala, bangkai pun kami makan, segala kejahatan kami lakukan,
memutuskan hubungan dengan kerabat, dengan tetangga pun kami dak baik, yang kuat menindas yang lemah.
Demikian keadaan kami sampai Tuhan mengutus seorang utusan-Nya dari kalangan kami yang sudah kami kenal asal-usulnya. Dia jujur,
dapat dipercaya, dan bersih pula.
Dia mengajak kami menyembah Allah Yang Mahatunggal, meninggalkan batu-batu dan patung-patung yang selama ini kami dan nenek
moyang kami menyembah.
Dia menganjurkan kami untuk dak berdusta, untuk berperilaku jujur, mengadakan hubungan baik dengan keluarga dan tetangga,
menyudahi pertumpahan darah, serta menghen kan perbuatan terlarang lainnya.
Dia melarang kami melakukan segala kejahatan dan menggunakan kata-kata dusta, melarang memakan harta anak ya m, dan melarang
mencemarkan perempuan-perempuan bersih.
Dia minta kami menyembah Allah dan dak menyekutukan-Nya. Selanjutnya, disuruhnya kami melakukan shalat, zakat, dan shaum (lalu
Ja'far menyebut beberapa ketentuan Islam).
Kami pun membenarkannya. Kami turut segala yang diperintahkan Allah. Lalu, yang kami sembah hanya Allah Yang Mahatunggal, dak
menyekutukan-Nya dengan apa dan siapa pun juga.
Segala yang diharamkan kami jauhi dan yang dihalalkan kami lakukan. Oleh karena itulah, masyarakat kami memusuhi kami, menyiksa
kami, dan menghasut kami, dan supaya kami meninggalkan agama kami dan kembali menyembah berhala supaya kami membenarkan
segala keburukan yang pernah kami lakukan dulu.
Oleh karena mereka memaksa kami, menganiaya kami, menekan kami, dan menghalang-halangi kami dari agama kami, maka kami pun
keluar, pergi ke negeri Tuan ini. Tuan jugalah yang menjadi pilihan kami. Senang sekali kami berada di dekat Tuan, dengan harapan, di sini
dak akan ada penganiayaan."
Najasyi mendengarkan penuh dengan kesungguhan, lalu katanya, "Adakah ajaran Tuhan yang dibawanya itu yang dapat Tuan-tuan bacakan
kepada kami?"

Surat Maryam

"Ya," jawab Ja'far.


Lalu, ia membaca surat Maryam, ayat 29-33:
َ ُ َ ْ َ ْ َ َ
‫ﻒ ﻧ ﻠ ُﻢ َﻣ ْﻦ ﺎن ِ اﻟ َﻤ ْﻬ ِﺪ َﺻ ِ ﺎ‬ ‫ﻓﺄﺷ َﺎرت ِإﻟ ْ ِﻪ ۖ ﻗﺎﻟﻮا ﻛ‬

maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam
ayunan?
Surah Maryam (19:29)
َ َ ‫َآﺗﺎ َ اﻟ َﺘ‬ َُْ ‫َ َ ﱢ‬
‫ﺎب َو َﺟ َﻌﻠ ِ ﻧ ِ ﺎ‬ ِ ِ ِ ‫ﻗﺎل ِإ ﻋ ﺪ ا‬

Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,
Surah Maryam (19:30)
ُ ُ ‫ﺎﻟﺼ َ ة َو ﱠ‬
‫اﻟﺰ ِﺎة َﻣﺎ د ْﻣﺖ َﺣ ﺎ‬ ‫ﱠ‬ َ ْ َ ُ ْ َ َ ْ َ َُ َ َ َ
ِ ِ ِ ‫وﺟﻌﻠ ِ ﻣ ﺎر ﺎ أﻳﻦ ﻣﺎ ﻛﻨﺖ وأوﺻﺎ‬

dan Dia menjadikan aku seorang yang diberka di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup;
Surah Maryam (19:31)
َ َ
‫َو َ ﺮا ِﺑ َﻮ ِاﻟﺪ ِ َوﻟ ْﻢ َ ْﺠ َﻌﻠ ِ َﺟ ﱠ ﺎرا ﺷ ِﻘ ﺎ‬

dan berbak kepada ibuku, dan Dia dak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
Surah Maryam (19:32)
ُ ُ ُ ْ َ َ ‫َ ﱠ‬
‫اﻟﺴ ُم ﻋ ﱠ َﻳ ْﻮ َم ُو ِﻟﺪت َو َ ْﻮ َم أ ُﻣﻮت َو َ ْﻮ َم أ ْ َﻌﺚ َﺣ ﺎ‬‫و‬

Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali.
Surah Maryam (19:33)

Ayat-ayat Al-Qur'an itu membenarkan kitab Injil. Semua pemuka istana dibuat terkejut. Mereka berkata,

"Itu kata-kata yang keluar dari sumber yang mengeluarkan kata-kata Isa Al Masih."

Penuh haru, Najasyi membenarkan para pembesar istananya,

"Kata- kata ini dan yang dibawa oleh Musa, keluar dari sumber cahaya yang sama."

Najasyi berpaling kepada kedua utusan Quraisy,

"Pergilah. Kami takkan menyerahkan mereka kepada Tuan-Tuan!"

Kaum Muslimin saling berpandangan penuh syukur. Sementara itu, Amr bin Ash dan Abdullah bin Rabi'ah berjalan keluar istana dengan
wajah murung.

"Tidak bisa begini," keluh Abdullah.


"Tidak bisa kita jauh-jauh datang kesini untuk kemudian pulang dengan tangan hampa dan terhina."

Amr bin Ash, yang terkenal lihai dalam bersiasat, merenung sejenak.

"Rasanya, aku masih punya siasat lain," katanya. "Namun, biar kita kembali esok hari. Biarkan para pengikut Muhammad itu merasa
senang. Besok, akan kita kejutkan mereka dengan pertanyaan yang akan kita ajukan kepada Najasyi."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬


Bagian 43
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Kaum Muslimin Menang

Siasat para utusan Quraisy itu sederhana saja.


"Paduka" kata mereka kepada Najasyi keesokan harinya, sesungguhnya kaum Muslimin menuduh keji terhadap Isa anak Maryam."

Mendengar itu, Najasyi terkejut. Dia langsung memanggil Ja'far dan teman-temannya.

"Benarkah kalian menuduh Isa anak Maryam dengan tuduhan yang jelek?" tanya Najasyi.

Ja'far kembali menjawab dengan tenang. "Tentang dia, pendapat adalah seper yang dikatakan Nabi kami. "Dia adalah hamba Allah dan
utusan-Nya. Ruh-Nya dan firman-Nya yang disampaikan perawan Maryam. "

Najasyi turun dari singgasananya dengan mata berbinar gembira. Dia mengambil sebuah tongkat dan membuat garis lurus diatas tanah.

"Antara agama Tuan-Tuan dan agama kami," katanya penuh gembira bercampur haru, "sebenarnya dak lebih dari garis ini."

Nyata bagi Najasyi bahwa kaum Muslimin mengakui Nabi Isa, mengenal adanya Kristen, dan menyembah Allah.

Kedua utusan Quraisy pun pulang dengan tangan hampa. Tidak ada celah bagi tuduhan atau siasat yang mereka lancarkan. Kenyataan pahit
ini akan segera sampai kepada para pemuka Quraisy di Mekah.

Setelah itu kaum Muslimin nggal di Habasyah dengan perasaan aman dan tentram.

Sempat Kembali

Kaum muslimin yang berhijrah ke Habasyah sempat kembali ke mekah karena mendengar berita bahwa orang Quraisy sudah dak terlalu
keras memusuhi Rasulullah dan pengikutnya. Namun, ke ka mengetahui bahwa orang Quraisy malah bersikap semakin keras, mereka
kembali berhijrah ke Habasyah.

Ajakan Saling Menyembah Tuhan

Di Mekah, para pembesar Quraisy, Abu Jahal bin Hisyam, Abu Sufyan bin Harb, Abu Lahab, Utbah bin Rabi'ah, Walid bin Mughirah, dan
Ummayah bin Khalaf mengundang Rasulullah ke pertemuan mereka. Sejenak, ha Rasulullah penuh harapan, mungkin lewat pertemuan
hari ini mereka akan tersentuh oleh Islam.

Alangkah kecewanya Rasulullah ke ka lagi-lagi yang mereka tawarkan kepadanya adalah soal harta dan kekuasaan. Beliau diam sejenak,
lalu berkata,

"Apa yang kalian katakan sama sekali dak pernah terlintas dalam lubuk ha ku. Aku datang memenuhi ajakan kalian untuk mengadakan
perundingan. Tidak ada maksud sama sekali untuk mencari harta kekayaan, dak pula kemuliaan, dan kekuasaan.
Allah telah mengutus diriku sebagai utusan bagi kalian semua. Jika kalian mau menerima ajaran-ajaran yang kubawa, hal itu merupakan
keberuntungan kalian di dunia dan di akhirat. Jika kalian semua menolak, aku akan bersabar hingga Allah memutuskan persoalan yang
terjadi di antara aku dan kalian."

Para pembesar Quraisy itu mengerutkan kening. Lagi-lagi Muhammad bicara tentang Tuhannya. Salah seorang di antara mereka pun
akhirnya bicara,

"Marilah antara kami dan engkau mengadakan kerja sama dalam persoalan ketuhanan ini. Jika yang kami sembah lebih baik daripada yang
kamu sembah, kami akan memperoleh keuntungan darinya. Jika yang engkau sembah lebih baik daripada yang kami sembah, engkau akan
memperoleh keuntungan darinya."

Orang itu menarik napas sejenak, lalu melanjutkan lagi,

"Maka, engkau harus menyembah tuhan-tuhan kami dan menjalankan perintah-perintahnya. Kami akan menyembah Tuhanmu dan
menjalankan perintah-Nya."

Rasulullah dak menunggu sejenak pun untuk menanggapi. Beliau mengu p sebuah ayat Al Qur'an (surah Al-Kafirun),
َ ُ َ ُ ْ َ
‫أﻋ ُ ﺪ َﻣﺎ ﺗ ْﻌ ُ ﺪون‬

Aku dak akan menyembah apa yang kamu sembah.


Surah Al-Kafirun (109:2)
ُ ْ َ ُ َ ُْ َ
‫َو أﻧﺘ ْﻢ ﻋﺎ ِ ﺪون َﻣﺎ أﻋ ُ ﺪ‬

Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.


Surah Al-Kafirun (109:3)
ُْ َ ٌ َ َ َ
‫َو أﻧﺎ ﻋﺎ ِ ﺪ َﻣﺎ ﻋ َ ﺪﺗ ْﻢ‬

Dan aku dak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
Surah Al-Kafirun (109:4)
ُ ْ َ ُ َ ُْ َ
‫َو أﻧﺘ ْﻢ ﻋﺎ ِ ﺪون َﻣﺎ أﻋ ُ ﺪ‬

dan kamu dak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Surah Al-Kafirun (109:5)
ُ
‫ﻟ ْﻢ ِدﻳﻨ ْﻢ َو ِ َ ِدﻳﻦ‬

Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.


Surah Al-Kafirun (109:6)

Perundingan pun buntu. Para pembesar Quraisy itu merasa dak ada jalan lagi untuk melakukan perubahan. Mereka merasa harus
mengambil ndakan keras! Begitu kerasnya sampai Muhammad dan pengikutnya akan meminta ampun kepada mereka!

Pemboikotan

"Kalian bayangkan!" seru seorang pemuka Quraisy kepada yang lainnya. "Jumlah pengikut Muhammad kian bertambah! Budak-budak kita
telah berani mengangkat muka di hadapan tuan-tuannya sebab mereka dilindungi para pengikut Muhammad yang kaya raya! Jika kita
menyiksa budak itu, pas datang salah seorang pengikut Muhammad yang tanpa berat ha akan membebaskan mereka!"

"Itu yang membuatku khawa r!" sahut yang lain,


"bayangkan jika jumlah budak yang dibebaskan itu makin banyak dan mereka diberi senjata, kita pas akan kewalahan menghadapinya!"

Pembesar yang lain terdiam. Mereka mengakui ancaman besar itu.

"Sejak Hamzah dan Umar mengiku Muhammad, kita benar-benar kekurangan kekuatan," keluh seseorang.

Kata-kata itu menyakitkan dan membuka luka lama. Bagi para pembesar itu, puluhan budak yang masuk Islam dak sebanding dengan
keislaman seorang Hamzah atau Umar.

"Muhammad dak akan berdaya kalau keluarganya dari Bani Hasyim dak melindunginya!" geram seseorang.

"Ya, Bani Hasyim pun belum semuanya jadi pengikut Muhammad, mereka harus menerima akibatnya! Kita boikot mereka semua! Jangan
beri mereka kesempatan untuk mencari na ah! Kita buat mereka semua miskin dan sengsara!"

Seruan itu disambut ramai oleh para pembesar. Akhirnya, mereka mengeluarkan sebuah pengumuman yang mereka tulis di atas sebuah
lembaran. Isinya melarang seluruh manusia menjalin hubungan pernikahan dan jual beli dengan Bani Hasyim. Lembaran itu mereka
gantungkan di dinding Ka'bah.

Keesokan harinya, penduduk Mekah menjadi gempar. Keputusan ini akan membuat Bani Hasyim terkucil, kelaparan dan tertekan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 44
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Derita Pemboikotan
Pemboikotan kecil-kecilan terhadap kaum Muslimin sebenarnya telah lama dijalankan. Kalau ada seseorang saudagar menjadi Muslim, Abu
Jahal akan mengatakan, "Akan kami boikot barang-barangmu dan mengubahmu sampai jadi pengemis."

Rasulullah ‫ﷺ‬, Bani Hasyim dan kaum Muslimin diasingkan ke dalam Syi'ib, benteng kecil milik Abu Thalib. Kaum Quraisy menegaskan
bahwa jika Bani Hasyim menyerahkan Rasulullah ‫ﷺ‬, pemboikotan kepada mereka akan dicabut. Namun, bukannya merasa takut, Bani
Hasyim malah semakin se a kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬yang merupakan anggota keluarga mereka.

Pemboikotan ini berjalan ga tahun lamanya. Selama itu, hanya musim haji saja Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para pengikutnya bebas berdakwah
keluar Syi'ib. Itu pun selalu diiku Abu Lahab sambil mengolok-olok Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan kata-kata kasar. Pada musim haji itu, Mekah
ramai didatangi para peziarah dari pelosok jazirah.

Akibat adanya pelarangan hubungan dagang, saat itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬dak dapat membeli makanan yang cukup. Pada waktu-waktu yang
sulit, mereka sering terpaksa makan daun-daunan dan kulit-kulit pohon yang pis. Anak-anak menangis pada malam hari karena kelaparan.
Semetara itu, orang-orang dewasa mengganjal perutnya dengan batu agar dak masuk angin.

Perbuatan kejam itu juga menimbulkan rasa kasihan sebagian orang Quraisy. Apalagi yang memiliki hubungan saudara dengan Bani
Hasyim. Orang-orang itu sering dengan berbagai cara menolong keluarga mereka di dalam Syi'ib.

Suatu ke ka Abu Jahal sedang meronda di sekitar Syi'ib, memergoki Hakim bin Hisyam bin Khuwailid dan budak laki-lakinya berusaha
meyelundupkan gamdum dan makanan lain untuk bibinya yang dak lain Khadijah istri Rasulullah ‫ﷺ‬.

Tanpa ampun, Abu Jahal memukuli budak laki-laki itu dan merampas karung gandumnya.

"Aku bersumpah....!" teriak Abu Jahal terengah-engah sambil terus memukul. "Aku bersumpah dak seorang pun dapat menyelundupkan
makanan kepada Muhammad!"

Pada saat itu, Al Bakhtari datang sambil berseru kepada Abu Jahal. " Hei makanan ini tadinya milik bibinya. Bibinya lalu mengirimkan
kepadanya, mengapa engkau melarangnya mengantarkan makanan tersebut kepada bibinya lagi?"

Kemudian keduanya berkelahi Abu Jahal terluka karena dipukul dengan tulang unta.

Syi'ib Abu Thalib

Syi'ib Abu Thalib, tempat kaum muslimin digiring, dikurung dan dijaga, dikelilingi dinding batu nggi yang dak dapat dipanjat. Letaknya di
Bukit Abu Qubays, sebelah mur Mekah. Pintu masuknya berupa celah sempit dengan nggi kurang dari dua meter yang hanya dapat
dimasuki unta dengan susah payah.

Derita di Pengasingan

"Ibuuu aku lapar,"...tangis seorang anak di dalam Syi'ib.

"Besok ya nak! Besok kita dapat kiriman makanan," jawab ibunya.

"Tidak mau, aku mau makan sekaraaaang....." Karena dak kuat menahan perutnya yang perih, anak itu menangis dan menjerit-jerit.

Tangis dan jerit anak-anak terdengar hampir se ap malam dari dalam Syi'ib. Sebagian penduduk Mekah mulai dak tega melihat
penderitaan Bani Hasyim, tetapi mereka takut untuk membantu.

Ada empat ratus orang keluarga Bani Hasyim yang bertahan di dalam Syi'ib. Kehidupan mereka begitu keras dan penuh dengan
kekurangan, tetapi dak satupun yang berniat mengkhiana Rasulullah ‫ﷺ‬. Padahal, dak semua anggota keluarga telah memeluk agama
Islam, termasuk Abu Thalib, sang pemimpin Bani Hasyim.

Kehadiran Rasulullah ‫ ﷺ‬di tengah-tengah mereka sudah cukup membuat mereka lupa akan segala kecemasan dan membuat mereka selalu
berbahagia. Mereka menger bahwa Allah telah memilih mereka untuk melindungi utusan-Nya dari semua musuh. Bagi Bani Hasyim, itu
sebuah kehormatan yang membuat mereka dak mau menukar Rasulullah dengan apa pun, bahkan dengan sebuah kerajaan sekali pun.
Mereka bahkan menjalankan tahun-tahun pengasingan yang pahit itu dengan rasa bangga.

Tidak satu pun dari empat ratus orang itu berniat untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Padahal, mereka dak tahu kapan pengasingan itu
akan berakhir. Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan dijalani dengan penuh harapan. Mereka semua sudah bertekad
mengiku Rasulullah ‫ ﷺ‬kemana pun. Mereka lebih suka menjadi tawanan dari pada bebas tanpa Rasulullah. Bagi mereka, hidup tanpa
Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah hidup yang dak layak di jalani.

Selama masa-masa sulit itu, ada sosok pen ng selain Rasulullah ‫ ﷺ‬yang menjadi sosok teladan bagi semua penghuni Syi'ib, bagaimana
mereka harus menjalani hidup dengan penuh ketabahan.
Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 45
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Ketabahan Khadijah

Khadijah-lah yang menjadi teladan bagi semua orang pada saat-saat sulit itu. Beliau adalah keturunan bangsawan dan dibesarkan dalam
lingkungan yang mewah. Namun, ke ka harus meninggalkan rumahnya yang luas dan nggal di lembah yang sempit. Khadijah sama sekali
dak menunjukkan keengganan. Beliau mengumpulkan segala kekuatan, keberanian, kemampuan, serta bangkit penuh semangat.

Pada saat-saat itu, air adalah hadiah yang sangat berharga. Khadijah memberikan kepada Ali bin Abu Thalib keping-keping emas untuk
membeli air yang kemudian beliau bagikan secara merata kepada semua yang membutuhkan.

Khadijah adalah bidadari pelindung bagi kaumnya. Beliau amat memerha kan nasib anak-anak, keluarga Bani Hasyim. Se ap kali ada
bahan makanan yang berhasil di dapatkan, Khadijah mengatur agar anak-anak mendapatkannya lebih dahulu daripada orang dewasa.
Setelah itu, beliau mendahulukan kepen ngan para orang tua dibandingkan kepen ngannya sendiri.

Khadijah selalu menjadikan sabar dan shalat sebagai sumber kekuatannya. Beliau memohon pertolongan Allah se ap saat. Ke ka berdoa,
Khadijah dak hanya mendapatkan pertolongan, tetapi juga keberanian, kekuatan, kedamaian, ketenangan dan kepuasan.

Selama ga tahun di pengasingan itu, kekayaan Khadijah yang berlimpah itu habis. Sebagian besar harta itu digunakan untuk membeli air.
Beliau amat berbahagia karena dapat menggunakan kekayaannya itu untuk menyelamatkan hamba Allah yang paling mulia, Muhammad
‫ ﷺ‬dan keluarganya.
Beliau menganggap semua itu adalah sebuah kehormatan, sehingga sangat mensyukurinya.

Di tengah-tengah bencana dan kesusahan itu, Khadijah tetap tegar dalam keimanan. Hal itulah yang menjadi sumber kekuatan yang dak
tergoyahkan bagi orang-orang di sekitar beliau. Khadijah selalu berhubungan dengan Allah lewat shalat. Shalat adalah rahasia keberanian
beliau. Perilaku beliau yang tenang dan lembut menjadi pendorong (kekuatan) bagi seluruh anggota Bani Hasyim di tengah-tengah
kesulitan itu.

Perhiasan Terindah di Dunia

Islam sangat memuliakan kaum wanita. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:


"Seindah-indahnya perhiasan di muka bumi ini adalah wanita sholihah."

Hikmahnya "Wanita adalah ang sebuah bangsa. Apabila wanitanya baik, baik pulalah suatu bangsa. Namun, apabila wanitanya jelek, jelek
pulalah bangsa itu."

Harta Abu Bakar

Ke ka masuk Islam, Abu Bakar memiliki harta sebanyak 50.000 dirham. Beliau membebaskan tujuh budak dengan 400 dirham per orang.
Jadi, uang beliau terpakai sebanyak 2.800 dirham, sebagian besar sisanya dipergunakan untuk mempertahankan hidup bersama kaum
muslimin di dalam Syi'ib

Thufail Ad Dausi

Di tengah-tengah kesulitan itu, Rasulullah yang dak pernah menyerah, sedikit demi sedikit terus mendapatkan kemenangan. Suatu hari,
datanglah seorang bangsawan dan penyair cendekia dari luar Mekah, bernama Thufail Ad Dausi. Seke ka itu juga, orang-orang Quraisy
memberinya peringatan,

"Ha -ha terhadap Muhammad, jangan dengar kata-katanya. Dia telah memecah belah orang dengan keluarganya. Kami takut jika kamu
mendengarnya, kaum kamu juga akan terpecah-belah. Ha -ha dan jangan sekali-kali mendengarkannya!"

Diperingatkan seper itu, membuat Thufail penasaran.

"Namun, aku adalah cendikiawan dan penyair. Aku dapat mengenal mana yang baik dan mana yang buruk. Apa salahnya kalau aku
mendengarkan sendiri apa yang akan dikatakan orang itu? Jika ternyata baik akan aku terima, kalau buruk akan ku nggalkan."

Setelah berfikir begitu, Thufail Ad Dausi mengiku Rasulullah sampai ke rumahnya.


"Tuan benarkah Anda seper dituduhkan orang?" tanya Thufail,
"Apa yang Anda bawa dan Anda sampaikan kepada mereka?"

Rasulullah menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an. Ha Thufail segera luluh dan dia pun memeluk
Islam. Ke ka kemudian ia kembali kepada kaumnya, sebagian mereka langsung memeluk Islam, sebagian yang lain tampak ragu.

Selain Thufail ada dua puluh orang yang diutus masyarakat beragama Nasrani untuk mencari tahu tentang Rasulullah. Begitu bertemu dan
berbincang dengan beliau, mereka langsung menyambut, menerima, dan beriman kepada beliau.

Orang-orang Quraisy menjadi geram dan memaki-maki mereka.

"Kalian ini utusan yang gagal! Kalian disuruh oleh masyarakat seagamamu mencari berita tentang orang itu. Sebelum kamu kenal benar-
benar siapa dia, agama kamu sudah kamu nggalkan dan lalu percaya saja apa yang dikatakannya."

Abu Sufyan, Abu Jahal, dan Akhnas

Melihat orang-orang di luar Mekah seper Thufail Ad Dausi dan orang-orang Nasrani memeluk Islam, para Pembesar Quraisy yang paling
gigih memusuhi Rasulullah pun jadi bertanya-tanya,

"Benarkah yang dibawa Muhammad itu benar?"

Diam-diam Abu Sufyan pergi pada suatu malam mendeka kediaman Rasulullah. Dia tahu Rasulullah selalu bangun malam dan membaca
Alquran. Saat Abu Sufyan mendengar ayat-ayat Alquran dibacakan, begitu tenang dan damai ha nya. Suara Rasulullah yang merdu
menggema di kalbunya.

Fajar pun ba dan Abu Sufyan bergegas pulang. Namun saat itu, dia memergoki Abu Jahal juga sedang mendengarkan bacaan Rasulullah.
Mereka saling pandang tanpa mampu berkata, lewatlah Akhnas bin Syariq. Rupanya, Akhnas pun diam-diam pergi mendengarkan
Rasulullah membaca Alquran. Mereka ber ga pun saling menyalahkan.

"Kejadian ini dak boleh terulang lagi," ujar salah satu dari mereka.
"Jika masyarakat kita tahu, kedudukan kita akan lemah dan mereka akan berpihak kepada Muhammad."

Ke ganya pun berjanji untuk dak mengulangi perbuatan itu.


Namun, pada malam berikutnya, mereka terbawa perasaannya masing-masing seper kemarin. Tanpa dapat menolak bisikan ha , mereka
kembali ke tempat semalam dan mendengarkan ayat Alquran dibacakan. Hampir Fajar, mereka mereka bertemu dan saling menyalahkan
laki.

Perbuatan itu terulang lagi pada malam ke ga. Ke ka mereka saling bertemu pada waktu fajar, kembali mereka saling tuduh.
Rasa takut kemudian mbul di ha masing-masing. Mereka takut kehilangan kedudukan jika masyarakatnya memeluk Islam. Rasa takut
inilah yang membuat mereka berteguh ha untuk membuang jauh-jauh perasaan tenang dan damai yang mereka rasakan saat mendengar
bacaan Alquran.
Setelah itu, dak seorang pun dari mereka yang kembali ke rumah Rasulullah pada tengah malam untuk mendengarkan beliau secara
diam-diam.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 46
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Mengejek Al Qur'an
‫َٰ َ َ ٌْ ُ ًُ ْ َ َ َ ُ ﱠ ﱡ‬
ِ ‫أذ ِﻟﻚ ﺧ ﻧﺰ أم ﺷﺠﺮة اﻟﺰﻗ‬
‫ﻮم‬

(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum.
Surah As-Saffat (37:62)
َ ‫ﺎﻫﺎ ﻓ ْﺘ َﻨ ًﺔ ﻟﻠﻈﺎﻟﻤ‬
َ َ َ َ ‫ﱠ‬
ِِ ِ ِ ‫ِإﻧﺎ ﺟﻌﻠﻨ‬

Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim.
Surah As-Saffat (37:63)
ْ َ ٌ َ ‫ﱠ‬
‫ِإﻧ َﻬﺎ ﺷ َﺠ َﺮة ﺗﺨ ُ ُج ِ أ ْﺻ ِﻞ اﻟ َﺠ ِﺤ ِﻢ‬

Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dari dasar neraka yang menyala.
Surah As-Saffat (37:64)

‫ﺎﻃ‬ َ ‫َ َُ ﱠُ ُُ ُ ﱠ‬
ِ ‫ﻃﻠﻌﻬﺎ ﺄﻧﻪ رءوس اﻟﺸ‬

mayangnya seper kepala syaitan-syaitan.


Surah As-Saffat (37:65)

Surat Ash-shaffat ayat 62-65 menjelaskan tentang makanan orang di neraka berupa buah zaqqum.
Abu Jahal mengatakan bahwa pohon zaqqum itu tentunya seper kurma Yatsrib yang dapat kamu santap.

Kemudian, Allah menghina Abu Jahal dalam Surat Ad-Dukhan ayat 43 - 49 .


‫ﱠ َ َ َ َ ﱠﱡ‬
‫ﻮم‬
ِ ‫ِإن ﺷﺠﺮت اﻟﺰﻗ‬

Sesungguhnya pohon zaqqum itu,


Surah Ad-Dukhan (44:43)
َْ َ
‫ﻃ َﻌ ُﺎم اﻷ ِﺛ ِﻢ‬

makanan orang yang banyak berdosa.


Surah Ad-Dukhan (44:44)
ُُ َْ ُْ
ِ ‫ﺎﻟﻤﻬ ِﻞ ﻐ ِ ِ اﻟ ﻄ‬
‫ﻮن‬

(Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut,


Surah Ad-Dukhan (44:45)
َ
‫ﻛﻐ اﻟ َﺤ ِﻤ ِﻢ‬

seper mendidihnya air yang amat panas.


Surah Ad-Dukhan (44:46)
ْ َ ُ ُ ُ
ُ ‫ﺎﻋﺘﻠ‬
‫ﻮە ِإ ٰ َﺳ َﻮ ِاء اﻟ َﺠ ِﺤ ِﻢ‬ ِ ‫ﺧﺬوە ﻓ‬

Peganglah dia kemudian seretlah dia ke tengah-tengah neraka.


Surah Ad-Dukhan (44:47)
ََ ْ َ َ َْ ‫ُﱠ ُ ﱡ‬
‫اب اﻟ َﺤ ِﻤ ِﻢ‬
ِ ‫ﺛﻢ ﺻﺒﻮا ﻓﻮق رأ ِﺳ ِﻪ ِﻣﻦ ﻋﺬ‬

Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang amat panas.
Surah Ad-Dukhan (44:48)
َ ْ َ ‫ُ ْ ﱠ‬
‫ُﻢ‬ ‫ذق ِإﻧﻚ أﻧﺖ اﻟ َﻌ ُﺰ اﻟ‬

Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia.


Surah Ad-Dukhan (44:49)

Abdullah bin Ummi Maktum

Seorang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum bertanya,


"Ada seseorang bernama Muhammad yang membawa ajaran baru?" Temannya mengiyakan.

"Ajaran yang mengajak meyembah Tuhan Yang Maha nggi?" tanya Abdullah bin Ummi Maktum lagi.

"Benar"

"Tuhan itu dak bisa diraba seper berhala?"

"Betul, Abdullah bin Ummi Maktum. Begitulah yang diajarkannya."

Abdullah bin Ummi Maktum termenung sambil menggosok-gosok ujung jemari tangannya.
"Tuhan yang dak bisa diraba?" Pikir Abdullah bin Ummi Maktum,
"padahal ujung jariku ini sudah mengenal betul berhala-berhala. Aku bahkan bisa membedakan La a dan Uzza dengan memegang hidung
mereka. Seandainya aku bisa bertemu sendiri dengan Muhammad!"

Dipenuhi rasa ingin tahu yang besar, Abdullah bin Ummi Maktum menemui Rasulullah. Sayang sekali, saat itu Rasulullah sedang
menyampaikan ayat-ayat Al Qur'an kepada Walid bin Mughirah. Ia adalah seorang pembesar Quraisy yang sangat diharapkan
keislamanannya.

Akan tetapi, Abdullah bin Ummi Maktum dak mengetahui kehadiran Walid, karena buta, dia terus mendesak, mendesak dan mendesak
Rasulullah agar saat itu juga menerangkan tentang Islam kepadanya.

Karena dak tahan didesak terus, sedangkan beliau sedang mendakwahi seorang tokoh pen ng, Rasulullah membuang wajah beliau.

Saat itu, firman Allah turun untuk menegur beliau,


(QS 'Abasa, 80 ayat 1-6)

ٰ ‫ﺲ َو َﺗ َﻮ‬
َ َ ‫َﻋ‬

Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,


Surah 'Abasa (80:1)
َْ
ٰ َ ‫أ ْن َﺟ َﺎء ُە اﻷ ْﻋ‬

karena telah datang seorang buta kepadanya.


Surah 'Abasa (80:2)

ٰ ‫َو َﻣﺎ ُ ْﺪر َﻚ ﻟ َﻌﻠ ُﻪ َﻳ ﱠﺰ‬

Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),


Surah 'Abasa (80:3)
‫َََْ ُ ﱢ‬ ‫ﱠ‬
‫أ ْو َ ﺬﻛ ُﺮ ﻓﺘﻨﻔ َﻌﻪ اﻟﺬﻛ َﺮ ٰى‬

atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
Surah 'Abasa (80:4)

ٰ َ ‫أ ﱠﻣﺎ َﻣﻦ ْاﺳ َﺘ ْﻐ‬

Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,


Surah 'Abasa (80:5)
‫َ ْ َ ُ َ ﱠ‬
‫ﻓﺄﻧﺖ ﻟﻪ ﺗ َﺼﺪ ٰى‬

maka kamu melayaninya.


Surah 'Abasa (80:6)

Demikianlah, Allah sangat menjaga utusan-Nya dari kesalahan, bahkan untuk kesalahan sekecil itu. Apalagi Rasulullah adalah orang yang
sangat halus perasaanya sehingga jika akan merugikan orang miskin atau orang lemah, beliau merasa takut.

Karena Dengki

Kebanyakan para pembesar Quraisy dak mau mengiku Nabi bukan karena lebih yakin dengan berhala, melainkan lebih karena dengki,
mengapa Muhammad diangkat menjadi Nabi, bukan mereka?

Walid bin Mughirah berkata, "Wahyu didatangkan kepada Muhammad bukan kepadaku, padahal aku kepala dan pemimpin Quraisy, juga
dak kepada Abu Mas'ud Amr bin Umair Ats Tsaqafi sebagai pemimpin Tsaqif. Kami adalah pembesar-pembesar dua kota."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 47
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬
Hisyam bin Amr

Hisyam bin Amr berjalan bolak-balik di depan rumahnya sambil menggerutu, "Tiga tahun sudah Bani Hasyim diasingkan! Padahal, mereka
masih bersaudara dengan suku-suku Quraisy yang lain. Ada yang sebagai sepupu, ipar, paman, bibi.
Kalau saja dak ada aku dan beberapa orang lain yang suka menyelundupkan makanan dengan diam-diam, Bani Hasyim tentu sudah
kelaparan! Sudah saatnya aku harus berbuat sesuatu!"

Dengan tekad demikian, Hisyam bin Amr pergi menemui sahabatnya, Zuhair bin Umayyah. Zuhair adalah adalah anggota bani Makhzum,
tapi bibinya adalah A kah bin Abdul Muthalib dari Bani Hasyim.

"Zuhair," tegur Hisyam,


"Aku heran engkau masih bisa tenang menikma makanan, pakaian, dan lainnya, padahal engkau tahu keluarga ibumu dikurung
sedemikian rupa hingga dak boleh berhubungan dengan orang lain, dak boleh berjual beli, dak boleh saling menikahkan! Aku
bersumpah kalau mereka itu keluargaku dari pihak ibuku, keluarga Abdul Hakam bin Hisyam, lalu diajak untuk mengasingkan mereka, tentu
aku tolak mentah-mentah!"

Zuhair terperangah,
"Sebetulnya sudah lama sekali persoalan ini meresahkan ha ku," kata Zuhair kemudian.

"Jadi apa lagi yang engkau tunggu?" tanya Hisyam.

Keduanya pun sepakat untuk bersama-sama membatalkan piagam kejam itu. Namun, itu dak cukup. Mereka harus mendapat dukungan
juga dari yang lain.
Kemudian, secara rahasia malam itu juga mereka menemui Mut'im bin Adi dari Bani Naufal, Abu Al Bakhtary bin Hisyam, dan Zam'a bin
Aswad dari Bani Asad. Kelima orang itu membulatkan tekad untuk membatalkan piagam yang telah ga tahun dipasang di dinding Ka'bah.

Merobek Piagam

Esok harinya, Zuhair mengelingi Ka'bah tujuh kali seraya berseru, "Hai penduduk Mekah! Kamu sekalian enak-enak makan dan berpakaian,
padahal Bani Hasyim binasa, dak bisa membeli atau menjual sesuatu pun! Demi Allah, saya dak akan duduk sebelum piagam yang kejam
ini dirobek!"

Ke ka itu, Abu Jahal berada dak jauh dari tempat Zuhair, dengan cepat, datang menghampiri sambil berteriak,
"Engkau pendusta! Demi Allah, piagam itu dak boleh dirobek!"

"Jika Zuhair engkau sebut pendusta, engkau jauh lebih pendusta!" balas Zam'a bin Aswad,
"Sebenarnya dulu pun saat piagam itu ditulis, kami dak rela!"

"Zam'a benar!" dukung Abu Al Bakhtary,


"dulu kami dak rela terhadap penulisan piagam itu dan kami pun dak ikut menetapkannya!"

"Zam'a dan Abu Al Bakhtary benar!" sahut Mut'im bin Adi,


"dan siapa yang berkata selain itu dialah sang pendusta.

"Kami menyatakan kepada Allah untuk membebaskan diri dari piagam itu dan apa yang tertulis di dalamnya!"

Mata Abu Jahal berkilat-kilat dan bahunya gemetar menahan marah.


"Kalian pas sudah bersekongkol tadi malam!" tuduhnya.
"Kalian diam-diam berkumpul ditempat tersembunyi dan memutuskan untuk mengingkari piagam bersama ini!"

Perang mulut hampir memuncak ke ka Abu Thalib yang ke ka dari tadi diam di pojok, berjalan mendatangi mereka. Sikapnya yang tenang
membuat orang-orang yang sedang bertengkar terdiam.

Mereka memandang Abu Thalib dan menan yang akan dikatakan pemimpin Bani Hasyim itu.

"Semalam Muhammad menyampaikan sebuah pesan kepadaku mengenai piagam itu, "demikian kata Abu Thalib.

Rayap yang Diutus Allah

"Muhammad menyampaikan kepadaku bahwa Allah telah mengutus rayap untuk memusnahkan piagam itu", lanjut Abu Thalib dengan
tenang.
Orang-orang itu saling pandang dengan rasa heran bercampur takjub. Benarkah kabar ini?
Abu Thalib cepat berkata lagi,
"Jika kemenakan ku itu berbohong, kita biarkan apa yang ada di antara kalian dan dia. Biarlah kami menanggung pengasingan selamanya.
Namun jika Muhammad benar, kalian harus berhen memboikot dan berbuat semena-mena terhadap kami."

Tampak sekali Abu Thalib sangat yakin dengan perkataannya sehingga bersedia menanggung boikot sampai ma jika perkataan Rasulullah
dak benar.
Semua orang terdiam. Mereka terharu sekaligus mengagumi rasa saling percaya dan kese aan yang demikian nggi antara Abu Thalib dan
Rasulullah.

"Baiklah, engkau adil," kata mereka,


"kami terima perkataanmu tadi, Abu Thalib."

Berbondong-bondong, mereka pergi ke Ka'bah dan menemui bahwa yang dikatakan Rasulullah memang benar. Rayap telah memakan isi
piagam itu, kecuali sebagian kecil yang bertuliskan "Bismika allahumma (Dengan nama-Mu ya Allah)."

Demikianlah, akhirnya piagam itu dibatalkan. Rasulullah dan keluarganya kini bisa kembali berada di tengah-tengah masyarakat seper
semula.

Apakah kini Rasulullah dan para pengikutnya bisa bernafas lebih lega? Apalagi adanya kekuasaan Allah melalui rayap, mungkinkah ha
orang-orang musyrik berubah? Ternyata sama sekali dak! Justru kekufuran mereka semakin menjadi-jadi. Mereka itu seper yang
tercantum dalam firman Allah:
َ ُ ُ ً ْ
‫َو ِ ن َﻳ َﺮ ْوا آ َ ﺔ ُ ْﻌﺮﺿﻮا َو َ ﻘﻮﻟﻮا ِﺳ ْﺤ ٌﺮ ُﻣ ْﺴﺘ ِﻤ ﱞﺮ‬

Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: (Ini adalah) sihir yang terus
menerus.
Surah Al-Qamar (54:2)

Bulan-Bulan Suci

Ada empat bulan suci dalam setahun ke ka Rasulullah dan kaum Muslimin dibebaskan dari pemboikotan. Bulan-bulan suci itu adalah
bulan pertama, Muharram (saat diharamkannya kekerasan), lalu bulan ketujuh, Rajab (yang dihorma ), kemudian bulan kesebelas,
Dzulqa'dah (bulan damai), terakhir bulan kedua belas Dzuhijjah (bulan haji).

Tetap Berdakwah

Bulan-bulan suci (Muharram, Rajab Dzulqa'dah, Dzulhijjah) itulah dimanfaatkan Rasulullah untuk semakin giat berdakwah selama
pemboikotan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 48
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Ketegaran Tiada Banding

Suatu ke ka, di tengah jalan, Rasulullah berpapasan dengan Umayyah bin Khalaf. Umayyah bin Khalaf adalah seorang pemuda berperangai
buruk. Ia suka bermusuhan dan dak punya rasa takut kepada siapa pun. Sekali pun Umar bin Kha hab dan Hamzah bin Abdul Muthalib
telah bergabung dengan pasukan kaum Muslimin. Umayyah menganggap enteng-enteng saja. Dia bahkan telah sesumbar akan membunuh
Rasulullah dengan tangannya sendiri.

Oleh karena itu, ke ka berpapasan dengan Rasulullah, Umayyah langsung menggertak sambil menunjuk kuda yang dituntunnya, "Aku beri
makan kuda ini, dak lain adalah untuk membunuhmu!"

Rasulullah menatap Umayyah dengan tajam sambil membalas cepat, "Tidak, justru akulah yang akan membunuhmu dengan izin Allah."

Kini Rasulullah dak segan lagi menjawab se ap ejekan dan ancaman orang-orang Quraisy. Beliau semakin gencar dan tekun berdakwah
tanpa memperdulikan resikonya lagi. Keberanian Rasulullah ini meruntuhkan wibawa musuh-musuh beliau yang selama ini selalu
membangga-banggakan diri.
Masyarakat kecil perlahan mulai terpengaruh dengan keberanian Rasulullah ini. Mereka merasa, jika bergabung dengan kaum Muslimin,
mereka dak akan diejek dan disaki semena-mena lagi. Kekukuhan ha Rasulullah dalam menghadapi bahaya merambah ke ha orang-
orang yang ter ndas.

Suatu hari, seorang pria asing menjerit, "Wahai orang-orang Quraisy! Adakah orang yang bersedia menolong diriku? Hakku dirampas oleh
Amr bin Hisyam (Abu Jahal)! Aku adalah pendatang dan telah dilakukan sewenang-wenang!"

Siapa orang Quraisy yang berani menantang keganasan Abu Jahal untuk menolong laki-laki malang ini?

Keberanian Rasulullah

Memang dak ada yang berani! Tidak seorang pun! Namun, mereka menyarankan kepada laki-laki asing itu,
"Carilah Muhammad dan minta tolong kepadanya."

Walau menyarankan begitu, hampir semua orang yakin, Rasulullah akan mampu melakukannya. Semua tahu bahwa Abu Jahal adalah
musuh Rasulullah yang paling jahat dan beringas.

"Ada apa, Saudara? Apa yang bisa kubantu?" Demikian sapa Rasulullah ke ka orang asing itu datang.

"Tuan, aku adalah orang asing di sini. Amr bin Hisyam dak mau membayar unta yang dibeli dariku!"

Rasulullah mengajak lelaki itu ke rumah Abu Jahal. Melihat mereka, orang-orang tertawa gaduh. Mereka yakin Muhammad dak akan
punya cukup keberanian untuk menghadapi Abu Jahal. Muhammad pas akan mengecewakan laki-laki asing itu. Mereka bersiap-siap
melontarkan ejekan paling menyakitkan untuk meruntuhkan wibawa Rasulullah di hadapan para pengikutnya.

Ke ka Rasulullah dan orang asing itu ba di rumah Abu Jahal, ia sedang berada ditengah-tengah budak dan para penunggang kudanya.
Tiba- ba pintu diketuk dengan keras. Wajah Abu Jahal memerah menahan marah,

"Siapa yang berani mengetuk pintuku sekeras itu? Tidak tahu dia kalau aku sedang bersama bawahanku! Dengan mudah, mereka bisa
kusuruh melumatkan orang itu!"

Abu Jahal membuka pintu dan terkejut melihat Rasulullah di depannya. Saat itu wajah Rasulullah tampak sangat penuh percaya diri. Ha
beliau sudah bulat untuk membela orang yang teraniaya ini.

Abu Jahal dak berkata sepatah kata pun. Ia masuk ke rumah dan keluar lagi untuk membayar pembelian unta laki-laki asing itu.

Orang asing itu sangat berterimakasih kepada Rasulullah. Ia segera pergi dan bercerita kepada orang-orang di sekitar Ka'bah. Mau dak
mau, keberanian Rasulullah ini menimbulkan rasa kagum di ha mereka. Mereka yang tadi sudah siap mengejek pun membubarkan diri
dengan perasaan bercampur aduk, kesal, geram, tetapi sekaligus hormat dan kagum.

Laki-laki dari Suku Ghifar

Kabar tentang ajaran Islam sudah mulai menyebar ke seluruh pelosok Jazirah Arabia. Suatu hari, datanglah seorang laki-laki berwajah
ramah dan bijaksana. Abu Thalib melihatnya, lalu menegur, "Seper nya Anda laki-laki asing?"

"Betul, namaku Abu Dzar dari suku Ghifar."

Sebelum datang sendiri, Abu Dzar mengutus seorang saudaranya untuk mencari tahu tentang Rasulullah. Sesudah melihat apa yang
dilakukan Rasulullah, saudara Abu Dzar melaporkan,

"Demi Allah, aku telah melihat orang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan."

Karena belum puas dengan berita itu, Abu Dzar pun datang ke Mekah. Ali bin Abu Thalib mengajak Abu Dzar bermalam di rumahnya. Esok
harinya, Ali bertanya kepada Abu Dzar,

"Jika Anda dak berkeberatan bercerita, apa yang mendorong Anda datang ke negeri ini?"

"Kalau Anda berjanji untuk merahasiakannya, aku akan menceritakannya."


Ali mengangguk.

Kemudian, Abu Dzar berkata,


"Di kampungku, kami mendengar tentang seseorang yang bernama Muhammad. Orang mengatakan bahwa ia membawa ajaran baru. Aku
ingin menemuinya. Namun, aku tahu pemerintah Quraisy akan menindak se ap orang asing yang sengaja menemuinya."

"Iku saya," bisik Ali bin Abu Thalib, masuklah ke tempat saya masuk. Jika saya melihat orang yang saya khawa rkan akan mengganggu
keselamatan Tuan, saya akan merapat ke tembok dan Tuan silahkan berjalan terus."

Malam itu juga, Abu Dzar bertemu Rasulullah.

"Ha ku sangat pedih melihat orang-orang kaya yang congkak, budak-budak yang sengsara, kaum perempuan yang ter ndas, kaum miskin
yang dak mampu berbuat apa-apa. Apa yang Islam tawarkan untuk mengatasi semua ini?" tanya Abu Dzar.

Rasulullah menjawab semua pertanyaan itu sampai Abu Dzar merasa sangat puas. Saat itu juga, Abu Dzar menyatakan keimanannya
dengan semangat menggelora.

Ke ka Abu Dzar berpamitan, Rasulullah berpesan.


"Wahai Abu Dzar, kembalilah ke masyarakatmu. Kabarkanlah kepada mereka ajaran Islam, dan rahasiakanlah pertemuan kita ini dari
penduduk Mekah karena aku khawa r mereka akan mengganggu keselamatanmu."

Abu Dzar malah pergi ke Ka'bah dan berseru-seru mengajak orang masuk Islam.

Anjuran bersabar kepada Abu Dzar

Suatu hari, Rasulullah bertanya kepada Abu Dzar,

"Wahai Abu Dzar, bagaimana pendapatmu jika menjumpai para pembesar yang mengambil barang upe untuk mereka pribadi?"

Jawab Abu Dzar,

"Demi yang telah mengutus Anda dengan kebenaran, akan saya tebas mereka dengan pedang saya!"

Sabda Rasulullah,

"Maukah kamu aku beri jalan yang lebih baik dari itu? Yaitu bersabarlah sampai kamu menemuiku."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 49
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Abu Thalib Sakit Keras

Beberapa bulan setelah piagam dihapus, Rasulullah kembali mengalami ujian besar. Kali ini bukan penyiksaan dari pihak lawan, melainkan
berupa kehilangan orang yang beliau cintai.

Karena sudah lanjut usia dan menderita kehidupan berat di pengasingan selama ga tahun, Abu Thalib jatuh sakit. Saat itu usianya sudah
delapan puluh tahun. Mengetahui Abu Thalib sakit keras, orang-orang Quraisy khawa r akan terjadi perang antara kaum Quraisy dan
Rasulullah beserta para pengikutnya. Apalagi dipihak Rasulullah ada Hamzah dan Umar yang terkenal garang dan keras. Selama ini, Abu
Thalib selalu bisa menjadi penengah kedua belah pihak.

Para pemuka Quraisy menemui Abu Thalib dipembaringan dan berkata,

"Abu Thalib, engkau adalah keluarga kami juga. Sekarang ini, keadaan antara kami dan kemenakanmu sudah sangat mencemaskan kami.
Panggilah dia. Kami dan dia akan saling memberi dan menerima. Biarlah dia dengan agamanya dan kami dengan agama kami pula".

Rasulullah Kemudian datang. Mengetahui maksud kedatangan mereka, Rasulullah bersabda,

"Sepatah kata saja saya minta yang akan membuat mereka merajai semua orang Arab dan bukan Arab."

"Katakanlah, demi ayahmu," kata Abu Jahal,


"sepuluh kata sekali pun silahkan!"

Rasulullah bersabda,
"Katakan, dak ada ada Tuhan selain Allah dan nggalkan segala penyembahan selain Allah."

"Muhammad," seru mereka,


"maksudmu tuhan-tuhan itu dijadikan satu saja?"

Para Pembesar Quraisy Saling pandang dengan kecewa menghadapi keteguhan Rasulullah.

"Pulanglah," kata mereka satu sama lain,


"orang Ini dak akan memberikan apa-apa seper yang kamu kehendaki. Pergilah Kalian!"

Abu Thalib Wafat

Rasulullah duduk di sisi pembaringan pamannya. Dengan sedih, ditatapnya wajah bijaksana orang tua itu. Ha Rasulullah dipenuhi rasa
duka, dak hanya karena melihat sakit sebelum maut yang diderita Abu Thalib, tetapi juga karena sampai saat itu, pamannya belum juga
membuka ha nya kepada Islam.

Rasulullah menggenggam tangan pamannya dengan lembut. Inilah Abu Thalib yang dulu mengajaknya berdagang ke Syam karena dak
tega berpisah dengannya. Inilah pamannya yang dulu merawatnya penuh kasih sayang, bahkan mencintainya melebihi kecintaan kepada
anak-anaknya sendiri. Inilah Abu Thalib yang membuka jalan pertemuannya dengan Khadijah dan mendorongnya menjadi pemimpin
kafilah dagang Khadijah. Inilah Abu Thalib yang selalu menjadi pelindungnya sejak dirinya menjadi ya m sampai menjadi utusan Allah.

Abu Thalib membuka matanya yang sayu dan memandang Rasulullah, "Demi Allah, wahai anak saudaraku, aku dak melihatmu
menawarkan sesuatu yang berat kepada para pemuka kaummu."

Sejenak mbul harapan Rasulullah akan keislaman pamannya itu,

"Wahai pamanku, ucapkanlah satu kalimat maka dengan kalimat tersebut engkau berhak mendapat syafaatku pada Hari Kiamat."

Akan tetapi, Abu Thalib tetap enggan menerima ajakan tersebut. Kemudian wafatlah ia. Kini, hilang sudah seorang pelindung Rasulullah.
Mulai saat ini, Rasulullah harus menghadapi semuanya sendiri.

Kata-Kata Terakhir Abu Thalib

Ke ka Rasulullah mengajak Abu Thalib mengucapkan syahadat pada saat-saat terakhirnya, Abu Thalib berkata,

"Kalau saja aku dak khawa r nasib keluargaku akan dianiaya setelah kepergianku dan kaum Quraisy bakal mengatakan, bahwa aku
berucap karena gentar menghadapi sakaratul maut, aku tentu mengucapkannya. Kalau pun kuucapkan, itu sekadar menyenangkan
ha mu."

Khadijah Wafat

Seusai penguburan Abu Thalib, Rasulullah kembali ke rumah dan menemukan Khadijah jatuh sakit. Rasulullah menggenggam tangan
Khadijah yang kini terasa panas. Dari hari ke hari, wajah Khadijah semakin pucat dan gemetar, Rasulullah amat terharu. Pada saat-saat
seper ini, istrinya itu tetap berusaha menguatkan ha nya. Seolah-olah Khadijah tahu bahwa perjuangan suaminya masih sangat panjang
dan berliku, sedangkan perjuangannya sendiri sudah mencapai k akhir.

Akhirnya saat perpisahan sepasang suami istri yang mulia itu pun ba. Hanya beberapa hari setelah Abu Thalib meninggal, Khadijah pun
wafat dengan tenang.

Dalam beberapa hari saja, Rasulullah kehilangan dua orang yang sangat berar dalam hidupnya, paman yang mengasuh dan melindunginya
serta istri yang se a mendampingi dalam menempuh semua suka dan duka, terutama setelah beliau diangkat menjadi Rasul selama
sepuluh tahun terakhir kehidupan mereka. Masa-masa duka ini dikenal dengan nama 'Amul Huzni (tahun kesedihan).

Saat itu, seolah-olah semua kegembiraan di ha Rasulullah pudar. Indahnya kehidupan seolah-olah ikut terkubur bersama jasad dua orang
kesayangan itu. Rasulullah tertunduk di samping pusara Khadijah. Air mata beliau mengalir tanpa tertahan.

Beliau ingat, betapa besar penderitaan pamannya dan kesengsaraan yang dipikul istrinya saat mereka ber ndak melindungi beliau.
Rasanya, hidup Khadijah lebih banyak dilalui dengan menanggung begitu berat beban perjuangan dibanding menikma manisnya
kehidupan.
Keluarga dan sahabat merasakan betul kesedihan Rasulullah. Sekuat tenaga, mereka berusaha menghibur Rasulullah. Inilah saat-saat ke ka
para pengikut, yang biasanya dihibur dan dikuatkan ha nya oleh Rasulullah, bergan menghibur dan menguatkan ha Rasulullah.
Sungguh pada saat yang mengharukan, tetap ada keindahan yang tampak dalam persaudaraan mereka.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 50
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Kenangan akan Khadijah

Kenangan akan Khadijah tetap hidup di ha Rasulullah sampai beliau wafat. Rasulullah ingat pernikahan mereka yang penuh berkah. Itulah
satu-satunya pernikahan di dunia ini yang dipenuhi berkah surga dan dunia sekaligus.

Saat pernikahan itu, Khadijah mengadakan jamuan buat semua orang, mulai dari yang paling kaya sampai yang paling miskin. Bangsa Arab
yang saat itu hanya mengenal air pu h, dalam walimah pernikahan Rasulullah dan Khadijah, disuguhi minuman segar sari buah dan sirup
mawar.

Selama beberapa hari, semua orang, baik tua maupun muda, makan di rumah Khadijah. Kepada orang-orang miskin, Khadijah memberikan
beberapa keping uang emas dan perak serta pakaian. Kepada para janda, Khadijah menyumbangkan kebutuhan hidup yang belum pernah
mereka rasakan sebelumnya.

Rasulullah juga terkenang saat setelah menikah, Khadijah dak lagi tertarik pada perdagangan serta kesuksesan yang diraihnya. Pernikahan
telah menggan perha an Khadijah. Beliau telah mendapatkan Muhammad Al Musthafa sebagai hartanya yang paling berharga di dunia
ini. Begitu Khadijah menjadi istri Rasulullah semua perak, emas, dan berlian kehilangan harga di matanya. Rasullullah menjadi satu-satunya
yang Khadijah sayangi, perha kan, dan cintai. Beliau mengabdikan diri sepenuhnya pada kehidupan Rasulullah.

Saat-saat didampingi Khadijah boleh dikatakan merupakan sat-saat yang sangat membahagiakan Rasulullah. Dari rahim Khadijah-lah lahir
dua orang putra dan empat orang putri Rasulullah, termasuk puteri terkecil mereka Fa mah Az Zahra, yang menjadi cahaya mata ayahnya.

Tidak ada laki-laki lain yang cocok mendampingi Khadijah selain Rasulullah. Begitu serasinya mereka sampai ada ahli sejarah yang menduga
bahwa seandainya Khadijah dak bertemu Rasulullah dalam hidupnya, kemungkinan besar Khadijah dak akan menikah sampai akhir
hidupnya, karena bukanlah kekayaan, ketampanan, dan keturunan yang menarik ha Khadijah, melainkan keluhuran budi yang mampu
meluluhkan ha nya. Itulah yang ada dalam diri Rasulullah.

Rumah di Surga

Dalam Shahih Al Bukhari, Abu Hurairah berkata, Jibril mendatangi rumah Rasulullah seraya berkata, "Wahai Rasulullah, inilah yang datang
Khadijah sambil membawa bejana yang di dalamnya ada lauk atau makanan atau minuman. Jika ia datang, sampaikan salam padanya dari
Rabb-nya dan sampaikan kabar kepadanya tentang sebuah rumah di Surga yang di dalamnya dak ada hiruk-pikuk dan kele han."

Khadijah Wanita Sempurna

Sebelum kedatangan Islam, Khadijah dijuluki Ratu Mekah. Namun, ke ka cahaya Islam terbit, Allah memberi beliau kedudukan sebagai ibu
kaum beriman *(ummulmukminin)*. Saat itu, sebagian kaum Muslimin adalah orang-orang miskin. Mereka dak bisa mencari na ah,
karena orang-orang kafirlah yang menguasai perdagangan. Orang-orang itu dak memberikan kesempatan bagi kaum Muslimin untuk
bekerja. Pada saat itu, kaum Muslimin bisa terhindar dari kelaparan berkat bantuan Khadijah.

Khadijah juga memberi mereka tempat nggal. Khadijah menggunakan begitu banyak uangnya untuk orang-orang Muslim di Mekah yang
miskin akibat boikot orang-orang musyrik. Pertolongan Khadijah telah mematahkan tujuan orang-orang musyrik untuk menarik para
pengikut Rasulullah yang miskin pada kekafiran lagi.

Khadijah dak pernah menyisakan sampai uang terakhir yang dimilikinya demi kesejahteraan para pemeluk Islam. Cinta Khadijah kepada
mereka dak berbeda dengan cinta ibu kepada anaknya. Kalian tahu, seorang ibu rela mengorbankan nyawanya sendiri demi keselamatan
anak-anaknya. Seorang ibu bisa merasakan lapar, namun jika anak-anaknya kelaparan, ia akan mengutamakan anak-anaknya lebih dulu. Ia
akan memberikan jatah makannya untuk anak-anaknya dan rela menahan lapar. Bahkan jika anak-anaknya merasa kenyang dan senang, itu
sudah cukup membuat seorang ibu juga merasa senang dan kenyang sehingga ia lupa rasa lapar yang dideritanya sendiri. Cinta seorang ibu
dak mengenal syarat. Cinta seorang ibu penuh perlindungan dan penuh kasih.
Dengan keluhuran budi istrinya yang begitu agung sangat wajar jika Rasulullah merasa amat berduka ke ka Khadijah wafat.

Rasulullah Amat Mencintai Khadijah

Begitu besarnya cinta Rasulullah kepada Khadijah sampai beliau bersabda, "Demi Allah! Allah dak menggan kan Khadijah dengan seorang
yang lebih baik. Ia telah beriman kepadaku pada saat orang-orang mengingkari risalahku. Ia percaya kepadaku pada saat orang-orang
nendustaiku. Ia telah mengorbankan hartanya padahal orang lain dak mau melakukannya, dan Allah telah melimpahkan karunia bagiku
anak-anak melalui Khadijah.

Setelah Abu Thalib Tiada

Ke ka ibunya wafat, Fa mah Az Zahra baru berusia ga tahun. Anak perempuan yang matanya masih basah karena baru kehilangan ibunya
itu kini melihat ayahnya dihina orang sejadi-jadinya. Para tetangga mereka seper Hakam bin Ash, Uqbah bin Abu Muith, Adi bin Hamra,
dan Abu Lahab sangat sering melempar batu ke ka ayahnya sedang shalat. Bahkan dak cuma batu, tetapi juga jeroan kambing. Jeroan
kambing itu pernah mereka melemparkan ke dalam panci masakan Rasulullah yang siap disajikan.

Kejadian paling ringan yang pernah menimpa Rasulullah adalah ke ka seorang Quraisy pandir mencegatnya di jalan dan secara ba- ba
menyiramkan tanah ke atas kepala beliau. Rasulullah dak membalas hinaan itu. Beliau pulang ke rumah dengan kepala yang penuh tanah.

Di rumah, Fa mah membersihkan kepala ayahnya sambil menangis.

Tidak ada yang lebih pilu rasanya ha seorang ayah dibanding mendengar tangis anaknya. Apalagi yang menangis ini adalah anak
perempuan yang baru saja di nggal ma ibunya. Hampir kaku rasanya Rasulullah karena begitu pilu, bahkan beliau hampir saja ikut
menangis.

Muhammad adalah ayah yang bijaksana dan penuh kasih sayang pada putri-putrinya. Tak ada lagi yang beliau lakukan menghadapi tangis
pilu putrinya selain memohon pertolongan kepada Allah dengan keimanan sepenuh ha .

"Jangan menangis, putriku," begitu yang Rasulullah bisikkan kepada Fa mah sambil menghapus air matanya,
"sesungguhnya Allah akan melindungi ayahmu."

Rasulullah kemudian berkata,


"Sebelum wafat Abu Thalib, orang-orang Quraisy itu dak seberapa menggangguku."

Apa yang kemudian beliau lakukan untuk melepaskan diri dari tekanan Quraisy yang semakin menjadi-jadi?

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 51
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Tindakan Bengis Abu Lahab

Sepeninggal Abu Thalib, Abu Lahab terpilih sebagai ketua Bani Hasyim. Segera setelah ia terpilih, Abu Lahab menyatakan melepas
perlindungan terhadap diri Rasulullah dengan memberikan pengumuman secara terbuka di Pasar Ukazh dan di Ka'bah. Ini adalah ndakan
yang amat kejam, sampai Rasulullah sempat minta perlindungan dari keluarga selain Bani Hasyim.

Bani Hasyim adalah satu di antara sekian banyak kabilah. Pemimpin sebuah kabilah dipilih karena bijak, berani, dan tegas. Pemimpin
kabilah menduduki kedudukan terhormat. Pemimpin kabilah biasanya dipilih setelah berusia 40 tahun.
Dalam pertempuran, kaum muda berjuang di garis depan melindungi pemimpin kabilah dan sesepuh di garis belakang.

Cara Rasulullah Berdakwah

Ada 6 cara yang dilakukan Rasulullah untuk berdakwah:


1. Mengumpulkan orang.
2. Mendatangi tempat-tempat pertemuan dan keramaian.
3. Mendatangi kota-kota lain.
4. Menugasi se ap muslim untuk berdakwah.
5. Menugasi muslim pilihan untuk mengajar.
6. Mengirimkan surat dan utusan kepada para raja dan pemimpin.

Tha'if

Rasulullah berdakwah ke Tha'if pada tahun 10 kenabian (akhir Mei 619). Tha'if terletak 100 kilometer sebelah Tenggara Mekah. Tha'if
adalah kota pegunungan dengan ke nggian hampir 2.000 meter diatas permukaan laut. Tha'if adalah kota dagang dengan hasil bumi dan
perkebunan buah seper anggur.

Rasulullah mencoba mengalihkan dakwah langsung keluar Kota Mekah. Bersama Zaid bin Haritsah, Rasulullah pergi ke kota Tha'if. Tiba di
kota itu, Rasulullah menemui ga orang pembesar kota dan menawarkan Islam kepada mereka. Apa tanggapan mereka?

"Bahkan akan kusobek-sobek selubung Ka'bah untuk membuk kan bahwa demikian dak percayanya aku padamu!" ujar seseorang.

Mendengar temannya bicara seper itu, yang lain tersenyum mengejek sambil berkata,
"Apakah Tuhan dak mendapatkan orang yang lebih baik daripada kamu? Kalau engkau seorang nabi, pas lah engkau terlalu mulia untuk
menjadi teman bicaraku. Kalau bukan, maka engkau terlalu rendah kulayani."

Rasulullah meminta ga pembesar Tha'if yaitu Mas'ud, Abdu Yalail, dan Habib, dak mengumumkan kepada masyarakat penolakan mereka
terhadap beliau. Akan tetapi, ke ga pembesar itu dak mengabulkan permintaan Rasulullah. Mereka malah menghasut agar para pemuda
mengolok-olok Rasulullah.
Mereka keluar dan berteriak kepada orang banyak,
"Wahai penduduk Tha'if! Lihat orang ini! Ia mencoba menggan para berhala kita dengan satu Tuhan baru yang dak terlihat!"

Para pemuda mulai datang bergerombol dengan wajah memerah karena murka.

"Orang ini rupanya berniat menipu dan membodohi kalian! Apa yang akan kalian perbuat?"

"Usir dia!"

"Jangan cuma diusir, lempar dia dengan batu agar jera dan dak berani membawa kegilaannya kemari!"

Kemudian, mulailah para pemuda melempari Rasulullah dengan batu. Melihat hal itu, orang-orang kaya dak mau ke nggalan. Mereka
menyuruh budak-budaknya,

"Hei, tunggu apalagi? Ambil batu dan lempari dia! Sekaranglah saatnya kalian bersenang-senang!"

Rasulullah dan Zaid berlari di sepanjang jalan ke luar Kota Tha'if. Mereka diiku hujan batu disertai gemuruh caci maki dan cemooh
gerombolan pemuda dan budak. Batu-batu terbang berbunyi debag-debug menghantam seluruh tubuh Rasulullah meski sudah dilindungi
Zaid. Darah suci Rasulullah berceceran di sepanjang jalan.

Doa Rasululllah

Setelah jauh keluar dari kota, gerombolan orang yang mengejar Rasulullah pun membubarkan diri dengan senyum puas dan mengejek.
Saat itu Rasulullah bertemu dengan seorang istri pembesar Tha'if dari Bani Jumah yang sedang lewat. Perempuan itu memandang
Rasulullah dengan rasa kasihan bercampur heran.

"Lihatlah, apa yang di mpakan kepada kami oleh rakyat suamimu," sabda Rasulullah.

Mendengar orang Tha'iflah yang menganiaya beliau, perempuan itu berlalu dengan perasaan takut jika diketahui orang bahwa ia
menunjukkan belas kasihan kepada Rasulullah.

Untuk melepas lelah dan membasuh luka, Rasulullah dan Zaid berlindung di sebuah kebun anggur milik Utbah dan Syaibah. Keduanya anak
Rabi'ah, seorang pembesar Quraisy. Saat itu, keluarga Rabi'ah memerha kan Rasulullah dari jauh, tetapi mereka dak berbuat apa pun.

Setelah napasnya kembali normal, Rasulullah mengangkat kepala dan menengadah ke langit. Beliau memanjatkan doa yang amat
mengharukan.

"Allahuma ya Allah, kepada-Mu juga aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kemampuanku, serta kehinaanku di hadapan manusia."

"Oh Tuhan Maha Pengasih, Maha Penyayang, Engkaulah Pelindungku."


"Kepada siapa hendak Engkau serahkan aku? Kepada orang jauh yang berwajah muram, kepadaku, atau kepada musuh yang akan
menguasai diriku?"

"Asalkan Engkau dak murka kepadaku, aku dak peduli, karena sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku."

"Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan, dunia, dan akhirat."

"Janganlah kemurkaan-Mu menimpa aku."

"Kepada-Mu lah aku menghamba sampai Engkau puas sesuai kehendak-Mu. Tiada yang lebih kuat dan kuasa dari pada-Mu."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 52
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Di Kebun Anggur

Melihat penderitaan yang begitu buruk dialami Rasulullah, Utbah dan Syaibah merasa iba. Mereka menyuruh seorang budak mereka untuk
memberikan buah anggur kepada Rasulullah.

Rasulullah menjulurkan tangan untuk memgambil anggur seraya mengucap, "Bismillah."

Budak itu terkejut keheranan mendengar ucapan itu.

"Kata-kata itu dak pernah diucapkan oleh penduduk negeri ini." ujarnya.

Kemudian, Rasulullah bertanya kepada sang budak siapa namanya dan dari negeri mana dia berasal, serta apa agamanya.

"Namaku Addas, aku berasal dari Niniveh di Mesopotamia. Aku beragama Nasrani."

Rasulullah kemudian berkata lagi, "Dari negeri baik-baik, Yunus bin Ma a."

Dengan rasa heran yang lebih besar daripada sebelumnya, Addas bertanya, "Darimana Tuan tahu nama Yunus bin Ma a?"

"Dia saudaraku," jawab Rasulullah, "dia seorang nabi dan aku juga seorang nabi."

Mendengar itu, ha Addas dipenuhi rasa haru yang menyengat. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia mencium kepala, tangan, dan kaki
Rasulullah.

Utbah dan Syaibah memerha kan hal itu dengan heran.

"Lihat, ia merusak budakmu," kata Syaibah.

Ke ka Addas kembali, mereka bertanya dengan marah,


"Mengapa pula engkau cium kepala, tangan, dan kaki orang itu?"

"Itulah laki-laki yang paling baik di negeri ini," jawab Addas.


"Ia mengatakan sesuatu yang hanya diketahui oleh para nabi."

Utbah dan Syaibah saling pandang sebelum berkata dengan keras,


"Addas, jangan sampai orang itu memalingkan engkau dari agamamu. Agamamu itu lebih baik daripada agamanya."

Saat Paling Ge r

Jibril dan Malaikat Penjaga Gunung, menawarkan diri untuk menghancurkan Tha'if. Namun, Rasulullah menolak, beliau bahkan mendoakan
kebaikan bagi penduduk Tha'if.
Kembali ke Mekah

Setelah Abu Thalib meninggal, Abu Lahab lah yang terpilih sebagai pemimpin kabilah Bani Hasyim. Abu Lahab langsung mengumumkan
kepada khalayak bahwa Bani Hasyim kini dak lagi melindungi Rasulullah. Hal itu berar Rasulullah boleh dianiaya, bahkan sampai dibunuh
oleh siapa pun dak akan ada yang menuntut balas kema annya.

Dalam perjalanan kembali ke Mekah, keadaan Nabi yang tanpa perlindungan ini merisaukan Zaid. Zaid pun bertanya,

"Wahai Rasulullah, apa yang akan kita lakukan jika kita kembali ke Mekah tanpa perlindungan? Aku khawa r jika orang akan berbuat
sewenang-wenang kepada Anda."

Rasulullah menatap Zaid dengan pandangan menghibur sambil berkata dengan keyakinan penuh,

"Allah akan melindungi agama dan Rasul-NYA."

Tiba- ba di luar Mekah, melalui seorang penduduk, Rasulullah menghubungi Al Akhnas bin Syariq untuk menanyakan apakah ia mau
memberi perlindungan. Namun, Al Akhnas menolak.
Rasulullah kemudian menghubungi Suhail bin Amr dari Bani Amr bin Lu'ay, tetapi ia juga menolak.
Akhirnya *Al Muth'im bin Adi* bersedia memberi perlindungan.

Esok paginya, Al Muth'im menuju Ka'bah dan memgumumkan perlindungannya. Abu Lahab datang dan memprotes dengan ejekan,

"Kamu memberi perlindungan atau menjadi pengikutnya?"

"Kami memberi perlindungan kepada orang yang seharusnya engkau lindungi", jawab Al Muth'im.

Suatu hari, Rasulullah pergi ke Ka'bah, Abu Jahal melihatnya dan berseru kepada sekumpulan orang Quraisy dengan nada menghina,

"Wahai keturunan Abdu Manaf, inilah Nabi kalian."

Menanggapi olokan itu, Utbah bin Rabi'ah berkata,


"Peduli apa pula engkau, apakah kita ini mempunyai seorang nabi atau raja?"

Rasulullah mendeka keduanya dan berkata,

"Wahai Utbah, demi Allah ucapanmu adalah tanggunganmu sendiri. Sementara untukmu, Abu Jahal, nasib jelek akan menimpamu
sehingga kelak engkau akan sedikit tertawa dan banyak menangis."

Saat Penuh Perjuangan

Setelah Abu Thalib meninggal ruang gerak dakwah Rasulullah di Mekah semakin sempit. Beliau pun mencoba mengalihkan dakwah Islam
ke suku-suku Arab lain yang sering berdatangan ke Mekah pada bulan-bulan haji.

Se ap hari Rasulullah mengunjungi perkemahan Badui, se ap kali itu pula Abu Lahab mengiku beliau. Setelah beliau beranjak pergi, Abu
Lahab mendekat dan berkata,

"Orang yang tadi hanya ingin menukar kepercayaan Anda kepada La a dan Uzza, serta jin-jin sekutu Anda, dengan agama sesat yang
dibawanya."

Seorang pemuka kabilah Badui pernah bertanya kepada Rasulullah,

"Kalau kami jadi pengikutmu dan Tuhan memberimu kemenangan menghadapi lawanmu, apakah kami akan berkuasa setelah Anda?"

Rasulullah menjawab,

"Kekuasaan adalah pemberian Allah ke ka Ia menghendaki."

Dengan muka masam, pemimpin kabilah itu berkata ketus,

"Dugaan saya, Anda ini mengharap kami melindungi Anda dari orang Badui dengan dada kami, lalu kalau Anda menang orang lain akan
meme k untung! Tidak, terima kasih."

Bersambung
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 53
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Aisyah dan Saudah

Walau keadaan semakin berat, Rasulullah tetap berjuang dengan gigih. Namun demikian, semakin gigih pula suku-suku pengembara Arab
menolak beliau.

Pada saat penuh perjuangan itulah, Rasulullah menikah dengan Aisyah, putri Abu Bakar. Pernikahan itu bertujuan mempererat tali
persaudaraan dengan para pendukung Islam yang se a. Tali persaudaraan yang erat itu sangat pen ng pada saat-saat sulit seper itu.

Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah merupakan penghargaan se ngi- ngginya bagi Abu Bakar, ayah Aisyah sekaligus sahabat Rasulullah.
Pernikahan ini merupakan suatu bentuk kemenangan dalam persaudaraan yang penuh cinta kasih antara Abu Bakar dan Rasulullah sejak
masa sebelum diangkat menjadi Rasul.

Sebelumnya Rasulullah menikahi Saudah. Saat itu Saudah telah menjadi janda setelah suaminya meninggal di Habasyah. Tujuan pernikahan
itu adalah untuk menolong Saudah yang hampir hidup terlunta-lunta setelah suaminya wafat. Saudah adalah wanita yang pertama dinikahi
Rasulullah sepeninggal Khadijah.

Setelah berduka di nggal Abu Thalib dan Khadijah, kesukaran yang dihadapi Rasulullah bertambah dengan semakin kerasnya orang Quraisy
memusuhi beliau. Pada saat itulah, Allah menghibur Rasulullah dengan sebuah perjalanan luar biasa yang dak pernah kita temui lagi
kedasyatannya dalam sejarah.

Isra'

Pada suatu malam yang hening, Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah. Wajahnya pu h berseri dan berkilau seper salju. Demikian
heningnya saat itu sampai dak terdengar suara burung malam, gemericik air, dan siulan angin.

"Hai orang yang sedang dur, bangunlah!" sapa Malaikat Jibril.

Rasulullah bangun. Saat itu, beliau sedang dur di rumah sepupunya, Ummu Hani bin Abu Thalib.

Jibril membawa Buraq kehadapan Rasulullah. Buraq adalah hewan yang bentuknya lebih kecil dari kuda tapi lebih besar dari keledai
dengan sayap dikedua sisi tubuhnya. Warnanya pu h. Se ap kali ia melangkah, jauhnya sama dengan jarak pandang.

Setelah Rasulullah naik ke punggungnya. Buraq pun meluncur seper anak panah, sedangkan Jibril terbang mengiringi dalam jarak yang
dekat sekali. Mereka terbang melintasi padang-padang pasir menuju ke utara.

Ifrit
Dalam perjalanan Isra', satu Ifrit mengejar Rasulullah sambil membawa obor. Ifrit adalah bangsa jin yang amat jahat. Jibril mengajarkan
sebuah doa kepada Rasulullah yang membuat obor Ifrit padam dan Ifrit tersungkur jatuh.

Akhirnya Rasulullah ba di Baitul Maqdis, Yerusalem, Pales na. Di atas Baitul Maqdis Rasulullah bertemu Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan
Nabi Isa. Ke ga nabi mulia itu ditemani nabi-nabi lain. Rasulullah kemudian memimpin shalat semua nabi dan rasul itu.

Selesai shalat, dibawakan kehadapan Rasulullah ga buah bejana. Satu berisi khamr, satu berisi air, dan satu lagi berisi susu.

Mi'raj

Rasulullah mendengar sebuah suara berkata, "Kalau ia memgambil air, ia akan tenggelam dan begitu juga umatnya. Kalau ia mengambil
khamr, ia akan tersesat dan begitu pula umatnya. Kalau dia mengambil susu, ia akan dibimbing dan begitu juga umatnya."

Oleh karena itu, Rasulullah mengambil bejana berisi susu dan meminumnya dengan menyebut nama Allah. Jibril pun berkata kepada
Rasulullah, "Anda telah diberka dan begitu pula umat Anda, Muhammad."

Setelah itu, beliau dibawa naik sampai ke langit. Tangga dipancangkan di atas batu Yaqub.
Mi'raj berar tangga. Saat naik ke langit, Rasulullah meni Mi'raj, bukan lagi menaiki Buraq. Buraq menunggu di bawah ditambatkan di
pintu Baitul Maqdis. Oleh Jibril, tangga ini diletakkan di atas batu besar dan ujungnya terus menjulang sampai ke langit.
Dengan tangga itu, Rasulullah naik ke atas langit berlapis tujuh. Se ap ngkatan langit di jaga oleh malaikat agar dak ada setan yang bisa
mencuri-dengar rahasia-rahasia langit.

Di langit pertama, Rasulullah melihat semua malaikat tersenyum, kecuali satu saja. Rasulullah bertanya kepada Jibril, lalu Jibril menjawab
bahwa itu adalah Malik, malaikat penjaga neraka, Rasulullah bertanya lagi kepada Jibril,

"Bisakah engkau memerintahkannya untuk memperlihatkan neraka?"

"Malik, perlihatkan neraka kepada Muhammad."

Lalu Malik mengangkat penutup neraka dan api berkobar nggi sampai Rasulullah mengira bahwa ia akan membakar segalanya.

Illiyyin dan Sijjin

Illiyyin adalah nama suatu tempat di surga ter nggi. Sementara itu, Sijjin adalah tempat yang terletak di bawah Neraka Jahanam.

Rasulullah meminta agar Jibril memerintahkan Malik mengendalikan kobaran api yang sangat dasyat itu. Malaikat Malik pun melakukannya
dan menutup kembali pintu neraka.

Setelah itu, Rasulullah melihat seorang laki-laki sedang duduk melihat roh-roh manusia yang lewat dihadapannya. Jika roh itu baik, ia akan
mengucapkan selamat seraya berkata,

"Roh yang baik dari tubuh yang baik."

Jika yang lewat itu roh yang buruk, wajah laki-laki itu jadi keruh sambil berkata,

"Huh! Roh yang jelek dari tubuh yang jelek!"

"Siapa laki-laki itu, wahai Jibril?" tanya Rasulullah.

Jibril menjelaskan bahwa itu adalah Nabi Adam yang sedang menilai roh keturunannya. Roh orang yang beriman membuat Nabi Adam
gembira, sedangkan roh orang kafir dan murtad membuat beliau kesal dan murung.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 54
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Ke Langit Berikutnya

Rasulullah melanjutkan perjalanannya bersama Jibril. Beliau melihat orang-orang berbibir seper bibir unta. Di mulut mereka ada
potongan api berbentuk batu yang mereka telan lalu keluar lagi lewat duburnya, kemudian ditelan lagi begitu seterusnya.

"Siapakah mereka ini?" Rasulullah bertanya-tanya.

"Mereka adalah para pendosa yang memakan harta anak ya m."

Setelah itu, beliau melihat orang-orang seper keluarga Fir'aun. Perut mereka membesar, sedangkan serombongan unta-unta gila
menginjak-injak perut mereka di neraka. Orang-orang itu dak mampu lagi menghindar.

"Siapakah orang-orang ini?" tanya Rasulullah.

"Orang-orang itu adalah para pemakan riba. Mereka biasa meminjamkan uang kepada orang lain, tetapi meminta uang pinjaman itu
dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan uang yang dipinjam."

Setelah itu, Rasulullah melihat orang-orang yang di hadapan mereka ada dua jenis daging, satu empuk dan lezat, sedang yang satu lagi
kesat dan busuk. Akan tetapi, orang-orang itu memakan daging yang busuk.
"Siapakah mereka ini?" kembali Rasulullah bertanya.

Dijelaskan kepada beliau bahwa orang-orang itu menelantarkan istrinya dan mendeka perempuan lain yang dak halal.

Dalam perjalanan berikutnya, Rasulullah dibawa ke langit kedua. Beliau berjumpa dengan Nabi Isa dan Nabi Yahya (Putra Nabi Zakaria).
Keduanya adalah saudara sepupu dari garis ibu.

Di langit ke ga, beliau berjumpa dengan seorang nabi yang wajahnya begitu tampan seper bulan purnama.
Itu adalah Nabi Yusuf.

Di langit keempat, Rasulullah bertemu dengan Nabi Idris yang telah dimuliakan Allah dengan diangkat dari dunia ke tempat yang nggi.

Di langit kelima, Rasulullah bertemu Nabi Harun (putra Imran). Nabi Harun adalah nabi yang dikasihi kaumnya.

"Belum pernah saya bertemu orang segagah dia," demikian sabda Rasulullah tentang Nabi Harun.

Menerima Perintah Shalat

Di langit keenam, Rasulullah bertemu dengan Nabi Musa.

Lalu, di langit ketujuh, beliau bertemu dengan seorang laki-laki yang sedang duduk di atas singgasana gerbang surga (Baitul Makmur).
Se ap hari, 70 ribu malaikat masuk lewat gerbang itu dan dak keluar lagi sampai Hari Kebangkitan.

"Belum pernah saya melihat orang yang lebih menyerupai saya,"


Laki-laki itu ayah saya, Nabi Ibrahim.

Kemudian, ia membawa saya ke surga dan disitu saya melihat seorang gadis berbibir merah gelap, dan saya tanyakan dia, milik siapa ia
sebab ia begitu gembira ke ka berjumpa dengan saya, dan jawabnya,

"Saya milik Zaid bin Haritsah."

Kemudian Rasulullah dibawa ke hadapan Arasy sehingga bertemu Allah. Segalanya dak dapat dilukiskan dengan lidah dan di luar
jangkauan daya otak manusia. Bertemu dengan Allah Yang Maha Agung membuat Rasulullah merasakan kesejukan sampai ke tulang
punggungnya. Kemudian, rasa tenang dan damai membanjiri perasaan beliau, begitu terasa nikmat. Pada saat itulah, Rasulullah, Allah
memerintahkan agar se ap Muslim melakukan shalat lima puluh kali sehari semalam.

Begitu Rasulullah turun dari Arasy, beliau bertemu Nabi Musa yang berkata,

"Bagaimana engkau mengharap pengikut-pengikutmu akan melakukan shalat lima puluh kali se ap hari? Sebelum engkau, aku sudah
punya pengalaman, sudah kucoba terhadap Bani Israil sekuat daya. Percayalah dan kembalilah kepada Allah, minta supaya dikurangi jumlah
shalat itu."

Kemudian Rasulullah kembali menemui Allah. Kemudian jumlah shalat dikurangi jadi empat puluh kali se ap hari.

Namun, Nabi Musa menganggap masih di luar kemampuan orang. Dia sarankannya lagi Rasulullah kembali meminta keringanan.
Demikianlah, beberapa kali Rasulullah bolak-balik menemui Allah sampai akhirnya jumlah shalat ditetapkan menjadi lima kali sehari
semalam.

Kemudian, Rasulullah kembali ke Bumi dengan menuruni tangga. Buraq pun membawa Rasulullah kembali ke Mekah.

Mengabarkan Isra Mi'raj

Menjelang fajar Rasulullah membangunkan Ummu Hani dan keluarganya.


"Oh Ummu Hani," sabda Rasulullah,

"seper engkau maklum, semalam aku shalat malam terakhir bersama kamu. Kemudian aku ke Baitul Maqdis dan shalat di sana. Baru saja,
saat ini, kita shalat subuh bersama."

Rasulullah kemudian bangkit, meninggalkan Ummu Hani yang masih terperangah. Ummu Hani tahu beliau akan keluar dan mengabarkan
Isra' dan Mi'raj kepada orang banyak. Rasulullah berdiri dan berjalan ke pintu begitu cepat seolah-olah dak sabar lagi untuk mengabarkan
perjalanan ini. Padahal, beliau tahu apa akan dikatakan orang Quraisy yang selama ini memusuhinya. Namun, semangat Rasulullah dak
terhalangi oleh hal-hal semacam itu.
Rasa khawa r Ummu Hani menggunung seke ka. Begitu cepatnya langkah Rasul sehingga Ummu Hani terpaksa menarik jubah Rasul
dengan tergesa-gesa.

"Ya Rasulullah, jangan mengatakannya pada khalayak ramai. Nan mereka menuduh engkau berdusta dan mereka akan menghinamu."

Rasulullah tersenyum menentramkan, "Demi Allah, saya akan tetap mengatakannya."

Ummu Hani dak bisa berkata apa-apa lagi melihat tekad Rasulullah yang sudah demikian kuat. Ke ka Rasulullah pergi, dilihatnya beliau
dengan pandangan khawa r. Ummu Hani segera memanggil seorang hamba sahayanya, seorang perempuan dari Habasyah.

"Pergilah, iku Rasulullah dan dengar yang dikatakan kaumnya terhadap beliau."

Hamba sahaya itu pun bergegas pergi.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 55
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Quraisy Gempar

Saat itu, di dekat Ka'bah telah berkumpul para pembesar Quraisy. Mereka melihat Rasululllah, Abu Jahal bertanya dengan congkak,

"Hai Muhammad! Adakah engkau mendapat suatu perkara baru lagi?"

"Ya, aku baru mendapat suatu perkara yang baru."

"Apa itu? Ceritakanlah," Abu Jahal bersiap mengejek.

"Semalam aku pergi ke Baitul Maqdis."

Senyum Abu Jahal melebar,


"Ke Baitul Maqdis dan pagi-pagi begini sudah kembali ba disini?"

"Ya, semalam aku pergi di Baitul Maqdis."

Abu Jahal tertawa sambil menggeleng-geleng heran,

"Apakah kamu berani menyatakan hal ini di muka kaumku? Kalau memang berani, saya akan memanggil mereka. Ceritakanlah kepada
mereka hal yang telah kamu katakan kepadaku tadi!"

"Baik panggil mereka kemari," tegas Rasulullah.

Seke ka itu juga, Abu Jahal pergi memanggil semua pembesar Quraisy dan orang-orang biasa.

Dalam waktu singkat, semua orang berduyun-duyun ke hadapan Rasulullah.

"Hai Muhammad!" Seru Abu Jahal.


"Katakanlah kepada kaumku sekarang seper yang kamu katakan tadi kepadaku!"

Rasulullah pun bersabda,


"Semalam saya pergi ke Baitul Maqdis."

Orang-orang terperangah. Semua orang yang hadir disitu bersikap seolah-olah kurang jelas mendengar kata-kata Rasulullah.

"Pergi kemana, Muhammad?"

"Semalam saya pergi ke Baitul Maqdis."

Seke ka itu, gemparlah suasana. Suara tawa dan cemooh menggemuruh. Mengalahkan suara-suara itu Abu Jahal berteriak,
"Muhammad itu memang selalu mengada-ada dengan ucapannya!"

Olok-olok makin terdengar riuh. Ada yang mengejek. Ada yang tertawa. Ada yang bertepuk tangan.
Bagi bangsa Arab, tepuk tangan adalah bukan tanda semangat. Tepuk tangan atau menaruh tangan diatas kepala adalah tanda mengejek
dan hinaan bagi seseorang yang kata-katanya dianggap dak bisa dipercaya.

Orang-orang itu memanggil Abu Bakar. Mereka ingin tahu yang akan dikatakan Abu Bakar, orang yang selama ini begitu kukuh
kepercayaannya kepada Rasulullah.

*Abu Bakar Membenarkan Cerita Rasulullah*

"Kalian berdusta," kata Abu Bakar kepada orang-orang yang datang kepadanya.

"Sungguh, Muhammad kini berada di Ka'bah sedang berbicara dengan orang banyak."

"Kalaupun itu yang dikatakannya," kata Abu Bakar,


"Tentu dia bicara yang sebenarnya. Dia mengatakan kepadaku bahwa ada berita dari Tuhan, dari langit ke bumi pada waktu malam atau
siang aku percaya. Padahal tadi itu lebih mengherankan daripada berita sekarang ini."

Abu Bakar kemudian mendatangi Rasulullah. Saat itu, orang-orang Quraisy sedang meminta Rasulullah menggambarkan bentuk Baitul
Maqdis. Mereka tahu, Rasulullah belum pernah satu kali pun berkunjung ke tempat itu. Sementara itu, beberapa orang dari mereka telah
terbiasa berdagang sampai ke Syam dan melewa Baitul Maqdis berkali-kali. Abu Bakar adalah salah seorang yang pernah berdagang ke
sana.

Mendengar Rasulullah begitu tepat menggambarkan keadaan Baitul Maqdis, Abu Bakar berkata di hadapan semua orang,

"Rasulullah, saya percaya!"

Bahkan, orang-orang kafir sekali pun menggeleng-geleng kepala, heran bercampur kagum mendengar kata-kata Abu Bakar. Mereka
menghorma kese aan dan ngginya rasa percaya Abu Bakar kepada Rasulullah.

Rasulullah sendiri sangat gembira mendengar perkataan Abu Bakar. Padahal saat itu, semua orang dihadapannya tengah bertanya-tanya,
mengejek, dan mencaci. Bahkan yang lebih menyakitkan, beberapa orang yang sudah memeluk Islam kembali murtad karena dak percaya
dengan apa yang Rasulullah sampaikan.

Sejak saat itu Rasulullah memberi julukan kehormatan dan kesayangan "As-Shiddiq" kepada Abu Bakar. Ar nya adalah "yang tulus ha ",
"yang sangat jujur."

Buk dari Kafilah

Merasa belum cukup mendengar betapa tepat gambaran Rasulullah tentang Baitul Maqdis, orang-orang Quraisy meminta buk yang lain.

Rasulullah mengatakan, bahwa dalam perjalanan, beliau melewa beberapa kafilah yang sedang dalam perjalanan menuju Mekah atau ke
arah Syam. Rasulullah mengatakan bahwa di salah satu kafilah, seekor unta terjerembab karena terkejut oleh kehadiran Buraq. Rasulullah
juga mengatakan tempat kafilah itu berada.

"Saya melanjutkan perjalanan," demikian sabda Rasulullah,


"sampai ba di Dhajanan, melewa sebuah kafilah bani fulan. Kutemukan mereka semua sedang ter dur. Mereka mempunyai sebuah guci
yang tertutup. Saya membuka tutupnya dan meminum air itu lalu menutupnya kembali."

Sudah menjadi kebiasaan kafilah Arab untuk menyediakan guci minum yang bisa dinikma oleh siapa pun tanpa perlu izin lagi. Bahkan
biasanya yang disediakan adalah susu.

"Sebagai buk kafilah itu sekarang sedang menuruni dataran nggi Baydha di celah Tan'im. Kafilah itu dipimpin seekor unta berwarna
kelabu dengan muatan dua kantong, yang satu hitam dan yang lain belang."

Orang-orang kemudian bergegas menuju celah itu. Mereka menemukan bahwa unta pertama yang mereka jumpai sedang memimpin
kafilah memang persis seper yang digambarkan Rasulullah.

Orang-orang juga bertanya kepada anggota kafilah itu tentang guci air.

"Ke ka kami bangun pada pagi hari tadi, guci itu masih tertutup, tetapi isinya kosong. Padahal semalam guci itu penuh berisi air," jawab
anggota kafilah.
Orang-orang saling berpandangan mengakui yang Rasulullah katakan. Terlebih lagi setelah itu, mereka bertanya pada rombongan kafilah
lain tentang unta yang terjerembab.

"Kami memang terkejut mendengar sesuatu seper apa yang bergerak cepat di langit. Sesuatu itu membuat seekor unta kami terkejut dan
terjerembab."

Demikian buk -buk kebenaran Isra' Mi'raj sudah begitu kuat. Namun, orang-orang seper Abu Jahal dak bisa berubah menjadi orang
beriman.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 56
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rintangan dari Abu Lahab

Selain terus-menerus berdakwah kepada orang-orang Mekah, Rasulullah juga menyampaikan ajaran Islam kepada orang-orang yang datang
ke Mekah. Bangsa Arab berkumpul di Mekah pada pekan-pekan tertentu beberapa kali dalam setahun, misalnya di Pasar Ukazh, yang
diadakan selama bulan Syawal, kemudian Pasar Mujannah, yang berlangsung setelah bulan Syawal selama dua puluh hari.

Jika Rasulullah tahu ada rombongan datang, Beliau segera pergi mendatangi mereka sambil berkata,

"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian supaya menyembah kepada-NYA dan janganlah kamu
menyekutukan Dia dengan sesuatu."
"Wahai sekalian manusia ucapkanlah olehmu, Tiada Tuhan melainkan Allah, supaya kamu berbahagia!"

Namun, di mana pun Rasulullah datang pas di belakang beliau Abu Lahab datang mengiku sambil berseru keras-keras,

"Hai sekalian manusia, sesungguhnya orang ini memerintahkan kamu sekalian supaya meninggalkan agama orangtua-orangtuamu
terdahulu! Hai sekalian manusia, janganlah kamu dengarkan perkataan orang ini karena dia itu pendusta!"

Bahkan sesekali jika marahnya sudah memuncak, Abu Lahab melempar kepala Rasulullah dari belakang dengan batu!

Akibat ndakan Abu Lahab ini, sangat sedikit orang yang mau menerima seruan Islam. Orang-orang Islam pun bahkan belum berani
menunjukkan keislamannya secara terang-terangan. Kebanyakan orang mencaci, mencemooh, mengusir, dan mendustakan Rasulullah.

Akan tetapi, beliau dak pernah berputus asa. Beliau terus berdakwah semakin gencar dan semakin bersemangat. Berkat kegigihan yang
luar biasa inilah, Allah mulai menunjukkan tanda-tanda kemenangan dari sebuah kota bernama Yatsrib.

Utbah bin Rabi'ah

Selain Abu Lahab, salah seorang yang memusuhi Rasulullah adalah Utbah bin Rabi'ah. Namun, Utbah lebih lembut. Utbah memberi
Rasulullah anggur ke ka beliau diusir dari Tha'if.

Orang-Orang Yatsrib

(Suatu saat kelak, Rasululllah mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah). Orang-orang Yatsrib termasuk rombongan orang Arab yang
sering datang ke Mekah. Mereka terpecah menjadi dua golongan orang Aus dan orang Khazraj.

Kedua suku ini saling berperang satu sama lain selama 120 tahun. Suatu saat kaum Aus menang. Pada saat lain, orang Khazraj yang
mengalahkan Aus.

Suatu malam di Bukit Aqabah, Mina, Rasulullah bertemu dengan enam orang Khazraj. Mula-mula beliau mengajukan pertanyaan,
kemudian orang-orang itu menjawab dengan sopan. Kemudian Rasulullah memperkenalkan diri dan bertanya,

"Bagaimana keadaan kalian di Yatsrib?"

Sesudah itu beliau mengajak mereka duduk bersama dan memenuhi ajakan itu dengan penuh rasa ingin tahu. Sesudah saling bertanya,
Rasulullah mengajak mereka ke tempat yang sunyi, sedikit jauh dari penglihatan orang. Di tempat itu, Rasulullah membacakan ayat-ayat Al-
Qur'an. Keenam orang Khazraj itu menger dan tertarik segala apa yang beliau serukan.

Setelah Rasulullah yakin dengan kesungguhan orang-orang ini, beliau mengajak berpindah tempat lagi ke bawah Bukit Aqabah. Tempat itu
benar-benar terlindung dari jangkauan penglihatan orang. Di tempat aman itulah, Rasulullah mengajak mereka mendukung kenabian
beliau. Rasulullah meminta agar mereka ikut menyebarkan ajaran Islam di kota asal mereka, Yatsrib.

Orang-orang itu minta waktu untuk berunding.

"Rupanya ini adalah jalan yang diberikan Tuhan," demikian salah satu dari mereka berkata,

"Aku sudah bosan berperang dengan Aus, mudah-mudahan ajaran Islam ini akan menyatukan kita dan Aus dalam perdamaian."

Setelah selesai, mereka menyatakan percaya dan sungguh-sungguh mendukung penyebaran Islam di Yatsrib. Rasulullah kemudian
menasiha agar mereka seiya sekata, tolong-menolong, dan bantu-membantu dalam menjalankan tugas mulia ini.

Baiat Aqabah Pertama

Keenam orang itu kembali ke Yatsrib dan menyerukan Islam kepada seluruh penduduknya.

"Muhammad adalah nabi terakhir utusan Tuhan yang didustakan kaumnya sendiri," demikian kata mereka.

Segera saja nama Rasulullah menjadi terkenal di kalangan penduduk Yatsrib.

Pada musim haji berikutnya, lima dari enam orang itu kembali ke Mekah bersama tujuh orang rekan mereka. Dua berasal dari Aus dan
sepuluh orang berasal dari Khazraj. Mereka menemui Rasulullah di Bukit Aqabah. Saat itu, sudah dua belas tahun lamanya Rasulullah
menyebarkan Islam.

Setelah Rasulullah membacakan ayat-ayat Al-Qur'an mereka menyatakan percaya akan seruan beliau. Rasulullah pun kemudian membaiat
(sumpah se a) mereka.
Inilah yang terkenal sebagai Baiat Aqabah pertama.

Dalam baiat ini, Rasulullah mengajak mereka bersumpah untuk:


1. Menyembah Allah dan dak menyekutukan-NYA
2. Tidak mencuri
3. Tidak bergaul dengan wanita yang belum dinikahi
4. Tidak membunuh anak-anak, seper yang saat itu banyak terjadi
5. Tidak berdusta dan dak membuat kedustaan
6. Tidak menolak perkara yang baik
7. Hendaknya selalu mengiku Rasulullah, baik saat senang maupun susah
8. Hendaknya selalu mengiku Rasulullah, baik terpaksa maupun sukarela
9. Jangan begitu saja merebut suatu perkara kecuali Allah memberikan buk tanda-tanda kekafiran kepada orang yang mengerjakannya
10. Hendaklah mengatakan kebenaran di mana pun berada dan dak takut akan celaan orang

Sebagai penutup, Rasulullah bersabda,

"Hendaklah kalian menepa janji-janji ini, kelak kalian akan menerima balasan Allah berupa surga. Namun, jika ada yang menyalahi janji
ini, aku serahkan urusannya kepada Allah semata."

Ucapan Baiat

Ucapan baiat atau sumpah se a ini sebenarnya adalah menjulurkan tangan kanan ke depan telapak tangan menghadap keatas, sedangkan
pembaiat menjabat dengan posisi tangan disebelah atas.
Baiat Aqabah yang pertama dikenal dengan nama baiat wanita sebab Rasulullah belum meminta mereka membela beliau dengan
berperang.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 57
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Pengiriman Mush'ab bin Umair

Setelah baiat terlaksana dengan sempurna, semua orang kembali ke perkemahan masing-masing sambil menyimpan kejadian itu baik-baik
di dalam ha .

Musim haji pun segera selesai. Ke ka rombongan Muslim Yatsrib berangkat pulang. Rasulullah menyertakan seorang duta pertama. Tugas
duta ini adalah mengajarkan syariat Islam dan pengetahuan agama kepada kaum Muslimin. Selain itu, ia juga berkewajiban menyebarkan
ajaran Islam kepada orang-orang yang masih menyembah berhala.

Rasulullah memilih Mush'ab bin Umair untuk melaksanakan tugas ini. Mush'ab termasuk pemeluk Islam pertama dan terpercaya dalam
pengetahuan tentang hukum-hukum Allah, bacaan Al-Qur'an, serta ketaatannya.

Setelah sahabat Rasulullah itu datang, semakin banyak orang Yatsrib memeluk Islam. Seiring dengan itu, persatuan Aus dan Khazraj
semakin kuat sampai akhirnya hilanglah rasa permusuhan di ha mereka masing-masing.

Jum'at Pertama

Melihat Islam berkembang demikian pesat, orang-orang Yahudi Yastrib amat khawa r. Mereka takut agamanya lenyap terdesak oleh Islam.
Oleh karena itu, se ap hari Sabtu mereka berkumpul di suatu tempat dan mengadakan keramaian untuk menunjukkan keagungan agama
mereka.

Ke ka mendengar hal ini, Rasulullah memerintahkan Umair untuk mengumpulkan kaum Muslimin se ap hari Jum'at untuk mengerjakan
shalat dua rakaat berjamah. Mush'ab segera mengumpulkan kaum Muslimin di Hazmun-Nabit.
Itulah shalat jum'at pertama dalam sejarah Islam. Shalat pertama itu diiku oleh empat puluh orang.

Abdurrahman bin Auf

Rasulullah juga pernah memerintahkan Abdurrahman bin Auf secara diam-diam pergi ke daerah Damatul Jandal untuk berdakwah. Selama
ga hari, Abdurrahman bin Auf berdakwah sampai akhirnya pemimpin mereka Al Ashbag pun masuk Islam.

Baiat Aqabah Kedua

Satu tahun berikutnya, jumlah jama'ah haji dari Yatsrib lebih banyak, termasuk dalam rombongan itu tujuh puluh lima muslim. Dua di
antaranya kaum perempuan.
Saat itu tahun 622 Masehi, ga belas tahun sudah Rasulullah berdakwah dengan lemah lembut, mengalah terhadap segala siksaan, serta
menanggung semua kesakitan dengan kesabaran dan pengorbanan.

Tidak selamanya Allah mengajarkan umat-NYA untuk terus mengalah. Suatu saat pukulan harus dibalas pukulan, serangan pun harus
dibalas serangan. Dengan tujuan inilah Rasulullah mengadakan pertemuan dengan ketujuh puluh lima Muslim itu.

Mereka bersepakat bertemu tengah malam di bukit Aqabah pada hari-hari tasyriq. Hari Tasyriq adalah ga hari berturut-turut setelah hari
Raya Qurban (Idhul Adha).

Kali ini mereka dak bertemu di kaki bukit, tetapi di puncaknya. Semua orang mendaki lereng-lereng Aqabah yang curam, termasuk kedua
Muslimah tersebut. Saat itu, Rasulullah disertai pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib. Abbas menyadari bahwa pertemuan ini dapat
berakibat perang terhadap orang yang memusuhi keponakannya.

"Saudara-saudara dari Khazraj," demikian Abbas berkata, "posisi Muhammad di tengah-tengah kami sudah diketahui bersama. Kami dan
mereka yang sepaham dengannya telah melindunginya dari gangguan masyarakat kami sendiri. Dia adalah orang yang terhormat di
kalangan masyarakatnya dan mempunyai kekuatan di negerinya sendiri. Namun, dia ingin bergabung dengan Tuan-Tuan juga. Jadi, kalau
memang Tuan-Tuan merasa dapat menepa janji seper yang Tuan-Tuan berikan kepadanya dan dapat melindungi dari mereka yang
menentangnya, silahkan Tuan-Tuan laksanakan. Akan tetapi kalau Tuan-Tuan akan menyerahkan dia dan membiarkannya terlantar sesudah
berada di tempat Tuan-Tuan, dari sekarang lebih baik nggalkan saja."

Orang-orang Yatsrib pun menjawab, "Sudah kami dengar yang Tuan katakan. Sekarang silahkan Rasulullah bicara. Kemukakanlah yang Tuan
senangi dan disenangi Allah."

Setelah membaca ayat Al-Qur'an dan memberi semangat Islam, Rasulullah bersabda,

"Saya minta ikrar Tuan-Tuan untuk membela saya seper membela istri-istri dan anak-anak Tuan-Tuan sendiri."
Kese aan Kaum Anshar

Saad bin Ubadah, seorang pemimpin Anshar berkata kepada Rasulullah,

"Hanya kepada kamilah Rasulullah menghendaki sesuatu. Demi jiwaku yang ada ditangan-NYA, andaikan engkau menyuruh agar kami
menceburkan diri ke dalam samudra, tentulah kami akan melakukannya."

Dialog Sebelum Ikrar

Seorang pemuka masyarakat yang tertua disitu, Al Bara' bin Ma'rur, berkata,

"Rasulullah, kami sudah berikrar. Kami adalah orang peperangan dan ahli bertempur yang sudah kami warisi dari leluhur kami."

Namun, sebelum Al Bara' selesai bicara, Abu Haitham bin Tayyihan menyela,

"Rasulullah, kami memutuskan perjanjian dengan orang-orang Yahudi. Namun, apa jadinya kalau apa yang kami lakukan ini lalu kelak Allah
memberikan kemenangan kepada Tuan, apakah Tuan akan kembali kepada masyarakat Tuan dan meninggalkan kami?"

Rasulullah tersenyum dan berkata,

"Tidak, saya sehidup sema dengan Tuan-Tuan. Tuan-Tuan adalah saya dan saya adalah Tuan-Tuan. Saya akan memerangi siapa saja yang
Tuan-Tuan perangi dan saya akan berdamai dengan siapa saja yang Tuan-Tuan ajak berdamai."

Tatkala mereka siap berikrar, Abbas bin Ubadah menyela,

"Saudara-saudara dari Khazraj, untuk apakah kalian memberikan ikrar kepada orang ini? Kamu menyatakan ikrar dengan dia untuk
melakukan perang terhadap yang hitam dan yang merah (perang habis-habisan melawan siapa pun). Kalau Tuan-Tuan merasa bahwa jika
harta benda Tuan-Tuan binasa dan para pemuka Tuan-Tuan terbunuh, Tuan-Tuan hendak menyerahkan dia kepada musuh, lebih baik dari
sekarang nggalkan saja dia. Kalau pun itu yang Tuan-Tuan lakukan, ini adalah perbuatan hina dunia dan akhirat.
Sebaliknya, jika Tuan-Tuan dapat menepa seper yang Tuan-Tuan berikan kepadanya itu, sekali pun harta benda Tuan-Tuan habis dan para
pemimpin Tuan-Tuan terbunuh, silahkan saja Tuan-Tuan terima dia. Itulah suatu perbuatan yang baik, dunia dan akhirat."

Orang-orang pun menjawab,

"Akan kami terima, sekali pun harta benda kami habis dan bangsawan kami terbunuh. Namun, Rasulullah, kalau dapat kami tepa semua
ini, apa yang akan kami peroleh?"

Rasulullah menjawab dengan tenang dan pas , "Surga."

Kepribadian yang Mengagumkan

Kese aan kaum Anshar pada saat baiat menunjukkan begitu dalamnya kepercayaan yang tertanam dalam ha mereka kepada Rasulullah.
Rasulullah memiliki kepribadian yang daya pesonanya dak dapat dijangkau kedalamannya. Siapa pun yang bergaul dengan beliau, pas
akan luluh dalam pesona itu.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 58
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Ikrar

Mereka mengulurkan tangan kepada Rasulullah dan berikrar. Inilah yang tercatat dalam sejarah sebagai Baiat Aqabah kedua. Dalam Ikrar
kedua ini, mereka berkata,
"Kami berikrar mendengar dan se a pada waktu suka dan duka, pada waktu bahagia dan sengsara, kami hanya akan berkata yang benar di
mana saja kami berada, dan kami dak takut kri k siapa pun atas jalan Allah ini."

Rasulullah menjabat tangan para lelaki, tetapi dak menyentuh tangan wanita. Setelah itu, beliau berkata,

"Pilihlah dua belas orang pemimpin dari kalangan Tuan-Tuan yang akan menjadi penanggung jawab masyarakatnya."

Mereka lalu memilih sembilan orang Khazraj dan ga orang Aus. Kepada para pemimpin itu, Rasulullah berkata,

"Tuan-Tuan adalah penanggung jawab masyarakat seper pertanggungjawaban pengikut-pengikut Isa bin Maryam. Terhadap masyarakat
saya, sayalah yang bertanggung jawab."

Peris wa ini selesai tengah malam di celah Gunung Aqabah, jauh dari masyarakat ramai. Saat itu,mereka berharap hanya Allah saja yang
mengetahui urusan mereka. Namun, ternyata ada orang lain yang kebetulan sedang lewat dan merasa curiga dengan suara-suara dari
puncak bukit. Orang itu memanja lereng gunung dan menyaksikan baiat Aqabah kaum Muslimin.

Ketentuan Perang

Salah satu isi pen ng ikrar Aqabah kedua ini adalah dicantumkannya ketentuan tentang perang. Pihak Anshar berjanji akan membela
Rasulullah sekali pun harus berperang dan mengorbankan jiwa. Semua itu dilakukan kaum Anshar tanpa pamrih sama sekali dak
mengharapkan apa pun dari Rasul kecuali keridhaan Allah.

Quraisy Terkejut

Orang yang mengintai peris wa ikrar tadi berteriak, memberi tahu penduduk Quraisy yang nggal di Mina, dak jauh dari Aqobah

"Muhammad dan orang-orang yang pindah agama itu sudah berkumpul! Mereka akan memerangi kamu!"

Walau cuma mendengar selintas, orang itu mengetahui maksud kaum Muslimin. Dengan berteriak keras-keras, ia bermaksud mengacaukan
baiat kaum Muslimin. Orang itu berharap kaum Muslimin jadi takut, gelisah, dan membatalkan perjanjian mereka dengan Rasulullah.

Namun, tekad kaum Muslimin sudah dak lagi tergoyahkan. Bahkan, dengan semangat menyala, Abbas bin Ubadah berkata kepada
Rasulullah,

"Demi Allah yang telah mengutus Tuan atas dasar kebenaran, kalau sekiranya Tuan berkenan, penduduk Mina itu besok akan kami
habiskan dengan pedang kami!"

Rasulullah menjawab, "Kami dak diperintahkan untuk itu. Kembalilah ke kemah Tuan-Tuan."

Dengan cepat dan diam-diam, kaum Muslimin kembali ke kemah mereka dan dur sampai pagi, seolah-olah dak pernah terjadi apa pun.

Akan tetapi, pagi itu, orang Quraisy sudah mengetahui berita adanya ikrar. Mereka benar-benar sangat terkejut. Para pemuka Quraisy
berkumpul dengan cepat dan segera ber ndak. Mereka mendatangi para pemimpin rombongan Aus dan Khazraj.

"Apa yang terjadi? Kami dengar tadi malam kalian menjanjikan sesuatu kepada Muhammad!" ujar pemimpin Quraisy setengah menuduh.

Tidak semua rombongan Aus dan Khazraj adalah Muslim. Kebetulan para pemimpin rombongan adalah mereka yang belum beriman.

"Tidak! Kalian pas salah! Tidak seorang pun dari rombongan kami keluar perkemahan tadi malam!" bantah para pemimpin rombongan
dari Yatsrib itu.

Tadi malam, kaum Muslimin memang bergerak diam-diam. Mereka dak memberi tahu anggota rombongan yang belum beriman tentang
perjanjian mereka dengan Rasulullah. Akhirnya, orang-orang Quraisy kembali dengan ha ragu. Sementara itu, dengan tenang, anggota
rombongan dari Yatsrib berkemas dan berangkat pulang.

Hijrah

Kaum Anshar atau 'para penolong', demikianlah Rasulullah menjuluki para sahabat barunya dari kota Yatsrib.
Sebelum kaum Anshar datang, rasanya dakwah Islam akan berputar di sekitar Mekah saja. Padahal, seluruh penduduk Mekah sudah
diancam habis-habisan oleh para pemimpin Quraisy agar dak menjadi pengikut Rasulullah. Di mata orang Quraisy, ba- ba saja Islam
sudah menjadi kuat nun jauh di Yatsrib sana dan itu di luar jangkauan mereka.
Tanpa membuang waktu lagi, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya menyusul kaum Anshar ke Yatsrib. Dengan sangat cerdik, beliau
memerintahkan kaum Muslimin hijrah dengan berpencar-pencar dan diam-diam agar dak menimbulkan kepanikan Quraisy.

Mulailah mereka berhijrah sendiri-sendiri dalam kelompok-kelompok kecil. Cara seper itu berbeda dengan yang dilakukan Nabi Musa
yang membawa kaumnya berhijrah dalan kelompok besar sekaligus. Ke ka orang Quraisy tahu, mereka mulai panik.

"Tahan mereka yang mencoba mengungsi itu! Kurung orang yang mencoba pergi!" perintah seorang pemimpin.

"Mengapa dak kita bunuh saja?" seru yang lain.

"Apa kamu sudah dak waras? Kalau kita bunuh, kabilahnya akan menuntut balas!
Quraisy akan dipecah dalam perang saudara! Itu sudah pas akan menguntungkan Muhammad! Tidak, dak ada yang di bunuh. Bujuk saja
supaya mereka kembali kepada sesembahan lama. Iming-imingi dengan harta kalau perlu. Jika dak mau juga, siksa dengan keras!"

Demikian keras orang Quraisy ber ndak, sampai-sampai ada istri yang dipisahkan dari suaminya. Kalau istrinya orang Quraisy, ia dak
boleh ikut suaminya hijrah. Jika dak menurut, wanita itu akan mereka kurung.

Semua itu rela dijalani kaum Muslimin. Mereka rela berpisah dari keluarga bahkan meninggalkan harta untuk berhijrah demi kebebasan
menyembah Allah.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 59
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Umar dan Hamzah Hijrah

Akhirnya berangkatlah kaum Muslimin secara berangsur-angsur.


Yang nggal di Mekah saat itu hanyalah Rasulullah, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Hamzah, Umar bin Kha ab, dan beberapa gelin r orang
yang dak menemukan cara untuk meloloskan diri. Ke ka Abu Bakar meminta izin untuk berhijrah, Rasulullah menjawab, "Jangan tergesa-
gesa, mungkin saja Allah memerintahkan aku berhijrah dengan disertai seorang kawan."

Akhirnya, Hamzah pun berangkat bersama beberapa orang. Namun, beda dengan saudara-saudara Muslimnya yang berangkat dengan
sembunyi-sembunyi. Hamzah bin Abdul Mu halib berangkat terang-terangan sambil menyandang pedang. Sorot matanya seolah-olah
berkata,

"Siapa pun yang berani mencegahku pergi, akan menghadapi tebasan pedang!"

Melihat sorot mata itu, dak seorang Quraisy pun yang berani bertanya-tanya.

Setelah itu, Umar bin Kha ab pun menyusul. Ia pergi bersama beberapa orang lemah dan miskin yang dak mungkin dibiarkan pergi jika
dikawal seorang pelindung yang disegani Quraisy.

Sambil menyandang pedang, meletakkan busurnya di pinggang. Umar bin Kha ab pergi melewa Ka'bah. Tangannya menggenggam anak-
anak panah. Di hadapan para pembesar Quraisy yang sedang duduk-duduk disitu, ia berkata,

"Siapa di antara kalian yang ingin ibunya merasakan kema an anaknya, yang ingin anaknya menjadi ya m, dan istrinya menjadi janda,
temuilah aku di belakang lembah ini."

Namun, dak seorang pun beranjak memenuhi tantangan itu. Melihat tantangannya dak terjawab, Umar bin Kha ab melompat ke atas
kuda dan pergi memimpin rombongan hijrah. Kepergiannya diiku tatapan penuh rasa takut sekaligus benci orang-orang yang memusuhi
Islam.

Kini, nggallah Rasulullah, Abu Bakar, dan Ali bin Abu Thalib yang belum berhijrah. Melihat Rasulullah sendirian, para pemuka Quraisy
merencanakan sesuatu yang jahat untuk mencelakakan beliau.

Quraisy Mengincar Rasulullah

Pada sebuah pertemuan bernama Darun Nadwah, para pemimpin Quraisy berkumpul untuk menentukan sikap terhadap Rasulullah.
"Sudah berkali-kali kita membicarakan kepergian Muhammad dan pengikutnya ke Yatsrib, tetapi sampai saat ini dak ada satu pun
ndakan yang bisa kita lakukan!" ujar seseorang.

"Betul, padahal persoalan ini begitu gawat buat kita. Sadarilah oleh kalian, jika Muhammad dan pengikutnya berkumpul di Yatsrib, suatu
saat bisa saja mereka datang ke sini untuk menyerang kita!"

"Dan kafilah-kafilah dagang kita!" jerit yang lain. "Kafilah-kafilah dagang kita harus melalui daerah pinggiran Yatsrib untuk bisa sampai ke
Syam! Apa jadinya jika perdagangan kita mereka tutup? Kita akan kelaparan dan menderita! Persis seper kita mengurung Muhammad dan
keluarganya selama beberapa tahun di Syi'ib Abu Thalib!"

Semua orang bergidik ngeri membayangkan kemungkinan itu. Sejenak dak seorang pun tahu harus berkata apa. Sampai akhirnya,
seseorang memecahkan keheningan,

"Kita harus segera ber ndak! Kemukakan usul kalian tentang apa yang harus kita lakukan!"

"Masukkan dia dalam kurungan besi dan tutup pintunya rapat-rapat, kemudian kita awasi biar dia mengalami nasib seper penyair-penyair
semacamnya sebelum dia, seper Zuhair dan Nabighah!"

Namun pendapat ini dak mendapat dukungan yang lain.

"Kita usir dia! Buang saja dia keluar Mekah!"

Namun, nan dia bisa bergabung dengan pengikutnya di Yatsrib!"

Akhirnya mereka menyetujui usul Abu Jahal yang sangat kejam,

"kita ambil seorang anak muda yang tangguh dan terpandang dari se ap suku. Kemudian suruh mereka menusuk Muhammad secara
bersama-sama dengan pedang-pedang yang telah diasah setajam mungkin. Bani Abdu Manaf dan Bani Hasyim dak akan bisa membalas
kema an Muhammad karena seluruh suku di sini terlibat pembunuhan itu! Paling-paling kita hanya harus membayar gan rugi yang bisa
kita tanggung bersama-sama!"

Persiapan Hijrah Rasulullah

Pada hari dilaksanakannya rapat untuk membunuh Rasulullah. Jibril turun dan menyampaikan firman Allah yang membongkar rencana
Quraisy tersebut. Setelah itu, Jibril berkata,

"Ya Rasulullah! Jangan Anda dur malam ini di atas tempat dur yang biasa, sesungguhnya Allah menyuruh Anda agar berangkat hijrah ke
Yatsrib."

Jibril juga menyampaikan bahwa kawan hijrah Rasulullah adalah Abu Bakar. Setelah mendengar perintah tersebut, tanpa membuang waktu
lagi, Rasulullah pergi ke rumah Abu Bakar.

Saat itu, tengah hari. Panas matahari terasa membakar kepala. Rasulullah berjalan sambil menutup muka dan kepala. Begitu ba di depan
rumah Abu Bakar, beliau segera memanggil-manggil sahabatnya itu.

Abu Bakar terkejut,

"Rasulullah sampai memerlukan datang di tengah panas yang amat menyengat begini, pas ada sesuatu yang pen ng."

Tergesa-gesa Abu Bakar keluar menyambut Rasulullah dan menyilakan beliau masuk. Rasulullah duduk dan berkata,

"Allah telah mengizinkan aku keluar dan hijrah."

Dengan ha berdebar dan penuh harap, Abu Bakar bertanya,

"Berkawan dengan ..... saya ya Rasulullah?"

Rasulullah tersenyum, " Ya dengan izin Allah."

Saat itu juga, Abu Bakar menangis karena begitu bahagia. Sudah berbulan-bulan lamanya ia berharap agar Allah memberinya kehormatan
untuk menemani hijrah Rasulullah. Saat ini, impiannya itu menjadi kenyataan.

Abu Bakar bangkit dan menunjukkan dua ekor unta yang sangat bagus,
"Ya Rasulullah ambillah salah satu dari kedua ekor unta ini untuk kendaraan Tuan."

Rasulullah kemudian memilih seekor unta dan beliau namakan Al-Qushwa. Abu Bakar segera berkemas. Beliau memerintahkan kedua
putrinya, yaitu Aisyah dan Asma, untuk membantu menyiapkan bekal.

Rasulullah cepat-cepat kembali ke rumah dan memanggil Ali bin Abi Thalib. Beliau berpesan agar Ali mengembalikan semua barang orang-
orang yang sebelumnya di pkan kepada Rasulullah.

Pemandu

Rasulullah dan Abu Bakar menyewa seorang pemandu atau penunjuk jalan bernama Abdullah bin Uraiqith. Ia termasuk orang Quraisy yang
nggal di luar kota Mekah. Ia hafal benar jalan-jalan dan situasi di daerah itu. Ia masih seorang musyrik, tetapi dapat dipercaya.

Daya Tahan Rasulullah

Hijrah menandai berakhirnya periode Mekah dalam dakwah Rasulullah. Selama 13 tahun berdakwah di Mekah, Rasulullah telah
menunjukkan daya tahan, kesabaran, dan ketabahan yang luar biasa. Beliau menerima semua perlakuan buruk orang kafir selama
bertahun-tahun tanpa amarah, apalagi hingga patah semangat.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 60
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Dikepung

Abu Bakar berpesan kepada putranya, Abdullah, agar se ap hari mendengarkan rencana-rencana Quraisy saat mereka tahu Rasulullah
telah berangkat hijrah:

"Abdullah, se ap petang pergilah ke Gua Tsur tempat Rasulullah dan aku bersembunyi. Ajaklah adikmu, Asma. Suruh ia membawa
makanan untuk kami."

Abu Bakar juga menugasi pembantunya, Amir bin Fuhaira, agar menggembalakan kambing-kambingnya di dekat Gua Tsur selama
Rasulullah dan Abu Bakar sembunyi di situ. Amir bertugas memerah susu kambing untuk minum Rasulullah dan Abu Bakar, sekaligus
memberi peringatan jika orang-orang Quraisy itu mendekat.

Malam pun ba, Rasulullah telah besiap-siap. Beliau meminta Ali bin Abu Thalib untuk dur di atas tempat dur beliau dan menggunakan
selimut yang biasa beliau kenakan.

Kemudian, datanglah para pembunuh ke rumah Rasulullah. Mereka adalah para pemuda kekar yang berasal dari berbagai kabilah.
Pembunuh-pembunuh itu bersenjata lengkap dan mengepung rumah Rasulullah dari segala penjuru: depan, belakang, dan samping.
Disertai para ketua kabilah, jumlah semuanya hampir seratus orang. Tampaknya dak ada celah sedikit pun untuk meloloskan diri.

Menurut sebuah riwayat, salah seorang dari mereka mengintai ke dalam rumah Rasulullah dengan memanjat. Konon, se ap kali ia
memanjat, terdengarlah suara tangis seorang anak perempuan. Orang itu pun segera turun. Begitulah yang terjadi berkali-kali.

Menurut adat kesopanan Quraisy, terhinalah seorang ksatria yang memasuki rumah orang yang akan dibunuhnya dan hinalah seorang
ksatria yang sampai merusak keamanan seorang perempuan. Anak perempuan tadi adalah seorang keluarga Rasulullah yang terbangun
dari durnya.

Demikianlah, para pembunuh terus berusaha mengintai untuk memas kan apakah Rasulullah masih berada di rumah atau dak. Ke ka
melihat Ali bin Abu Thalib yang dur dengan berselimut, mereka menyangka itu adalah Rasulullah. Dengan demikian, tenanglah mereka.

Rasulullah Meloloskan Diri

Ke ka saatnya ba, Rasulullah keluar rumah dengan sangat perlahan. Beliau mengambil segenggam pasir dan menaburkannya ke kepala
para pengepung sambil membaca doa. Dengan pertolongan Allah, para pengepung itu dak dapat melihat Rasulullah ke luar rumah.
Bahkan semuanya jadi mengantuk dan ter dur. Rasulullah pun pergi.

Tidak lama kemudian, Abu Bakar datang. Setelah tahu apa yang terjadi, Abu Bakar segera menyusul Rasulullah dan berhasil menemui
beliau di tengah perjalanan menuju Gua Tsur. Pagi hampir ba ke ka ba- ba muncul seorang laki-laki tua yang dak seorang pun pernah
melihatnya. Orang tua itu berseru nyaring untuk membangunkan para pengepung, "Hai orang banyak! Kamu semua di sini sedang
menunggu apa? Mengapa kalian ter dur demikian pulas?"

"Kami sedang menunggu Muhammad! Bukankah ia masih dur di dalam!"

Orang itu menggeleng-geleng,


"Kasihan .... kasihan .... kasihan sekali kalian! Muhammad sudah pergi dari tadi setelah menaburkan pasir di kepala kalian!"

Para pemuda gagah itu bangkit, sambil membersihkan pasir di kepala mereka,
"Aduh, pasir di kepala kita! Sungguh keterlaluan! Keterlaluan!"

Salah seorang dengan gemas menggedor-gedor pintu rumah Rasulullah. "Muhammad! Muhammad! Muhammad!"

Mereka kemudian menyerbu masuk dengan pedang terhunus. Hanya dalam waktu beberapa de k, mereka mengelilingi tempat dur
Rasulullah.
Dengan kasar, selimut ditarik dan pedang-pedang terangkat siap untuk dihujamkan. Namun, Ali bin Abu Thalib yang dur di tempat
Rasulullah itu segera melompat bangun dan siap menghadapi maut.
Wajah para pemuda itu membeku pucat melihat bukan Rasulullah yang berbaring.

"Mana Muhammad?" hardik mereka kasar.

"Aku dak tahu!" jawab Ali bin Abu Thalib.

Para pemuda itu kemudian menggiring Ali bin Abu Thalib ke dekat Ka'bah. Di sana mereka memukul, menendang, dan menampar wajah
beliau. Namun, Ali lebih baik ma daripada mengatakan di mana Rasulullah berada. Dengan putus asa, mereka pun melepaskan Ali bin Abu
Thalib yang telah bertahan demikian berani.

Di Gua Tsur

Saat itu Rasulullah dan Abu Bakar ba di Gua Tsur. Selama berjalan, Abu Bakar sebentar-sebentar melangkah di muka Rasulullah, lalu
disamping, kemudian pindah ke belakang. Demikian berulang-ulang.

"Abu Bakar, saya dak menger perbuatanmu ini?" ucap Rasulullah.

"Ya Rasulullah, saya takut kita diiku pengintai. Untuk mengelabuhi mereka, saya berpindah-pindah berjalan di dekat Anda."

Saat itu Rasulullah berjalan dengan kaki telanjang. Padahal beliau dak biasa berjalan tanpa alas kaki. Akibatnya, kaki Rasulullah dipenuhi
luka. Tiba di Gua Tsur, Abu Bakar meminta Rasulullah menunggu sebentar di luar. Abu Bakar tahu Gua Tsur banyak dihuni binatang-
binatang liar, buas, dan berbisa seper ular dan kalajengking. Tidak seorang manusia pun berani masuk ke dalamnya.

Abu Bakar pun masuk dan membersihkan gua tanpa menghiraukan bahaya yang mengancam. Ia merobek pakaiannya secarik demi secarik
untuk menutup semua lubang yang terlihat. Setelah itu, dengan pakaian terkoyak-koyak, ia menyingkirkan batu-batu. Mendadak seekor
ular yang bersembunyi di balik bebatuan itu menggigit kakinya dengan keras. Sakit sekali bekas gigitan itu seper hendak meledakkan
kepalanya. Namun, Abu Bakar menahan rasa sakit itu dan terus bekerja tanpa bersuara.

Setelah selesai, Rasulullah pun masuk. Demikian lelahnya beliau hingga ter dur dengan meletakkan kepala di pangkuan Abu Bakar. Saat
itu, rasa sakit bekas gigitan ular semakin terasa menyengat sampai-sampai air mata Abu Bakar menetes-netes. Se k air mata itu menetes
di muka Rasulullah. Beliau bangun dengan terkejut.

"Mengapa engkau menangis wahai Abu Bakar?"

"Saya digigit ular, ya Rasulullah."

"Oh, mengapa dak engkau katakan dari tadi?"

"Saya takut membangunkan engkau."

Rasulullah memeriksa luka Abu Bakar dan mengusapnya. Seke ka itu juga, bengkak dan rasa sakitnya lenyap. Kemudian, Rasulullah
bertanya,
"Kemana pakaianmu?"

Abu Bakar menceritakan semua yang terjadi. Rasulullah terharu. Beliau pun berdoa, "Ya Allah, letakkan Abu Bakar kelak pada hari Kiamat
pada derajatku!"

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 61
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Memburu Rasulullah

Di Mekah, musyrikin Quraisy tampak panik. Para pembesar berkumpul sepagi mungkin. Dengan segera, pasukan berkuda disebar ke
beberapa perkampungan seputar Mekah, untuk mencari Rasulullah.

"Mengapa Muhammad bisa lolos? Bukankah kita telah mengepung begitu rapat sampai dak seekor ular gurun pun dapat lolos?" teriak
seorang pembesar.

Semua orang terdiam. Mereka berusaha mencari jawabannya. Namun, dak seorang pun bisa menjelaskan apa yang terjadi.

"Sudahlah, itu dak pen ng!" akhirnya seseorang berseru.

"Sekarang yang paling mendesak adalah menemukan Muhammad secepat mungkin! Ada yang punya usul?"

"Panggil pencari jejak paling ahli! Suruh dia melacak jejak Muhammad!"

Usul itu segera dijalankan. Pencari jejak yang amat ahli itu mengiku jejak yang di nggalkan Rasulullah. Pasukan bersenjata lengkap
mengiku di belakangnya dengan wajah dak sabar. Sebagian besar dari mereka adalah para pemuda yang semalam ditugaskan
menyergap Rasulullah.

Setelah bekerja dengan teli , pencari jejak itu menarik napas sambil menggeleng, "Jejaknya sudah terhapus oleh orang yang lalu lalang
tadi pagi!"

"Gawat!" gemas seseorang. "Apa kau punya usul lain, pencari jejak?"

"Siapa sahabatnya? Kita bisa bertanya kepada sahabat Muhammad yang paling dekat!"

Orang Quraisy saling pandang dan serempak bergumam, "Abu Bakar!"

Dipimpin Abu Jahal, pasukan pencari itu ba di rumah Abu Bakar. Asma bin Abu Bakarlah yang keluar membukakan pintu.

"Di mana ayahmu?" bentak Abu Jahal.

"Dia pergi dan saya dak tahu ke mana perginya," jawab Asma dengan berani.

"Jangan berdusta! Katakan ke mana perginya?"

"Saya dak tahu! Di rumah hanya ada ibu dan saudari saya."

"Ah, terlalu!" sambil bersungut, Abu Jahal menampar wajah Asma keras-keras.

Sarang Laba-Laba

Ke ka mereka keluar kota dan menjajaki beberapa jalan, sang pencari jejak menemukan jejak mencurigakan. Kemudian, satu kelompok
pasukan berkuda mengiku jejak itu sampai ba di kaki Gunung Tsur. Namun, di situ jejak terputus. Mereka kebingungan.

"Ke mana arah kita? Ke kanan atau ke kiri?" tanya komandan pasukan. "Apakah Muhammad masuk ke dalam gua itu atau terus mendaki ke
puncak?"

"Aku dak tahu," geleng si Pencari Jejak.


Namun, lewatlah seorang gembala dan mereka menanyainya.

"Mungkin saja mereka ke dalam gua itu," jawab sang gembala.


"Tapi aku dak melihat ada orang yang menuju ke sana."

Di dalam gua, keringat dingin Abu Bakar keluar, ke ka mendengarnya,

"Bagaimana kalau mereka sampai masuk ke dalam sini? Bukan keselamtanku yang aku khawa rkan, melainkan keselamatan Rasulullah!"
kata Abu Bakar dalam ha .

Beberapa pemuda naik dan melongok-longok ke mulut gua. Jantung Abu Bakar hampir lepas. Ia berbisik, "Ya Rasulullah, kalau ada yang
menengok ke bawah, pas kita akan terlihat."

Rasulullah menjawab mantap, "jangan takut Abu Bakar, sesungguhnya Allah bersama kita."

Para pemuda itu turun, kembali ke pasukannya.

"Mengapa kalian dak masuk ke dalam gua?" tanya komandan mereka dingin.

"Gua itu tertutup sarang laba-laba! Tidak mungkin Muhammad masuk ke dalam tanpa merusaknya!"

"Lagi pula ada dua ekor merpa hutan bersarang tepat di mulut gua!" lapor yang lain. "Jika Muhammad masuk ke dalam, sarang itu juga
pas akan rusak."

Komandan pasukan mengalihkan mukanya ke arah lain sambil menghela napas, "Baiklah, naik kudamu! Kita cari ke arah lain!" Pasukan pun
menjauh.

Sarang laba-laba dan burung merpa yang menutupi gua itu adalah pertolongan yang diberikan Allah. Padahal sebelum Rasulullah dan Abu
Bakar masuk, dak ada laba-laba dan burung merpa yang bersarang.
Selain laba-laba dan burung merpa , di mulut gua juga mendadak tumbuh sebatang pohon yang menghalangi sebagian jalan masuk.
Di dalam, Abu Bakar menarik napas lega. Keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya semakin bertambah kuat.

Perjuangan Anak Muda

Abdullah bin Abu Bakar dan saudarinya, Asma bin Abu Bakar, masih muda ke ka mereka membantu hijrah Rasulullah dan ayah mereka.
Abdullah bertugas mencari berita di tengah kaum Quraisy, sedangkan Asma mengirimkan makanan ke gua. Itulah ciri khas para pemuda
Muslim sepanjang zaman. Mereka dak hanya tekun beribadah ritual, tetapi juga mengerahkan seluruh kesanggupanya untuk berjuang.

Menenteramkan Kakek

Abu Quhafah adalah ayah Abu Bakar. Dia buta. Setelah Abu Bakar hijrah, Abu Quhafah mendatangi Asma. Sang kakek khawa r Abu Bakar
dak meninggalkan sepeser pun untuk putrinya.
Memang demikian, karena Abu Bakar membawa semua uangnya untuk perjuangan Islam di Madinah.
Asma membungkus batu dan berkata, Ayah telah meninggalkan banyak uang untuk kami. Abu Quhafah meraba batu itu dan ha nya
tentram karena ia menyangka Abu Bakar memang meninggalkan uang yang banyak.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 62
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Menuju Yatsrib

Tiga hari ga malam lamanya, Rasulullah dan Abu Bakar nggal di Gua Tsur. Selama ga hari itu pula, musyrikin Quraisy kelabakan.
Abdullah bin Abu Bakar menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Se ap hari ia memata-matai pembicaraan orang Quraisy dan
menyampaikan ke Gua Tsur ke ka petang ba. Asma bin Abu Bakar se ap sore mengantarkan makanan bersama Abdullah. Sementara itu,
Amir bin Fuhairah yang menggembalakan kambing di luar Gua Tsur selalu memerah susu kambing agar Rasulullah dan Abu Bakar dak
kehausan sekaligus memberi tahu jika ada orang yang mendekat. Ke ga orang itu menjalankan tugasnya dengan tenang sehingga dak
satu pun orang Quraisy yang mencurigai gerak-gerik mereka.

Setelah ga hari, kepanikan di kota Mekah sudah agak mereda. Saat itu lah Rasulullah dan Abu Bakar berangkat ke Madinah. Mereka
diiringi Abdullah bin Uraiqith, seorang penunjuk jalan yang saat itu masih kafir. Ke ka akan berangkat, ternyata dak ada tali yang dapat
digunakan untuk menggantungkan makanan dan minuman di pelana unta. Asma memecahkan masalah itu. Dengan sigap ia merobek
sabuknya menjadi dua helai kain panjang. Sejak saat itu, Asma dikenal dengan Dzatun Nithaqain (yang bersabuk dua).

Dengan cerdik Rasulullah memilih jalan yang sulit dan dak bisa dilalui orang. Beliau memilih jalan memutar ke tepi laut. Mereka
berusaha secepatnya menjauhi Mekah dan menghindari daerah pemukiman.

Di Mekah orang ribut mendengar sebuah pengumuman yang sangat menarik,


"Siapa pun yang dapat menemukan Muhammad dan membawanya sampai ke Mekah, akan mendapat hadiah 100 ekor unta."

Dengan cepat, berita itu menyebar sampai ke dusun-dusun yang jauh. Suraqah bin Malik, kepala kabilah Bani Mudlij, turut mendengar
berita itu.

Suatu saat, ia didatangi seorang anggota kabilahnya yang datang tergopoh-gopoh.

"Tuan, tadi saya melihat dari jauh ada beberapa unta lewat di tepi pantai. Mungkin itulah Muhammad!"

"Bukan, itu orang lain!" kata Suraqah.

Namun, setelah berkata begitu, Suraqah cepat-cepat pulang dan mengambil senjata lengkap. Ia pacu kudanya ke arah yang ditunjukkan
orang tadi.
Ternyata yang di buru Suraqah memang benar rombongan Rasulullah.

Suraqah bin Malik

Dengan cepat, Suraqah telah berada di belakang rombongan Rasulullah. Abu Bakar yang selalu waspada menoleh dan melihat musuh
mendekat,

"Ya Rasulullah, ada orang mengejar kita! Kita tentu akan tertangkap!"

Namun, Rasulullah tetap tenang. Tanpa menoleh ke belakang, beliau bersabda,

"Tenanglah sahabatku, jangan bersusah ha . Sesungguhnya Allah bersama kita."

Kemudian, Rasulullah berdoa, "Ya Allah, cukupkanlah kami akan dia (Suraqah) sekehendak Engkau."

Saat itu juga, kuda Suraqah tergelincir dan penunggangnya terpelan ng. Suraqah terdiam sejenak. Ia merasa ada yang dak beres. Suraqah
pun memaksa kudanya bangkit dan mengejar lagi.

Dengan keras kepala, Suraqah memaksa berdiri kudanya yang hampir dak mampu bangkit. Ia lalu kembali mengejar. Untuk ke ga kalinya,
namun Suraqah terjatuh lagi. Saat itu hilanglah niat jahat dalam ha nya. Ia memanggil-manggil Rasulullah.

Beliau pun berhen dan membiarkan Suraqah mendekat.

"Maa an saya, beribu-ribu maaf!" kata Suraqah.


"Jangan engkau balas perbuatan saya, wahai Muhammad! Berilah saya sebuah surat jaminan bahwa engkau dak akan membalas saya saat
engkau dan agamamu kelak telah menguasai seluruh jazirah Arab."

Rasulullah tersenyum dan mengabulkannya.

"Tahukah Anda bahwa orang-orang Quraisy menjanjikan 100 ekor unta bagi siapa pun yang dapat membawa Anda kembali" ucap Suraqah.

Rasulullah kembali tersenyum menyejukkan ha .


Dengan penuh semangat, Suraqah menawarkan bekal dan peralatan untuk perjalanan jauh. Namun, Rasulullah menolaknya dengan halus.
Beliau hanya berpesan agar Suraqah merahasiakan pertemuan ini.

Sebelum kembali berangkat, Rasulullah bersabda,

"Ya Suraqah, suatu saat kelak engkau akan berpakaian dan memakai perhiasan, gelang, serta emas yang biasa di pakai raja-raja Persia."
Dengan ha dipenuhi rasa bahagia, Suraqah memandang wajah Rasulullah yang pergi menjauh.

Memerah Susu

Tidak lama kemudian, rombongan Rasulullah melewa kemah seorang ibu yang bernama Ummu Ma'bad. Mereka pun berhen untuk
membeli kurma, daging, dan susu. Tempat seper itu memang biasa menyediakan perbekalan untuk para musyafir yang lewat. Namun
sayang, apa yang mereka inginkan ternyata sudah habis. Ummu Ma'bad yang baik ha merasa iba.

"Demi Allah, seandainya ada sesuatu yang Tuan-Tuan butuhkan, silahkan mengambilnya,Tuan-Tuan dak perlu membayar."

Rasulullah melihat kambing kurus dan bertanya,

"Bagaimana keadaan kambing itu, Ummu Ma'bad? Apakah ia bisa mengeluarkan susu?"

"Kambing itu adalah kambing yang sakit-sakitan Tuan. Ia sama sekali dak menghasilkan susu."

"Apakah engkau memperkenankan saya memerah susunya? tanya Rasulullah lagi.

"Silahkan jika memang Tuan mengira ia dapat menghasilkan susu."

Dengan izin Allah, kambing sakit-sakitan itu menghasilkan susu ke ka Rasulullah memerahnya. Susu itu beliau berikan kepada Abu Bakar,
lalu Abdullah bin Uraiqith, dan terakhir untuk beliau sendiri. Sesudah itu, beliau memerahkan susu untuk Ummu Ma'bad. Dan, beliau
memerahkan segelas lagi untuk suami Ummu Ma'bad.

"Ambillah ini satu gelas buat Abu Ma'bad jika nan ia datang."

Setelah itu, Rasulullah dan rombongannya pun meneruskan perjalanan. Sesudah matahari terbenam, datanglah Abu Ma'bad. Melihat
segelas susu telah disediakan untuknya, ia keheranan dan bertanya pada istrinya, dari mana segelas susu ini Ummu Ma'bad?"

"Ini dari kambing kita yang sakit-sakitan."

Kemudian Ummu Ma'bad bercerita panjang lebar. Abu Ma'bad segera keluar dan memerah susu kambing yang kurus itu.

Ternyata sejak saat itu sampai ma kambing kurus itu selalu menghasilkan banyak susu.

Abu Ma'bad berkata kepada istrinya,

"Sungguh, saya bercita-cita apabila kelak saya dapat berjumpa dengan orang yang kau ceritakan itu, saya hendak menjadi pengikut dan
sahabatnya."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 63
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Buraidah

Tidak hanya Suraqah bin Malik yang mengincar hadiah seratus ekor unta. Pemimpin Kabilah Banu Sahmin yang bernama Buraidah bin Al
Hasib Al Aslami juga keluar mencari beliau. Ia memimpin tujuh puluh orang prajurit dan menyusuri jalan-jalan ke arah Yatsrib. Di suatu
tempat, ba- ba saja secara kebetulan mereka bertemu rombongan Rasulullah.

"Kepung!" perintah Buraidah. Beberapa de k kemudian, tujuh puluh pedang, tombak, dan panah mengurung Rasulullah dan memaksa
beliau berhen . Buraidah menegur Rasulullah. Beliau pun menjawabnya. Kemudian, sebelum Buraidah sempat bertanya lagi, Rasulullah
mendahuluinya, "Siapa Anda?"

"Saya Buraidah bin Al Hasib."

Dengan tenang Rasulullah berkata kepada Abu Bakar, "Mudah-mudahan suasana mencekam ini kembali menjadi lebih baik."
Kemudian, beliau memandang kembali Buraidah dan bertanya, "Dari keturunan siapa Anda?"

"Dari desa Aslam, keturunan Sahmin."

Kembali Rasulullah memalingkan wajahnya ke Abu Bakar dan berkata, "Kita telah selamat dan keluar dari jangkauan panah mereka."

"Siapakah engkau?" Kali ini Buraidah yang bertanya.

"Saya Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mu alib."

Dengan kehendak Allah, saat itu juga Buraidah mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk Islam.
Melihat pemimpin mereka memeluk Islam, tujuh puluh orang pasukan pengepung pun mengiku jejaknya.

Setelah itu, Buraidah dan pasukannya mengawal rombongan Rasulullah sampai keluar dari wilayah mereka.

Dalam situasi diburu dan dikejar pun, Rasulullah tetap mampu mengumpulkan pengikut, berkat ketenangan, kekuatan iman, dan
pertolongan Allah.

Penyebaran Islam di Yatsrib

Pesatnya perkembangan Islam di Yatsrib dak lepas dari jasa Mush'ab bin Umair yang diutus Rasulullah ke Yatsrib untuk mengajarkan
Islam. Mush'ab yang cerdas dan berha lembut mampu membuat orang yang memusuhinya menjadi kawan.

Berikut ini adalah salah satu kisah kecemerlangan dakwah Mush'ab bin Umair.

Jauh sebelum Rasulullah dan kaum Muslimin Mekah berhijrah, di Yatsrib, Mush'ab bin Umair sedang mengajarkan Islam kepada
sekelompok orang di kebun Bani Zafar. Sa'ad bin Muadz dak senang mendengar berita ini. Ia lalu mendatangi Usaid bin Hudhair. Kedua
orang ini adalah para pemimpin kaumnya.

"Usaid temui orang Mekah itu. Dia datang ke daerah kita dan mengajarkan agama baru kepada orang-orang kita. Agama itu bisa membuat
orang lemah dan miskin bangkit melawan kita."

Mendengar itu, Usaid pergi menjinjing tombak ke kebun Bani Zafar. Ditegurnya Mush'ab bin Umair dengan tombak teracung. Namun,
Mush'ab berkata tenang, "Maukah kau duduk dulu dan mendengarkan? Kalau kau dak menyukainya, aku bersedia pergi dari sini."

Usaid berpikir sejenak, "Baiklah, itu cukup adil."

Kemudian, ia duduk dan mendengarkan Mush'ab. Semakin lama, ha Usaid makin tertarik. Akhirnya, ia memeluk Islam saat itu juga.
Setelah itu, ia menemui Sa'ad bin Muadz.

"Apa? Jadi sekarang justru engkau ikut memeluk agama baru itu?" teriak Sa'ad marah.

Ia pun bergegas menemui Mush'ab sambil menyandang pedangnya. Namun, apa yang terjadi pada Usaid, terjadi pula pada Sa'ad. Begitu
mendengar penjelasan Mush'ab tentang Islam, ia begitu tertarik sehingga menjadi Muslim saat itu juga.

Setelah itu, tanpa membuang waktu, ia pergi menemui kaumnya dan berseru, "Hai Banu Abdul Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang
diriku?"

"Engkau adalah pemimpin kami, yang paling dekat dengan kami, engkau punya pendapat dan pengalaman yang terpuji."

Maka kata-katamu, baik wanita maupun pria, bagiku adalah suci selama kalian beriman kepada Allah dan utusan-Nya," demikian seru Sa'ad
bin Muadz.

Sejak saat itu, seluruh suku Abdul Asysal memeluk Islam.

Amr bin Jamuh

Keberanian kaum Muslimin di Yatsrib benar-benar di luar dugaan kaum Muslimin di Mekah. Para pemuda di sana dengan sangat berani
mempermainkan berhala-berhala orang-orang yang masih musyrik.

Amr bin Jamuh adalah seorang bangsawan dari Banu Salamah. Ia mempunyai sebuah berhala bernama Manat yang terbuat dari kayu.
Setelah itu para pemuda dari Banu Salamah masuk Islam, diam-diam mereka mengambil Manat pada malam hari dan memasukkan
berhala kayu itu ke dalam lubang penuh lumpur.
"Manat! Kemana Tuhanku itu?" seru Amr bin Jamuh. Pagi-pagi sekali, ia sudah datang ke tempat penyembahan dan kebingungan mencari
Manat yang hilang. Setelah mencari kesana kemari, ia menemukan Manat tersuruk di tempat yang sangat kotor.

Amr segera mengambil, mencuci, dan membersihkan tuhannya itu sampai bersih dan meletakkannya lagi di tempat semula.

"Siapa yang berani mengganggu Manat, akan kutebas lehernya!" ancam Amr bin Jamuh kepada orang-orang disekitarnya.

Namun, pada malam harinya para pemuda Muslim kembali mengambil dan memasukkan Manat ke lubang yang kotor dan berlumpur.
Sambil menuduh-nuduh dan memgancam-ancam, Amr bin Jamuh kembali mencuci dan membersihkan tuhannya.

Begitulah terjadi berkali-kali sampai akhirnya rasa kesal Amr bin Jamuh berbalik pada Manat. Amr mengalungkan pedang pada Manat
sambil berkata pada tuhannya itu, "Kalau kau memang berguna, bertahanlah! Kusertakan pedang ini bersamamu!"

Keesokan harinya, Amr sudah kembali kehilangan Manat. Ia menemukan tuhannya itu di dalam sumur bersama bangkai seekor anjing.
Sementara itu, pedangnya hilang.

"Mengapa kau dak membela dirimu? Mengapa kau biarkan dirimu terhina?" keluh Amr dak berdaya.

Beberapa orang pemuka masyarakat yang sudah memeluk Islam mendeka Amr dan memgajaknya berbicara. Saat itu, sadarlah Amr bin
Jamuh betapa sesatnya ia selama ini. Setelah itu, tanpa ragu lagi ia memeluk Islam dan menjadi Muslim yang taat.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 64
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rasulullah Tiba di Quba

Kaum Muslimin di Yatsrib sudah mendengar bahwa Rasulullah telah meninggalkan Mekah. Oleh sebab itu mereka menan -nan dan
berharap-harap kedatangan beliau. Bahkan beberapa dari mereka pergi ke Quba, suatu kampung yang letaknya beberapa mil dari Yatsrib
untuk menyambut Rasulullah.

Se ap pagi mereka pergi bersama-sama ke tempat itu. Jika sampai siang Rasulullah belum datang, mereka pergi dan berteduh sebentar di
tempat lain. Ke ka petang ba, dan Rasulullah belum juga ba, mereka pulang ke Yatsrib. Begitu terus se ap hari.

Rasulullah dan rombongan memang masih agak jauh dari Yatsrib. Suatu hari ke ka panas matahari tengah begitu terik, Rasulullah ba di
Quba. Saat itu, penduduk Quba juga sudah banyak yang memeluk Islam. Mereka juga tengah menan -nan kedatangan Rasulullah.
Namun, dak seorang pun yang sudah mengenal wajah Rasulullah dan Abu Bakar. Oleh sebab itu, ke ka beliau dan Abu Bakar berteduh di
bawah pohon kurma, dak seorang pun yang datang menyambut. Sampai akhirnya, lewatlah seorang Yahudi yang mengetahui Rasulullah
dan Abu Bakar yang tengah berteduh itu. Yahudi itu segera naik ke tempat yang nggi dan berteriak sekeras-kerasnya,

"Hai orang-orang Arab! Itulah orang yang kamu harap-harap dan kamu nan -nan kedatangannya! Ia telah berada di sini! Ia telah datang!"

Demikian teriak orang Yahudi itu berulang-ulang. Orang-orang Quba datang berduyun-duyun ke tempat Rasulullah berteduh. Ke ka ba,
mereka memberi hormat kepada Abu Bakar. Melihat itu, Abu Bakar segera membuka selendangnya dan meneduhi Rasulullah. Barulah
orang-orang sadar bahwa mereka telah salah menyalami orang.

Orang-orang meminta Rasulullah beris rahat selama beberapa hari di Quba. Rasulullah pun mengabulkan permintaan itu. Beliau nggal di
rumah seorang sahabat Anshar bernama Kaltsum bin Hadam.

Kerinduan pada Rasulullah

Banyak penduduk Muslim Yatsrib yang belum melihat Nabi Muhammad. Kerinduan akan sosok Rasulullah melambung saat menan
kedatangan beliau. Mereka ingin bertemu laki-laki yang telah menderita jiwa dan raga dalam berjuang, terusir dari kampung halaman,
tetapi tetap bersemangat, percaya diri, kokoh, berha tulus, dan terus berdakwah, tanpa pernah berhen .

Hijrah Ali bin Abu Thalib


Bagaimana dengan Ali bin Abu Thalib, sesuai dengan pesan Rasulullah, setelah mengembalikan barang-barang pan kepada pemiliknya,
Ali bin Abu Thalib berangkat hijrah. Ali pergi mengawal keluarga Rasulullah dan keluarga Abu Bakar. Mereka adalah Fa mah, Ummu
Kultsum, Saudah, Ummu Aiman dan anaknya, Usamah. Selain itu juga turut istri Abu Bakar, Ummu Ruman dan anak-anaknya, Aisyah,
Asma, dan Abdullah. Juga ada orang-orang Muslim lain yang lemah dan dak berdaya.

Terbayang dengan jelas betapa beratnya tugas Ali bin Abu Thalib saat berhijrah. Apalagi mereka semua kekurangan, sehingga Ali bin Abu
Thalib harus berjalan kaki menempuh jarak lebih dari 400 kilometer di tengah padang pasir itu.

Selama perjalanan, mereka berhen dan bersembunyi pada siang hari untuk menghindari kejaran pasukan Quraisy. Jika malam ba,
barulah mereka berangkat dan meneruskan perjalanan.

Akhirnya, balah rombongan hijrah Ali bin Abu Thalib di Quba. Di sana, mereka berjumpa dengan Rasulullah yang masih berada di tempat
itu.

Begitu jauh dan beratnya perjalanan, kaki Ali bin Abu Thalib membengkak dan dipenuhi luka di sana-sini.

Rasulullah merasa sangat iba kepada sepupunya ini. Beliau berdoa kepada Allah memohon agar Allah berkenan menyembuhkan semua
luka di kaki Ali dan memulihkan kekuatannya seper sedia kala.
Dengan kedua tangan beliau yang mulia itu, Rasulullah mengusap kaki Ali bin Abu Thalib. Alhamdulillah, segera saja pulihlah semua luka,
kempislah bengkak, dan lenyaplah semua rasa sakit dari kaki Ali bin Abu Thalib.

Saat Ali bin Abu Thalib dan orang-orang yang dikawalnya ba di Quba, Rasulullah telah berhen di sana selama lebih dari sepuluh hari.
Dalam sepuluh hari itu, beliau dan para sahabat yang lain telah membangun sebuah masjid. Itulah masjid pertama dalam sejarah Islam. Di
dalam Al Qur'an, Allah menyebut masjid itu dengan nama Masjid Taqwa. Sampai kini, masjid itu dikenal sebagai Masjid Quba.

Masjid Quba

Rasulullah adalah orang pertama yang meletakkan batu untuk mendirikan Masjid Quba. Setelah itu, beliau menyuruh Abu Bakar lalu Umar
bin Kha ab dan setelahnya Utsman bin Affan. Ammar bin Yasir adalah orang yang pertama kali membangun temboknya. Kemudian, para
sahabat Muhajirin dan Anshar membangunnya bersama-sama.

Begitu masjid selesai kaum Muslimin di Quba menyangka Rasulullah akan nggal di Quba lebih lama lagi. Namun, Allah memerintahkan
Rasulullah untuk berangkat ke Yatsrib. Begitu mengetahui hal itu, dengan wajah sedih, Kaum Muslimin Quba mendatangi Rasulullah dan
bertanya pelan,

"Ya Rasulullah apakah Tuan memang menghendaki rumah yang lebih baik daripada rumah kami?"

Rasulullah menger betapa besar rasa sayang kaum Muslimin Quba terhadap dirinya. Beliau pun menjawab dengan kata-kata yang sangat
halus,

"Oh dak begitu, Allah memerintahkan saya berangkat ke Yatsrib. Karenanya, hendaklah Tuan-Tuan membiarkan unta saya terus
melanjutkan perjalanan."

Sebelum berangkat, Rasulullah berdiri di Masjid Quba. Para sahabat berkumpul dihadapan beliau. Rasulullah bertanya kepada mereka,

"Apakah Anda sekalian orang-orang beriman?"

Semuanya terdiam, dak seorang pun yang berani menjawab. Kemudian, Rasulullah bertanya lagi,

"Apakah Anda sekalian orang-orang yang beriman?"

Kembali semua orang terdiam kecuali Umar bin Kha ab. Saat itu Umar menjawab,

"Ya Rasulullah, sesungguhnya mereka semua orang-orang beriman dan saya termasuk salah seorang dari mereka."

Rasulullah bertanya lagi,

"Apakah anda sekalian percaya pada keputusan Allah?"

Kali ini semuanya menjawab, "Ya."

"Apakah Anda sekalian bersabar akan malapetaka yang menimpa?"


"Ya, ya Rasulullah."

"Dan apakah Anda sekalian bersyukur saat mendapat kebahagiaan?" "Bersyukur saat mendapat kebahagiaan?"

"Ya, kami bersyukur ya Rasulullah."

"Demi Tuhan, kalau begitu Anda sekalian orang-orang beriman."

Mengapa Masjid Dibangun Lebih Dulu?

Masyarakat Islam dak akan tegak jika dak ada masjid. Oleh karena itu, perbedaan pangkat, kekayaan, kedudukan, dan lainnya akan
terhapus jika umat Islam selalu bertemu se ap hari di masjid untuk menyembah Allah. Masjid juga merupakan tempat berkumpulnya
kaum Muslimin untuk mempelajari syariat Allah.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 65
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Shalat Jum'at Pertama

Rasulullah berangkat dari Quba pada Jum'at pagi. Beliau diiringi para sahabat Muhajirin dan Anshar. Sebagian berkendaraan, sebagian lagi
berjalan kaki. Ke ka waktu shalat Jum'at ba, Rasulullah tengah melewa Wadi Ranuna. Tempat itu dekat dengan perkampungan Bani Amr
bin Auf. Rasulullah berhen dan mendirikan shalat Jum'at bersama para sahabatnya. Itulah shalat Jum'at pertama yang didirikan
Rasulullah.

Dalam shalat itu, Rasulullah berkhutbah,

"Wahai seluruh manusia hendaklah kalian mengerjakan amal kebaikan demi kalian sendiri. Sungguh kalian mengetahui, demi Allah,
sesungguhnya akan datang suatu hari ke ka salah satu dari kalian dikejutkan oleh suara gemuruh, sehingga ia akan melupakan harta
apa pun yang dimilikinya. Pada hari itu, Allah akan berfirman kepadanya langsung tanpa ada yang menerjemahkan dan menghalang-
halangi. Firman-Nya, "Tidaklah telah datang seorang Rasul kepadamu lalu ia menyampaikan ajaran kepadamu dan Aku telah
memberikan harta kepadamu serta Aku telah memberikan banyak karunia kepadamu. Namun, semua itu kamu gunakan untuk dirimu
sendiri."

"Saat itu, ia akan melihat ke kanan dan ke kiri, tetapi dak melihat apa pun. Namun, ke ka melihat ke muka, ia akan menatap Neraka
Jahanam. Siapa pun yang dapat menjaga wajahnya dari bahaya api neraka, walaupun dengan separuh kurma, hendaklah ia banyak
menyebut kalimat thayyibah karena kalimat thayyibah itu adalah sesuatu yang indah yang akan diberi balasan sampai tujuh ratus kali lipat.
Keselamatan dan rahmat Allah serta barokah-Nya semoga dilimpahkan atas kamu dan atas Rasulullah."

Pada saat shalat Jum'at itu, Rasulullah berkhutbah setelah shalat didirikan. Baru pada kemudian hari, Rasulullah mengubah cara itu
sehingga khutbah dilakukan sebelum shalat Jum'at dilakukan.

Rasulullah pun melanjutkan perjalanan. Se ap kali melewa sebuah perkampungan, orang-orang selalu berebut menawarkan tempat
bersinggah dan beris rahat kepada beliau. Namun, selalu mengulang jawaban yang sama,

"Biarkanlah unta ini berjalan, sesungguhnya ia diperintah Allah agar berhen ditempat yang dikehendaki-Nya."

Tiba di Madinah

Kota Yatsrib dipenuhi bermacam perhiasan indah untuk menyambut kedatangan Rasulullah. Ke ka beliau ba, seluruh kaum Muslimin
perempuan dan laki-laki, anak-anak dan budak belian, keluar rumah untuk menyambut kedatangan Rasulullah yang telah lama mereka
nan kan.

Anak-anak lelaki dan para budak laki-laki ramai-ramai berbaris di jalan seraya bersorak,

"Telah datang Muhammad! Telah datang Rasulullah! Ya Muhammad! Ya Rasulullah!"


Para pemuda dan laki-laki dewasa menghunus pedang dan tombak sebagai tanda siap ma membela Rasulullah.

Kaum Muslimin yang mengiringi Rasulullah dari Quba berseru bersama,

"Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah!"

Sementara itu, anak-anak perempuan naik ke atas rumah seraya bersama membaca syair,

"Kami anak-anak perempuan keturunan Najjar, hai orang yang cinta bertetangga dengan Nabi Muhammad!"

Mendengar sambutan yang begitu hangat dan penuh sayang itu, Rasulullah bertanya,

"Apakah kalian semua cinta kepadaku?"

"Ya, sudah tentu ya Rasulullah!" jawab semuanya.

Dengan ha bergetar penuh kasih, Rasulullah bersabda,

"Allah mengetahui bahwa ha ku sangat mencintai kalian semua."

Ada orang yang menangis, ada juga orang yang tersenyum saat mendengar pernyataan cinta dari Rasulullah yang begitu mulia, yang begitu
mereka cintai, dan yang begitu mereka rindukan. Maka rebana-rebana pun berbunyi dan kaum wanita berpantun.

‫ ﻣﻦ ﺛ ﺔ اﻟﻮداع‬¤ ‫ﻃﻠﻊ اﻟ ﺪر ﻋﻠﻴﻨﺎ‬

Thola’al badru ‘alaynâ min tsaniyya l wadâ’i

‫داع‬ ‫ ﻣﺎ دﻋﺎ‬¤ ‫وﺟﺐ اﻟﺸﮑﺮ ﻋﻠﻴﻨﺎ‬

Wajabasy-syukru ‘alaynâ mâ da’â lillâhi dâ’î

‫ ﺟﺌﺖ ﺎﻷﻣﺮ اﻟﻤﻄﺎع‬¤ ‫أﻳﻬﺎ اﻟﻤ ﻌﻮث ﻓﻴﻨﺎ‬

Ayyuhâl mab’ûtsu nâ ji'ta bil amril muthô’i

Telah terbit purnama di atas kita.


Dari kampung Tsaniyya l Wada.
Wajiblah kita bersyukur akan apa yang diserukan penyeru.
Duhai orang yang diutus kepada kami.
Engkau datang dengan perintah yang ditaa .

Demikian seterusnya, pantun-pantun kehormatan diucapkan oleh kaum Muslimin laki-laki dan perempuan ke ka mereka menyambut
kedatangan Rasulullah. Itu adalah suatu saat yang amat membahagiakan dan dak akan pernah terulang lagi dalam sejarah, suatu
penyambutan yang begitu tulus dan penuh cinta.

Muhajirin yang Pertama

Abu Salamah bin Abdul Asad adalah Muhajirin yang pertama ba di Madinah. Setelah itu, menyusul Amir bin Rabi'ah bersama istrinya,
Laila bin Abi Hasymah. Beliaulah wanita Muhajirin yang pertama ba di Madinah.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 66
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Tempat Rasulullah Menginap


Semua keluarga di Yatsrib berebut menawarkan diri menjadi tuan rumah kepada Rasulullah. Semuanya ingin agar Rasulullah bersedia
nggal di lingkungan mereka. Rasulullah mengetahui bahwa jika ia menentukan pilihan, keluarga yang dak terpilih akan malu dan kecewa.
Karena itu, beliau memasrahkan pilihan itu kepada Allah. Dengan halus, beliau berkata kepada semua kepala keluarga,

"Biarkanlah untaku ini berjalan karena ia diperintah oleh Allah dan akan berhen ditempat yang Allah kehendaki."

Kaum Muslimin mengiku Al Qushwa yang berjalan perlahan-lahan. Di suatu tempat milik dua orang anak ya m, unta Rasulullah itu
berhen dan merebahkan perutnya ke pasir. Rasulullah mengajak Al Qushwa berjalan lagi. Namun, dak lama kemudian, ia kembali ke
tempat semula dan merebahkan perutnya lagi ke pasir.

"Inilah tempat kediamanku, in syaa Allah," demikian sabda Rasulullah. Kemudian, beliau berdoa empat kali,

"Ya Allah, semoga Engkau menempatkan aku di tempat kediaman yang diberkahi dan Engkaulah sebaik-baik yang memberi tempat
kediaman."

Rasulullah membeli tanah dari kedua anak ya m tersebut.

Rasulullah turun dan bertanya,

"Di mana rumah saudaraku yang paling dekat dari sini?"

Dengan penuh gembira,

"Abu Ayyub segera menjawab, "Saya, ya Rasulullah! Itu rumah saya!"

Rasulullah tersenyum dan berkata,

"Baiklah Abu Ayyub, jika Anda berkenan, aku akan nggal di rumah Anda untuk sementara waktu. Silahkan sediakan tempat untukku."

Abu Ayyub tergopoh-gopoh memasuki rumahnya karena begitu gembira. Disiapkannya tempat untuk Rasulullah serapi mumgkin.
Kemudian, ia kembali menghadap Rasulullah dan berkata,

"Ya Rasulullah, sungguh saya sudah menyediakan tempat beris rahat bagi Tuan. Dengan berkah Allah, silahkan berdiri dan masuk ke
dalam."

Gentong Pecah

Rasulullah nggal di rumah Abu Ayyub. Abu Ayyub ingin Rasulullah nggal di lantai atas, tetapi Rasul menolak. Suatu ke ka gentong Abu
Ayyub pecah dan airnya tumpah. Abu Ayyub dan istrinya segera menggunakan selimut satu-satunya untuk menyerap air agar dak
menetes ke tempat nggal Rasulullah. Setelah itu, Abu Ayyub mendesak Rasulullah agar nggal di atas. Akhirnya Rasulullah pun bersedia
nggal di atas.

Mendirikan Masjid

Tujuh bulan lamanya, Rasulullah dan keluarganya nggal di rumah Abu Ayyub. Selama itu, Abu Ayyub, Sa'ad bin Ubadah, As'ad bin Zurarah,
dan yang lainya mengirim makanan untuk keluarga Rasulullah secukup-cukupnya. Se ap pagi dan petang, Ummu Ayyub memasak
makanan dan dak mereka makan sebelum terlebih dahulu mereka sajikan kepada Rasulullah dan keluarganya. Demikianlah budi Abu
Ayyub dan keluarganya kepada Rasulullah.

Rasulullah nggal di rumah Abu Ayyub sampai beliau mendirikan masjid dan rumah sendiri. Ke ka akan mendirikan masjid, Rasulullah
memgumpulkan Bani Najjar yang menjadi pemilik tanah ditempat itu.

"Wahai Bani Najjar," demikian sabda Rasulullah,

"hendaklah kalian tawarkan harga kebun-kebun ini kepadaku karena aku akan membelinya."

"Ya Rasulullah, kami dak akan menghargai kebun-kebun itu karena mengharap ridha Allah saja."

Namun, Rasulullah tetap meminta mereka memberikan harga walaupun


rendah. Akhirnya, Abu Bakar membayar harganya sebesar sepuluh dinar.

Setelah itu, bersama para sahabat, Rasulullah membenahi tanah itu, membersihkan pohon, dan membongkar serta memindahkan kuburan
yang sudah rusak. Setelah itu barulah mendirikan masjid.
Rasulullah meletakkan batu pertama, lalu beliau meminta Abu Bakar meletakkan batu selanjutnya, kemudian beliau menyuruh Umar bin
Kha ab, setelah itu Utsman bin Affan, dan terakhir Ali bin Abu Thalib. Beliau bersabda,

"Mereka itulah khalifah-khalifah setelah aku."

Setelah itu, semua orang bekerja keras dengan gembira dan penuh semangat. Sambil bekerja, Rasulullah bersyair,

"Ya Allah sesungguhnya pahala itu pahala akhirat,


maka kasihilah sahabat-sahabat Anshar dan Muhajirin."

Para sahabat menjawab syair Rasulullah,

"Jika kami duduk termenung, padahal Nabi bekerja,


yang demikian itu sungguh perbuatan yang dak pantas."

Batu diangkat, diletakkan, disusun, dan disisipkan sampai akhirnya masjid pun selesai. Pagarnya dari batu dan tanah, angnya dari batang-
batang kurma, atapnya pelepah kurma. Kiblatnya menghadap ke Baitul Maqdis. Ke ka itu, Ka'bah belum menjadi kiblat.
Di sisi masjid, didirikan dua buah kamar untuk tempat nggal Rasulullah dan keluarganya. Sungguh, sebuah masjid sederhana yang penuh
berkah.

Warna Masjid

Umar bin Kha ab pernah berkata tentang bagaimana sebuah masjid dibangun. Kata beliau,

"Lindungilah orang-orang dari tampias hujan. Janganlah kalian mewarnai (dinding masjid) dengan warna merah atau kuning sehingga dapat
menimbulkan fitnah."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 67
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Nama Yatsrib Menjadi Madinah

Yatsrib berasal dari nama Yatsrib bin Mahlail. Ia adalah keturunan raja-raja Amaliqah yang dahulu pernah berkuasa di kota itu. Setelah
Rasulullah hijrah, beliau menggan nama Yatsrib menjadi Madinah.

Cuaca di Kota Madinah sangat kering. Pada musim dingin suhunya sangat rendah dan pada musim panas suhunya jauh lebih panas dari
pada Mekah. Banyak sahabat Muhajirin yang dak kuat dengan cuaca tersebut dan jatuh sakit. Mereka dilanda demam nggi yang
melemahkan tubuh. Abu Bakar, Bilal, dan Amir bin Fuhairah termasuk yang jatuh sakit.

Saat sakit, Abu Bakar sering berkata,


".....ma itu lebih dekat dari pada tali sepatu kita."

Sementara itu, Bilal dak suka berkata apa-apa jika sedang sakit. Namun, ke ka sakitnya hilang, ia sering menangis karena merindukan
Mekah sambil berkata,

"Apakah aku dapat berjalan malam hari di lembah yang di sekelilingku ada pohon-pohon idzkir dan jalil (nama pohon yang banyak terdapat
di Mekah). Dan apakah pada suatu hari aku dapat sampai lagi ke tempat air Majinnah dan apakah dapat terlihat lagi olehku Gunung
Syamah dan Gunung Thafil (dua buah gunung dekat Mekah)."

Akan halnya dengan Amir bin Fuhairah, jika menderita demam nggi sering bersyair,

"Sungguh aku mendapa ma sebelum merasakannya...."

Rasulullah amat priha n dengan sakit beberapa orang sahabat akibat cuaca panas tersebut. Beliau juga mendengar keluhan-keluhan
mereka. Karena itu, Rasulullah pun berdoa kepada Allah,
"Ya Allah, berikanlah kami rasa cinta pada Kota Madinah sebesar rasa cinta kami pada Mekah, atau bahkan lebih! Ya Allah, berilah berkah
pada pekerjaan kami untuk mencari na ah, sehatkanlah Kota Madinah ini untuk kami, dan pindahkanlah panasnya ke tempat lain yang
Engkau kehendaki."

Allah mengabulkan doa Rasulullah itu dan memindahkan panas Kota Madinah ke Dusun Juhfah yang letaknya 82 mil dari Madinah.

Selain berdoa dan mengatasi masalah cuaca, Rasulullah pun melakukan hal lain yang sangat indah agar kaum Muhajirin yang berasal dari
Mekah tumbuh rasa cintanya pada Madinah.

Tabarruk

Tabarruk adalah mengaharapkan berkah.


Suatu ke ka, saat Rasulullah dur, datanglah Ummu Sulaim. Melihat keringat Rasulullah yang sangat harum menetes, Ummu Sulaim
menadahnya. Tidak lama kemudian, Rasulullah bangun dan bertanya,

"Apa yang sedang kamu lakukan, wahai Ummu Sulaim?"

Ummu Sulaim menjawab,


"Kami mengharap berkahnya untuk anak-anak kecil kami,"

Rasulullah kemudian berkata, "Engkau benar."

Saling Bersaudara

Suatu hari, Rasulullah mengumpulkan para sahabat Muhajirin dan Anshar. Di hadapan mereka, beliau bersabda,

"Hendaklah kalian bersaudara dalam agama Allah dua orang - dua orang."

Para sahabat saling pandang. Beberapa di anatara mereka tersenyum. Kemudian, Rasulullah bersabda,

"Hamzah bin Abdul Muthalib, singa Allah dan singa Rasul-Nya, bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, putra angkat Rasulullah."

Kemudian Rasulullah menyebut nama-nama sahabat lain yang saling dipersaudarakan. Seorang Muhajirin dipersaudarakan dengan seorang
dari Anshar. Tercatat dalam sejarah, ada seratus orang yang saling dipersaudarakan. Lima puluh dari Anshar dan lima puluh dari Mihajirin.

Tujuan Rasulullah mempersaudarakan para sahabatnya adalah untuk menghilangkan rasa asing dalam diri sahabat Muhajirin di Kota
Madinah. Selama itu, persaudaraan ini ditujukan untuk menunjukkan bahwa semua orang Islam bersaudara. Selain itu, juga agar se ap
Muslim menjadi saling menolong yang kuat menolong yang lemah, yang mampu menolong yang kekurangan.

Buah persaudaraan ini akan dirasakan terus selama tahun-tahun sulit yang kelak ditempuh Rasulullah dan para sahabatnya di Madinah.
Ternyata, kalangan Anshar memperlihatkan sikap ramah yang luar biasa kepada saudara-saudara Muhajirin mereka.

Sudah sejak semula golongan Anshar menyambut gembira kaum Mihajirin. Mereka begitu menger bahwa kaum Muhajirin meninggalkan
segala yang mereka miliki, termasuk harta benda dan seluruh kekayaan di Mekah. Sebagian besar dari mereka memasuki Madinah dengan
perut lapar tanpa ada lagi yang dapat dimakan. Apalagi mereka memang bukan orang berada dan berkecukupan.

Tentu saja sebagai kaum yang berbudi, kaum Muhajirin dak begitu saja terlena dengan bantuan saudara-saudara Anshar mereka. Kaum
Muhajirin berusaha melakukan banyak pekerjaan agar mereka bisa kembali mandiri secepatnya.

Persaudaraan Seja

Aqidah Islamiyah adalah dasar persaudaraan seja . Tidak mungkin dua orang yang berlainan agama bisa bersaudara seerat dua orang yang
sama agamanya. Rasulullah menghimpun ha para sahabatnya begitu dekat, sehingga dak ada perbedaan di antara mereka kecuali
ketakwaan dan amal shalih.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 68
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Bertani dan Berdagang

Pada awal kehidupan mereka di Madinah, kaum Muhajirin benar-benar mengalami masa yang sulit. Sampai suatu hari, pernah paman
Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muthalib, datang kepada beliau dengan perut lapar sambil bertanya kalau-kalau Rasulullah punya sesuatu
untuk dimakan.

Berdagang adalah salah satu pekerjaan yang banyak dikuasai kaum Muhajirin. Abdurrahman bi Auf yang sudah dipersaudarakan Rasulullah
dengan Sa'ad bin Rabi pernah ditawari Sa'ad separuh hartanya. Namun, Abdurrahman menolak pemberian itu. Ia hanya minta di njukkan
jalan ke pasar. Di sana, mulailah Abdurrahman berdagang mentega dan keju. Dalam waktu dak terlalu lama, berkat kepandaiannya
berdagang, Abdurrahman bin Auf berhasil meraih kekayaannya kembali. Dapat pula ia menikahi dan memberikan mas kawin kepada
seorang Muslimah dari Madinah. Sesudah itu, Abdurrahman bin Auf pun memiliki kafilah-kafilah yang pulang dan pergi membawa barang
perdagangan.

Selain Abdurrahman, banyak pula kaum Muhajirin yang melakukan pekerjaan serupa. Begitu pandainya penduduk Mekah berdagang
sampai orang mengatakan bahwa dengan perdagangan, orang Mekah dapat mengubah pasir menjadi emas.

Sementara itu, kaum Muhajirin yang lain, seper Abu Dzar, Umar, dan Ali bin Abu Thalib memilih pekerjaan sebagai petani. Keluarga-
keluarga mereka terjun menggarap tanah milik orang-orang Anshar bersama pemiliknya. Selain mereka, ada pula kaum Muhajirin yang
tetap mengalami kesulitan hidup. Sungguh pun begitu, mereka dak mau menjadi beban orang lain. Mereka memban ng tulang
melakukan pekerjaan apa pun yang halal.

Ada lagi segolongan orang Arab yang datang ke Madinah dan menyatakan masuk Islam. Namun, keadaan mereka amat miskin dan serba
kekurangan sampai ada yang dak mempunyai tempat nggal. Rasulullah menyediakan tempat nggal untuk mereka di selasar masjid yang
di sebut shuffah. Mereka yang nggal di tempat itu di sebut ahli Shuffah. Belanja mereka diberikan oleh kaum Muslimin yang
berkecukupan, baik dari kaum Muhajirin maupun dari kaum Anshar.

Di Madinah kaum Muslimin sudah mengerjakan shalat lima waktu. Namun, dengan jumlah yang semakin banyak, sulitlah semua orang
tahu bahwa waktu shalat telah ba.

Riwayat Adzan

"Kita gunakan saja bendera, ya Rasulullah," usul seorang sahabat.

"Bendera dak membangunkan orang dur, gunakan saja terompet," usul yang lain.

"Terompet mungkin terlalu keras, bagaimana dengan lonceng?" tambah sesorang.

"Mungkin dak perlu semua itu, cukuplah menyuruh seseorang berseru, 'Ash Shalah!" usul sahabat yang lain.

Rasulullah pun menyetujui usul terakhir ini. Lalu beliau bersabda, "Ya Bilal, bangunlah dan panggillah orang dengan 'Ash Shalah!"

Maka, apabila waktu shalat ba, Bilal pun berseru-seru, "Ash shalatu jami'ah! Shalatlah berjamaah! Shalatlah berjamaah!"

Sampai suatu malam, Abdullah bin Zaid yang berada dalam keadaan setengah ter dur melihat seorang laki-laki membawa genta. Abdullah
ingin membelinya untuk memanggil shalat.
Orang itu berkata,

"Akan kutunjukkan yang lebih baik daripada itu. Berserulah Allahu Akbar! Allahu Akbar! Asyhadu allaa ilaaha illallah! Asyhadu allaa ilaaha
illallah! Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah! Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah! Hayya 'alasshalah! Hayya 'alasshalah! Hayya 'alal
falah! Hayya 'alal falah! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Laa ilaaha illallah!"

Kemudian, orang tersebut berdiri ke tempat yang agak jauh dan mengajarkan bacaan iqamat. Keesokan harinya, Abdullah bin Zaid
mengabarkan mimpinya kepada Rasulullah. Dengan wajah berseri, Rasulullah bersabda,

"Itu mimpi yang benar, Insya Allah. Pergilah engkau menemui Bilal karena Bilal itu suaranya lebih nggi dan lebih panjang. Ajarkanlah Bilal
segala apa yang diucapkan orang dalam mimpimu itu. Hendaklah Bilal memanggil orang shalat dengan cara demikian itu!"

Bilal pun kemudian mengumandangkan adzan dan iqamat seper yang diajarkan Abdullah bin Zaid kepadanya. Mendengar Bilal, Umar bin
Kha ab datang tergopoh-gopoh menemui Rasulullah sambil berkata,
"Ya Rasulullah! Demi Zat yang telah mengutus engkau dengan benar, sungguh semalam saya telah bermimpi bertemu seseorang dan
berseru sebagaimana yang diucapkan Bilal."

Rasulullah pun bersabda,


"Segala puji bagi Allah, demikian itulah yang lebih tetap."

Seorang Laki-Laki Penduduk Syurga

Semakin lama, Bilal semakin dekat di ha Rasulullah, yang kemudian menyatakan Bilal sebagai seorang laki-laki penduduk surga. Akan
tetapi, sikap Bilal dak berubah. Ia tetap seorang yang mulia, besar ha , dan selalu memandang dirinya dak lebih dari seorang Habasyah
yang pernah menjadi budak belian.

Perjanjian dengan Kaum Yahudi

Sejak dari dulu Madinah bukan hanya dihuni oleh orang-orang Arab saja, melainkan juga kaum Yahudi. Ada ga keluarga besar Yahudi yang
menetap di Madinah. Bani Quraizhah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa. Orang-orang Arab yang nggal di Madinah dari suku Aus dan suku
Khazraj pernah saling bermusuhan selama puluhan tahun. Se ap suku dipengaruhi oleh orang-orang Yahudi. Namun, ke ka Islam datang
mempersaudarakan mereka, lenyaplah rasa permusuhan itu untuk selamanya. Sejak saat itu, kaum Yahudi kehilangan pengaruh mereka
atas orang Arab di Madinah.

Semakin hari, semakin gemilang dan majulah kaum Muslimin. Hal itu dak diterima dengan rela oleh kaum Yahudi. Mereka pun
mendirikan persatuan sendiri untuk menghalangi kemajuan Islam. Melihat gelagat dak baik ini, Rasulullah pun mengirimkan surat
perjanjian kepada orang Yahudi.

Isinya kurang lebih sebagai berikut :


1. Janganlah kaum Yahudi dan Muslimin saling mendengki.
2. Janganlah kaum Yahudi dan Muslimin saling membenci.
3. Hendaklah kaum Yahudi dan Muslimin hidup bersama satu bangsa.
4. Hendaklah kaum Yahudi dan Muslimin mengerjakan ajarannya masing-masing dan dak saling mengganggu.
5. Jika kaum Yahudi di serang musuh dari luar, Muslimin wajib membantunya.
6. Jika kaum Muslimin yang diserang, Yahudi wajib datang membantu.
7. Jika Kota Madinah diserang dari luar, kaum Yahudi dan Muslimin harus mempertahankannya bersama-sama.

Pada bagian akhir perjanjian disepaka bahwa apabila mbul perselisihan antara kedua belah pihak, Rasulullah akan menjadi hakimnya.

Demikian dalam perjanjian ini tercantum kebebasan beragama, keselamatan harta benda, dan kebebasan mengutarakan pendapat. Kota
Madinah dan sekitarnya menjadi tempat yang terhormat bagi seluruh penduduk karena penghuninya saling menghorma dan saling
membela.

Perjanjian ini menunjukkan bahwa Rasulullah adalah pemimpin yang sangat cerdas. Perjanjian ini belum pernah dilakukan oleh rasul-rasul
terdahulu.

Suka Menipu dan Berkhianat

Perjanjian antara kaum Muslimin dan Yahudi ini kemudian dirusak oleh tabiat kaum Yahudi yang suka menipu dan berkhianat. Makanya
kaum Yahudi dak senang dengan isi perjanjian yang telah disepaka tersebut, lalu mereka melanggarnya dengan berbagai penipuan dan
pengkhianatan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 69
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Menikah dengan Aisyah


Suasana damai dan tentram menyelimu Kota Madinah. Pada saat itulah Rasulullah yang sudah menikahi Aisyah bin Abu Bakar di Mekah,
merayakan pernikahan beliau tersebut. Ke ka itu, Aisyah sudah menjelang remaja. Beliau adalah seorang gadis yang lemah lembut dengan
air muka yang manis dan sangat disukai banyak orang karena pandai bergaul. Pernikahan ini membuat persahabatan Rasulullah dengan
Abu Bakar Ash Shiddiq semakin erat.

Setelah menikah, Aisyah berpindah dari rumah ayahnya ke rumah Rasulullah di samping masjid. Tidak terkira rasa bahagia Aisyah. Ia
melihat pada diri Rasulullah ada sesuatu yang lain dibandingkan kebanyakan orang.

"Rasulullah adalah suami sekaligus ayahku," demikian pikir Aisyah dalam ha .


"Beliau adalah suami yang penuh cinta kasih tapi juga dak berkeberatan ikut bermain-main bersamaku. Subhanallah, beliau benar-benar
manusia yang luar biasa. Aku benar-benar mencintainya setulus ha ku untuk selamanya, dari dunia sampai akhirat kelak."

Setelah menikah dengan Aisyah yang cerdas dan periang, beban pikiran Rasulullah terkurangi. Mengurus umat satu kota penuh
memerlukan konsentrasi yang amat nggi hingga menyebabkan rasa lelah yang luar biasa. Namun, jika beliau pulang ke rumah dan
bertemu Aisyah, segala lelah dan beban berat terasa hilang. Canda, senyum, dan bak Aisyah menumbuhkan rasa riang dan semangat baru
dalam ha Rasulullah. Tidak terkira besarnya kasih sayang Rasulullah kepada Aisyah.

Suasana ha Rasulullah yang tenteram mengimbas luas kepada penduduk Madinah. Mereka merasakan kehidupan bersama Rasulullah
jauh lebih baik daripada kehidupan mereka dahulu. Mungkin saat ini sebagian orang justru dalam keadaan lebih miskin dari dahulu. Akan
tetapi, ketenangan dan kebahagiaan hidup bersama Islam jauh lebih mahal daripada apa pun, dak akan terbeli oleh seberapa besar pun
harta yang dapat dikumpulkan.

Maka dari itu, kaum Muslimin pun melaksanakan tugas-tugas agama dengan penuh semangat. Mereka mulai menunaikan zakat dan
mengerjakan shaum. Sedikit demi sedikit, ajaran Islam mulai menemukan kekuatannya.

Ummu Abdillah

Untuk menghibur Aisyah dari kesedihan karena dak memiliki putra dan agar istri tercintanya itu merasa diperha kan dan disayang,
Rasulullah mengizinkan Aisyah mengangkat putra saudarinya, Asma bin Abu Bakar. Keponakan Aisyah itu bernama Abdillah sehingga
Aisyah dikenal orang dengan panggilan Ummu Abdillah.

Akhlaq dan Budi Peker Rasulullah

Rasulullah mengajarkan bahwa kehidupan dalam Islam itu dilandasi oleh rasa persaudaraan. Beliau bahkan mengatakan bahwa dak
sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya seper mencintai dirinya sendiri.

Seseorang bertanya kepada Rasulullah,


"Perbuatan apakah yang baik dalam Islam?"

Beliau menjawab,
"Sudi memberi makan dan memberi salam kepada orang yang engkau kenal dan yang dak engkau kenal."

Rasulullah menjadikan dirinya teladan ter nggi bagi se ap Muslim. Beliau amat rendah ha dan dak mau diagung-agungkan walaupun
beliau adalah manusia terbaik.
Beliau bersabda,

"Jangan memujaku seper orang-orang Nasrani yang memuja anak Maryam. Aku adalah hamba Allah. Sebut saja aku hamba Allah dan
utusan-Nya."

Pernah suatu ke ka, beliau mengunjungi para sahabat yang sedang berkumpul. Serempak mereka berdiri menyambutnya seper layaknya
orang lain menyambut orang yang mereka horma . Namun, Rasulullah dak menyukai hal itu. Beliau bersabda,

"Jangan kamu berdiri seper orang-orang asing yang mau saling diagungkan."

Se ap kali mengunjungi para sahabatnya, Rasulullah dak pernah memilih-milih tempat duduk. Beliau duduk begitu saja di mana pun ada
tempat luang. Ia bergurau dengan para sahabat, bergaul erat dengan mereka, diajaknya mereka berbincang-bincang. Jika para sahabat
kebetulan disertai anak-anak mereka, Rasulullah mengajak anak-anak itu bermain-main. Kemudian, didudukkannya anak-anak itu
dipangkuan beliau.

Rasulullah dak pernah menolak undangan. Beliau selalu datang apabila diundang, baik oleh orang merdeka, budak sahaya, maupun orang
miskin.
Dikunjunginya orang yang sakit walaupun letaknya jauh di ujung kota. Orang yang datang minta maaf selalu beliau maa an. Beliau selalu
yang memulai memberi salam kepada orang yang dijumpai. Beliau pas selalu yang lebih dulu mengulurkan tangan menjabat sahabat-
sahabatnya.

Tidak akan pernah lagi kita menjumpai seorang pemimpin yang begitu lembut dan begitu menyayangi rakyatnya, pemimpin yang hidup
sederhana seper kebanyakan rakyatnya, pemimpin yang mampu memberi nasihat dan teladan, pemimpin yang selalu siap memberi dan
mendapat tempat di lubuk ha terdalam se ap orang yang mengenalnya.
ٌ ْ َ ٌ ‫َ ﱡ‬ َ َ ُْ ٌ ‫ﻟ َﻘ ْﺪ َﺟ َﺎء ْﻢ َر ُﺳ‬
‫ﺺ ﻋﻠ ْ ْﻢ ِ ﺎﻟ ُﻤﺆ ِﻣ ِﻨ َ َر ُءوف َر ِﺣ ٌﻢ‬ ‫ﻮل ِﻣ ْﻦ أﻧﻔ ِﺴ ْﻢ ﻋ ٌﺰ ﻋﻠ ْ ِﻪ َﻣﺎ ﻋ ِﻨﺘ ْﻢ َﺣ‬

"Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat
menginginkan (keimanan dan keislaman) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman."
Surah At-Taubah (9:128)

Shalat Rasulullah

Shalat Rasulullah adalah shalat yang paling indah dibanding semua sahabatnya. Beliau melakukan shalat seakan sedang berjumpa dengan
orang yang paling ia sayangi sehingga sulit rasanya untuk berpisah. Shalat beliau seakan-akan merupakan suatu pertemuan terakhir dengan
orang yang dicintainya. Shalat beliau begitu khusyuk, seolah-olah beliau sedang bercakap-cakap dan memandang Allah.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 70
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rasa Sayang Rasulullah

Rasulullah adalah orang yang paling penyayang. Apabila beliau tahu ada orang yang sedang menunggu, padahal beliau sedang shalat,
beliau percepat shalat itu dan beliau tanya apa keperluannya. Sesudah beliau memenuhi keperluan orang tadi, beliau lanjutkan kembali
ibadahnya.

Dalam rumah tangga, Rasulullah ikut memikul beban keluarga. Beliau ikut mencari pakaian, menambal baju yang berlubang, serta
memerah susu kambing. Beliau juga membetulkan sendiri sepatunya yang rusak. Beliau penuhi sendiri semua keperluan beliau, mulai
mengambil minum sampai mengurus unta.

Beliau duduk dan makan bersama dengan para pembantu dan mengurus keperluan orang yang lemah, menderita, dan miskin. Apalagi
melihat ada orang yang membutuhkan sesuatu, beliau dan keluarganya mengalah, sekali pun beliau saat itu juga dalam kekurangan. Tidak
ada sesuatu yang disimpan untuk esok, bahkan kelak ke ka beliau wafat. Baju besi beliau sedang tergadai di tangan seorang Yahudi karena
beliau memerlukan uang untuk belanja keluarga.

Beliau sangat baik ha , mudah tersenyum, dan selalu memenuhi janji. Suatu ke ka ada delegasi dari Raja Najasyi dari Habasyah datang
berkunjung. Beliau sendiri yang melayani mereka. Para sahabat datang menegur, "Wahai Rasulullah, sudah cukuplah, bukankah ada orang
lain untuk mengerjakannya?"

"Mereka sangat menghorma sahabat-sahabat kita ke ka berhijrah ke tempat mereka," jawab Rasulullah. "Saya ingin membalas sendiri
kebaikan mereka."

Begitu se anya beliau sehingga selalu ada yang menyebut nama Khadijah, kenangan indah muncul bagai pelangi menghiasi ha beliau.
Suatu ke ka, ada seorang wanita datang. Beliau menyambutnya begitu gembira dan beliau tanyai wanita itu baik-baik. Ke ka wanita itu
sudah pergi, beliau berkata, "Ke ka masih ada Khadijah, ia suka mengunjungi kami. Mengingat hubungan baik masa lampau adalah
termasuk iman."

Begitu halus perasaan Rasulullah, begitu lembut ha nya, sampai beliau biarkan cucunya bermain-main dengannya ke ka beliau sedang
shalat. Bahkan beliau shalat dengan membawa Umamah, cucu beliau dari Zainab. Umamah beliau taruh di atas bahu. Saat beliau sujud,
beliau letakkan Umamah, jika beliau berdiri, Umamah ditaruh lagi keatas bahunya.

Rasulullah Menyayangi Binatang


Kebaikan dan kasih sayang Rasulullah dak terbatas kepada sesama manusia saja, tetapi juga kepada binatang. Suatu ke ka, beliau pernah
bangun dan membukakan pintu untuk seekor kucing yang sedang berlindung di tempat itu. Beliau juga pernah merawat seekor ayam
jantan yang sedang sakit-sakitan.

Rasulullah juga mengelus-elus seekor kuda penuh rasa sayang dengan lengan baju beliau. Suatu ke ka, dilihatnya Aisyah menaiki seekor
unta. Aisyah merasa sukar mengendalikan unta yang agak bandel itu sehingga Aisyah menarik-narik tali kekang dengan dak sabar.
Kemudian, Rasulullah mendekat dan menegur lembut,
"Hendaknya engkau berlaku lemah lembut, ya Aisyah."

Meskipun demikian, kasih sayang, kelembutan, dan rasa persaudaraan yang Rasulullah ajarkan bukan berar menunjukkan kelemahan.
Rasa kasih sayang dan kelembutan selalu harus bersama sikap yang adil. Rasulullah mengajarkan bahwa tanpa keadilan, persaudaraan
seja dak mungkin ada.

Sabda beliau,
"Barang siapa menyerang kamu, seranglah dengan seimbang, seper mereka menyerang kamu."

Pada saat lain, Rasulullah juga berkata,


"Hukum qishas (membalas perbuatan dengan seimbang, misalnya pembunuh yang terbuk bersalah harus dibalas dibunuh pula) berar
kelangsungan hidup bagi kamu, hai orang-orang yang menger ."

Jadi, kasih sayang yang diajarkan Rasulullah juga mengandung unsur kekuatan. Oleh sebab itu, seorang Muslim bisa bersikap lemah lembut
sekaligus tegas jika memang diperlukan. Jika seseorang dak dapat bersikap tegas, ia akan menjadi bulan-bulanan orang-orang berha
jahat.

Rasulullah mengajarkan bahwa jiwa seorang Muslim harus kuat, dak mengenal kata menyerah kecuali kepada Allah. Seorang Muslim yang
taat kepada Allah dak merasa lemah apabila menghadapi rintangan.

Menangkap Burung untuk Permainan

Dalam hadist riwayat Nasa'i dan Ibnu Hibban, Rasulullah bersabda,

"Barang siapa menangkap seekor burung hanya untuk bermain-main, kelak pada hari kiamat, burung itu akan mengadu kepada Allah,
"Wahai Tuhanku, orang itu telah membunuh aku untuk mainan belaka, dak untuk mengambil manfaat dariku."

Keseharian Rasulullah

Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa, dak boleh ada rasa takut dalam ha seorang Muslim, kecuali jika ia melakukan perbuatan
maksiat dan dosa. Jiwa itu dak akan menjadi kuat jika berada dalam kekuasaan orang lain. Karena itulah, Rasulullah mengajak para
sahabatnya berhijrah ke Madinah.

Jiwa akan jadi lemah jika sudah dikuasai oleh hawa nafsu. Nafsu akan harta, kendaraan, pakaian, makanan, dan banyak lagi. Jika seseorang
sudah mencintai harta dunia seper itu, kekuatan rohaninya melemah dan dak lagi mampu berjuang, beribadah, serta berbak layaknya
seorang Muslim seja .

Rasulullah adalah contoh yang sangat ideal dalam mengendalikan hawa nafsu. Jiwa Rasulullah sudah begitu kuat sehingga dak begitu
peduli jika segala yang dimilikinya akan habis akibat beliau sangat suka memberi kepada orang lain. Sampai-sampai, ada orang yang
berkata,
"Dalam memberi, Rasulullah seper sudah dak takut kekurangan."

Rasulullah mengajarkan agar kitalah yang menguasai kehidupan dunia, bukan kehidupan dunia yang menguasai kita. Beliau dak
menganjurkan kita agar hidup miskin, tetapi hidup sederhana dan dak berlebihan.

Alas dur Rasulullah bukanlah kasur yang empuk, melainkan hanya terdiri atas kulit yang dilapisi serat. Tidak pernah beliau makan sampai
kenyang. Beliau selalu menyudahi makannya sebelum kenyang. Tidak pernah Rasulullah makan ro dari tepung gandum dua hari berturut-
turut. Sebagian besar makanan beliau adalah bubur.

Pada hari lain, Rasul makan kurma. Jarang sekali beliau dan keluarganya dapat makan ro sop (ro yang dibasahi kuah kaldu dan daging).
Bahkan sering sekali beliau harus menahan lapar. Beliau pernah mengganjal perutnya dengan batu yang dikaitkan dengan ikat pinggangnya
agar rasa laparnya tertahan.

Namun, bukan berar Rasulullah berpantang makan makanan enak. Beliau dikenal suka sekali makan kaki kambing muda, labu, madu, dan
manisan walupun amat jarang beliau dapatkan. Begitulah cara Rasulullah mengendalikan diri terhadap makanan.
Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 71
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Kesederhanaan Rasulullah

Kesederhanaan Rasulullah dalam berpakaian sama dengan kesederhanaan beliau dalam hal makanan. Suatu hari, ada seorang wanita
memberikan sehelai pakaian kepada beliau. Kebetulan saat itu beliau memang memerlukan pakaian. Namun, kemudian datang seorang
laki-laki yang meminta pakaian itu. Tanpa berpikir panjang lagi, Rasulullah pun memberikan pakaian itu.

Pakaian beliau biasanya terdiri atas sebuah baju dalam dan baju luar yang terbuat dari wol, katun, atau sebangsa serat. Sesekali, beliau
dak menolak pakaian agak mewah yang dibuat dari tenunan Yaman jika ada acara yang menghendaki demikian. Alas kaki yang digunakan
Rasulullah juga amat sederhana. Tidak pernah beliau menggunakan sepatu kecuali hadiah dari Najasy.

Sungguh pun begitu, bukan berar beliau menyiksa diri dengan semua kesederhanaan itu. Beliau hanya mengendalikan dan menjaga diri
agar dak berlebih-lebihan.

Allah berfirman,
َ ُْ ُ َ َ ََْ َ‫ْ َ ﱢ‬ َ ‫َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َْ َ َ ْ ُ َ ﱠ َ ﱠ‬
‫ﺎت َﻣﺎ َرزﻗﻨﺎ ْﻢ ۖ َو َﻣﺎ ﻇﻠ ُﻤﻮﻧﺎ َوﻟ ٰ ِ ْﻦ ﺎﻧﻮا أﻧﻔ َﺴ ُﻬ ْﻢ َ ﻈ ِﻠ ُﻤﻮن‬
ِ ‫وﻇﻠﻠﻨﺎ ﻋﻠ ﻢ اﻟﻐﻤﺎم وأﻧﺰﻟﻨﺎ ﻋﻠ ﻢ اﻟﻤﻦ واﻟﺴﻠﻮ ٰى ۖ ﻠﻮا ِﻣﻦ ﻃﻴ‬

Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu manna dan salwa. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah
Kami berikan kepadamu; dan daklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
Surah Al-Baqarah (2:57)
َ ‫ﺐ اﻟ ُﻤ ْﻔﺴﺪ‬ َْ
‫اﻷ ْرض ۖ إ ﱠن ا َ َ ُ ﺤ ﱡ‬ َ َ َ َْ ََ َ ْ ُ َ َ ْ َ ْ ْ َ َْ ‫َ َ َ ُ ﱠ َ ْ َ َ ََ َْ َ َ َ َ َ ﱡ‬ َْ َ
‫ﻳﻦ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫واﺑﺘﻎ ِﻓ ﻤﺎ آﺗﺎك ا اﻟﺪار اﻵ ِﺧﺮة ۖ و ﺗ ﺲ ﻧ ِﺼ ﻚ ِﻣﻦ اﻟﺪﻧ ﺎ ۖ وأﺣ ِﺴﻦ ﻤﺎ أﺣﺴﻦ ا ِإﻟ ﻚ ۖ و ﺗﺒﻎ اﻟﻔﺴﺎد‬

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah dak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Surah Al-Qasas (28:77)

Suatu ke ka, Ali bin Abi Thalib bertanya tentang sunnah Rasulullah. Rasulullah pun menjawab,

"Makrifat (mendekatkan diri kepada Allah) adalah modalku, akal pikiran adalah sumber agamaku, cinta adalah dasar hidupku, rindu adalah
kendaraanku, berzikir kepada Allah adalah kawan dekatku, keteguhan adalah perbendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu adalah
senjataku, ketabahan adalah pakaianku, kerelaan adalah sasaranku, fakir adalah kebanggaanku, menahan diri adalah pekerjaanku,
keyakinan adalah makananku, kejujuran adalah perantaraku, ketaatan adalah ukuranku, berjihad adalah perangaiku, dan hiburanku adalah
shalat."

Rantai Emas

Suatu ke ka Rasulullah melihat Fathimah Az-Zahra, putrinya, sedang memakai rantai emas. Rasulullah bersabda,

"Fathimah, gembirakah jika orang berkata, Di tangan putri Rasulullah ada seikat rantai dari api neraka?"

Fathimah kemudian menjual rantai itu dan uangnya digunakan untuk membebaskan seorang budak. Rasulullah pun berkata,

"Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan Fathimah dari api neraka."

Rasulullah Belajar Bertani

Rasulullah dak menempatkan dirinya sebagai seorang raja, meskipun banyak orang Anshar menginginkannnya. Seorang raja biasanya
nggal menikma uang dan makanan. Tidak demikian dengan Rasulullah. Beliau mewajibkan bagi dirinya sendiri bekerja agar bisa makan.
Beliau ikut belajar bertani, padahal saat itu usianya sudah di atas 53 tahun. Apalagi seper kebanyakan orang Mekah, bertani adalah suatu
pekerjaan baru yang masih asing bagi beliau.
Rasulullah juga menganjurkan agar kaum pria meringankan beban pekerjaan kaum wanita. Demikian pula sebaliknya, beliau juga
mempersilahkan kaum wanita yang dak sedang sibuk dengan urusan rumah tangga, untuk turut membantu pria bekerja. Maka, banyaklah
kaum wanita yang bekerja, termasuk mereka yang di Mekah dulu terbiasa hidup berkecukupan di balik dinding rumahnya.

Asma bin Abu Bakar adalah contoh Muslimah yang bekerja dengan tangannya sendiri. Ia dak peduli meski ayahnya adalah saudagar kaya
yang sukses. Abu Bakar membawa seluruh kekayaannya saat berhijrah, tetapi beliau infakkan semuanya untuk memberikan santunan
kepada mereka yang dak mampu bekerja.

Rasulullah segera menghimbau sahabat-sahabatnya yang mampu untuk mengiku jejak Abu Bakar. Tidak pantas rasanya jika ada Muslim
berpakaian mewah, sedangkan saudaranya keluar rumah dengan bajunya compang-camping. Malu rasanya jika ada Muslim kenyang
memakan daging dan ro , sedangkan saudara-saudaranya hanya mampu memakan kurma basah.

Kesejahteraan kaum Muslimin pun meningkat dengan pas . Apalagi setelah Rasulullah meminta para saudagar kaya dari Muhajirin dan
Anshar membeli tanah-tanah kosong untuk dijadikan lahan pertanian. Maka, sejumlah besar kaum Muhajirin pun mendapat lahan
pekerjaan. Akibatnya, hasil panen meningkat dan membanjiri pasar-pasar Madinah. Dengan cepat kaum Muhajirin sudah dak lagi menjadi
beban saudara-saudara Anshar mereka.

Namun, ada kalangan yang dak menyukai perubahan ini.

"Jika dibiarkan begini, orang-orang miskin itu akan meremehkan kita! Bayangkan, Muhammad mengajarkan bahwa dalam ap harta orang
kaya ada hak orang miskin! Enak betul mereka!" demikian kata salah seorang yang dak suka itu.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 72
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Orang Yahudi Khawa r

Mereka yang dak suka itu adalah orang-orang Yahudi. Padahal, suasana damai di Madinah sejak Rasulullah datang sangatlah
menguntungkan perdagangan kaum Yahudi. Namun, orang-orang Yahudi dak rela melihat kaum Muslimin bertambah sejahtera dan Islam
semakin menguat. Dakwah Islam sulit sekali menembus kalangan Yahudi karena kaum Yahudi dak mengakui adanya seorang nabi yang
bukan dari bangsa mereka. Itulah ajaran mereka.

Begitu pun, seandainya saja para pemimpin Yahudi sudah menghalangi dakwah Rasulullah, tentu banyak umat mereka yang memeluk
Islam. Di antara segelin r yang berislam itu adalah seorang rabbi (pendeta Yahudi) yang bernama Abdullah bin Salam.

Setelah memeluk Islam, Abdullah bin Salam pun mengajak keluarganya untuk turut serta. Usahanya berhasil. Seluruh keluarga Abdullah bin
Salam bersama-sama memeluk Islam. Namun, Abdullah bin Salam masih merahasiakan keislamannya kepada teman-teman Yahudinya.

"Ya Rasulullah, saya khawa r kaumku akan menghinaku dan merendahkan aku jika mereka tahu aku masuk Islam," demikian kata Abdullah
kepada Rasulullah,
"sudikah kiranya Anda menanyakan tentang saya kepada kaum saya."

Rasulullah pun mengabulkan permintaan itu. Beliau menanyakan kepada orang Yahudi mengenai pendapat mereka tentang Abdullah bin
Salam.

Ternyata orang-orang Yahudi berkata yang baik-baik tentang Abdullah bin Salam.
"Dia pemimpin kami, pendeta kami, dan cendekiawan kami."

Mendengar hal itu, Abdullah bin Salam pun keluar menemui kaumnya dan berkata,
"Aku telah memeluk Islam. Kalau kalian menganggapku sebagai pemimpin, pendeta, dan cendekiawan, kalian bisa memercayaiku bahwa
sungguh agama yang dibawa Rasulullah adalah agama yang benar."

Namun, apa yang terjadi? Wajah orang-orang Yahudi pucat kehilangan darah karena begitu terkejut. Sesaat, dak seorang pun yang bicara.
Kemudian, bukannya berpikir jernih, mereka menanggapi Abdullah bin Salam dengan marah,
"Kamu pas sudah dihinggapi kegilaan dengan meninggalkan agama kita."

Setelah itu, kata-kata kotor dan dak baik mulai mereka lontarkan. Abdullah bin Salam dicaci dengan berbagai fitnah dan diumpat dengan
kata-kata yang amat kasar.
Demikianlah, sejak saat itu, kaum Yahudi mulai bersepakat untuk menghancurkan Islam.

Orang Yahudi Kecewa

Sebelum Rasulullah diutus, orang-orang Yahudi sudah mengetahui dari Taurat bahwa dalam waktu dekat akan ada seorang nabi yang
diangkat Allah. Namun, mereka menduga bahwa nabi itu akan lahir dari kalangan Yahudi. Mereka suka membanggakan diri terhadap
orang-orang Arab,

"Sesungguhnya hampir datang seorang nabi yang akan segera dibangkitkan. Kami akan mengiku nya dan membantunya memerangi kalian,
sebagaimana dulu kami memerangi kaum 'Ad dan 'Iram."

Namun, justru ke ka nabi yang diharapkan itu datang, mereka malah ingkar, dak mau percaya, dan mendustakan segala apa yang telah
mereka katakan dan mereka ketahui sendiri. Para pendeta Yahudi mengejek dan menggunakan segala pu daya untuk menghalangi seruan
Rasulullah.

Beberapa ketua Yahudi mendatangi Rasulullah dan bertanya congkak,

"Hai Muhammad! Allah yang telah menciptakan segenap makhluk, lalu siapa yang menciptakan Allah?"

Mendengar pertanyaan sekeji itu, wajah Rasulullah berubah karena menahan marah. Seke ka, turunlah Malaikat Jibril menenangkan
Rasulullah seraya menyampaikan firman Allah yang pernah diturunkan di Mekah untuk menjawab,

ٌ ُ ُ
‫ﻗ ْﻞ ﻫ َﻮ ا ُ أ َﺣﺪ‬

Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa.


Surah Al-Ikhlas (112:1)
ُ ‫ُ ﱠ‬
‫اﻟﺼ َﻤﺪ‬ ‫ا‬

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.


Surah Al-Ikhlas (112:2)
ْ ْ
‫ﻟ ْﻢ َ ِﻠﺪ َوﻟ ْﻢ ُﻳﻮﻟﺪ‬

Dia ada beranak dan dak pula diperanakkan,


Surah Al-Ikhlas (112:3)
ٌ ُ ُ
‫َوﻟ ْﻢ َ ْﻦ ﻟﻪ ﻛﻔﻮا أ َﺣﺪ‬

dan dak ada seorang pun yang setara dengan Dia.


Surah Al-Ikhlas (112:4)

Sesudah Rasulullah membaca ayat tersebut, para ketua Yahudi terdiam dan saling mengejek, ia berkata,

"Muhammad, coba engkau sifatkan kepada kami, bagaimana Allah itu. Berapa hasta nggi-Nya, bagaimana lengan-Nya, bagaimana...."

Sudah tentu Rasulullah menjadi sangat marah, lebih marah daripada yang pertama. Namun, Jibril kembali turun memadamkan rasa marah
Rasulullah sambil menyampaikan firman Allah untuk menjawab pertanyaan lancang itu,
َ ْ َ َ َُ ٌ ْ ُ ‫ض َﺟﻤ ﻌﺎ َﻗ ْ َﻀ ُﺘ ُﻪ َﻳ ْﻮ َم اﻟﻘ َ َﺎﻣﺔ َو ﱠ‬ َْ َ َْ ‫َ َ ﱠ‬ ََ
‫اﻟﺴ َﻤ َﺎوات َﻣﻄ ﱠ ﺎت ِﺑ َ ِﻤ ِﻴﻨ ِﻪ ۚ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َوﺗ َﻌﺎ ٰ ﻋ ﱠﻤﺎ ُ ﻛﻮن‬ ِ ِ ِ
ُ ‫اﻷ ْر‬ ‫َو َﻣﺎ ﻗﺪ ُروا ا ﺣﻖ ﻗﺪرِە و‬

Dan mereka dak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semes nya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari
kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
Surah Az-Zumar (39:67)

Ajaran Yahudi dak pernah menarik ha orang Arab karena orang Yahudi kurang mengajarkan nilai-nilai kesatriaan yang dijunjung nggi
orang Arab. Mereka juga sering menyembunyikan Taurat dan dak mau mengajarkannya kepada orang lain.

Bani Israil

Dalam Al Qur'an, orang Yahudi disebut Bani Israil, ar nya keturunan Israil. Israil adalah panggilan orang untuk Nabi Ya'qub. Nabi Ya'qub-lah
yang menurunkan bangsa Yahudi.
Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 73
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Orang-orang Yahudi Mengejek Rasulullah

Suatu saat, Rasulullah berdakwah kepada orang Yahudi. Saat itu, beliau diiringi oleh beberapa orang sahabat. Setelah Rasulullah berseru
dengan panjang lebar, orang-orang Yahudi menyangkal dan dak mempercayai beliau. Maka dari itu, para sahabat maju dan berkata,

"Hai kaum Yahudi, hendaklah kamu sekalian takut kepada Allah! Demi Allah, sesungguhnya beliau adalah utusan Allah. Kamu dulu pernah
menyebut-nyebut nama beliau kepada kami dan kamu dulu pernah juga menerangkan sifat-sifat beliau ini kepada kami, tetapi mengapa
sekarang kamu ingkar?"

Saat itu, seorang Yahudi bernama Wahab bin Yahudi menyahut,

"Kami sekali-kali belum pernah berkata begitu kepada kamu. Dan Allah dak akan menurunkan kitab lagi sesudah kitab Taurat dan dak
pula akan membangkitkan seorang utusan dan nabi lagi sesudah nabi Musa. Perkataanmu seluruhnya bohong! Begitu juga dengan seluruh
perbuatan kamu, dan sahabatmu yang mengaku rasul itu?"

Seke ka itu juga, Allah menurunkan wahyu kepada Rasulullah yang berbunyi:
َ َ َ َ ْ ََ َ َ َ َُ ْ ‫َ ﺎ أ ْﻫ َﻞ اﻟ ِ َﺘﺎب َﻗ ْﺪ َﺟ َﺎء ْﻢ َر ُﺳﻮﻟ َﻨﺎ ُﻳ َﺒ ﱢ ُ ﻟ ْﻢ َﻋ ٰ َﻓ ْ َ ة ِﻣ َﻦ ﱡ‬
‫اﻟﺮ ُﺳ ِﻞ أن ﺗﻘﻮﻟﻮا َﻣﺎ َﺟ َﺎءﻧﺎ ِﻣ ْﻦ َ ِﺸ َو ﻧ ِﺬﻳﺮ ۖ ﻓﻘﺪ َﺟ َﺎء ْﻢ َ ِﺸ ٌ َوﻧ ِﺬ ٌﻳﺮ ۗ َوا ُ ﻋ ٰ ﱢﻞ ْ ٍء ﻗ ِﺪ ٌﻳﺮ‬ ٍ ِ

Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syari´at Kami) kepadamu ke ka terputus (pengiriman)
rasul-rasul agar kamu dak mengatakan: Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi
peringatan. Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
Surah Al-Ma'idah (5:19)

Masih sangat banyak ejekan dan bantahan orang Yahudi terhadap dakwah Rasulullah beserta para sahabatnya. Orang Yahudi mengatakan
bahwa Allah itu fakir, sedangkan mereka kaya. Ada yang meminta agar Allah menurunkan Al Qur'an dalam bentuk catatan dari langit dan
minta agar Allah memancarkan beberapa sungai di tanah Arab untuk orang Yahudi.

Dengan mengejek dan menghina, mereka menyangka bisa merendahkan Islam dan utusan-Nya. Mereka bahkan berharap kepercayaan
kaum Muslimin kepada Rasulullah dan firman Allah bisa digoyah. Namun, Rasulullah dan para pengikutnya tetap tegar.

Kedengkian orang-orang Yahudi dak berhen sampai di situ. Mereka bahkan berani melakukan perbuatan yang sangat berbahaya bagi
kaum Muslimin.

Merasa Lebih Tinggi

Keangkuhan orang Yahudi berasal dari kepercayaan mereka kepada Allah menjadikan mereka bangsa pilihan, bangsa yang lebih nggi dari
semua bangsa lain. Sikap ini membuat orang Yahudi sangat sulit menyatu dengan masyarakat di se ap negeri yang mereka nggali.

Yahudi Menghasut

Syas bin Qais adalah salah satu pemimpin Yahudi yang paling keras memusuhi Rasulullah. Suatu hari, ia melewa tempat berkumpul kaum
Muslimin. Ha nya panas melihat para pemuda Anshar dari suku Aus dan Khazraj duduk bersama dalam persaudaraan yang erat. Padahal,
dahulu kedua suku itu bermusuhan.

Syas bin Qais berkata kepada kawan-kawannya ,

"Orang-orang Bani Qaila (Aus dan Khazraj) sudah bersatu. Demi Allah, kita dak berar apa-apa kalau para pemuka Aus dan Khazraj telah
terikat persatuan."

Kemudian Syas mengirim seorang pemuda Yahudi yang berkawan karib dengan para pemuda Anshar. Dengan halus dan licik, pemuda
Yahudi itu menyinggung-nyinggung kembali Perang Buath yang dahsyat di masa saat itu, pihak Aus dapat mengalahkan Khazraj. Ternyata,
hal itu memang membangkitkan ingatan masa lampau yang pahit. Para pemuda Anshar dan Aus dan Khazraj lalu bersitegang, saling
membanggakan diri, dan hanyut dalam pertengkaran.

"Demi Allah! Kalau kamu mau, mari kita hidupkan kembali peperangan hebat itu!" sahut salah satu pihak berteriak marah.

"Marilah kita lakukan! Marilah kita lakukan! Perjanjian kamu di Adh Dhahirah! Senjata! Senjata!" sahut yang lain panas.

Dengan cepat peris wa itu sampai ke telinga Rasulullah. Segera saja beliau pergi menemui kedua kelompok itu bersama beberapa orang
sahabat.

"Wahai kaum Muslimin! ALLAH! ALLAH!" demikian seru beliau.


"Apakah kamu menyerukan kembali ke masa jahiliah sedang saya masih ada di hadapan kamu? Setelah Allah memberi petunjuk Islam
kepadamu? Dan setelah Allah memuliakan kamu dengan Agama ini? Dan Ia telah memutuskan dari kamu urusan-urusan jahiliah? Dan Ia
telah menyelamatkan kamu dari kekafiran? Dan Ia telah mempersatukan dan menjinakkan ha -ha kamu dengan Islam?"

Rasulullah mengingatkan mereka bahwa Islam telah mempersatukan dan membuat mereka benar-benar bersaudara, membuat semua
saling mencintai.
Lalu, luruhlah segala kemarahan. Di depan Rasulullah, mereka berpelukan sambil menangis. Semuanya lalu beris ghfar dan memohon
semoga kiranya Allah mengampuni mereka.

Wujud Ukhuwah

Ukhuwah adalah persaudaraan. Salah satu wujudnya dalam Islam adalah mengucapkan salam kepada sesama Muslim, menengok yang
sakit, menghibur orang yang ter mpa musibah, bersama menolak kejahatan, berbagi kegembiraan, memaa an orang yang bersalah, dan
menghen kan gosip tentang tetangga, entah gosip itu baik atau buruk.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 74
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Mengalihkan Kiblat ke Ka'bah

Orang-orang Yahudi pun mendatangi Rasulullah dan berkata, "Muhammad, tentu sudah engkau ketahui bahwa semua nabi dan rasul
sebelummu pergi ke Baitul Maqdis. Di sanalah sebetulnya tempat nggal mereka. Jika engkau benar-benar seorang rasul, engkau pas
akan pergi ke sana, bukan? Anggap saja Madinah ini sebagai perantara hijrah kamu dan umatmu dari Mekah ke Baitul Maqdis!"

Namun, saat itu juga Rasulullah tahu bahwa mereka berusaha melakukan pu daya kepada beliau. Apalagi saat itu kiblat shalat kaum
Muslimin adalah Baitul Maqdis, bukan Ka'bah di Mekah.

Namun, sekali lagi, pendapat orang-orang Yahudi tadi dipecahkan oleh firman Allah yang memerintahkan Rasulullah dan kaum Muslimin
menghadap Ka'bah saat sedang shalat. Saat itu, genap tujuh belas bulan Rasulullah berhijrah ke Madinah. Allah berfirman,
‫ﱡ‬ ُ‫َ ﱠ‬ ُ َ
َ ‫وﺗﻮا اﻟ َﺘ‬ ‫ﱠ‬ ْ َ َ َ ُْ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ً َ ‫َ ُ ﱠ‬ َ َ ‫َﻗ ْﺪ َﻧ َﺮ ٰى َﺗ َﻘﻠ‬
‫ﺎب ﻟ َ ْﻌﻠ ُﻤﻮن أﻧﻪ اﻟ َﺤﻖ ِﻣ ْﻦ‬ ِ ‫اﻟﺴ َﻤ ِﺎء ۖ ﻓﻠﻨ َﻮﻟ َﻴﻨﻚ ِﻗ ْ ﻠﺔ ﺗ ْﺮﺿﺎﻫﺎ ۚ ﻓ َﻮ ﱢل َو ْﺟ َﻬﻚ ﺷﻄ َﺮ اﻟ َﻤ ْﺴ ِﺠ ِﺪ اﻟ َﺤ َﺮ ِام ۚ َو َﺣ ْ ﺚ َﻣﺎ ﻛﻨﺘ ْﻢ ﻓ َﻮﻟﻮا ُو ُﺟﻮﻫ ْﻢ ﺷﻄ َﺮ ُە ۗ َو ِ ن اﻟ ِﺬﻳﻦ أ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺐ َو ْﺟﻬﻚ‬
َ َ ْ َ ‫ُ َ ِ َِ ﱠ‬
‫َ ﱢر ـ ِﻬ ْﻢ ۗ َو َﻣﺎ ا ِ ﻐ ِﺎﻓ ٍﻞ ﻋﻤﺎ ﻌﻤﻠﻮن‬

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-
orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar
dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali dak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
Surah Al-Baqarah (2:144)

Kaum Muslimin menyambut gembira peralihan kiblat ini. Sementara itu, orang-orang Yahudi sangat menyesalkan keputusan ini. Sekali lagi,
mereka berusaha melakukan pu daya dengan mengatakan,

"Kami akan menjadi pengikutmu Muhammad, apabila kamu berada kembali mengubah kiblat ke arah Baitul Maqdis!"

Kembali firman Allah turun membalas kata-kata berbisa ini:


َ
‫اط ُﻣ ْﺴﺘ ِﻘ ٍﻢ‬ ُ َ َ ْ َ َْ ُ ْ َ َ ُ ْ َ ْ ُ َْ َ ُ ُ ْ ْ َ ْ ُ ‫َ َﱠ‬ ‫َ َُ ُ ﱡ ََ ُ َ ﱠ‬
ٍ َ ِ ٰ ‫ﺎﻧﻮا ﻋﻠﻴﻬﺎ ۚ ﻗﻞ ِ ِ اﻟﻤ ق واﻟﻤﻐﺮب ۚ ﻳﻬ ِﺪي ﻣﻦ ﺸﺎء ِإ‬ ِ ‫ﺳ ﻘﻮل اﻟﺴﻔﻬﺎء ِﻣﻦ اﻟﻨﺎس ﻣﺎ و ﻫﻢ ﻋﻦ ِﻗ ﻠ ِﺘ ِﻬﻢ اﻟ‬

Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul
Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya? Katakanlah: Kepunyaan Allah-lah mur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada
siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.
Surah Al-Baqarah (2:142)
ْ َ ْ َ َ ُ ََْ ْ ‫ْ َ َ َْ ﱠ َ ْ َ َ ْ َﱠ ُ ﱠ ُ َ ﱠ‬ َ َ َ َ ُ ُ ‫ََ َ ﱠ‬ ‫ﱠ‬ َ َ ُ ُ َ ً َ َ َ
‫ﺐ ﻋ ٰ ﻋ ِﻘ َﺒ ْ ِﻪ ۚ َو ِ ن ﺎﻧﺖ‬ ‫ﻮل ﻋﻠ ْ ْﻢ ﺷ ِﻬ ﺪا ۗ َو َﻣﺎ َﺟ َﻌﻠﻨﺎ اﻟ ِﻘ ْ ﻠﺔ اﻟ ِ ﻛﻨﺖ ﻋﻠﻴﻬﺎ ِإ ِﻟﻨﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﻳ ِﺒﻊ اﻟﺮﺳﻮل ِﻣﻤﻦ ﻳﻨﻘ ِﻠ‬ ‫َو ٰﺬ ِﻟﻚﱠ َﺟ َﻌﻠﻨﺎ ْﻢ أ ﱠﻣﺔ َو َﺳﻄﺎ ِﻟﺘ ﻮﻧﻮا ﺷ َﻬﺪ َاء ﻋ اﻟﻨﺎس و ﻮن اﻟﺮﺳ‬
ٌ‫وف َرﺣ ﻢ‬ ٌ َُ ‫َ ُ ُ َ َ َ ْ ﱠ َ ﱠ‬ َ َ ُ َ َ َ َ ً
ِ ‫ﻟ ِﺒ َ ة ِإ ﻋ اﻟ ِﺬﻳﻦ ﻫﺪى ا ۗ وﻣﺎ ﺎن ا ِﻟ ِﻀﻴﻊ ِإ ﻤﺎﻧ ﻢ ۚ ِإن ا ِ ﺎﻟﻨﺎس ﻟﺮء‬

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami dak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengiku Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh
(pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah dak akan menyia-
nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
Surah Al-Baqarah (2:143)

Yahudi Mengejek Firman Allah

Di tengah pertentangan yang seru antara kaum Muslimin dan Yahudi di Madinah, datanglah delegasi Nasrani dari Najran. Mereka
mengendarai enam puluh buah kendaraan. Dengan pakaian dari Yaman yang indah, memakai cincin emas dan selendang sutera, orang-
orang Nasrani itu langsung menuju ke masjid dan mengerjakan shalat dengan menghadap ke Timur. Beberapa sahabat hendak menegur,
tetapi Rasulullah mengisyaratkan agar mereka dibiarkan.

Setelah shalat, orang-orang Nasrani menghadap Rasulullah dan memberi hadiah berupa permadani indah yang bergambar dan beberapa
buah kar dari bulu. Rasulullah menolak permadani bergambar dan menerima kar dari bulu.

Sebenarnya, tujuan orang-orang Nasrani ini adalah untuk menambah keributan antara kaum Muslimin dan orang Yahudi sehingga orang-
orang Nasrani dapat diuntungkan. Begitu bertemu Rasulullah, orang-orang Nasrani berusaha menjelaskan mengapa mereka menganggap
Nabi Isa adalah anak Allah dan mengapa mereka menyembah ga tuhan. Satu per satu alasan itu dipatahkan Rasulullah. Bahkan,
Rasulullah berbalik mengajak mereka menyembah Allah Yang Maha Esa dan menjelaskan kerasulannya.

Namun, walau sudah demikian jelas Rasulullah menyampaikan kebenaran, para pendeta Nasrani itu terus bersikeras mendustakan beliau.
Mereka tetap mengatakan bahwa Nabi Isa adalah putra Allah dan Allah itu hanya salah satu dari ga tuhan.

Akhirnya, atas perintah Allah, Rasulullah mengajak mereka ber-mubahalah dengan bersabda,

"Marilah, kami ajak anak-anak kami dan anak-anak kamu, wanita kami dan wanita kamu, diri-diri kami dan diri-diri kamu bersama sungguh-
sungguh berdoa, lalu kita jadikan laknat Allah menimpa kepada siapa di antara kita yang berdusta."

Orang-orang Nasrani itu hendak menerima, namun Al Aqib, penasihat ter nggi mereka berkata,

"Sesungguhnya, Muhammad itu adalah nabi yang diutus dan kamu telah mengetahui itu dengan pas . Tidak ada suatu kaum yang ber-
mubahalah dengan seorang nabi kecuali ia pas hancur binasa."

Mendengar itu, orang-orang Nasrani memutuskan untuk menolak usul Rasulullah. Mereka memilih untuk kembali ke Najran dengan tetap
memeluk agama mereka.

Sepupu

Orang Arab dan Yahudi (Ibrani) bisa dikatakan merupakan sepupu. Nenek moyang mereka adalah Nabi Ibrahim. Putra sulung Nabi Ibrahim,
yaitu Nabi Ismail ditempatkan di Mekah dan menjadi leluhur orang Arab. Sementara itu, putra Nabi Ibrahim yang lain, yaitu Nabi Ishaq,
menurunkan bangsa Yahudi.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 75
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Merindukan Mekah

Dapatkah kita bayangkan perasaan kaum Muhajirin yang terusir paksa dari Mekah, tanah kelahiran mereka sendiri. Rasa rindu akan Mekah
semakin lama semakin besar. Banyak sekali hal yang membuat kaum Muhajirin merasa demikian sebab Mekah bukan sekedar tempat lahir,
melainkan juga merupakan kota yang luar biasa.

Di Mekah terdapat Ka'bah, rumah Allah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim, tempat para penduduk dan bahkan seluruh orang Arab
berziarah. Kewajiban berziarah ke Ka'bah sudah begitu mendarah daging dalam diri orang Arab, baik itu Muslim maupun bukan. Kewajiban
suci itu dak bisa dilepaskan begitu saja, meski orang Quraisy pas akan mencegah kedatangan se ap Muslim.

Selain itu, di Mekah masih ter nggal keluarga yang mereka cintai walaupun masih dalam kehidupan syirik karena menyembah berhala.
Keluarga inilah yang sudah sangat ingin mereka ajak ke dalam kehidupan Islam. Di Mekah pula masih ter nggal harta benda dan barang
perdagangan yang disita Quraisy tatkala mereka berhijrah.

Rasa rindu kaum Muhajirin pada Mekah semakin besar karena mereka telah keluar dari kota itu akibat ndakan keras Quraisy. Bukan
menjadi adat orang-orang Mekah untuk menyerah terhadap ke dakadilan tanpa melakukan pembalasan.

Bahkan Rasulullah sendiri dak kuasa melupakan Mekah. Di Mekah sana terkubur jasad Khadijah, kekasih yang sangat beliau cintai. Tidak
ada negeri yang lebih beliau sayangi melebihi Mekah, tanah tumpah darah yang menimbulkan begitu banyak kenangan.

Suatu hari, seorang lelaki datang berhijrah dari Mekah. Ia menemui Rasulullah dan Aisyah.

"Bagaimana situasi Mekah saat kau nggalkan?" tanya Aisyah.

Laki-laki itu menggambarkan keadaan rumah-rumah, padang-padang tandus, jalan, pasar-pasar yang hiruk pikuk, serta bunga-bunga yang
tumbuh di tepi jalan menuju perbukitan. Suaranya penuh pilu dan sedih. Kerinduan Rasulullah begitu memuncak sehingga kedua mata
beliau berkaca-kaca penuh linangan air mata.

"Cukuplah, jangan kau bangkitkan kerinduanku," demikian ucap Rasulullah.


Namun, di tengah kerinduan dan beban berat mengurus umat, Rasulullah juga dibahagiakan dengan pernikahan putri bungsunya,
Fathimah Az Zahra.

Orang-orang Munafik

Salah satu tokoh paling berpengaruh yang ada di Madinah adalah Abdullah bin Ubay bin Salul Al-Aufi, salah seorang dari Bani Al-Hubla.
Sebelum dan sesudahnya orang-orang Al-Aus dan Al-Khazraj dak pernah menjadikan Pemimpin lain selain Abdullah bin Ubay bin Salul,
sampai akhirnya Islam datang.

Selain itu di Al-Aus terdapat tokoh berpengaruh lainnya yg ditaa dan dihorma kaumnya yaitu Abu Amir Abdu Ann Bin Shaifi bin An
Nu'man, beliau adalah orangtua dari sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬yang bernama Hanzhalar Al-Ghasil. Abu Amir Bin Shaifi biasa dipanggil sebagai
Pendeta oleh kaumnya.

Adapun Abdullah bin Ubay bin Salul kaumnya telah mempersiapkan mu ara sebagai mahkota untuk disematkan padanya dan menjadikan
dia Raja mereka. Maka ke ka kaumnya berpaling kepada Islam, dia menaruh dendam permusuhan kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dan menuduh
Rasul telah mengambil mahkota kepemimpinannya.

Tatkala kaumnya masuk Islam, Abdullah bin Ubay bin Salul ikut masuk Islam namun tetap menyimpan kemunafikan dan dendam kesumat.

Sementara Abu Amir Bin Shaifi memilih tetap pada kekafirannya, ia pergi bersama belasan kaumnya ke Mekah dengan meninggalkan Islam
dan Rasulullah ‫ﷺ‬.
Rasul bersabda

"Janganlah kalian memanggil dia Rahib (Pendeta), tetapi panggilah dia Fasiq."

Sebelum berangkat ke Mekah Abu Amir menemui Rasulullah dan bertanya,

"Agama apa yang engkau bawa?"

Rasulullah bersabda,
"Aku datang dengan agama yang lurus (hanifiyah). Agama Ibrahim."

Abu Amir berkata,


"Aku juga menganut agama Ibrahim."

Rasulullah bersabda,
"Engkau dak menganut agama Ibrahim."

Abu Amir menjawab,


"Betul, aku menganut agama Ibrahim!"
"Wahai Muhammad, Engkau telah memasukkan hal-hal baru ke dalam agama yang lurus (hanifiyah) yang bukan merupakan bagian
darinya."

Rasulullah bersabda,
"Aku dak pernah melakukan itu semua. Aku datang dengan agama Ibrahim dalam keadaan pu h suci."

Abu Amir berkata,


"Seorang pendusta akan Allah ma kan dalam keadaan terusir, terasing, dan sendirian."

Rasulullah bersabda,
"Benar! Barangsiapa berdusta, Allah akan lakukan itu."

Demikianlah yang dilakukan musuh Allah, Abu Amir, ia beranjak ke Mekah.

Abdullah Bin Ubay

Abdullah Bin Ubay Bin Salul tetap terhormat pada pandangan kaumnya. Hanya saja dia selalu ragu-ragu hingga ia dikalahkan Islam. Dan dia
masuk Islam secara terpaksa.

Suatu hari, Rasulullah ‫ ﷺ‬pergi menunggang keledai bersama Usamah bin Zaid bin Haritsah, di atas keledainya ada kain pelana yang di
atasnya terdapat selimut asal Fadak yang diikat dengan serat palem.
Rasulullah berjalan melewa Abdullah Bin Ubay Bin Salul yang sedang bernaung di bawah benteng kecil yang bernama Muzahim.

Abdullah Bin Ubay Bin Salul sedang bersama beberapa orang dari kaumnya. Tatkala Rasulullah melihat Abdullah Bin Ubay Bin Salul, Beliau
‫ ﷺ‬merasa malu melewa nya dengan mengendarai keledai, maka Rasulullah turun dari keledainya, dan mengucapkan salam lalu duduk
sejenak.

Rasulullah membacakan Al Quran kepada Abdullah Bin Ubay Bin Salul, dan mengajaknya kepada agama Allah, mengingatkannya tentang
Allah, memberi peringatan keras, memberi kabar gembira, dan ancaman padanya.

Abdullah Bin Ubay Bin Salul diam seribu bahasa. Setelah Rasulullah selesai berbicara, Abdullah Bin Ubay Bin Salul berkata,

"Wahai Muhammad sesungguhnya dak ada orang yang lebih baik perkatannya dari perkataanmu. Apabila yang engkau katakan itu benar,
duduk sajalah di rumahmu. Siapa pun yang datang menemuimu, bicaralah engkau kepadanya. Sedangkan orang yang dak datang
menemuimu, dak usahlah engkau bersusah payah datang kepadanya dan mengatakan sesuatu yang orang itu dak menyukainya."

Abdullah bin Rawahah yang sedang berada bersama beberapa dari kaum Muslimin berkata,

"Benar sekali, biarkan kami yang mengajaknya ke majelis-majelis, kampung dan rumah-rumah kami. Demi Allah, inilah suatu hal yang kami
sukai, sesuatu yang dengannya Allah jadikan kami mulia. Dan Dia memberi petunjuk bagi kami padanya."

Ke ka Abdullah Bin Ubay Bin Salul mendengar kaumnya menentang pendapatnya, ia bersyair:

"Kala tuanmu menjadi musuhmu.


Kau akan senan asa hina dan lawanmu akan menjatuhkanmu.
Biasakah burung elang harus terbang tanpa sayapnya.
Jika suatu hari bulunya dicabut, ia kan jatuh."

Rasulullah beranjak dari tempat tersebut lalu pergi ke rumah Sa'ad Bin Ubadah. Ucapan Abdullah Bin Ubay Bin Salul masih terbersit di
wajah Rasulullah. Sa'ad Bin Ubadah berkata,

"Wahai Rasulullah, aku melihat sesuatu terbersit di wajahmu, apakah Engkau baru mendengar hal yang dak engkau sukai?"

Rasulullah bersabda,

"Betul sekali."
Sa'ad Bin Ubadah berkata,

"Wahai Rasulullah, bersikap lemah lembutlah kepada Abdullah Bin Ubay Bin Salul. Demi Allah ke ka engkau datang kepada kami, kami
telah mempersiapkan mahkota yang akan kami berikan padanya sebagai pemimpin. Ia beranggapan Engkau telah merampas mahkota
kepemimpinan itu darinya."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 76
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Sahabat-sahabat Rasul yang sakit

Aisyah ‫ ر ﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ‬mengisahkan saat Rasulullah sampai di Madinah, Madinah kala itu merupakan bumi Allah yang paling potensial untuk
wabah penyakit demam. Dampaknya banyak sahabat Rasulullah yang terjangkit sakit demam.

Allah menjaga Rasulullah ‫ ﷺ‬sehingga beliau dak terjangkit wabah demam.


Abu bakar, Amir bin Fuhairah, dan Bilal nggal satu rumah. Mereka semua terjangkit wabah demam. Lalu Aisyah menjenguk mereka.

Peris wa ini terjadi saat hijab belum diwajibkan.


Mereka ber ga diserang demam nggi yang hanya Allah saja yang tahu.

Aisyah mendekat kepada Abu Bakar dan bertanya,


"Bagaimana kabar ayahanda?"

Abu bakar menjawab:


Semua manusia disambut ria oleh keluarganya di pagi hari.
Sementara maut lebih dekat padanya daripada tali sandalnya sendiri.

Aisyah berkata,
"Demi Allah, ayah dak sadar akan apa yang ia katakan."

Aisyah mendekat kepada Amir bin Fuhairah, dan bertanya,


"Bagaimana kabarmu wahai Amir?"

Amir Bin Fuhairah menjawab:


Telah aku jumpai kema an sebelum mencicipinya.
Sesungguhnya kema an datang pada para pengecut dari atasnya
Se ap orang itu berjuang dengan kekuatannya
Sebagaimana sapi jantan menjaga kulitnya dengan tanduknya.

Aisyah berkata,
"Demi Allah, Amir dak menyadari apa yang dikatakannya."

Adapun Bilal, bila demam menyerangnya, ia berbaring di emperan rumah, dengan mengangkat suaranya sambil berkata:
Wahai, bisakah aku kembali bermalam di Fakh (tempat di luar Mekah),
Sementara di sekitarku terdapat Idzkhir (nama pohon beraroma wangi) dan Jalil (nama tumbuh-tumbuhan),
Mampukah suatu saat aku berada di mata air Majannah?
Adakah Gunung Syamah dan Gunung Thafil terlihat olehku?

Aisyah lalu menceritakan apa yang ia dengar kepada Rasulullah.

Doa untuk Para Sahabat

Aisyah ra berkata kepada Rasulullah,

"Mereka ber ga bicara asal-asalan dan dak sadar dengan apa yang mereka ucapkan akibat serangan demam nggi."

Rasulullah SAW berdoa,


"Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana telah Engkau jadikan kami mencintai Mekah, atau kokohkanlah rasa cinta kami
kepada Madinah. Berilah kami keberkahan di dalam mud, dan sha' Madinah (yakni makanannya). Alihkan serangan wabahnya ke
Mahyaa'h."

Mahyaa'h adalah Al-Juhfah.

Akibat serangan demam ini banyak sahabat yang mengerjakan shalat dengan cara duduk.

Rasulullah SAW keluar menemui mereka yang kala itu menunaikan shalat dengan cara duduk dan berkata,

"Ketahuilah wahai sahabat-sahabatku bahwa shalat orang yang duduk itu pahalanya setengah shalat orang yang berdiri."

Maka para sahabat berupaya untuk berdiri sekuat mungkin walaupun mereka demikian lemah dan sedang sakit dengan harapan
mendapatkan pahala.

Penanggalan Hijrah

Rasulullah sampai di Madinah pada hari senin 12 Rabiul Awwal. Pada saat waktu Dhuha berakhir, saat matahari dak begitu panas.
Rasulullah sampai di Madinah saat usia beliau 53 tahun, 13 tahun setelah beliau diutus menjadi Nabi dan Rasul.
Rasulullah nggal di Madinah pada akhir Rabiul Awwal, Rabiul Akhir, Jumadil Ula, Jumadil Akhir, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Dzul
Qa'dah, dan Dzul Hijjah.
Pada bulan-bulan inilah dan bulan Muharram tahun berikutnya Rasulullah dak berperang melawan kaum musyrikin.

Pada bulan Shafar, tepat setahun setelah kedatangan Rasulullah ke Madinah, beliau keluar untuk berperang dan berjihad untuk melawan
musuhnya sesuai yang Allah perintahkan, serta memerangi orang-orang musyrik.
Rasulullah menunjuk Sa'ad Bin Ubadah sebagai penggan nya di Madinah selama beliau berada di medan jihad.

Diijinkan Berperang

Dalam situasi gen ng yang dapat mengancam eksistensi kaum muslimin di Madinah di mana kaum Quraisy dak sadar dari kesesatannya
dan sama sekali dak mau menghen kan kejahatannya, Allah mengizinkan kaum muslim untuk berperang. Allah berfirman,
َ َ َ ‫ﱠ‬ ‫َ َ َ َ ﱠ‬ َ
‫ﻳﻦ ُ ﻘﺎﺗﻠﻮن ِ ﺄﻧ ُﻬ ْﻢ ﻇ ِﻠ ُﻤﻮا ۚ َو ِ ن ا َ ﻋ ٰ ﻧ ْ ِﻫ ْﻢ ﻟﻘ ِﺪ ٌﻳﺮ‬‫أ ِذن ِﻟﻠ ِﺬ‬

Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-
benar Maha Kuasa menolong mereka itu,
Surah Al-Hajj (22:39)

Ayat tersebut turun dalam rangkaian ayat yang menunjukkan kepada mereka bahwa izin tersebut hanyalah untuk menyingkirkan keba lan
dan menegakkan syiar-syiar Allah.
ُْ ُ َ ْ َ َ َُ َ َ ‫ﱠ َ َ َ َُ ﱠ‬ ُ َ َْ ْ ْ ُ ‫َ ْ َ ﱠ‬
‫وف َوﻧ َﻬ ْﻮا ﻋﻦ اﻟ ُﻤﻨ ﺮ ۗ َو ِ ِ ﻋ ِﺎﻗ َ ﺔ اﻷ ُﻣﻮر‬ ُْ َ
ِ ‫اﻟ ِﺬﻳﻦ ِإن ﻣ ﻨﺎﻫﻢ ِ اﻷرض أﻗﺎﻣﻮا اﻟﺼ ة وآﺗﻮا اﻟﺰ ﺎة وأﻣﺮوا ِ ﺎﻟﻤﻌﺮ‬

(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
Surah Al-Hajj (22:41)

Pendapat yang benar dan dak ada pilihan lain bahwa izin tersebut diturunkan di Madinah, setelah hijrah dak di Mekah.

Sikap bijak harus diambil untuk menghadapi kondisi saat itu di mana sumber utamanya adalah kekuatan dan kesewenang-wenangan kaum
Quraisy.

Kaum muslimin harus membentangkan kekuasaan mereka pada jalur perdagangan dari Mekkah ke Syam. Dalam hal ini Rasulullah ‫ﷺ‬
menempuh dua langkah yaitu:

Pertama mengadakan perjanjian persekutuan atau perjanjian untuk dak melakukan permusuhan dengan kabilah-kabilah yang berdekatan
dengan jalur perdagangan itu.
Di samping itu mengadakan perjanjian persekutuan atau dak mengadakan permusuhan dengan kabilah Juhairah, sebelum melakukan
kegiatan militer.

Kedua melakukan ekspedisi-ekspedisi secara bergan an ke jalur tersebut


Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 77
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Peperangan dan Ekspedisi Sebelum Badr

Untuk melaksanakan kedua langkah tersebut, kaum muslimin mulai melakukan gerakan-gerakan militer. mereka melakukan patroli militer
yang bertujuan menyingkap dan mengenal jalan-jalan yang mengelilingi Madinah, serta jalan-jalan yang dapat mengantarkan ke Mekah,
mengadakan perjanjian-perjanjian dengan kabilah-kabilah yang berdomisili di sepanjang jalan tersebut, memberikan kesan kepada orang-
orang Yahudi dan Arab badui yang berdomisili di sekitarnya bahwa kaum muslimin telah memiliki kekuatan dan mereka telah terbebas dari
kelemahan mereka serta memperingatkan kepada orang-orang Quraisy terhadap akibat kebohongan mereka sehingga mereka sadar dari
kesesatan mereka, dan merasakan adanya bahaya yang mengancam perekonomian mereka, agar mereka cenderung untuk berdamai dan
menghen kan keinginan mereka untuk menyerang kaum muslimin, menghalangi jalan menuju Allah serta menyiksa kaum muslimin yang
lemah di Mekah, agar kaum muslimin pun menjadi bebas untuk menyampaikan risalah Allah di seluruh Jazirah.

Secara ringkas ihwal ekspedisi-ekspedisi itu adalah sebagai berikut :

1. Ekspedisi Saiful Bahar yaitu pada Bulan Ramadhan tahun pertama Hijriah Rasulullah ‫ ﷺ‬mengangkat Hamzah bin Abdul Muthalib untuk
memimpin ekspedisi ini, ekspedisi ini berkekuatan 30 orang yang terdiri atas kaum Muhajirin untuk mencegah kafilah Quraisy yang datang
dari Syam yang dipimpin oleh Abu Jahal dengan kekuatan 300 Orang. Setelah sampai di Saiful Bahri di sekitar daerah Laut Merah
bertemulah pasukan kaum muslimin dengan kafilah Quraisy dan siap untuk bertempur. Namun Majdi bin Amru al-juhani sekutu Quraisy
dan kaum muslimin berjalan di tengah-tengah mereka dan menghalangi mereka sehingga pertempuran pun dak terjadi.

Bendera Hamzah adalah bendera pertama yang dikibarkan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬warnanya pu h dan dibawa oleh Abu Mursyid Kinas Bin
Hushain Al Ghanawi.

Setelah ekspedisi Al Kharrar terjadi, ekspedisi selanjutnya adalah:

Perang Al Abwa' atau Waddan

Perang ini terjadi pada bulan Safar tahun kedua Hijriyah atau Agustus tahun 623 M. Setelah mewalikan urusan kota Madinah kepada Saad
bin Ubadah Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar memimpin langsung pasukan yang berkekuatan 70 orang, khusus orang-orang Muhajirin untuk mencegah
kafilah Quraisy. Setelah ba di Waddan, beliau dak menjumpai pasukan Quraisy.

Dalam peperangan tersebut Beliau mengatakan perjanjian persekutuan dengan Bani Dhamrah, yang ke ka itu pemimpinnya adalah Amru
bin Makhsya Adh Dhamri. Naskah perjanjian tersebut adalah sebagai berikut

Ini adalah surat perjanjian dari Muhammad ‫ ﷺ‬kepada Bani Dhamrah, sesungguhnya harta dan diri mereka aman dan mereka berhak
mendapatkan pertolongan jika diserang. Kecuali apabila mereka memerangi agama Allah.

Apabila Nabi ‫ ﷺ‬mengajak mereka untuk menolongnya, mereka akan menyambutnya.


Waddan terletak antara Mekah dan Madinah. Antara Waddan dan Rabigh setelah Madinah 29 mil dan Abwa' terletak di dekat Waddan.

Inilah peperangan pertama yang diiku oleh Rasulullah. Kepergian beliau itu selama 15 malam benderanya berwarna pu h dan
pembawanya adalah Hamzah bin Abdul Mutholib.

Setelah Perang Al Abwa' atau Waddan terjadi, ekspedisi selanjutnya adalah:

Perang Buwath

Perang Buwath terjadi pada bulan Rabiul awal tahun kedua Hijriyah atau September 623 M. Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar memimpin pasukan
berkekuatan 200 orang dari para sahabatnya, untuk mencegah kafilah Quraisy yang berkekuatan 100 orang di bawah pimpinan Umayyah
bin Khalaf Al-Jami.

Kafilah itu membawa 2500 unta. Se banya di Buwath di sekitar Ridhwa, beliau dak menjumpai kafilah.
Dalam peperangan tersebut beliau mewakilkan urusan kota Madinah kepada Saad bin Muadz. Benderanya berwarna pu h dan dibawa
oleh Saad bin Abi Waqqash radliyallahu anhu.

Perang Sawan
Perang Sawan terjadi pada bulan Rabiul awal tahun kedua Hijriyah atau September tahun 623 M. Karz bin Jabir Al Fihri dengan pasukannya
dari kaum muslimin menyerang pinggiran kota Madinah dan merampas beberapa binatang ternak.

Karena itu Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar dengan para sahabatnya bersekutukan 70 orang untuk mengejar pasukan Karz hingga ba di lembah
Safwan yang letaknya dak jauh dari Badr. Namun beliau dak menjumpai Karz dan teman-temannya, lalu pulang tanpa melakukan
pertempuran. Perang ini disebut juga dengan *Perang Badr pertama*. Dalam perang ini urusan kota Madinah diwakilkan kepada Zaid bin
Haritsah. Benderanya berwarna pu h dan dibawa oleh Ali bin Abi Tholib.

Setelah Perang Buwath dan Perang Sawan terjadi, ekspedisi selanjutnya adalah:

Perang Dzil Usyairah

Perang Dzil Usyairah terjadi pada bulan Jumadil Ula dan bulan Jumadil Akhir tahun kedua Hijriyah atau November dan Desember tahun 623
M. Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar memimpin pasukan berkekuatan 150 (dalam riwayat lain 200) orang kaum Muhajirin. Dalam hal ini bisa dak
memaksa seorang pun untuk ikut serta dalam peperangan tersebut.

Mereka keluar membawa 30 Onta yang dikendarai secara bergan an untuk mencegah kafilah Quraisy yang berangkat ke Syam. Telah
terdengar berita tentang keberangkatan mereka dari Mekah membawa barang-barang dagangan kaum Quraisy. Se banya di Dzil Usyairah,
beliau dak menjumpai kafillah tersebut, mereka telah lolos beberapa hari sebelumnya. Kafilah inilah yang dicari sepulang mereka dari
Syam, dan menjadi penyebab terjadinya *Perang Badr Kubro*.

Menurut Ibnu Ishaq, Rasulullah ‫ ﷺ‬berangkat pada akhir Jumadil Ula dan kembali pada Awal Jumadil Akhir.
(inilah yang menjadi penyebab perbedaan pendapat ahli siroh dalam menentukan bulan terjadinya peperangan ini).

Dalam peperangan ini Rasulullah ‫ ﷺ‬mengadakan perjanjian perdamaian dengan Bani Mudlij dan sekutunya, yaitu Bani Dhamrah.

Pada saat peperangan itu urusan kota Madinah diwakilkan kepada Abu Salamah bin Abdul Asad Al Makhzumi. Bendera peperangan itu
berwarna pu h dan dibawa oleh Hamzah bin Abdul muththalib ‫ر ﷲ ﻋﻨﻪ‬.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 78
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Perang Badr Kubra Peperangan Islam Pertama yang Menentukan

Dua Pasukan saling Berhadapan

Setelah selesai merapikan barisan beliau mengeluarkan instruksi kepada pasukannya agar dak memulai peperangan sebelum menerima
perintah terakhir dari beliau. Kemudian, beliau memberikan pengarahan kepada mereka secara khusus tentang persoalan perang. Beliau
berkata:

"Apabila mereka mendeka kalian, hujanilah mereka dengan panah. Janganlah kalian menghunuskan pedang sebelum mereka mendatangi
kalian."

Kemudian beliau kembali ke lembah ditemani oleh Abu Bakar secara khusus. Sa'ad bin Muadz pun dengan kelompoknya melakukan
pengawalan di pintu kemah beliau.

Adapun kaum musyrikin pada hari itu, Abu Jahal meminta keputusan, beliau mengatakan,

"Ya Allah dia telah memutuskan tali persaudaraan dan membawa sesuatu yang dak kami kenal, maka binasakanlah dia. Ya Allah tolonglah
pada hari ini orang yang paling engkau cintai dan paling kau ridhoi di antara kami."

Tentang hal ini Allah berfirman:


َ ‫ﻮدوا َﻧ ُﻌ ْﺪ َوﻟ ْﻦ ُﺗ ْﻐ َ َﻋ ْﻨ ْﻢ ﻓ َﺌ ُﺘ ْﻢ َﺷ ْ ﺌﺎ َوﻟ ْﻮ ﻛ ُ َ ْت َوأ ﱠن ا َ َﻣ َﻊ اﻟ ُﻤ ْﺆﻣﻨ‬
ُ ُ َ ْ َ ْ ٌْ َ َ َُ ََُْ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ َ ْ
‫ِإن ﺴﺘﻔ ِﺘﺤﻮا ﻓﻘﺪ ﺟﺎء ﻢ اﻟﻔﺘﺢ ۖ و ِ ن ﺗ ﺘﻬﻮا ﻓﻬﻮ ﺧ ﻟ ﻢ ۖ و ِ ن ﺗﻌ‬
ِ ِ ِ ِ

Jika kamu (orang-orang musyrikin) mencari keputusan, maka telah datang keputusan kepadamu; dan jika kamu berhen ; maka itulah yang
lebih baik bagimu; dan jika kamu kembali, niscaya Kami kembali (pula); dan angkatan perangmu sekali-kali dak akan dapat menolak dari
kamu sesuatu bahaya pun, biar pun dia banyak dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang beriman.
Surah Al-Anfal (8:19)

Awal pemicu pertempuran

Awal pemicu pertempuran adalah Al Aswad bin Abdul Asad al Makhzumi (orang yang berperangai buruk) keluar dengan mengatakan,

"Aku berjanji kepada Allah aku harus bisa minum dari tempat penampungan air mereka, atau aku harus menghancurkannya, dan aku harus
ma karenanya."

Ke ka ia keluar ia dihadapi oleh Hamzah bin Abdul Mutholib ‫ر ﷲ ﻋﻨﻪ‬. Setelah bertemu, Hamzah segera menyabetkan pedangnya pada
kaki Al Aswad, yaitu pada pertengahan be snya ke ka ia berada di depan penampungan air.

Al-Aswad pun jatuh dan kakinya mengucurkan darah, kemudian berangkat menuju penampungan air sambil memasukinya karena ingin
memenuhi sumpahnya. Tetapi Hamzah mengulangi pukulannya pada bagian yang lain, ke ka ia berada di dalam penampungan air.

Perang Tanding

Terbunuhnya Al Aswad merupakan pembunuhan pertama yang menyulut api pertempuran. Setelah itu ga orang dari pasukan Quraisy
tampil ke depan semuanya dari satu keluarga yaitu Utbah dan Saibah dua lelaki bersaudara anak Rabi'ah dan Al Walid anak Utbah.

Mereka menantang untuk perang tanding, maka untuk menghadapi mereka tampilah ga pemuda ansor yaitu Auf dan Muawidz, dua lelaki
bersaudara anak Al Haris dan ibunya bernama Afra dan Abdullah bin Rawahah.

Tiga orang dari pasukan musyrikin itu bertanya kepada ga pemuda anshar itu,

"Siapa kalian?"

Mereka menjawab,

"Sekelompok orang dari kaum Anshar"

Tiga pasukan musyrikin itu berkata,

"Kami dak butuh kalian, kami menginginkan orang-orang yang sepadan dari kaum kerabat kami sendiri."

Juru bicara mereka kemudian berteriak,

"Hai Muhammad keluarkanlah orang-orang yang sepadan dari kaum kerabat kami sendiri."

Selanjutnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬berkata,

"Bangkitlah hai Ubaidillah bin Al Haris, bangkitlah hai Hamzah dan bangkitlah hai Ali."

Setelah ke ganya bangkit dan menghadapi pasukan-pasukan musyrikin itu, pasukan musyrikin itu bertanya kepada mereka,

"Siapa kalian?" Setelah dijawab mereka mengatakan,


"Kalian orang-orang yang sepadan dengan kami."

Ubaidillah orang yang tertua di antara mereka tampil berperang tanding dengan Utbah bin Rabi'ah, Hamzah melawan Saibah dan Ali
melawan Alwalid

Hamzah dan Ali dak menemui kesulitan untuk membunuh lawannya, Utbah dan kawannya masing-masing berhasil melukai lawannya,
kemudian Ali dan Hamzah menyerang Utbah dan berhasil membunuhnya, lalu mengangkut Ubaidah yang terputus kakinya.

Ubaidah senan asa diam sampai ma syahid di Shafra' setelah empat atau lima hari dari Perang Badr, dan dalam perjalanan pulang
menuju Madinah.

Ali berkata bahwa ayat berikut ini turun berkenaan dengan mereka yaitu
ُُ َْ ْ ‫ُﱢ َ ْ ُ ْ َ ٌ ْ َ ُ َ ﱡ‬ َ َ َ ْ ‫َﱢ‬ ُ َ َ ْ َ ْ َ َ َ
‫وﺳ ِﻬ ُﻢ اﻟ َﺤ ِﻤ ُﻢ‬
ِ ‫ﻫ ٰ ﺬ ِان ﺧﺼﻤ ِﺎن اﺧﺘﺼﻤﻮا ِ ر ـ ِﻬﻢ ۖ ﻓﺎﻟ ِﺬﻳﻦ ﻛﻔ ُﺮوا ﻗﻄﻌﺖ ﻟﻬﻢ ِﺛ ﺎب ِﻣﻦ ﻧﺎر ﺼﺐ ِﻣﻦ ﻓﻮ ِق رء‬

Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka
orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka.
Surah Al-Hajj (22:19)
Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 79
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Serangan Umum

Perang tanding tersebut merupakan permulaan yang buruk bagi kaum musyrikin. Mereka kehilangan ga Pemimpin sekaligus. Maka
meluaplah kemarahan mereka, kemudian menyerang kaum muslimin secara serentak.

Adapun kaum muslimin setelah meminta pertolongan kepada Rabb mereka, mengikhlaskan niat kepada-Nya dan merendahkan diri
kepada-Nya, mereka menerima serangan dari kaum musyrikin secara bertubi-tubi, dengan sikap bertahan. Tetapi mereka berhasil
memberikan banyak kerugian kepada kaum musyrikin. Mereka meneriakkan kata-kata "Ahad, ahad."

Rasulullah memohon pertolongan kepada Rabbnya

Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri sekembalinya dari mengatur barisan, beliau memohon kepada Rabbnya pertolongan yang telah dijanjikan-Nya. Beliau
berkata

"Wahai Allah, tunaikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepada aku. Wahai Allah Sesungguhnya aku memohon janji-Mu,"

Ke ka perang berkecamuk, dia berdoa

"Ya Allah, kalau pasukan (kaum muslimin) ini sampai binasa hari ini, engkau dak akan di sembah lagi (oleh manusia) Wahai Allah, jika
engkau menghendaki, engkau dak di sembah lagi setelah ini."

Beliau bersungguh-sungguh dalam memohon, sehingga kain selendangnya jatuh dari pundaknya. Kain itu kemudian disampirkan kembali
oleh Abu Bakar As Siddiq ke pundak beliau seraya berkata,

"Wahai Rasulullah, cukuplah permohonanmu kepada Rabbmu." Kemudian Allah wahyukan kepada para malaikat-nya
َ ْ ْ ََْْ َ َْ ُ ْ َ َ ْ ‫ﱡ‬ َُ َ ُ َ َُ َ ُ‫ﱢ َ َ ْ ََﱢ‬ ََ َ ‫َﱡ‬ ُ ْ
‫ﺎق َوا ُ ﻮا ِﻣﻨ ُﻬ ْﻢ ﱠﻞ َﺑﻨ ٍﺎن‬
ِ ‫ﻮب اﻟ ِﺬﻳﻦ ﻛﻔﺮوا اﻟﺮﻋﺐ ﻓﺎ ﻮا ﻓﻮق اﻷﻋﻨ‬
ِ ‫ِ ﻗﻠ‬ ِ ‫ر ﻚ ِإ اﻟﻤ ِﺋﻜ ِﺔ أ ﻣﻌ ﻢ ﻓﺜ ﺘﻮا اﻟ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨﻮا ۚ ﺳﺄﻟ‬ ِ ‫ِإذ ﻳﻮ‬

(Ingatlah), ke ka Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-
orang yang telah beriman. Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam ha orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan
pancunglah ap- ap ujung jari mereka.
Surah Al-Anfal (8:12)

Lalu Allah mewahyukan kepada Nabi-Nya, secara silih bergan , dak sekaligus.

Jumat 17 Ramadhan

Seorang pemuka Quraisy bernama Utbah bin Rabi'ah ba- ba berpendapat bahwa berperang sekarang dak ada gunanya. Abu Jahal
kembali mengamuk. Ia yang menjuluki Utbah sebagai penakut. Pertengkaran itu terlihat dari jauh oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬dan pasukannya.
Perlahan keyakinan mereka akan pertolongan Allah semakin kuat.

Pendapat Utbah dibicarakan secara kilat oleh para pemuka Quraisy. Merasa malu jika mundur setelah berhadapan, para pemimpin Quraisy
memutuskan untuk maju bertempur. Apalagi saat itu pasukan Quraisy jauh lebih banyak dengan persenjataan yang jauh lebih kuat.

Seorang penulis sejarah menyebutkan bahwa saat itu, datanglah iblis yang menyerupai wajah Suraqah bin Malik, pemimpin Bani Mudlij,
bersama puluhan anak buahnya.

Iblis berkata kepada para pemuka Quraisy,


"Jangan takut memerangi Muhammad dan para sahabatnya. Kalau kamu kalah kami akan membantumu dari arah belakang!"

Tiba- ba Malaikat Jibril turun dan mendatangi iblis dengan cepat. Seke ka itu juga Suraqah gadungan dan anak buahnya melarikan diri.
Seorang Quraisy berteriak heran,
"hendak kemana engkau, hai Suraqah? Bukankah engkau tadi hendak membela kami?"
"Mengapa engkau sekarang hendak pergi dari sini?"

"Sudahlah," jawab iblis gusar,


"Aku melihat sesuatu yang dak kau lihat!"

Setelah itu kedua pasukan pun saling berhadapan. Hari itu hari Jumat tanggal 17 Ramadhan. Rasulullah bersabda,

"Demi Dia yang memegang hidup Muhammad. Se ap orang yang sekarang bertempur dengan tabah, bertahan ma -ma an, terus maju
dan pantang mundur, lalu ia gugur, dan Allah akan menempatkannya di dalam surga."

Semangat pasukan pun melambung kekuatan iman yang diberikan Allah melebihi kekuatan apa pun. Walaupun demikian, beberapa orang
pahlawan Quraisy menunjukkan keberanian mereka.

Geram akibat dak mendapatkan air, karena sumur-sumur yang ada telah ditutup oleh kaum muslimin, seorang pahlawan Quraisy
bernama Aswad bin Abdul Asad Al makhzumi keluar dari barisan seraya berucap,

"Aku bersumpah demi nama Tuhan. Akan ku rusak kolam-kolam mereka! Jika dak dapat melakukannya, lebih baik aku ma !"

Dengan tangkas Aswad berlari ke kolam kaum muslimin.

Bilal

Di dalam pertempuran sengit itu banyak sekali sesama saudara sedarah harus saling berhadapan. Beberapa orang pasukan muslim
menahan pedangnya agar dak mengenai saudara-saudara mereka dari pihak Quraisy. Namun beberapa pahlawan yang imannya telah
begitu kuat dak lagi peduli dengan siapa mereka berhadapan.

Mereka menyadari, apabila mereka baru melepaskan kesempatan untuk merobohkan musuh di hadapannya. Musuh itu bisa membunuh
tentara Islam yang lain. Padahal, saudara Muslim itulah yang seharusnya mereka bela melebihi saudara sedarah.

Umar Bin Kha ab berhadapan dengan pamannya sendiri dan berhasil membunuhnya.
Ali Bin Abi Thalib berhasil membunuh beberapa orang saudaranya.

Abu Ubaidah bin Jarrah berhadapan dengan ayahnya. Abu Ubaidah mencoba mengingatkan agar ayahnya pergi menjauh, tapi sang ayah
malah berdiri menghadangnya dengan pedang terhunus. Mereka kemudian bertarung dan Abu Ubaidah berhasil mengalahkan ayahnya
sendiri.

Bilal bin Rabah menemukan bekas majikannya Umayyah bin Khalaf yang dahulu pernah menyiksanya habis-habisan.

Bilal mendekat dengan cepat. Melihat mata Bilal yang menatapnya dengan sangat tajam, Umayyah ketakutan. Kemudian, ia meminta
perlindungan seorang sahabat Rasulullah ‫ﷺ‬. Abdurrahman bin Auf.

Di Mekah dulu Abdurrahman adalah sahabat baik Umayyah. Abdurrahman pun melindungi Umayyah dan hendak menjadikannya tawanan
perang yang sudah menyerah. Namun, Bilal memprotes sambil berteriak,

"Saudara-saudara muslim! ini dia Umayyah bin khalaf, si Gembong kekafiran!"

Orang-orang yang dahulu pernah disiksa Umayyah berlari mendekat. Mereka memprotes ndakan Abdurrahman bin Auf.

"Tidak akan selamat aku jika Umayyah masih hidup!" demikian tekad kuat Bilal.

Akhirnya, Umayyah menerima tantangan Bilal untuk berduel, Keduanya bertarung dengan pedang terhunus. Bilal berhasil menusukkan
pedangnya ke celah baju besi Umayyah dan mengalahkan dia.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 80
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Hamzah
Hamzah bin Abdul Muthalib bersama pasukannya berdiri melakukan penjagaan di dekat kolam pasukan muslim. Kolam itu merupakan
tempat pen ng dalam pertempuran Badar. Jika pasukan Quraisy berhasil merebut kolam dan menghilangkan dahaga mereka, pasukan
muslimlah yang akan kehausan.

Kemudian, sepasukan berkuda Quraisy mendekat. Dua penunggang kuda terdepan berhasil ditaklukan Hamzah. Namun, penunggang
ke ga lolos dan berhasil membuka celah pertahanan untuk diterobos para penunggang lain yang terkenal tangguh. Namun Hamzah sendiri
berdiri menutup celah tersebut dengan pedang siaga di tangan. Satu demi satu para penunggang Quraisy yang kehausan maju. Namun,
semuanya tumbang di ujung pedang Hamzah.

Setelah memukul mundur para penunggang Quraisy, Hamzah menerjunkan diri ke medan tempur dengan niat untuk menghabisi para
jagoan Quraisy yang dilihatnya. Tidak lama kemudian, Hamzah berhasil merobohkan Handhalah Bin Abu Sufyan dan Haris bin Amir.

Tiba- ba Naufal Bin Khuwailid berhasil menerobos ke tengah barisan pasukan muslimin. Dengan kudanya yang menggila, ia menyerang
beringas, menerjang dan menginjak-injak. Topi dan baju besi yang dipakai Naufal sulit ditembus pedang pasukan muslim. Namun Hamzah
datang dan menyerangnya. Naufal segera menggebrak kudanya dan menyerang. Hamzah melompat ke belakang, berputar, dan balik
menyerang. Pedangnya berkelebat membelah udara. Beberapa tentara kedua belah pihak berhen bertempur dan memperha kan
pertarungan yang mengerikan itu. Kuda Naufal roboh, tetapi Naufal melompat berdiri dan meneruskan pertarungan dengan ganas.
Akhirnya, Hamzah berhasil menebas leher Naufal.

Pekik takbir ُ َ ‫ ا ُ ا‬membahana. Selangkah demi selangkah, pasukan Quraisy mundur. Pasukan muslim yang tanpa perisai, topi, dan baju
besi mendesak barisan musuh mundur yang kebanyakan mengenakan baju besi lengkap.

Demikian gagahnya Hamzah bertempur sampai beberapa pasukan Quraisy yang mundur saling bertanya,

"Siapakah laki-laki yang berbulu-bulu dadanya halus dan wajahnya tertutup debu?"

"Itulah Hamzah!" sahut yang lain dengan suara tercekat.

"Dialah yang sebenarnya banyak menyerang kita," Sahut yang lain sambil terus berlari.

Tewasnya Abu Jahal

Melihat pasukannya mulai terdesak, Abu Jahal berusaha menata kembali barisan. Ia mendengar seseorang berseru:

"Pasukan Muhammad cuma 300 Orang. Mereka dak mengenakan pakaian pelindung, kecuali pedang belaka. Namun, se ap kali ada yang
terbunuh di antara mereka, pas ada yang terbunuh di pihak kita! Kemudian, jika dari pihak kita gugur 300 orang, kita dak punya
peluang untuk hidup! mundur! mundur!"

Abu Jahal mengutus Ikrimah untuk mendorong barisan-barisan Quraisy agar bertahan seraya mengingatkan bahwa merekalah para
pemimpin Arab. Namun pasukan Muslim terus maju dak tertahankan. Dua prajurit muda muslim bahkan berhasil mendeka Abu Jahal
dan menyerangnya. Abu Jahal yang sombong dan gagah dengan senjata lengkap tak mampu mengalahkan dua pemuda itu dan ia pun
terbunuh.

Kedua prajurit muda itu Muadz Bin Afra dan Abdullah Bin Mas'ud. Mereka membawa kepala Abu Jahal ke hadapan Rasulullah ‫ ﷺ‬seraya
berkata,

"Ya Rasulullah, inilah kepala Abu Jahal si musuh Allah!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Allah dak ada Tuhan selain-Nya, Allah dak ada Tuhan selain-Nya, Allah dak ada Tuhan selain-Nya. Demi Allah, kalian lah yang
membunuh Abu Jahal?"

Saat mereka menjawab,

" Ya."

segera Rasulullah ‫ ﷺ‬bersujud kepada Allah seraya mengucapkan,

"Segala puji bagi Allah yang benar janji-Nya dan yang telah menolong hambanya yang telah mengalahkan tentara musuhnya."

Setelah itu, pasukan musuh mundur dalam keadaan kocar-kacir. Pasukan besar dan persenjataan lengkap itu telah lumpuh, mundur
tergesa-gesa meninggalkan benda-benda berharga di dalam perkemahan. Hanya keselamatan diri yang kini mereka pikirkan.
Strategi yang diterapkan Rasulullah ‫ ﷺ‬terhadap pasukannya adalah bertahan di tempat tanpa bergerak sedikit pun pada awal
pertempuran. Maka untuk pertama kali dalam sejarah perangnya, orang Quraisy melihat ada pasukan pejalan kaki yang mampu menahan
gelombang-gelombang serbuan pasukan berkuda.

Rasulullah ‫ ﷺ‬terus memerintahkan pasukannya bertahan sampai serangan musuh melemah. Setelah itu barulah beliau yang
memerintahkan serangan balasan. Lalu pasukan muslim pun maju dan dak memberikan kesempatan lagi kepada musuh untuk
membenahi barisan.

Setelah Perang

Meski musuh mundur dengan tergesa-gesa, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus beberapa pengintai untuk mengiku ekor pasukan Quraisy. Rasulullah
‫ ﷺ‬ingin benar-benar yakin bahwa mereka benar-benar mundur ke Mekah, bukan melakukan pu daya untuk kemudian menyerang
kembali atau malah bergerak ke arah Madinah.

Setelah mendengarkan laporan dari pasukan pengintai barulah beliau benar-benar bisa merasa tenang karena ternyata musuh kembali ke
kota mereka dengan menanggung semua beban kekalahan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajak Ammar bin Yasir Melihat mayat Abu Jahal Seraya bersabda,

"Allah telah membunuh orang yang dulu membunuh ibumu."

Kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬meninjau langsung bekas medan pertempuran. Beliau menemukan 14 sahabatnya gugur sebagai syahid.
Sedangkan 70 orang Quraisy terbunuh, 70 lainnya menjadi tawanan kaum muslimin. Beliau memerintahkan agar para syuhada yang gugur
di kuburkan, sementara itu mayat-mayat Quraisy dimasukkan ke dalam sebuah sumur kering lalu di mbun batu.

Pasukan muslim kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan gemilang. Rasulullah ‫ ﷺ‬memperha kan raut wajah para sahabat
yang berseri-seri kecuali Hudzaifah bin Utbah yang telah membunuh ayahnya sendiri. Rasulullah ‫ ﷺ‬mendeka Hudzaifah dan bertanya,

"Barangkali saja duka menyelimu ha mu karena kema an ayahmu?"

"Ha ku sama sekali tak merasa goyah, mengenai Ayahku atau kema annya. Ya Rasulullah. Akan tetapi aku mengenal pemikiran kesabaran
dan keutamaannya. Aku sebenarnya sangat berharap dia akan mendapat hidayah Allah. Setelah aku melihat kenyataan yang menimpa
Ayahku, aku merasa sangat berduka," demikian jawab Hudaifah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengangguk lalu menghibur ha Hudzaifah dan mendoakannya. Kemudian beliau mendeka barisan para tawanan. Kening
beliau berkerut menyaksikan sebagian sahabatnya mengikat para tawanan dengan kuat dan menertawakan mereka.

"Hendaklah kalian memperlakukan para tawanan dengan baik, "demikian Sabda beliau.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 81
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Masih dalam Perang Badar Kubra Peperangan Islam Pertama yang Menentukan

Meninggalnya Ruqayyah

Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta pendapat para sahabat tentang para tawanan. Umar Bin Kha ab mengusulkan agar para tawanan itu dibunuh.
Sangat berbahaya jika melepaskan mereka, walau keluarganya menebus dengan gunung harta, sebab mereka dapat kembali memerangi
kaum muslimin.

Abu Bakar berpendapat lain, yang mengusulkan agar para tawanan dibiarkan ditebus keluarganya, dengan harapan mudah-mudahan suatu
saat kelak mereka mau mengiku ajaran Islam. Lagipula uang yang dibayarkan dapat digunakan untuk melengkapi persenjataan kaum
muslimin.

Rasulullah ‫ ﷺ‬cenderung pada pendapat Abu Bakar.


Beliau berdiam sementara di luar Madinah, untuk menunggu tebusan dari pihak Quraisy. Para tawanan pun ditebus dengan uang dan
mereka kembali bebas, namun setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬mendapat berita, bahwa pihak Quraisy sedang mengadakan persiapan penyerbuan
dengan jumlah pasukan yang jauh lebih besar. Sebagian besar para tawanan bergabung dengan pasukan baru itu.

Akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬menyadari bahwa saran Umar lebih tepat, dak pantas bagi seorang Rasulullah ‫ ﷺ‬mempunyai tahanan sebelum
menghancurkan musuh-musuhnya di muka bumi.

Setelah itu harta rampasan perang dibagikan dengan rata kepada pasukan. Mereka pun kembali ke Madinah, Rasulullah ‫ ﷺ‬langsung
menuju masjid untuk memberitakan kemenangan serta mengumumkan nama-nama bangsawan Quraisy yang ma . Setelah itu Rasulullah
‫ ﷺ‬pergi ke rumah Utsman bin Affan untuk menjenguk Ruqayyah putrinya yang sudah lama terbaring sakit. Utsman bin Affan memang
diminta Rasulullah menjaga istri dan anaknya sehingga Usman dak menger pertempuran Badar. Saat Rasulullah ‫ ﷺ‬ba, Usman malah
menangis sambil memeluk Rasulullah ‫ﷺ‬, karena ternyata Ruqayyah telah wafat ke ka beliau masih di luar Madinah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬diantar ke makam Ruqayyah, beberapa sahabat berusaha menghibur kesedihan yang membebani dada beliau. Mereka
menemani pula beliau pulang ke rumah.

Di tengah permalink pulang, seorang Yahudi memandang Rasulullah dengan sinis, sambil berkata para bangsawan Quraisy memang dak
mempunyai keahlian dalam perang. Kalau saja kalian berperang melawan kami, Kalian baru akan mengetahui bahwa kamilah sebenar-
benarnya prajurit.

Para sahabat dak membalas perkataan sinis itu, karena dak tega melukai kesedihan di ha Rasulullah ‫ﷺ‬.
Rasulullah ‫ ﷺ‬pun dak menghiraukan ejekan dengki itu dan terus melangkah menuju rumah.

▪Dzun Nuraini▪

Setelah duka di nggal Ruqayyah, Utsman kemudian menikahi adik Ruqayyah, Ummu Khultsum. Ummu Khultsum juga diusir oleh kedua
mertuanya, Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil serta suaminya Utaibah, adik Utbah. Karena menikahi dua putri nabi inilah Utsman digelari
Dzun Nuraini, 'Si Pemilik Dua Cahaya'.

Rasulullah ‫ ﷺ‬Hampir Dikultuskan

Sudah beberapa lama putri Rasulullah, Ruqayyah terserang sakit dan dak kunjung sembuh. Musuh-musuh Rasulullah dari kalangan Yahudi
dan orang-orang munafik mulai menyebarkan desas-desus,

"Kalau memang Muhammad itu seorang nabi, tentu ia dengan mudah bisa menyembuhkan penyakit putrinya."

"Jangan-jangan, dia memang bukan seorang nabi, melainkan tukang sihir," mpal yang lain,
"Dulu di Mekah sihirnya berhasil memikat banyak orang, tetapi di sini ternyata dak mempan."

Desas-desus yang beredar gencar, membuat keimanan sebagian orang mulai goyah. Orang-orang munafik yang dipimpin Abdullah bin Ubay
semakin bersemangat mengatakan ini dan itu tentang pribadi Rasulullah. Mendengar itu, sebagian Muslim bangkit amarahnya. Mereka
melawan desas-desus itu dengan sanjungan pujian, dan pemujaan kepada Rasulullah.

"Jangankan menyembuhkan penyakit, menghidupkan orang ma pun tentu Rasullulah bisa," demikian kata mereka.

Mendengar hal-hal seper itu, Rasullulah ‫ ﷺ‬segera datang dan berkata, "Janganlah kalian menyanjung-nyanjung diriku."

"Bagaimana kami dak akan menyanjung dirimu ya Rasulullah, bukankah engkau adalah pemimpin kami semua?"

Beliau menggeleng. Beliau kemudian berkata bahwa dirinya hanyalah manusia biasa, ia dak dapat menolak atau menyembuhkan penyakit
apabila hal itu memang sudah dikendaki Allah. Beliau adalah manusia yang juga dapat menangis, tertawa, kepayahan, kesegaran, dur,
marah, senang, lapar, dahaga, makan, dan perlu pergi ke pasar seper orang lain.

Bahkan Rasulullah sendiri menderita sakit. Seorang tabib dipanggil datang untuk melakukan penyembuhan. Tabib itu melakukan
pembekaman agar darah yang mengandung penyakit keluar. Namun, begitu darah Rasulullah keluar, tabib yang suka menyanjung itu
menjila darah beliau. Segera saja Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang tabib itu dengan keras sambil berkata,

"Semua darah haram! Semua darah haram!"

Demikianlah, di satu sisi ada orang yang membenci Rasulullah, sementara disisi lain banyak orang yang justru memuja beliau secara
berlebihan.

Sehari sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬ba di Madinah, berita kemenangan dibawa oleh Zaid bin Haritsah dan Abdullah bin Rawahah dari dua
jurusan yang berlainan. Kaum Muslimin segera keluar rumah dan bergembira menyambut kemenangan besar ini.

Bersambung
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 82
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Mekah Terkejut

Sementara itu keadaan sebaliknya menimpa Mekah, Al Haisuman bin Abdullah Al Khuza'i tergesa-gesa memasuki Mekah. Diberitakannya
kehancuran pasukan Quraisy dan bencana yang telah menimpa para pemimpin, pembesar, dan bangsawan mereka. Mulanya orang Mekah
dak percaya, tetapi setelah yakin bahwa Al Haisuman dak mengigau, seluruh kota menjadi penuh dengan jerit tangis.

Abu Lahab yang dak ikut berperang sangat terpukul mendengarkan berita mengerikan itu.

"Tidak mungkin!"
"Tidak mungkin!" demikian igaunya. Keesokan harinya, ia jatuh sakit dan menderita demam selama tujuh hari sebelum akhirnya
meninggal.

Para pemuka Quraisy pun berkumpul untuk memutuskan yang akan mereka lakukan.

"Ingat sesedih apa pun ha kita jangan menunjukkan duka cita secara berlebihan," demikian kata salah seorang di antara mereka.
"Jika Muhammad dan teman-temannya mendengar ini, mereka akan mengejek kita habis-habisan,"

"Jangan cepat-cepat datang membawa tebusan untuk membebaskan para tawanan," usul yang lain.
"Nan Muhammad akan meminta harga yang terlampau nggi! Kita tunggu kesempatan baik untuk menebus mereka."

Setelah beberapa lama barulah orang-orang Quraisy berdatangan untuk menebus para tawanan. Salah seorang di antaranya adalah Mikraz
bin Hafz. Dia datang untuk menebus Suhail bin Amir. Suhail dikenal suka menjelek-jelekkan Rasulullah ‫ﷺ‬. Begitu mengetahui Suhail akan
dibebaskan Umar Bin Kha ab menjadi sangat geram.

Ia mendatangi Rasulullah ‫ ﷺ‬sambil berkata,

"Rasulullah ijinkan saya mencabut 2 gigi seri Suhail bin Amir supaya lidahnya dak terjulur keluar dan dak lagi berpidato mencercamu di
mana-mana."

Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab permintaan Umar itu dengan kata-kata yang sangat agung,

"Aku dak akan memperlakukannya secara kejam, supaya Allah dak memperlakukan aku demikian, Sekali pun aku seorang nabi.

Hindun

Seberapa pun kuatnya orang-orang Quraisy menutupi kesedihannya, luka yang dalam itu dak terbendung juga. Para wanita Quraisy
selama sebulan penuh menangisi mayat-mayat para pejuang mereka. Mereka menggun ng rambutnya sendiri, lalu membawa kuda dan
unta orang yang sudah ma . Setelah itu mereka menangis sambil mengelilinginya.

Hampir semua wanita yang kehilangan kerabatnya berlaku demikian, kecuali Hindun bin utbah, Istri Abu Sufyan.
Ke ga orang yang ma dalam duel sebelum pertempuran adalah orang-orang terdekat yang sangat disayangi Hindun. Utbah bin Rabiah
adalah ayahnya, Syaibah bin Rabiah adalah pamannya, dan Walid Bin Utbah adalah kakaknya.
Belum lagi beberapa keluarganya yang lain yang juga ma dalam pertempuran. Bisa dikatakan di antara wanita Quraisy Hindunlah yang
paling banyak kehilangan sehingga pantaslah jika ia menunjukkan duka cita lebih banyak dibanding yang lain.

Melihat Hindun dak menangis, para wanita Quraisy keheranan. Beberapa dari mereka mendatangi Hindun sambil bertanya,

"Kau dak menangisi ayahmu, saudaramu, pamanmu, dan keluargamu yang lain?"

Hindun berpaling dan menatap kawan-kawannya dengan tajam. Para wanita itu terkejut mengetahui bahwa bukan air mata yang mereka
lihat di mata Hindun, melainkan api dendam yang berkobar-kobar.
Hindun menjawab dengan kata-kata keras,

"Aku menangisi mereka supaya nan didengar oleh Muhammad dan teman-temannya sehingga mereka bisa menyoraki kita, begitu? Dan
supaya wanita-wanita Khazraj juga bisa menyoraki kita? Tidak! Aku harus menuntut balas kepada Muhammad dan teman-temannya!
Haram bagi kita memakai minyak wangi sebelum kita dapat memerangi Muhammad."
"Sungguh kalau aku dapat mengetahui bahwa kesedihan dapat hilang dari ha ku, tentu aku menangis. Tetapi kesedihan ini baru akan
hilang, kalau mayat orang yang telah membunuh orang-orang yang kucinta itu sudah kulihat dengan mata kepalaku sendiri!"

Setelah itu, Hindun benar-benar menjalankan sumpahnya. Ia dak memakai minyak wangi atau mendeka suaminya. Ia terus dan terus
membakar semangat dendam orang-orang Quraisy sampai kemudian ba saat Perang Uhud. Abu Sufyan sendiri bersumpah dak akan
mencuci kepala dengan air sebelum ia memerangi kembali Rasulullah.

Kisah Menantu Rasulullah

Salah seorang tawanan perang Badar adalah Abul Ash bin Rabi Ia adalah menantu Rasulullah. Karena ia menikahi Putri beliau Zainab,
untuk menebus suaminya, Zainab mengirimkan Seuntai kalung peninggalan ibunya kepada Rosulullah. Ke ka melihat kalung milik Khadijah
itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬amat terharu, air mata pun menetes di pipi beliau.

Melihat duka Rasulullah ‫ﷺ‬, para sahabat setuju untuk membebaskan Abul Ash bin Rabi tanpa harus membayar tebusan. Rasulullah ‫ﷺ‬
mengembalikan kalung Khadijah kepada Abul Ash dan meminta agar Abul Ash menceraikan Zainab.
Menurut hukum Islam, seorang wanita Mukmin memang dak boleh menikahi laki-laki kafir. Abul Ash menyetujui permintaan itu.

Bersambug

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 83
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Ke ka kembali ke Mekkah, keluarganya berkata,

"Biarlah engkau menceraikan istri mu itu, dan kami akan mencarikan bagimu gadis yang jauh lebih can k daripada nya".

Namun Abul Ash amat mencintai Zainab sehingga ia berkata,

"Di Suku Quraisy dak ada gadis yang dapat menandingi istriku,"

Walau dihalang-halangi orang Quraisy, Abul Ash melepaskan Zainab ke Madinah. Di tengah jalan beberapa orang Quraisy mengganggu unta
Zainab sehingga putri Rasulullah ‫ ﷺ‬yang sedang hamil itu jatuh. Ke ka itulah Zainab mengalami keguguran kandungannya.

Beberapa waktu kemudian, Abul Ash pergi membawa barang-barang dagangan Quraisy, namun saat ba di dekat Madinah, sebuah
pasukan patroli muslim memergokinya. Mereka pun menyita semua barang bawaan.

Abul Ash diam-diam berlindung dalam gelapnya malam. Abul Ash masuk ke Madinah dan meminta perlindungan kepada Zaenab. Zainab
pun melindunginya.

Mengetahui hal itu kaum muslimin mengembalikan barang-barang dagangan yang dibawa Abul Ash, dia pun segera pulang ke Mekah dan
mengembalikan semua barang itu, kemudian berkata,

"Masyarakat Quraisy! Masih adakah dari kamu yang belum mengambil barangnya?"

"Tidak ada," jawab mereka.


"Engkau ternyata orang jujur dan murah ha ."

Ke ka itu Abul Ash pun masuk Islam dan kembali ke Madinah. Dengan bahagia Rasulullah ‫ ﷺ‬mengembalikan Zainab kepada Abul Ash
sebagai seorang istri.

Al Qur'an Berbicara Seputar Peperangan

Berkenaan dengan peperangan tersebut turunlah surat Al Anfal. Surat ini merupakan "komentar Ilahi" terhadap peperangan tersebut.
Komentar tersebut sangat berbeda dengan komentar-komentar yang dikemukakan oleh para raja dan panglima perang setelah meraih
kemenangan.
Pertama, Allah mengalihkan pandangan kaum muslimin untuk melihat segala kekurangan akhlak yang masih ada pada diri mereka dan
sebagainya, agar mereka berupaya untuk menyempurnakan jiwa mereka dan membersihkannya dari kekurangan kekurangan tersebut.

Kemudian, Allah memuji segala hal yang ada dalam kemenangan tersebut berupa Pertolongan Allah secara ghaib kepada kaum muslimin.
Hal itu dikemukakan kepada mereka agar mereka dak terpedaya dengan keberanian mereka, sehingga jiwa mereka menjadi sombong.
Bahkan agar mereka bertawakkal kepada Allah, menaa -Nya dan menaa Rasulullah ‫ﷺ‬.

Kemudian, Dia menjelaskan tujuan mulia yang melandasi Rasulullah ‫ ﷺ‬terjun dalam peperangan berdarah tersebut, dan menunjukkan
kepada mereka sifat-sifat dan akhlak yang dapat menyebabkan kemenangan dalam peperangan.

Kemudian, berbicara kepada kaum musyrikin, orang-orang munafik, orang-orang Yahudi, dan para tawanan perang. Dia menaseha
mereka secara baik, dan membimbing mereka untuk tunduk kepada kebenaran. Selanjutnya, berbicara kepada kaum muslimin seputar
masalah perampasan barang dan menetapkan prinsip-prinsip masalah tersebut kepada mereka.

Setelah itu Dia menjelaskan dan menetapkan undang-undang peperangan dan perdamaian yang sangat mereka butuhkan setelah dakwah
Islam memasuki fase tersebut, sehingga peperangan kaum muslimin berbeda dengan peperangan orang-orang jahiliyah. Kaum muslimin
memiliki kelebihan dalam hal akhlak dan nilai dan menegaskan kepada dunia bahwa Islam bukan sekedar teori namun juga mendidik
penganutnya secara prak s di atas asas dan prinsip yang diserukan oleh-Nya.

Kemudian menetapkan beberapa ketentuan dari undang-undang negara Islam yang menjelaskan tentang perbedaan antara kaum muslimin
yang nggal di dalam batas negara Islam dan kaum muslimin yang nggal di luar batas negara Islam.

Pada tahun kedua Hijriah diwajibkan *Shaum Ramadhan*, diwajibkan *zakat fitrah* dan dijelaskan nisab-nisab zakat yang lain.
Diwajibkannya zakat fitrah, serta meringankan beban yang dipikul oleh sejumlah besar kaum Muhajirin, karena mereka adalah kaum fuqara
yang dak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Di antara peris wa yang terindah adalah *hari raya pertama* bagi kaum muslimin jatuh pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah setelah
meraih kemenangan dalam Perang Badar.

Alangkah indahnya hari raya yang membahagiakan itu, yang Allah berikan kepada mereka setelah mereka meraih kemenangan dan
kemuliaan. Alangkah indahnya pemandangan sholat Ied yang mereka lakukan setelah mereka keluar dari rumah-rumah mereka sambil
mengumandangkan takbir, tauhid, dan Tahmid. Ha mereka penuh dengan harapan kepada Allah rindu kepada rahmat dan keridhaan-Nya.
Setelah Allah berikan berbagai nikmat kepada mereka dan didukung dengan pertolongan-Nya. Hal itu diingatkan kepada mereka dengan
firman-Nya: Quran surat

Al-Anfal (8:26 / (‫اﻷﻧﻔﺎل‬


َ ۡ َ ‫ﱠ‬ ََ َ َ َ ُ ‫َ َ ُ ۡ َ ۡ ﱠَ َ ﱠ َ ُ ﱠ‬ َۡ َ ُ ۡ َ َ ُۡ ۡ ۤ ۡ
‫ﺎس ﻓﺎ ٰوﯨ ۡﻢ َو ا ﱠ ﺪ ۡﻢ ِﺑﻨ ۡ ٖە َو َرزﻗ ۡﻢ ﱢﻣ َﻦ اﻟﻄ ﱢﯿ ٰ ِﺖ ﻟ َﻌﻠ ۡﻢ ﺸﮑ ُﺮ ۡون‬ ‫َو اذ ُﺮ ۡوا ِاذ اﻧﺘ ۡﻢ ﻗ ِﻠ ۡ ٌﻞ ﱡﻣ ۡﺴﺘﻀ َﻌﻔ ۡﻮن ِ ا ۡرض ﺗﺨﺎﻓﻮن ان ﯾﺘﺨﻄﻔ ﻢ اﻟﻨ‬

"Dan ingatlah para Muhajirin ke ka kamu masih berjumlah sedikit lagi ter ndas di muka bumi (Mekah) kamu takut orang-orang Mekah
akan menculik kamu maka Allah memberikan kamu tempat menetap (Madinah), mendukung kamu dengan pertolongan-Nya dan memberi
rizki kamu dari yang baik-baik agar kamu bersyukur."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 84
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Berbagai Operasi Militer Antara Badar dan Uhud

Perang Badar merupakan awal pertarungan bersenjata antara kaum muslimin dan kaum musyrikin, dan merupakan peperangan yang
menentukan, kaum muslimin memperoleh kemenangan besar yang diakui oleh seluruh orang Arab. Orang yang menyesali akibat perang
tersebut adalah mereka yang secara langsung memperoleh kerugian berat, yaitu kaum musyrikin atau orang-orang yang memandang
kemuliaan dan kemenangan kaum muslimin merupakan pukulan telak terhadap eksistensi keagamaan dan perekonomian mereka yaitu
kaum Yahudi.

Sejak kaum muslimin meraih kemenangan dalam Perang Badar dua kelompok tersebut menyimpan amarah terhadap kaum muslimin.
َ َ َ ‫ﱠ‬ ْ ْ ‫َ َ ﱠ‬ َ ‫ﱠ‬ َ َ َُ َ ً‫ﱠ‬ ْ ‫َ َ ﱠ‬ ْ َ َ َُ َ ً ََ ‫َ َ ﱠ َ ﱠ ﱠ‬
‫ﻳﻦ ﻗﺎﻟﻮا ِإﻧﺎ ﻧ َﺼ َﺎر ٰى ۚ ذ ٰ ِﻟﻚ ِ ﺄن ِﻣﻨ ُﻬ ْﻢ ِﻗ ﱢﺴ ِﺴ َ َو ُرﻫ َ ﺎﻧﺎ َوأﻧ ُﻬ ْﻢ َ ْﺴﺘ ِ ُ ون‬‫آﻣﻨﻮا اﻟ ِﺬ‬ ‫ﻳﻦ أ َ ﻮا ۖ َوﻟﺘ ِﺠﺪن أﻗ َ َ ـ ُﻬ ْﻢ َﻣ َﻮدة ِﻟﻠ ِﺬﻳﻦ‬‫آﻣﻨﻮا اﻟ َﻴ ُﻬﻮد َواﻟ ِﺬ‬ ‫ﻟﺘ ِﺠﺪن أﺷﺪ اﻟﻨﺎس ﻋﺪ َاوة ِﻟﻠ ِﺬﻳﻦ‬
Sesungguhnya kamu dapa orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi
dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapa yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah
orang-orang yang berkata: Sesungguhnya kami ini orang Nasrani. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang
Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka dak menyombongkan diri.
Surah Al-Ma'idah (5:82)

Di Madinah terdapat para pendukung dua kelompok tersebut, dan mereka berpura-pura masuk Islam tatkala dak ada tempat lagi untuk
meraih kewibawaan mereka. Mereka adalah Abdullah bin Ubay dan teman-temannya, kelompok ke ga ini lebih besar lagi kemarahannya
daripada dua kelompok di atas.

Di samping itu terdapat kelompok keempat, mereka adalah orang-orang Baduy yang nggal di sekitar Madinah. Masalah kekufuran dan
keimaman mereka daklah menjadi perha an bagi mereka, tetapi mereka adalah para perampok dan perampas. Mereka mulai goncang
karena kemenangan yang diraih kaum muslimin. Mereka khawa r akan tegak di Madinah suatu negara yang kuat, yang akan menghalangi
mereka untuk meraih kesuksesan atau kekuatan melalui perampokan dan perampasan. Sehingga mereka pun membenci kaum muslimin
dan menjadi musuh mereka.

Perang Bani Sulaim

Berita pertama yang disampaikan oleh utusan dari Madinah kepada Nabi ‫ ﷺ‬setelah Perang Badar adalah Bani Sulaim. Bani Sulaim ini
berasal dari kabilah Ghathafan. Mereka menggalang kekuatannya untuk menyerang Madinah.

Nabi ‫ ﷺ‬dengan pasukan kavaleri yang berkekuatan 200 personel mendatangi kabilah tersebut di perkampungannya. Sesampainya beliau di
wilayah mereka di daerah al-Kudr, Bani Sulaim melarikan diri dan meninggalkan 500 ekor unta. Mereka meninggalkan untanya di suatu
lembah yang dikuasai oleh pasukan Madinah.

Unta-unta tersebut diambil seperlimanya oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬. Rasulullah membagikan unta-unta tersebut kepada para sahabatnya. Se ap
orang mempunyai dua ekor onta.

Beliau juga mendapatkan seorang budak yang bernama Yasar yang kemudian dibebaskan.

Di perkampungan Bani Sulaim tersebut Nabi ‫ﷺ‬ nggal selama ga hari. Kemudian beliau kembali ke Madinah.

Peperangan tersebut terjadi pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah 7 hari setelah pulang dari Perang Badar. Dalam peperangan tersebut
Nabi ‫ ﷺ‬menyerahkan urusan Madinah kepada Siba' bin Arfatah.

Persekongkolan untuk Membunuh Nabi Muhammad

Kekalahan kaum musyrikin dalam Perang Badar menimbulkan dampak yang mendalam. Kaum Quraisy di Mekah menjadi marah dan mulai
meluap-luap emosinya terhadap Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Ada dua orang tokoh Quraisy yang melakukan persekongkolan untuk membunuh nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Tidak beberapa lama seusai Perang Badar, Umair bin Wahab Al jami' dan Safwan Bin Umayyah duduk bersama di sebuah batu. Umair
adalah salah seorang *"Syaithan"* Quraisy yang selalu menyaki Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan para sahabat beliau ke ka masih berada di
Mekkah. Sedangkan anaknya yang bernama Wahab bin Umair menjadi tawanan Badar. Umair menyebutkan para tokoh korban perang
Badar, lalu Sofwan berkata,

"Sesungguhnya setelah kema an mereka akan datang kehidupan yang baik."

Umair berkata kepadanya,


"Sungguh, kamu benar. Demi Allah, seandainya aku dak mempunyai tanggungan hutang, dan dak khawa r terlantar setelah aku ma ,
pas aku akan mendatangi Muhammad dan membunuhnya. Aku mempunyai alasan yaitu anakku yang menjadi tawanan mereka."

Safwan pun menjawab,


"Utangmu aku tanggung, aku yang akan melunasinya, dan keluargamu
bersama keluargaku selama mereka masih hidup. Hal itu dak berat bagiku".

Umair kemudian berkata,


"Rahasiakanlah persoalan ini, Akan kulakukan,"

Selanjutnya Umair mengambil pedangnya, lalu dia berangkat ke Madinah. Ke ka sudah sampai di pintu masjid dia menderumkan untanya.
Terlihat olehnya Umar Ibnul Kha ab yang sedang berbincang-bincang dengan beberapa orang dari kaum muslimin tentang kemenangan
perang Badr.
Maka Umar berkata,
"Ini musuh Allah."
"Umair daklah datang kecuali untuk maksud jahat."

Kemudian Umar masuk mendatangi Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬seraya berkata,

"Wahai nabi Allah, Umair musuh Allah telah datang dengan menyandang pedangnya."

Nabi menjawab,
"Suruhlah masuk menemui aku."

Umar pun menemui Umair, dan sambil menarik tali pedang Umair ia berkata kepada beberapa orang dari kaum Anshor,

"Masuklah, temui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan duduklah di sisi beliau, serta jagalah beliau dari orang jahat ini, karena dia perlu diwaspadai."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 85
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Umar kemudian membawa masuk Umair kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬.

Setelah melihatnya dan Umar memegang tali pedang yang berada di lehernya, Nabi ‫ ﷺ‬berkata,

"Lepaskanlah wahai Umar, dan mendekatlah hai Umair."

Umair kemudian mendekat dan berkata,


"Selamat pagi."

Nabi ‫ ﷺ‬menjawab,
"Allah telah memuliakan kami dengan suatu penghormatan yang lebih baik dari penghormatanmu hai Umair, yaitu dengan salam
penghormatan penduduk surga."

Beliau kemudian bertanya,


"Hai Umair, ada keperluan apa kamu datang?"

Umair menjawab,
"Aku datang karena anakku menjadi tawananmu."
"Perlakukanlah ia secara baik."

Nabi ‫ ﷺ‬bertanya,
"Lalu untuk apa pedang yang ada di lehermu itu."

Umair menjawab,
"Semoga Allah memperburuk pedang tersebut. Apakah pedang ini berguna bagi kami?"

Nabi ‫ ﷺ‬berkata,
"Berkatalah secara jujur, kamu datang dalam rangka apa?"

Umair menjawab,
"Aku daklah datang kecuali untuk keperluan tersebut."

Nabi ‫ ﷺ‬berkata,
"Tidak, kamu dengan Safwan bin Umayyah telah duduk di sebuah batu, dan kalian telah menyebut-nyebut tentang para korban Perang
Badar dari kaum Quraisy, kemudian kamu berkata, "Seandainya aku dak mempunyai tanggungan hutang dan keluarga, aku akan keluar
untuk membunuh Muhammad." Kemudian Sofwan menanggung hutang dan menjamin keluargamu dengan syarat kamu membunuhku.
Allah pas menghalangi rencanamu itu."

Umair berkata,
"Saya bersaksi bahwa Engkau adalah Rasulullah wahai Rasulullah, sebelumnya aku mendustakan berita-berita langit yang Kau bawa kepada
kami dan wahyu yang diturunkan kepadaMu. Rencanaku ini dak ada yang mengetahui selain aku dan Sofwan, demi Allah aku
mengetahui dak ada yang memberitahukan padaMu kecuali Allah."

"Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan aku kepada Islam dan membawa aku ke tempat ini kemudian mengucapkan syahadat
secara benar."

Rasulullah ‫ ﷺ‬lalu berkata


"Ajarilah saudara kalian ini tentang agama, ajarkan Alquran kepadanya dan bebaskanlah tawanannya."

Adapun Sofwan mengatakan,


"Bergembiralah dengan suatu peris wa yang datang kepada kalian sekarang, pada hari-hari yang akan melupakan kalian dari peris wa
Badar."

Dia bertanya tentang Umair kepada orang-orang yang berpergian, sehingga salah seorang yang berpergian memberitahukan kepadanya
tentang keislaman Umair.

Sofwan bersumpah untuk dak berbicara kepadanya selamanya, dan dak akan memberikan suatu manfaat kepadanya selamanya.

Umair kembali ke Mekah dan nggal di sana menyerukan Islam. Kemudian banyak orang yang masuk Islam melalui dakwahnya.

Perang Bani Qainuqa

Pada perjanjian yang lalu yang diadakan oleh Rasulullah dengan orang-orang Yahudi, telah disebutkan bahwa beliau dan kaum muslimin
sudah berusaha untuk melaksanakan isi perjanjian tersebut.
Tetapi sebaliknya orang-orang Yahudi tak ada seorang pun yang mematuhi isi perjanjian. Mereka selalu melakukan penghianatan sehingga
meresahkan kaum muslimin.

Ibnu Ishaq berkata Syas bin Qais seorang tokoh Yahudi yang sangat kufur dan sangat membenci serta dengki kepada kaum muslimin
melewa beberapa orang sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬dari kabilah Aus dan Khazraj yang berada dalam suatu majelis yang telah menyatukan
mereka.

Mereka sedang berbincang-bincang di dalam majelis tersebut. Melihat persatuan dan hubungan baik sesama mereka di atas dasar Islam,
telah membangkitkan kemarahan Syas bin Qais. Dia berkata dalam ha ,

"Para tokoh telah bersatu di negeri ini. Demi Allah, saya dak akan bersama mereka Apabila para tokoh mereka bersatu di negeri ini karena
suatu ketetapan".

Ia kemudian menyuruh seorang pemuda Yahudi yang ikut bersamanya untuk mendatangi mereka dengan mengatakan,

"Datanglah kepada mereka dan duduklah bersama mereka, kemudian Ingatkan akan peris wa Bu'ats dan peris wa-peris wa sebelumnya,
dan alunkan kepada mereka beberapa syair yang berisi tentang pertengkaran mereka."

Pemuda Yahudi itu pun melakukannya, maka kaum muslimin ke ka itu menjadi bertengkar sampai dua orang dari dua kabilah itu
melompat ke atas suatu kendaraan lalu terjadi perang mulut. Dua kelompok tersebut menjadi marah semuanya dan berkata,

"Telah kami lakukan janji kalian yang menyakitkan."


"Senjata, senjata."

Mereka lalu keluar mendatangi lawannya dan hampir terjadi peperangan.

Peris wa tersebut sampai kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬lalu Beliau bersama para sahabat mendatangi mereka seraya mengatakan,

"Wahai kaum muslimin, ingat Allah, Allah! Apakah kalian menyerahkan seruan jahiliyah sementara aku masih di tengah-tengah kalian,
setelah Allah menunjukkan kalian kepada Islam dan memuliakan kalian dengannya, memutuskan kalian dari perkara jahiliyah,
menyelamatkan kalian dari kekufuran dan menyatukan ha kalian?"

Mendengar itu semua, akhirnya kaum muslimin pun sadar bahwa apa yang terjadi itu merupakan pu daya setan dari musuh mereka.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬


Bagian 86
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Mereka kemudian menangis dan saling berangkulan antara kaum Aus dan kaum Khazraj, kemudian meninggalkan tempat bersama
Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan penuh ketaatan. Allah telah memadamkan dari mereka pu daya musuh Allah, Ibnu Qais.

Itulah, apa yang dilakukan dan diupayakan oleh Yahudi untuk menimbulkan keresahan dan permusuhan di tengah-tengah kaum muslim,
dan menghalangi jalan dakwah islam. Dalam hal ini mereka memiliki berbagai program. Mereka menebarkan berbagai isu, beriman pada
pagi hari dan kufur di sore harinya, untuk menanamkan benih-benih keraguan di dalam ha kaum yang lemah.

Mereka mempersempit jalan-jalan kehidupan terhadap orang yang memiliki hubungan keuangan dengan mereka. Apabila mereka
mempunyai tanggungan hutang kepada orang mukmin dan dak dapat melunasinya mereka mengatakan sesungguhnya hutangku
kepadamu hanya kubayar ke ka kamu masih berada di atas agama nenek moyangmu, apabila kamu telah keluar dari agama nenek
moyangmu dak akan kubayar lagi.

Mereka melakukan itu sebelum Perang Uhud sekali pun mereka terikat perjanjian dengan Rasulullah ‫ﷺ‬. Rasulullah dan para sahabat tetap
bersabar atas hal itu semua, agar mereka mau sadar, di samping untuk mewujudkan keamanan di dalam negeri.

Tetapi, mereka dak melihat bahwa Allah telah menolong orang-orang yang beriman di medan Badar dan mereka telah memiliki kekuatan
dan kewibawaan orang-orang yang jauh maupun yang dekat. Maka mereka menyatakan kejahatan dan permusuhannya secara terang-
terangan.

Orang Yahudi yang paling dengki dan paling jahat adalah saat Kaab bin Asyraf, sebagaimana halnya Bani Qainuqa merupakan kelompok
yang paling jahat di antara ke ga kelompok Yahudi. Bani Qainuqa nggal di dalam Madinah. Profesi mereka adalah tukang sepuh dan
pembuat bejana. Dengan profesi tersebut se ap orang dari mereka memiliki alat-alat perang. Jumlah prajurit mereka adalah 700 orang.
Mereka adalah Yahudi Madinah yang paling berani dan Yahudi pertama yang melanggar perjanjian.

Ke ka Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin di Badar, ulah mereka semakin brutal. Mereka membangkitkan keributan
dengan mencela dan mengganggu se ap muslim yang mendatangi pasar mereka, sampai mereka berani mengganggu para wanita kaum
muslimin.

Tatkala kejahatan mereka sudah memuncak, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengumpulkan mereka, menaseha mereka, dan mengajak mereka kepada
kebenaran. Tetapi kejahatan dan kesombongan mereka semakin menjadi.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dari jalur Ibnu Abbas ‫ﷲ ﻋﻨﻪ‬ ‫ ر‬berkata,

"Setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬berhasil menundukkan orang-orang Quraisy dalam Perang Badar, beliau mengumpulkan orang-orang Yahudi di
pasar Bani Qainuqa dan berkata,
"Wahai orang-orang Yahudi, masuklah kedalam Islam sebelum kalian di mpa oleh apa yang telah menimpa kaum Quraisy."
Mereka mengatakan,
"Hai Muhammad, Janganlah Engkau membanggakan kemenangan terhadap kaum Quraisy mereka itu dak menger ilmu peperangan.
َ
Seandainya kami yang Engkau hadapi dalam peperangan niscaya Engkau akan mengetahui siapa sebenarnya kami. Kemudian Allah ‫ﺗ َﻌﺎ‬
menurunkan ayat
ُ َ ُ َ ْ َُ َ ُ ُْ َ َُ َ
َ ْ ‫ون إ ٰ َﺟ َﻬ ﱠﻨ َﻢ ۚ َو‬ ُ
‫ﺲ اﻟ ِﻤ َﻬﺎد‬ ِ ِ ‫ﻗ ْﻞ ِﻟﻠ ِﺬﻳﻦ ﻛﻔﺮوا ﺳﺘﻐﻠﺒﻮن وﺗﺤ‬

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: Kamu pas akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan
itulah tempat yang seburuk-buruknya.
Surah Ali 'Imran (3:12)
َْ ُ ً َ َ ‫ﱠ‬ َ َ ُ َ ْ َ ٌ ْ َُ ٌَ َََ ََ ٌ َ َْ
‫ﻗﺪ ﺎن ﻟ ْﻢ آ َ ﺔ ِ ِﻓﺌﺘ ْ اﻟﺘﻘﺘﺎ ۖ ِﻓﺌﺔ ﺗﻘ ِﺎﺗ ُﻞ ِ َﺳ ِ ِﻞ ا ِ َوأﺧ َﺮ ٰى ِﺎﻓ َﺮة َﻳ َﺮ ْوﻧ ُﻬ ْﻢ ِﻣﺜﻠ ْﻴ ِﻬ ْﻢ َرأ َي اﻟ َﻌ ْ ۚ َوا ُ ُﻳ ﱢ ﺪ ِﺑﻨ ْ ِە َﻣ ْﻦ َ ﺸ ُﺎء ۗ ِإن ِ ذ ٰ ِﻟﻚ ﻟ ِﻌ ْ َ ة ِﻷو ِ اﻷ ْ َﺼﺎر‬

Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan
(segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah
menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-
orang yang mempunyai mata ha .
Surah Ali 'Imran (3:13)

Makna jawaban dari Bani Qainuqa itu merupakan pernyataan terbuka untuk berperang, tetapi Nabi ‫ ﷺ‬menahan amarahnya dan
bersabar, demikian pula kaum muslimin. Mereka menunggu sampai orang-orang Yahudi berbuat kejahatan melampau batas.

Orang-orang Yahudi dari Bani Bani Qainuqa bertambah berani. Tidak lama kemudian mereka berbuat kerusuhan di Madinah. Mereka
berusaha untuk membinasakan kaum Muslimin dan menutup celah-celah kehidupan mereka.
Diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam dari Abu Aun bahwasanya seorang wanita Arab datang ke pasar Bani Qainuqa untuk menjual barang
dagangannya. Dia mendatangi tukang sepuh dan duduk di sana. Tiba- ba beberapa orang Yahudi menginginkan wanita itu untuk membuka
penutup mukanya. Tetapi wanita itu menolak. Tanpa diketahui oleh wanita itu secara diam-diam tukang sepuh itu menyangkutkan ujung
pakaian yang menutup seluruh tubuh wanita Arab itu pada bagian punggungnya. Ke ka wanita itu berdiri terbukalah aurat bagian
belakangnya.
Orang-orang Yahudi yang melihatnya tertawa terbahak-bahak. Wanita itu kemudian berteriak meminta pertolongan. Mendengar teriakan
itu salah seorang dari kaum Muslimin menyerang tukang sepuh Yahudi itu dan membunuhnya.

Orang-orang Yahudi yang berada di tempat itu kemudian mengeroyoknya dan membunuhnya. Peris wa itulah yang menyebabkan
terjadinya peperangan antara kaum muslimin dan orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa.

Melihat peris wa biadab yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa, Rasulullah hilang kesabaran. Beliau menyerahkan
urusan Madinah kepada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir, menyerahkan bendera kaum muslimin kepada Hamzah bin Abdul Mutholib, dan
bersama tentara Allah beliau berangkat menuju Bani Qainuqa.

Ke ka Yahudi dari Bani Qainuqa melihatnya, mereka segera berlindung di dalam benteng benteng mereka.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 87
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Kemudian kaum muslimin mengepung mereka dengan ketat yaitu pada hari Sabtu pertengahan bulan Syawal tahun kedua Hijrah.

Pengepungan itu berlangsung selama 15 hari sampai awal bulan Dzulqaidah. Allah mpakan rasa takut ke dalam ha mereka.

Akhirnya mereka menyerah dan bersedia menerima hukumannya yang akan diputuskan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬menyangkut budak, harta, istri,
dan anak keturunan mereka.

Ke ka itu Bangkitlah Abdullah bin Ubay bin Salul memainkan peran kemunafikannya. Dia mendesak Rasulullah ‫ ﷺ‬agar memaa an
mereka, dengan mengatakan,

"Wahai Muhammad perlakukanlah para sahabatku itu dengan baik". (Mereka adalah para sekutu kabilah Khazraj yang salah seorang
pemimpin nya adalah Abdullah bin Ubay).

Permintaannya itu dak ditanggapi oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬. Abdullah bin Ubay mengulangi permintaannya tetapi beliau berpaling darinya,
sambil memasukkan tangannya ke dalam baju besinya lalu berkata kepadanya,

"Tinggalkan aku!" Beliau marah dan wajahnya tampak berubah, lalu berkata lagi,
"Celakalah kau, nggalkan aku!"

Tetapi sang munafik tersebut tetap saja pada keinginannya dan berkata,

"Tidak, demi Allah aku dak akan meninggalkan Engkau sebelum Engkau memperlakukan para sahabatku itu dengan baik."

"400 orang tanpa perisai dan 300 orang bersenjata lengkap yang telah membelaku terhadap semua musuh-musuhku itu, apakah Engkau
habisi nyawanya dalam waktu sehari? Demi Allah aku betul-betul menghawa rkan terjadinya bencana itu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memperlakukan si munafik tersebut yang baru sebulan menampakkan keislamannya dengan memberikan perha an
kepadanya.
Dia serahkan orang-orang Yahudi itu kepadanya dengan syarat mereka harus keluar dari Madinah dan dak boleh hidup berdekatan
dengan kota Madinah.

Mereka pun keluar menuju daerah di sekitar Syam, dan dak lama kemudian sebagian besar dari mereka meninggal dunia.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menerima harta kekayaan mereka. Dari harta tersebut beliau mengambil ga keping uang, dua baju besi, ga pedang, ga
tombak, dan seperlima ghanimah. Orang yang bertanggung jawab mengumpulkan ghanimah adalah Muhammad bin Maslamah.

Perang Sawiq
Ke ka Shafwan bin Umayyah, orang-orang Yahudi, dan orang-orang munafik melakukan makar, Abu Sufyan berfikir untuk melakukan suatu
ndakan yang kecil resikonya, tetapi jelas pengaruhnya.

Ia berupaya untuk segera melakukan ndakan untuk memelihara kedudukan kaumnya, dan menunjukkan kekuatan mereka.

Abu Sufyan bernazar dak akan membasahi rambutnya dengan air karena junub sebelum menyerang Muhammad. Maka ia pun keluar
membawa 200 tentara untuk memenuhi nadzarnya.

Mereka ba di suatu terusan yang menghadap ke gunung Naib, dari Madinah sekitar satu barid atau 12 mil. Tetapi ia dak berani
menyerang Madinah secara terang-terangan.

Ia melakukan suatu ndakan seper ndakan pembajakan yaitu memasuki pinggiran Madinah secara sembunyi-sembunyi di tengah-
tengah kegelapan malam.

Dia mendatangi Huyai bin Al-Kha ab dan meminta dibukakan pintu, namun Huyai tak mau dan merasa ketakutan. Kemudian ia
mendatangi Salam bin Musykam, pemimpin Bani Nadlir pada saat itu.

Setelah meminta izin ke Salam bin Musykam, Ia pun diberi izin, diberi minum khamer dan memperoleh informasi tentang keadaan kaum
muslimin pada saat ini darinya.

Kemudian pada malam itu juga Abu Sufyan keluar dan menemui para sahabatnya, lalu mengutus satu pasukan dari mereka dan menyerang
suatu tempat di pinggiran kota Madinah yang bernama Aridl.

Mereka menebang dan membakar beberapa pohon kurma dan di sana mereka membunuh seorang lelaki Anshor dan sekutunya yang
sedang berada di kebun mereka. Setelah itu mereka melarikan diri ke Mekah.

Peris wa tersebut sampailah ke telinga Rasulullah ‫ﷺ‬. Lalu Beliau segera mengejar Abu Sufyan dan kawan-kawannya.

Akan tetapi, mereka segera melarikan diri dengan sangat cepat, mereka melemparkan bekal makanan mereka yang berupa tepung (sawiq)
dalam jumlah yang banyak untuk memperingan beban dan agar dapat lari lebih cepat lagi.

Rasulullah ‫ ﷺ‬pun sampai di Qarqaratul Kadar, kemudian kembali pulang, dan kaum muslimin membawa tepung (sawiq) yang dilemparkan
oleh orang-orang kafir itu. Sehingga peris wa ini dinamakan dengan perang sawiq.

Peris wa ini terjadi pada bulan Dzulqaidah tahun kedua Hijriyah dua bulan setelah peris wa Badar.

Dalam perang ini Rasulullah menyerahkan urusan Madinah kepada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 88
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Perang Dzi Amar

Peperangan ini merupakan operasi militer terbesar yang dipimpin Rasulullah ‫ ﷺ‬, sebelum Perang Badar. Peris wa ini terjadi pada bulan
Muharram tahun ke ga Hijriah.

Faktor penyebabnya adalah intelijen Madinah menyampaikan berita kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬, bahwa ada sekelompok besar dari bani
Tsa'labah dan Maharib berkumpul untuk melancarkan serangan di pinggiran Madinah. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬mendorong kaum muslimin
untuk keluar berperang, Kemudian keluarlah Beliau membawa 450 tentara yang berkendaraan maupun yang berjalan kaki. Beliau
menyerahkan urusan Madinah kepada Utsman bin Affan.

Di tengah-tengah perjalanan, mereka menangkap seseorang dari Bani Tsa'labah bernama Jabbar. Ia pun dibawa kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬. Lalu
Beliau menyerukan Islam kepada-nya, dan ia pun masuk Islam.

Kemudian dibolehkan bergabung bersama Bilal dan menjadi penunjuk jalan pasukan kaum muslimin menuju daerah musuh.
Musuh bercerai-berai di puncak-puncak gunung, ke ka mendengar kedatangan pasukan kaum Muslimin. Nabi ‫ ﷺ‬bersama pasukannya
sampai di tempat berkumpulnya mereka, yaitu di Dzi Amar.

Di sana beliau nggal selama sebulan penuh, Bulan Safar tahun ke ga Hijriah, untuk menunjukkan kekuatan kaum muslimin kepada orang-
orang Arab Badui dan agar mereka merasa takut. Setelah itu beliau kembali ke Madinah.

Pembunuhan Ka'ab Bin Al Asyraf

Ka'ab bin Al Asyraf adalah seorang Yahudi yang paling keras memusuhi Islam dan kaum muslimin, paling keras gangguannya kepada
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan menyerukan untuk memerangi beliau.

Ka'ab bin Al Asyraf berasal dari kabilah Thai' dari bani Nabhan dan ibunya dari bani Nadhir. Ia adalah seorang yang kaya raya, di kalangan
orang-orang, terkenal dengan ketampanannya dan juga seorang penyair.

Bentengnya terletak di sebelah tenggara Madinah di belakang perkampungan Bani Nadhir.

Ke ka pertama kali mendengar berita tentang kemenangan kaum muslimin dan terbunuhnya para pemimpin Quraisy di Badar ia berkata,

"Apakah berita ini benar? Mereka itu adalah para pemimpin orang-orang Arab dan raja manusia. Demi Allah, seandainya Muhammad dan
para sahabatnya berhasil menundukkan mereka, perut bumi ini sungguh lebih baik daripada punggungnya."

Tatkala kebenaran berita tersebut sudah dapat dipas kan, musuh Allah tersebut tergerak untuk mencaci Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum Muslimin,
memuji musuh-musuh kaum Muslimin, dan membangkitkan mereka untuk memusuhi kaum Muslimin.

Ia dak puas dengan sekedar berbuat seper itu, sehingga ia pun mendatangi orang-orang Quraisy dan singgah di tempat Al Muthalib Bin
Abi Wada'ah ah Sahmi. Di sana ia mengalunkan syair-syair ratapan para korban Badar dari kaum musyrikin yang dimasukkan ke dalam
sebuah sumur badar.

Dengan demikian ia dapat membangkitkan kemarahan anak cucu mereka dengan kedengkian mereka terhadap Nabi ‫ﷺ‬, serta mengajak
mereka untuk memeranginya.

Ke ka berada di Mekah, Ka'ab ditanya oleh Abu Sufyan dan kaum musyrikin,

"Mana yang lebih engkau sukai, agama kami atau agama Muhammad dan para sahabatnya? Dan manakah yang benar jalan kami ataukah
Muhammad dan para sahabatnya?

Ka'ab menjawab,
"Kalian lah yang lebih benar jalannya dan lebih baik.

Kemudian turunlah firman Allah ta'ala:


ً َ َُ َ َ ٰ َ ْ ََُٰ َُ َ َ ََُ ُ ‫ْ َ ﱠ‬ َ ُ ُْ َ َ َ ُ َ ََ ْ
ِ ‫ﻮت و ﻘﻮﻟﻮن ِﻟﻠ ِﺬﻳﻦ ﻛﻔﺮوا ﻫ ﺆ ِء أﻫﺪى ِﻣﻦ اﻟ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨﻮا ﺳ‬
ِ ‫ﺎب ﻳﺆ ِﻣﻨﻮن ِ ﺎﻟ ِﺠ ِﺖ واﻟﻄﺎﻏ‬
ِ ‫أﻟﻢ ﺗﺮ ِإ اﻟ ِﺬﻳﻦ أوﺗﻮا ﻧ ِﺼ ﺎ ِﻣﻦ اﻟ ِ ﺘ‬

Apakah kamu dak memperha kan orang-orang yang diberi bagian dari Al kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan
mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.
Surah An-Nisa' (4:51)

Kemudian Ka'ab kembali ke Madinah dalam keadaan demikian. Di dalam syair-syairnya mulai berani merayu-rayu istri-istri para sahabat
dan menyaki para sahabat dengan kelancangan lidahnya yang keras.

Ke ka itulah Rasulullah ‫ ﷺ‬berkata,

"Siapakah yang bersedia membunuh Ka'ab bin Al Asyraf? Sungguh ia telah menyaki Allah dan Rasulnya"

Maka Muhammad bin Maslamah bangkit dan mengatakan,


"Saya, wahai Rasulullah. Apakah Engkau suka apabila saya membunuhnya?"

"Ya," jawab Beliau.

Muhammad bin Maslamah mengatakan,


"Ijinkan aku mengatakan sesuatu (kepadanya)."

"Katakanlah," sahut Beliau.


Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 89
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengizinkan Muhammad bin Maslamah mengatakan apa saja yang ia ingin katakan kepada Ka'ab bin Al Ashraf.

Muhammad bin Maslamah kemudian mendatangi Ka'ab bin Al Ashraf dan mengatakan,

"Orang itu (yakni Muhammad ‫ ) ﷺ‬meminta shodaqoh kepada kami. Dia sangat memberatkan kami."

Ka'ab berkata:
"Rupanya, engkau telah bosan kepadanya."

Muhammad bin Maslamah berkata,

"Kami telah mengiku dia, dan kami dak ingin meninggalkannya sampai kami melihat sendiri bagaimana akhir persoalannya nan . Kami
menginginkan engkau bersedia memberi pinjaman kepada kami satu atau dua wasaq (satu wasaq kurang lebih sama dengan 60 gantang)."

"Baiklah tetapi engkau harus memberikan barang jaminan kepadaku," jawab Ka'ab.

Muhammad bin maslamah berkata,


"Jaminan apa yang kau inginkan?"
"Berikanlah istri-istri kalian kepadaku sebagai jaminan," jawab Ka'ab.

Muhammad bin maslamah berkata,


"Bagaimana mungkin kami menyerahkan istri-istri kami sementara engkau adalah orang yang paling tampan."

"Kalau begitu, Serahkanlah anak-anak kalian kepadaku," sahut Ka'ab.

Muhammad bin maslamah berkata,


"Bagaimana mungkin kami menyerahkan anak-anak kami sebagai jaminan. Mereka akan mencela karena digadaikan dengan satu atau dua
wasaq. Ini adalah aib bagi kami. Kami akan menyerahkan senjata saja kepadamu sebagai barang jaminan."

Selanjutnya ia berjanji akan datang lagi kepada Ka'ab

Abu Na'ilah juga melakukan seper apa yang dilakukan oleh Muhammad bin maslamah. Dia mendatangi Ka'ab bin Al Ashraf dan
mengalunkan beberapa syair sejenak, lalu berkata,

"Wahai Ibnul Ashraf aku datang kepadamu untuk suatu keperluan. Aku akan mengatakannya hanya kepadamu, tetapi rahasiakanlah."

Ka'ab menjawab, "Baik akan kurahasiakan."

Abu Nailah berkata, "Kedatangan orang itu (yakni kedatangan Muhammad ‫ ﷺ‬di Madinah) membawa bencana bagi kami. Kami dimusuhi
oleh orang-orang Arab, kami diisolasi, kami hidup serba susah, sehingga kami dan keluarga harus bekerja memban ng tulang."

Selanjutnya saling dialog seper dialog antara Ka'ab dan Muhammad bin maslamah.
Di sela-sela pembicaraannya itu, Abu Nailah mengatakan,

"Sesungguhnya aku bersama para sahabatku yang sependapat dengan aku. Aku ingin membawa mereka kepadamu, lalu engkau memberi
mereka yang berlaku baik dalam hal tersebut."

Dalam dialog tersebut Muhammad bin Maslamah dan Abu Naila telah berhasil mencapai apa yang diinginkannya. Karena setelah dialog
tersebut Ka'ab dak mencurigai senjata dan para sahabat yang mereka bawa.

Pada malam bulan purnama, malam ke 14 dari bulan Rabiul awal tahun ke-3 Hijriyah, m tersebut berkumpul menghadap Rasulullah ‫ ﷺ‬,
beliau kemudian mengantar mereka sampai ke Baqi' Gharqad, lalu mengarahkan mereka dengan mengatakan,

"Berangkatlah atas nama Allah. Ya Allah, tolonglah mereka."


Setelah itu beliau pulang dan terus melakukan sholat dan bermunajat kepada Rabbnya.
Tim itu pun ba di benteng (tempat nggal Ka'ab bin Al Ashraf) Abu Na'ila kemudian memanggilnya, dan Ka'ab pun bangkit untuk
mendatangi mereka.
Istrinya berkata,

"Mau kemana pada saat seper ini? Aku mendengar seper suara yang dapat meneteskan darah."

Ka'ab berkata,
"Ia adalah saudaraku, Muhammad bin Maslamah dan saudara susuku Abu Na'ilah. Sesungguhnya orang yang mulia itu apabila dipanggil
untuk bertempur, pas bersedia menghadapinya."

Kemudian ia keluar menemui mereka dengan pakaian yang harum semerbak.

Abu Na'ilah telah berkata kepada para sahabatnya,

"Apabila ia telah datang, aku akan membelai rambutnya dan menciumnya. Dan apabila kalian melihat aku telah dapat memegang
kepalanya, renggutlah dan bunuhlah dia."

Ka'ab pun datang menghampiri mereka dan berbicara sejenak, kemudian Abu Na'ilah berkata,

"Wahai Ibnu Ashraf, bagaimana kalau kita berjalan jalan di jalanan kampung untuk berbincang-bincang menghabiskan malam-malam
kita?"

"Baiklah jika kalian menghendaki," jawab Ka'ab bin Asyrof.

Mereka kemudian keluar untuk berjalan-jalan, di tengah perjalanan Abu Nailah berkata,

"Aku belum pernah melihat engkau seharum pada malam ini."

Kaab bangga mendengar pujian seper itu, dan ia berkata,


"Aku mempunyai parfum wanita-wanita Arab."

Abu Na'ilah berkata, "Bolehkah aku mencium kepalamu?" "

"Boleh," jawab Kaab.

Abu Na'ilah kemudian membelai kepala rambut Ka'ab dan menciumnya, demikian pula para sahabatnya.

Kemudian berjalan sejenak, lalu berkata,


"Bolehkah aku mengulanginya lagi?"

"Silahkan," jawab Kaab.

Abu Na'ilah pun membelai rambutnya, dan tatkala sudah dapat memegangnya, ia berseru,

"Renggutlah musuh Allah ini!"

Seke ka itu juga pedang-pedang mereka merenggutnya tetapi dak memberikan manfaat sedikit pun.

Lalu Muhammad bin maslamah mengambil sebilah pedang dan dia letakkan di bagian bawah perut lalu dia tekan sampai menembusnya.
Kaab pun terkapar dan ma seke ka. Ke ka itu Kaab meraung keras sehingga dapat membuat ketakutan orang-orang yang berada di
sekitarnya. Tidak lama kemudian, semua lampu dalam benteng dinyalakan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 90
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Tim itu kemudian kembali, Ke ka itu Al Haris bin Aus terkena ujung pedang sebagian sahabatnya sehingga terluka dan mengucurkan darah.
Setelah ba di Hurrotul Aridl, ternyata Al Haris dak ada di tengah-tengah mereka. Mereka kemudian mencarinya, lalu mereka gotong.
Setelah ba di Baqi' Gharqad, mereka bertakbir dan takbir mereka didengar oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬. Sehingga, beliau mengetahui bahwa
mereka telah berhasil membunuh Kaab, dan beliau kemudian bertakbir.

Setelah mereka sampai di hadapan beliau, beliau berkata,

"Wajah kalian berseri-seri."

"Wajah Anda juga wahai Rasulullah." sahut mereka.

Mereka meletakkan kepala sang thaghut tersebut di hadapan beliau, dan beliau memuji Allah atas terbunuhnya sang Thoghut itu. Beliau
kemudian mengoba luka Al Haris dan sembuh seke ka itu juga.

Setelah orang-orang Yahudi mengetahui kema an pemimpinnya, Kaab bin Asyraf, mereka sangat ketakutan. Mereka baru menyadari
bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬dak segan-segan untuk menggunakan kekuatan ke ka nasehat sudah dak diindahkan lagi oleh orang-orang yang
ingin menghancurkan keamanan, menimbulkan keresahan, dan dak menghorma perjanjian.

Mereka dak berani ber ndak sesuka ha , Bahkan mereka menunjukkan sikap seolah-olah mentaa perjanjian. Mereka bersembunyi di
benteng bagaikan ular yang terburu-buru masuk ke dalam liangnya untuk bersembunyi.

Demikianlah untuk sementara waktu Rasulullah ‫ ﷺ‬dapat mencurahkan seluruh perha annya dalam menghadapi berbagai bahaya yang
kemungkinan muncul di luar Madinah. Beban kaum muslimin semakin berkurang, sebagian besar masalah-masalah intern mereka telah
terselesaikan.

Ekspedisi Zaid Ibnul Harits

Ekspedisi ini merupakan operasi militer yang terakhir dan paling berhasil yang dilakukan oleh kaum muslimin sebelum Perang Uhud.
Peris wa ini terjadi pada bulan Jumadil Akhir Tahun ke ga Hijrah.

Urutan peris wa tersebut adalah kaum Quraisy selalu dirundung kesedihan setelah terjadinya peris wa Badar. Ke ka ba musim panas
dan musim dagang Islam telah dekat, mereka dirundung kesedihan yang lain yakni perniagaannya merasa terancam.

Safwan Bin Umayyah berkata kepada orang-orang Quraisy,

"Muhammad dan para sahabatnya telah merintangi perniagaan kita. Kita dak tahu apa yang harus kita perbuat terhadap mereka, karena
mereka dak membiarkan daerah pantai. Penduduk daerah pantai berdamai dengan mereka, dan sebagian besar dari mereka telah
memeluk Islam. Kita dak tahu cara menanggulangi, apa yang dapat ditempuh kalau kita tetap nggal dirumah.
Modal kita akan habis dimakan, sementara penghidupan kita di Mekkah tergantung pada perniagaan kita ke Syam di musim panas dan ke
Habasyah di musim dingin."

Terjadilah dialog sekitar topik tersebut. Al Aswad bin Abdul Muthalib berkata kepada Sofwan,

"Tinggalkan jalan lewat daerah pantai, dan ambillah jalan lewat Irak."

Jalan lewat Irak merupakan jalan yang panjang melewa Najad sampai ke Syam, dan melewa sebelah mur Madinah. Orang-orang
Quraisy sangat dak mengetahui jalur tersebut, maka Al Aswad bin Abdul-Muththalib menyarankan agar menjadikan Farat bin Hayyan dan
Bani Bakar bin Wa'il sebagai pemandunya, dan dia sendiri adalah pemimpin dalam perjalanan tersebut.

Berangkatlah kafilah Quraisy dipimpin oleh Safwan bin Umayyah lewat jalan baru. Namun berita tentang keberangkatan kafilah ini telah
sampai ke Madinah. Sebab Khalid bin an-Nu'man telah masuk Islam. Dia bertemu dengan Nu'aim Bin Masud Al Asyja'i (ke ka itu belum
memeluk Islam) di sebuah tempat minum khamr (ke ka itu khamr belum diharamkan) Dalam kesempatan tersebut Shalith bin Nu'man
mendengar informasi dari Nu'aim bin Mas' tentang perjalanan kafilah Quraisy. Maka Salith bin Numan segera menghadap Nabi ‫ﷺ‬
menyampaikan informasi yang didengarnya.

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera menyiapkan pasukan yang terdiri atas 100 personil lengkap dengan kendaraannya di bawah pimpinan Zaid bin
Haritsah al Kilabi. Zaid pun segera berangkat, dan di daerah Najad yakni di Qordah, Zaid berhasil menyergap kafilah yang sedang lengah.

Zaid berhasil menguasai mereka, sedangkan Shafwan dan para pengawalnya melarikan diri tanpa perlawanan.

Kaum muslimin menawan pemandu kafilah, yaitu Farrat bin Hayyan. Dikatakan pula bahwa kaum muslimin juga menangkap 2 orang yang
lain. Mereka mengangkut bahan ghanimah besar berupa perak dan barang-barang berharga lainnya, yang diangkut oleh kafilah semua.
Barang itu nilainya sekitar 100.000.

Rasulullah ‫ ﷺ‬membagi-bagikan barang-barang ghanimah tersebut kepada para personil ekspedisi itu, setelah beliau ambil seperlimanya,
Farrat bin Hayyan akhirnya masuk Islam di hadapan Rasulullah ‫ ﷺ‬.
Peris wa itu merupakan tragedi dan bencana besar bagi orang-orang Quraisy, sehingga mereka semakin resah dan bertambah sedih. Di
hadapan mereka dak ada jalan kecuali dua pilihan:

~ Menghen kan kesombongan dan mengambil langkah perdamaian dengan kaum muslimin

~ Menempuh langkah peperangan untuk mengembalikan kewibawaan mereka dan melumpuhkan kekuatan kaum muslimin.

Namun mereka memilih langkah yang kedua sehingga tekat mereka semakin kuat untuk melakukan ndakan pembalasan.
Mereka giat mengadakan persiapan guna menghadapi kaum muslimin dengan kekuatan maksimal, semua itu, merupakan penyebab
terjadinya Perang Uhud.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 91
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Abdullah Bin Ubay

Semua keberhasilan Rasulullah ‫ ﷺ‬itu membuat ha Abdullah bin Ubay berubah semakin sesak karena dengki.

"Jika ini dibiarkan, lenyap sudah impianku untuk menjadi pemimpin Madinah lagi seper dulu!" demikian pikirnya.
"Aku harus mencari jalan untuk menjauhkan Muhammad dari umatnya."

Abdullah bin Ubay mulai menyebarkan desas-desus,


"Mengapa Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi bagian harta rampasan kepada Utsman bin Affan? Padahal, Utsman dak ikut ke Perang Badar! Ini pas
karena Utsman lebih dicintai dari kita semua!"

"Namun para sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mendatangi Abdullah bin Ubay dan memberinya peringatan agar dak menyebarkan desas-
desus.

"Utsman sudah berkeras ingin pergi, tetapi Rasullullah ‫ ﷺ‬memerintahkan agar nggal di rumah dan merawat Rukayah, putrinya yang
sedang sakit! Jadi, sebenarnya Utsman juga berhak atas rampasan perang!" demikian kata beberapa sahabat.

Abdullah bin Ubay terdiam, tetapi ia pun mencari jalan lain. Kemudian disebarkannya desas-desus,
"Muhammad itu mengajarkan agar kita berpaling dari harta dunia, tapi sebenarnya harta tebusan yang banyak itu ia gunakan untuk makan
dan minum enak serta memiliki perabotan rumah yang mewah layaknya Kaisar Persia!"

Sambil menebarkan desas desus itu Abdullah bin Ubay diam-diam mendatangi seorang wanita Anshor dan menyuruhnya memberikan
permadani yang indah dan sangat mahal kepada Aisyah.
Tanpa ada rasa curiga, Aisyah yang masih muda dan lugu pun menerimanya dengan senang.

Ke ka Rasulullah ‫ ﷺ‬mendengar berita ini, beliau segera pulang dan menemui istrinya Aisyah yang sedang duduk-duduk di atas permadani
yang mahal itu. Wajah Aisyah berseri-seri memiliki perabotan seindah itu.

"Aisyah, apa ini?" tanya Rasulullah ‫ﷺ‬

"Seorang wanita Anshor datang ke sini dan melihat karmu," jawab Aisyah.
"Ia kemudian mengutus orang agar menyampaikan permadani ini kepadaku."

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyuruh Aisyah untuk mengembalikan permadani itu. Kemudian beliau dur di atas karnya yang biasa kembali.

Abdullah bin Ubay walaupun telah menyatakan diri sebagai Muslim dia tetap bersikap keras kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, dan menganggap
Rasulullah dak adil karena dianggap telah merampas kekuasaannya yang dipegangnya sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke Madinah.

Abdullah bin Ubay pun selalu berusaha memalingkan manusia dari ajaran Islam.

Tidur di atas Tikar


Umar Bin Kha ab bergegas mendatangi rumah Rasulullah ‫ﷺ‬. Ia ingin membuk kan bahwa desas-desus yang disebarkan orang tentang
Rasulullah ‫ ﷺ‬yang memiliki perabot mewah itu sama sekali dak benar.

Ke ka Umar sampai di rumah Rasulullah ‫ﷺ‬, sama sekali dak dilihatnya perabot-perabot mewah yang didesas-desuskan itu. Rumah
Rasulullah ‫ ﷺ‬tetap seper dulu, dak ada sama sekali yang berubah.

Mengetahui Umar Bin Kha ab datang, Rasulullah ‫ ﷺ‬bangun dari atas karnya. Seke ka itu, Umar melihat bekas-bekas kar yang kasar
membekas pada tubuh Rasulullah ‫ﷺ‬. Tidak kuat menahan haru akhirnya Umar menangis.

Rasulullah ‫ ﷺ‬berpaling heran lalu beliau bertanya lembut,

"Ya Umar, Apa yang menyebabkan engkau menangis?"

"Bagaimana aku dak akan meneteskan air mata jika aku melihat bekas-bekas kar itu melekat pada tulang rusukmu. Hanya inilah harta
kekayaanmu yang aku tahu. Sedangkan Kaisar Romawi dan Persia hidup dalam gelimangan harta benda."

Rasulullah ‫ ﷺ‬merasakan betul kesedihan Umar. Beliau lalu menghibur Umar dengan memberikan pelajaran bahwa nilai seseorang daklah
ditentukan oleh harta kekayaan yang dimilikinya, tetapi tergantung pada kemampuannya untuk menyebarkan kebahagiaan kepada orang
lain. Kebajikan akan membuat seseorang menjadi kekal. Orang yang terus-menerus melakukan kebaikan, akan menghasilkan buah
kebaikan pula untuk selama-lamanya.

Sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬agar kita selalu bersyukur:

"Apabila di antara kamu sekalian melihat orang yang dianugerahi harta dan rupa, maka hendaklah ia melihat orang yang lebih rendah dari
mereka, karena hal itu lebih pantas agar kamu dak merasa kekurangan nikmat yang Allah berikan kepadamu."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 92
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Kesedihan Umar

Setelah perang Badar, beberapa wanita menjadi janda karena suaminya gugur. Rasulullah ‫ ﷺ‬berusaha meringankan beban para wanita itu
dengan memberikan santunan dari hasil rampasan perang. Bagi wanita yang masih muda, Rasulullah ‫ ﷺ‬berusaha menikahkan mereka
dengan sahabat lain yang mampu.

Hafshah putri Umar Bin Kha ab, adalah salah seorang wanita muda yang di nggali suaminya yang telah syahid. Umar tentu sangat sedih
memikirkan nasib putrinya. Maka, ia pun pergi menemui Utsman bin Affan dan bertanya apakah Utsman bersedia menikahi Hafshah?

"Maaf, saya sedang dak bersedia untuk menikah lagi." demikian jawab Utsman.

Umar kemudian mendatangi Abu Bakar dan bertanya apakah Abu Bakar bersedia menikahi Hafshah. Namun, Abu Bakar diam saja. Dengan
sedih, Umar Bin Kha ab menemui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan mengadukan nasib Hafshah serta penolakan kedua sahabatnya itu.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum menghibur,


"Hafshah akan menikah dengan orang yang lebih baik daripada Abu Bakar dan Utsman."

Umar Bin Kha ab menatap Rasulullah dak menger . Siapakah yang lebih baik daripada Abu Bakar dan Utsman?

Ternyata, Rasulullah sendiri yang melamar Hafshah.

Subhanallah, saat itu juga, perasaan Umar Bin Kha ab meluap dengan kegembiraan yang dak terlukiskan. Di tengah perjalanan pulang, ia
bertemu Abu Bakar dan menyampaikan berita gembira itu.

Abu Bakat berkata:


"Memang, Rasulullah sudah pernah membicarakan hal itu kepadaku. Karena itu, aku dak ingin membuka rahasianya. Andaikata saja
beliau dak meminang Hafshah, sudah tentu akulah yang akan memperistrinya," demikian jawab Abu Bakar.
Setelah Hafshah menjadi istri Rasulullah ‫ ﷺ‬maka saat itu Ibu kaum muslimin pun menjadi ga orang:

Saudah, Aisyah, dan Hafshah. Rasulullah ‫ ﷺ‬menetap di tempat ke ganya secara bergan an.
Pada pagi hari, mereka semua berkumpul untuk mendengar nasihat Rasulullah ‫ﷺ‬.
Pada Sore harinya, mereka kembali berkumpul dan menceritakan semua yang mereka alami hari itu. Hal demikian menambah indah
suasana rumah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Sejak saat itu Umar Bin Kha ab dengan gencar menganjurkan para sahabat yang lain agar mau menikahi para janda syuhada.

Persiapan Perang Quraisy

Rasa geram dan gelisah terus menghantui perasaan orang-orang Quraisy di Mekah sejak kekalahan Badar. Akhirnya para pembesar mereka
berkumpul di Darun Nadwah.

"Kafilah dagang yang tersisa lebih baik kita jual! Sebagian keuntungannya kita sisihkan untuk menyiapkan Angkatan Perang agar kita bisa
memukul Muhammad!" demikianlah usul seorang pembesar.

Usul itu pun diterima dengan suara bulat.

Rapat-rapat perang terus diadakan. Ada yang berpendapat supaya kaum wanita diajak ikut.
"Biar kaum wanita bertugas membakar kemarahan dan mengingatkan kepada korban-korban Badar. Kita adalah masyarakat yang sudah
bertekad ma dak akan pulang sebelum sempat melihat mangsa kita atau kita sendiri ma untuk itu!"

"Saudara-saudara Quraisy," demikian sahut yang lain,


"melepaskan wanita-wanita kita ke hadapan musuh bukanlah suatu pendapat yang baik, Apabila kalian mengalami kekalahan wanita-
wanita kita pun akan tertawan."

Tiba- ba Hindun bin Utbah Istri Abu Sufyan berteriak,

"Kamu yang selamat dari Perang Badar bisa kembali bertemu istrimu, itu sebabnya kamu dak berjuang ma -ma an. Ya kami kaum wanita
akan berangkat dan ikut menyaksikan peperangan. Jangan ada orang yang menyerukan pulang seper gadis-gadis kita dulu dalam
perjalanan ke Badar. Mereka disuruh pulang ke ka sudah sampai di Juhfah. Akibatnya orang-orang kesayangan kita terbunuh karena dak
ada orang yang dapat memberikan semangat kepada mereka!"

Demikianlah, akhirnya kaum wanita Quraisy diizinkan ikut dalam peperangan. Maka Hindun memanggil Wahsyi seorang budak hitam dari
Habasyah. Wahsyi terkenal sebagai pelempar tombak yang lihai.

"Kau akan kuberikan banyak harta jika berhasil membunuh Hamzah," demikian kata Hindun.

Majikan Wahsyi Jubair bin Mut'im juga berkata,

"Kau juga akan ku bebaskan jika berhasil membunuh Hamzah. Paman ku telah dibunuh orang itu dalam Perang Badar."

Pasukan Quraisy Berangkat

Setelah semua persiapan matang, pasukan Quraisy pun berangkat. Mereka terdiri atas 3000 orang dengan 3000 unta. 200 di antaranya
menunggang kuda dan 700 orang berbaju besi. Di barisan belakang para wanita Mekah dan budak-budak perempuan yang can k berjalan
mengiringi.
Mereka memakai perhiasan-perhiasan indah dengan wewangian semerbak. Di tengah-tengah barisan wanita itu, berjalan Hindun bin
Utbah dialah yang memegang komando dari barisan wanita untuk menabuh rebana dan menyanyi.

"Kalian dak boleh mendeka kami wahai kaum laki-laki," teriak Hindun. Sorot matanya memancarkan kobaran api.

"Kami bersumpah bahwa kaum laki-laki dak boleh mendeka kami sebelum mereka menumpas Muhammad dengan semua pasukannya
sehingga kami dapat pulang sambil menjinjing kepala Hamzah!"

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 93
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Semangat Quraisy

Semangat membalas dendam menyala berkobar-kobar di ha se ap tentara Quraisy. Apalagi, mereka ingin memamerkan kemampuan
tempur di hadapan bunga-bunga Quraisy yang kini terus menyanyi mengorbankan semangat. Genderang bertalu-talu dan wewangian nan
semerbak merebak. Belum pernah sebelumnya orang-orang Quraisy berangkat perang dengan tekad sekuat ini.

Di depan, Abu Sufyan memegang komando. Dua pasukan berkuda kavaleri yang dipimpin Khalid bin Walid dan Iqlima Bin Abu Jahal
mengawali Sisi kiri dan kanan.

Di dusun Abwa, beberapa prajurit Quraisy hampir saja membongkar kuburan Aminah, ibunda Rasulullah ‫ﷺ‬. Untung para Pembesar
Quraisy segera datang dan melarang.

"Nan mereka juga akan membongkar makam-makam kita," cegah pembesar itu.

Pasukan tersebut terus bergerak semakin dekat ke Madinah, mereka sudah siap beraksi bagai angin puyuh yang akan menerjang. Angin
puyuh yang dilipu nyala api kemarahan dan angan-angan kemenangan yang memabukkan.
Mereka mendeka Madinah dari dataran nggi. Di tempat itu, gunung Uhud yang kasar menggunduk bagai makhluk besar yang siap
menerkam.

Kaum muslimin di Madinah pas akan sangat terkejut, jika mereka dak mengetahui meningkatnya pasukan yang jumlahnya ga kali lebih
banyak daripada pasukan yang pernah mereka taklukan di Badar. Apakah kaum muslimin mengetahui gerakan ini?
Jika mereka mengetahui, strategi apa yang akan dilakukan Rasulullah ‫ ? ﷺ‬Akankah beliau memimpin kaum muslim bergerak menyongsong
musuh atau bertahan di Madinah?

Kaum Muslimin Bermusyawarah

Paman Rasulullah ‫ ﷺ‬, Abbas bin Abdul Muthalib ikut dalam pasukan Quraisy itu. Ia memang masih mencintai agama nenek moyangnya,
tapi ha nya sudah semakin kagum kepada keponakannya itu. Abbas ingat ke ka ia diperlakukan dengan baik sebagai tawanan pada Perang
Badar.

Karena itulah sebelum pasukan Quraisy berangkat, diam-diam Abbas mengirimkan surat kepada seorang Bani Ghifar untuk disampaikan
kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Surat ini berisi berita pemberangkatan pasukan Quraisy.

Seorang utusan Abbas memberitakan keberangkatan Quraisy kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mengajak para sahabat
bermusyawarah.
Kita akan pergi ke luar kota atau menyongsong di dalam kota. Abdullah bin Ubay mengatakan ingin bertahan di dalam kota.

Musyawarah membuat semua orang jadi mengetahui sepenuhnya bahaya dan kesulitan yang mereka hadapi. Hal itu akan membuat
anggota pasukan saling mempercayai. Se ap orang akan menganggap dirinya benar-benar bagian dari pasukan, sehingga mampu berjuang
saling bahu-membahu.

Keberanian Para Pemuda

Para sesepuh Anshor angkat bicara,

"Ya Rasulullah, tetaplah nggal di Madinah. Jangan pergi menghadapi musuh karena itu berar musuh sudah menang. Andaikata musuh
yang datang menyerbu, kita pas yang menang. Biarkan saja mereka di sana mengepung kita. Jika mereka memaksakan diri bertahan,
berar mereka justru berada dalam keadaan merugikan diri sendiri."

Sebetulnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬ingin agar kaum Muslimin menyepaka usul ini. Para sesepuh Anshor yang telah berjuang mempertahankan kota
selama puluhan tahun tentu tahu benar bahwa mereka lebih baik bertahan di dalam kota.
Namun dak demikian halnya dengan para pemuda Muslim yang semangatnya sedang menyala-nyala. Mereka terpukau atas kemenangan
300 orang sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬menghadapi 1000 orang musuh pada Perang Badar.

Sebenarnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬memang cenderung pada pendapat para sesepuh Anshar itu. Akan tetapi, di balik itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬juga
mengetahui bahwa apabila mereka bertahan di dalam kota, sangat mungkin akan terjadi penghianatan dari kaum munafik atau orang
Yahudi.

Tiba- ba Bilal mengumandangkan adzan.


Rapat perang pun dihen kan dan Rasulullah ‫ ﷺ‬memimpin mereka melaksanakan shalat Jum'at. Khutbah Rasulullah ‫ ﷺ‬kali itu berisi ajakan
agar kaum muslimin menabahkan ha untuk memperoleh kemenangan. Kemudian dimintanya kaum muslimin bersiap menghadapi
musuh.

Setelah sholat Jumat, rapat dilanjutkan lagi, Saad bin Khaitsama berkata,

"Semoga Allah memberikan kemenangan atau ma syahid.


Dalam perang Badar saya amat mendambakan ma syahid, tapi ternyata meleset. Justru anak saya yang mendapatkannya. Semalam, saya
bermimpi bertemu dengan anak saya dan dia berkata, "Ayah susullah kami dan kita bertemu di dalam surga." Sudah saya dapatkan apa
yang dijanjikan Allah kepada saya."
"Ya Rosulullah, sungguh rindu saya akan menemui anak saya di dalam surga. Saya sudah tua, tulang sudah rapuh. Saya ingin bertemu
Allah."

Kata-kata itu semakin menguatkan semangat kaum Muslimin untuk menyongsong musuh ke luar kota.

"Saya khawa r kamu akan kalah jika pergi ke luar kota," demikian Sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬.

Namun suara terbanyak kaum muslimin adalah agar mereka menyongsong musuh. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun segera mengetahui keputusan mana
yang akan diambil.

Se ap pemuda tentulah dak sama. Pemuda yang berangan-angan memiliki mobil mewah uang yang banyak dan hidup berfoya-foya
dengan pemuda yang bertekat buat dan kuat untuk mewujudkan kemenangan serta kemuliaan Islam.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 94
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Baju Perang Rasulullah

Selepas sholat Asar, Rasulullah ‫ ﷺ‬masuk ke rumah untuk mempersiapkan diri. Abu Bakar dan Umar membantu Rasulullah ‫ ﷺ‬mengenakan
sorban, pedang, dan baju besi. Ke ka Rasulullah ‫ ﷺ‬di rumah para sahabat di luar sedang ramai kaum muslimin bertukar pikiran.
Usaid bin Hudair dan Saad bin Muadz adalah orang yang berpendapat bahwa lebih baik bertahan di dalam kota.

Mereka pun berkata kepada kaum muslimin yang berniat menyongsong musuh ke luar.

"Tuan-tuan mengetahui, Rasulullah ‫ ﷺ‬berpendapat mau bertahan dalam kota namun tuan-tuan berpendapat lain lagi dan memaksa beliau
bertempur ke luar. Padahal lihatlah Rasulullah ‫ ﷺ‬agak enggan melaksanakan strategi itu. Serahkan sajalah soal ini ke tangan Beliau. Apa
yang diperintahkan-nya kepadamu, jalankanlah!"

Mendengar kata-kata itu, sikap para pemuda yang ingin menyongsong musuh pun melunak. Mereka sadar bahwa mereka telah menentang
pendapat Rasulullah ‫ﷺ‬, padahal sangat mungkin pendapat Rasulullah ‫ ﷺ‬itu datang dari Allah. Maka ke ka Rasulullah ‫ ﷺ‬telah keluar
rumah sambil mengenakan baju besi, mereka berkata,

"Rasulullah bukan maksud kami hendak menentang tuan. Lakukanlah apa yang tuan kehendaki. Juga kami dak bermaksud memaksa tuan.
َ َُ
Kami tahu bahwa kehendak tuan mungkin berasal dari Allah ‫ﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬.
ُ

"Ke dalam pembicaraan semacam inilah saya ajak tuan-tuan, tetapi tuan-tuan menolak," demikian jawab Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Tidak layak bagi seorang nabi yang apabila sudah mengenakan pakaian besinya lalu akan menanggalkannya kembali sebelum Allah
memberikan putusan antara dirinya dan musuhnya. Perha kanlah apa yang saya perintahkan kepada kamu sekalian, kemudian iku . Atas
ketabahan ha mu, kemenangan akan berada di tanganmu."

Demikianlah, Rasulullah ‫ ﷺ‬selalu memegang keputusan hasil musyawarah, keputusan seper itu dak dapat dibatalkan oleh keinginan-
keinginan tertentu. Keputusan hasil musyawarah harus dilaksanakan dengan cara sebaik-baiknya.

Lalu berangkatlah kaum muslimin dipimpin oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬ke arah Uhud. Di suatu tempat bernama Syaikhan dia berhen . Dilihatnya
dari kejauhan di atas pasukan tentara yang belum dikenal, siapakah mereka itu? lawan atau kawan?
Kaum Muslimin Berangkat

Seseorang kemudian memberitahu Rasulullah ‫ﷺ‬,


"Itu adalah orang-orang Yahudi sekutu Abdullah bin Ubay."

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
"Jangan meminta pertolongan orang-orang kafir dalam melawan orang-orang musyrik sebelum mereka masuk Islam."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan pasukan Yahudi itu pulang ke Madinah. Sebelum pulang, orang-orang Yahudi itu berkata kepada Abdullah
bin Ubay,

"Kau sudah menaseha Muhammad dan Kau Berikan pendapatmu berdasarkan pengalaman orang-orang tua dahulu. Sebenarnya, dia
sependapat denganmu lalu ia menolak dan menuru kehendak pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya."

Abdullah bin Ubay senang sekali mendengar pendapat itu.

"Memang betul," demikian pikir Abdullah bin Ubay, aku sudah menaseha Muhammad dan dia dak menurut, jadi sudah sepantasnya jika
aku dak ikut dalam perang ini.

Kemudian Abdullah bin Ubay mulai menghasut dan menyebarkan desas-desus untuk membuat ha sebagian orang menjadi ragu.

Keesokan harinya Abdullah bin Ubay berhasil mempengaruhi 300 pengikutnya agar menarik diri dari pasukan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kembali ke
Madinah menyusul pasukan Yahudi.
Kini nggal Rasulullah ‫ ﷺ‬beserta 700 orang sahabat yang melanjutkan perjalanan ke gunung Uhud untuk menyongsong musuh.

"Bersabarlah, Bersabarlah," demikian nasihat Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada para sahabat yang tetap bersamanya.

Saat itu pasukan muslimin sebenarnya sangat membutuhkan kuda, tapi Abdullah bin Ubay telah menggiring sebagian besar kuda dan
dibawa pulang. Kini mereka semakin dekat ke uhud.

Pagi-pagi sekali, sebelum musuh terbangun, pasukan muslimin bergerak maju ke Uhud dan memotong jalan sedemikian rupa, sehingga
musuh berada di belakang mereka.
Dengan strategi itu pasukan muslimin lebih dulu ba di Gunung uhud sehingga bisa lebih leluasa menempatkan pasukan.

"Bersabarlah, Bersabarlah," demikian nasehat Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada para sahabat yang tetap bersamanya.

Dalam Perang Badar pihak muslim hanya memiliki 3 ekor kuda ini berar satu kuda untuk se ap 100 orang namun berkat usaha keras Nabi
dalam waktu 7 tahun pasukan muslim memiliki 10000 ekor kuda untuk se ap 30.000 tentara berar satu kuda untuk se ap 3 orang.

Penempatan Pasukan Panah

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mengatur barisan para sahabat. Beliau menempatkan 50 pemanah di lereng gunung, kepada mereka Rasulullah ‫ﷺ‬
memberi perintah,

"Lindungi kami dari belakang. Bertahanlah kamu, jangan pernah meninggalkan tempat ini. Kalau kalian melihat kami dapat menghancurkan
mereka sehingga dapat memasuki pertahanannya, kamu jangan meninggalkan tempatmu. Jika kamu melihat kami yang diserang, jangan
pula kami dibantu, juga jangan kami dipertahankan. Tugas kamu adalah menghujani pasukan berkuda mereka dengan panah. Dengan
serangan panah itu pasukan berkuda dak dapat maju."

Selain pasukan pemanah, Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan agar pasukan yang lain dak menyerang siapa pun, sebelum Beliau memberi
perintah menyerang.

Pasukan Quraisy yang ba belakangan, juga segera menyusun barisan. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid, sedangkan sayap kiri
dikomando Ikrimah bin Abu Jahal. Pasukan utama di tengah dipimpin oleh Abu Sufyan dan benderanya dipegang oleh Abdul Uzza Talhah
bin Abi Talhah.

Wanita-wanita Quraisy yang memukul genderang dan rebana berjalan di tengah-tengah barisan itu. Kadang mereka di depan dan kadang
di belakang. Hindun bin Utbah Istri Abu Sufyan berteriak-teriak,

"Ayo Banu Abdul Dar, Ayo! ayo! Pengawal barisan belakang! hantamlah dengan segala yang tajam!"

Bersambung
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 95
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Kedua belah pihak kini sudah siap bertempur. Masing-masing sudah menyiapkan seluruh kekuatan terbaiknya kepada lawan.
Yang selalu teringat oleh orang-orang Quraisy adalah peris wa Badar dan korban-korbannya. Sementara itu yang selalu teringat oleh kaum
Muslimin adalah Allah serta pertolongan-Nya.

Rasulullah ‫ ﷺ‬berpidato di hadapan pasukannya dan memberi semangat dalam menghadapi pertempuran. Beliau berjanji bahwa
pasukannya akan mendapatkan kemenangan, asalkan mereka tabah.

Beliau kemudian mencabut sebilah pedang, mengacungkannya, dan bertanya,

"Siapa yang sanggup memegang pedang ini agar diperlakukan sesuai dengan tugasnya?"

Beberapa orang tampil, tetapi pedang itu dak pula diberikan Rasulullah ‫ﷺ‬. Siapakah kiranya pendekar muslim yang mendapatkan
kehormatan untuk menggunakan pedang Rasulullah ‫ ﷺ‬tersebut?

Abu Dujanah

Kemudian tampillah Abu Dujanah Simak bin Kharasyah dari Banu Sa'idah. Ia bertanya,

"Apa tugasnya, ya Rasulullah?"

"Tugasnya ialah menghantamkannya kepada musuh sampai bengkok!" demikian jawab Rasulullah ‫ﷺ‬."

Ke ka Abu Dujannah menyanggupi, Rasulullah ‫ ﷺ‬pun memberikan pedang itu kepadanya. Abu Dujanah adalah laki-laki yang sangat
berani. Ia mengeluarkan pita merah, lalu teman-temannya bergumam,

"Lihat Abu Dujanah telah mengeluarkan pita mautnya!"

Semua orang mengetahui bahwa Abu Dujanah sudah siap bertempur apabila ia telah mengeluarkan pita merahnya itu. Pita itu diikatkan di
kepala, kemudian ia berjalan dengan angkuh dan berlagak di tengah-tengah pasukan seper yang biasa ia lakukan apabila sudah siap
menghadapi pertempuran.

Rasulullah ‫ ﷺ‬melihat perilaku Abu Dujanah itu kemudian bersabda,

"Cara berjalan seper itu sangat dibenci Allah, kecuali dalam pertempuran seper ini."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan kepercayaan kepada Mushab bin Umair untuk memegang bendera pasukan. Hamzah bin Abdul-Muththalib
berada di barisan terdepan didampingi Abu Dujanah, Ali bin Abi Thalib, Saad bin Abi Waqqash, Umar bin Kha ab, dan Abu Ubaidah bin
Jarrah.

Orang pertama yang mencetuskan pertempuran adalah Abu Amir Abdul Hamid bin Shaifi Al Ausi. Ia sebenarnya berasal dari suku Aus,
tetapi sengaja pindah dari Madinah ke Mekkah untuk mengobarkan semangat Quraisy agar memerangi Rasulullah ‫ﷺ‬. Ia dak ikut dalam
Perang Badar. Kini a terjun dalam Perang Uhud dengan membawa limabelas orang dari suku Aus. Selain itu beberapa budak penduduk
Mekah juga bergabung dengan regunya.

Abu Amir maju ke depan dan memanggil-manggil kaum muslimin dari golongan Aus. Menurut dugaannya, orang-orang Islam dari Aus itu
akan menuru panggilannya dan memihak Quraisy.

"Saudara-saudara dari Aus! Saya adalah Abu Amir!" demikian panggilnya berkali-kali.
Akan tetapi, kaum muslimin dari kalangan Aus membalas dengan teriakan pula,

"Allah dak akan memberikan kesenangan kepadamu, durhaka!"

Kemudian pertempuran pun pecah!

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
"Ditempatkan di bagian terdepan dari jalan Allah selama 1 hari lebih baik daripada dunia dan segala isinya!" Beliau juga berkata,

"Se ap orang yang gugur telah menyelesaikan tugas sepenuhnya, kecuali orang yang berada di bagian terdepan dari jalan Allah karena
amalnya akan terus bertambah sampai hari kebangkitan."

Pertempuran

700 orang beriman melawan 3000 orang musyrik!

Sayap kiri Quraisy yang terdiri atas pasukan Pemuda dan Kavaleri pimpinan Ikrimah bin Abu Jahal pun bergerak maju. Mereka berusaha
menyerang pasukan muslim dari samping.
Namun, pasukan pemanah muslim menghujani mereka dengan panah dan batu. Abu Amir dan para pengikutnya dibuat mundur tunggang-
langgang.

Saat itu Hamzah bin Abdul-Muththalib terjun ke tengah pertempuran sambil meneriakkan teriakan tempur Uhud yang terkenal. "Ma !
Ma !"

Tholhah bin Abu Talhah yang membawa Bendera Quraisy berteriak,


"Siapa yang akan berduel denganku?"

Ali bin Abi Thalib pun maju. Dengan tangkas dan sangat cepat. Ali menebas lawannya itu sampai terbelah dua. Melihat hal itu Rasulullah ‫ﷺ‬
menjadi lega.
Seke ka, takbir pun berkumandang dari barisan muslimin. Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan pasukan muslim melancarkan serangan.

Abu Dujanah mengamuk! Dibunuhnya se ap lawan. Barisan orang musyrik jadi kacau balau. Kemudian ia melihat seseorang sedang
mencincang tubuh seorang muslim dengan amat keji.

Amarah Abu Dujanah bangkit! Ia melompat dan hendak menebas orang itu dengan sekali ayunan. Tapi saat itu dilihatnya sasarannya
ternyata Hindun bin Utbah. Abu Dujanah mundur dan menyerang ke arah lain. Terlalu mulia rasanya apabila Pedang Rasulullah ‫ﷺ‬
dihantamkan pada seorang wanita.

Orang-orang Quraisy pun balas menyerang dengan sangat keras. Darah mereka mendidih mengingat kema an para pemimpin mereka
pada Perang Badar. Di belakang mereka, kaum wanita mengorbankan semangat.

Tidak sedikit para budak yang akan dijanjikan kebebasan apabila berhasil membalaskan dendam kema an seorang bapak, saudara suami,
atau orang orang tercinta dari majikan mereka.

Hindun bin Utbah sangat mendendam kepada Hamzah. Ia telah menjanjikan hadiah besar dan kebebasan kepada seseorang budak apabila
berhasil membunuh Hamzah. Kini, Wahsyi mulai menjalankan tugasnya. Ia mengendap dengan lincah kesana kemari untuk mencari di
mana Hamzah bin Abdul-Muththalib berada.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 96
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Syahidnya Hamzah

Di kemudian hari, ke ka ia sudah memeluk Islam, Wahsyi menceritakan peris wa Uhud dengan air mata duka dan penyesalan.

"Setelah dijanjikan hadiah dan kebebasan, aku berangkat bersama pasukan Quraisy. Aku adalah orang Habasyah yang jika sudah
melemparkan tombak dengan cara Habasiyah, jarang sekali meleset.

Ke ka terjadi pertempuran, kucari Hamzah dan kuincar dia. Kemudian, kulihat dia di tengah-tengah orang banyak itu, seper seekor unta
kelabu sedang membaba orang dengan pedangnya. Lalu tombak ku ayun-ayun kan, dan setelah merasa pas sekali arah sasaran, baru
kulemparkan tombak itu tepat mengenai bagian bawah perut Hamzah dan keluar di antara kedua kakinya. Kubiarkan tombak itu sampai
dia ma . Sesudah itu ku hampiri dia dan ku ambil tombak ku itu, lalu aku kembali ke markas dan berdiam di sana sebab sudah dak ada
lagi tugas selain itu. Kubunuh dia hanya supaya aku dimerdekakan saja dari perbudakan. Sesudah pulang ke Mekah, aku memang
dimerdekakan."

Hamzah bin Abdul Muththalib adalah pahlawan Arab yang terkenal dan paling berani. Pada Perang Uhud itu, ia yang menjelma menjadi
singa Allah yang perkasa.
Dibunuhnya Artha bin Abdul Syurahbil dan beberapa orang pemuka Quraisy lainnya. Se ap lawan di hadapannya dirobohkan dengan
pedangnya dan setelah itu dihadapinya lawan yang lain.

Pada akhir pertempuran dengan tergesa-gesa Hindun mendatangi jasad Hamzah. Wanita itu kemudian mengambil jantung Hamzah dan
memakannya begitu saja, sambil menari-nari.

Tubuh Hamzah ditemukan Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam keadaan tercabik-cabik.

Kaum muslimin bertempur dengan gagah, tapi dak semuanya mendapatkan surga.
Contohnya adalah Qusman. Ia adalah seorang munafik. Semula, Ia dak berangkat perang, tetapi para wanita menghinanya.

"Qusman dak malu kau seper perempuan saja, semua orang berangkat perang, sedang kau berdiam diri dalam rumah!"

Dengan berang Qusman mengambil panah dan pedang, lalu pergi bertempur. Ia bertempur dengan gagah dan berhasil membunuh banyak
sekali lawan. Menjelang senja, setelah membunuh paling sedikitnya 7 orang musuh, ia pun membunuh dirinya.

"Qusman, beruntung engkau ma syahid," ujar Abdul Khaidaq melihat Quzman sekarat.

"Tidak, jawab Qusman sebelum ma ,


"Saya bertempur bukan demi Islam tapi sekedar menjaga kehormatan saya dan untuk menjaga nama baik keluarga kami. Kalau dak
karena itu, saya dak akan berperang."

Quraisy Terpukul

Kemenangan kaum muslimin dalam Perang Uhud pada pagi hari itu benar-benar di luar dugaan. Benar sekali bahwa kemenangan pada pagi
itu disebabkan kepandaian Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam mengatur pasukannya. Beliau yang menempatkan pasukan panah di bukit, hingga barisan
berkuda musuh tertahan dak bisa maju.

Lebih tepat lagi jika dikatakan bahwa kemenangan pagi itu disebabkan keimanan yang sungguh-sungguh. Pasukan muslim begitu yakin
bahwa mereka berada di pihak yang benar, sehingga walaupun dengan perlengkapan yang minim, mereka dapat mendesak pasukan
musuh yang hampir 5 kali lipat lebih kuat. Inilah rahasia mukjizat kepahlawanan yang dak bisa digunakan oleh kekuatan materi sebesar
apa pun.

Kesatuan-kesatuan Quraisy yang sudah kelabakan mulai mundur.


Abu sufyan terpaksa mengumpulkan pasukannya di bagian tengah.
Sayap kiri di bawah pimpinan Ikrimah sudah berlarian mundur.

Hanya Khalid bin Walid dan pasukannya di sayap kanan yang masih menjaga diri di tempat yang agak jauh. Kelihatannya, Khalid masih
menghindarkan diri dari bentrokan dan ia menunggu kesempatan baik untuk melancarkan serangan.

Kenangan pahit akan kekalahan Badar ba- ba terlintas lagi di benak para prajurit Quraisy yang berlarian mundur. Pasukan muslim
mendesak terus sampai ke jantung pertahanan musuh.

Saat seorang pembawa bendera Quraisy jatuh bersimbah darah, orang lain segera menggan kannya. Namun, Ia juga segera ditebas jatuh.
Orang ke ga tampil bertahan tetapi dak lama kemudian Ia pun segera jatuh tak bernyawa.

Hindun berteriak-teriak memberi semangat dan berusaha mencegah orang-orang yang mundur.
Pasukan Quraisy sudah dak ingat lagi, bahwa mereka dikerumuni para wanita. Sudah dak peduli lagi melihat berhala-berhala yang
mereka bawa agar memberikan restunya, tetapi malah terjatuh dari atas unta.

Pasukan Quraisy dak lagi memusingkan kenyataan bahwa wanita-wanita mereka akan tertawan dan harta benda mereka yang jumlahnya
melimpah itu akan dirampas musuh. Semua dihantui rasa takut, Mundur! Mundur! Selamatkan diri ke tempat aman. Hanya itu yang
mereka pikirkan.

Sayang sekali, Justru pada saat itulah pasukan muslim melakukan kesalahan fatal.

Bersambung
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 97
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Tergiur Harta

Kaum muslimin terus mengejar musuh ke mana pun sampai mereka meletakkan senjata. Harta benda dan rampasan berserakan di medan
pertempuran. Kuda-kuda yang tangguh, Baju besi, unta-unta tanpa tuan berkeliaran penuh muatan, setumpuk makanan lezat, dan
perhiasan-perhiasan mahal, Belum lagi para wanita Quraisy yang dengan mudah dapat mereka tawan.

Harta sebanyak itu dalam sekejap saja membuat silau pasukan muslim. Harta yang berserakan itu membuat mereka lupa bahwa sesuai
dengan perintah Rasulullah ‫ﷺ‬, mereka harus terus mengejar musuh sampai kekuatan lawan benar-benar tercerai-berai sehingga dak
mampu berkumpul lagi untuk balas menyerang.

Semua ini terlihat oleh pasukan panah di lereng gunung. Mereka dak dapat lagi menahan keinginan untuk juga merebut harta rampasan
yang bergeletakan di mana-mana.

"Mengapa kita masih nggal di sini, saya akan dak mendapatkan apa-apa?" tanya salah seorang.

"Allah telah menghancurkan musuh kita, mereka, saudara-saudara kita juga sudah merebut markas musuh. Ke sanalah juga kita ikut
mengambil rampasan itu."

Namun salah seorang membentak:

"Bukankah Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah berpesan "Jangan meninggalkan tempat kita ini?"


"sekali pun kami diserang, janganlah kami dibantu!" Bukankah demikian kata beliau?"

"Rasulullah ‫ ﷺ‬dak menghendaki kita nggal di sini terus menerus setelah Allah menghancurkan kaum musyrik itu."

Abdullah bin Jubair maju untuk menengahi perdebatan itu. Ia berpidato agar mereka itu jangan melanggar perintah Rasulullah ‫ﷺ‬.
Akan tetapi ada sebagian besar pasukannya dak mau patuh. Mereka pun kemudian turun dari lereng gunung yang masih nggi. Yang
masih nggal hanya beberapa orang saja. Pasukkan yang bergegas turun itu bergabung dengan pasukan muslim yang lain. dan ikut
memperebutkan harta rampasan.

Jadi sebagian besar pasukan panah sekarang sudah melupakan disiplin. Mereka lupa kalau kedisiplinan dan keimanan lah yang membuat
mereka mampu memukul musuh. Kini mereka tengah melupakan iman dan memperebutkan harta dunia.
Kesempatan ini dak disia-siakan oleh seorang pemimpin Quraisy yang terkenal lihai dan gagah.

Bencana

Khalid bin Walid yang sampai saat itu telah menjaga pasukannya agar dak bentrok dalam pertempuran, kini melihat kesempatan baik itu.
Ia menger bahwa saatnya ba untuk bergerak. Khalid bergerak sekuat-kuatnya memberi Komando. Pasukan berkudanya pun mulai
bergerak. Semakin cepat dan semakin cepat. Mereka memutari gunung uhud yang kini dak dijaga lagi oleh pasukan panah. Dengan ganas
pasukan kavaleri Khalid menyerang pasukan muslim dari belakang.

Mendengar teriakan perang Khalid bin Walid, pasukan Quraisy yang telah berlarian mundur kini kembali lagi. Mereka melihat kesempatan
untuk menyerang balik saat itu. Mereka ingat untuk dak membiarkan harta dan kaum wanita mereka direbut pasukan muslim.

Kini keadaan jadi berbalik, giliran pasukan muslim yang mendapat pukulan sangat hebat.
Begitu tahu mereka diserang dari depan dan belakang, se ap muslim melemparkan harta yang telah mereka kumpulkan, dan kembali
mencabut pedang. Namun sayang, sayang sekali! Barisan Muslim sudah pontang-pan ng. Komandan-komandan kesatuan muslim sudah
dak lagi melihat pasukannya, ada di dekat mereka. Pasukan muslim yang tadinya berjuang untuk menyelamatkan Iman, kini berjuang
tercerai-berai untuk menyelamatkan diri. Tadinya mereka berjuang di bawah satu pemimpin yang kuat, kini berjuang tanpa pemimpin lagi.

Begitu paniknya keadaan pasukan muslim sampai beberapa dari mereka malah menghantam saudaranya sendiri dengan pedang. Keadaan
tambah mengguncangkan Iman ke ka mendengar ada yang berteriak-teriak, "Rasulullah telah terbunuh, Rasulullah telah terbunuh !"

Hampir se ap orang pasukan muslim sekarang berusaha melepaskan diri dari kepungan di tempat aman. Kecuali beberapa sahabat yang
tetap berjuang dengan Is qomah dari awal, seper Ali bin Abi Thalib dan beberapa orang lainnya.
**Di kemudian hari, Khalid bin Walid akan masuk Islam pada zaman Abu Bakar pada saat terjadi pemberontakan di mana-mana.
Abu Bakar mengangkat Khalid menjadi Panglima seraya berkata,

"Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda bahwa sebaik-baik hamba Allah dan Kawan sepergaulan ialah Khalid bin Walid, sebilah
pedang di antara pedang-pedang Allah yang ditembuskan kepada orang-orang kafir dan munafik.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 98
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rasulullah Terluka

Begitu orang Quraisy mendengar Rasulullah ‫ﷺ‬. terbunuh, seper banjir, mereka mengalir ke tempat di mana Rasulullah ‫ﷺ‬
berada. Semuanya berlomba ingin mengakui bahwa merekalah yang membunuh Rasulullah ‫ ﷺ‬atau ikut memegang peranan di dalamnya.
Tentu hal itu akan dapat mereka banggakan sampai ke anak cucu mereka.

Ke ka itulah, kaum muslimin yang berada di sekeliling Rasulullah ‫ ﷺ‬tersentak sadar. Mereka bergerak mengelilingi, menjaga, dan
melindungi Rasulullah ‫ ﷺ‬yang amat mereka cintai. Iman mereka kembali tergugah memenuhi jiwa. Semangat mereka melambung lagi
untuk meraih surga. Kekhawa ran yang amat sangat akan keselamatan Rasulullah ‫ ﷺ‬membuat mereka kembali mendambakan ma .
Hidup di dunia ini terasa tak ada ar nya lagi jika Rasulullah ‫ ﷺ‬gugur dalam lindungan mereka.

Saat itu, sebuah batu melayang dan menghantam wajah Rasulullah ‫ﷺ‬. Batu itu dilemparkan oleh Utbah bin Abi Waqqash. Gigi geraham
Rasulullah ‫ ﷺ‬rontok dan wajah beliau berdarah. Bibir Rasulullah ‫ ﷺ‬pecah-pecah. Dua keping lingkaran topi besi yang menutupi wajah
beliau bengkok menghimpit pipi Rasulullah ‫ﷺ‬. Melihat hal itu, iman dan keberanian para sahabat di sekeliling Rasulullah ‫ ﷺ‬semakin
besar. Harga diri mereka sangat terluka melihat luka yang dialami Rasulullah ‫ﷺ‬.

Setelah terhuyung sejenak akibat hantaman batu yang demikian keras. Rasulullah ‫ ﷺ‬kembali dapat menguasai diri. Beliau terus berjalan ke
tempat aman dikelilingi para sahabat yang se a. ba- ba Rasulullah ‫ ﷺ‬terperosok ke dalam sebuah lubang. Lubang itu sengaja digali oleh
Abu Amir untuk menjerumuskan kaum Muslimin. Cepat-cepat, Ali bin Abi Tholib menghampiri, meraih dan memegang tangan Rasulullah
‫ﷺ‬. Thalhah bin Ubaidillah membantu mengangkat beliau hingga dapat berdiri kembali. Kemudian, bersama para sahabatnya, Rasulullah ‫ﷺ‬
berjalan terus mendaki gunung Uhud. Tempat itu merupakan satu-satunya peluang bagi beliau untuk menghindari kejaran musuh.

Keadaan mengenaskan yang menimpa Rasulullah ‫ ﷺ‬itulah yang menghidupkan kembali semangat juang di ha para sahabat.

Rela Ma demi Rasulullah

Hari sudah menjelang tengah hari. Saat itu, Ummu Umaroh seorang muslimah Anshar, tengah berkeliling membagikan air kepada kaum
muslimin yang tengah berjuang. Namun, begitu dilihatnya kaum muslimin mundur. Ummu Umarah melemparkan tempat airnya. Ia
mencabut pedang dan terjun ke dalam pertempuran. Tujuannya hanya satu, melindungi Rasulullah ‫ ﷺ‬walau harus ma . Ummu
Umarah menebas musuh dan menembakkan panah sampai tubuhnya sendiri dipenuhi banyak luka.

Sementara itu Abu Dujanah menjadikan punggungnya sebagai perisai Rasulullah ‫ﷺ‬. Beberapa panah yang melayang ke arah Rasulullah ‫ﷺ‬
tertahan di punggung Abu Dujannah.
Di samping Rasulullah ‫ﷺ‬, Saad bin Abi Waqqash berdiri melepaskan panahnya untuk menahan musuh. Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan anak
panah ke pada Saad sambil berkata,

"Lepaskan anak panah itu! Kupertaruhkan Ibu bapakku untukmu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri terus menembakkan anak panah sampai ujung busurnya patah.

Beberapa sahabat, termasuk Abu Bakar dan Umar Bin Kha ab, dak mengetahui kalau Rasulullah ‫ ﷺ‬masih hidup. Mereka mengira
Rasulullah ‫ ﷺ‬telah gugur mengingat begitu membanjirnya pasukan musuh menyerbu ke tempat Rasulullah ‫ ﷺ‬berada. Keduanya pergi ke
arah gunung dengan kepala tertunduk pasrah. Anas bin Nadzir bertanya kepada mereka,

"Mengapa kalian duduk-duduk di sini?"

"Rasulullah sudah terbunuh," jawab keduanya.


"Perlu apalagi kita hidup sesudah itu? Bangunlah! Dan biarlah kita juga ma untuk tujuan yang sama!"

Setelah berkata begitu Anas bin Nadzir menyerbu musuh, bertempur dengan gagah ada taranya. Dia baru mendapatkan Syahid setelah
ditebas 70 kali. Begitu rusak tubuh Anas bin Nadhir sampai dak seorang pun mengenali jasad nya kecuali adik perempuannya yang
mengenali Anas dari ciri yang terdapat pada ujung jarinya. Abu Sufyan yang yakin sekali bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬telah gugur, sibuk mencari-
cari mayat beliau di tengah korban-korban Muslim.

Akhir Pertempuran

Ke ka orang Quraisy berteriak-teriak bahwa Muhammad telah ma . Rasulullah ‫ ﷺ‬menyuruh para sahabat agar dak membantahnya. Hal
itu untuk menghindari lebih banyak lagi serbuan musuh ke arah beliau. Namun, begitu Ka'ab bin Malik datang mendekat, ia mengenali
Rasulullah ‫ﷺ‬. Ke ka melihat mata Rasulullah ‫ ﷺ‬yang berkilau di balik helm bajanya, kemudian ia berteriak,

"Saudara-saudara kaum muslimin!" teriak Ka'ab amat gembira.

"Selamat! Selamat! ini Rasulullah ‫ﷺ‬."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi syarat agar Ka'ab berhen berteriak. Kaum muslimin berdatangan dan mengangkat Rasulullah ‫ ﷺ‬tercinta.
Kemudian bersama-sama beliau mereka mendaki gunung Uhud ke sebuah celah Bukit.

Teriakan Ka'ab terdengar juga oleh pihak Quraisy. Sebagian besar dari mereka dak mempercayai teriakan itu. Namun, ada beberapa yang
segera pergi mengiku rombongan Rasulullah ‫ ﷺ‬dari belakang. Ubay bin Khalaf dapat menyusul rombongan Rasulullah ‫ ﷺ‬sambil
bertanya,

"Mana Muhammad, Aku dak akan selamat kalau dia masih hidup."

Seke ka itu juga Rasulullah ‫ ﷺ‬mengambil tombak Haris bin Shimma, lalu dengan sangat cepat Rasulullah ‫ ﷺ‬melemparnya ke arah Ubay
Bin khalaf. Ubay pun terhuyung-huyung di atas Kudanya, lalu berusaha kembali pulang dan ma di tengah jalan.

Sesampainya pasukan muslim di ujung bukit, Ali bin Abi Tholib pergi mengambil air. Air dalam perisai kulitnya. Ali membasuh darah di
wajah Rasulullah ‫ ﷺ‬dan menyiram kepada beliau dengan air.
Dua keping besi di pipi Rasulullah ‫ ﷺ‬dicabut oleh Abu Ubaidah bin Al jarrah. Begitu kerasnya sampai 2 gigi seri Abu Ubaidah tanggal.

Tiba- ba pasukan berkuda Khalid bin Walid ba di atas bukit, namun dengan sigap Umar Bin Kha ab dan beberapa prajurit Muslim
menyerang dan mengusir mereka untuk mundur.

Kaum muslimin telah begitu nggi mendaki gunung, keadaan mereka begitu payah dan le h sampai Rasulullah memimpin mereka sholat
sambil duduk.

Pihak Quraisy amat gembira dengan kemenangan mereka. Mereka menganggap telah sungguh-sungguh membalas dendam atas kekalahan
di Badar.

Abu Sufyan berkata,

"Yang sekarang ini untuk peris wa Perang Badar. Sampai jumpa lagi tahun depan."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 99
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Dukacita untuk Hamzah

Tidak cukup menganiaya mayat Hamzah. Hindun bin Utbah bersama wanita-wanita lain menganiaya mayat kaum muslimin. Melihat
semua itu Abu Sufyan menghampiri seorang muslim dan berkata,

"Mayat-mayatmu telah mengalami penganiayaan. Akan tetapi aku sungguh dak senang juga dak benci. Aku dak melarang, juga dak
memerintahkan."
Selesai menguburkan mayat-mayat temannya sendiri Quraisy pun pergi. Sekarang, kaum muslimin kembali ke garis depan untuk
menshalatkan dan menguburkan mayat-mayat para syuhada. Rasulullah ‫ ﷺ‬berkeliling medan tempur mencari jasad pamannya, Hamzah.
Ke ka dilihatnya jasad Hamzah sudah dianiaya dengan perut yang sudah terurai, beliau merasa sedih, sedih sekali sampai beliau berkata,

"Takkan pernah ada orang mengalami malapetaka seper ini."


"Belum pernah aku menyaksikan suatu peris wa yang begitu menimbulkan amarahku seper kejadian ini."

Selanjutnya beliau bersabda,

"Demi Allah kalau pada suatu ke ka Allah memberikan kemenangan kepada kami melawan mereka, akan ku aniaya mereka dengan cara
yang belum pernah dilakukan oleh orang Arab."

Nah saat itulah turun firman Allah Quran surat An Nahl 16 ayat 126-127 yang ar nya:
‫َو ْن َﻋ َﺎﻗ ْﺒ ُﺘ ْﻢ َﻓ َﻌﺎﻗ ُﺒﻮا ﻤ ْﺜﻞ َﻣﺎ ُﻋﻮﻗ ْﺒ ُﺘ ْﻢ ﻪ ۖ َوﻟ ْ َﺻ َ ْ ُﺗ ْﻢ ﻟ ُﻬ َﻮ َﺧ ْ ٌ ﻟ ﱠ‬
‫ﻠﺼ ِﺎﺑ َﻦ‬ ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ ِ
Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang di mpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu
bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.
Surah An-Nahl (16:126)
َ َ ُ َ َ َ ْ َ َ ‫َ ﱠ‬
‫اﺻ ِ ْ َو َﻣﺎ َﺻ ْ ُ ك ِإ ِ ﺎ ِ ۚ َو ﺗ ْﺤ َﺰن ﻋﻠ ْﻴ ِﻬ ْﻢ َو ﺗﻚ ِ ﺿ ْﻴ ٍﻖ ِﻣ ﱠﻤﺎ َ ْﻤ ُﺮون‬
ْ ‫َو‬

Dan bersabarlah (hai Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih ha
terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka pu dayakan.
Surah An-Nahl (16:127)

Setelah Firman itu turun Rasulullah ‫ ﷺ‬memaa an pihak musuh. Ditabahkannya ha nya dan beliau melarang orang melakukan
penganiayaan.

Di jalan, Rasulullah ‫ ﷺ‬mendengar para wanita bani Asyhal menangisi para syuhadanya.

"Tidak ada wanita yang menangisi Hamzah," ujar Rasul.

Mendengar ini Saad bin Muadz menyuruh para wanita Bani Asyhal menangis untuk Hamzah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bergegas menemui mereka dan bersabda,


"Bukan ini yang saya maksudkan. Pulanglah, Semoga Allah memberikan rahmat dan dak boleh menangis lagi setelah hari ini."

Abdullah bin Ubay

Rasulullah ‫ ﷺ‬pulang ke Madinah dengan beban pikiran yang cukup berat. Fa mah Az-Zahra putri beliau membasuh luka-luka ayahnya
dengan air.

Ternyata, para tawanan perang Badar yang dulu dikasihani dan dibebaskan kembali memerangi kaum muslimin.

Rasulullah ‫ ﷺ‬teringat lagi kata-kata Umar Bin Kha ab dulu,


"Ya Rasulullah bunuh orang-orang ini agar dak seorang pun berpidato mengobarkan api kebencian terhadap dirimu."

Orang muslim pantang berbuat kesalahan untuk kedua kalinya. Karena itu, beliau memerintahkan untuk membunuh seorang tawanan yang
tertangkap. Orang itu adalah tawanan perang Badar yang sudah dibebaskan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬juga memikirkan belas kasihan yang diberikan kaum muslimin kepada pihak musuh. Semua muslim menahan pedang ke ka
mereka menemui Hindun di medan perang. Padahal jika dia dibunuh dak akan terjadi Hamzah disiksa sedemikian rupa.

Pembunuh Hamzah yang berkulit hitam itu sebenarnya juga dak tahu wajah Hamzah. Hindunlah yang menunjukkannya.

Pasukan Quraisy yang telah lari lintang pukang juga dak akan kembali lagi untuk menyerang, apabila dak dikejar oleh Hindun dan
diberitahukan bahwa kaum muslimin tengah diserang Khalid bin Walid dari belakang.

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬pergi ke masjid. Di sana, beliau melihat ada tangis penyesalan pasukan panah yang telah jelas-jelas melanggar
perintah Rasulullah ‫ﷺ‬.
Ha beliau amat lembut karena itu beliau memaa an mereka semua.
Sebelum itu di sana beliau melihat Abdullah bin Ubay tengah berpidato agar orang-orang mencintai Rasulullah ‫ﷺ‬.
Inilah gembong kaum munafik yang telah membujuk 300 Orang prajurit kembali ke Madinah. Beberapa sahabat yang ikut ke Uhud
melompat ke arah Abdullah bin Ubay, lalu menarik bajunya sampai terhuyung-huyung.

"Mengapa kalian menyerangku pada saat aku menganjurkan kepada orang-orang agar patuh dan cinta kepada Muhammad?" demikian
Abdullah bin Ubay menjerit.

Umar Bin Kha ab meminta izin untuk membunuh si penghianat itu, namun sekali lagi Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang nya.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 100
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Mengejar Musuh

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengetahui bahwa orang-orang penyembah berhala, kaum munafik dan orang-orang Yahudi mulai menertawakan kekalahan
kaum muslimin pada perang Uhud.

"Muhammad bilang kalau perang Badar itu merupakan tanda kekuasaan Tuhan mereka atas kerasulannya maka apa pula pertanda
peris wa Uhud itu?"

Sesuatu harus dilakukan agar kewibawaan kaum muslimin akan kuat seper sedia kala.
Sehari setelah perang Uhud Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan seorang muadzin nya untuk kembali mengumpulkan pasukan. Namun hanya
pasukan Uhud saja yang boleh ikut. Tujuannya untuk memburu pasukan Abu Sufyan yang belum lagi ba di Mekah.

Berita keberangkatan kaum muslimin itu dengan cepat sampai ke telinga Abu Sufyan. Seke ka itu juga ketakutan melanda pasukan Mekah
mereka mengira kaum muslimin berangkat dari Madinah dengan bantuan baru. Padahal mereka masih berada di Rauha, jauh dari Mekkah.

Sementara pasukan Madinah sudah sampai di Hambra Al-Assad. Kemudian lewatlah Ma'bad Al Khuza'i yang saat itu belum masuk Islam. Ia
baru saja melewa tempat pasukan Madinah berkemah. Abu Sufyan bertanya tentang keadaan pasukan muslim Ma'bad menjawab,

"Muhammad dan sahabat-sahabatnya sudah berangkat mau mencari kamu dalam jumlah yang belum pernah kulihat semacam itu. Orang-
orang yang dulunya dak ikut, sekarang menggabungkan diri dengan dia. Mereka semua terdiri atas orang-orang yang sangat geram
kepada orang-orang yang hendak membalas dendam!"

Kebingungan melanda Abu Sufyan Apa yang harus saya lakukan sekarang ini.

Orang Arab pas akan mencemooh apabila sekarang pasukan Quraisy mundur begitu saja. Padahal baru saja mereka merebut
kemenangan. Namun apabila mereka memaksakan diri kembali menghadapi kaum muslim, Abu Sufyan yakin mereka dak akan mampu
menghadapi kemarahan musuh. Karena itu Ia melakukan sebuah siasat licik.

Abu Sufyan meni pkan pesan kepada kafilah suku Abdul Qais yang sedang menuju Madinah, kafilah Itu diminta memberitakan bahwa
pasukan Quraisy akan menemui pasukan Islam di Hambra Al-Assad dan akan menyerang habis-habisan.

Mendengar itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya menunggu ga hari sambil menyalakan api unggun. Namun pada saat yang sama orang-
orang Quraisy terus pulang ke Mekah.

Pasukan Abu Salamah

Pasukan muslim kembali ke Madinah. Kewibawaan pihak muslim sedikit terangkat karena ternyata musuh dak berani kembali untuk
menghadapi mereka. Akan tetapi, segera tersiar berita bahwa Tulaihah dan Salamah bin khuwailid sedang menggerakkan Banu Assad
untuk menyerang Madinah dan menggempur Rasulullah ‫ ﷺ‬sampai ke rumahnya sendiri.
Selain itu tujuan Banu Assad adalah untuk merampas ternak kaum muslimin yang digembalakan di ladang-ladang sekeliling Madinah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera ber ndak, beliau memanggil Abu Salamah bin Abdul Asad. Beliau yang memerintahkan Abu Salamah membawa 150
pasukan.
Rasulullah ‫ ﷺ‬menyuruh agar pasukan hanya berjalan pada malam hari dan siangnya bersembunyi. Mereka harus menempuh jalan yang
dak biasa dilalui orang.

Abu Salamah berangkat dan melaksanakan perintah perang Rasulullah ‫ ﷺ‬secermat dan secepat mungkin. Ia pun berhasil. Mereka
menyergap musuh yang sedang dalam keadaan dak siap.

Pagi buta itu rasa takut menyumbat kerongkongan Banu Assad karena ba- ba saja tanpa peringatan, pekik takbir membahana dan
pasukan muslim menyerang tenda-tenda mereka. Banu Assad berusaha bertahan sekuat dan selama mungkin, namun gagal. Mereka
mundur sambil membawa apa pun yang bisa dibawa.

Setelah menguasai perkemahan musuh, Abu Salamah mengirimkan dua pasukan pengejar.

Sementara itu ia dan pasukan ke ga menjaga perkemahan. Pasukan pengejar kembali dengan membawa harta rampasan.

Seper yang sudah diatur dalam Islam seperlima harta rampasan itu diberikan untuk Rasulullah ‫ﷺ‬, orang-orang miskin, dan orang orang
yang kehabisan bekal di perjalanan. Sisanya dibagikan kepada anggota pasukan. Setelah itu mereka kembali ke Madinah dengan membawa
kemenangan.

Hanya saja Abu Salamah dak hidup lebih lama, sesudah itu, luka-lukanya pada perang Uhud kembali ternganga dan ia syahid karenanya.

Judi dan Minuman Keras

Setelah Yahudi Bani Qainuqa diusir, Yahudi Bani Nadhir ingin mewarisi pasar Bani Qainuqa. Namun kesempatan itu sudah tertutup oleh
pasar kaum muslimin yang berkembang sedemikian besar, maka dari itu Bani Nadhir pun melakukan cara lain untuk meraih kemakmuran.
Mereka membuka rumah-rumah judi. Di tempat itu juga disediakan banyak sekali minuman keras.

Saat itu Rasulullah ‫ ﷺ‬belum melarang judi dan khamer. Karena itu banyaklah para lelaki muslim yang datang ke rumah-rumah judi. Mereka
banyak menghabiskan uang untuk berjudi, meminum khamer sampai mabuk. Para lelaki muslim ini masih terguncang oleh kekalahan pada
perang Uhud dan lepasnya harta rampasan yang sudah mereka kumpulkan.

Bersambung

Alkhamdulillah sdh 100 hari dg sabar kita menapak kehidupan Rasulullah SAW yg bs kita sampaikan sanak saudara n sahabat.
Smg kita lbh memahami lbh dlm lg dr banyak buku2 yg tersedia agar bs mengambil hikmah n meneladani Rasulullah SAW.

(Asep Rulli Binawan)

Anda mungkin juga menyukai