Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HAKEKAT IBADAH
“Hakikat Ibadah Dalam Kehidupan Sosial”

Dosen Pengampu : Gariyanto, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Desmita Tyas Suryati (20320004)

Winda Afriani (20320012)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
PENDIDIKAN BIOLOGI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat
pada waktunya. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca untuk memperdalam ilmu agama., pada
kesempatan ini kami sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
yang terhormat :

1. Bapak Gariyanto M.Pd.I Dosen pengampu mata kuliah keimanan dan kemanusiaan
yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan
menyelesaikan makalah ini.
2. Rekan-rekan kelompok semua di universitas Muhammadiyah metro yang telah
saling membantu dalam menyusun makalah.
3. Secara khusus kami menyampaikan terimakasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar, baik selama
mengikuti perkuliahan maupuan dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kami sadar bahwa
masih banyak kekurangan terhadap makalah ini. Oleh kerena itu, kami meminta kepada
para pembaca untuk memberikan masukan bermanfaat yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini agar dapat diperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga
kedepannya dapat menjadi lebih baik.

Metro, 25 Oktober 2021

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar belakang................................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................2
A. Konsep Ibadah................................................................................................2
B. Macam macam Ibadah....................................................................................2
C. Fungsi Ibadah..................................................................................................5
D. Hikmah Ibadah................................................................................................6
E. Ibadah Sosial...................................................................................................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................11


A. Kesimpulan......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketika zaman dulu sampai pada saat ini kita mungkin sudah
mengetahui kewajiban kita sebagai hamba Allah yang lemah, dan banyak yang
tahu kewajiban kita di muka bumi ini yakni hanya untuk beribadah kepada Allah
SWT. Pendapat seperti ini memang tidak salah karena sudah tertulis dalam Al-
Qur’an.
Setiap ibadah sebagaimana yang berlaku pada setiap yang
diperintahkan Allah mengandung maksud tersendiri dan di dalam
pelaksanaannya terdapat hikmah. Segala bentuk dan jenis ibadah yang
disyari’atkan Allah kepada manusia dijanjikan pahala dunia akhirat, juga
mengandung hikmah yang sangat luar biasa bagi siapa yang menantinya. Dalam
makalah ini akan dipaparkan hikmah-hikmah ibadah, konsep ibadah dan
macamnya, serta ibadah sosial.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas
maka rumusan masalah dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep ibadah?
2. Apa sajakah macam-macam ibadah itu?
3. Apa sajakah hikmah yang terkandung dalam ibadah?
4. Apa saja ibadah sosial itu?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep ibadah.
2. Untuk mengetahui macam-macam ibadah.
3. Untuk mengetahui hikmah yang terakandung dalam ibadah.
4. Untuk mengetahui ibadah sosial.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Ibadah
Ibadah merupakan salah satu dimensi yang begitu asasi didalam ajaran
islam. Ibadah tidak cuma terkait dengan ritual-ritual antara manusia dengan Sang
Khalik, namun juga mengandung sejumlah keutamaan bagi diri manusia dalam
hubungannya dengan lingkungan sosialnya. Dalam konsep ajaran islam,
manusia diciptakan tak lain dan tak bukan untuk beribadah kepada Allah.
Dengan kata lain untuk menyembah Allah dalam berbagai bentuk dan
manifestasinya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengertian ibadah secara bahasa, kata ibadah adalah bentuk dasar
(mashdar) dari fi’il (kata kerja) ‘abada-ya’budu yang berarti: taat, tunduk, hina,
dan pengabdian. Berangkat dari arti ibadah secara bahasa, Ibnu Taymiyah
mengertikan ibadah sebagai puncak ketaatan dan kedudukan yang didalamya
terdapat unsur cinta (al-hubb). Seseorang belum dikatakan beribadah kepada
Allah kecuali bila ia mnecintai Allah lebih dari cintanya kepada apapun dan
siapapun juga. Adapun definisi ibadah menurut Muhammadiyah adalah
“mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya serta mengamalkan apa saja yang
diperkenankan oleh-Nya. (Himpunan Putusan Tarjih, 278)
Ibadah artinya penghambaan diri kita sebagai makhluk dan Allah sebagai
Tuhan kita atau dengan kata lain segala sesuatu yang kita kerjakan dalam
rangka mentaati perintah-perintah-Nya adalah ibadah. Ibadah meliputi apa saja
yang dicintai dan diridhoi oleh Allah, menyangkut seluruh ucapan dan perbuatan
yang tampak dan tidak tampak, seperti solat, zakat, puasa, menunaikan ibadah
haji, berkata yang baik dan benar, belajar, silaturahmi, membaca Al-Qur’an,
berdagang dan lain sebagainya. Adapun pengertian ibadah secara luas terkait
dengan beberapa arti, secara aqidah bisa berarti mentauhidkan Allah SWT,
secara fiqih ia bisa berarti menegakkan hukum Allah SWT dan secara akhlaq
berarti berperilaku sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Firman Allah SWT di
dalam Al-Qur’an yang artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa.” (QS
Al-Baqarah [2]: 21)

2
B. Macam Macam Ibadah
Pada dasarnya ibadah bukan hanya berupa salat, zakat, puasa dan haji.
Ibadah terdiri dari ibadah khusus atau ibadah mahdah dan ibadah umum atau
gair mahdah. Ibadah dalam pengertian umum adalah bentuk hubungan manusia
dengan manusia atau manusia dengan dengan alam yang memiliki makna
ibadah. menjalani kehidupan untuk memperoleh keridaan Allah, dengan mentaati
syariah-Nya. Syariat Islam tidak menentukan bentuk dan macam ibadah ini,
karena itu apa saja kegiatan seorang muslim dapat bernilai ibadah asalkan
ibadah tersebut bukan perbuatan yang dilarang Allah dan Rosul-Nya serta
diniatkan karena Allah. Dengan demikian, semua perbuatan yang diizinkan Allah
bila dikerjakan dengan tujuan memperoleh keridaan Allah merupakan ibadah
dalam arti yang umum. Menunaikan hak diri pribadi sesuai dengan perintah
Allah, seperti makan-minum, dan menuntut ilmu adalah ibadah. Menunaikan
kewajiban kemasyarakatan sesuai dengan perintah Allah adalah ibadah.
Mengolah alam guna dimanfaatkan hasilnya untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia adalah ibadah. Memberi makan binatang yang kelaparan adalah
ibadah. Bekerja mencari nafkah untuk mencukupkan kebutuhan hidup diri pribadi
dan orang yang menjadi tanggungannya adalah ibadah. Untuk memudahkan
pemahaman, para ulama menetapkan kaidah ibadah umum, yaitu “semua boleh
dikerjakan kecuali yang dilarang Allah dan Rasul-Nya.”

Ibadah mahdhah & ghairu mahdhah Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam
Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara
satu dengan lainnya; 1. ‘Ibadah Mahdhah, (ibadah Khas) artinya penghambaan
yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba dengan Allah secara
langsung.

ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:

a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-


Quran maupun al- Sunnah al-Maqbulah, jadi merupakan otoritas
wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu
tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh: Dan
Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin
Allah…(QS. 4: 64). Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada

3
kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah…
( QS. 59: 7). Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tata
caranya, Nabi bersabda: Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku
shalat. Ambillah dari padaku tata cara haji kamu Jika melakukan
ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan
praktek Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara
meng-ada-ada, yang populer disebut bid’ah: Sabda Nabi saw.: Salah
satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum
Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya menyalahi
perintah Rasul-rasul mereka:
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal), artinya ibadah bentuk
ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan
wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia dibaliknya
yang disebut hikmah’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah
mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti
atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan
atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun
yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dalam melaksanakan ibadah ini adalah
kepatuhan atau ketaatan. Maka wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus
Rasul adalah untuk dipatuhi: Jenis ibadah yang termasuk mahdhah,
adalah : Wudhu, Tayammum, Mandi hadats, Adzan, Iqamat, Shalat,
Membaca al-Quran, I’tikaf, Puasa, Haji dan Umrah, Mengurus
Janazah 2. Ibadah Ghairu Mahdhah, (ibadah ‘Am) (tidak murni
semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang di samping
sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan
atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya.

Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:

a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang


melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah
bentuk ini boleh diseleng garakan.

4
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya
dalam ibadah bentuk umum ini tidak dikenal istilah “bid’ah”.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya,
manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika.
Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat,
maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh
dilakukan.

C. Fungsi Ibadah
Fungsi Ibadah Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga
dituntut untuk beramal sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya
keyakinan. Ia tidak hanya terpaku pada keimanan semata, melainkan juga pada
amal perbuatan yang nyata. Islam adalah agama yang dinamis dan menyeluruh.
Dalam Islam, Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu
amal sholeh yang dilakukan karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya
bertujuan untuk mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi
juga untuk mewujudkan hubungan antar sesama manusia. Islam mendorong
manusia untuk beribadah kepada Allah SWT dalam semua aspek kehidupan dan
aktifitas. Baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat.

Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam yaitu;

1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.


Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat
dilakukan melalui “muqarabah” dan “khudlu”. Orang yang beriman
dirinya akan selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu
berupaya menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan
Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim tidak akan
melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta
menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah
SWT. Demikianlah ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-
Qur’an surat Al-Fatihah ayat 5 “Hanya Engkaulah yang Kami
sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan.” Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari
penghambaan terhadap manusia, harta benda dan hawa nafsu.

5
2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan
kewajibannya Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa
bahwa dia adalah anggota masyarakat yang mempunyai hak dan
kewajiban untuk menerima dan memberi nasihat. Oleh karena itu,
banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi ibadah
menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan
masyarakat. Contohnya: Ketika Al-Qur'an berbicara tentang
shalat, ia menjelaskan fungsinya: “Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS. Al-
ankabut 45 Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi
shalat adalah mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Perbuatan keji dan mungkar adalah suatu perbuatan merugikan
diri sendiri dan orang lain. Maka dengan shalat diharapakan
manusia dapat mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan
tersebut. Ketika Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga
menjelaskan fungsinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan mendoalah untuk mereka.
3. Melatih diri untuk berdisiplin Adalah suatu kenyataan bahwa
segala bentuk ibadah menuntut kita untuk berdisiplin. Kenyataan
itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan shalat, mulai dari
wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan
lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita
menganiaya sesama muslim, menyakiti manusia baik dengan
perkataan maupun perbuatan, tidak mau membantu kesulitan
sesama manusia, menumpuk harta dan tidak menyalurkannya
kepada yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma'ruf nahi
munkar”, maka ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa
menyelamatkannya dari siksa Allah SWT.

6
D. Hikmah Ibadah

Pada dasarnya ibadah membawa seseorang untuk memenuhi


perintah Allah, bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah dan melaksanakan
hak sesama manusia. Oleh karena itu, tidak mesti ibadah itu memberikan hasil
dan manfaat kepada manusia yang bersifat material, tidak pula merupakan hal
yang mudah mengetahui hikmah ibadah melalui kemampuan akal yang terbatas.
Adapun hikmah ibadah adalah sebagai berikut:

1. Tidak Syirik. Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa
beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk
syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar
dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli
Nya.
2. Memiliki ketakwaan, Hai manusia, sembahlah Tuhan mu yang telah menjadikan
kamu dan juga orang-orang sebelummu supaya kamu bertakwa [Al Baqarah
2:21]. Ada dua hal yang melandasi manusia menjadi bertakwa, yaitu karena cinta
atau karena takut. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang
dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT.
Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan
untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut
timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban
bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu
kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan
balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban.
3. Terhindar dari kemaksiatan, Sesungguhnya shalat mencegah orang dari
kekejian dan kejahatan yang nyata [Al Ankabut 29:45]. Ibadah memiliki daya
pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh
kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan
berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun
manusia berada.
4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan
keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung
dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa,
ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan.

7
Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang-orang dalam
kondisi ini.
5. Tidak kikir, dan karena cinta kepada Nya memberikan harta benda kepada ahli
kerabat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan kaum musafir, dan
mereka yang meminta sedekah dan untuk memerdekakan sahaya. [Al Baqarah
2:177]. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik
Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi
karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan
dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah
SWT, senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia
menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan
untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam
bentuk pengorbanan harta untuk keperluan umat.
6. Terkabul Doa-doanya, Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia
mendoa kepada Ku. Maka hendaklah mereka menyambut seruan Ku dan
beriman kepada Ku supaya mereka mengikuti jalan yang benar [Al Baqarah
2:186]. Hamba yang didengar dan dikabulkan doa-doanya hanyalah mereka
yang dekat dengan Nya melalui ibadah untuk selalu menyeru kepada Nya.
7. Menambah Saudara, Ibadah selayaknya dikerjakan secara berjamaah, karena
setiap individu pasti memerlukan individu yang lain dan ibadah yang dikerjakan
secara berjamaah memiliki derajat yang lebih tinggi dari berbagai seginya
terutama terciptanya jalinan tali silaturahim. Dampak dari ibadah tidak hanya
untuk individu tetapi untuk kemajuan semua manusia, jangan pernah putus asa
untuk mengajak orang lain untuk beribadah, karena ia sedang memperluas
lingkungan ibadah dan memperpanjang masanya.
8. Memiliki kejujuran, Dan apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, maka
ingat lah kepada Allah sambil berdiri, sambil duduk dan sambil berbaring atas
rusuk kamu. [An Nisa 4:103]. Ibadah berarti berdzikir (ingat) kepada Allah SWT,
hamba yang menjalankan ibadah berarti ia selalu ingat Allah SWT dan merasa
bahwa Allah SWT selalu mengawasinya sehingga tidak ada kesempatan untuk
berbohong. Kejujuran mengantarkan orang kepada kebaikan dan kebaikan
mengantarkan orang ke surga [HR Bukhari & Muslim].
9. Berhati ikhlas, Dan mereka tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah
kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada Nya dengan lurus. [Al
Bayyinah 98:5]. Allah SWT menilai amal ibadah hambanya dari apa yang

8
diniatkan, lakukanlah dengan ikhlas dan berkwalitas. Jangan berlebihan karena
Allah SWT tidak menyukainya. Binasalah orang yang keterlaluan dalam
beribadah, beliau ulang hingga tiga kali. [HR Muslim].
10. Memiliki kedisiplinan, Ibadah harus dilakukan dengan dawam (rutin dan teratur),
khusyu (sempurna), terjaga dan semangat.
11. Sehat jasmani dan rohani, hamba yang beribadah menjadikan gerakan shalat
sebagai senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca Al Qur an
sebagai sarana terapi kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah hamba yang tekun
dalam ibadah dikaruniakan kesehatan.

E. Ibadah Sosial

Semua ibadah dalam Islam berkaitan erat dengan hubungan sosial


atau hubungan dengan sesama manusia. Di dalam Islam, ibadah sosial lebih
dikenal dengan istilah muamalah atau hubungan antara seorang muslim dengan
lingkungan sekitarnya. Seorang muslim yang baik, dalam melakukan hubungan
muamalah juga tetap mengacu kepada ketentuan syari’ah agamanya.
Perbedaannya hanyalah kepada objek ia melakukan ibadah. Ibadah sosial
menyangkut hubungan antara manusia dengan manusia dalam rangka mencari
keridhaan dari Allah SWT. Melalui interaksi hubungan antara sesama manusia
tersebut, seorang hamba berharap bisa mendapatkan pahala dari amal ibadah
sosial yang telah dilakukannya.
Ada beberapa jenis ibadah sosial yang bisa secara mudah dilakukan oleh
seorang muslim, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sedekah
Sedekah merupakan salah satu jenis ibadah sosial yang menyangkut antara
hubungan seorang manusia dengan manusia. Ibadah yang dilakukan
memberikan nilai kemanfaatan bagi orang yang mendapatkan sedekah.
Sedangkan pelaku sedekah tersebut, berharap mencari pahala dari Allah SWT
sebagai nilai dari ibadah yang sudah dilakukannya. Ibadah sosial ini bisa
mencakup sumbangan orang per orang terhadap pihak yang tidak mampu,
sumbangan bencana sosial dan lain sebagainya yang dilakukan secara ikhlas
tanpa pamrih maka akan dinilai sebagai ibadah sosial yang mendapatkan pahala
di sisi Allah SWT.

9
2. Zakat
Zakat juga menjadi salah satu bentuk ibadah sosial. Zakat hampir sama dengan
sedekah, bedanya hanya pada hukum pelaksanaanya serta ukuran-ukuran yang
ditetapkan berdasarkan jenis benda yang dizakatkan. Zakat hukumnya wajib,
sedangkan sedekah sunnah. Jika kita menunaikan ibadah zakat, maka harus
dijelaskan dikeluarkan oleh siapa dan berapa jumlahnya. Berbeda dengan
sedekah. Sedekah yang sembunyi-sembunyi lebih baik dibanding dengan
sedekah yang dipublikasikan, terlebih nama si pemberi sedekah dengan jelas
dan diketahui banyak orang. Zakat merupakan salah satu bentuk ibadah sosial
yang mampu mengentaskan kemiskinan ummat. Buka n hanya ummat Islam,
apabila semua orang mau menunaikan zakat, maka ummat manusia akan
makmur, meskipun mereka bukan muslim. Inilah yang sudah ditunjukkan di masa
kegemilangan Khalifah Ummar bin Abdul Azis, dimana pada saat itu ummat
Islam tidak lagi memiliki objek zakat, semua orang sudah makmur karena
pelaksanaan ibadah sosial zakat tersebut. Permasalahan sosial kemiskinan yang
ada saat ini salah satunya adalah karena tidak berjalannya ibadah sosial zakat
tersebut di tengah masyarakat khususnya ummat Islam. Zakat mal merupakan
salah satu zakat yang sangat efektif untuk menyelesaikan berbagai persoalan
kemiskinan negara-negara Islam.

Di samping dua jenis ibadah sosial di atas, membangun hubungan yang baik
dengan tetangga dan masyarakat merupakan bentuk-bentuk lain dari ibadah
sosial. Segala macam bentuk interaksi sosial yang diniatkan semata-mata untuk
mencari keridhaan Allah SWT, maka hal tersebut bisa bernilai ibadah. Ibadah
sosial menjadi bukti bahwa Islam adalah agama yang memberi rahmat bagi
seluruh alam.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan dari isi dalam makalah di atas dapat disimpulkan
bawha:
1. Ibadah merupakan penghambaan diri kita sebagai makhluk dan Allah sebagai
Tuhan kita atau dengan kata lain segala sesuatu yang kita kerjakan dalam
rangka mentaati perintah-perintah-Nya.
2. Ibadah terdiri dari ibadah khusus atau ibadah mahdah dan ibadah umum atau
gair mahdah.
3. Hikmah ibadah diantaranya adalah tidak syirik, memiliki ketakwaan, terhindar
dari kemaksiatan, berjiwa sosial, tidak kikir, terkabul doa-doanya, memiliki
kejujuran, berhati iklas, memiliki kedisiplinan, sehat jasmani dan rohani.
4. Semua ibadah dalam Islam berkaitan erat dengan hubungan sosial atau
hubungan dengan sesama manusia Di dalam Islam, ibadah sosial lebih dikenal
dengan istilah muamalah atau hubungan antara seorang muslim dengan
lingkungan sekitarnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://islamidia.com/kelebihan-manusia-dibanding-makhluk-lainnya/

https://islamindonesia.id/hikmah/keistimewaan-manusia-dalam-alquran.htm

https://islamidia.com/kelebihan-manusia-dibanding-makhluk-lainnnya/

http://covalenters.blogspot.com/2012/11/tanggung-jawab-manusia-sebagai-khalifah.html

https://fajar310.blogspot.com/2017/12/fungsi-dan-peranan-manusia-dalam-islam.html

https://www.researchgate.net/publication/335825647_hakikat_manusia_menurut_islam

https://www.slideshare.net/mobile/wachidatinsays/agama-hakikat-manusia-menurut-
islam

https://media.neliti.com/media/publications/82677-ID-hakikat-manusia-menurut-
pandangan-islam.pdf

https://www.bloggerkalteng.id/p/dan-aku-tidak-menciptakan-jin-dan.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai