Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP KESALAHAN-KESALAHAN DALAM MENGEMBANGKAN DIRI


PESERTA DIDIK

Dosen Pengampu :
Ali Imron M.Pd

Disusun oleh
Bunga Pefriani ( 22042281017)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MERANGIN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmatnya Penyusun dapat meyelesaikan Makalah Ini Tepat Waktu Tanpa Ada Halangan
Yang Berartikan dan sesuia dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak DIVA APRI MULYA, M.Pd
Sebagai dosen Pengampu Mata Kuliah KONSEP DASAR IPA yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masihh banyak kekurangan
karena keterbatasan ini.
Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini.
Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bangko , Oktober 2022

Bunga Pefriani
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1

C.    Tujuan Penulisan.............................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

A.    Kesalahan-kesalahan yang Sering Dilakukan Guru Ketika Mengajar...........................3

B.     Solusi-solusi Mengatasi Kesalahan-kesalahan yang Sering Dilakukan Guru Ketika


Mengajar.................................................................................................................................3

C.    Guru yang Hebat dan Profesional...................................................................................6

BAB III.......................................................................................................................................8

PENUTUP..................................................................................................................................8

A.  Simpulan...........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Guru merupakan sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki peran andil yang
sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara
optimal. Ketika orang tua mendaftarkananaknya ke sekolah, pada saat itu juga ia
menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal. Minat,
bakat, kemampuan, dan potensi peserta didik tidak akan berkembang seca
Guru sepatutnya menjadi sosok panutan para siswa. Sehingga, patut ditiru tingkah
lakunya dari pada mengikuti kelakuan para artis yang kerap tampil di layar kaca. Guru
dengan kesahajaannya merupakan poin plus seorang pendidik, di samping penguasaan
terhadap berbagai ilmu pengetahuan tentunya. Tapi, alangkah tidak idealnya jika seorang
guru memperlihatkan perilaku-perilaku yang tidak pantas di hadapan muridnya. Bukan
hanya satu dua hal saja, tapi banyak sekali. Ini tentu saja membuat kita miris dengan
nasib moral generasi penerus bangsa ini, padahal pemerintah sering malakukan berbagai
upaya peningkatan kualitas guru, antara lain melalui pelatihan, seminar dan lokakarya,
bahkan melalui pendidikan formal, dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih
tinggi. Seharusnya dari latar belakang pendidikan guru tersebut mestinya dapat
berkorelasi positif dengan kualitas pendidikan juga dengan faktor lain yang
mempengaruhinya.
Namun tidak demikian dalam pelaksanaannya, dalam praktek pendidikan sehari-hari,
masih banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam menunaikan tugas dan
fungsinya. Kesalahan-kesalahan tersebut sering kali tidak sadari oleh para guru, bahkan
masih banyak diantaranya yang menganggap hal biasa. Padahal sekecil apapun kesalahan
yang dilakukan guru, khususnya dalam pembelajaran akan berdampak negative terhadap
perkembangan peserta didik. Sebagai manusia biasa, tentu saja guru tidak akan terlepas
dari kesalahan baik dalam melaksanakan tugas pokok mengajar. Namun bukan berarti
kesalahan guru harus dibiarkan dan tidak dicarikan cara pemecahannya.
Guru harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat
salah, dan yang paling penting adalah mengendalikan diri serta menghindari dari
kesalahan-kesalahan.
Untuk itulah makalah ini penulis susun sebagai bahan kajian bagi guru atau pendidik
agar dapat berperilaku dan bersikap profesional dalam menjalankan tugas mulia ini. Atas
latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka penulis menyusun makalah dengan
judul “KESALAHAN-KESALAHAN YANG SERING DILAKUKAN GURU
KETIKA MENGAJAR DAN SOLUSINYA MENJADI GURU HEBAT DAN
PROFESIONAL”

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Kesalahan-kesalahan apa saja yang umumnya sering dilakukan guru ketika mengajar ?
2.      Bagaimana solusi-solusi mengatasi kesalahan-kesalahan yang umumnya sering
dilakukan guru ketika mengajar ?
3.      Seperti apa guru yang hebat dan profesional ?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui kesalahan-kesalahan yang umumnya sering dilakukan guru ketika
mengajar agar para calon guru yang akan datang tidak malakukan ataupun dapat
meminimalisir kesalahan-kesalahan tersebut.
2.      Mengetahui solusi-solusi mengatasi kesalahan-kesalahan yang umumnya sering
dilakukan guru ketika mengajar.
3.      Mengetahui gambaran guru yang hebat dan profesional.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kesalahan-kesalahan yang Sering Dilakukan Guru Ketika Mengajar


Kesalahan-kesalahan guru yang sering dilakukan guru ketika mengajar diantaranya
adalah sebagai berikut : 
1.      Jalan Pintas dalam Pembelajaran.
Mengajar tanpa persiapan tidak hanya akan merugikan peserta didik, tapi juga guru
sebagai tenaga profesional. Seharusnya guru memandang pembelajaran sebagai suatu
sistem, dimana jika salah satu komponennya terganggu tentu akan mengganggu
seluruh sistem. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran. Akibatnya, pembelajaran
di kelas berlangsung seadanya dan tanpa arah.

2.      Pendidik kurang memberi perhatian dan penghargaan bagi peserta didik. Baik,
memberi perhatian dan pendekatan bagi peserta didik yang bermasalah, dan memberi
penghargaan yang pantas pada peserta didik yang berperilaku baik.  Biasanya guru
akan memberikan perhatian kepada peserta didik ketika ribut, tidak memperhatikan,
atau mengantuk di kelas, sehingga menunggu peserta didik berperilaku buruk terlebih
dahulu.

3.      Menegakkan disiplin atau memberi hukuman yang tidak sesuai dengan kesalahan
(destruktif disiplin).
Seringkali guru meberikan hukuman kepada peserta didik tanpa melihat latar belakang
kesalahan yang dilakukannya. Tidak jarang guru yang memberikan hukuman
melampaui batas kewajaran pendidikan dan banyak guru yang memberikan hukuman
kepada peserta didik tidak sesuai dengan jenis kesalahan. Kesalahan-kesalahan dalam
penegakan disiplin akan mengakibatkan fatal bagi keselamatan pendidik itu sendiri,
karena peserta didik sudah merasa dirusak kepribadian serta harga diri mereka.

4.      Mengabaikan Keragaman Peserta Didik.


Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan,
kelemahan, minat dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar
belakang sosial ekonomi dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam
aktivitas, kreativitas, intelegensi dan kompetensinya. Pendidik seharusnya dapat
mengidentifikasi perbedaan individual peserta didik dan menetapkan karakteristik
yang menjadi ciri kelasnya, dari ciri-ciri individual itulah yang menjadi karakteristik
yang seharusnya pendidik memulai pelajaran. Dalam hal ini, guru juga harus
memahami ciri-ciri peserta didik yang harus dikembangkan dan yang harus diarahkan
kembali.

5.      Menganggap Peserta Didik Selalu Bodoh.


Pendidik selalu merasa dirinya paling pintar dan merasa bahwa peserta didik yang
dihadapinya lebih bodoh dibandingkan dirinya. Peserta didik dipandang sebagai gelas
yang perlu diisi air ke dalamnya. Perasaan ini sangat menyesatkan. Peserta didik
sekarang dapat belajar melalui internet dan berbagai media massa yang mungkin
pendidik itu sendiri belum pernah mencoba.

6.      Memperlakukan Peserta Didik Secara Tidak Adil.


Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik secara adil dan merata, sehingga mereka dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam prakteknya banyak pendidik yang
tidak adil sehingga dapat merugikan peserta didik. Dan ini merupakan kesalahan guru
yang sering dilakukan, terutama dalam penilaian. Biasanya ketidakadilan dikarenakan
faktor-faktor tertentu yaitu, karena kekayaan yang peserta didik punya, kecantikan dan
kecerdasan dan lain-lain.

7.      Memaksa hak peserta didik.


Pendidik sering kali memaksa peserta didik untuk mendapatkan
keuntungan. Menunggu peserta didik berperilaku negatif. Memaksa hak peserta didik
merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, sebagai akibat dari kebiasaan guru
berbisnis dalam pembelajaran, sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
keuntungan. Guru boleh saja memiliki pekerjaan sampingan, memperoleh penghasilan
tambahan, itu sudah menjadi haknya, tetapi tindakan memaksa bahkan mewajibkan
peserta didik untuk membeli buku tertentu, sangat fatal serta kurang bisa digugu dan
ditiru. Sebatas menawarkan boleh saja, tetapi kalau memaksa kasihan bagi orang tua
yang tidak mampu.

     Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan guru tidak hanya yang disebutkan di atas
ada pula kesalahan-kesalahan yang lain yang perlu kita analisis dan perhatikan agar
kesalahan-kesalahan tersebut tidak dapat terulang kembali, yaitu sebagai berikut :
1.         Melupakan sistematika dalam menyampaikan materi ajar.
2.         Menerangkan membelakangi siswa.
3.         Memberikan tugas berlebihan.
4.         Metode yang monoton.
5.         Tidak menggunakan penggunaan media.

B.     Solusi-solusi Mengatasi Kesalahan-kesalahan yang Sering Dilakukan Guru


Ketika Mengajar

Kesalahan-kesalahan tersebut sering muncul sebagai akibat dari kekurang pahaman


guru terhadap bidang tugasnya. Hal ini dikarenakan guru tersebut tidak memiliki tingkat
penguasaan kompetensi guru dengan baik. Kesalahan-kesalahan tersebut mestinya dapat
diminimalisir bahkan dieliminasi atau dihilangkan, apabila guru yang bersangkutan
memahami pokok-pokok permasalahan yang akan dan sedang terjadi selama dalam
proses pembelajaran disekolah. Untuk mengatasi berbagai macam bentuk kesalahan
tersebut diatas, berikut ini akan diuraikan sebagian kecil solusi pemecahannya.
1.      Jalan Pintas dalam Pembelajaran
Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, guru hendaknya
memandang pembelajaran sebagai suatu system, yang jika salah satu komponennya
terganggu, maka akan menggangu seluruh system tersebut. Sebagai contoh, guru
harus selalu membuat dan melihat persiapan setiap mau melakukan kegiatan
pembelajaran, serta merevisi sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan
perkembangan zamannya. Harus selalu diingat mengajar tampa persiapan merupakan
jalan pintas, dan tindakan yang berbahaya, yang dapat merugikan perkembangan
peserta didik. Pengembangan rencana persiapan pengajaran (RPP) mutlak diperlukan.
Dan didalam pelaksanaannya guru harus terampil dalam mengelola organisasi kelas
sesuai dengan kemampuannya untuk mencapai akhir dari tujuan materi yang
diajarkannya. Solusinya Salah satu ciri keprofesionalan seorang guru adalah
menyusun perencanaan pembelajaran secara benar. Perencanaan yang baik merupakan
awal pelaksanaan yang baik.[3] "Ingin berhasil dalam mengajar, buat persiapan secara
matang!" Persiapan mengajar itu ibarat skenario dalam film. Tidak akan ada film yang
baik dan enak ditonton tanpa skenario yang baik. Begitu pula dalam proses
pembelajaran, tidak akan ada pembelajaran yang berhasil tanpa persiapan yang benar.

2.      Pendidik kurang memberi perhatian dan penghargaan bagi peserta didik


(Menunggu peserta didik berperilaku negatif).
Solusinya adalah dengan memperhatikan perilaku peserta didik yang menyimpang,
dan mengeliminasi perilaku tersebut agar tidak terulang lagi. Memberi pujian dan
penghargaan bagi peserta didik, karena sudah

3.      Menggunakan destructive disicpline.


Kesalahan-kesalaha seperti yang diuraikan diatas dapat mengakibatkan penegakan
disiplin menjadi kurang efektif, dan merusak kepribadian dan harga diri peserta didik.
Agar guru tidak melakukan kesalahan-kesalahan dalam menegakkan disiplin ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
·       Disiplinkan peserta didik ketika anda dalam keadaan tenang
·       Gunakan disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran
·        Hindari menghina dan mengejek peserta didik
·       Pilihlah hukuman yang bisa dilaksanakan secara tepat
·        Gunakan disiplin sebagai alat pembelajaran.

4.      Mengabaikan perbedaan peserta didik.


Tanpa disadari atau tidak dalam setiap proses pembelajarannya, seorang guru kerap
sekali mengabaikan perbedaan peserta didiknya. Hal tersebut terlihat dari penggunaan
metode pembelajaran yang kurang bervariasi. Anak didik yang kita hadapi, masing-
masing memiliki tingkat kemampuan dan kompetensi yang berbeda dalam menyerap
pelajaran. Oleh sebab itu penggunaan metode yang bervariasi sangat dianjurkan.
Ingat, tidak ada satu metode yang lebih baik diantara metode-metode yang lainnya.
5.      Menganggap Peserta Didik Selalu Bodoh
Dalam hal ini pendidik harus menjadi pembelajar yang senantiasa menyesuaikan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat.
Dalam hal ini guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang senantiasa
menyesuaikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan perkembangan yang terjadi
dimasyarakat. Jika tidak, maka akan ketinggalan kereta, bahkan disebut guru ortodok.

6.      Memperlakukan Peserta Didik Secara Tidak Adil (Tidak adil atau deskriminatif)
Ketidakadilan dalam proses pembelajaran akan memunculkan persaingan yang tidak
sehat pada anak didik. Disisi lain sebagian anak bersemangat dalam belajarnya, tetapi
disisi lain pula anak merasa tersisihkan. Perhatian meyeluruh dan penuh rasa cinta
pada setiap peserta didik harus selalu ditumbuhkembangkan pada diri seorang guru
untuk mengatasi ketidakadilan tersebut.

7.      Memaksa hak peserta didik


Hindarilah, ingat sebagai guru akan diminta pertanggungjawaban di akhirat. Di dunia
gaji tidak seberapa, jangan kotori keuntungan akhirat dengan menodai profesi.
Niatkan menjadi guru sebagai ibadah. Jadikan pekerjaan guru sebagai ladang amal
yang akan dipanen hasilnya kelak diakhirat. Percayalah, dan tanyakan pada hati
nurani. Jangan mengambil keuntungan sesaat, tetapi menyesatkan. Sadarlah wahai
guru, agar namamu selalu sejuk dalam sanubariku

C.    Guru yang Hebat dan Profesional

Hebat dan tidaknya seorang guru sekurang-kurangnya dapat dilihat dari lima indikator.
Kelima indikator yang dimaksudkan adalah :
1.      Kualitas diri
Seorang guru yang hebat-ideal paatilah merupakan seorang guru yang berkualitas,
yang bermutu tinggi. dalam arti memiliki etos kerja yang baik mempunyai rasa
kedisiplinan yang tinggi, dan memiliki jiwa kepemimpinan.
2.      Integritas moral
Terkait dengan integritas moral, seorang guru pun idealnya bukanlah merupakan
seseorang yang pemarah dan tidak sabaran. Ia semestinya mampu mengelola dan
mengatasi siswa dengan cara yang cerdas, yang jauh dari cara kekerasan fisik
ataupun mental. Kalau sampai ia menempuh jalan kekerasan dalam mengajar tentu
saja integritas moralnya perlu dipertanyakan. Ingat, orang baik sejati tak pernah
berangasan dalam bertindak. Amarahnya terkendali dan lebih mengedepankan rasa
sabar. Dengan kekerasan, anak didik mungkin saja akan menurut. Namun jelas,
mereka tidak enjoy dan merasa tertekan. Kalau anak didiknya saja merasa tertekan
ketika diajar, mana mungkin guru yang demikian dianggap hebat ?.
3.      Kedalaman ilmu
Idealnya disamping senantiasa memperdalam bidang ilmu yang menjadi
spesialisasinya, seorang guru tidak segan-segan pula untuk senantiasa menambah
wawasannya dengan ilmu-ilmu lain, terutama yang terkait. Percayalah, para anak
didik pasti akan sangat menyukai seorang guru yang berwawasan luas dan cerdas.
Mengapa ? sebab guru yang “kaya ilmu” seperti itu dapat mereka andalkan sebagai
“rujukan”, dapat mereka jadikan sebagai “ensiklopedi berjalan”. Namun disisi lain,
seorang guru hebat tidak pernah merasa lebih pandai dari pada anak didiknya.
Sikapnya pun akan jauh sok pinter, sok tau semua hal. Sekalipun mungkin memang
sebenarnya ia memang sangat pintar, sikap sok pintar dan sok tahu bukanlah hal
yang akan dilakukan oleh seorang guru yang hebat. Bahkan, seorang guru hebat
sanggup bersikap terbuka terhadap masukan ilmu dari mana saja. Termasuk dari
para anak didiknya sendiri.
4.      Keterampilan (terutama dalam mendayagunakan metode dan media)
Hebat atau tidaknya seorang guru bagaimana pun dapat terlihat dari keterampilannya
(kemahirannya) dalam mendayagunakan metode dan media yang tersedia. Sebagai
catatan, media yang dimaksud tidaklah selalu media pembelajaran yang modern dan
terkini. Bisa saja media yang tersedia ala kadarnya sesuai dengan kondisi sekolah
tempat mengajar. Akan tetapi yang paling penting adalah, cara dan kreativitas sang
guru dalam memperlakukan media tersebut. Seorang guru juga jeli memahami
potensi para anak didiknya. Ia juga memiliki kemampuan untuk memupuk dan
mengelola bakat yang dipunyai oleh anak didiknya sehingga si anak didik bisa
mengembangkan bakatnya tersebut seoptimal mungkin.
5.      Komitmen (adanya panggilan jiwa dan penuh tanggung jawab)
Guru yang hebat merupakan sosok yang memiliki komitmen tinggi terhadap
profesinya itu. Sementara komitmen yang tinggi terlahirnya dari panggilan jiwa,
yakni panggilan jiwa untuk mengabdikan diri sepenuhnya sebagai seorang guru.

            Sedangkan ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut :


1.      Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis,
sosiologis dan sebagainnya.
2.      Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta
didik.
3.      Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung
jawabnya.
4.      Mengerti dan dapat menerpkan metode pembelajaran yang bervariasi.
5.      Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber
belajar yang relevan.
6.      Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.
7.      Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
8.      Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

Adapun menurut Muhibbin Syah (2006:227) yang termasuk dalam aspek-aspek  atau


karakteristik kompetensi profesional guru diantaranya adalah sebag berikut :[6]
1.      Kompetensi Kognitif (kecakapan ranah cipta)
Kompetensi ranah cipta merupakan kompetensi utama yang wajib dimiliki oleh
setiap calon guru dan guru profesional. Ia mengandung bermacam pengetahuan baik
yang bersifat deklaratif maupun prosedural.
2.      Kompetensi Afektif (kecakapan ranah rasa)
Kompetensi ini meliputi seluruh fenomena perasaan dan emosi meliputi : cinta
benci, senang, sedih, dan sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain.
kompetensi ini erat kaitannya dengan perasaan seseorang terhadap suatu yang
dihadapinya.

3.      Kompetensi Psikomotorik (kecakapan ranah karsa)


Kompetensi psikomotorik guru meliputi segala keterampilan atau kecakapan bersifat
jasmaniah yang pelaksanaannya guru profesional memerlukan penguasaan yang luas
atas sejumlah keterampilan ranah karsa guru terdiri atas dua kategori yaitu :
kecakapan fisik dan kecakapan fisik khusus.

BAB III
PENUTUP

A.  Simpulan
Tentunya kesalahan-kesalahan di atas patut kita hindari meskipun tentunya sebagai
manusia sulit rasanya untuk menghindar seratus persen dari kesalahan sebagaimana
disebutkan di atas. Sebagai seorang guru kita juga jangan berlindung kepada sifat-sifat
kemanusiaan kita untuk tidak mau merubah perilaku-perilaku yang cenderung merugikan
siswa. Tentu saja masih banyak kesalahan guru yang lain, yang bisa berakibat pada
kegagalan siswa dalam belajar. Kata kuncinya: Apabila terdapat kegagalan siswa dalam
pembelajaran, maka di situlah guru perlu melakukan introspeksi: sudah benarkah yang
dia lakukan? Kemudian dilanjutkan: apa yang bisa dia lakukan untuk memperbaiki
keadaan? Jadi, guru harus selalu belajar.Ya, belajar dari buku, belajar dari teman, belajar
dari murid, dan belajar dari dirinya sendiri.
Guru hebat dan profesional dapat lahir dari sekolah mana saja sebab guru hebat dan
profesional itu menembus ruang dan waktu serta tak butuh publikasi ataupun pengakuan
publik. Guru hebat dan profesional itu penuh dengan ketulusan. Ia selalu berupaya untuk
dapat menguasai materi yang akan disampaikannya di kelas dan meningkatkan
keterampilan mengajar dengan niatan ikhlas demi membantu sang anak didik. Bukan
bertujuan agar terkenal dan menghasilkan banyak uang
DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, 2008, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya


http://apsijbi2013.blogspot.com/2013/02/guru-profesional-silabus-dan-rpp.html
(30 mei 2014, 01.13)
Soebachman Agustina, 2014, Saatnya Menjadi Guru Terhebat, Yogyakarta: In
Azna Books
Mulyasa, 2012, Sertifikasi Guru, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Masdudi, 2012, Landasan Pendidikan Islam, Cirebon : At-Tarbiyah Press

[1] Mulyasa, 2008, menjadi guru profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya, hlm. 19


[2] Mulyasa, 2008, menjadi guru profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya, hlm. 19
[3] http://apsijbi2013.blogspot.com/2013/02/guru-profesional-silabus-dan-rpp.html (30
mei 2014, 01.13)
[4] Soebachman agustina, 2014, saatnya menjadi guru terhebat, yogyakarta: In Azna
Books, hlm. 43
[5] Mulyasa, 2012, sertifikasi guru, Bandung : pt. Remaja rosdakarya hlm. 135
[6] Masdudi, 2012, landasan pendidikan islam, cirebon : at-tarbiyah press, hlm. 163
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Anda mungkin juga menyukai