Anda di halaman 1dari 78

Revisi

1. bagian #1 sudah dikoreksi sampai 26.22

Kamis, 17 Mei 2018

16.00-17.00 – 17.00 WIB

@PPMi Daarush Shalihat

With Abi Syatori Abdurrauf

Nasha-ih al ‘Ibad

Imam Nawawi Al Bantany #1

Kitab yang akan dibahas pada kesempatan kali ini adalah kitab Nasha-ih al ‘Ibad yang
artinya nasehat para hamba. Kitab ini disusun oleh Imam An Nawawi Al Bantany. Sebab,
imam nawawi ini ada dua, Imam Nawawi Al Bantany dan Imam Nawawi … Bashki yang
lahir di Damaskus dan menciptakan kitab Riyadhus Shalihin. Beliau meninggal di tahun 756
H. Nah, satu lagi, yaitu Imam Nawawi Al Bantany, beliau dari Banten dan di usia 15 tahun
berangkat haji. Bebeerapa tahun beliau tinggal di makkah dan nyantri. Kemudian, setelah
beberapa tahun beliau kembali ke kampung halaman. Tapi dalam beberapa kondisi tidak
memungkinkan. Waktu itu masih dalam penjajahan Belanda. Karena beliau merasa llmu yang
ia miliki tidak dapat berkembang maka beliau kembali ke Makkah dan menjadi ulama besar.
Bahkan menjadi salah satu Imam Besar di Masjidil Haram dan sudah wafat.

Selama di makkah beliau banyak menulis kitab-kitab dari berbagai disiplin, terkait
dengan tafsir, fiqih dan termasuk yang kaitannya dengna akhlak. Kalau yang berkaitan
dengan akhlak maka beliau memberinya judul Nasha-ih al ‘Ibad. Kitab ini sebenarnya ada
kitab rujukan aslinya, yakni Al Munabbihat ‘Ala Isti’dad Liyaumil Ma’at. Jadi, sebelum
beliau menulis kitab Nasha-ih al ‘Ibad sudah ada kitab Al Munabiha ‘Ala Isti’dad Liyaumil
Ma’at. Sebuah kitab yang siinya peringatan untuk menyiapkan diri bagi datangnya ahari
kiamat dan kitab ini disusun oleh Imam Ibnu Hajar Al Atsqalani. beliau lahir di tahun 772 dan
meninggal di tahun 853 H. jadi, itu jauh sebelum Imam Nawawi.

Kitab Al Munabihhat isinya adalah peringatan dan nasehat bagi Pengingat bagi
siapapun untuk mengingatkan kematian atau hari akhir. Kitba ini kemudian sampai di tangan
Imam Nawawi. Imam Nawawi melihat kitab ini sebagai kitab yang sangat penting tetapi
sangat ringkas. Kemudian Imam Nawawi menulis ulang kitab yang ditulis oleh Imam Ibnu
Hajar Al Atsqalani, diberi penjelasan dari setiap untaian kalimat yang ditulis oleh Imam Ibnu
Hajar dan penjelasan beliau dari kitab Al Munabbihat ini ditulis dalam kitab Nasha-ih al
‘Ibad. Jadi, Nasha-ih al ‘Ibad adalah kitab yang berisi penjelasan dari kitab yang ditulis oleh
Imam Ibnu Hajar Al Atsqalani. imam ibnu hajar sendiri adalah seorang ulama besar di
zamannya, yaitu sekitar Abad 8 Hijriyah. Dimana abad 8 hijriyah ini boleh dikatakan sebagai
abad keemasan kitab-kitab para ulama. karena memang pada masa itu khalifah-khalifah betul-
betul sangat menjunjung tinggi keilmuan para ulama, sehingga termasuk Imam Ibnu Hajar Al
Atsqalani banyak menulis. Beliau tidak hanya menulis Al Munabbihat ‘Ala Isti’dad Liyaumil
Ma’at beliau juga menulis kitab hadist dimana memang spesialisasi beliau ini di bidang
hadist. Sampai kemudian, beliau mendapatkan gelar Al Hafidz fil hadist. Itu adalah gelar
yang diberikan kepada ulama yang hafal 100.000 Hadist Dan hafalnya tidak hanya teksnya
tetapi perawi termasuk sanadnya, hadist ini dari siapa dari siapa sampai kemudian dari
sahabat dan berujung pada Rasulullah.

Kalau kita ditanya hafal berapa hadistnya? Rasanya kita malu karena hanya hafal
beberapa. Itupun kalaupun ditanya hadistnya siapa? Lebih lebih lagi tidak bisa menjawab.
Paling hadistnya hafal perawinya Imam Bukhari, Imam Muslim. Tapi Imam Muslim dari
siapa? Karena Imam Muslim tidak sejaman dengan nabi. Untaian sanad yang kemudian
sampai kepada nabi, kita tidak hafal. Tetapi Imam Hajar Al Atsqalani, beliau bisa sampai
hafal 100.000 hadist. Itulah kemduian beliau menyusun satu kitab hadist yang terkenal.
Hampir seluruh umat muslim di Indonesia mengetahui kitab yang disusun oleh Imam Ibnu
Hajar Al Atsqalani, namanya Bulughul Maram.

Kitab Nasha-ih al ‘Ibad, nasehat untuk para hamba sudah emnjadi kitab yang sangat
penting bagi kita karena ada satu profesi yang tidak akan pernah lepas dari kita. Siapapun
kita, kita hanyalah seorang hamba. Walau mungkin kita punya jabatan yang tinggi, kekayaan
yang sangat banyak, terkenal dimana-mana, profesi satu ini tidak bisa lepas, kesadaran kita
adalah hamba tidak boleh lepas dari kita.

Ada satu profesi yang tidak akan bisa lepas dan tidak boleh kita lepaskan dari diri kita
yaitu kita ini sebagai seorang hamba. Itu harus melekat dalam diri kita. Dimanapun kita
berada, profesi kita adalah hamba. Ketika kita dirumah kita hamba, ketika kita dikantor kita
hamba. Tidak ada satu profesipun yang membanggakan kecuali profesi bernama hamba. Itu
kebanggan kita ketika kita menyadari kita adalah hamba. Cuma, hamba bagi siapa dulu?
Kehormatan yang luar biasa adalah ketika kita menyadari bahwa kita diakui sebagai hamba
Allah SWT dibandingkan dengan profesi apapun.

Cuma kita ini manusia biasa, kadang kita suka lupa kalau kita hanyalah hamba.
Contohnya, kalau ada orang yang berbuat salah kita seringkali sulit untuk memaafkan mereka.
Kenapa sulit? Masalahnya hanyalah satu, kita lupa bahwa kita adalah seorang hamba. Jika kita
ingat kalau kita adalah hamba maka kita tidak akan pernah merasa kesulitan walaupun kita
disakiti seperti apapun sakitnya. Kenapa? Karena kita hamba Allah. Sebab Allah SWT itu
Maha Pemaaf dan Allah SWT Maha Pengampun. Allah SWT saja yang Maha Segala-galanya
begit mudah memaafkan lantas atas dasar apa kita tidak mau memaafkan orang lain padahal
kita hanyalah seorang hamba?

Karena itu menjadi penting bagi kita untuk selalu diingatkan bahwa kita adalah hamba.
Diberikan arah-arah agar diri kita sadar bahwa diri kita ini hanyalah seorang hamba. Rasa
kehambaan kitadari waktu ke waktu harusnya semakin meningkat. Waktu bagi kita adalah
perjalanan untuk membuat rasa kehambaan kepada Allah semakin kuat dan dalam. Missal, di
usia 30 tahun kita sudah merasa bahwa kita adalah hamba Allah, maka di usia ke 40 tahun
merasa lebih dalam lagi.

Lalu kapan kita merasa bahwa diri kita adalah hamba Allah? Kalau soal ini secara teori
fiqih harusnya kita sudah merasa bahwa kita adalah hamba ketika sudah memasukki masa
baligh, pada saat kita sudah menjadi mukalaf. disitu seharusnya kita sudah merasa bahwa kita
adalah hamba yang semakin bertambah umur maka semakin menyadarinya. Inilah yang tadi
kita katakana. Kita perlu nasehat sebagai cermin untuk mengukur sejauh mana kehambaan
kita kepada Allah SWT, sebagai satu contoh saya. Ini kita bicara dalam konteks hamba contoh
dikehidupan, biasanya rakyat dihadapan rajanya Ia merasakan dirinya adalah hamba. Kalau di
kehidupan keraton, aka nada yang mengabdi kepada raja. Ia merasakan dirinya sebagai abdi
(hamba). Yang namanya abdi dalem, itu hidupnya untuk mengabdi kepada keluarga keraton.
Ketika mereka mengabdi, apakah mereka hitung-hitungan? Tidak. Dulu, abi memiliki teman
yang bapaknya bekerja sebagai abdi dalem. Tinggalnya di Imogiri dan tiao hari ke keratin naik
sepeda. Berapa gajinya? 165 rupiah. Kalau pakai hitung-hitungan rasanya rugi. Tapi dijalani.
Kenapa? Karena mengabdi itu tidak pernah pakai hitung-hitungan.

Lalu bagaimana dengan kita sebagai hamba bagi Allah SWT? Tapi kalau amal
pernahkah kita berhenti itung-itungan? Akan ada saat dimana pengabdian kita ini murni betul-
betul kita mengabdi dan menyerahkan kepada Allah SWT. Dalam kitab ini terus mengingatkan
kita sebagaimana mestinya kita menjadi seorang hamba itu? dan bagaimana caranya agar kita
betul-betul mampu menjadi hamba yang sebenarnya hamba? Berbakti kepada orangtua itu
sebenarnya berbakti kepada siapa? Kepada Allah swt sepenuhnya. Tapi kalau orangtua tidak
menghargai kita biasanya dongkol. Kalau kita dongkol artinya bakti kita kepada Allah tidak
kita niatkan kepada Allah swt.

Nasha-ih al ‘Ibad ini sebenarnya merupakan kumpulan oleh Imam Ibnu Hajar Al
Atsqalani kemudian disyarah, dijelaskan oleh Imam Nawawi Al Batany, yang kumpulannya
diambil dari hadist nabi, sebagiannya diambil dari ungkapan para sahabat dan ulama, yang
kemudian beliau tuliskan dikertas, kemudian akhirnya tulisan beliau itu sampai ke kita.
Beliau wafat di tahun 853 H. sekarang 1439 H. sudah berapa tahun? Ya Allah, nama beliau
masih disebut. Bagaimana dengan karya-karya kita nanti? Kira-kira kalau kita katakanlah
wafat di tahun 2050 nama kita akan dikenang sampai berapa lama? Mudah-mudahan
mampu dikenang sampai kepada generasi-generasi dibawah kita. Tapi itu semua
tergantung dari kebaikan-kebaikan yang kita lakukan selama kita diberi kesempatan hidup
oleh Allag swt.

Ada yang unik dari nasehat-nasehat………… 26.22


Sehingga, Allah SWT sering mengingatkan kita bahwa kita hanyalah seorang hamba
dan rasa kehambaan kita dari waktu ke waktu harusnya mendalam. Waktu bagi kita adalah
perjalanan agar rasa yang ada dalam diri kita semakin meningkat karena Allah SWT.

Lalu kapan kita merasa kita menjadi hamba Allah SWT? Ketika kita memasuki masa
baligh. Pada saat kita menjadi seorang mukalaf. kita perlu nasehat yang bisa dijadikan cermin
untuk mengukur seberapa dalam kehambaan kita ekpada Allah SWT.

Dalam sebuah kehidupan, seorang rakyat dihadapan rajanya adalah seorang hamba.
Sedangkan jika di Keraton maka kita akan menemukan keluarga sultan. Akan kita temui
orang-orang yang mengabdi pada sultan yang biasa disebut abdi dalem. Yang kita tahu adalah
ketika mereka mengabdi mereka tidak pernah perhitungan dengan jasa atau apapun yang
mereka keluarkan untuk keluarga sultan.

Pada kenyataannya, apapun yang mereka lakukan, mereka menjalaninya dengan


sepenuh hati. Sebab prinsip mereka adalah yang namanya mengabdi tidak pernah mengharap
timbal balik. Itu adalah abdi dalem sepenuhnya. Sekarang bagaimana dengan kita? Apakah kita
adalah hamba bagi Allah SWT? Sedang dengan sadarnya, kita seringkali perhitungan dengan
amal yang kita lakukan. Tetapi, yang perlu kita ketahui adalah akan ada saat dimana kita
beramal itu murni sebab kita mengabdi pada Allah SWT.

Seperti apa seorang hamba? Bagaimana caranya kita bisa menjadi hamba Allah yang
sepenuhnya mampu menghamba?

Pada dasarnya, kita berbakti kepada orang tua itu bakti kepada Allah SWT. Tapi kalau
orangtua tidak menghargai biasanya kita akan dongkol. Artinya, baktinya tidak diniatkan
karena Allah SWT. “nasehat-nasehat untuk para hamba adalah kumpulan nasehat yang
dikumpulkan oleh imam Ibnu Hajar Al Atsqolani, yang diambil dari sebagian hadist nabi dan
ucapan para sahabat dan para ulama yang sampai kepada Ibnu Hajar kemudian beliau tuliskan
di kertas dan tulisan beliau inilah yang sampai kepada kita menjadi sebuah kitab. Beliau wafat
tahun 853 H dan hari ini nama beliau masih disebut-sebut. Tergantung dari kebaikan-kebaikan
yang seringkali kita lakukan.
Nasehat Ibnu Hajar ini mengumpulkan hadist sesuai dengan jumlahnya. Jadi, beliau
membagi bab pertama itu berisi dua hal. Bab kedua menjadi tiga hal. Bab keempat menjadi
tiga hal. Jadi, beliau memulainya dengan bab yang menjelaskan tentang nasehat-nasehat dua
perkara. Bab tentang dua hal ini beliau sebutkan sebagai hadist yang diriwayatkan dari nabi
“sesungguhnya, beliau (nabi) itu bersabda “ada dua perkara yang tidak ada sesuatupun yang
lebih utama dari keduanya. Yang pertama, Al Imanu Billahi, yaitu iman kepada Allah SWT.
Yang kedua adalah bermanfaat untuk orang-orang islam”

Seorang hamba harusnya ingat akan dua perkara ini. Ingat dengan Al imanu billahi
wujudnya yaitu kita melakukan sesuatu hanya karena iman. Beda antara hamba dan yang
bukan hamba Allah SWT adalah melakukannya karena Iman. Batasan melakukan amal karena
Allah SWT adalah melakukan apapun karena seamta-mata Allah SWT menyukainya. Artinya,
kita melakukannya karena Iman. Berpuasa semata-mata hanya karena Iman, bukan karena
diminta oleh suami atau orangtua.

Tanda Allah SWT suka ketika kita melakukan amal dengan iman yaitu kita
melakukannya dengan senang hati. Jika abdi dalem diminta oleh keluarga sultan melakukan
sesuatu itu pasti dilakukan dengan senang hati. Padahal melakukan sesuatu yang berat. Sama
juga dengan tarawih. Kita tarawih lebih cenderung karena ibadah. Jika karena iman maka kita
ridho jika imam bacaannya panjang dan kita tetap menyukainya.

Kalau ada orang yang merasa berat melakukan perintah Allah SWT, maka lihatlah
kualitas imannya kepada Allah SWT. Ini yang paling penting, kata Rasulullah SAW.

Yang kedua adalah kehadiran kita bermanfaat bagi sesama muslim. Ada satu riwayat
dari nabi, manfaat disini sifatnya umum. Misal dari ucapan, pangkat atau kedudukan, atau
dengan harta dan badan. Nabi mengatakan, “hamba yang paling dicintai oleh Allah SWT
adalah siapa yang hidupnya bermanfaat untuk orang lain”

Tapi inilah yang seringkali menjadi kesalahpahaman. Ada kalanya kita mendengar “wah
kita Cuma dimanfaatin nih” padahal cara agar kita bisa menjadi manusia yang paling
bermanfaat adalah membiarkan diri kita dimanfaatkan oleh orang lain. Itulah cara kalau kita
ingin menjadi pribadi yang manfaat. Jika kita tidak mau dimanfaatkan maka apakah kita bisa
bermanfaat?

“dan seutama-utama amal adalah memasukkan kegembiraan kedalam hati orang yang
beriman” kita diberi baju oleh teman. “gimana bajunya?” maka jawaban yang baik adalah
“betul-betul luar biasa. Ini baju nyaman. Sangat cocok.” Kalau kita mengatakan begitu maka
kita sudah memasukkan kegembiraan kedalam hati orang lain. Kita bertamu dan disuguh teh,
perlu pula mengatakan yang baik.

Nabi pernah mengatakan “barangsiapa yang diwaktu pagi dia tidak berniat untuk
berbuat dzolim kepada seseroang maka akan diampuni dosanya yang telah lalu”

Maka berdoalah “Ya Allah SWT, jangan sampai ada orang yang terdzolimi atas adanya
saya” ketika kita lewat dijalan “Ya Allah SWT, jangan sampai ada ornag yang terdzolimi atas
lewatnya saya” jika kita bertekad (niat) untuk tidak melakukan kedzoliman, maka dosa kita
akan diampuni oleh Allah SWT. Sebab jika tidak berniat begitu kita seringkali lupa.

Misal di masjid ada sandal berserakan, berusaha tidak menginjaknya. Berusaha untuk
merapikannya. Lalu Rasulullah SAW melanjutkan, “ada satu lagi, barangsiapa yang berniat
untuk menolong orang yang didzolimi atau memenuhi kebutuhan seorang muslim maka
niatnya berpahala seperti seseorang yang hajinya mabrur”

Kalau kita bisa melihat rasa tidak suka yang memang kita berkontribusi yang
emngakibatkan seseorang merasa rugi, maka kita perlu menelusuri kesalahan kita. Tapi ketika
seorang mahasiswa lulus, pasti akan ada seseorang tidak suka. Tapi itu bukan kesalahan kita.
Revisi #2 selesai

Jum’at, 18 Mei 2018

16.00-17.00 WIB

@PPMi Daarush Shalihat

With Abi Syatori Abdurrauf

Nasha-ih al ‘Ibad

Imam Nawawi Al Bantany #2

Ali bin Abi Thalib pernah mengungkapkan dengan bahasa munajat kepada Allah SWT,
“Ya Allah SWT cukuplah menjadi kemuliaan bagiku, Engkau adalah Tuhanku.” Tidak ada
yang lebih mulia dari kita yang memiliki Tuhan bernama Allah SWT. Itu sudah cukup menjadi
kemuliaan bagi kita. Kalau ada orang merasa mulia, tetapi bukan kemuliaan karena memiliki
Tuhan bernama Allah SWT maka itu adalah kemuliaan yang semu.

Kebanggan kita adalah ketika kita menyadari bahwa kita bangga menjadi seorang
hamba. Bukan bangga punya HP baru, laptop baru, atau motor baru. Tetapi karena “Ya Allah
SWT, Engkau sebagaimana yang aku inginkan” Jika dilihat dalam diri kita, apakah semuanya
sesuai dengan keinginan kita? Kita tidak bisa membayangkan jika kita diciptakan tanpa mulut.
Allah SWT-lah yang mengetahui bahwa dengan mulut kita dapat makan dan berbicara dengan
mudah.

Kita punya lutut, padahal bisa saja Allah SWT menciptakan kita tanpa lutut. Tapi Allah
SWT menciptakan kita dengan lutut agar kita bisa berjalan dengan mudah turun tangga, dan
lainnya. Diciptakannya wajah kita juga karena kebutuhan kita. Bisa saja Allah SWT ciptakan
semua wajah sama. Tapi bagaimana jika demikian? Dapatkah kita mengenali keluarga kita?
Begitulah Allah SWT sebagaimana yang kita inginkan, kemudian Ali menutup munajatnya
dengan,

“Maka jadikan aku sebagaimana yang Engkau inginkan”

Inilah hamba Allah SWT yang sesungguhnya. Menjadikan dirinya sebagaimana yang
Allah SWT inginkan, bukan yang diri sendiri ini inginkan. Dalam kesehariannya, yang
harusnya kita pikirkan adalah “Bagaimana saya bisa melakukan sesuatu sesuai dengan yang
Allah SWT inginkan”

Jika seandainya ada seseorang yang melakukan sesuatu yang tidak Allah SWT
inginkan, sebenarnya dia hanya sedang memaksa dirinya untuk melakukan sesuatu yang
bahkan Allah SWT saja tidak menginginkannya dan tentulah ini bukan tabi’at seorang hamba.
Sehingga, menjadi penting bagi kita untuk mengetahui apa saja yang sebenarnya Allah SWT
inginkan atas kita. Nasehat yang pertama, “Ada dua perkara yang tidak ada sesuatupun yang
lebih utama dari padanya: Iman kepada Allah SWT dan bermanfaat bagi sesama muslim.”

Seminimal-minimalnya manfaat adalah kita tidak menimbulkan masalah bagi muslim


yang lain dan muslim yang lain tidak merasakan masalah dari kita. Rasulullah SAW
melanjutkan nasehatnya kepada kita, “Ada dua perkara yang tidak ada sesuatupun yang lebih
kotor atau menjijikkan daripada keduanya: Syirik kepada Allah SWT dan membahayakan bagi
sesama muslim” dengan berbagai macam cara, kata-kata, harta, apalagi dengan nyawa.

Kalau dikaitkan dari pesan Rasulullah SAW sebelumnya, berarti syirik ini adalah lawan
dari iman. Jika ditanya siapa orang yang beriman? Orang yang didalam dirinya tidak ada
syirik, itu yang dinamakan iman. Syirik berarti menganggap ada sesuatu selain Allah SWT
yang bisa memberikan manfaat atau madharat dari kehidupan. Kalau kita beramal, tapi tidak
ada yang memuji amal kita, pernahkah kita kecewa? Itu pertanda dalam iman kita masih ada
syirik. Kalau iman itu membuat kita utama, maka syirik itu membuat kita akhbats.

Kita diberi minum yang paling kita suka tapi ada seperempat tetes najis masuk kedalam
minum itu, apakah kita akan meminumnya? Kira-kira, ketika kita melakukan amal dan dalam
amal itu masih ada syirik, apakah Allah SWT berkenan menerima?
Lalu, agar kita tidak seperti itu maka apa yang harus kita lakukan?

Rasulullah SAW berpesan, “Wajib bagi kalian berkumpul bersama ulama (datang,
bersilaturahim, mengunjungi) dan mendengarkan ucapan-ucapan para hukama”

Apa bedanya Ulama dan Hukama? Ulama itu ahli ilmu, hukama itu ahli hikmah. Ulama
itu orang yang melihat sesuatu dari kacamata ilmu. Hukama itu orang yang melihat segala
sesuatu dari sisi hikmahnya. Kadang ada Ulama tapi ia bukan seorang hukama, dan ada
seorang Hukama tapi bukan seorang Ulama. Tapi ada juga Ulama yang juga Hukama, itu
namanya Al Qubaro’.

Ilmu itu sifatnya hitam putih. Sebagai contoh, ada seseorang yang punya suami dan
merasa didzolimi. Kalau bertanya kepada ahli ilmu, maka jawabannya “Ibu punya hak untuk
cerai”. Tapi kalau yang ditanya Hukama, bisa jadi jawabannya beda, “Bisa jadi dari cerita ibu
ini, ibu bisa menjadi orang yang sabar.” Karena itu kita wajib datang kepada Ulama dan
Hukama sehingga kita bisa mendapatkan ilmu dan hikmahnya.

Rasulullah SAW pernah mengatakan, “Akan tiba satu zaman atas ummatku. Dimana
mereka itu lari dari Ulama dan dari Fuqaha. Allah SWT akan timpakan kepada mereka
dengan 3 bala atau musibah. 3 musibah itu adalah Allah SWT angkat keberkahan dari usaha
mereka, Allah SWT menguasakan atas mereka penguasa dzolim, mereka keluar dari dunia
(meninggal) dengan tanpa iman”. Itu adalah akibat jika kita tidak mendekat kepada Ulama.

Kalau dizaman dulu, orang menikah langsung sowan kepada ulama, meminta nasehat
dan do’a. Bagaimana dengan anak muda yang menikah zaman sekarang? Jika Allah SWT
angkat keberkahan atas usaha kita, bisa jadi usaha kita memang berhasil tetapi keberkahan
dalam usaha itu tidak kita dapatkan. Misalnya, kaya raya tapi keluarganya berantakan. Itu
artinya keberkahannya dicabut oleh Allah SWT.

Allah SWT menguasakan atas mereka penguasa dzolim, penguasa yang membuat kita
tidak semakin dekat dengan Allah SWT. Kenapa kita harus berkumpul dengan ulama dan
mendengarkan hukama? Kenapa tidak satu saja? “Karena sesungguhnya Allah SWT
menghidupkan hati yang mati itu dengan cahaya hikmah.”
Ilmu itu ibarat kita menanam pohon, yang membuat Ilmu itu menjadi tumbuh ialah
karena disiram dengan air (cahaya hikmah). Tanpa ada hikmah, ilmunya hanya digunakan
untuk menilai orang lain, merasa puas jika lawan debatnya kalah. Dan kita perlu mengulang
kembali

nasehat Abu Bakar Ash Shidiq, “Barangsiapa yang masuk kedalam kubur tanpa bekal (iman
dan amal), maka seolah-olah dia mengarungi laut tanpa perahu.”

**Amal dalam bulan Ramadhan:

1. Amal yang tidak bisa ditinggalkan: jualan, mengajar, kuliah, dll.


2. Amal yang diluar waktu-waktu dimana kita punya kewajiban: Waktu yang kita
gunakan untuk Allah SWT. Sebaik-baik amal antara kita dengan Allah SWTadalah
sholat.
Sabtu, 19 Mei 2018

16.12 – 17.00 WIB

@PPMi Daarush Shalihat

With Abi Syatori Abdurrauf

Nasha-ih al ‘Ibad

Imam Nawawi Al Bantany #3

Dari sekian banyak status, Mungkinkah manusia lupa dengan status dirinya? Kalau memang
statusnya jomblo, apakah ada yang lupa? Seorang suami pasti ingat statusnya sebagai suami.
Apalagi kalau didepan kita ada orangtua. Tidak mungkin kita sebagai anak kita akan lupa apa
status kita dihadapan mereka.

Ada status yang tidak akan pernah bisa kita lepaskan dimanapun kita berada yaitu siapakah
kita dihadapan Allah SWT? Mungkinkah kita pernah mengingkari? Tidak. Siapa kita dihadapan
Allah SWT? Tidak ada selain kita hanyalah Hamba yang beriman kepada-Nya. karena itulah
tidak salah kalau nasehat pertama yang disampaikan oleh Imam Nawawi dan Imam Ibnu Hajar
Al Atsqalani adalah nasehat yang pernah disampaikan oleh Nabi kita, ada dua perkara yang
tidak bisa lepas dari kita yaitu Iman kepada Allah SWT dan beriman kepada sesama muslimin.
Bagaimana kita bisa mewujudkan iman saya kepada Allah SWT, bagaimana hidup saya bisa
bermanfaat sebagai seorang muslim?

Pertanyaannya, apakah kita benar-benar beriman kepada Allah SWT? Cara mengukurnya
yaitu dengan melihat hasilnya. Kalau ada petani gagal terus dalam panennya padahal tidak ada
hama maka orang akan menyimpulkan bahwa ia bukan seorang petani. Kalau ia seorang petani
maka ia akan berhasil. Jika ingin mengukur apakah kita seorang yang beriman, maka kita lihat
dari hasil iman kita, Allah SWT berjanji akan memberi banyak hal kepada orang yang beriman.
Ada 9 yang akan dirasakan oleh hamba yang beriman,

1. Surat Ar-Rum ayat 47


“dan adalah hak yang menjadi kewajiban Kami untuk menolong orang-orang
yang beriman” Ada seorang sahahat yang selama 15 tahun hidupnya, ia dilarang untuk
berperang. Kita biasa pegang kamera. Lalu 15 tahun kemudian tidak boleh pegang
kamera, tiba-tiba diminta untuk pegang kamera, maka kita pasti akan merasa gerogi.
Kita tahu bahwa perang badar itu terjadi di bulan Ramadhan dan bertepatan pada
puasa dihari pertama. Itu pengalaman pertama, di tahun 2 Hijriah. Waktu itu belum ada
kewajiban puasa, sebab awal puasa diwajibkan di pertengahan bulan sya’ban tahun 2 H.
Saat itu rasanya sedang lapar, tapi diminta untuk perang maka kira-kira kalau besok RT
RW desa kita ada kerjabakti berapa orang yang akan ikut? Perang badar waktu itu 113
ornag muslim dan melawan 1000 orang kafir. Tapi pada kenyataannya, kaum
musliminlah yang menang.

2. Pembelaan Allah SWT


QS. Al Hajj 38 “Sesungguhnya Allah SWTmembela orang-orang yang beriman” kalau
seandainya ornag yang beriman, lalu di fitnah maka yang bermasalah adalah yang
emmfitnah. Karena yang beriman akan dibela oleh Allah SWT.

3. Al Waliyyu (perlindungan)
Allah SWT pelindung orang-ornag yang beriman- QS Al Baqarah 257
Allah SWT punya banyak cara. Tahun 1982 gunung meletus. Hanay satu kampung yang
terlambat dievakuasi. Lahar keburu turun. Yangdilakukan oleh kampung tersebut adalah
mereka mengajak santri dan masyarakat kumpul di masjid. sang kyai mengajak mereka
untuk bertafakur kepada Allah SWT. Apa yang terjadi dengan lahar itu? dengan izin
Allah SWT, yang sebelah kanan, belok ke kanan, yang sebelah kiri, belok ke kiri
melewati pinggiran kampung ersebut dan kemudian bertemu lagi setelah melewati
kampung tersebut

4. Al Hidayah
Hidayah untuk ornag beriman adalah Istiqomah. Untuk ornag yang beriman Allah SWT
berikan hidayah”Dan sungguuh Allah SWToemberi petunjuk bagi orang-orang yang
beriman kepada jalan yang lurus” QS. Al Hajj 54
Mau marah itu nggak jadi, sebab tiba-tiba ada kucing nyakar-nyakar.

5. Tidak akan dikuasai oleh orang-orang kafir


QS. An-Nisa’ 141
Allah SWT tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk mengalahkan
orang-orang beriman.
6. Menjadikan orang-ornag beriman itu pemimpin
Janji Allah SWT di surat An-Nur ayat 55, “

7. Keberkahan Hidup
Al A’raaf ayat 96, “
Wujudnya adalah pengertian hidup yang membuat kita tidak bisa melakukan apapun
selain kebaikan. Itulah berkah dari langit. Mudah sholat, mudah rejeki, itu termasuk
keberkahan dari bumi.
Kita seringkali berharap untuk hidup satu kampung dengan orang-orang yang beriman.
Ada kisah. 3 kali masa panen itu gagal. Setelah diteliti dan emnjadi penyebab
kegagalannya adalah tikus. Dalam semalam sawah yang sangat luas habis. Karena itu
kemudian, warha bermufakat untuk memusnahkan tikus tersebut. Dan cara paling
mudah adalah dimalam hari. Warga bergerak ke sawah. Tapi sayangnya, tikus itu naik
ke tanagn dan naik ke obor lalu obor yang dibawa oleh warga dimatikan oleh warga.
Yang tadinya suasanya terang kemudian menjadi gelap. Sebab itu warga menjadi takut.
Akhirnya, mereka mengadu pada orang alim, kata orang alim “waktu panen terakhir
zakatnya bagaimana?” ternayta banyak yang tidak zakat dengan benar. Akhirnya setelah
itu tidak ada lagi tikus setelah mereka berzakat.

8. Orang yang beriman akan mendapatkan karunia Izzah (harga diri, kemuliaan)
Orang yang beriman pasti punya harga diri. Walau penampilannya sederhana, tapi
kemudian penghormatan orang-orang menghormati karena keimanan beliau.
9. Kehidupan yang Baik
Di surat An-Nahl, ayat 97 “brangsiapa beramal shalih dalam keadaan dia beriman maka
kami akan hidupkan mereka dalam kehidupan yang baik”

Ini 9 janji dari Allah SWT. Hanay saja, Tanyakan pada diri, dari 9 janji itu sudah ada pada diri
kita atau belum? Tentu tidak akan kita pahami dengan “saya akan memperbaiki iman saya akan
saya mendapatkan izzah” niat kita memperbaiki iman ukan semata-mata karena ingi
mendapatkan 9 janji ini tetapi memperbaiki iman kita sebagai tanda bahwa Allah SWTsuka
bahwa iman saya ini sesuai dengan apa yang Allah SWTinginkan tanpa memperhitungkan
hitungan logis. Ketika kita memandang janji-janji Allah SWT, maka artinya kalau kita
memperbaiki kualitas iman kita Allah SWTakan sangat senang.

Nasehat dari Umar bin Khatab, “kemuliaan dunia itu dengan harta. Tapi semuanya akan
musnah. Kemuliaan akhirat adalah dengan cara memperbaiki Amal. Dan memperbaiki amal ini
dimulai dengan memperbaiki iman.”
Minggu, 20 Mei 2018

16.00-17.00 WIB

@PPMi Daarush Shalihat

With Abi Syatori Abdurrauf

Nasha-ih al ‘Ibad

Imam Nawawi Al Bantany #4

Nasehat-nasehat untuk para hamba. Sebuah kitab yang disusun oleh Imam Nawawi dan
diambil dari kitab asalnya yang disusun oleh Imam Ibnu Hajar Al Atsqalani.

Kitab itu oleh penulisnya diambil dari Nabi SAW, dari sahabat dan dari ulama. sore ini
kita ingin mengambil nsehat dari Utsman bin ‘Affan. Beliau adalah sahabat pertama yang
masuk islam. Beliau termasuk sahabat generasi awal dan masuk islam lewat abu bakar. Karena
antara abu bakar dan utsman itu ada hubungan bisnis yang keduanya adalah seorang pedagang
kemudian mereka menajdi sahabat nabi di makkah.

Rasulullah SAW pernah bertanya pada malaikat jibril “ceritakanlah padaku kebaikan
umar” lalu “wahai Rasulullah SAW, kalau seandainya lautan itu jadi tinta, untuk menuliskan
kebaikan umar maka lautan tinta itu tidak bisa menuliskan kebaikan-kebaikan umar” lautan
tinta saja tidak cukup untuk menuliskan kebaikan umar.

Rasulullah SAW meminta kepada malaikat jibril, “kalau kebaikan abu bakar?” jibril
mengatakan “sesungguhnya kebaikan umar adalah satu dari kebaikan-kebaikannya abu bakar”
itu sudah menggambarkan, betapa sangat luasnya kebaikan abu bakar. Jika dikaitkan dengan
ustman, maka sebab abu bakar ustaman menjadi masuk islam. Sebegitu mulianya, ia diambil
menantu untuk putrinya beliau Ruqayyah. Kemudian setelah ruqayyah meninggal, ustaman
dinkahkan lagi oleh Ummu Qulsum. Putri nabi SAW.
Nasehat Ustman sangat banyak, salah satu ayng dinukil oleh Imam nawawi dalam
kitabnya yaitu “kesedihan karena dunia adalah kegelapan di dalam hati” jadi kalau ada ornag
yangs edih karena dunia itu karena hatinya gelap.

Sebaliknya, “kesedihan karena akhirat (tidak bisa melakukan amal baik) maka akan
menjadi cahaya didalam hati”

Keduanya ini sebenarnya didasarkan karena pengalaman beliau saja. Dalam hidup ini
kita akan berhubungan dengan dunia dan akhirat. Pertanyaannya, kita lebih sedih dalam urusan
apa? Dunia. Dunia disini maksudnya adalah segala yang tidak ada manfaatnya di alam akhirat.
Lalu ia kehilangan dunia seperti itu ia sedih itulah yang dimaksud kegelapan hati.

Misalnya, tidak nonton bola karena ketiduran. ia sangat marah sampai memarahi
istrinya. Punya uang, pokoknya buat piknik. Sudah menabung lima puluh juta. Tapi itu uang
ilang sedihnya bukan main. Sebenernya yang membuat dia sedih kenapa? Sebab ia nggak jadi
piknik. Orang seperti ini hatinya gelap.

Misal, uang nabung lalu mendapat 10 juta. Rencananya untuk qurban. Lalu eh ilang.
Setelah itu ia susah, ia merasa sedih dengan kehilangan itu. maka, inilah kesusahan akhirat. Ia
sedih sebab tidak bisa qurban. Jika kegundahan dan kegelisahan kita sebab akhirat maka itulah
yang akan mengantarkan kita pada cahaya akhirat.

Seorang takmir masjid pernah cerita, kata beliau “setiap jumat itu selalu ada orang yang
infaq 1000 tetapi didalam seribu itu ada uang 500ribu” uang 500ribu tersebut dibungkus oleh
uang 1000. Dicari orangnya belum ketemu siapa. Beberapa waktu kemudian ada kabar orang
meninggal. Ternyata setelah orang itu meninggal infaq itupun terhenti, tidak ada lagi orang
yang mengirim infaq 500ribu dibungkus 1000.

Ponakan abi pernah naik motor, lalu kesenggol motornya. Setelah itu motornya jatuh.
Motor itu menimpa bagian belakang mobil karena lecel maka minta ganti rugi. Tapi karena
tidak salah akhirnya tidak ganti rugi. Sayangnya, yang punya mobil megikuti ponakan abi
sampai rumah karena minta ganti rugi.
Dunia sering kali membuat hati manusia gelap. Akhiratla yang membuat hati manusia
terang benderang.

Dunia seringkali membuat hati manusia menjadi gelap. Akhiratlah yang membuat hati
manusia terang benderang.

Kalau ada orang yang menyakiti kita, itu sebneranya orang tersebut sedang menyalakan
saklar hati kita. Kalau hati kita kemduian terang maka yang muncul setelah itu adalah keinginan
untuk memaafkan. Tidak hanya itu, tetapi kita katakana terima kasih karena beliau mau-maunya
menyalakan saklar hati kita. Padahal ornag yang menghina kita pasti pakai susah payah. Harus
bermuka sangar. Ia berjuang untuk menyalakan saklar hati kita agar kita bisa melihat amal
kebaikan yang luar biasa yaiu memaafkan.

Seperti apa hati yang gelap itu?

Ada dua yang bisa kita tengarahi, pertama

1. tidak bisa membedakan baik dan buruk.


“saya tahu kok kalau marah itu buruk. tetapi saya nggak bisa diam saja.” Ini contoh
hati yang gelap, hanya akalnya saja yang terang
2. hati yang merasakan beban berat saat melakukan yang baik
sholat tarawih berat, baca Quran berat. Hati yang gelap itu kalau dalam Al Quran
menyebutkan bahwa orang munafik itu adalah urusan hati. “ornag munafik kalau
ikut sholat maka mereka ikut berdiri dengan malas” mudah-mudahan sifat ini tidak
ada dalam diri kita.

Hati yang terang adalah hati yang sealu menyambut hadirnya amal kebaikan dengan rasa
bahagia. Apa yang membuat kita bahagia menjelang maghrib saat ramadhan? Berbuka. Ini
tidak salah, tetapi yang lebih membuat kita bahagia adalah kembali untuk menghadap Allah
SWT” menghadapkan diri kepada Allah SWT.
“Amal kebaikan adalah setiap amal yang mendatangkan manfaat untuk hidup di alam
akhirat.” Amal baik adalah akhirat. Artinya, orang yang sedih karena akhirat itu adalah orang
yang cahaya akhiratnya sudah masuk didalam hati.

Cahaya akhirat itu objeknya adalah hati sebagaimana matahari objeknya adalah bumi.
Kita tidak bicara orang yang hatinya gelap. Tetapi ornag yang hatinya mendapatkan cahaya
akhirat. Cahaya ini dibagi menajdi 3:

1. cahaya akhiratnya sampai ke hati (sampai saja tetapi tidak masuk)


2. Masuk ke hati
3. Tembus kedalam hati sampai bagian yang paling dalam

Jika diibaratkan rumah, jika yang pertama maka cahaya matahari itu sampai didepan
pintu rumah. Tapi itu lumayan membuat isi rumah tersebut menjadi terlihat terang. Jika masuk,
maka ibarat cahaya matahari amsuk sampai di ruang tamu. Tetapi jika tembus kedalam hati,
maka tidka ada satu titik pun yang tidak terang sebab cahaya ini. Pengaruhnya yaitu:

1. cahaya akhiratnya sampai ke hati pengaruhnya membuat orang cukup melakukan


amal hasan (baik)
2. Masuk ke hati membuat orang bisa melakukan amal ahsan (lebih baik)
3. Tembus sampai bagian yang paling dalam relung hati membuat orang bisa melakukan
ihsan.

Ada 3 orang, yang ketiganya berinfaq 10ribu, tetapi nilai pengaruhnya berbeda. Yang
membedakan adalah keadaan hati dan itu adalah hal yang wajar. Kita menyuruh A dan B
menyapu halaman. A menyapu sebelah kanan. B menyapu sebelah kiri. Tidak ada kesulitan
yang berbeda. Tetapi si A menyapunya sangat terpaksa sedangkan si B menyapu dengan hati
yang ringan, hati yang bahagia. Hasilnya sama bersihnya. Tetapi penghargaan dari orang lain
dan dari Allah SWTakan menjadi berbeda. Hal itu akan menimbulkan amal yang berbeda.

1. Hasan : Mau melakukan amal Akhirat (diajak mengaji mau, diajak bersedekah mau.
Sehingga nanti akan terlihat bahwa yang amalnya hasan ini biasanya mau jika
diajak)
2. Ahsan : suka melakukan amal akhirat (ia suka jika bersedekah)
3. Ihsan : bahagia dengan amal akhirat (melihat akhirat seolah-olah ada didepan mata.
Itulah yang membuat dia bahagia). Nabi mengatakan, bahwa “beribadahlah seolah-
olah kau melihat Allah SWT. Jika kau tidak melihat Allah SWT, maka yakinlah
bahwa Allah SWTmelihat kau”

Kita diperintahkan untuk beribadah semata-mata ikhlas Karena Allah SWT. Kita
menghadap sepenuhnya kepada Allah SWTswt. Maka, yang paling baik ketika kita beribadah
“ibadah itu urusan kita kepada Allah SWT” “ini amal saya untuk Allah SWT” kalau setelah itu
kita melakukan yang berkaitan dengan urusan dunia, “kok jadi lancar urusan dunia saya” maka
yang kita pahami adalah “ini nikmat dari Allah SWT” tidak usah kita sangkutpautkan, tidak
dikaitkan dengan kebaikan ibadah yang kita lakukan sebelumnya.

Misal, kita rajin sholat dhuha dan rejekinya banyak. Maka itu tidak bisa
disangkutpautkan. Kita sholat dhuha niatnya adalah karena Allah SWTsuka. Jika rejekinya
banyak maka itu karena rejeki dari Allah SWTbukan karena apa yang kita lakukan.

Jika tadinya rejekinya sedikit, lalu kita sholat dhuha dan rejeki kita lancar. Maka
berprasangka kepada Allah SWTdengan hal yang baik sehingga itu bisa menjaga keikhlasan
ibadah kita.

Awal dari tumbuhnya kebaikan adalah dari tidak tumbuhnya keburukan. Jadi, kalau
kebaikan dan keburukannya tumbuh bersama. Maka, seperti padi yang tumbuh bersama
rumput. Orang akan lebih melihat rumputnya. Tumbuhkan saja kebaikan dan pada saat yang
sama keburukan dipangkas agar tidak tumbuh.

Sehingga, beda kelas (level) antara orang yang sedihnya karena Akhirat dan orang yang
sedihnya karena dunia 
Senin, 21 Mei 2018

16.00-17.00 – 17.00 WIB

@PPMi Daarush Shalihat

With Abi Syatori Abdurrauf

Nasha-ih al ‘Ibad

Imam Nawawi Al Bantany #5

Nasehat yang disampaikan oleh beliau adalah nasehat yang aslinya juga disampaikan
oleh Ustman bin Affan, yaitu cara tentang bagaimana mengelola kesusahan dan kegundahan.
Keduanya memang tidak bisa dilepaskan. Susah adalah bagian dari kehidupan sehingga tidak
salah kita susah. Hanya saja, apa sebab kesusahan kita?

Kesusahan bisa sebab dua kemungkinan, kesusahan karena dunia dan kesusahan karena
akhirat. Kesusahan dunia yaitu kesusahan yang tidak ada manfaatnya untuk hidup di akhirat.
Misalnya, senang dengan pertandingan sepak bola. Itu hanya tontonan yang hanya menghibur.
Ustman bin Affan mengatakan, kesedihan akan dunia ini menimbulkan kegelapan di dalam hati.
Itu kalau orang sedih karena dunia dan kalau hati sudah gelap maka bahaya akan mengancam.
Tetapi jika karena susahnya karena akhirat, misalnya susah karena tidak tahajud, atau tidak bisa
sholat berjamaah di masjid.

Jika kesusahannya akan akhirat maka itu akan menjadi cahaya dalam hati. Jadi, kita
memang harus susah. Tapi jadikan susah kita adalah karena akhirat bukan karena dunia. Kalau
antri makan, lalu saat giliran kita makannya habis maka yang perlu kita katakana adalah
“Alhamdulillah, untung saya yang dibelakang. Kalau saya yang didepan bisa jadi orang lain
yang akan menjadi susah.” Inilah makna dari nasehat utsman bin affan. Yaitu susah yang terjadi
karena akhirat.
Mau buka puasa pakai beli sayur sop. Belinya di warung makan padang dengan harga
yang tidak murah. Udah ditaruh eh kok kucing menikmati. Apa yang kita rasakan? Gundah.
Tetapi jika dihadirkan akhirat, maka yang kita katakana adalah “Alhamdulillah yang dimakan
hanya sopnya, nasinya enggak.” Sebab susah karena akhirat akan menjadi cahaya dalam diri
kita yang nantinya akan Allah SWTpancarkan dari langit dan berubah menjadi kebaikan dalam
kehidupan kita.

Cahay akhirat akan masuk kedalam hati dengan dua cara. wujudnya amal baik (sholat
malam, puasa, sedekah, infaq) dan harusnya ada didalam hati. Cara untuk membuat cahaya itu
ada dalam hati yaitu dengan melakukan amal itu. Jika kita sedang puasa maka kita sedang
memasukkan amal akhirat kedalam hati kita. Dengan puasa hati kita bercahaya. Kedua, ketika
kita tidak bisa melakukannya, kemudian yang muncul dari diri kita adalah sedih karena tidak
bisa melakukan amal akhirat diluar kehendak kita. Sehingga, kita tetap harus berusaha terlebih
dahulu. Kegagalan melakukan amal itu disebabkan oleh terbenturnya dengan keadaan.

Ada orang yang cahaya akhiratnya

1. sampai ke hati, menimbulkan amal hasan, melakukan amal akhirat


2. masuk ke hati, menimbulkan amal ahsan, suka melakukan amal akhirat
3. tembus kedalam hati, menimbulkan amal ihsan, bahagia dengan amal akhirat

Ketiga ini dipengaruhi oleh seberapa cahaya akhirat itu ada didalam hati. Sehingga ada
tiga pilihan dalam melakukan amal baik. Maka, kemudian kita lihat orang-orang melakukan
amal baik bermacam-macam. Dari yang sudah-sudah, diri kita sudah sampai dikualitas amal
yang mana?

Ciri-ciri cahaya akhirat telah tembus masuk kedalam hati:

1. tidak pernah bosan dengan amal akhirat. Sekaligus ini adalah orang yang bisa
melakukan amal ihsan
2. mersakan syahdu, bahagia dan damai saat beramal akhirat. Sehingga, jika suatu hari
lupa melakukan amal akhirat, amal itu sendiri yang akan mengingatkannya kepada
kita. Biasa makan pakai kerupung lalu suatu hati nggak pakai kerupuk maka akan
ada sesuatu yang berbeda.
3. Menambah iman, kedekatan, kecintaan dan kerinduan kepada Akhirat. Kerinduan
kepada akhirat ini akan diwujudkan dengan semakin sering semakin baik lagi
seseorang untuk melakukan amal akhirat. Misal, anak rindu kepada orang tua maka
yang dilakukan adalah telfon. Telfon adalah wujud dari sebuah kerinduan. Kita bisa
lihat, orang kalau telfon ia akan melihat dunia ini hanya terasa dua orang saja,
minimal jika ada yang mengganggu maka ia akan menjauh. Sehingga, nanti akan
kelihatan bahwa kesenangan hidupnya adalah kesenangan akhirat.

Itulah ketika seseoang melakukan amal akhirat, misal mendengarkan Al Quran


bayangan akhiratnya menjadi sangat kuat. Sehingga itu menjadi kesenangan. Siapapun ornag
yang menyukai amal akhirat, maka amal itu pula yang akan menjadi penutup dalam akhir
kehidupannya.

Begitulah memang anugerah yang Allah SWTberikan kepada orang yang menyukai
amal akhirat. Allah SWTakan emmilihkan seseorang meninggal dalam keadaan yang paling
orang itu sukai.

Ada tiga rahasia yang tidak bisa diketahui siapapun,

1. Dimana kita meninggal


2. Kapan kita meninggal
3. Dengan cara apa kita meninggal
4. Dalam keadaan apa kita meninggal

Cara membuka rahasia itu adalah dengan melakukan amal baik yang paling kita sukai.
Yang paling berat adalah bagi seseorang yang masih memendam kebencian, sebab ini akan
memberatkan di akhirat. Sehingga, kita punya kewajiban untuk menyayangi diri.

Bagaimana caranya agar cahaya akhirat bisa tembus masuk ke dalam hati? secara umum
yang harus dilakukan yaitu dengna Menghatikan akhirat, mengakhiratkan hati. Jadi akhirat itu
ada di hati kita. Sampai pada akhirnya, akhirat menjadi hati dalam diri kita. Ada empat langkah
yang bisa kita lakukan yaitu dengan cara

1. Membersihkan diri dari dosa.


sebab dosa itu kalau akhirat itu diibaratkan pohon, maka pohon itu tidak akan tumbuh jika
ada hama penyakit bernama dosa. misal, petani mau menanam padi, tapi banyak rumput
maka pertani perlu mengambil rumput itu terlebih dahulu. Ramadhan ini bulan yang tepat.
Bersih diri dari dosa. Cara paling mudah adalah bertaubat. Meninggalkan dosa dari hal
dimasa lalu, beristighfar, memohon ampun “astaghfiruka wa atubu ilaikh.” Kemudian,
Bangun azam dan tekad yang kuat “saya tidak akan melakukan dosa lagi” nilai azam dari
meninggalkan dosa itu sungguh sangat luar biasa. Jika sudah berazam maka selama kita
tidak melakukan dosa itu selama itu pula malaikat akan mencatat amal tersebut. Kenapa
ada pahala dari tidak melakukan? Karena kita berusaha menghindari dosa, sebab dosa itu
adalah haram. Karena dosa kalau ditinggalkan akan menjadi pahala. Sehingga, jika
seandainya kita langsung menyampaikan kepada Allah SWT, kita berazam “saya tidak
akan melakukan dosa. appaun yang saya tahu bahwa itu dosa maka saya tidak akan
melakukannya”
2. Meluruskan pandangan hidup kita dengan pandangan Allah SWT.
Jika dalam pandangan Allah SWTbaik, maka saya akan melakukan dalam pandangan yang
sama.
3. Menjadikan akhirat sebagai kiblat hidup
Sehingga, apapun yang kita lakukan pastikan karena akhirat. Walaupun yang kita lakukan
adalah sebuah kebiasaan. Misalnya, mandi. Mandi itu amal dunia tetapi dengan niat yang
berbeda maka bisa jadi itu berubah menjadi amal akhirat, “saya mandi agar sholat saya
menjadi nyaman”
4. Menghadirkan Allah SWTta’la dalam setiap peristiwa hidup kita
Yakin bahwa setiap yang kita lakukan adalah atas ijin Allah SWTswt. “saksikan Aku
ikhlas Ya Allah SWT” ini yang akan menguatkan nilai-nilai akhirat dalam hati. Semudah
itukah ikhlas? Tergantung seberapa banyak cahaya akhirat yang masuk dalam hati kita.
Jika hati kita masih gelap maka keikhlasan itu akan sangat berat untuk dilakukan.

Umar bin khattab, “sekejappun manusia tidak akan pernah hidup tanpa nikmat” pada saat
kita kehilangan nikmat dunia, maka Allah SWTsedang menuntun kita kedalam nikmat yang
tingkatannya lebih tinggi yaitu nikmat keikhlasan.
Bagaimana kita bisa menemukan semuanya ini? Sebab menjadikan akhirat dalam kiblat
hidup itu bukan hal yang mudah. Yang sering terjadi timbulnya kakak adik berantem karena
warisan itulah sebab dari kecintaan mereka pada dunia. Sedang para sahabat, suatu ketika
membeli sebuah tanah. Kemudian sahabat mendapatkan harta daritanah yang telah dibeli
tersebut. Sahabat tersebut memberikan harta tersebut kepada pemilik tanah. Sebab apa? Yang
dibeli adalah tanahnya bukan harta didalam tanah tersebut. Itulah contoh sahabat yang berkiblat
karena Akhirat.

Untuk bisa memiliki keempat hal tersebut maka butuh dua sifat, yaitu sifat MULIA dan
BIJAK. Ini nasehat dari Yahya bin Mu’adz, beliau lahir di 830 Masehi dan wafat 871 masehi.
Usianya hanya 401 tahun tapi nasehatnya sampai kepada kita, nasehat beliau adalah “tidak akan
maksiat kepada Allah SWTorang yang memiliki kemuliaan dan tidak akan mendahulukan dunia
atas akhirat bagi orang yang bijak.”

Nasehat Rasulullah SAW, “sering-seringlah berduduk-duduk dengan para ulama (ahli


ilmu) dan mendengarkan penjelasan para khukama (ahli hikmah). Betapa memang
bermujalasah kepada ulama dan hukama itu sangat berpengaruh pada kehidupan kita.

Jangan melakukan amal semata-mata Karena ingin menyelesaikannya. Tetapi melakukan


amal sebab kita ingin mendekatkan diri kepada Allah SWTswt.

ketika tarawih kita bertanya, “sudah berapa rakaat?” ini salah satu contoh bahwa semata-
mata kita ingin segera menyelesaikannya. Padahal tarawih dengan banyak rakaatnya adalah cara
kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Selasa, 22 Mei 2018

16.00-17.00 – 17.00 WIB

@PPMi Daarush Shalihat

With Abi Syatori Abdurrauf

Nasha-ih al ‘Ibad

Imam Nawawi Al Bantany #6

Kalo ada pada diri kita maka kita saat ini sednag menmpub eprjalan pulang ke akhirat. Dna ini
diambil dri pengalamn kita dari pulang kantor, pasar, rumah, itu kan wkatu kita pulang punya
karaetistik aalagi abis berpergian lama itu akan lebih terasa, kalo beprgian sebentar maka
belum teras abiasanya kareeristik ini teras jika bepergian lama. Missal ke tanah suci dan
pulangnya bener kerasa betul betul pulang . ini ada 4 :

1. Merasa letih dan lelah


Itu emmang sudha karetrik orang pulang yaitu emrasa dna letih karena itu kahirnya
pulang. Kalo org ebkerja belum etras letih dan lelah mka mengat pulang tidka besar
karena baru cape ia baru pulang. Jiak memang ebgitu karejetristik org pulang maka kalo
kta sednag puang ke kahirat , maka kateritik ini akan etrasa kita akan merasa letih dan
lelah dengan segala kesenagn dunia yg ada. Udh cape dna letihd engna kesengan duniawi
yg ada dna betul betul sudah leti dengan tanda kalo nonton film kartun tom and jerry itu
ebtul betul cape itu tanda letih dna lelah. Jika nonton bola ga cape cape maka itu
tandanya baru ebrnagkat atau baru datang sebb jika pake logika org pulang maka onton
bola itu cape kan Cuma nonton adegan yg itu itu aja , nih boleh disambr msuuh digring
ke kiri direbut digring ke aknan dna siinya itu aja maka ini pake logikan bosen bagi org
yang sudha hidunya berjalna pulang maka jika belum bosa maka tandnay belum mau
pulang. Ini yang berat. Jadi kao ronag yg betu l betul pualng septi yg dismapikan ustman
itu ia hanya teratrik kepada yg bernilai kairat. Momong anak itu ad anilainya akhirat itu
terakhir namun etariknya krena niali akhirat yg bisa didapatkan , ngajari cuccu dna ank
itu jadi punay nilai kahirta itu sneng dengan cucu itu merupakan ekesmeptan untuk
endidik dna mnegajarkan.
Orang yang eblum emrasa letih dna lelah dengan segala kesnegan duniawi berarti ia tidak
sedang berjalan pulang menuju allah taaala  Ini yag berbahyaa ketika lagi asik asik
dengan hal dunaiwa ehtiba tiba datang sang penjemput. Itu rasanya ga ikhlas.
I masih asik dengan kesengan duniawai. Tapi giamna kalo sedaniany lagi perjlana pulang
dan bosen dnegan dunai kemduian diisi akhirat namun maish dunia dan udh cape dnegn
dunia dan urusna dunia itu hanay bikin letih itu maka kita mulai dengan perjalanan
akhirat dna merasa belum dekat maka ini isnyaAllah engga masalah karena kita sudah
berada di posisi yng ebrn pulang ke kahirat. Itu sperti kita pulang jalan kaki, eh ada yg
kemudian ada yg mendket pake mobil, pa kayo saya antar pulang ini rezeki. Ada
dmeikuan juga pula baru mulai perjalanan pulang, dan udh cukup dengan kesenangan
dunia dan beralih ke kesenangan akhirat, itu insyaAllah menjadi kebaikan.

Sebenernya kita gabosen dnegan kesegan dunia itu maunya siapa?


Kayak notnon bola jika kita mikir maka hsrunya kan bosen, ini msunys setan yg punya
jruusn, tazzayana tazyin yaitu jurus yg mebuat mnausia bisa melihat seustau yg buruk
namun Nampak indah, itu racun tazyin , dn ajiak sudha terkna maka yg burukpun akan
kelihatan baik, seemikian tdk menarik pun jadi kelihatan menarik. Kadnag aneh lihat
orang komoy mobil apa itu rasanya yg kompoy itu bangga, itu kalo kita piker piker
apanya yg bikin bangga. Rasnaya apa nya yg bikin bangga ini hanya berpkir aja , dna jika
ada fakort tazyin, oh ini dia masalahnya itu ada racun tayzin.
Dilalaikan dengan kesenengan dunia
Ini tanda belum sednag dlm eprjlaan pulang. Tetp ia ngurus dagang itu bagian dri
perjlana pulang. Diskusi ttg meodel mobil, ibu ibu sudha sepuh malem malem jam dua ke
suatu tempat.

2. Ingin segera smapai


Orang yg kalo sedang perjanan pulang itu ingin segara sampai.itu pasti. Peenganya segar
smapi dan sia[aun yg sdng ebrgark pulang itu pasti ingins egara sampai. Buktinya :
Rindu dengan kehidupan akhirat
Ada kerinduan , andai saya disurg amembayangkan bertemu dgn ortu yg mendhauli kita
ya Lalh indhanya say bisa berjumppa dnegan ayah hand,a sodara, guru guru itu kita
membayangkan di surge. Memnag kalo sudha rindu kita pasti membayangkan.
Mahasiswa itu bsk lebaran ga pulang itu rindu dan yg kebayang itu org di rumah. Dan
bayangannya dlaha kampong halaamn . dna kampong halaman kita temat pulang adalah
akhirat dna membayangkan bia bertmu dnegn bagidan Rasulullah SAWullah dan bertemu
dengan sahabt yg eprtama klai masuk islma , ummahtul mukmini itu yg betul meguasai
diri kita. Terutama disat syahdu. Itu mneggucah kerinduan itu ke kampong ahirat.
Yang rindu itu diwujdukan dengan mengisi hidup dengan amal kahirat kahrat
Kita ambl quran utnuk egkespresikan rinud kita terhadap kahirat. Dimana kita baca
quran itu betul ingin lebih meraskan Susana akhirat, mengahirkan suasana kahirat. Dan
amal akhirat itu kalo rindu ibu dikmapung dna di jogja kita merantu maka kalo rindu itu
dengan menelfon dna mabil hp. Itu wkatu telfon rasnaya syahdu maka tu yg etras sta kita
baac quran dna shlat itu sebenry akita sedang bekomuniaks dgn akhirat.
APUPUN HARUS BERNIALI SURGA

3. Memlihi jalan terdekta dna tercepat


Klao naik taksi kalo lewt jln ringroad, namun sama sama supir, belok kanan aja jgn let
rigroad itulah akrekeritisk org pulang memlih jalan etrdekat dna tercep yg kadang
sedekiman pengennay sampai itu kadang pake jalan melawan arus, dibelai memnpuh
jalan melwan arus. Semuanay agar segra sampai. Maka dekimian pula org yg melkaukan
dengan memilih amla yang melwan arus, namun ada amal yg jika kita betul ebtul
melawan arus maka aml itu segar menyampiakn tujuananyd an amal ini diiznkan
dibolehkan bahakn dianjurkna ,emamag amal apa ?
Contohnya :
- memaafkan smeua yg menyakiti
kalo kita disakiti inginnya membalas, iniseperti masih sesusia dnegan rus dna kalo
mau melawan arus itu kaish hadiah org yang meyakiti kita.
- Menyambung silaturrahmi dengan org yg memtuuskannya
Maka kita lawan dengan kita datangi dan smabung silatriirahmi dnegan mereka. Jiak
kita senag perjalan pulag maka kita akan cari arus ini kana mebuat saya cepet sampai
- Memberikan sesuatu yang paling disukai kepada orang yang paling tdk disukai. Jika
kita bisa melakukan eknapa tdk walupun harus butuh senegri yg banyk

Yanganya orag dlm perjalan ulang saj akan punay kbrnai aml sepri ini. Pernah dinaishta oleh
nab oleh Rasulullah SAWullah : ada shabar ukj=bah dna naya kepada Rasulullah SAWullah
“ya rausl tunjuka kepadkau amla yg bisa memauskkan au ke dalm jannah .” Rasulullah
SAWullah “ maafkan morg mendozlimimu , sambung sliruhhaim yg mentuuskna dan
beirikanlah orang yg tidak penrha mebrimu”

Dia org yang baik karena dia berikan kesempatan kepd akita untuk kita melakukannya akan
bisa mbewa saya ke surge.

TIADA KEADAAN YANG LEBIH KEUNIKMATI DLAM HIDUP INI MELEBIHI


DINGINNYA MALAM DI KALA TAHAJUD DAN PANASNYA SIANG DI SAAT PUASA
\

ENGKALULAH YUHA SANGK

Pujian adalah racun da acican adlah madu

Jadi kita tersnyum kepada yg mencaci dna tikd suka kepad ayg memuji.

4. Membaw aoleh oleh yang disukai oleh orang orang dirumah


Walaupun kita gauska itu dibelikan , sbennry say gasuka dna sukanya keripik, dan oleh
olehnya keripik itu sih bukan oleh oleh org dirumah namun untuk dimakans endiri.

Jika dalam perjalanan pulang :


Menyiapkan oleh oleh terbaik berupa amal kebaikan yang sangat disukai masyarakat
akhirat
Amal iabdah dan kebiakn yang ditunikan smeata msta keran iman kepada allah
Rasulullah SAWullah kalo ini sudah dilkuakn berarit kita sudha membaw aoleh oleh.
Maka jiak buka kare aiman ka aini tdk bisa mebratkan timbanagn ktai, jik amal itu bukan
akrea iaman maka tdk ada nilai timbangan.
Rabu, 23 Mei 2018

16.00-17.00 – 17.00 WIB

@PPMi Daarush Shalihat

With Abi Syatori Abdurrauf

Nasha-ih al ‘Ibad

Imam Nawawi Al Bantany #7

Sufyan Ats Tsauri


Beliau punya banyak murid dan salah satunya adalah imam malik yang kemudian pelaran
beliau , fatwa beliau akhirnya menjadi membentuk namanya sebuah madzhab namanya maliki,
yang mencetuskan yaitu imam malik dan gurunya adalah Sufyan Ats-Tasuari yang berguru
kepada sahabat , beliau adalah tabi’in, Tabi’in adalah orang yang bertemu dengan sahabat
Nabi.

Beliau menyampaikan nasihat tentang dosa , beliau mengatakan :


“ setiap maksiat jika syahwat itu timbul dari syahwat maka sesungguhnya maksiat seperti ini
masih bisa diharapkan ampunan-Nya”

jika bicara maksiat itu bicara kita karena setiap harinya berlalu itu pasti ada maksiat
yang kita lakukan yang ditimbulkan dari syahwat, jadi timbulnya maksiat itu disebabakan
syahwat keinginan yang tak terkendali , setiap manusia boleh mempunyai keinginan, namun
jika tidak terkendali itu sudah menjadi syahwat dan berubah menjadi maksiat, Memang
maksiat itu rata rata bermulai dari syahwat, cerita jelek orang lain itu jadi pengen karena
syahwat, lihat gambar dilarang pengen lihat itu syhawat, lihat ada hp bagus kok pengen ambil
ini syahwat namanya, jika maksiat sperti ini maish bisa diharapkan ampunannya.
“setiap maksiat yang timbul dari kesombongan, maka sesungguhnya maksiat seprti ini tidak
bisa diharapkan ampunan-Nya”
Dari nasihat ini Sufyan Ats-Tsauri seperti sedang mengajari kita bahwa dosa itu ada 2 jenis,
dilihat dari sumbernya, yaitu :

1. Sumber syahwat
Semata mata karena ingin, ini dilakukan hanya karena ingin aja. Misal ingin melihat,
ingin mendengar soalnya suaranya menarik dan lain-lain.
2. Maksiat ini disebabkan karena kesombongan
Karena kesomobongan itu sebenarnya itu awalnya syahwat namun ini syahwat plus
kesombongan , yang bisa saja diwujudkan dengan mengecilkan dosa itu atau
meremehkan dosa itu misal alah cerita jelek orang lain kan enak kok, itu kan dosa kecil
tinggal istigfar 3 kali akan hilang. Ini dia melakukan dosa dengan meremehkan. Ini dia
berbuat dosa karena sombong. Orang yang jika disuruh melakukan yang baik itu
pengennya tidak melakukan yang baik, udh dasarnya pengen udh ga shalat namun dalam
syahwat ada plusnya, ia bilang “orang macam saya ga butuh shalat itu percuma karena
shalat ga shalat itu sama sama dapat pahala” ini sudah nampak kesombongan, ini kata
Sufyan ini tidak bisa diharapkan ampunannya , karena ia berbuat dosa plus sombong
dengan ekspresi apapun. Orang berbuat dosa itu udh tau dosa dan tetap melakukannya
itu bisa arahnya ke arah sombong.

Apa yang dikatakan Sufyan Ats-Tsauri ini bukan tanpa dasar namun dasarnya adalah
apa yang dulu dilakuka oleh iblis dan Nabi Adam, iblis itu bermaksiat kepada Allah yaitu
gamau sujud kepada adam. Dan Nabi Adam pun berbuat maksiat yaitu dilarang makan buah
huldi, huldi ini diambil dari kata kata iblis yang menggoda untuk memakan buah itu, “kalo
engkau makan buah ini engkau akan kekal di surge” nabi adam namun melakukannya , kita bisa
lihat waktu iblis tdk mau sujdu ekpada adam itu dasra utamanya apa? Ini sombong yang tdk
membuat ia gamau sujud kepada adam. Ia merasa lebih baik dari adam. Engkau ciptakan aku
dari api dan adam dari tanah , kan api kelasnya lebih tinggi dibandingkan tanah”. Ia iblis
kemudian mebangkang terhadap perintah. Ini maksiat yang dilakukan oleh iblis adalah maksiat
yang disebabkan karena sombong. Namun Nabi Adam beliau makan buah huldi disebabkan
karena syahwat dan tidak ada kesombongan.
Kalo begitu bagaimana kita bisa memastikan bahwa oranng itu berbuat dosa karena syahwat
atau sombong? Apa yang membedakannya ? ini ada 5 membedakannya yang dilihat dari
kebaikan dibalik dosa Nabi Adam AS :

1. Kebaikan dibalik dosa nabi adam


Berbuat maksiat karena syahwat maka ia akan menemukan 5 kebaikan yang
dilajukan oleh Nabi Adam, yaitu :
- Mengakui dosa
Ia mengaku itu dosa dan melakukannya, saya gabisa memungkiri bahwa yang
saya lakukan ini adalah dosa. Seperti yang dialami oleh seorang sahabat yang
mau silaturrahim kepada Ustman bin Affan , waktu ketemu dengan Utsman
dirumah beliau dan Utsman bin Affan menyambut sahabat tadi itu lalu bilaang
dengan kata: ” aku melihat bekas maksiat dimatamu”
Yang dikatakan oleh Utsman Bin Affwan itu memang bener, karena
sebelum perjalanan menuju rumah Utsman bin Affan itu, sahabat melihat lawan
jenis yang tidak menutup auratnya. Dan sahabat itu tidak bisa mengelak, dan
sempet penasaran kok Utsman bin Affan bisa tau, kan saya lihatnya di jalan , dan
kalo ada yang lapor itu kecil kemungkinan untuk terjadi. Namun Utsman bin
Affan ini tau, maka si sahabat ini bertanya “ Wahai Utsman apakah setelah
Rasulullah SAWullah wafat masih ada wahyu turun?” Ia bertanya begitu sahabar
tersebut bepikir ada wahyu dari langit ngasih tau dia abis maksiat. Kemudian
Utsman Bin Affwan menjaawab :”Bukan wahyu yang turun, namun Ini karena
tajamnya firasat”

- Menyesali dosa
Ada penyesalan ini dosanya kalo karena syahwat. Sederhananya adalah orang
lihat makanan warnanya menarik dan ingin makan dan asal makan lalu perutnya
sakit kemudian itu nyesel karena ia makan semata-mata karena ingin.

- Menyalahkan diri sendiri


Nabi Adam makan buah ini karena divrovokasi karena iblis, namun Nabi
Adam tidak menyalahkan iblis, maka atas dasar ini kita tidak gampang untuk
menyalahkan setan. Padahal Nabi Adam itu jelas-jelas makan buah karena
bujukan iblis dan ia tidak menyalahkan iblis. malah menyalahkan diri sendiri
kenapa mau-maunya mengkuti nasihat iblis.
Ikhwan gimana ya menjaga pandangan susah lah di masa sekarang itu
apalagi perempuan begitu dan jika dilihat itu ada , ini namanya menyalahkan
perempuan karena orang yang berbuat dosa karena syahwat itu akan
menyalahkan diri sendiri.

- Bersegara taubat
Tidak pake nanti taubatnya

- Tidak putus ada dari rahmat Allah


Ia tidak pernah putus asa dan yakin kalo Allah mengampuni.

Ini 5 hal ini betul disebutkan oleh nabi adam ketika sesaat makan buah huldi dan diturunkan ke
bumu beliau mungkin bermunajah kepada Allah , terusngku sujud kemudian menyampaikan
kepada Allah “ rabbana ….. minal khosirin” ini yang kemduian kata tsb membeirkan kepad
akita 5 kesimpulan yang berbuat maksiat karena syahwat. Dan disitu mengakui bahw ayng
dozlim adalah saya, dan tidak menyalahkan org lain, jika engkau tdk menyayangi dan
mengampuni ini pasti kami adalah orang orang yang rugi. Dan semua orang yg berbuat dosa
itu latar belakangnya syawah, jika bukan karena syahwat itu ada dua kemungkinan

1. Tidak tau
2. Sengaja

Keburukan dibalik dosa iblis :


1. Tidak mengakui dosa
Ini namanya sombong, maka ia melakukan dosa ini karena sombong.
2. Tidak menyesali dosa
Jika kita melakukan dosa kemudian tidak ada penyesalan maka kita ini seprti iblis
3. Tidak mencela diri sendiri
Ini mengkambing hitamkan orang lain. Misal dengan kata-kata :“ buah jatuh itu tidak
jauh dari pohonya “
4. Tidak mau tobat
Ah nanti aja taubatnya , ini pencariannya belum selesai, dan berbuat dosa belum
maksimal sehingga gamau tobat
5. Putus asa dri rahmat Allah

Bagiamana maksiat bisa terjadi ? dan bagaimana bisa mengatasinya dengan baik dan benar

Kemungkinan orang berbuat dosa itu dari 3 pintu , sehingga ini menjadi ujian hidup dan kalo
lulus jadi kebaiklan dan jika tdk lulus maka jadi dosa, jika menyikapi benar maka jadi
kebaikan dan sebaliknya. Pintu tersebut adalah :

1. Larangan Allah ( nahyullahi)


Allah melarang ita bohong, melarang judi, elarang mengambil yg bukan haknya. Dan
ini nayta ada . caranya adalah dengan tunduk , saya sami’na wa tha’na terhadap perintah
Allah.
2. Perintah Allah (amrullahi)
Ini juga bisa menimbulkan dosa, missal Allah memerintahkan sholat namun ga shalat
maka ini jadi dosa. Cara menutup pintu amrullah adalah dengan kita berlaku patuh (attha
Ah) terhadap perintah Allah.
3. Qodarullah (takdir)
Berburuk snagka itu bis ajadi qadrullah , iya sih tau musibah itu datangnya dari Allh
namun kenapa bertubi tubi padahal saya orang baik, maka dia tdk lulus di pintu ini.
Sikap kita adaah al qobuul yaitu menerima , apapun takdirnya diterima. Misal motor
tadinya dipake anak lalu ………
Berharap buka paus apake sayur namun tdk ada maka kita terima aja ini namnaya
menerima takdir Allah SWT.

Inilah 3 pintu yang harus diwaspadai, yaitu pintu larangan Allah, perintah Allah dan
takdir allah. Maka tugas kita adalah menutup pintu itu agar tidak menjadi peluang dosa.

Pertanyaan :
1. Kita sudah terlajur memliih pekerjaan di sektor menghibur orang, apa ayng harus
dilakuakan apdahal itu pekerjaan?
Bisa dilhat dir dua sisi:
- Bisakah ekmampuan kita emnghibur orang itu bisa dikelola sehingga bisa menjadi
hiburan yg bermakna, conoth ada org yg profesinya bikin komik yg bisa
menghibur. Bisa ga profesi bikin komik itu diberi sentuhan yg bermakna , itu
tetep bikin komik namun isinya pendidikan akhlak misal ajakn untuk jujur, ajakan
untuk berjuang. Apalagi anak milenial itu dikaish buku haidts yg gaada
gambarnya itu kadang ga tertarik. Kalo dikaish komik itu matanya menjajalat dan
awlanya etrtegun namun kemduian akhiranya dibaca dan bermanfaat. Ada orang
yg profesinya yg kalo profesi menghibur. Bisa oof dulu sebulan dan belajar
agama maka isi kepalanya adalah pengetahun agama seprti fiwih akidah dan
ketika menjelaskan itu membuat org tertarik sehingga orang ga kerasa itu lagi
diceramahin. Ini karena pandainya beliau menyusun kata. Dan nama beliau sudah
tenar kemana mana namun gamasuk dalam 200 itu. Dan kalo mausk itu beliau
akan tambah repot. Kalo mau mengundnag beliau itu harus ngisinya bisa april
2020. Itu orang ga sadar kalo lagi diisi ruhani oleh beliau.
Nyanyi berubha menjadi nasyid. Dibuat syairnya itu bila izraildatang
memanggil. Itukan orang ketika mendengarkan akan teringat.
- Kalo gabis adiberi makna dnegn makna kahirat dan diebri snetuha kahirat , itu
berarti perintah untuk meninggalkannya, nanti rezeki daya dri mana? Kal
ruusannya rezki itu sudha jelas dijamin oleh Allah, justru datangnya rezeki itu
melalui cara yg tdk disukai oleh Allah itu bisa jadi rezeki yg syubhat atau bahkan
haran. Allah akan membimbing dia kalo dia keluar dna akan menemukan sumber
rezeki yg berarti dna bermakna.
2. Kalo kita melakukan maksiat lalu tobat namun melakukan lagi itu bagaimana?
Kalo melakukan lagi itu bukan karena disengaja itu gapapa. Dan kalo mau d atd bisa
melakukan maka ornag seperti harus menambah nilai tobatnya dengan cara hijrah
untuk membuktikan tobatnya ke tempat yg tdk mungkin melakukan dosa itu. Ini
tobatnya harus plus karena takut mengulang lagi dosa tsb.dulu yg disarankan kepada
orang yang membunuh 99 org dri orang shalih, kata pendeta kalo itu kebanyakan
mana bisa diampuni, maka ia mangkel si preman ini dan dilengkapi jadi 100.
Kemudian ia bertmeu denga orang alim shalih itu bilang “bisa diampuni “ “ gimana
caranya “ kemudian dikasih petunjuk untuk datang ke kampong shalih namun
keburu meninggal diperjalanan.
Caranya adalah dengan pergi ke tempat orang shalih untuk bener bener tobat.

3. Bagaimana syahwat yg ada pikiran ? apakah itu dihitung dosa?


Itu hitungan mujahadah. Lihat sosok yg menawan dna pengen lihat ini yg pengen
syawha dna kemduian bis jadi menggadeng akal dri apda penasaran meding lihat
namun mengatakan hati itu merupakan dosa. Maka yg terjadi adalah mujahadah dan
gapapa. Kalo muncul lagi maka perangin lagi keinginan untuk berbuat dosa.
Kamis, 24 Mei 2018

16.00-17.00 WIB

@PPMi Daarush Shalihat

With Abi Syatori Abdurrauf

Nasha-ih al ‘Ibad

Imam Nawawi Al Bantany #8

Bapak ibu yang dirahmati Allah

Alhamdulillah sore ini walau hujan, kita teteap diringkan kaki oleh Allah.. hadir di majelis Ini
Insya Allah mendapat pahala, lebih lebih ini bulan suci Ramadhan mudah-mudahan Allah
tidak sia-siakan setiap titik Ilmu yang ada di majelis ini Ilmu yang bisa diaalkan dan Ilmu yang
membuat kita lebih baik.

Sore ini kita akan mengpus lebih jauh nasihat Suyan Ats Tsauri yang menjadi Guru Imam
Malik, belia hidup satu zaman dengan Hasan Al Bashri. Yang kemudian diambul Ibnu Hajar
Atsqaulani dan kemudian dijelaskan kembali oleh Imam An-Nawawi Al bantani.

‘’Setiap maksiat, yang timbul dari syahwat maka dia masih bisa diharapkan amppunannya.’’
Itu kalo timbul karena syawhat karena ingin melakukanya, harusnya dtahan tapi kok ga
tertahan maka akhirnya terjadi buat maksiat dan maksiat seperti ini, masih mungkin
mendapatkan ampunan dari Allah.

Dan satu maksiat lagi, setiap maksiat yang timbul karena kesombongan, maka maksiat seperti
ini tidak bisa diharapkan ampunan. Sulit mendapatkan ampunan disertai rasa sombong. Rasa
sombong bisa jadi meremehkan dosa, ada unsur kesombongan. Allah kan maha Penyayang ,
masa gara gara ini Allah nyiksa padahal kan kita ahli ngaji bakal tega nah berarti ada unsur
kesombongan dasar yang melandai Sufyan yang diambil dari dosa yang dilakukan oleh Nabi
Adam dan Iblis. Dosa Iblis adalah tidak mau sujud terhadap Adam, dan dosa Nabi Adam
makan buah khuldi. Tapi beda. Kalo Nabi Adam itu penasaran, apa lagi si Iblis membisiski
langgeng diSurga kalo Nabi Adam buah. Tapi kalo Iblis bermaksiat tidak mau sujud karena
kesombongan. Maka dosa Nabi Adam diampuni namun dosa dari Iblis tidak diampuni.
Maksiat dalam Bahasa lain bisa disebut sebagai dosa.

Apasih dosa itu?

Dosa aadalah perkara yang bisa membuat hidup manusia bermasalah dengan Allah Ta’ala.. ini
yang bisa dipahami dengan dosa. Jado kalo orang melakukan dosa maka hidupnya akan
bermasalah dengan Allah, aka nada masalah dengan Allah.. bisa jadi masalah itu tidak ridha,
membuat Allah benci tidak suka, dan ini menjadi masalah sendiri. Dan ini bukan masalah yang
ringan kalo bermasalah dengan Allah. Di kantor aja, kalo ada masalah sama atasan, enak ga?
Kalo ada masalah pembantu sama majikan, bermasalah sama tetangga enak ga? Enak….
Garam abis ini harus beli garam nah warung disebelah timur rumah Cuma harus melwati
rumah yang tetangga sedang bermasalah.. tapi liat tetangga dipintu gerbang, itu mau lihat
males ga?itu bermasalah dengan tetangga.. gimana dengan Allah? Iya memang dosa itu
membuat masalah dengan Allah.

Dan ada 3 tingkatan hidup bermasalah dengan Allah: dan kita lihat apakah ada yang kita
tersangkut semoga saja tidak… jika iya maka hidup kita belum bebas dari dosa.

1. Hidup jauh dengan Allah. Ini masalah, ada suami istri berjauhan itu banyak masalah ga?
Kalo Cuma sehari dua hari.. tapi kalo berhari-hari berbulan-bulan nah itu masalah. Jauh
itu bkan secara fisik, kalo fisik ya memang jauh salah kalo orang mengatak dekat secara
fisik itu keliru. jauh atau dekat itu adanya didalam hati.
2. Hidup terpisah dengan Allah kalo jauh bisa ada kemungkinan mendekat, kalo sudah
terpisah dekat pun menjadi jauh.
3. Hidup terputus dengan Allah, kalau sudah terputus serasa seperti tidak ada harapan.

Terus bagaimana kita bisa tahu hidup ini jauh, terpisah bahkan terputus?

3 indikasi hidup jauh dari Allah :


1. Berat melakukan kebaikan ringan melakukan keburukan. Baca quran, dzikir, ke masjid,
teraweh berat.. tetapi ringan kita melakukan keburukan. Itu indikasi jauh dari Allah
2. Tidak ada rasa dalam kebaikan. Kalaupun akhirnya melakukan kebaikan, itu tidak ada
rasa dalam kebaikan tersebut. Jadi kalau baca Quran ya hambar ga ada rasanya. Maka
lebih cenderung berat tadi, saya melakukan lebih karena kewajiban, tidak ada rasa apa-
apa.
3. Tidak menyesal dengan keburukan. Habis melakukan yang sia-sia ga ada penyesalan
padahal ketika melakukan sia-sia tapi tidak ada peyesalan ini tanda hidup jauh dari Allah.
Sebenarnya sih 3 indikasi ini mungkin kita punya pengalaman ketika dulu menjadi anak,
tapi sekarang masih.. status anak ga akan perrnah hilang walaupun sudah menjadi orang
tua.

Kalau sama orang tua lagi jauh masih stau rumah sih, lagi ga deket gitu, mungkin banyak
sebab.. kenaoa ga deket bisa jadi karean keinginnan kita ga terpenuhi. Orang tua terus
nyuruh kita melakukan sesautu. Rassanya ringan atau berat? Nak tolong sapukan halaman
rumah yaa.. ini berat, walaupun kemudian melakukan ada rasa nikmat ga? Ga adanya
beban… dan memilih tidak nyapu kelihatan ibu tidak suka, itu ada penyesalan ga? Engga..
inilah sebenrnya realita kalo roang hidup jauh dari Allah.

3 Indikasi terpisah dari Allah :

1. Memandang keburukan sebagai kebaikan. Minimal tidak menganggap kebruukan


menjadi keburukan. Karena dalam hidup ini kita tidak akan perrnah lepas dari buruk,
setiap waktu setiap saat kebruukan seperti tersaji dimeja kehidupan kita. Apalagi kalau
keluar lihat orang tidak menutup aurat,, ditivi ada orang yang mengfitnah segala macam
itu keburukan. Maka dari itu kita ounya tugas bicara pada diri kita sendiri ada kewajiban
sehingga kalau lihat ‘’kita tidak seperti itu’’ tapi ketika melihat dalam hati kita ‘’kita
tidak seperti itu’’ maka kita sama buruknya dengan orang buruk yang saya lihat. Maka
ibarat pepatah,gajah dipelupuk mata tak kelihatan. Setiap kali melihat keburukan maka
kita harus mengatakan ‘’itu bukan saya, saya tidak seperti itu.’’
2. Merasakan pahitnya keburukan, kalau sduah terpisah dari Allah maka kebaikan itu
rasanya pahit. Jadi kalau shalat rasanya pahit apa lagi kalau rakaatnya panjang, maka
semakin terasa pahitnya.
Indicator ini mendekati kearah nifak, tanda dihatinya ada nifak yang kemudian orang pahit
melakukan kebaikan . karena nifak itu menipu dirinya. Baca quran itu aslinya nikmat, tapi
ada nifak orang mengatakan baca Quran itu tidak enak. Kalau memang kita hidup ga ada
masalah, baca Quran itu nikmat… sangat nikmat. Sebagaimana kalo kita mendapatkan surat
dari dia dan ga ada masalah. Itu baca suratnya, hambar pahit atau ada rasa tersendiri?
Kenapa? Karena aku dengan dia ga ada masalah. Tapi kalu jauh males. Maka jangan heran ,
ada sekian WA belum dibaca karena ornag itu ga deket, orang terpisah dari saya.

3. Merasakan manisnya keburukan. Cerita jelek orang lain itu rasanya manis, itu tanda.

3 Indikasi hidup terpisah dari Allah :

1. Membenci kebaikan dan ahli kebaikan.dan itu memang sudah melekat karena memang
dia hidup terputus dari Allah, bener-bener terputus.
2. Membanggakan keburukan dan ahli keburukan. Cerita dengan keburukan dan
membanggakan ahli keburukan. Padahal dia ahli kebruukan sebab, orang bercerita
tentang membanggakan dirinya denganahli keburukan, tanda dia dengan Allah sudah
putus.
3. Mengajak keburukan mencegah kebaikan.

Dari 3 kriteria ini, indikasi ini… kita tentu bisa melihat kita itu yang mana. Tentu ini harus
diperbaiki, lalu bagimana memperbaikinya?

Hidup jauh dari Allah >< Tidak menyesal dengan dosa

Kalau jauh misalnya kita nginjek sandal orang yang ga kita kenal, ga ada penyesalan karena
hubungan dengan dia jauh. Tapi kalo hubunganya dekat. Minta maaf langsung karena ada
penyesalan.

Hidup terpsah dar Allah >< merasakan Nikmatnya dosa

Hidup terputus dari Allah >< Mengajak berbuat dosa


BICARA DOSA

Dosa adalah perkara yang bisa membuat manusia hina sengsara… tapi juga bisa membuatnya
terangkat mulia bahagia.

Jadi sebenrnya dosa itu punya dua sisi, sisi hitam yang bisa membuat orang terhina sengsara,
tapi dosa juga punya sisi putih sisi yang mecerahkan sisi yang membuat orang mulia dan
bahagia. Sehingga , soal dosa ini tergantung kita mengambil sisi mananya.. sisi hitamnya atau
sisi putihnya, kita mengambil yang ga enak , atau mengambil enaknya? Mulia dan bahagia..
kok bisa? Bukanya bikin sengsara? Itu sisi hitmanya. Jadi ibarat wajan kan punya dua siis,
kalau yang bawah kita akan kotor. Tapi kalao atas kita bisa ambil sayur.. jadi kita tinggal mau
berhubungan dengan yang mana. Begitu juga dengan dosa, kita bisa mulia dengan dosa.

‘’Dosa bisa mengangkat kita mulia bahagia dengan cara yang mudah untuk kita jalani.’’ Jadi
kalau mau lihat sisi mulia dosa, bahagia, itu ternyata caranya mudah..lebih mudah dari kita
mengambil sisi hitam. Mengambil sisi hitam sebenrnya berat, kenapa kok mudah ? karena
menjalaninya dengan tidak melakukan. Tidak melakukan dosa itu sisi putih dosa. Dengam kita
tidak melakukan dosa, kalau kita tidak melakukan dosa, kita dapat putih, mulia dan yang bisa
kita terangkat bahagia. Perkajaan apa yang mudah? Iya perkerjaan yng kita tidak melakukan..
tidak melakukan ya melakukan. Jadi cukup denga kita tidak melakukan dosa. Mana yang lebih
muda? Melakukan atau tidak melakukan. Karena kita dapat kebahagiaan, kemualiaan..
melakukan itu sudah berat akibatnya hitam… nah, dari pengertian ini, bapak ibu yang
dirahmati Allah..

Wajarkah kalau ada manusia yang bernafsu untuk melakukan perbuatan dosa?

Wajar ga? Bernafsu untuk melakukan dosa… biar gampang diseuah kelas guru memberi soal
ujian, dibuatlah soal-soal ujian… dibacalah soal itu tapi dibagian bawah baru kemudian
menemukan perintah, padahal peirintah itu ditulis dibawah. Tapi dibawha baru kita paham, apa
yang mesti saya lakukansoal-soal itu.. ‘’ kerjakan soal diatas ddengan cara jangan diajarkan.’’
Maka ketika setelah membaca itu, maka kumpulin maka ketika soal mudah-mudah.. ada
keinginan untuk menjawab ga? Maka ketika ada perintah itu, maka kita masih bernafsu
mengerjakan soal-soal itu.. bukankah memang sama ‘’Wahai hambaku aku uji kalian, soal
yang berisi dosa.. kerjakan soal dosa ini dengan cara tidak dikerjakan.’’ Allah sudah
menuliskan disitu salah satunya adalah membicarakan kejelekan orang lain. Jangan
dikerjakana kalau pengin lulus. Maka walaupun dosa itu menyenangkan, apakah ada nafsu
untuk melakukan dosa itu? Ada nafsu? Kalau masiha da nafsu? Berarti wajar ga? Karena pasti
yang mengatakan wajar banyak, tapi kalo kita lihat hakikatnya ini dosa sudah tahu kalau saya
kerjakan membuat kita tidak lulus.. bukankah sama dengan tadi, mengerjakan soal itu dengan
cara tidak melakukan… tapi kalo melihat perintahnya, saya kerjakan soal ini saya bisa tapi
saya tidak lulus, sementara kalau tidakk mengerjakan itulah kelulusan saya. Kalau tetap
memlih mengejarkan itu wajar ga? Kalau begitu.. kalau dosa tapi tetep ingin melaukannya,
aslinya tidak wajar.. sesuatu yang dilakukan tidak wajar, tapi tetapi dikerjakan itu berarti
msalahnya apa? Kasus lain dosen ngasih tugas, bikin paper sebanyak 10 halaman dengan tema
hari kebangkitan nasional,kumpulkan besok kalau ada diantara kalian ada yang mengumpulkan
maka bapak kasih nilai E, tapi kalau tidak mengumpulkan nilainya A. kayanya dosen kebalik,
akhrinya cung tangan.. ‘’Mohon maaf kayanya bapa kebalik .’’ kata dosen engga, saya ga
kebalik kalau mengumpulan nliai e kalau tidak mengumpulkan nilai a. kira-kira mahasiswa
akna mengajarkan atau tidak? Tapi besoknya masih pagi, lihat ada temen dikelas ngantuk.
Ngelembur tugas bikin paper kita terbelalak ga? Kamu ngerjain, udah dikumpulin? Ini dibuat
heran.. nah perlikau dia wjar ga? Engga wajar.

Maka sebenernya orang kalau melakukan dosa, tidak wajar. Maka kalau orang yang
masih melakukan dosa, maka harus diteliti.

Pertanyaan :

Bohong itu ada 3, pertama bohong merugikan orang lain. Contohnya orang nipu, pakai bohong
orang lain dirugikan di untungkan… dan bohong pertama ini haram, bahkan ini termasuk jenis
tanda munafik.

Yang kedua, bohong untuk kepentingan diri sendiri… orang lain tidak dirugikan, tapi
kepentingan dirinya tidak terganggu tapi tidak dirugikan, Cuma kena aja.. kalau nipu kan orang
ditipu jadi rugi.. contoh sderhana. Inti termasuk dsoa karena ada kepentingan pribadi.
Yang ketiga bohong untuk kebaikan, dan ini menajdi bohong ya boleh.. sama sekali ga ada
kepentingam pribadi, ga ada yang dirugikan… tidak juga kepentingan pribadi.. Cuma pengin
menyelamatkan aqidah, amal maka ini termasuk bohong yang boleh. Termausk juga
melindungi aqidah.tapi biar mantap sampaikan kepada Allah, sama sekali ga ada untuk
menyelamatkan kebaikan. Maka itu yang boleh. Tapi tetep istigfar atas kebohongan itu.
Jum’at, 25 Mei 2018

16.00-17.00-17.00 WIB

@PPMi Daarush Shalihat

With Abi Syatori Abdurrauf

Nasha-ih al ‘Ibad

Imam Nawawi Al Bantany #9

Nasehat Ali Bin Abi Thalib

Berkaitan dengan nasehat Sufyan At-Tsauri berbicara tentang maksiat. Ali bin Abi thalib
berkata “kalaulah bukan karena lima hal, pastilah semua mansia itu menjadi sholih.”

Orang shalih adalah orang yang bisa mempertemukan benar, baik, dan mulia pada semua
amal perbuatannya. Baik benar ataupun mulaianya itu bersatu menjadi amal-amal yang ia
lakukan. Kalaulah ia berpakaian, maka pakaiannya benar baik dan emmuliakan dirinya.

Sehingga kalau ada orang yang sholatnya benar, tetapi tidak menjadi kebaikan bagi orang
lain artinya itu belum sholih. Ada roang pakai baju dan emnutup aurat tetapi belum baik,
kenapa? Karena bau atau tabarruj. Sehingga, orang shalih adalah roang yang dalam satu waktu
bisa melakukan baik, benar dan mulia.

Benar disini artinya tidak menyalahi ketetapan Allah. Itu urusan kita dnegan Allah.
Karena itu standar benar itu tidak bisa menurut manusia, tetapi harus emnurut Allah kalau
menurut makhluk maka bisa disalahgunakan. Orang bisa saa mengakatan “semua agama itu
benar” itu dalam pandangan Allah tetapi bagi Allah, agama yang benar adalah islam. Kalau
persoalan benar kita serahkan pada manusia maka standarnya tidak akan sama
Kapan semua perbuatan amal itu dikatakn baik? kalau amal yang dilakukan itu
bermanfaat untuk sesame dan tidak terganggu atau tidak merugikan orang lain. Jika itu
merugikan, maka baik nya itu tidak membuat ia menjadi shalih. Bisa jadi manfaatnya itu
langsung. Kalau yang tidak lamgsung, missal kita mengaji karena ingin mencari ilmu. Mencari
ilmu itu baik karena akan bermanfaat untuk orang lain. Inilah yang namanya orang lain. Parkir
kendaran ditempat yang benar. Memilih parkir di tempat yang panas, agar yang teduh bisa
dimiliki oleh roang lain.

Sedangkan, mulia adalah diniatkan untuk akhirat semata. Contohnya, bagaimana soerang
tukang sapu menemukan uang disebuah tas ketika ia sedang menyapu. Beliau memutuskan
untuk mengembalikan kepada orang yang memilikinya. Ia memilih untuk merepotkan dirinya
sendiri. Ketika bertemu, “bapak, bukan untuk ini saya mengembalikan uang bapak. Sudah
cukup bagi saya untuk mendapaykkan kebahagiaan karena bisa mengembalikan uang bapak”
inilah bentuk ornag yang mulia.

Ali bin Abi Thalib menyatakan, bahwa “kalaupun bukan karena 5 hal ini, maka manusia
akan menjadi manusia yang shlaih. Tetapi sebab 5 hal ini, maka manusia sulit seklai untuk
menjadi shahlih”

Pokok 5 bahasan yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib yang perlu kita ketahui adalah

1. Alqanaa’atu biljahli
Qanaah dengan kebodohan. Salah satu binatang yang harus kita sembelih, namanya
kebo. Kebo ini namanya dohan. Sebab ia berbahaya. Apalagi kalau orang sudah merasa
cukup, missal “yaudah, kita kan bukan anak ulama bukan anak ustadz. Jadi kalau kita
ilmunya segini ya nggakpapa. Saya nggak perlu nambah ilmu agama” tanpa disadari
banyak mansuai yang memiliki sifat ini. Lalu sibuk mengejar ilmu dunia. Cukuplah, satu
minggu satu kali pelajaran agama. Tapi pelajaran sains satu minggu harus empat kali.
Tidak salah mempelajari ilmu dunia tetapi tidak boleh mengalahkan ilmu agama.
2. Al Hirshu ‘aladdunyaa
Rakus terhadap dunia. Jadi kalau ada ornag qanaah dengan kebodohan ditambah lagi
dengan rakus terhadap dunia maka akan sulit untuk diharapkan kebaikannya. Karena
masalah dunia kadang kakak beradik menajdi berpisah. Ketika mereka berjauhan maka
keduanya bukanlah orang baik karena keduanya menyimpan keegoisan. Kalau sudah
begitu maka akan sulit untuk menjadi orang baik. kita hanya bisa mengharapkan kebaikan
kepada orang yang tidak rakus pada dunia. Rakus itu berarti melampaui kebutuhan. Jadi,
semisal kebutuhan kita minum satu gelas. Tapi menjelang maghrib kita menghabiskan
minum lima gelas dengan warna yang berbeda. Kemduian begitu adzan berkumandang ia
langsung minum semuanya sekaligus. Jadi, kalau kita ingin orang baik maka jangan
menajdi manusia yang rakus terhadap bumi.
3. Asyuhu bilfadli
Kikir terhadap kelebihan. Ada orang yang oenghasilannya 5 juta padahal
kebutuhannya 3 juta. Tetapi 2 juta yang tersisa tidak mau ia bagikan kepada orang lain.
Tentang hal ini, Allah sudah emngingatkan kuta disurat At Taghabun di ayat 14 “tidak
mudah kita menyelamatkan diri kita dari kekikiran” kikir itu rasanya, Ya Allah.
Sedemikian sulitnya sampai Allah emgatakan “dan brangsiapa yang dijaga oleh Allah dari
kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang menang” ayat ini turun dimalam
hari. Kisah awalnya bernagkat dari kejadian disiang hari. Jadi, siang menjelang sore.
Rasulullah SAW kedatangan tamu yang ingin menginap. Rasulullah SAW sellau
berhidmad menghormati tamu, tapi diwaktuyang sama ternyata Rasulullah SAW tidak
memiliki apa-apa. Tidak ada yng pantas untuk diajdikan sugukan, “adakah yang diantara
kalian yang mau menerima tamuku dan amu melayani tamu ku ini” mendengar itu, ada
seornag sahabat “saya ya Rasulullah SAW” kemduian, tamu itu datang ke rmah sahabat.
Mereka mengobrol sampai menjelang petang, sahabat bertanya kepada istrinya “adakah
yang bisa disuguhkan kepada tamu?” “yaudah anak-anak ditidurkan lebih awal.” Sang istri
kemudia menyiapkan makan malam. Tapi ternyata pantasnya untuk satu orang,
“bagaiamana solusinya?” “piring yang ada nasinya diberikan kepada orang tersebut”
Ketika makan, lampu dimatikan. Tamu makan nasi, sedangkan tuan rumahnya memakan
angin. Kenyang itu tamu, senang itu tamu bisa istirahat. Lalu Rasulullah SAW merangkul
sahabat tersebut dan mengatakan ayat ini. Sehingga, jadilah orang yang dermawan.
4. Arriyaaubil ‘amal
Riya’ terhadap amal. Kalau orang masih punya riya’ dalam amalnya ia tak akan
pernah bisa menajdi baik. sebab, kalau ada orang melakukan kebaikan tapi disertai riya’
maka tidak aka nada nilainya. Dimunculkan dari berbegai bentuk. Missal, sholat tarawih
selfie. “Alhamdulillah tarawihnya nikmat” ini ada gejala riya’ sehingga solusinya tidak
menampakkan amal.
5. Al I’jaabu birrakyi
Merasa bangga dengan pendapatnya sendiri. Merasa pendapat ornag lain lemah. hati-hati kadang kita s
merasa dirinya paling benar. Lebih parahnya adalah ia akan sulit melangkah menjadi orang
sholih.

Solusi dari tidka melakukan kelimanya tersebut adalah dengan melakukan lawannya. Wallahu a’lam.

Dulu ada seseorang shabata yang sebegitu dermawannya ia sampai mendahulukan orang
lain daripada dirinya. “orang kalau sudah mendahulukan orang lain, amka ia akan menjadi
roang lain. Tapi kalau ada orang yang mendahulukan dirinya sendiri disbanding orang lain,
maka ia akan sulit menjadi orang baik.”

Menghilangkan kelima penyebab ini, yang paling awal adalah

1. Solusinya tidak merasa puas dengan ilmu yang ia miliki


2. Jangan sampai rakus terhadap dunia. Sehingga salah satunya yaitu dengan
merenungkan apa yang dikatakan oleh nabi tentang dunia ini. Bukankah ada satu kisah,
Rasulullah SAW berjalan bersama sahabat dan melihat seekor kambing yang kurus.
Kemduian ada cacat ditubuhnya dan dalam ekadaan mati. Sudah emnajdi bangkai.
Adakah yag mau diberikan bangkai kambing ini? Kata sahabat “andaipun dia masih
hidup, kami tidak akan mau menerima. Sebab ia cacat” “tahukah kalian, dunia lebih
buruk dibandingkan dengan bangkai kambing ini” cara untuk meghilangkan sifat rakus
ini yaitu dengan membaca dan disertai dengan renungan yaitu sebuah hadist yang berisi
tentang celaan orang yang rakus terhadap dunia ters menerus sampai hati dan pikiran
kita paham secara selaras. Sehingga, kita tidak akan sadar kalau rakus dalam diri kita
akan diambil oleh Allah. Yang membuat ilmu tentang buruknya rakus kalau kita
pelajari maka insyaAllah, buah dari kita pelajari itu adalah hilangnya sifat itu didalam
diri kita.
3. Semisal kita belajar ilmu tentang sabar, maka yang harus kita lakukan adalah mengaji
lagi. dan ketika kita belajar , buatlah seolah-olah kiat baru mempelajarinya pertama
kali. Maka, Allah akan memberikan kesabaran pada diri kita.
Sesi 10

Nasehat dari Ibnu Hajar dan imam Nawawi ini ada kaitannya dengan melihat nasib diri di
hari esok. Ini adalah ramal berdasar tanda-tanda yang hak. Dari tanda-tanda yang ada itu kita
bisa melihat nasib diri kita. Artinya emmang ini untuk kita, bukan untuk melihat nasib ornag
lain.

Bicara tentang nasib diri, ada dua kemungkinan di hari akhir nanti. Hari esoknya dipenuhi
oleh sa’adah (bahagia karena berada didalam surga), ada yang hari esoknya dipernuhi
Syaqawah (berada di dalam neraka). Apakah tanda-tandanya ada pada diri kita?

Tnda-tnada orang yang masuk surga dan ornag yang masuk neraka itu berbeda, nasehat ini
pernah dinasehatkan oleh Rasulullah SAW sehingga sumbernya bisa dipertanggungjawabkan.
Nabi menyebutnya dnegan ungkapan, “tanda-tanda masuk neraka itu ada empat. Empat tanda
itu adalah

1. Nisyan ad-dzunub Al Madiyati


Melupakan dosa-dosa dimasa lalu padahal dosa-dosa tersebut terjaga (ada catatannya).
Sehingga jika suatu waktu mau dibuktikan bisa kemudian ditunjukkan. Tapi orang ini tidak
memperdulikannya. Ia tidak merasa memiliki dan pernah melakukan dosa. padahal Allah
tetap menyimpan dan tidak menggugurkan dosanya. “pak kok nilai saya nggak keuar?
Padahal mata kuliah yang lain nilai saya keluar” “wah soalnya ada catatan bahwa disini
anda terbukti menyontek” “eh saya nggak nyontek kok” “ah masak?” “iyaa, saya
menyontek” kemduian guru ini membuktikannya dnegan membuka rekaman cctv. Di
catatan guru, ada catatan di jam sekian menit sekian detik sekian. Terbuktilah bahwa sudah
emnyontek. Ketika sudah ditayangkan begitu maka murid tidak lagi bisa apa-apa. Kita bisa
bayangkan, manusia saja bisa punya catatan tentang kesalahan seseorang dan catatannya
terjaga. Padahal manusia adalah makhluk yang elmah. Apalagi Allah. Walau tahu di sisi
Allah itu mahfudzoh, tetap saja banyak orang yang melupakan dosa. indikasi melupakan
dosa adalah:
 Tidak menyesali dosa yang pernah dilakukan (lupa ini diwujudkan dengan tidak
menyesali). Pada akhirnya, kita eprlu mengingat dosa-dosa dimasa lalu. Kenapa
harus diingat-ingat? Agar kita bisa bertaubat. syarat bertaubat adalah emnyesali
dosa yang sudah dilakukan. Maka kita eprlu mengetahui dosanya. Ya Allah saya
dulu suka nepuk bahu lawan jenis. Pegang tangannya. Inilah dosa yang perlu
disesali. Tetapi jika ingta, tetapi tidak menyesal maka ia termasuk orang yang
tidak menyesali dosanya.
 Tidak ada tekad untuk meninggalkan dosa yang pernah diperbuat.
“Alah, Cuma bakwan satu kok. Nggakpapa ah”
Jadi roang yang tidak punya tekad itu hukumnya sama dnegan prang yang
melupakan dosa.
 Tidak menganggap dosa sebagai suatu persoalan hidup
“ah udah berlalu, udah ketutup zaman” padahal jika belum di taubati maka masih
terjaga. Akan tercatat di bagian buku amal buruk sebagai suatu dosa.
 Suka mengenang dosa masa lalu tetapi mengenang ini bukan disesali tetapi
malah dinikmati. “dulu waktu SMA, sama si dia aku begini…. Sekarang dia
dimana ya…” termasuk ada;ah dosa telinga. Ini menjadi tanda apakah kita
emnyesal dengan dosa dimasa lalu atau tidak. Missal, mendengarkan lagu-lagu
jahil. “dulu waktu jaman SMA, inget banget ada lagu favorit” suatu saat kita
mendengarkan lagi lagu itu, lalu kita ikut menyanyi. Ikut mengenanga lagu
tersebut. Sehingga yang muncul dalam diri kita adalah senang. Padahal lagunya
berisi mengajak orang untuk berduaan, berpacaran. Cuma, kalau kita masih hafal
tetapi kita emnyesali,
“Astaghfiullah, ampuni kami atas kebodohan ini.” Udah yang namanya dosa
tidak perlu dikenang. Tetapi perlu disesali, “Ya Allah, saksikan kami menyesal
sebab apa yang kami lakukan dahulu. Maafkan kami, sebab dulu kami belum
mengaji, belum memahami. Dan hari ini kami ingin menggantinya dnegna amal
kebaikan”
2. Mengingat kebaikan-kebaikan Amaliyah yang telah lalu.
Dulu saya pernah nolong orang, dulu saya SMA ahli tahajud. Gini-gini juga dulu aku
alim. Sekarang aja lagi males. Jadi, menyebut kebaikan-kebiakan yang lalu dalam keadaan
dia tidak tahu apakah kebaikannya itu diterima atau ditolak. Tetapi tetap disebut-sebut.
 Menyebut-nyebut kebaikan ini untuk kebanggakan.
pengejewantahannya bisa dengan berbagai tindakan. Tindakannya bisa dengan
meyebut kebaikan dengan kebanggan, missal “ya gini-gini dulu aku ahli sholat dhuha.
Pernah saya SMA sholat duha nggak pernah putus dalam satu tahun” berbeda dengan
jika ada maksud mendidik, artinya pbjeknya adalah kalau kita berbicara kebaikan kita
maka ia akan termotivasi. “tahu nggak, dulu ummi waktu SMA selalu ranking satu.
Kamu tu punya keturunan juara. Kamu pasti juga jadi seorang juara” ini mneyebut
kebaikan tetapi untuk menuju ke kebaikan.
 Merasa berjasa dengan kebaikan kepada sesame
Contohnya, “ini ornag kalau dulu nggak saya bantu, mampus dia”
 Tidak berusaha menambah kebaikan yang sudah ada
“ibuk kok udah nggak sholat dhuha lagi?” “ya kalau saya hitung-hitung sudah
cukuplah itu sholat dhuha saya. Udah banyak itu. itu juga sudah pakai memperkirakan.
Sekali sholat pahalanya berapa” padahal ia tidak tahu apakah amalnya diterima atau
tidak. Hati-hati! Ini sebenarnya tanda celaka.
3. Melihat ornag yang diatasnya didalam urusan dunia
 Merasa kurang
Pegang hape, lalu melirik hape sebelahnya. “Ya Allah, serinya di amah 5 juta
ada. Hape saya 500 ribu saja nggak akan bisa mau. Kenapa ya nasib saya nggak seperti
dia” hati-hati untuk para suami yang akdang suka membandingkan istri teman. Lihat
istri teman, cemerlang tapi lihat istri teman seperti kertas buram. Apalagi, jika manusia
merasa kurang. Awalnya lihat teman hape nya harga 3 juta. Lalu ia ikut gati lagi. lalu
ganti lagi setelah lihat ada temen lain yang membawa hape harga 5 juta. Kalau
kemduian merasa kurang, artinya ia melihat dunia dengan orang yang ada diatasnya.
 Iri dan dengki
Sifat inipun terjadi karena seseroang sibuk dengan dunia ornag lain. Iri itu karena
waktu pulang pengajian, kemudian ia melihat yang lebih bagus. iri itu hanya sekedar
ingin,karena merasa dirinya kurang. Dengki itu satu tingkat lebiih tinggi. kalau dengki
itu pasti iri dan ia berharap dunia milik orang lain itu dengki. Melihat tetangga beli
mobil, dia berharap mobilnya hilang. Dengki ini bisa menghilangkan kebaikan. Karena
sesungguhnya, dengki itu membakar kebaikan sebagaimana api membakar kayu
 Thulul Amal
Thulul artinya panjang. Amal tidak pakai ‘ain. Sehingga artinya adalah angan-
angan. Kalau orang sudah panjang angan-angan maka ia melihat dunia di atasnya.
Bukan karena ia tidak mau berdzikir. Ia berdzikir tetapi ada tambahan jikalau jikalau….
Seandainya seandainya seandainya. Naudzubillah.

4. Melihat orang yang ada di bawahnya dalam urusan agama


Ah lumayan saya hafal satu juz, dia kan hafalnya Cuma satu surat. Kalau untuk urusan
agama dan kebaiakn tetapi ia melihat orang yang dibawahnya artinya ia sudah mengantongi
tanda Asyaqawah.

Rasul memetakan tanda-tanda sa’adah yaitu:

a) Selalu ingat dengan dosa-dosa yang lalu


Terutama jika dosa-dosa itu ada di depan ia akan menyesalinya, didepan ada
orang pacaran maka kita akan menyesali itu Karena pernah melakukannya. Kalau
kita ingat dosa yang telah lalu maka bertaubatlah. Kalau orang ingat dosa besar
yang ada dimasa lalu maka ia akan dibukakan oleh Allah untuk mengingat dosa-
dosa yang kecil. Seperti ditampakkan oleh Allah dosanya yang kecil, “Ya Allah
saya ingat kalau teman-teman annya ke saya, saya Cuma bisa jawab “insyaAllah”
dan teman-teman selalu berkesimpulan bahwa saya tidak bisa ikut. Astaghfirullah,
saya telah mnggunakan kalimat insyaAllah ini pada hal-hal yang tidak pada
tempatnya”
Sehingga, semakin lama Allah akan menunjukkan dosa-dosa yang tersembunyi. Misalnya,
buruk sangka pada seseorang. Pas ketemu orangnya, kita megingat hal itu adalah sebuah
dosa karena pernah berburuk sangka.

Kriteria:

 Melihat dosa sebagai sesuatu yang tidak menarik


Jadi kalau dulu ada ornag masa lalunya pacaran, sekaligus ini mudah-mudahan menajdi
tanda bahwa ketika ia melihat orang pacaran ia merasa tidak suka. Merasa malu ketika
mengingat masa lalu, merasa bodoh dengan yang telah dilakukan
 Merasa berat kalau harus melakukannya
 Menyesl kalau terlanjr melakukannya
 Segera bertaubat dan memperbaiki diri
2. Melupakan kebaikan-kebaikan yang lalu
Kalaupun ingat tidak merasa bangga dengan kebaikan yang ia lakukan diamsa lalu.
Yang muncul hanyalah bentuk syukur. Sehingga, kriterianya melupakan kebaikan yaitu
 Merasakan kebaikan sebagai rahmat Allah semata
 Istimrar (terus menerus melakukan kebaikan karena belum merasa cukup dengan
kebaikan yang telah dilakukan)
3. Melihat orang yang ada dibawah kita dalam urusan dunia
Sehingga yang muncul adalah sebauh perasaan syurur. Sedangkan ketika mengingat
urusan akhirat maka yang mucnul adalah meihat dengan urusan akhirat, ini adalah iri yang
diperbolehkan oleh Rasul, misalnya “dia infaqnya kok 10ribu sedangkan saya Cuma 5 ribu”
Sesi ke 11 mnta ammah gita
28 05 2018

Sesi ke 12

Mengikat hati dan amal baik kepada Allah

Berbuat baiklah sepenuh hati. itu artinya ketika kita ingin beramal, maka harus dengan hati.
Contoh beramal tak disertai dengan hati yaitu ketika orang sholat. Sholat jelas amal baik.
Tetapi melakukannya tidak disetai dengan hati. hatinya malah kemana-kemana. Maka nilainya
akan berkurang. Sholatnya hanya berguna sebagai syarat sahnya sholat. Untung saja, hati tidak
termasuk dalam rukun sholat. Walau hati kita kemana-mana sholat kita tetap sah.

Kita ingin mengikat hati dan amal baik. Sebenarnya mereka adalah dua sosok yang bersahabat
yang bahkan saling memberi. Ada take and give. Senyatanya hati itu butuh amal baik dan
sebaliknya. Ibarat amnesia, hati itu butuh makanan. Makanan hati adalah amal baik. Sehingga,
jika manusia memiliki hati tapi tidka beramal baik maka diri mereka akan penuh dengan
keresahan.

Inilah yang pada akhirnya kita punya tugas untuk mengikat hati dengan amal baik. Jadi ektika
orang melakukan amal, amal itu akan menguatkan hati. kalau amal semakin kuat maka hati
akan bertamba kuat. Sehingga, jika kerjasama ini berjalan dengan baik maka kebaikan amusia
itu akan tumbuh. Tumbuh bukan berarti dalam wujud kuantitas. Tetapi kualitasnya lebih baik
dibandingkan dengan sholat subuh kemaarin.

Jadi, kalaulah di SSsurat Al Mulk ayat ke 2 mngatakan … itu emmag sesuai denganfakta
bahwa amal baik itu selalu emmberikan pengaruh pada hati. dan pengaruh pada hati. sehingga,
aslinya hidup ini tidak cukup jika hanya sebatas menajdi orang baik. Tetapi meniscahyakan
menjadi yng lebih baik.

Bagaimana caranya agar amal baik dan hati selalu berpegangan?


Kalau ada amal baik tetapi ingin dipuji orang maka itu indikasi beramal karena nafsu. Kalau
orang emalkukan amal baik dengan ikhlas maka amal baik itu akan masuk ke dalam hati. nafsu
tidak akan dapat jatah. Jika terus menerus dilakukan maka nafsu itu akan menjadi lemah
karena segalanya sudah berpegang pada hati.

Kalau semisal Ibu baik sama suami, apa harapan kita baik kepada suami? “ya maunya suami
juga baik sama saya” artinya ini melakukan kebaikan karena nafsu bukan kearena hati/ kalau
kemudian kita amu ngeevaluasi amal-amal kita, maka kita melakukan amal itu dengan sepenuh
apa? pada akhirnya, kita harus mengerti bagaimana orang yang ebramal bersama hatinya?

Imam ibnu At-thahillah yang hidup dalam abad ke 7. beliau memberikan nasehat, “beraneka
warna jenis amal karena bermacam-macam pula pemberian karunia Allah yang diberikan
kepada hambanya” kenapa amal itu bermacam-macam? Kalau logika orang amal, macam-
macamnya amla itu membuat kita menjadi tidka bosan. Bayangkan jika amal baik itu hanya
sholat, maka tidak bisa mealukan amal baik setiap waktu dan disetiap sholat. Kadang jenuh itu
tidak dirasakan, “udah rakaat yang ekberapa ya?”

Jika logika langit, maka macam-macam amal ini ada maksudnya. Dalam masalah dzikir saja
ada tasbih maka kita akan mendapatkan karunia yang tidak sama kalau kita melakukan dzikir
tasmih. Kalau kita memperbanyak dzikir Alhamdulillah Allah akan memberikan dzikir lapang
dan mampu menerima apa adanya. Jika emngatakan Allahu akbar, maka Allah akan
karuniakan perasaan tidka berkaitan dengan seuatu kepada Allah. Mungkin itu tidak akan kita
dapatkan jika kita hanya berdzikir Alhamdulillah.

Ada orang yang berfikir bahwa menonton bola itu adalah urusan yang besar. Kalau tidak
bangun ia merasa sangat menyesal. Padahal urusan sepak bola tidak ada hubungannya dengan
Allah. Maka, kalau kita berbicara tentang macam-macam amal jika dirinci, beraneka warna
jenis amal perbuatan karena bermacam-macam keadaan hati manusia.

Jika kita ingin memiliki hati yang tenang, maka belajarlah untuk bergaul dan akrab dengan
orang-orang yang ada dibawah. Kenapa nasehat itu muncul? Karena hatinya dipernuhi
perasaan sombong.
Cobalah ibu melakukan bersedekah tetapi sebisa mungkin jangan sampai sedekah itu dilihat
oleh orang. Kenapa nasehat ini muncul? Karena hati ibu ini dipenuhi dengan riya’. Sehingga,
solusi itu adalah cara agar hati kemudian mampu menyesuaikan.

Maka, demikian pula penyakit hati bisa berbeda-beda. Sehingga amal baik itu harus
menyesuaikan dengan hati. inilah hikmah dari bermcam-macamnya amal baik. Sehingga
ammapu memberi pengaruh pada perubahan hati.

Ini kita bcara soal amal baik. Yang namanya amal baik itua da tiga amcam, jika ditinjau dari
akibatnya:

1. Amal Baik ma’qub: amal baik yang disiksa


Ini berkaitan dengan hati. jadi, amal baik akibatnya seperti apa itu tergantung dari keadaan
hati waktu beramal. Hainya dalam keadaans eperyi apa? baik, biasa atau dalam ekadaan
tidak baik. Itu akan menentukan amal baik itu akan masuk dalamjenis yang mana. Jika
dalam masalah ini, bisa jadi karena melakukan amal baik akrea bercampur dengan amal
buruk. Misalnya, mencampur adukkan yang baik dan yang buruk. Baca Al Quran itu baik,
tetapi tempatnya dikamar mandi. Maka ini akan menajdi siksa. Atau sebab disiksanya
adalah karena hatinya ingin dipuji orang. Memag itu yang emmbuat dia mau beramal.
2. Amal baik mahsub : amal baik yang dihisab
Kalau dia orang baik, maka ia tetap harus dihisab dulu. Ang dihisab adalah amal baiknya.
Misa;, melakukan sholat. Yang ditanyakan adalah kenapa hati dan pikirannya diluar dari
kekhusyukan sholat? Faktornya sengaja atau tdak senagja? Misal, sholat tiba-tiba hujan
lalu pemikirannya langsung lari ke jemuran maka ini jia tidak disengaja akan
diiperhitungkan oleh Allah.
3. Amal baik ma;jur : amal baik berpahal
Banyak orang yag melakukan amal baik tetapi amal baiknya tidak mendatangkan pahala.
Bapak ibu ngaji. Eknapa ngaji? Diajak temen. Nah itu kira-kira masuk amal baik yang
mana? Bisa jadi, “ngaji saya jadi seneng karena bisa mengaji” tetapi ada pula yang
menagtakan”yah saya ngaji jadi nggak bisa nonton sinetron” maka poin yang mendapat
pahala adalah yang senang diajak mengaji. Semua pasti aka nada perhitungannya.
Apapun amal baik kita maka akan berklasifikasi.
Bagaimana caranya agar amal baik ma’jur dapat dilakukan? Amal ma’jur ini ada 4:

1. Amal Baik Qalbiyyah : amal baik yang dirasakan


Wwujudnya bisa khusyuk, lapang, sabar dll. Kaeran Amal baik maka akan mucnul
perasaan yang baik. Ibu dihina, ibu gimana perasaannya? Saya alpang. Maka ketika
lapang ibu sudha emlakukan amal qalbiyah. Orang yang menghina kita adalah orang
yang baik karena ia sudah membawa kita kepada jalan yang kita inginkan. Tetapi orang
yang mengjina itu sendiri ia sudah dzolim kepada dirinya sendiri.
2. Amal baik Qouliyah : amal baik yang diucapkan
Baca quran,dzikir, menasehati, emnagjarkan kebaikan pada orang.
3. Fi’liyyah : tindakan
Jalan ke pengajian, sambil jalan sambil dzikir sambil kemudian emngingat Allah, maka
ini sudah 3 amal dilakukan sekaligus
Melihat Al Quran adalah amal fi’liyah. Membacanya adalah amal qouliyah.
Menginginkan rahmat Allah adalah amal qalbiyah
4. Maliyyah : amal baik yang diberikan
Memberi uang, makan, baju. Beberapa megataan bahwa amal ini masuk juga keadalam
amal fi’liyah, tetapi banyak pula yang memisahkan. Sebab, amal maliyyah ini harus
megikut sertaakn pengorbanan.

Bisa saha 3 roang malkukan orang yang berbeda tetapi amal nya menjadi berbeda.
Bagaimaa caranya agar amal kita mak’jur? Maka amal itu harus disertai dengan hati. apapun
amal kita disitu harus ada amal qalbiyyahnya. Jika ada yang melakukan amal 4 itu, tetapi tidak
disertai degan amal qalbiyyah maka akan sulit untuk masuk dalam amal ma’jur.

Kita makan tujuannya apa? maka amal ini sesuai dengan hisabnya. Artinya tidak akan
berpahal jika jawabannya adalah “biar kenyang” jika dikatakn “karena ini malam jumat. Saya
harus ketemu si dia” amka hisabnya, kesimpulannya amalnya menajdi ma’kub. Tetapi jika
disertai hati maka insyaAllah amal itu akan menjadi ma’jur.
Agar amal menjadi major yaitu dengan menggam hati dengan amal baik qalbiyyah. Bagaimana
agar hati ini sellau aktif untuk melakukan kebaikan? Yaitu dengan menggenggam hati.
misalnya, kita mau infaq sebab merasa berlebih dengan uang yang kita punya. Ada orang ayng
emlakukan amal qalbiyah tetapi tidak dengan hati. misalya, disakiti orang lalu ia mengatakn “ya
Allah berikanlah saya kesabaran” tetapi sambil mengelus dada. Padahal hatinya mangkel.
Artinya ia melakukan amal qalbiyah tidak dengan hati.

Tawadu itu dilakukan jika ia punya kelebihan dan ia merendah. Nah, ini ada orang kaya tetapi
merendah diantara orang-orang miskin. Maka ia sudah beramal tawadhu’ tetapi jika dikatakan
ekpada orang lain, “ibu ikhlas nggak? Ikhlas. Padahal nggak ikhlas =. Artinya ia melakukan
amal qlbiyah tanpa mengguakan hato.

ada 3 poin agar hati kita bisa wara’, tawadhu’, ridha, zuhud, sabar dll :

1. Didasarkan pada iman (yakin) kepada Allah ta’ala.


2. Dilakukan dengan hati yang lapang
Itsar (mendahulukan orang lain daripada diri sendiri) kita makan dapat lauk sate. Tapi
saya udah biasa makan sate. Eh ada roang makan tempe. Kita tukeran. Nah, tapi pas kita
lihat dia makan sate kita itsar tapi tidka disertai dengan hati
3. Dibebaskan dari harapan-harapan duniawi.
Jadi wanita sabar biar datang jodohnya, artinya ini sabar ettapi ada harapan duniawi.
Sesi ke #13

Kalau hati bersama ingat Allah, maka selain Allah tidak aka nada didalam hati. hati dan
amal shalih harus selalu diikat, sebab antara hati dan amal shalih itu adalah sdua sahabat yang
saling membei. Hati kalau tidak bersama amal baik maka ia akan menajdi hati yang merana.
Tsk ada yang mampu memberikan kebutuhan hati. sebab yang bisa memberikan kebutuhan
hati hanyalah amal baik. tetapi amal baim juga memiliki kebutuhan. Dimana yang bisa
memberi kebutuhan amal baik hanyalah hati. sebab jika tidak disertai dengna hati maka
amalnya akna kehilangan kebaikannya. Ada orang sholat. Tetapi sholatnya tidak bisa disertai
dengan hati, kenapa? Karena yang sholat hanya badannya. Tetapii hatinya tidak ikut sholat.
Hatinya sibuk jalan-jalan saja. Badan dan ucapannya sholat, tetapi hatinya tak ikut sholat.
Maka, amalnya tak menjadi amal baik sebatas gugur saja kewajibannya.

Nabi SAW bersabda dalam suatu hadst yang masyhur, “ingatlah, sesungguhnya didalam
tubuh semua manusia terdapat segumpal daging. Apalbila segumpal daging itu baik maka akan
baiklah perbuatan badan. Dan apabila segumpal daging itu buruk, maka akan buruklah semua
daging. ingtlah segumpal daging itulah hati.”

Hati yang baik maka akan menunjukkan perbuatan yang baik. akhirnya, betul-betul
antara hati dan amal baik itu ada hubungan timbal baliknya. Baiknya hati akan mempengaruhi
perbuatan dan sebaliknya. Sehingga, hal itu tidka pernah berhenti. Jadi, kalau digambarkan
anatar hati dan amal itu seperti dua orang yang bersahabat. Satu namanya Pak amal dan
satunya Pak Qalbu. Suatu saat pak q memberi uang kepada a 100ribu. Merasa dibaiki oleh pak
q. maka pak amal memberi 110 ribu. Berarti pak qalbu uangnya bertabah 10ribu merasa
dibaiki lebih maka pak qalbu memberi 120 ribu. Pak amal emmberi 150. Begitu seterusnya.
kemudian, dua orang ini menajdi semakin kaya. Demikian pulalah antara hati dengan amal.
Saling memberi dan berkaitan terus menerus, silih berganti, saling mengisi.

Hati dan amal baik adalah dua sahabat yang saling mempengaruhi. Yang ketika
persahabat ini selalu terjaga, maka pegaruh nyata bagi hati adalah persahabatan yang baik
antara amal baik dan hati bisa mengantrakan sang hati mencapai derajat yang didambakan,
yaitu Qalbun Salim.

Seseorang hanya akan memiliki qalbun salim jika hatinya selalu meyertai amal-amal
baik. hatinya ikut beramal. Jadi kalau kita sedang berdzikir, yang berdzikir bukan hanya mulut
tetapi juga hati. tapi kalaua da orang dzikir tapi mau dipuji, mulutnya berdzikir tapi hatinya
ikut tidak? Tidak. Artinya hatinya tidak akan mendapat apa-apa. padahal dzikir akan emmbuat
hati menjadi tenang. Tetapi dilarang oleh hati sebab ada perasaan ingin dipuji oleh orang lain.
Setiap kali melaukan amal dan hati diikutsertakan maka hati akan menajdi tumbuh sampai
tingkat salim.

Qalbun salim itu terlahir dari persahhabatn antara amal baik dan hati. qalbun salim ini
menjadi kehrusan. Bahkan, derajat ini harus diraih sebelum ajal datang. Kenapa? Sebab ketika
ajal datang kita smeua akan menghadap Allah. Ketika emnghadap Allah, maka qalbun salimlah
yang memberikan manfaatnya kepada kita, Allah emngatakan kepada kita disrat As Syuara 88,
“pada hari dimana tidak bermanfaat (hari dimana umat mansuia dibangkitkan) harta-harta kita.
Dan tidak akan memberi manfaat anak, keluarga, pengikut dihari itu kecuali orang yang
menghadap Allah dengan membawa Qalbun Salim (hati yang selamat)” . tanda bahwa
seseroang sudah termasuk dalam Qalbnun salim yaitu diambil dari surat As Syuara.

Surat As Syuara ini sebenarnya adalah doa dari nabi ibrahim yang dibaca oleh nabi dari
ayat 82-88. Doanya dimulai dari “rabbi hablii khukmaa” yaitu “ya Allah berikanlah hati kami
hikmah” hikmah adalah ekbaikan yang Allah simpan dalam apapun. Orang yang qalbunya
sudah terbina denga baik itu annti ketika melihat apapun menghadapi apapun maka ia akan
memahami apapun sebagai kebaikan dari Allah. Sehingga. Qalbun salim tidak pernah
berprasangka apapun kecuali prasangka baik. kemduian di lanjutkan dengan “wa alkhiqnii
bishaalikhiin” artinya “ya allah pertemukan aku dengan orang-orang shalih”. Artinya
menunjukkan saya menjadi bagian dari orang-orang salih itu. Segala sesuatu itu ada
hikmahnya, maka dijadikan apapun itu untuk beramal baik. ini hanya cara Allah untuk
memberi kesempatan saya untuk beramal baik. Contoh, memaafkan keburukan orang lain
terhadap kita dengan cara memberikan mobil kepada orang tersebut. Jika niatnya kuat biasanya
Allah punya cara.

Selanjutnya, “jadikan lisanku adalah buah tutur yang baik dari orang-orang sesudahku”
Maknanya, kebaikan kita tidak hanya sekali. Baiknya kita itu berketerusan. Jika seandainya
hanya sekali kemduian meninggal maka tidak akan menjadi buah tutur yang baik bagi orang
lain. Kalau ingin menjadi buah tutur yang baik maka amal baiknya harus terus menerus. Orang
yang hatinya salim adalah yang melakukan amal baik secara terus menerus. Kemudian berdoa
“ya allah jadikanlah saya termasuk orang yang istiqomah dalam kebaikan”

Lanjutan doa berikutnya yaitu, “dan jadikan diriku pewaris surga yang penuh
kenikmatan” sehingga Qalbun salim adalah orang yang sudah jelas akan menjadi pewaris
surga. Lalu jika kita memandang diri kita sendiri bagaimana? Biasanya kita ingin menajdi ahli
surge tetapi masih tertarik dengan amalannya ahli neraka. Masih sulit untuk memaafkan orang
lain. Apalagi emmbalas keburukan orang lain dengan kebaiakn. Pewaris surge itu sangat
terlihat, bahwa ia melihat dunia itu menjadi sesuatu yang tidak menarik.
Ada anak yang memiliki orang tua. Orang tuanya sudah emmiliki vonis bahwa beliau
akan emninggal. Orang tuanya punya mobil mewah seharga 5 miliar. Selama orangtuanya
masih hidup, mobil itu milik orangtuanya. Letika meninggal mobil itu akan menajdi milik
anaknya. Suatu saat ia melihat tetangganya membeli mobil mewah juga tetapi ahrgabya tidak
lebih 1 miliar. Apakah anak ini menginginkannya? Tidak. Akrean ia sdudah yakin bahwa ia
akan mendapatkan mobil itu. Sehingga, kalau kita melihat orang memakai mobil mewah
seharusnya kita tidak tertarik dengan hal itu.

Termasuk akalu kita adalah ahli surga maka kita yakin bahwa kita akan emndapatkan
satu bidadari yang jika turun ke bumi, dalam satu bumi ini akan mejadi bercahaya dan menajdi
sangat harum. Sehingga, jika kita masih tertarik dengan laki-laki tampan didunia maka erlu
dipertanyakan, apakah kita adalah orang yang akan massuk surge?

Kemudian, anbi berdoa lagi, “Ya Allah ampunilah Ayahku” ayah Ibrahim adalah
pembuat berhala. Walaupun tidak dapat diampuni, tetapi ada usaha yang sangat kuat dari nabi
untuk menyelamatkan Ayahnya. Di surat Maryam, nabi pernah mengajak ayahnya untuk
berhenti membuat berhala. Apakah patung itu bisa mendengar, melihat? Jelas tidak. Lalu nabi
emngatakan “alu keapa ayah emminta ekpadanya?s ednagkan ayah bisa mendengar dan
emlihat. Bagaimana bisa ia memberi jika tak bisa melihat?

Llu ditutup dengan doa, “janganlah engaku hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan”

Proses pencapaian qalbun salim ini dapat diperoleh jika hati diikat dalam sebauh
persahabatan berupa amal baik/ kitaah yang kemudian mengatur amal-amal baik kita harus
disertai dengan hati.

Beraneka warna jenis amal perbuatan karean bermacam-macamnya keadaan ahti


manusia keadaan hati yang bermacam-macam memunculkan amal yang bermacam-macam.
Kalau kita mendapat musibah, musibah itu harus membawa kita ekpada kebaikan. Agar
menajdi kebaikan amka harus disertai dengan hati yang sabar.

Kalau kita emlihat ada orang yang lebih butuh dengan kita, maka hati kita harus menjadi
hati yang itsar. Ini menajdi penguatan betapa hati dan amal baik itu tidak bisa dipisahkan.

Apapun amal baik kita, yang paling tidak boleh dilupakan adalah Amal baik yang
menyertakan hati. misal, motor dipinjam awalnya penuh tetapi baliknya kosong, lalu kita
mengatakan “ya udah gimana lagi, ya ikhlas” padahal dengan kalimatnya tersebut
menunjukkan bahwa ia tidak ikhlas.

Ada rang yang melakukan amal qalbiyah tetapi tidak menyertakan hati. “ya gimana lagi
yyang pijem dosen” sehingga agar hati meyertakan amal qalbiyah maka perlu didasarkan pada
iman kepada Allah ta’ala. Yang kedua, amal dilakukan dengan hati yang lapang. Misal
memberi sesuatu yang paling disukai. Buktinya yaitu “memberi dengan keikhlasan” adalah
dengan memberi baju yang paling ia sukai. Terkahir, dibebaskan dari harapan duniawi.
Harapan dunia, misalnya “saya memaafkan dia biar dia memaafkan saya” “saya sabar agar
orang lain menyukai saya”

Jika amalnya merupakan amal baik qouliyah dan fi’liyah , wujud dari penyertaan
hatinya yaitu

1. Disertai dengan tawajjuh (meniatkan amal hanya untuk Allah ta’ala)


Berkata lembut kepada orang lain sebab Allah. Bukan karena makhluk. Tap
abgaiamna kalau seandainya, “mas Adzan” adzan ini amal qouliyah, lalu ia
mengatakan “saya disuruh sama takmir” maka ia tidak menyertakan hati. sehingga,
ubahlah hati untuk mengatakan “oh itu yang menggerakkan beliau menyuruh saya
adzan adalah Allah”
Kita berjalan ke majelis ilmu. hakikatnya kita berjalan untuk Allah, kalau kita
emniatkan kepada Allah, amka semakin jauh majeis ilmu akan emnajdi semakin
nikmat. Kalau niatnya, “ya soalnya biasanya dating. Masak nggak dating” maka ini
tidak menggunakan hati.
2. Disertai tadzallul (merasa rendah dan hina diri dihadapan Allah ta’ala)
Contoh, ketika sujud dan rukuk dalam sholat. Merasa tidak berdaya tanpa adanya
Allah. Baca Al Quran disertai hati yang tadzallul. “kalau bukan karean engkau
karuniakan aku mulut ini, maka tak akan ada caranya aku membaca Al Quran untuk
mendapatkan rahmatmu”
3. Disertai tadlarru’ (memelas dan mengiba di hadapan Allah ta’ala)
Ketika kita bertawajjuh dengan amal qouliyah dan fi’liyah kita emnyadari bahwa
kita banyak salah. Ada pegawai bolos satu minggu. Kemduian ada surat panggilan
untuk menghadap atasan, maka pegawai akan menghadap atasan. Mengahadap inilah
namanya tawajjuh. Ketika menghadap maka akan berpenampilan yang baik.
masuklah keruang atasan. Waktu masuk ke ruangan akan dipenuhi dengan tadzallul,
merasa rendah karea menghadap atasan dalam keadaan bersalah, maka merunduk
dan perlahan. Maka begitu pulalah gerakan kita waktu sholat. Atasan kemudian
emgatakan “dari catatan, ini bapak harus dipecat” amaka pegawai akan memelas dan
megiba. Begitu pulalah ekpada Allah, kesalahan kuta tak bisa dianggap sepele. Kita
emlakukan dosa, dan Allah emlihatnya. Tetapi kita menyepelekan hale rebut. Maka
sangat pantas jika kita dipejat menajdi hamba Allah. Tetapi apa yang Allah lakukan
ekpada kita? Allah berlaku sangat baik dan tetap menyayangi kita.
Semua dosa yang kita lakukan dan dalam keadaan kita tahu, maka sebenarnya Allah
mengetahuinya.
4. Disertai Taslim (pasrah sepenuh jiwa kepada Allah ta’ala)
Aku pasrah kepadamu sepenuhnya ya Allah. Maka, jika ada dalam kedua amal
qouliyah dan fi’liyah maka akan berpengaruh sangat besar terhadap diri kita.
30 april

#14

Agar hati selalu menyertai Amal Baik

Bagaimana caranya?

Kalau menyertakan hati dalam amal qalbiyah, maka wujudnya adalah sabar, tawadhu’, ikhlas,
zuhud dll. Wujud dari sabar adalah:

1. Didasarkan pada iman kepada Allah ta’ala.


Jika bersabar tetapi tidak dengan hati maka wajar jika dalam tingkat tertentu ia akan
menaruh kalimat, “sampai kapan saya harus bersabar?”
2. Dilakukan dengan hati yang lapang
3. Dibebaskan dari harapan-harapan duniawi.
Jika motornya dipinjam ya sudah ikhlas sajja. Tidak ada harapan-harapan duniawi
misalnya berharap bahwa bensinnya nanti diisi penuh.

Bagaimana menyeratakan hati dalam amal Maliyah?

Maliyah adalah yang modalnya harta. Harta yang kita berikan kepada orang lain entah atas
anma sedekah, wakaf, zakat, hadiah, atau apa saja. Itu harus disertai dengan hati. seperti apa
wujud penyertaan hati?

1. Dilakukan dengan seoenuh rahmah. Rahmah artinya kasih sayang. Memberikan harta
kepada orang lain sebab wujud kasih sayang dari orang lain. Sudah sewajarnya kita
memberikan sesuatu ke roang lain betul-betul karena hati. bukan karena memberikan
sesuatu sebab sudah tidak dipakai. Misal “buk kok dikasihkan ke ornag lain?” “ya sebab
udah nggak dimakan diumah” itu artinya seperti kita sedang membuang sampah. Dan
orang yang diberikan makanan adalah tempat sampah. Naudzubillah. Tetapi jika
memberi makanan kepada hewan diniatkan dalam kalimat yang baik. munculkan niat
kasih kayang itu kepada hewan tersebut.
2. Tidak ada harap untuk berbalas.
Jika berharap balasan maka akan terlihat seperti hutang. Dia memberi tidak disertai hati.
pemberiannya tidak akan emmberi manfaat bagi hati. atau sebaliknya, aklaupun
seandainya kita emmang pernah diberi orang lain. Suatu saaat kita ingin memberi ke
orang tersebut maka jangan berniat untuk membalas. Tetapi karena ingin memberi dan
kelebihan rizki. Harus sebab karena kebaikan kita ke Allah lewat beliau. Berbuat baik
sebab Allah suka jika kita berbuat baik. maka, kenapa ada istilah hutang budi?
Sebenarnya sih nggak ada. Jika kita suka memberi sesuatu ke orang lain, tetapi orang
lain tidak pernah memberi kepada kita maka kita seharusnya tidak kecewa. Kita
menyumbang bukan karena berharap besok jika kita punya hajat beliau juga memberi
sumbangn kepada kita. Tetapi sebab Allah suka jika kita memberikan kebaikan.
3. Tidak merasa memberi
Tidak merasa berjasa. Eknapa? Kan nyatanya saya memberi. Ya emmang kita memberi.
Tetapi yang diberikan itu adalah dari Allah. Kita hanya sebagai pegantar titipan dari
Allah untuk ia. Dan sikap kita terhadap orang yang kita beri bukan termasuk hal yang
berjasa. Mulai saat ini kita rubah. Bahwa kalau kita memberi,yang berjasa adalah orang
yang mau menerima. Sebab harta yang sebelumnya bernilai dunia berubah menjadi nilai
akhirat. Hal itu terjadi karena ada yang mau menerima. Maka, status harta kita akan
tetap menjadi dunia jika taka da yang mau menerima. Sehingga sikap kita adalah seperti
orang yang lebih rendah dari dirinya. Kita yang harusnya berterimakasih kepada beliau.
Misal, datang ke rumah panti yang punya anak asuh sangat banyak. Saya tahu beliau
bukan orang yang berada. Beliau tidak akan sanggup emngurus anak yatim tanpa biaya.
Suatu saat beliau datang ke kita untuk meminta sumbangan. Maka mereka sebenarnya
sedang emmbantu kita untuk mengubah harta dunia kita menjadi harta yang bernilai
kahirat. Harusnya kita berbahagia. Yang seharusnya berterimakasih adalah kita. Tetapi
menurut logika sekrang maka ini menjadi aneh. Sebab dimasa ini, yang berterimakasih
adalah yang diberi. Maka tidak boleh merasa berjasa ketika memberikan sesuatu. Tetapi
pun, bagi yang penerima tak boleh menggunakan logika ini akrena seperti apapun, orang
yang membantu adalah orang yang memberikan pertolongan.

jika urusannya tentang menerima rizki? Menerima rizki itu sangat mengenakkan. Tapi kalau
kurang dari kebutuhan biasa dari kita yang muncul adalah keluhan. Kebutuhannya 3juta. Tetapi
gaji yang didapatkan dari panen adalah 2 juta. 2 juta adalah rizki dari Allah. Kira-kira ketika
melihat hasil panen dan kebutuhan maka akan lebih mudah bersyukur atau pusing? PUSING.
Logikanya, eknapa diberikan rizki kok malah pusing? Maka ada baiknya kita merenungkan
tentang apa yang disebutkan oleh Allah dalam suatu surat yaitu Al KAutsar (rizki yang banyak).
Ayatnya berbunyi “sesungguhnya kami sudah emmberimu nikmat yang banyak” karena banyak
maka allah berpesan “sholatlah dan sembelihlah kurban. Dan jauhilah orangorang yang suka
mencela”

Ayat pertama: Allah memberi nikmat yang sangat banyak. Tapi eknapa kita masih sulit
bersyukur? Kenapa masih belum bisa bersyukur? Ini yang kemduian terjadi dalam diri manusia,
yaitu Lalai dalam soal nikmat dan rizki. Ada 3 jenis kelalaian manusia dalam masalah rizki,
nikmat yang membuat mansuia sulit bersyukur:

1. Lalai bahwa rizki itu hanyalah titipan belaka


Ada roang dapat rizki bisa beli mobil. Moil itu adalah milik Allah yang dititipkan
kepada orang tersebut. Dan sebenarnya dititipi itu tidak enak. Apalagi nanti mesti
dipertanggungjawabkan. Maka mana yang lebih enak? Ditiitipi sedikit atau dititipi yang
banyak? Tetap saja inginnya dititipi banyak. Kalau jawabannya adalah cukup. Maka
yang mengetahui kebutuhan kita berapa banyak. Maka kalau allah memberinya rizkinya
2 juta maka salah atau tidak? Tidak. Karena Allah sangat tahu kebutuhan kita. Kalaupun
ternyata di catatan kita memnag harusnya 3 juta totalannya dan ini Cuma dua juta maka
apakah Allah tidak tahu kebutuhan kita? Maka Allah akan emncukupkan satu juta itu
dengan cara yang lain. Allah selalu punya cara. Allah tidak akan pernah membuat orang
yang beriman ini sakit. Hanya saja kita seringkali terburu-buru untuk berhutang.
2. Lalai bahwa semua rizki yang ada suatu saat akan diambil kembali oleh pemilik-Nya.
Nah berarti sebenarnya, kalau rizki ternayta seperti ini. Harusnya ilmu yang harus kita
pakai adalah ilmunya tukang parkir. Tukang parkir itu mobilnya banyak dan macam-
macam. Tetapi tukang parkir tak pernah sombong. Sebab semuanya ini hanyalah titipan.
Kalau ekmduian satu persatu adalah milik dirinya maka ia tidak merasa susah. Sebab
apa? ia tak merasa memiliki, ia hanya merasa dititipi. Pada hakikatnya, kita adalah
seperti tukang parkir
3. Lalai bahwa semua rizki itu akan dimintai pertanggungjawaban di yaumil akhir nanti

Ilmunya tuakng parkir tadi. Aklau tariff parkirnya 5 ribu. Beliau tidak akan melihat harga
mobilnya. Maka ia akan lebih senang jika yang dititipkan adalah mobil murah. Eknapa?
Tanggung jawabnya ringan. Kalaupun agak terserempet ditanya oleh pemiliknya, maka tidak
akan banyak maslaahnya. Karean itulah kita perlu memahami hakikat makna rizki.

Karena banyak orang yangs alah paham dari rizki ini. Yang pertama

1. Mamahami bahwa rizki setiap manusia itu sudah ditentukan. Malaikatlah yang
memberikannya, malaikatnya adalh jibril dan mikail. Malaikat akan mengirimkan rizkinya
sesuai dengan alamat yang dituliskan oleh Allah. Rzki tak pernah salah memilih.
Semuanya sudah ditentukan. Berarti dalam urusan ini, yang tepat adalah menjemput bukan
mencari. Soal menjemput inilah yang nanti akan diliat oleh Allah. Menjemputnya dengan
cara yang baik atau tidak baik. misal, menipu. Ia juga menjemput rizki tetapi dengan cara
yang tidka baik. maka yang terpenting adalah bagaiamna cara menjembut rizki ini dengan
cara yang Allah sukai agar riki kita menjadi berkah. Allah yang akan mencukupkan segala
kebutuhan kita. Jangan malah pinjem kepada rentenir. Percayakanlah pada Allah
2. Rizki kita yang sesungguhnya bukanlah berapa yang kita terima. Tetapi berapa yang kita
berikan. Kalau rizki ini diberikan baju, maka baju using. Makanan, besok akan menjadi
kotoran.
3. Menolak rizki yang haram
Soal menolak itu hak kita. Jika diterima maka bisa menjadi fitnah. Maka keberanian
menolak rizki yang haram dan yang syubhat ini bisa menjadi kebaikan bagi diri kita. Kita
emmelihara lele. Tetangga memelihara nila. Eh di kolam kita ada nila. Maka akan
dikembalikan atau disimpan untuk diri sendiri? Maka lebih baik diberikan lagi. Maka
inilah yang namanya kemuliaan.
Ada sahabat A beli tanah ke B dan dibeli dengan harga sewajarnya. Tanah tersebut sama A
dioleh, dicangkul. Ketika dicangkul ia mendapatkan sebongkah harta, bagi si A ia
mengembaikannya kepada si B. “kemarin aku cangkul tanah ynag aku beri.” Tapi si B
mengatakan “loh tanahnya bukan tanah saya itu tanahmu. Sheingga semua yang ada
ditanah itu adalah milikmu” “tapi saya beli adalah tanahnya. Tidak beserta apa yang ada
didalam tanah. Ini bukan termasuk milik saya” ujungnya, diberitahukan kepada rasul, “b
punya anak laki-laki? A punya anak perempuan? Nikahkanlah mereka dan berikan harta itu
epada mereka”
4. Memahami bahwa rizki itu tidak selalu berarti Ada. Kita seringkali megatakan “saya
sedang tidak ada rizki” tetapi sekrang balik logika kita menjadi “tidak adapun adalah
rizki”. Kalau riki itu berupa penghasilan maka berapa penghasilan kita sebulan? Banayk
orang yang menyebut penghasilannya 2 juta. Ketika ditanya rikinya berapa? Cuma dua
juta. Sebab kita emlihat rizki itu dari yang ada. Padahal banyak sekali rizki yang terliat
tidak ada tetapi sebenarnya adalah kita.
Jika dihitung rincian rizki kita seulan:
1. Gaji
2. Sehat tidak jadi sakit
3. Tidak jadi kehilangan
4. Selamat dari fitnah
5. Semakin dipercaya
6. Bertambah ilmu dan pengalaman
7. Bertambah kawan dan sahabat

Maka bisa jadi, penghasilan rizki kita adaah 2 miliar. Sebab, nafas pun kita adalah rizki.
Jika tak bisa bernafas berapa pengeluaran untuk tabung oksigen? Jika jantung sakit berapa
pengeluaran untu berobat?

5. Sesusah apapun hidup kita, pasti aka nada orang yang jauh lebih susah ketimbang kita
Maka bersyukurlah atas apa yang Allah beri kepada kita. Karena banyak yang lebih susah
disbanding kita tetapi lebih bnayak bersyukur daripada diri kita yang lebih banyak diberi
kemudahan. Kenapa kita lebih mudah mengeluh padahal kesusahan kita taka da apa-
apanya dibandingkan dengan orang yang tidak punya tangan? Tidak punya kaki. Bahkan
mereka pun membuka Al Quran saja kesusahan tetapi lebih banyak hafalan Al Qurannya.
Tetapi mereka mengabaikan kesusahan mereka. Seperti sempurna kesusahan beliau tetapi
kesempurnaan itu yang membuat ia berjuang untuk melakukan kebaikan. Apa kabar
dengan kita? Mudah-mudahkan setelah ini kita tidak punya pilihan lain selain bersyukur.

Ya Allah Akhiratkanlah semua rizki kami karena kita tahu betul bahwa dunia ini
sementara. Hidup di dunia ini pasti ada yang senang da nada yang susah. Maka ketika di
kahirat, yang senang akan iri dengan orang yang hidupnya susah. Sebab orang yang
hidupnya susah didunia tetapi ia sabar, selalu melakukan kebaikan maka hidupnya disurga
akan menempati tempat yang paling atas. Maka jika di dunia kita merasa rizkinya susah
maka bersyukurlah. Rizki tersebut berubah menjadi nilai akhirat.
16.02

01 Juni 2018

Nasehat itu dibutuhkan oleh siappaun. Hidup kita tidak akan pernah tumbuh jika hidup
kita tak pernah disiram oleh air nasehat. Dan sejatinya, setiap waktusetiap saat kita tidak akan
pernah bebas dari yang namanya nasehat. Karena kalau kemduian kita merenung papun yang
terjadi dalam hidup kita sebenarnya adalah nassehat. Nasehat untuk kebaikan kita. Contoh, tadi
waktu mau ke masjid udah dengar iqomah. Tapi ingat motor dipakai oleh anak. Itu nasehat,
“pak syatori cari kendaraan lain. Yasudah pakai sepeda anak saja” ada nasehat yang kita
terima. Nah, pas pulang, kok di sandal ada sesuatu yang dingin. Oh ternyata ada tanah. Itu
tanah ngasih ansehat kepada abi, apa nasehatnya? “yang ikhlas jangan mengeluh. Jangan
marah karena naik sepeda plus sandal kena kotoran”

Nasehat yang hari ini akan kita bahas adalah nasehat dari Utsman bin ‘Affan.
Cahayanya adlaah “sesungguhnya seorang mukmin itu ebrada dalam enam macam rasa takut”
itu mukmin yang ebtul-betul mukmin. Hidupnya diliputi enam macam rasa takut.

1. Sumber rasa takutnya adalah Allah


Seorang mukmin pasti punya rasa takut. Kalau Allah sampai mengambil Iman darinya.
Karena sejatinya iman adalah karunia dari Allah yang bisa Allah ambil kapan saja. Dan
Allah bisa saja mengambil iman seorang mukmi tanpa harus merubah statusnya menjadi
kafir. Sehingga status imannya masih ada, tidak keluar dari iman. Tapi status imannya
diambil. Kenapa bisa? Karean iman punya rumus, iman itu bisa yakin plus amal dan bisa
pula amal plus yakin. Kalau yakin minus amal maka bukan iman. Nggak yakin nggak amal
apalagi. Iman: yakin + amal : Iman adalah keyakinan yang diamalkan. Amal + yakin, Iman
adalah amal yang dilakukan karena yakin.
Keyakinan yang diamalkan adalah bukan iman saat seseorang yakin Allah yang
memberi rizki, tetapi kemudian dia menipu, artinya dia yakin-amal. Kalau ia beriman tapi
minus amal maka yakinnya akan menjadi hilang.
Bukan karena iman saat seseroang melakukan shalat karena ingin dipuji sesama. Jika
dihitung amal maka akan menajdi amal buruk. Ini yang kemduaian melahirkan nasehat
Utsman bin affan, takut jika imannya diambil secara samar. Bisa jadi yang diambil adalah
amalnya atau pula yakinnya. Maka pastikan bahwa yakin kita membuahkan amal.
2. Takut dari arah pencatat amal
Mereka menulis atas orang beriman itu apa yang nanti dapat menimbulkan kesulitan
pada hari kiamat nanti. Seroang mukmin takut kalau sampai yaumul hisab nanti dosa-dosa
yang tercatat itu belum dihapus. Apa tanda kalau dosa masa lalu kita belum dihapus?
Tandanya adalah kita masih suka melakukannya. mungkin waktu sma kita hobinya gossip,
sampai kita ubanan masih suka gossip. Kenapa tanda nya iti? Karena kalau lihat
kebalikannya, kalau mau dihapus dosanya amka perlu bertaubat, bertaubat artinya kita tidak
akan melakukan dosa-dosa yang kita lakukan. Tnda taubat kita diterima adlaah maka kita
tidak lagi suka dengan maksiat yang kita lakukan. Kalau ada dosa masa lalu yang masih
kita sukai maka artinya kita masih bisa bertaubat. Kesempatan bagi kita utuk menghapus
dosa-dosa tersebut. Sebab jika tidak maka akan emndatangkan masalah di yaumil akhir.
Karena itu seberapapun orang ebrsemangat untuk melakukan amal kebaikan tetapi ia tidak
menghentikan amal buruknya, maka bisa jadi timbangan akhirat kita lebih berat kepada
keburukannya. 50 kebaikan, 15 dosa. Masuk surge. 10000 kebaikan, 10.900 keburukan
masuk neraka.
Lalu jika kita memilih 50 kebaikan maka nanti derajat surganya akan berbeda nilainya
jika kita meningkatkan kebaikan kita elbih dari 50. Boleh jadi, kelebihan amal baik itu
nenvat kita dipersilahkan memberikan syafaat yakni menolong orang yang kita inginkan
karena kebaikan kita melebihi target minimal masuk surga.
3. Takut kepada syaithon. Yang ditakutkan adalah kalau sampai setan membatalkan amalnya.
Membatalkan itu maksudnya amalnya tidak ada pahalanya. Kita tahu seorang mukmin
amalnya banyak. Kalau amalnya banyak maka harsunya tenang. Tidak! Ada rasa takut
dengan setan jika ia membatalkan pahala amal. Akeran ornag yang betul-betul beriman itu
adalah ornag yang tidak mudah di goda oleh sten. Kalaupun digoda oleh setan, kalau
disentuh oleh pikiran jahat yang berasal dari setan maka orang orang yang beriman akan
langsung sadar. Jadi setan tidka akan gampang emnggoda orang yang beriman agar mereka
tidak langsung beramal. Karena itu setan cari cara, “ini digoda biar nggak beramal malah
beramal. Kangan sholat malah bangun kemudian sholat” lalu ekmduai “biarin aja untuk
beramal. Didorong untuk beramal. Tapi gimana caraya agar pahala ornag yang beriman ini
batal” ini yang harus diwaspadai oleh ornag mukmin. Trik setan itu ada dua, kalau mukmin
tidak waspada maka akan jatuh pula kejebakannya. Ada cara yang membuat mukmin tidak
menyadari amalnya dibatalkan oleh setan, yaitu Riya’ dan ujub.
Apa mungkin setan masih punya kesempatan menghembuskan keduanya? Amal yang diterima
adlaah amal yang sampai hati, dan menimbulkan perubahan di hati. itu amal yang sah.
Kalau amal itu batal berarti amalnya tidak diterima. Kzrena itu yang perlu diwaspadai
adalah amal baik itu berpengaruh untuk hati atau tidka? Misal, habis sholat saya nggak
tenang tapi kok udah sholat hatinya tetap gelisah? Habis infaq, tapi kok hati saya nggak
tenang. Eknapa? Kalau berdasarkan pengertian diatas, maka sebab amal itu tidak sampai
kehati sehingga tidak menimbulkan perubahan apapun. Beramal seperti kita menyiram
tanah yang kering, tidka lagi gersang. Amal itu menyiram hati. sehingga jika ia beramal tap
hatinya tidak teduh maka ada kemungkinan amalnya tidka sampai di hati. artinya, amalnya
tidka diterima.
Hati dan Amal baik adalah dua sahabat yang saling mempengaruhi. Bermula dari hati, ada
dorongan. Dorongan ini yang embuahkan amal. Akreana amal dan ahti saling
mempengaruhi maka amal yang kita lakukan akan kembali ke hati sehingga hati akan
emnajdi lebih kuat.
Kita sholat, awalnya karena dari hati. jika sholat kita benar maka sholat itu akan masuk ek hati
dan memberika perubahan kepad hati.
Imam ibnu qayim al jauziah, “untuk emmbuat amal akhiranya sampai ke hati itu butuh yang
beliau sebut masafah, butuh tempo” di perjalanan masafah inilah setan nongkroing untuk
mencegah agar amal itu tidak sampai ekpada hati. jiak sampai ekpada hati amka akan
meningkatkan kekuatan hati. “setan-setan itu posisinya seagai qatiun thariq” mereka adalah
pemutus jalan. Bahasa gaulanya pembegal. “memutus amal-amal”. Kalau nggak waspada
maka amalnya tidak sampai hati dan tidak akan menimbulkan perubahan.
Kenapa sampai ekmduain sampai ada masafah? Semua bermula dari hati yang terdorong
melakukan amal. Jadilah kita beramal. Sata kita beramal kita ingin amal ini naik ke langit
sehingga amal kita diterima oleh Allah. Untuk membuat amla itu naik amka butuh tempo.
Dan perjalanan amal untuk sampai ek langit masing masing ornag itu berbeda. Ada yang
langsung melesat karena kekuatannya luar biasa, tetapi ada pula yang amalnya sampai ke
langit butuh berhari-hari. Kalau orang melakukan amal tetapi ogah-ogahan, maka amalnya
untuk sampai ke langit butuh waktu yang sangat lama. Yang kita inginkan adalah Allah
kembali turunkan amal itu untuk dimasikkan ke bumi untuk menguatkan hati. yang
dibutuhkan agar hati punya kekuatan untuk emlakukan amal maka yang harus dimiliki
adalah rasa ta’dhim. Rasa ta’dhim yang bersemayam didalam hati akan emnjadi sumber
kekuatan pada hati untuk melakukan amal kebaikan. Artinya, ta’dhim ini yang harus kita
miliki. Adapun agar amal bisa diterima oleh allah maka yang dibutuhkan adalah ikhlas.
Kemduian agar amal bisa kembali lagi ke hati maka yang dibutujkan adalah Ar Ridho. Dan
setan idak ingin emkanisme ini berjalan. Sehingga, ia membegal ta’dhim, ikhlas dan
ridhonya kita. Jika ketiganya itu tidak ada maka amal itu tidak akan pernah sampai ke hati.
sehingga tak akan ada manfaatnya.
Apa ta’dhim itu?
Ta’dhima dalah sumber kekuatan hati untuk bisa melakukan beramal. Jadi sejauh apapun amal
ia pasti akan mendatangi amla tersebut jika ia memiliki ta’dhim. Tidaka kana da amal baik
yang ebrat untuk dilakukan dan tidak aka ada amal buruk yang ringan untuk dilakukan.
Cerita jelek ornag lain itu melakukannya ringan emninggalkannya berat. Lalu bagaimana?
Surat Al hajj, “barangsiapa yang emangagungkan syiarnya Allah maka itu termasuk
takwanya hati.’ ta’dhim menajdi sumber kekuatan hati. sehingga ta’dhima adalah sikap hati
yang merasakan keagungan Allah dalam seluruh gerak kehidupan.
Apa kriteria kalau dihati kita sudah ada ta’dhim kepada Allah

1. Melakukan amal dengan tawajjuh


2. Tadzallul
3. Tadlarru’
4. Taslim

Siapaun yang dihatinya ada ta’dhim amka segala yang dilakukannya pasti semata-mata
dilakukan dengan keempat hal diatas. Selesai ta’dhim maka kita perlu ikhlas agar amal kita
sakapi ke langit. Ikhlas adalah jalan bagi amal untuk bisa sampai ke langit. Sehingga, disini
setan sering membegal manusia yang tadinya ikhlas kemduian berubah emnajdi tidak ikhlas.
Tadinya adzan merasa sangat ikhlas. Lalu ada yang menyalami, lalu memuji hatinya kemudian
berubah menjadi kebanggan maka jadilah setan berhasil membegalnya dengan riya dan ujub.
Kriteria ikhlas itu apa?

1. Menaydari bahwa kita bisa beramal adalah karena rahmat allah semata. Saya bisa adzan,
merdu ah itu karena rahmat Allah saja.semau itu semata-mata karena rahmat allah, bukan
karena suara saya yang bagus” jadi menyandarkan amal itu karena Allah.
2. Menjadikan rahmat allah sebagai tujuan amal kita
Kenapa rajin sholat dhuha? Biar dapet rahmat Allah. Saya sholat tujuannya adalah Karena
hal ini yang membuat saya bahagia adalah jika saya mendapatkan rahmat Allah
3. Memutuskan semua akibat baik dari amal baik yang disudah dilakukan
Setelah sholat dhuha rejekinya gampang. Orang yang ikhlas tidka akan mengkaitkan
kebaikannya dengan apa yang Allah beri. Jadi kalau semisal abis hsolat dhuha rejekinya
banyak, maka bisa jadi diijabahnya keinginan kita adalah bukan sebab doa kita tetapi sebab
doa doa orang lain untuk kita.

Saya bisa baca Al Quran adalah sebab Allah semata. Ketika emututp Al Quran maka karena ini
adalah rahmat Allah.

Kalaulah ada orang yang memuji kita maka pisahkan pujian beliau dengan amal kita. Seacra
dhohir mereka memang emmuji kita, tetapi niatkan bahwa ia sedang memuji Allah. “ya Allah
ini makhluk memuji saya. Saya tidka berhak mendapatkan pujian darinya. Pujian inihanya
pantas untukmu. Maka jagalah aku dari riya’. Saya hanya bahagia semata mata karean
mendapat pujiann dari-Mu Ya Allah.”

Allah yang menggerakkan lisan orang itu karena emmuji kita.


02 Juni 2018

16.01

Nasehat yang sedang sama-sama kita simak adalah nasehat yang disampaikan oleh
Ustamn bin Affan, beliau menyampaikan ekpada kita, “sesungguhnya orang yang beriman
berada pada enam rasa takut.” Rasa takut terhadap apa saja? Ebliau kemudian menyebutkan
satu persatu,

1. Rasa takut kalau sampai Allah mengambil Iman. Karena soal memberi dan mengambil
iman itu hanya Allah. Allah yang mmberikan kita iman dan mengambilnya. Tentu allah
mengambil dan menmberi iman dengan cara dan ilmu dan jauh dari kata dzolim.
2. Takut dari arah malaikat pencabut amal. Takut jika sampai malaikat mencatat yang akan
menimbulkan kesulitan
Sedemikian Allah emngampuni, menghapus dosa maka sungguh celaka jika ada orang
yng sudah spai pada penghujung ramadhan tetapi dosanya belum diampuni.
3. Takut yang arahny adalah kepada setan kalau sampai ia emmbatalkan amalnya orang
yang beriman. Kita adalah orang yang beriman sudah sewajarnya jika amal yang kita
lakukan batal sebab ada riya dan ujub. Itulah dua senjata setan yang digunakan untuk
membatalkan amal kita.
Amal itu mulanya dari hati, dari hati maka muncul dorongan untuk beramal. Dan kita
berharap amal tersebut naik ke langit dan dditerima oleh allah. Kita berharap amal yang
diterima oleh allah itu diturunkan kembali untuk lebih memperbaiki dan emnguatkan
hati. Sehingga kaau hati lebih kuat maka akan mendorong diri untuk menjadi lebih baik.
begitulah siklus amal. Nah, karena itu Allah sudah sangat jelas mengatakan di surat ar
rahmat, “bakasan ihsan itu adlaah ihsan” baca Quran karena ada dorongan di dakam
hati, kita berharap amal itu diterima oleh Allah dan diturunkan allah sampai ke hati,
sehingga sampainya amal ke hati membuat hati menjadi lebih baik. sehingga, perputaran
siklus ini akan terus memperbaiki dan akan menjadi lebih baik.
Untuk membuat hati punya dorongan melakukan amal maka perlu ada nya ta’dhim.
Dengan ta’dhim kita bisa melakukan amal. Dengan kekauatan itu ornag bisa melakukan
amal walaupun itu berat. Kita ingin amal yang kita lakukan dengan ta’dhim itu naik ke
atas dan diterima oleh allah, maka disini kita perlu ikhlas. Lalu bagaimana amal yang
sudah diterima oleh Allah ini diturunkan kembali oleh Allah yang kalau kemudian turun
ekmbali dan sampai ke hati maka akan menimbulkan dorongan lebih kuat lagi. maka apa
yang kita butuhkan? Ar-Ridho. Ridho. Ridho adalah jlan bagi amal untuk sampai ke
hati. Maka dari hati akan kembali ke hati dan emmberikan efek kekuatan bagi hati.
Mengisi kembali hati dnegan kebaikan yang lebih baik lagi. apa kriteria ridho? Ridho
biasanya berkaitan dengan akibat, missal kita ebrbuat baik ekpada seseorang . saat
ditanya ikhlas membantu atau tidak maka jawaban kita adalah ikhlas. Ta’dhim membuat
kita menjadi terorong untuk melakukan kebaiakn. Ikhlas ini membuat amal kita naik ke
langit. Tp tidak lama, orang yang kita baiki berbuat tidak baik kepada kita. Lalu apakah
kita ridho. jika tidka ridho maka amal ini akan menguap dan tidak akan turun ke hati.
Sehingga, ornag kalau tidak ridho itu hatinya lemah. kalau disuruh menolong orang
maka tidak akan mau.
Kita bekerja dalam satu grup. Sebenarnya kita adalah pionernya. Tapi yang disebut-
sebut bukan kita, tapi orang lain yang kerjanya paling males. Tapi kalau ada wartawan
dia yang paling rajin. Maka wartawan lebih banyak menyroti dia. kita rela tidak?
Biasanya kita jadi hilang semangatnya. Tapi kalau ridho kita akan tetap semangat
bekerja. Maka kriteria ridho itu ada dua, yaitu
1. Memahami bahwa manis pahitnya kehidupan adalah keputusan Allah
Bukankah didalam al qurabs sering disebutkan, “barangsiapa bertaqwa kepada Allah
maka allah akan emnajdikan jalan keluar atas kesulitan2 emnajdi rizki yang tidak
disangka-sangka” jadi kalau dirubah hidup yang jauh dari tajwa dan merubah dari
nilai-nilai takwa hdup saya mudah dan diberi kemudahakn. Bukankah itu buah
takwa? Memag betul. Tapi kita punya adab ekpada Allah yaitu, Jika kita
mendapatkan kebaikan, maka sandarkan kebaikan itu kepada allah. Tetapi jika kita
mendapatkan keburukan amka sandarkan keburukan itu kepada diri kita sendiri. Soal
pahit buruknya kehidupan maka disandarkan pada diri sendiri. Kenapa pagi-pagi
bisa ditabrak? Ini adalah nasib buruk. jangan menyalahkan allah, “nggak tahu nih
kenapa Allah ngasih takdir begini” katakanlah “mungkin ini akibat dari saya sholat
subuh kesiangan”
Kenapa rajin sholat tapi kok nasib saya segini-gininya? Ornag lain sholat jarang tapi
cemerlang hidupnya. Artinya, ia termasuk ornag yang tidak ridho.
2. Menyadari bahwa pahit susahnya akibat amal baik adalah tanda hadirnya rahmat
allah yang lebih besar.
Pembantu dibaiki, gaji dinaikkan eh tetap saja manyun. Maka kita emmahami nya
sebagai “dibalik kasih sayang saya kepada pembantu ternayta ada rahmat allah yang
jauh lebih besar”

Lalu rasa takut ke empat yang dimiliki oleh orang beriman yaitu rasa takut dari arah
malaikat maut. Yang ditakuti ornag beriman adalah kalau sampai malaikat maut emngambil
ornag yang beriman dalam keadaan lalai dan tiba-tiba. Ini yang sangat ditakutkan. Lagi jogged-
joged tiba-tiba jatuh dan meninggal. Artinya ia dijemput malaikat maut dalam ekadaan lalai dan
lupa. Inilah yang kemudian ditakutkan oleh ornag yang beriman. Nggak pernah nonton bioskop,
suatu saat penasaran juga. Diwaktu itu penasaran dengan suatu film dan ternyata itu menjadi
akhir dari kehidupannya. Maka, ia sedang emninggal dalam keadaaan lalai.

Bicara tentang kematian ini sebnarnya kematian ini ada paketnya. Kematian menawarkan kita 2
paket, tergantung kita mau memilih paket yang mana,

1. Mati dalam keadaan ikhlas, tenang, dan ingat Allah


Biasa disebut paket khusnul khatimah. Menu ini disuguhkan pada saat kita sedang
sakaratul maut. Ini menu paling nikmat kecuali paket ini. Ini akan membuat bahagia.
Ada ornag yang sedang sakaratul maut, lalu ada yang emnahannya untuk memejamkan
mata “tadi saya lihat buk, ternayta ibuk yang dapat rumah satu miliar. Ini berita gembira
buk” tapi ornag yang sakaratul maut tidak membutuhkan ini. Berarti, yang dibutuhkan
adalah ikhlas, tenang, dan ingat Allah.
2. Mati dalam keadaan sempit, gelisah dan ingat yang paling mendominasi
Ada roang yang selama hidupnya didominasi oelh pacar. Maka sakaratul maut yang ia
sebut adalah pacarnya. Ada ornag usia 80 tahun tapi masih ingin memiliki rumah yang
megah. Sampai ketika rumahnya 94% dan mau ditempati ia keburu mati, apa yang ia
sebut dalam keadaan sakaratul maut? “rumahku, rumahku” kalau dia seorang istri maka
suaminya mengingatkan untuk mengingat allah.

Kalau kita pingin paket yang kanan maka kita harus menyiapkan. Apa yang harus kita siapkan?
Yang perlu disiapkan adalah Jiwa. Sebab, pada saat sakaratul maut sebenarnya yang mati adalah
badan kita. Jiwa tidak ikut mati. Jiwa hanay berpisah pada badan sebab jiwa ingin kembali ke
asalnya. Maka jiwa yang dipersiapkan adalah jiwa yang Imani. Jiwa Imani adalah jiwa yang
seluruh relungnya telah terisi nilai-nilai iman kepada Allah. Sehingga, kapanpun datang ajal
yang akan ia bawa adalah iman. Seperti apa jiwa Imani? Yang jelas kekuatan iman dalam jiwa
akan mmberikan pengaruh, yaitu:

1. Akan selalu merasa terikat kepada Allah. Sehingga, tidak akan punya nyali untuk
melakukan sesuatu yang Allah tidka suka. Karena ia sudah menyampaikan ikrar
keterikatan itu ketika dulu waktu jiwa kita berada dalam alam ruh. Bermula dri allah
bertanya kepada rruh, “bukankah aku tuhan kalian?” jawaban kita adalah “ya, ami
bersaksi bahwa engkaulah satu satunya tuhan kami”
Percayakah kita bahwa Allah selalu melihat apapun yang kita Imani?
Apakah kita masih pernah melakukan perbuatan ang kita tahu Allah tidak menyukainy?
Pengaruh jiwa Qur’ani

1. Selalu merasa terikat dengan Allah


Kalau di dekat kita ada calon mertua, kita akan merasa terikat. Biasanya kalau
emguat ya menguap saja. Tetapi begitu ada calon mertua maka langsung
meningkatkan sopan santun kita kaerna kita merasa terikat dengan beliau. Amaka
bergitu pulalah jiwa Imani. Harus merasa ‘NGGAK ENAK LAH KALAU
DILIHAT SAMA ALLAH”
Wah kalau dibilang bgeitu, nanti terlihat sok alim, alay. Bukan, tetapi itu memang
fakta. Kalau ada dosen dan kita mau bolos apa yang kita katakana? “ah nggak enak
ada dosennya” wajar kan? Ini bukan Alay
Belajar dari suami istri, “buk nanti sebelum jam5 sudah harus sampai rumah.. jangan
ngobrol” dan ternyata setelah selesai pengajian selesai jam 5 kurang 5. Otw kerumah
5 menit. Maka kemudia n istri akan emngatakan kepada yang nagajk ngobrol “maaf
ya buk, saya harus pulang dulu. Ah saya nggak enak sama suami” maka wajar ketika
kita mengatakan hal tersebut. Maka katakana “saya tidak enak sama Allah” Itu ciri
jiwa terikat dengan Allah.
2. Lapang menerima apapun
Jiwa yang kuat akan menemukan lapangnya hidup justru dalam sempitnya
kehidupan. Kenapa begitu? Kita sholat atrawih, imam suaranya enak lagunya enak.
Maka ini kondisi manis. Tapi kalau imamnya seperti itu maka untuk mendengarkan
bacaan iman haruskah kita berjuang? Tidak. Kita bahkan ingin mengikutinya tanpa
ingin terlewatkan. Tapi kalau imam bacaannya benar tapi tidka enak suaranya maka
kita perlu perjuangan. Maka, mana yang lebih besar pahalnya? Yang suaranya nggak
enak. Maka kalau imam suaranya enak kita sennag, boleh, tapi kalau suatu saat
imamnya ganti lagunya kagok maka kita harus lebih senang sebab pahalanya lebih
bamyak. Karena kita berorientasi pada isi bukan sebab bungkusnya.
Sehingga, jiwa yang Imani adalah dalam sempitnya kehidupan kita menemukan
hamparan kebaikan yang jauh lebih melimpah.
Ketemu orang senyum dibalas senyum, kita lapang,
Ketemu ornag kita senyum dibalas manyun maka kita lebih lapang lagi.
3. Merasakan akhorat itu lebih bernilai dari pada dunia
Karena kita tahu bahwa jiwa berasal dari akhirat. Melihat akhirat jauh lebih menarik.
Kita kadang suka diuji, apa salah satu ujiannya? Durian. Kalau kita dapat durian,
lalu kita memakannya maka durian itu bernilai dunia. Tapi kalau kita berikan kepada
orang lain maka durian ini akan bernilai akhirat. Maka, akan lebih bernilai yang
mana? Kalau kita ingin memilikinya maka orientasi kita adalah dunia. padahal yang
kita inginkan adalah akhirat. Lantas, mengapa kita masih kurang?
Posisi kita ini bahaya, kalo tiba-tiba jjiwa ini ada yang emgajak pulang apa yang
harsu kita lakukan? ‘hay raga, masa kontrakanmu sudah ahabis dngan raga itu.’
kebayang jiwa akan menyambut dengan senyum atau manyun? ‘bentar malaikat mau
makan durian dulu’ ‘eh jiwa, kamu lupa ada durian lebih enak di surga’

Inilah ramadhan, ia adalah hamparan kesempatan untuk mengecas jiwa agar sepenuhnya terisi
oleh nilai-nilai iman. Pengaruh ibadah ramadhan membuat kita:

1. Merasa terikat dengan Allah


2. Lapang menerima apapun
“ya Allah tega nian kau menyuruh saya puasa.” Tidak ada yang ebrani mengatakan ini
ekapda Allah. Pendidikan ramadhan memang membuat kita menajdi lapang
3. Merasakan akhirat itu lebih bernilai dari dunia.

Kalau kita merasa terikat dengan Allah maka:


1. Terikat menimbulkan keingatan kita pada Allah
2. Lapang menimbulkan ikhlas
3. Merasakan akhirat menimbulkan ingat Allah.

Dari ini kita akan mendapatkan paket khusnl khatimah. Dengan cara apa? Melakukan
apapun hanya karena Iman kepada Allah. Bukti dari kita melakukanitu karena iman adalah

1. Melakukan itu karena Allah suka


2. Dengan hati yang suka
3. Cara yang paling Allah sukai

Mudah-mudahakn kita menemukan kita jiwa Imani di hati kita, walaupun imam nggak enak,
bacaannya panjang, saya tetap senang dan saya melakukan shalat tarawih dengan paling cara
yang disukai Allah.

Anda mungkin juga menyukai