Anda di halaman 1dari 4

Penyembahan Dan Penghambaan | Surah Al Kaafiruun – Nouman Ali Khan

Tujuan tulisan ini adalah ntuk memahami dan mengerti arti dari kata ibadah dalam bahasa Arab
atau ubudiyah. Ibadah berarti 2 hal, bila kita terjemahkan menjadi salah satu dari kedua hal
tersebut, maka ia menjadi tak lengkap. Hal ini merupakan kelemahan bahasa kita bila
dibandingkan dengan bahasa Arab klasik.

Bahasa Arab klasik dapat menggabungkan beberapa konsep sekaligus, dan bila kita mengambil
sebagian dari terjemahan (arti dari konsep tersebut), maka akan menimbulkan kebingungan. Dua
arti yang tercakup dalam kata ibadah atau ubudiyah adalah penyembahan dan penghambaan.

Sering kali kita mengambil konsep penyembahan atau penghambaan, dalam bahasa kita dua hal
ini berbeda, namun pada bahasa Arab kedua konsep ini menjadi satu pada kata ibadah/ubudiyah.

Jadi ketika Allah swt mengatakan,

QS Al Kafirun ayat 2 –

Bukan saja berarti aku tidak akan menyembah tetapi juga berarti aku tidak akan menjadi hamba
(budak). Secara singkat saya akan mengingatkan perbedaan antara penyembahan dan
penghambaan.

Ketika maghrib datang, kita menyembah Allah, saat isya akan datang kita akan menyembah
Allah, tapi di antara waktu sholat, siapakah kita? Hamba Allah.

Saat kita tidur kita tidak sedang menyembah tapi kita tetap seorang hamba. Saat kita bangun,
mengendarai kendaraan, menyikat gigi, sarapan pagi, memarkir kendaraan. Bahkan di saat kita
tidak sedang membaca Qur’an, kita tidak sedang melakukan tindakan penyembahan namun kita
tetap seorang? Hamba (budak)

Dengan kata lain, penyembahan ada tindakan spesifik. Tindakan berpuasa, sholat, berhaji,
membaca Qur’an, memberikan shodaqoh adalah tindakan penyembahan (ritual), namun seorang
hamba adalah hamba setiap waktu, walaupun ia melakukan penyembahan atau tidak.

Konsep ini sangatlah penting, hal ini berarti kita harus hidup sesuai dengan bagaimana Allah
ingin kita hidup. Tidak hanya saat jum’atan saat khutbah, ketika shalat sedang berlangsung. Kita
adalah hamba Allah di antara waktu ibadah tsb.

1
Beberapa komentar tentang ayat ini berarti kita terhubung dengan Allah di antara waktu-waktu
ibadah. Kita tahu bahwa terkadang manusia menyembah Allah tetapi tidak bertindak sebagai
hamba-Nya.

Contohnya orang yang punya toko miras tetap melakukan shalat lima kali sehari. Dia tetap
menyembah Allah tapi jelas-jelas tidak bertindak sebagai? Hamba, dia tidak mematuhi perintah
Allah dan terkadang, karena kita memiliki definisi yang tidak lengkap ini. Tahukah anda apa
yang terjadi?

Kita berkata pada diri kita, “Hey setidaknya saya menyembah Allah, jadi tugas saya telah
selesai.”

Tidak, anda menyembah (ritual)-Nya, tapi anda tetap tidak bersikap sebagai hamba (budak)
Allah. Penyembahan (ritual) adalah satu bagian, sementara penghambaan (menjadi budak)
adalah bagian lainnya, maka ibadah mencakup? Keduanya.

Orang Arab saat itu, mereka memiliki dua masalah. Mereka menolak untuk menyembah Allah.
Tapi tahukah anda akan masalah yang lebih besar? Mereka menolak untuk menjadi hamba Allah.
Ada dua masalah pada surat ini, kita akan membuat keduanya menjadi jelas berbeda.

Saat mereka menolak untuk membungkuk kepada Allah dan menghancurkan berhala, masalah
apakah itu? Penyembahan atau penghambaan? Ini adalah masalah penyembahan.

Namun ketika mereka menolak untuk memberi kepada anak yatim, saat mereka menolak untuk
tidak membunuh bayi perempuan, ketika mereka menolak untuk memberi makan yang miskin,
menolak memberikan keadilan, menolak untuk tidak membunuh tanpa alasan yang benar, ketika
mereka menyiksa para budak, saat mereka melakukan semua perbuatan ini.

Apa yang mereka tolak sebenarnya? Mereka menolak untuk berlaku sebagai hamba Allah.
Menjadi hamba (budak) Allah, termasuk di dalamnya anda menyembah kepada-Nya dan anda
bertindak sebagai hamba-Nya, dua hal. Dan sekarang mari kita mengerti ayat-Nya.

= aku tidak akan diperbudak/diperhamba oleh yang


memperbudakmu dan aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah /

Kita harus mengerti pada ayat ini Allah mewahyukan pada Rasul shallallahu alaihi wasallam
untuk membahas apa yang kaum kafir sembah dan apa yang memperbudak mereka. Mereka
menyembah berhala, tuhan-tuhan palsu dan mereka diperbudak oleh hawa nafsu mereka sendiri.

Dua hal, mereka menyembah berhala, dan mereka diperbudak oleh diri mereka sendiri, hawa
nafsu mereka sendiri dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata,

“Aku menolak untuk menyembah berhala-berhala kalian.”


“Dan aku menolak untuk diperbudak oleh hawa nafsuku.”

2
“Aku menolak kedua hal tersebut.”
“Aku tidak, dan tidak akan pernah mau.”

Kaum musyrik berkata bahwa Rasul shallallahu alaihi wasallam telah menolak agama mereka
selama hampir sepuluh tahun. Maka mereka menawarkan kompromi, kota Mekkah telah menjadi
tempat yang sangat menegangkan, selalu ada konfrontasi antara kaum muslim dan non muslim.

Para kafirun berkata, “Mari kita berkompromi agar hidup kita lebih baik.”

“Kami bersedia menerima agama Rasul shallallahu alaihi wasallam untuk setahun, dan
sebaliknya Rasul menerima agama mereka di tahun berikutnya.”

“Dan kita akan kembali lagi ke agama Rasul di tahun berikutnya lagi, kita akan berbagi Islam
untuk satu musim, dan kemudian berbagi kemusyrikan di musim berikutnya.”

“Dan jika kita berkompromi maka hidup kita akan membaik, tidak akan terjadi ketegangan lagi
di kota Mekkah.”

“Masa depan kita akan lebih baik.”

Menurut hampir semua ahli tata bahasa (laa’budu) dalam bentuk mudhory berarti lebih dari saat
ini, berarti juga masa depan. Dengan kata lain Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
mengatakan jangan kalian berharap tinggi.

“Aku tidak akan pernah, tidak akan pernah terjadi.”

“Jika kalian berpikir bahwa masa depan akan lebih lunak untuk kalian kaum Quraisy.”

“Aku tidak akan pernah menyembah.”

“Dan aku akan terus menolak menjadi budak/hamba dari apapun yang kalian sembah.”

“Dan apapun yang memperbudak kalian.”

“Hal ini tidak akan pernah terjadi maka keluarkanlah ide itu dari kepala kalian.”

Allah ‘Azza wa Jalla telah memerintahkan penghambaan ini di dalam Al-Qur’an di banyak
sekali ayat. Salah satunya adalah “U’buduu Robbakum.” (QS Al Baqarah ayat 21)

“Jadikanlah dirimu sebagai hamba dari Tuhanmu.”

Jadi kita harus mengakui/menerima Allah sebagai Majikanmu (Tuhanmu) dan kita juga
mengakui/menerima diri kita sebagai hamba-Allah. Banyak orang bisa menerima Allah sebagai
Tuhannya tapi masih banyak yang belum bisa menerima bahwa mereka itu adalah hamba-Allah
swt. Sudahlah, mari kita terima saja. Internalisasikan ini, bahwa Allah adalah majikan dan kita
adalah hamba, terima saja itu.

3
Dan setelah kita bisa menerima itu, berikutnya adalah terima petunjuk yang diberikan Allah
melalui Al-Qur’an, petunjuk2 dalam Al quran ini hanya akan bermanfaat bagi mereka yang
sudah bisa menerima bahwa dirinya adalah hamba.

Kita membaca, “Iyyaaka na’budu.” (QS Al Fatihah ayat 5)

Itu adalah ungkapan penerimaan kita sebagai hamba. Kemudian apa selanjutnya?

“Ihdinash shirooth.” (QS Al Fatihah ayat 6)

Tunjukilah kami. Penghambaan dan petunjuk adalah ringkasan dari keseluruhan isi Al-Qur’an.
Al-Qur’an dimulai dengan penghambaan.

“Iyyaaka na’budu.” (QS Al Fatihah ayat 5)

Dimulai dengan menghambakan diri dan sekali lagi, Allah menyebut dirinya majikan, yang mana
dengan sendirinya membuat kita menjadi hamba… Jika Allah adalah majikan dari manusia,
maka kita manusia adalah hambanya. Selesai dengan urusan penghambaan.

Jadi, inilah inti dari urusan ini. Sebagian besar manusia tidak sulit menerima Allah sebagai
pencipta. Itu tidak masalah, bukan di situ bagian sulitnya, atau menerima Allah sebagai Maha
Pengasih, atau Maha Bijaksana, atau Maha Kuat, atau Yang Maha Esa. Semua itu mudah.
Karena kau tahu, ketika kita menerima bahwa Allah itu satu mungkin tidak ada pengaruhnya
bagi kita. Allah itu satu, luar biasa….

Tapi kita akan tetap melakukan apa yang ingin kita lakukan. Allah itu Maha Pengasih, kita
tahu… Tapi kita masih punya kehidupan kita di sini. Tapi kalau kita mengakui Allah sebagai
majikanmu, lalu, kita sebagai apa?

Maka pasti kita adalah hamba-Nya. Dan untuk membuatnya lebih mudah lagi, perbedaan antara
orang yang bebas dan seorang hamba sangat sederhana, ini bukan masalah yang rumit.
Perbedaan antara orang yang bebas dan hamba adalah orang yang bebas, bisa melakukan apapun
yang mereka mau. Tapi apa yang dilakukan seorang hamba? Dia tidak bisa berbuat apapun yang
dia mau karena kalau dia bisa melakukan itu, berarti dia orang yang bebas. Satu-satunya yang
membuat mereka menjadi hamba adalah mereka harus melakukan apapun yang majikan mereka
inginkan.

Jika kau bisa menerima itu, jika kau bisa menerima bahwa keinginan kita, harus sesuai dengan
keinginan Allah. Keinginan kita, harus mengikuti, sebagaimana layaknya seorang hamba,
bagaimana keinginan Allah. Kalau sudah begitu, barulah kita bisa mengerti apa pesan yang ada
di dalam buku ini (Al-Qur’an).

Inilah pesan yang ada di dalam Al quran. Terdengar sangat sederhana, mungkin hanya butuh
lima menit untuk menjelaskannya. Tapi menanamkannya ke dalam diri, adalah perjuangan
seumur hidup.

Anda mungkin juga menyukai