Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

IBADAH DAN MUAMALAH

Dosen Pengampu :
M. Ali Imron M.Pd

Disusun oleh
Kelompok 2

Sri Lestari (22042811116)


Vivi Suci Lestari (22042811127)
Akrinophara Yonatin (22042811006)
Nurul Hidayah (22042811081)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MERANGIN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam, semoga sholawat dan salam
dilimpahkan kepada Hamba dan Rosull-Nya Muhammad SAW juga kepada keluarga dan
segenap sahabatnya.
Atas berkat rahmat, hidayah dan pertolongan Allah, makalah ini bisa kami selesaikan,
dan makalah ini hanyalah sebagai pengantar bagi mahasiswa yang ingin mempelajari "Ibadah
dan Muamalah" sehingga karena baru sebagai pengantar maka diharapkan mahasiswa membaca
buku-buku lain untuk melengkapi pengalamannya.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari banyak kesalahan dan kekurangan-kekurangan
yang telah kami sampaikan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu kami mohon maaf yang
seikhlas-ikhlasnya.

14 November 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN..............................................................................................................................2

A. Ibadah Dan Muamalah................................................................................................................2

B. Mengenal Madzhab Dalam Hukum Islam..................................................................................5

C. MENGENAL MADZHAB DALAM HUKUM ISLAM............................................................6


D. HAK ASASI
MANUSIA................................................................................................................................8
BAB III

KESIMPULAN..............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT. Dengan segala
pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh
dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah SWT yang
telah memberikannya. Untuk hal tersebut manusia harus mendapatkan suatu bimbingan
sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah SWT.
Sebagian dari syariat terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah khusus maupun
ibadah umum. Sumber syariat adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan hal-hal yang
belum diatur secara pasti di dalam kedua sumber tersebut digunakan ra’yu (Ijtihad). Ibadah
dan muamalah dapat dilaksanakan apabila pada diri seseorang telah tertanam Aqidah atau
keimanan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan ibadah dan muamalah?


2. Apa saja madzhab dalam hukum islam dan penjelasannya?
3. Bagaimana HAM dalam presfektif islam?

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. IBADAH

Ibadah berasal dari kata ‘abd yang artinya abdi, hamba, budak, atau pelayan. Jadi ibadah
berarti, pengabdian, penghambaan, pembudakan, ketaatan, atau merendahkan diri. Ibadah
secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Ibadah dapat juga diartikan
sebagai peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung (ritual) antara manusia
dengan Allah Swt. Selain itu juga terdapat berbagai definisi ibadah lainnya, yaitu:
(1)   Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui tutunan
atau contoh dari para Rasul-Nya.
(2)   Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Swt, yaitu rasa tunduk dan patuh yang
paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

Pembagian Ibadah
Ada begitu banyak buku, artikel, dan karya yang membahas tentang pembagian ibadah.
Yaitu:
(1)   Ibadah Hati
Ibadah ini ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati) berupa rasa khauf (takut), raja’
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan
rahbah (takut).
(2)   Ibadah Lisan dan Hati
Ibadah ini adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati) berupa tasbih, tahlil, takbir,
tahmid dan syukur.
(3)   Ibadah Badan (Fisik) dan Hati
Ibadah ini adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati) berupa shalat, zakat, haji,
dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati).

Ada juga yang membagi ibadah menjadi:

v
1) Ibadah Mahdlah. Semua perbuatan ibadah yang pelaksanaannya diatur dengan ketentuan
yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dan sunnah. Contoh, shalat harus mengikuti petunjuk
Rasulullah saw dan tidak dibenarkan untuk menambah atau menguranginya, begitu juga
puasa, haji dan yang lainnya. Ibadah mahdlah ini dilakukan hanya berhubungan dengan Allah
saja (hubungan ke atas/ Hablum Minallah), dan bertujuan untuk mendekatkan diri (taqarrub)
kepada Allah Swt. Ibadah ini hanya dilaksanakan dengan jasmani dan rohani saja, karenanya
disebut ‘ibadah badaniyah ruhiyah.
2) Ibadah Ghairu Mahdlah, yaitu ibadah yang tidak hanya sekedar menyangkut hubungan
dengan Allah, tetapi juga menyangkut hubungan sesama makhluk (Hablum Minallah Wa
Hablum Minannas), atau di samping hubungan ke atas, juga ada hubungan sesama makhluk.
Hubungan sesama makhluk ini tidak hanya sebatas pada hubungan sesama manusia, tetapi
juga hubungan manusia dengan lingkungan alamnya (hewan dan tumbuhan).
3) Ibadah Dzil-Wajhain, yaitu ibadah yang memiliki dua sifat sekaligus, yaitu ibadah
mahdlah dan ibadah ghairu mahdlah, seperti nikah.

Syarat Ibadah Dalam Islam


(1) Iman
Ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan iman kepada ALLAH SWT.
(2) Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw.
Ittiba' adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut
wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-
ibadah yang diada-adakan. Rasulullah merupakan utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-
Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati
perintahnya.
(3) Ikhlas
Ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan ikhlas, artinya apapun bentuk
ibadah dan pekerjaan yang kita lakukan harus ikhlas semata karena ALLAH SWT.

vi
Sifat dan Ciri Ibadah dalam Islam
Mustafa Ahmad al-Zarqa, seorang ahli ilmu fikih menyebutkan beberapa sifat yang
menjadi ciri-ciri ‘ibadah yang benar adalah:
1. Bebas dari perantara. Dalam beribadah kepada Allah Swt, seorang muslim tidak
memerlukan perantara, akan tetapi harus langsung kepada Allah.
2. Tidak terikat kepada tempat-tempat khusus. Secara umum ajaran Islam tidak
mengharuskan penganutnya untuk melakukan ‘ibadah pada tempat-tempat khusus,
kecuali ‘ibadah haji. Islam memandang setiap tempat cukup suci sebagai tempat
‘ibadah.
3. Tidak memberatkan dan tidak menyulitkan, sebab Allah Subhanahu wa ta’ala senantiasa
menghendaki kemudahan bagi hamba-Nya dan tidak menghendaki kesulitan.

B. Muamalah
Pengertian muamalah dalam Islam adalah suatu kegiatan yang mengatur hal-hal yang
berhubungan dengan tata cara hidup hidup sesama umat manusia untuk memenuhi keperluan
hidup sehari-hari. Sedangkan, yang termasuk dalam kegiatan muamalah di antaranya ialah
jual beli, sewa menyewa, utang piutang, dan lain sebagainya. Sederhananya, muamalah
diartikan sebagai hubungan antar manusia dengan manusia untuk saling membantu agar
tercipta masyarakat yang harmonis. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam Alquran
surah Al-Maidah ayat 2, yang artinya:"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
(QS Al-Maidah:2)

Pengertian muamalah menurut istilah syariat Islam adalah suatu kegiatan yang mengatur
hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan sesama umat manusia. Adapun muamalah secara
etimologi memiliki makna yang sama dengan al-mufa’ala yaitu saling berbuat, yang berarti
hubungan kepentingan antar seseorang dengan orang lain.

vii
Jenis-jenis Muamalah
Umat Islam dalam melakukan kegiatan sehari-hari selalu berpegang teguh pada
norma-norma ilahiyah, begitu juga dalam muamalah. Hal ini sebagai upaya untuk melindungi
hak masing-masing pihak dalam bermuamalah. Melansir dari repository.uin-suska.ac.id,
muamalah dibagi menjadi beberapa jenis, di antaranya sebagai berikut:
1. Syirakh
Dalam ilmu muamalah, syirah merupakan suatu akad di mana dua pihak yang
melakukan kerjasama dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Selain itu, syirakh
juga bisa dimaknai mencampurkan dua bagian menjadi satu, sehingga tidak bisa
dibedakan antara satu dengan yang lainnya.
Adapun rukun syirakh di antaranya barang harus halal, objek akad harus pekerjaan dan
modal, dan pihak pelaku akad harus memiliki kecakapan melakukan pengelolaan harta.
2. Jual Beli
Dalam hukum Islam, kegiatan ekonomi memiliki arti suatu kegiatan atau
kesepakatan dalam menukar barang dengan tujuan untuk dimiliki selamanya. Adapun
beberapa syarat saat proses jual beli di antaranya berakal sehat, transaksi dilakukan atas
dasar kehendak sendiri, dan penjual maupun pembeli harus punya akal, baligh, dan lain
sebagainya
3. Sewa Menyewa
Sewa menyewa atau dalam Islam disebut akad ijarah merupakan suatu imbalan yang
diberikan kepada seseorang atas jasa yang telah diberikan, seperti kendaraan, tenaga,
tempat tinggal, dan pikiran. Adapun beberapa syaratnya ialah barang yang disewakan
menjadi hak sepenuhnya dari pihak pemberi sewa, kedua belah pihak harus berakal
sehat, dan manfaat barang yang disewakan harus diketahui jelas oleh penyewa.
4. Hutang Piutang
Hutang piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada orang dengan catatan
suatu saat nanti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Beberapa rukun hutang piutang di
antaranya harus ada barang atau harta, adanya ijab qabul, dan adanya pemberi hutang
atau penghutang. Salah satu hal yang harus dihindari ialah menjahui riba.

viii
Riba adalah penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian
berdasarkan presentase dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada peminjam.
Riba secara bahasa memiliki arti ziyadah atau tambahan. Adapun pengertian riba
menurut Syekh Abu Yahya Al-Anshary didefinisikan sebagai berikut, yang artinya:
"Riba adalah suatu akad pertukaran barang tertentu yang tidak diketahui padanannya
menurut timbangan syara’ yang terjadi saat akad berlangsung atau akibat adanya
penundaan serah terima barang baik terhadap kedua barang yang dipertukarkan atau
salah satunya saja." (Syekh Abu Yahya Zakaria Al-Anshary, Fathul Wahâb bi Syarhi
Manhaji al-Thullâb).

Tujuan Muamalah
Tujuan muamalah adalah terciptanya hubungan yang harmonis antara sesama
manusia, sehingga tercipta masyarakat yang rukun dan tentram. Adapun hubungan ini berupa
jalinan pergaulan, saling menolong dalam kebaikan dalam upaya menjalankan ketaatannya
kepada Allah SWT. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa Allah memerintahkan hamba-
Nya untuk saling membantu dalam perbuatan baik dan melarang untuk saling mendukung
dalam berbuat kejahatan, kebathilan, dan kedholiman. Oleh karena itu, setiap manusia
dianjurkan untuk selalu menjaga hubungan baik dengan manusia lainnya.

C. MENGENAL MADZHAB DALAM HUKUM ISLAM

Menurut bahasa Arab, “madzhab”  (‫)مذهب‬berasal dari shighah masdar mimy (kata sifat)


dan isim makan (kata yang menunjukkan keterangan tempat) dari akar kata fiil
madhy   “dzahaba” (‫ )ذهب‬yang bermakna pergi. Jadi, mazhab itu secara bahasa artinya, “tempat
pergi”, yaitu jalan (ath-thariq).Sedangkan menurut istilah ada beberapa rumusan:
1. Menurut M. Husain Abdullah, madzhab adalah kumpulan pendapat mujtahid yang
berupa hukum-hukum Islam, yang digali dari dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai
kaidah (qawa’id) dan landasan (ushul) yang mendasari pendapat tersebut, yang saling
terkait satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

ix
2. Menurut A. Hasan, mazhab adalah mengikuti hasil ijtihad seorang imam tentang hukum
suatu masalah atau tentang hukum suatu masalah atau tentang kaidah-kaidah
istinbathnya.
       Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan mazhab
adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam mujtahid dalam memecahkan
masalah; atau mengistinbathkan hukum Islam. Disini bisa disimpulkan pula bahwa mazhab
mencakup;(1) sekumpulan hukum-hukum Islam yang digali seorang imam mujtahid; (2) ushul
fiqh yang menjadi jalan (thariq) yang ditempuh mujtahid itu untuk menggali hukum-hukum
Islam dari dalil-dalilnya yang rinci.

Macam- Macam Mazhab dalam Ilmu fiqih :


1. Madzhab Hanafi
Madzhab Hanafi didirikan oleh An Nu’man bin Tsabit atau Al-Imam Abu Hanifah
(80-150 H). Beliau berasal dari Kufah dan hidup di masa Daulah Bani Umaiyah dan
Daulah Bani Abbasiyah. Imam Abu Hanifah adalah ulama yang terkenal karena lebih
mengedepankan logika sebagai dalil. Adapun yang menjadi dasar Madzhab Imam Abu
Hanifah adalah beberapa dasar hukum Islam yang meliputi Al Qur’an, As-Sunnah, Ijma’,
Qiyas, dan Istihsan.

2. Madzhab Maliki

Madzhab Maliki didirikan oleh Malik bin Anas bin Abi Amir Al Ashbahi atau
Al-Imam Malik (93-179 H). Beliau merupakan Imam penduduk Madinah dan hidup di
masa Daulah Bani Umaiyah dan Daulah Bani Abbasiyah. Dasar madzhab Imam Malik
adalah Al Qur’an, As-Sunnah, Ijma’, Qiyas, Amal ahlul madinah, perkataan sahabat,
Istihsan, Saddudzarai’, muraatul khilaf, Istishab, maslahah mursalah, dan syaru man
qablana (syariat nabi terdahulu). Imam Malik adalah seorang ahli hadis dan fiqih.
Kitabnya yang terkenal adalah Al Muwattha yang memuat tentang hadits dan fiqih.

3. Madzhab Syafi’i

x
Madzhab Syafi’i didirikan oleh Muhammad bin Idris Asy Syafi’i atau Al-Imam
Asy-Syafi’i (150-204 H). Beliau berasal dari Gaza, Palestina. Imam Syafi’i dikenal
sebagai seorang mujtahid mutlak, imam fiqih, hadits, dan ushul. Dasar madzhab Imam
Asy-Syafi’i adalah sumber syariat Islam yaitu Al Qur’an dan As-Sunnah, Ijma’, serta
Qiyas.

Beberapa dasar yang tidak dijadikan rujukan oleh Imam Asy-Syafi’i adalah sebagai


berikut.

 perkataan sahabat karena dipandang sebagai ijtihad yang bisa saja salah.
 istihsan karena dianggap menciptakan syari’at
 maslahah mursalah
 perbuatan penduduk Madinah.
Kitab yang pernah disusun oleh Imam Syafi’i adalah kitab Al-Hujjah yang merupakan
madzhab lama dan kitab Al Umm yang merupakan madzhab yang baru.

4. Madzhab Hanbali
Madzhab Hanbali didirikan oleh Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani atau Al-Imam
Ahmad (164-241 H). Beliau lahir dan menghabiskan hidupnya di Baghdad, Irak. Hingga
kini, Imam Ahmad dikenal sebagai seorang ahli hadits dan fiqih. Dasar madzhab Imam
Ahmad adalah Al Qur’an, As-Sunnah, fatwah sahabat, Ijma’, Qiyas, Istishab, maslahah
mursalah, dan saddudzarai’. Beliau menyusun kitab hadis  Al Musnad yang berisi kurang
lebih 40.000 hadis. Karena keahliannya dalam hadits, Beliau menaikkan derajat hadits
mursal dan hadits dhaif menjadi hadits hasan.

D. HAK ASASI MANUSIA

1. Hak Asasi Manusia Menurut UUD

xi
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, yang dimaksud dengan hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
Negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia. 

2. Hak Asasi Manusia Menurut Perspektif Islam


Jauh sebelum dunia Barat memperkenalkan Hak Asasi Manusia alias HAM pada sekitar
abad XVI-XIX, Islam sudah terlebih dahulu memperkenalkan konsep HAM pada 1.300
tahun sebelumnya.
Bahkan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, merupakan salah satu
sosok revolusioner sekaligus pejuang penegak HAM yang paling gigih se antero jagad. Ia
tidak hanya sekedar membawa serangkaian pernyataan HAM yang tertuang dalam kitab suci
(Al-Qur’an), namun juga memperjuangkan dengan penuh pengorbanan dan kesungguhan.
Salah satu kegigihan Nabi dalam memperjuangkan HAM, yakni memurnikan ajaran maupun
kebiasaan yang ada pada zamannya, yakni tradisi masyarakat Arab Jahiliyah di Makkah
yang sangat bertentangan dengan konsep HAM.

Dalam catatan sejarah, Islam juga sudah mengenal apa yang disebut dengan HAM. Salah
satunya dibuktikan dengan adanya bentuk perjanjian konkrit yang disebut sebagai Piagam
Madinah pada tahun 622 Masehi.
Bukti lainnya berupa pidato Muhammad bin Abdullah pada tahun 632 Masehi, yang
dikenal dengan sebutan Deklarasi Arafah. Bahkan deklarasi tersebut disebut-sebut sebagai
dokumen tertulis pertama yang berisi tentang HAM. Secara sederhana dapat disimpulkan, jika
dunia internasional baru mengenal HAM ribuan tahun pasca adanya konsep HAM mempuni
yang diprakarsai Islam pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalam
perkembangannya, HAM (Human Rights, bahasa Inggris) diartikan sebagai sebuah konsep
hukum dan normatif yang menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada
dirinya karena ia adalah seorang manusia. HAM berlaku kapanpun, di manapun, dan kepada
siapapun, sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut, juga tidak

xii
dapat dibagi-bagi, saling berhubungan, dan saling bergantung. HAM biasanya dialamatkan
kepada negara dengan kata lain negaralah yang mengemban kewajiban untuk menghormati,
melindungi, dan memenuhi HAM, termasuk dengan mencegah dan menindaklanjuti
pelanggaran yang dilakukan oleh swasta. Dalam terminologi modern, HAM dapat
digolongkan menjadi hak sipil dan politik yang berkenaan dengan kebebasan sipil. Seperti gak
untuk hidup, hak untuk tidak disiksa dan kebebasan berpendapat. Termasuk juga hak
ekonomi, sosial dan budaya yang berkaitan dengan akses ke barang publik. Seperti hak untuk
memperoleh pendidikan yang layak, hak atas kesehatan, dan lainnya. Secara konseptual,
HAM dapat dilandaskan pada keyakinan bahwa hak tersebut ‘dianugerahkan secara alamiah’
oleh alam semesta, nalar atau bahkan Tuhan. Mereka yang menolak penggunaan unsur
alamiah meyakini bahwa hak asasi merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang disepakati
oleh masyarakat.

Selain itu ada pula yang menganggap HAM sebagai perwakilan dari klaim-klaim
kaum yang tertindas, dan pada saat yang sama juga terdapat kelompok yang meragukan
keberadaan HAM sama sekali dan menyatakan bahwa HAM hanya ada karena manusia
mencetuskan dan membicarakan konsep tersebut. Ditinjau dari sudut pandang hukum
internasional, HAM sendiri dapat dibatasi atau dikurangi dengan syarat-syarat tertentu.
Biasanya harus ditentukan oleh hukum, memiliki tujuan yang sah dan diperlukan dalam suatu
masyarakat demokratis. Sementara pengurangan hanya dapat dilakukan dalam keadaan
darurat yang mengancam ‘kehidupan bangsa’. Memang masyarakat kuno tidak mengenal
konsep HAM universal, seperti halnya masyarakat modern. Pelopor dari wacana HAM adalah
konsep hak kodrati yang dikembangkan pada abad pertengahan, dipengaruhi wacana politik
selama Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis. Konsep HAM modern akhirnya muncul pada
paruh kedua abad 20, terutama pasca dirumuskannya Pernyataan Umum tentang HAM di
Paris (Prancis) pada 1948 silam. Sejak saat itu, HAM mengalami perkembangan yang pesat
dan menjadi semacam kode etik yang diterima dan ditegakkan secara global. Pelaksanaan
HAM dalam skala internasional diawasi oleh Dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
sepeti Dewan HAM dan Badan Troktat hingga Komite HAM dan Komite Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya. Sementara di tingkat regional, HAM ditegakkan oleh Pengadilan HAM
Eropa, Pengadilan HAM Antar-Amerika, serta Pengadilan HAM dan Hak Penduduk Afrika.

xiii
Bahkan kovenan internasional tentang hak-hak sipil dan politik hingga hak ekonomi, sosial
dan budaya sendiri sudah diratifikasi oleh hampir semua negara di dunia, termasuk Indonesia.

Bahkan empat negara di kawasan Asia Tenggara, yakni Brunai Darussalam, Indonesia,
Malaysia dan Singapura. Diwakili menteri agama masing-masing, sepakat mewujudkan
resolusi yang berisi tujuh poin tentang HAM dalam perspektif Islam.

 Pertama, umat Islam diharapkan melengkapi diri dengan ilmu dan keterampilan yang
tepat melalui sumber terpercaya untuk menghadapi berbagai doktrin dan tantangan baru.
Hal itu demi memastikan hak-hak yang diperjuangkan sesuai prinsip dan bebas dari unsur
yang bertentangan dengan Islam.
 Kedua, perlunya memberdayakan komitmen kehidupan beragama sebagai satu cara
hidup, demi memastikan setiap individu muslim mampu menyikapi realitas kehidupan
saat ini yang berporos kepada prinsip dan panduan ajaran Islam.
 Ketiga, mencari titik persamaan atas nilai-nilai kemanusiaan seperti martabat dan
kehormatan, kemerdekaan dan kebebasan, kesetaraan dan kesamaan, serta persaudaraan
sebagai dasar kesempatan untuk bekerjasama menangani isu-isu hak asasi manusia yang
sejalan dengan Islam.
 Keempat, menyebarluaskan pemahaman tentang Islam sebagai satu sistem nilai dan etika,
yang berkontribusi kepada kebaikan bersama.
 Kelima, Memperkuat perjuangan hak asasi manusia yang sejalan dengan tuntutan Islam,
berdasarkan strategi menekankan prinsip-prinsip Islam sebagai sistem etika tentang
HAM, meningkatkan pemahaman masyarakat terkait prinsip HAM sesuai etika Islam,
serta meningkatkan efektivitas jaringan kerjasama antarotoritas agama di setiap negara,
organisasi dan individu, demi memperkuat perjuangan isu-isu hak asasi dari perspektif
Islam.
 Keenam, siap menjalin kolaborasi program penjelasan HAM dari sudut pandang Islam
melalui kerja sama strategis di antara negara anggota.
 Ketujuh, forum menyepakati penulisan konsep HAM dari sudut pandang Islam yang
dibentangkan dalam konferensi ini dapat diterbitkan atas nama MABIMS (Forum Menteri
Agama Brunai, Indonesia, Malaysia dan Singapura) sebagai sumber informasi bagi para

xiv
peneliti yang bisa dijadikan referensi di tingkat negara anggota, serta masyarakat
antarbangsa.

3. Definisi Hak Asasi Manusia Dan Konsepnya Dalam Islam

Definisi HAM sampai saat ini belum ada yang baku, pengertian dan perkembangan
tentang hak tersebut selalu berubah sesuai dengan dinamika dari manusia itu sendiri. Bila di
lihat dari definisi yang ada, pada hakikatnya membicarakan hak-hak yang ada pada manusia
sebagai makhluk hidup. dapat dipahami bahwa HAM adalah berbagai fasilitas dasar yang
diberikan oleh Tuhan kepada umat manusia, yang diantara sesama manusia tersebut
memiliki fasilitas yang sama. Hanya pada level praktisnya, antara yang satu dengan yang
lainnya akan ditemukan banyak perbedaan. Hal ini tergantung pada sejauh mana manusia itu
sendiri mampu mengusahakan hak tersebut secara optimal. Misalnya manusia sama-sama
mempunyai hak hidup pada kenyatannya kehidupan manusia itu ada yang hidupnya dapat
memberi manfaat kepada orang lain, ada juga yang hidupnya justru membahayakan
(merugikan) bagi orang lain. fiqih abad pertengahan. Dalam fiqih kategori haaq Al-Abd.,
hak individu muslim, kasus yang tindakan hukumnya terdapat pelanggaran diserahkan
kepada kebijaksanaan pihak yang dirugikan, berbeda dengan kategori hak Tuhan, haaq Allah
yang tindakan hukumnya harus dilakukan dengan perintah. Satu prinsip fiqih yang dapat
disamakan dengan hak dalam penger-tian moderen adalah hak pemilik harta untuk
mendapatkan bantuan hukum terhadap gangguan atas hartanya.

Menurut Dr. Syekh Syaurat Hussain, terdapat dua macam HAM jika dilhat dari
ketegori huquuqul' ibad yaitu Pertama : HAM yang keberadaanya dapat diselenggarakan
oleh suatu negara (Islam). Kedua : HAM yang keberadaannya tidak secara langsung dapat
dilaksana-kan oleh suatu Negara. Adapun Islam telah memberikan jaminan pada kebebasan
manusia. Dalam Al Qur'an Allah menegaskan bahwa memeluk agama tidak dipaksakan,
sebab telah jelas yang baik dan buruk itu. Demikian juga kebebasan berpendapat, Islam
meletakkan kedudukannya pada posisi tinggi, bila berangkat dari niat suci semata karena
Allah. Oleh karena itu banyak ayat- ayat Al Qur'an yang mendo-rong umat Islam agar
menggunakan logika (ya'qiluun), berfikir (yatafakkaruun) dan berkontemplasi
(yatadabbaruun). Sampai abad ke-1 8 bangsa-bangsa di dunia masih meletakkan sekatsekat
yang kokoh dalam kelas dan kasta. Namun kehadiran Islam sejak lebih empat belas abad

xv
lampau telah menghilangkan dinding pemisah itu dengan semangat persamaan
(egalitarianisme) sebelum bast melakukannya.

Dalam hal ini mnegenai persamaan tersebut, termaktub dalam QS. Al Hujarat (49) : 13,
Yaitu Artinya

"Hai sekalian manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah adalah yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Menge- tahui lagi Maha Mengenal”.

Kemudian semasa kerasulan nabi Muhammad SAW yang bersamaan pula dengan
para sahabat, membebaskan system perbudakan yang marak saat itu. Tanpa membedakan
warna kulit, suku, ras maupun agama. Ajaran persamaan itu telah berhasil membentuk watak
para sahabat nabi yang umumnya semula sangat feodal dan aristrokat, begitu tinggi men-
junjung hak asasi manusia. Dengan mengacu kepada landasan Yuridis diatas, dipahami
bahwa pada dasarnya Islam, sejak awal telah mengedepankan konsep hak asasi manusia.
Dan konsep HAM bukanlah hasil evaluasi apapun dari pemikiran manusia, namun
merupakan hasil wahyu Ilahi yang telah diturunkan melalui RasulNya.

xvi
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, maka dapat  kami simpulkan bahwa muamalah  mengatur hal-
hal yang berhubungan dengan tata cara hidup hidup sesama umat manusia untuk memenuhi
keperluan hidup sehari-hari. Sedangkan, yang termasuk dalam kegiatan muamalah di
antaranya ialah jual beli, sewa menyewa, utang piutang, dan lain sebagainya. Kemudian
dalam ibadah ini manusia tidak terlepas seperti puasa, zakat, haji,  dan shalat baik sholat wajib
lima waktu maupun sholat sunnah yang dikerjakan sesudah dan sebelum sholat wajib.
Sedangkan masalah mu’amalah (hubungan kita dengan sesama manusia dan
lingkungan), masalah-masalah dunia, seperti makan dan minum, pendidikan, organisasi, dan
ilmu pengetahuan dan teknologi, berlandaskan pada prinsip selama tidak ada larangan yang
tegas dari Allah swt dan Rasul-Nya.
Lalu mazhab yang merupakan hasil ijtihad seorang imam yang berisi pokok pikiran
atau dasar tentang hukum suatu masalah untuk menyelesaikan masalah tersebut.
HAM dan konsepnya dalam islam merupakan hak-hak yang ada pada manusia sebagai
makhluk hidup. dapat dipahami bahwa HAM adalah berbagai fasilitas dasar yang diberikan
oleh Tuhan kepada umat manusia, yang diantara sesama manusia tersebut memiliki fasilitas
yang sama.

xvii
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1240/sdgs_10/1

https://alkhairat.ac.id/blog/ham-dalam-perspektif-islam/

https://media.neliti.com/media/publications/240340-hak-asasi-manusia-ham-dalam-islam-
c8066bfe.pdf

xviii

Anda mungkin juga menyukai