Disusun oleh :
Semester VI/PAI
Nama :
Cahaya Mani ( 1910110063)
Doni Kususma (1910110049)
Ira Lestari Lubis (1910110010)
2022
1
KATA PENGANTAR
Maka dari itu, adanya kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi tercapainya makalah yang lebih baik dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca umumnya.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... iv
B. Rumusan Masalah....................................................................................... v
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 1
6.
Kesimpulan ...............................................................................................................
.............. 21
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................................................
.............. 22
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
Seringkali dan banyak di antara kita yang menganggap ibadah itu hanyalah
sekedar menjalankan rutinitas dari hal-hal yang dianggap kewajiban, seperti sholat
dan puasa. Sayangnya, kita lupa bahwa ibadah tidak mungkin lepas dari
pencapaian kepada Tauhid terlebih dahulu. Mengapa ? keduanya berkaitan erat,
karena mustahil kita mencapai tauhid tanpa memahami konsep ibadah dengan
sebenar-benarnya. Dalam syarah Al-Wajibat dijelaskan bahwa “Ibadah secara
bahasa berarti perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan.’’
Dari definisi singkat tersebut, maka secara umum ibadah seperti yang kita ke
Menjaga lisan dari perbuatan dosa, misalnya dengan tidak berdusta dan
mengumbar fitnah, mencaci, menghina atau pun melontarkan perkataan
yang bisa menyakiti hati Menjaga kehormatan diri dan keluarga serta
sahabat.
Mampu dan bersedia menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya dengan
penuh tanggung jawab, berbakti dan hormat kepada kedua orang tua atau
orang yang lebih tua dari kita.Menyambung tali silaturahim dan
kekerabatan, Menepati janji, memerintahkan atau setidaknya
menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar, menjaga hubungan baik dengan
tetangga.
5
Begitu pula rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, inabah
(kembali taat) kepada-Nya, memurnikan agama (amal ketaatan) hanya untuk-Nya,
bersabar terhadap keputusan (takdir)-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya,
merasa ridha terhadap qadha/takdir-Nya, tawakal kepada-Nya, mengharapkan
rahmat (kasih sayang)-Nya, merasa takut dari siksa-Nya dan lain sebagainya itu
semua juga termasuk bagian dari ibadah kepada Allah”
B. Rumusan Masalah
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ibadah
Menurut bahasa, kata ibadah berarti patuh (al-tha’ah), dan tunduk (al-khudlu).
Ubudiyah artinya tunduk dan merendahkan diri . Menurut al-Azhari, kata ibadah
tidak dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah.1Ini sesuai dengan
pengertian yang di kemukakan oleh al-syawkani, bahwa ibadah itu adalah
kepatuhan dan perendahan diri yang paling maksimal.Secara etimologis diambil
dari kata ‘ abada, ya’budu, ‘abdan, fahuwa ‘aabidun. ‘Abid, berarti hamba atau
budak, yakni seseorang yang tidak memiliki apa-apa, harta dirinya sendiri milik
tuannya, sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup hamba hanya untuk
memperoleh keridhaan tuannya dan menghindarkan murkanya.
Manusia adalah hamba Allah “Ibaadullaah” jiwa raga hanya milik Allah, hidup
matinya di tangan Allah, rizki miskin kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan
hanya untuk ibadah atau menghamba kepada-Nya:
51.Aż-Żāriyāt : 56
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (az-Zaariyat : 56
Menurut istilah syara’ pengertian ibadah dijelaskan oleh para ulama sebagai
berikut:
1
Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet. Ke-2, hal. 17
7
Pada dasarnya ibadah berarti merendahkan diri (al-dzull). Akan tetapi, ibadah
yang diperintahkan agama bukan sekedar taat atau perendahan diri kepada Allah.
Ibadah itu adalah gabungan dari pengertian ghayah al-zull dan ghayah al
mahabbah. Patuh kepada seseorang tetapi tidak mencintainya, atau cinta tanpa
kepatuhan itu bukan ibadah. Jadi, cinta atau patuh saja belum cukup disebut
ibadah. Seseorang belum dapat dikatakan beribadah kepada Allah kecuali apabila
ia mencintai Allah, lebih dari cintanya kepada apapun dan memuliakan-Nya lebih
dari segala lainnya.
1. Mengikat diri (iltizam) dengan syari’at Allah yang diserukan oleh para
rasul-Nya, meliputi perintah , larangan, penghalalan, dan pengharaman sebagai
perwujudan ketaatan kepada Allah.
2. Ketaatan itu harus tumbuh dari kecintaan hati kepada Allah, karena
sesungguhnya Dialah yang paling berhak untuk dicintai sehubungan dengan
nikmat yang diberikan.
Dalam pengertian yang luas ibadah meliputi segala yang dicintai Allah dan
diridhai-Nya, perkataan dan perbuatan lahir dan batin. Termasuk di dalamnya
shalat, puasa, zakat, haji, berkata benar dll. Jadi meliputi yang fardhu, dan
tathawwu’, muammalah bahkan akhlak karimah serta fadhilah insaniyah. Bahkan
lebih lanjut, Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa seluruh agama itu termasuk ibadah
Islam amat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai ibadah
apabila diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi mencapai keridhaan-
Nya serta dikerjakan menurut cara-cara yang disyariatkan oleh-Nya. Islam tidak
membataskan ruang lingkup ibadah kepada sudut-sudut tertentu saja. Seluruh
kehidupan manusia adalah sesuai amal dan persediaan bekal bagi para mukmin
sebelum mereka kembali bertemu Allah di hari pembalasan nanti. Ruang lingkup
8
ibadah di dalam Islam amat luas sekali. Setiap apa yang dilakukan baik yang
bersangkut dengan individu maupun dengan masyarakat adalah ibadah menurut
Islam asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu.
2. Amalan tersebut dilakukan dengan niat yang baik bagi tujuan untuk memelihara
kehormatan diri, menyenangkan keluarga, memberi manfaat kepada umat dan
memakmurkan bumi sebagaimana yang dianjurkan oleh Allah.
C. Dasar-dasar Ibadah
9
“Ada tiga hal yang apabila terdapat dalam seseorang niscaya ia akan mendapatkan
manisnya iman, yaitu bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang
lain; bahwa ia tidak mencintai seseorang melainkan semata karena Allah; dan
bahwa ia membenci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya,
sebagaimana ia membenci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Bukhari dan
Muslim, dari Anas bin Malik)
Kedua, takut. Ia tidak merasa takut sedikit pun kepada segala bentuk dan jenis
makhluk selain kepada Allah. Dalam beribadah, ia harus merasa takut apabila
ibadahnya tidak diterima atau sekadar menjadi aktivitas rutin yang tidak memiliki
dampak positif sama sekali dalam kehidupannya. Maka, dengan rasa takut kepada
Allah, seorang hamba akan senantiasa khusuk di hadapan-Nya ketika ia
melakukan ibadah. Ia akan selalu memelihara dan menjaga ibadahnya dari sifat
riya’ yang sewaktu-waktu bisa menjadi virus ibadah.Adapun rasa takut kepada
Allah SWT bisa dilahirkan dari tiga hal:
b. Seorang hamba percaya dan yakin akan ancaman Allah terhadap orang-orang
yang durhaka kepada-Nya.
c. Hendaknya hamba itu mengetahui dan meyakini, bahwa boleh jadi ia tidak akan
pernah bisa bertaubat dari dosa-dosanya.
Kuat lemahnya rasa takut kepada Allah dalam diri seseorang bergantung pada
kuat dan lemahnya ketiga hal tersebut. Rasa takut itu akan memaksa seseorang
untuk berlari kembali kepada Allah dan merasa tentram di samping-Nya. Ia adalah
rasa takut yang disertai dengan kelezatan iman, ketenangan hati, ketentraman
jiwa, dan cinta yang senantiasa memenuhi ruang hati.
Ketiga, harapan, yaitu harapan untuk memperoleh apa yang ada di sisi Allah tanpa
pernah merasa putus asa. Seorang hamba dituntut untuk selalu berharap kepada
Allah dengan harapan yang sempurna.
10
Seorang hamba harus senantiasa berharap kepada Allah agar ibadahnya diterima.
Ia tidak boleh memiliki perasaan bahwa semua ibadah yang dilakukannya sangat
mudah diterima oleh Allah SWT tanpa ada harapan dan kecemasan. Begitu pula ia
tidak boleh putus asa dalam mengharap rahmat dari Allah.2
Ketiga dasar ibadah ini harus menyatu dalam diri seorang hamba. Jika hilang
salah satu dari ketiga hal tersebut, akan menyebabkan kesalahan fatal dalam
akidah dan tauhid. Beberapa ulama salaf berpendapat, bahwa barangsiapa
beribadah kepada Allah hanya dengan rasa cinta, maka ia adalah zindiq. Dan
barangsiapa yang beribadah kepada Allah hanya dengan rasa harap, maka ia
golongan Murji’ah, dan barang siapa yang beribadah kepada Allah hanya dengan
rasa takut, maka ia dari golongan Khawarij. Namun, barangsiapa beribadah
kepada Allah dengan rasa cinta, harap, dan takut, maka ia mukmin yang
mengesakan Allah.
99.Az-Zalzalah : 7
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun niscaya dia akan
melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
zarrah pun, dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS Az-Zalzalah 99: 7-8)
2
M. Quraisy syihab, M. Quraisy syihab menjawab 1001 soal keislaman yang patut anda
ketahui, (jakarta: lentera hati, 2008), cet. Ke-1, hal. 3.
11
E.Makna Ibadah
Ibadah adalah cinta dan ketundukan yang sempurna.3 “Pada saat kita mencintai,
namun kita tidak tunduk kepada-Nya, maka kita belum menjadi hamba-Nya. Dan
pada saat kita tunduk kepada-Nya tanpa ada rasa cinta, kita pun belum menjadi
hamba-Nya. Sampai kita menjadi orang yang mencintai dan tunduk kepada-Nya.”
Area ibadah itu sangat luas hingga mencakup seluruh perilaku yang dicintai Allah.
Ibadah adalah suatu kata yang maknanya mencakup seluruh perbuatan dan
perkataan yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik yang tersembunyi dan yang
tampak. Jangan membatasi ibadah hanya seputar syiar-syiar ta’abbudiyah (ibadah
mahdhah) saja. Yaitu shalat, shaum, haji dan shadaqah. Akan tetapi lebih dari itu,
ibadah itu mencakup seluruh perbuatan yang disebut ma’ruf, Rasulullah saw
bersabda :
A. SHOLAT
Tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Ibadah ini
menjadi ibadah pertama yang dihisab di hari Kiamat, serta menjadi pembeda
antara orang Ibadah salat merupakan amalan utama dalam Islam. Berbeda dari
ibadah lainnya yang disampaikan melalui wahyu Jibril, perintah salat diterima
Nabi Muhammad SAW langsung dari Allah SWT.
Perintah salat disampaikan ketika Nabi Muhammad SAW melakukan Isra dan
Miraj, perjalanan dari Masjid Al-Aqsa hingga ke Sidratul Muntaha, bertemu
langsung dengan Allah SWT. Di peristiwa monumental itulah, Allah SWT
mewajibkan Rasulullah dan umatnya mendirikan salat lima waktu.
3
Dr. Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. Ke-2,
Hal. 67.
12
Secara umum, salat yang didirikan umat Islam terdiri dari salat fardu (salat wajib
lima waktu) dan salat sunah. Dalam Islam, salat merupakan bentuk ibadah penting
dan dikerjakan setiap hari secara rutin. Secara definitif, ibadah salat adalah
serangkaian gerakan dan ucapan berianm dan orang kafir.
Hal ini tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW: "Amalan seorang hamba
yang paling pertama dihisab di hari Kiamat adalah salat, jika salatnya baik maka
baik pula seluruh amalannya, dan jika salatnya rusak maka rusak pula seluruh
amalannya,"(H.R.Thabarani).
Hal ini tergambar dalam surah Al-Ankabut ayat 45: "Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah salat.
Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya
daripada ibadah – ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan,"(QS.Al-Ankabut[29]:45).
Berikut ini bacaan ayat-ayat Al-Quran tentang perintah salat,
Ada beberapa hikmah shalat yang perlu diketahui setiap Muslim, yaitu:
13
Shalat yang dilakukan dengan khusyuk akan membentuk pribadi yang mencegah
seorang Muslim dari perbuatan buruk. Allah SWT berfirman dalam al-Qur'an
surat Al-Ankabut ayat 45, yang artinya:
Shalat dapat mendidik seorang Muslim menjadi pribadi yang disiplin. Setiap
Muslim dituntut untuk menghargai waktu dengan sebaik-baiknya
memaksimalkan setiap kesempatan yang ada, dan mempertahankan eksistensi diri
sebagai seorang khalifah di muka bumi.Shalat adalah ibadah yang dilakukan pada
waktu-waktu tertentu. Bila sudah tiba waktunya harus segera dilaksanakan.
Sehingga, secara tidak langsung perintah shalat tepat waktu mengajarkan manusia
untuk disiplin dan bertanggung jawab.
Shalat dapat melatih diri untuk menjadi pribadi yang tangguh dan tidak cengeng
ketika menghadapi masalah. Dalam al-Qur'an surat Al-Ma’arij ayat 19 - 23, Allah
berfirman:
"Sesungguhnya manusia diciptakan untuk bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila
ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, kecuali orang-orang yang mengerjakan
shalat, yang mereka itu konsisten mengerjakan shalatnya,"
4. Meninggikan Derajat
14
Allah akan meninggikan derajat dan menghapus kesalahan orang yang
melaksanakan shalat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Dengan shalat, Allah akan mengampuni dosa-dosa yang ada di antara satu shalat
dengan shalat berikutnya. Shalat juga dapat membersihkan diri dari kesalahan dan
dosa yang dilakukan secara sengaja atau tidak.
Ketika shalat, seorang hamba berada pada posisi yang sangat dekat dengan Allah.
Kedekatan tersebut sangat baik untuk dimaksimalkan dengan berdoa dan
memohon pertolongan-Nya. Para Sahabat Rasullullah SAW tak akan berkeluh
kesah atau berputus asa jika sedang menghadapi kesulitan.
B. PUASA
“Ibadah kepada Allah ta’ala yang disertai niat, dengan menahan diri dari makan,
minum dan seluruh pembatal puasa, sejak terbit fajar kedua sampai terbenam
matahari, yang dilakukan oleh orang yang tertentu dengan syarat-syarat yang
tertentu.” [Ash-Shiyaamufil Islam, hal. 8]
15
1) Puasa adalah ibadah kepada Allah ta’ala yang disertai niat, yaitu niat karena
Allah ta’ala dan niat jenis puasanya, apakah wajib, sunnah, dan lain-lain.
2) Menahan diri dari makan, minum dan seluruh pembatal puasa, yaitu tidak
melakukan pembatal-pembatal puasa tersebut, sebagaimana akan datang
rinciannya insya Allah.
3) Sejak terbit fajar kedua sampai terbenam matahari, yaitu sejak masuk waktu
sholatShubuh sampai masuk waktu sholatMaghrib.
4) Yang dilakukan oleh orang yang tertentu, yaitu muslim, baligh, berakal,
mampu, muqim dan tidak memiliki penghalang-penghalang, sebagaimana akan
datang penjelasannya lebih detail insya Allah.
1. Hikmah Puasa
Diantara hikmah dan manfaat ibadah puasa adalah:
1) Puasa adalah sarana menggapai ketakwaan.
4) Puasa memfokuskan hati untuk berdzikir dan berfikir tentang keagungan dan
kebesaran Allah.
5) Puasa menjadikan orang yang kaya semakin memahami besarnya nikmat Allah
kepadanya
2.Keutamaan Puasa
Diantara keutamaan ibadah puasa adalah:
16
2) Puasa adalah sebab dosa-dosa diampuni, apabila dikerjakan berdasar iman,
ikhlas serta meneladani Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam.
C. ZAKAT
Zakat adalah ibadah yang tercantum di dalam rukun islam. Bagi setiap muslim
yang memiliki finansial yang stabil, atau mampu, wajib baginya untuk membayar
zakat kepada orang yang membutuhkan.
Zakat adalah ibadah yang memiliki tujuan untuk membantu orang-orang yang
kurang mampu. Dalam Al-Quran, Zakat disebutkan beberapa kali. Lalu apa itu
yang dimaksud zakat? Apa saja jenis-jenis zakat dan rukun-rukunnya? Apa
hikmah dari membayar zakat?. Untuk memahami lebih lanjut mengenai zakat,
simak tulisan di bawah ini.
17
Zakat adalah sebuah praktik ibadah di mana orang Islam memberikan 2,5% dari
hartanya untuk disumbangkan kepada yang membutuhkan. Saat ini, di sebagian
besar negara yang bermayoritas umat Islam, memberikan zakat bersifat sukarela,
namun ada juga beberapa negara yang zakat nya diurus juga oleh pemerintah. Di
negara seperti Inggris misalnya, orang-orang Islam di sana membayarkan zakat
dengan memberikannya langsung ke badan amal.
“Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan
Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat
selama aku hidup.”
Di dalam Al-Quran juga dijelaskan bahwa zakat adalah hal yang wajib bagi umat
muslim yang mampu secara finansial. Menunaikan zakat dilakukan demi
keselamatan dunia dan akhirat. Umat Islam mempercayai bahwa memberi zakat
dapat mendapatkan pahala sedangkan jika mengabaikan untuk memberi zakat
akan mendapat dosa.
1. Jenis-Jenis Zakat
Bagi umat Islam, ada dua jenis zakat yang harus ditunaikan yaitu zakat fitrah dan
zakat mal.
A. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang harus dibayarkan bagi seorang muslim yang sudah
mampu untuk menunaikannya dan berkecukupan. Zakat fitrah adalah zakat yang
wajib ditunaikan satu kali dalam setahun. Waktu membayar zakat fitrah umumnya
dilakukan pada bulan ramadhan, biasanya menunaikan zakat fitrah dilakukan
menjelang hari raya Idul Fitri. Selain itu, yang membedakan zakat fitrah dengan
18
zakat yang lainnya adalah, zakat fitrah diharuskan untuk ditunaikan sebelum
melaksanakan sholat Idul Fitri.
B. Zakat Mal
Zakat mal adalah zakat harta. Sesuatu dapat disebut dengan harta apabila
memenuhi syarat-syarat tertentu seperti dapat dimiliki, disimpan atau dikuasai,
dapat diambil manfaatnya sesuai dengan harta tersebut. Contoh dari harta
misalnya rumah, mobil, tanah, hewan ternak, emas dan perak.
19
Seperti yang sudah dijelaskan berdasarkan pengertian zakat, maka untuk
melakukan zakat harus mengikuti beberapa syarat. Berikut adalah syarat wajib
untuk menunaikan zakat:
Islam
Merdeka
Mukallaf atau akil baligh atau sudah dewasa
Tidak punya hutang
Memiliki harta yang cukup
Harta milik sendiri
”Sedekah itu akan memadamkan dosa sebagaimana air dapat memadamkan api.”
20
ٰۤ ُ ّ ٰ ٰ وم ٰٓااتَ ْيتُمم ْن ِّربًالِّيرْ بُو ۠ا ف ْٓياَموا لنَّاسفَاَل يرْ بُوْ اع ْند
َول ِٕى َكهُ ُم ْال ُمضْ ِعفُوْ ن َاللّ ۚ ِه َو َم ٰٓااتَ ْيتُ ْم ِّم ْنز َٰكو ٍةتُ ِر ْي ُدوْ نَ َوجْ هَالل ِهفَا ِ َ ِ َ َ ِ ْ َ اِل ِّ ْ َ َ
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah,
maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah, maka
itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).”
َالَّ ِذ ْينَيُقِ ْي ُموْ نَالص َّٰلوةَ َويُْؤ تُوْ نَال َّز ٰكوةَ َوهُ ْمبِااْل ٰ ِخ َر ِةهُ ْميُوْ قِنُوْ ۗن
ٰۤ ُ ٰۤ ُ
َول ِٕى َكهُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن ول ِٕى َك َع ٰلىهُدًى ِّم ْن َّربِّ ِه ْم َوا ا
“Merekalah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung.”
َ ِر ِك ْي ۙن²²²²²²²²²²²²²²²²²²²²²²َّاح ٌدفَا ْستَقِ ْي ُم ْٓوااِلَ ْي ِه َوا ْستَ ْغفِرُوْ ۗهُ َو َو ْيلٌلِّ ْل ُم ْش ۟
ِ ا بَ َش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْميُوْ ٰح ٓىاِلَيَّاَنَّ َمٓااِ ٰلهُ ُك ْما ِ ٰلهٌو²²²²²²²²²²²²²²²²²²²²²²َ قُاْل ِ نَّ َمٓااَن
َالَّ ِذ ْينَاَل يُْؤ تُوْ نَال َّز ٰكوةَ َوهُ ْمبِااْل ٰ ِخ َر ِةهُ ْم ٰكفِرُوْ ن
21
“Katakanlah (Muhammad), “Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu,
yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa,
karena itu tetaplah kamu (beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-
Nya. Dan celakalah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya).”
“(yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka ingkar terhadap
kehidupan akhirat.”
Jika umat yang taat kepada Allah, dan menunaikan zakat tentunya bukan termasuk
orang yang celaka seperti yang disebutkan di dalam ayat Al-Quran di atas.
Orang yang berzakat tentunya tidak hanya mencintai dirinya sendiri, namun dia
juga peduli dengan saudaranya atau orang lain. Dengan mencintai orang lain
seperti mencintai dirinya sendiri, keimanannya akan sempurna.
22
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Syarifudin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet. Ke-2.
Al manar, Abduh, Ibadah Dan Syari’ah, (Surabaya: PT. pamator, 1999), Cet. Ke-
1
Daradjat, Zakiyah, Ilmu Fiqih, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), Cet.
Ke-1.
Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. Ke-
2.
Muhaimin, Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 2005, Kawasan dan Wawasan
Studi Islam, Jakarta: Kencana. Hal. 278
Suryadi dan R. Nasrullah, 2008, Rahasia Ibadah Orang Sakit, Bandung: Madania
Prima. Hal. 22
Isham bin Abdul Muhsin al-Humaidi Khalid bin Abdurrahman Ad-Darwisy, 2007,
Ibadah pelepas lelah, Klaten: Wafa press. Hal. 18
Ibnu Mas’ud, Zainal Abidin S., Fiqh Madhzab Syafi’I, 2007, Bandung: Pustaka
Setia. Hal. 20.
24