Anda di halaman 1dari 20

REKAYASA IDE

“PENTINGNYA PROFESIONALISASI GURU ”


DOSEN : Dr. Wildansyah Lubis. M.Pd.

DISUSUN OLEH :

Christy N Sinaga

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan pada tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmatNya kami
dapat menyelesaikan Rekayasa Ide ini yang berisi tentang “PENTINGNYA
PROFESIONALISASI GURU” dengan baik meskipun banyak terdapat kekurangan didalamnya.
Dan kami juga berterimakasih kepada Ibu Dra.Rosdiana,M.Pd. selaku dosen mata kuliah profesi
pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Saya sangat berharap Rekayasa Ide sangat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai profesi pendidikan ini. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa didalam Rekayasa Ide ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu kami sebagai penulis berharap adanya kritik dan saran serta perbaikan yang timbul nanti.
Semoga Rekayasa Ide sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Medan, Mei 2017

Kelompok 5

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

i
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang masalah.......................................................................................................... 1
Tujuan dan manfaat................................................................................................................ 3
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
Uraian permasalahan.............................................................................................................. 4
Subjek penelitian.................................................................................................................... 7
Assessment data..................................................................................................................... 7
BAB III METODE PELAKSANAAN
Metode penelitian................................................................................................................... 8
Langkah penelitian................................................................................................................. 8
Teknik pengumpulan data...................................................................................................... 8
BAB IV PEMBAHASAN
Analisis pembahasan.............................................................................................................. 9
BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................................ 16
Saran...................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Hampir semua golongan masyarakat masih cenderung memandang bahwa guru
merupakan pekerjaan profesi yang tingkatannya paling rendah dibanding profesi lain. Rendahnya
pengakuan masyarakat terhadap profesi guru disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama
adalah adanya pandangan sebagian masyarakat bahwa siapa pun dapat menjadi guru asalkan ia
berpengetahuan. Kekurangan tenaga guru di daerah terpencil, memberikan peluang untuk
mengangkat seseorang yang tidak mempunyai kewenangan profesional. Faktor kedua adalah
pandangan guru itu sendiri terhadap profesinya. Banyak guru yang tidak menghargai profesi yang
disandangnya, dan tidak berusaha untuk mengembangkan profesi tersebut. Perasaan rendah diri
karena menjadi guru, penyalahgunaan profesi untuk kepuasaan dan kepentingan dirinya,
ketidakmampuan guru melaksanakan tugas profesinya, komersialisasi mengajar, dan lain-lain,
sering menyebabkan pudarnya wibawa guru sehingga pengakuan profesi guru semakin merosot.
Itulah sebabnya pengakuan dan usaha menegakkan profesi guru harus dimulai dari guru itu
sendiri. Usaha yang dapat dilakukan harus dimulai dari pengakuan secara sadar akan makna
profesi, menghargai dan mencintai tugas profesinya, serta berusaha untuk mengembangkan
profesi yang disandangnya.

Di lain pihak, dapat dikatakan bahwa guru merupakan faktor penentu keberhasilan
pendidikan, sebab guru memegang peranan utama dalam proses mengajar belajar yang
merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Proses mengajar belajar merupakan
proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-
balik yang berlangsung secara edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini
tidak dapat dilakukan tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Untuk menjadi guru, diperlukan
syarat-syarat khusus dan kompetensi tertentu, apalagi sebagai guru yang profesional, ia harus
menguasai seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya.
Ilmu pengetahuan tersebut perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau
pendidikan prajabatan.

1
Jabatan guru memiliki tugas yang cukup banyak, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar
dinas. Pengelompokan tugas-tugas guru terdiri dari tiga jenis, yaitu: (1) tugas dalam bidang profesi,
(2) tugas kemanusiaan, dan (3) tugas dalam bidang kemasyarakatan.

Guru menjadi amat penting karena seseorang berubah dan kelak mengubah. Tiada
kehidupan berarti dan bermakna jikalau guru tidak hadir di alam kehidupan itu. Bukan pertama-
tama karena mengajar itu mengandalkan adanya keberanian. Tetapi juga karena mengajar itu
membutuhkan karakter, kualitas, kesediaan dan ketulusan dalam melayani masyarakat, terutama
anak-anak didik yang dipercayakan padanya. Seorang pengajar harus mendasari pekerjaannya
dengan kasih dan hasrat untuk memberi diri bagi yang lain. Hanya dengan cara inilah guru akan
mampu memotivasi anak didiknya dan mengiringi pertumbuhan mereka menjadi pribadi yang
utuh hingga berguna bagi diri, masyarakat, bangsa dan negaranya

Profesi seorang guru bukanlah pertama-tama hanya mengajar dalam arti monologis. Ia
harus berusaha secara kreatif, mereformasi tiap mata pelajaran, yang ia ajarkan, juga mengolah
pengalaman anak didiknya. Ini semua bisa terwujud bila ia sungguh mengenal anak didiknya
dengan baik pula.kecintaan dan penghargaan pada tugasnya sebagai pengajar adalah modal
utama bagi seorang guru yang lain tampil maksimal di setiap waktu dalam pelayannya. Maka tak
mudah menjadi seorang pengajar, apalagi menjadi guru yang baik dan ideal bagi anak didiknya.

Benar bahwa pemerintah telah memberi perhatian untuk meningkatkan kesejahteraan


guru melalui program sertifikasi guru/dosen. Sayangnya program tersebut belum mampu
mendongkrak semangat dan komitmen para guru untuk tampil lebih maksimal dalam
menjalankan tugas mereka. Kondisi ini menjadi bukti betapa karut marutnya pendidikan kita.
Arah pendidikan yang tak menentu, miskin kejujuran, memprioritaskan hasil akhir daripada
proses, mengejar nilai (kuantitatif) tanpa peduli pada proses yang benar dan transparan adalah
contoh nyata tentang bobroknya kualitas pendidikan kita.

Lembaga pendidikan pun justru melahirkan generasi bangsa yang kejam dan miskin
perasaan,doyan sikut-menyikut, penuh intrik, ancaman dan intimidasi serta saling
menyelamatkan diri sendiri. Kaum terdidik tidak banyak menunjukkan keteladanan, sikap takwa
dan morallitas yang mumpuni. Tragisnya tak banyak pihak yang mau bersuara, memberi
konstribusi dalam menanggulangi kondisi di atas. Kaum cerdik pandai dan terpelajar, yang

2
bahkan mengenyam gelar pendidikan tertinggi di negeri ini justru kurang peka dan terkesan tak
mau peduli untuk menyembuhkan penyakit kronis kehidupan masyarakat di negeri tercinta ini.

TUJUAN

Untuk memenuhi tuntunan tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan . Berdasarkan


permasalahan diatas, tujuan penulis dalam rekayasa ide ini untuk mengetahui dan  dapat
memahami karakteristik dan hal-hal yang mengenai pengembangan profesi profesionalisasi guru.
Untuk mengetahui cara meningkatkan kompetensi guru. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi
guru berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Untuk mengetahui hakekat kompetensi guru.
MANFAAT
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang profesi kependidikan.Agar kelak menjadi guru
yang memahami pentingnya profesionalisasi guru di dalam sekolah, masyarakat dan lingkungan.

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

URAIAN PERMASALAHAN

3
Lembaga pendidikan pun justru melahirkan generasi bangsa yang kejam dan miskin
perasaan,doyan sikut-menyikut, penuh intrik, ancaman dan intimidasi serta saling
menyelamatkan diri sendiri. Kaum terdidik tidak banyak menunjukkan keteladanan, sikap takwa
dan morallitas yang mumpuni. Tragisnya tak banyak pihak yang mau bersuara, memberi
konstribusi dalam menanggulangi kondisi di atas. Kaum cerdik pandai dan terpelajar, yang
bahkan mengenyam gelar pendidikan tertinggi di negeri ini justru kurang peka dan terkesan tak
mau pedulu untuk menyembuhkan penyakit kronis kehidupan masyarakat di negeri tercinta ini.
Guru kompeten akan melaksanakan tugas belajar mengajar di kelas dengan penuh semangat dan
menyenangkan, serta penuh makna, murid selalu mendapatkan hal baru setiap kali masuk kelas
untuk belajar. Murid tidak akan pernah bosan untuk belajar di kelas karena gurunya kompeten.
Pada akhirnya, guru kompeten akan melahirkan murid-murid yang rajin belajar karena mereka
mencintai proses pembelajaran dan memahami arti penting belajar bagi masa depan. (Jejen
Musfah, 2011: 20)
Jika kompetensi guru rendah, maka muridnya kelak akan menjadi generasi yang bermutu
rendah. Jangankan mampu bersaing, mencari pekerjaan pun sulit, sehingga bukan tidak mungkin
kelak mereka akan menjadi beban sosial bagi masyarakat dan negeri ini. Sehingga kompetensi
seorang guru itu sangat penting bagi guru itu sendiri dan bagi murid-muridnya. Seorang guru
harus memiliki kompetensi karena seorang guru memiliki kewajiban untuk mencerdaskan anak
bangsa, bukan hanya cerdas secara fisik tetapi secara emosional juga. Sehingga tugas guru
adalah mendidik bukan hanya mengajar, karena mendidik memilki makna yang lebih luas dan
lebih kompleks dari pada mengajar.
Guru adalah sosok yang ditiru dan dicontoh atas banyak hal sekaitan dengan kompetensi
yang digariskan itu. Bila sebaliknya yang terjadi, maka guru akan tetap sakit, dan sakitnya sang
guru akan berdampak secara langsung atau tidak langsung pada anak didiknya: mereka juga akan
ikut sakit. Sebab dalam hal ini buah pendidikan itu adalah hasil turunan dari hasil yang dilihat,
didengar dan dirasakan saat berlangsungnya aktivitas proses belajar-mengajar.

Benar, bahwa tak mudah menjadi seorang guru, tetapi serentak akan terlihat sangat
naiflah bila panggilan menjadi seorang guru justru bermuar dari motivasi gaji tinggi dan biaya
sertifikasi yang mumpuni. Tak ada cara lain bagi guru untuk dapat mentabatkan etos keguruan
itu kecuali menyadari dan memiliki rasa sesal serta melakukan pertobatan. Tindakan ini
selanjutnya harus dibarengi niat melakukan perubahan dan berkomitmen untuk menjadi pribadi
4
yang mampu menjadi cahaya bagi kegelapan dan memberikan tuntunan dan arah langkah masa
depan yang cemerlang. Artinya, proses penyembuhan harus dimulai dari guru sebelum anak
didiknya. Guru harus sehat bila ingin anak didiknya sehat.

Dunia pendidikan bukan saja sebagai pemroses pribadi siswa untuk mengalami
perkembangan dari pribadi lemah menuju pribadi kuat. Selain itu dunia pendidikan merupakan
wadah perubahan positif dari seseorang yang labil, pesimis, egois, menuju pribadi yang
konsisten, optimis, peduli pada masyarakat sekitar. Kemurniaan seorang guru dalam menghayati
tugas sebagai seorang guru sangatlah perlu; dan hal itu bukan lahir karena gaji tinggi, tunjangan
sertifikasi profesi atu karena fasilitas yang sangat memadai, tetapi karena kemurnian panggilan
mereka sebagai guru. Artinya ,guru harus menghayati etos keguruan sebagai ibadah kepada
tuhan. Ketika panggilan demikian semakina disadari oleh guru, maka kompetesi utama yang
mewarnai perhelatan keguruan bukanlah mengambihati pejabat pendidikan demi mulusnya fulus
dalam urusan-urusan adminitratif kepangkatan dan kompetensi lainnya.

Benar bahwa pemerintah telah memberi perhatian untuk meningkatkan kesejahteraan


guru melalui program sertifikasi guru/dosen. Sayangnya program tersebut belum mampu
mendongkrak semangat dan komitmen para guru untuk tampil lebih maksimal dalam
menjalankan tugas mereka. Kondisi ini menjadi bukti betapa karut marutnya pendidikan kita.
Arah pendidikan yang tak menentu, miskin kejujuran, memprioritaskan hasil akhir daripada
proses, mengejar nilai (kuantitatif) tanpa peduli pada proses yang benar dan transparan adalah
contoh nyata tentang bobroknya kualitas pendidikan kita. Belajar untuk tidak sekedar menjadi
guru, namun menjadi guru professional; dimana sebagai seorang guru, ia belajar jika anak didik
tidak mengetahui aturan, maka dianggap tidak patuh. Namun bagi darling, sebagai orang dewasa
yang peka adalah sangat penting menjadi guru professional yaitu pribadi yang bertanggung
jawab dan tanggap kepada anak didiknya.

Ada 5 model performance seorang guru menurut Reza M. Syarif, yaitu:


1. Model guru yang apa adanya, guru yang menjalankan tugasnya hanya sebatas formalitas. Ia
mengajar hanya sekedar gugus kewajiban, tidak peduli dengan keadaan anak diluar kelas
atau masalah-masalah di rumahnya.
2. Model guru yang tidak ada apa-apanya, guru yang tidak memiliki gairah untuk menjadikan
siswa pintar dan berkarakter. Ilmu yang diperolehnya tidak pernah ditingkatkan, pada hal
5
perubahan terjadi setiap saat, mereka tidak tertarik terhadap berbaga perkembangan yang
terjadi di sekitarnya terutama yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
3. Model sosok guru yang adanya, ada-ada saja, guru model ini lebih banyak kesan negatifnya
daripada kesan positifnya. Kita tak berharap banyak dari guru model ini. Perlu diwaspadai
karena guru model ini mencoreng dan menghancurkan dunia pendidikan.
4. Model guru yang ada lebihnya, model guru seperti ini, sosok guru yang sadar akan tugas
pokok dan fungsinya sebagai guru. Guru ini selalu tertarik untuk terus menerus peduli pada
pertumbuhan anak didiknya dan perkembangan profesinya. Guru model ini selalu tertarik
pada perkembangan baru di dunia pendidikan dan perubahan yang lainnya yang berkaitan
dengan aspek pendidikan.
5. Model guru yang adanya tidak sekedar ada, sosok guru model inilah yang super, yang sangat
menyadari ekstensi, potensi, profesi, situasi dan kondisi, visi dan misi, obsesi dab efektititas
aksinya.
Fenomena yang berkembang saat ini adalah meningkatkan kenakalan remaja, perkelahian
massal, penyalagunaan obat-obat terlarang, dan berbagai kasus dekandensi moral
lainnya.ditambah lagi persoalan korupsi yang merajalela yang telah menjerat banyak pejabat
mulai dari gubernur, bupati, hingga kepala desa sekalipun. Korupsi bahkan juga menjerat pejabat
perguruan tinggi hingga kepala sekolah serta menjerat petugas-petugas bidang keagamaan. Tentu
mereka yang terjerat adalah kaun terdidik, lulusan perguruan tinggi terkemuka di tanah air.
Pendidikan adalah kehidupan. Hal ini memberikan makna bahwa kegiatan pendidikan harusnya
membuahkan hasil yang baik bagi kehidupan. Ada dua tujuan pendidikan yaitu membantu orang
untuk pintar sekaligus untuk menjadi baik.

SUBJEK PENELITIAN

Didalam rekayasa ide ini subjek penelitiannya adalah para guru didalam beberapa
sekolah yang kami amati atau yang kami lakukan observasi dimana karakter atau sifat guru yang
berbeda beda seperti yang diatas yang sudah dituliskan : (1) guru yang menjalankan tugasnya
hanya sebatas formalitas. Ia mengajar hanya sekedar gugus kewajiban, tidak peduli dengan
keadaan anak diluar kelas atau masalah-masalah di rumahnya. (2) guru yang tidak memiliki
gairah untuk menjadikan siswa pintar dan berkarakter. Ilmu yang diperolehnya tidak pernah
ditingkatkan, pada hal perubahan terjadi setiap saat, mereka tidak tertarik terhadap berbaga
6
perkembangan yang terjadi di sekitarnya terutama yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
(3) Model sosok guru yang adanya, ada-ada saja, guru model ini lebih banyak kesan negatifnya
daripada kesan positifnya. Kita tak berharap banyak dari guru model ini. Perlu diwaspadai
karena guru model ini mencoreng dan menghancurkan dunia pendidikan. (4) Model guru yang
ada lebihnya, model guru seperti ini, sosok guru yang sadar akan tugas pokok dan fungsinya
sebagai guru. (5) Model guru yang adanya tidak sekedar ada, sosok guru model inilah yang
super, yang sangat menyadari ekstensi, potensi, profesi, situasi dan kondisi, visi dan misi, obsesi
dab efektititas aksinya.

ASSESMENT DATA

Pengumpulan atau penilaian data dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yaitu

 wawancara langsung kepada guru apa faktor penyebab sebenarnya sehingga rendahnya
profesionalisai guru disekolah, masyarakat, lingkungan

 observasi atau meneliti langsung bagaimana guru di dalam sekolah.

BAB III

METODE PENELITIAN

METODE PELAKSANAAN

Menurut Fx. Sudarsono, ada 2 jenis pendekatan penelitian, yaitu :


a. Pendekatan kuantitatif, artinya bahwa seorang peneliti harus bekerja dengan angka-angka
sebagai perwujudan dari gejala yang diamati, sehingga memungkinkan digunakan analisis
statistic.
7
b. Pendekatan kualitatif, yaitu seorang peneliti bekerja dengan informasi-informasi, keterangan-
keterangan, dan penjelasan data. Teknik analisanya yang digunakan adalah teknik non
statistic / dengan prinsip (1988:1).
Sehubungan dengan pendekatan di atas, maka dalam penelitian ini pendekatan yang
dipilih adalah pendekatan kualitatif yaitu dengan menganalisis data yang digunakan dengan cara
menelaah jawaban-jawaban yang dikumpulkan yang didapatkan dari subjek penelitian. Jawaban-
jawaban tersebut diorganisir dengan cara mengidentifikasikan dan mengkategorisasikan sesuai
dengan tujuan-tujuan penelitian.
LANGKAH PENELITIAN
memutuskan waktu yang tepat untuk melakukan penelitian dan tempat yang akan dituju.
Setelah waktu dan tempat sudah disepakati bersama oleh kelompok peneliti, maka peneliti
langsung terjun ke lapangan. Saat tiba di lapangan, peneliti mulai melakukan wawancara
terhadap sejumlah guru tentang bagaimana cara guru mengajar di dalam kelas, observasi tentang
seberapa profesionalisasi guru di dalam sekolah tersebut.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan cara
melakukan observasi atau mengamati langsung terhadap guru-guru SD Cerdas Bangsa
Kecamatan Namo Rambe Medan.

BAB IV

PEMBAHASAN

ANALISIS PEMBAHASAN

Menurut Martinis Yamin (2006: 2-3) menyatakan profesi merupakan seseorang yang
menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, tehnik, dan prosedur berlandaskan
intelektualitas. Dengan demikian profesi merupakan makna, bahwa profesi yang disandang oleh
tenaga kependidikan atau guru, adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan,

8
keterampilan, kemampuan, keahlian, dan ketelatenan untuk menciptakan anak memiliki perilaku
suatu sesuai dengan yang diharapkan. Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional
adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu,
dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh pekerjaan
lainnya. Kata-kata “dipersiapkan untuk itu” dapat diartikan melalui proses pendidikan atau dapat
pula diartikan melalui proses latihan. Makin tinggi tingkat pendidikan yang harus dipenuhi oleh
suatu pekerjaan yang bersifat profesi, makin tinggi pula derajat profesi yang harus disandang
oleh orang yang menggelutinya. Dengan kata lain, tinggi rendahnya pengakuan profesionalisme
bergantung kepada keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya.

1.      Karakteristik Profesi


Sesuatu pekerjaan itu dapat dipandang sebagai suatu profesi apabila minimal telah
memadai hal-hal sebagai berikut:
a.       Memiliki cakupan ranah kawasan pekerjaan atau peyanan khas, definitif dan sangat penting
dibutuhkan masyarakat.
b.      Para pengemban tugas pekerjaan atau pelayanan tersebut telah memiliki kawasan, pemahaman
dan penguasaan pengetahuan serta perangkat teoritis yang relevan secara luas dan mendalam,
menguasai perangkat kemahiran teknis kerja pelayanan memadai persyaratan standarnya,
memiliki sikap profesi dan semangat pengabdian yang positif dan tinggi, serta kepribadian yang
mantap dan mandiri dalam menunaikan tugas yang diembannya dengan selalu mempedomani
dan mengindahkan kode etika yang digariskan institusi ( organisasi ) profesinya.
c.       Memiliki sistem pendidikan yang mantap dan mapan berdasarkan ketentuan persyaratan
standarnya bagi penyiapan maupun pengembangan tenaga pengemban tugas pekerjaan
profesional yang bersangkutan, yang lazimnya diselenggarakan pada jenjang pendidikan tinggi
berikut lembaga lain dan organisasi profesinya yang bersangkutan.
d.      Memiliki perangkat kode etik profesional yang telah disepakati dan selalu dipatuhi serta
dipedomani para anggota pengemban tugas pekerjaan atau pelayan profesional yang
bersangkutan.
e.       Memilki organisasi profesi yang menghimpun, membina, dan mengembangkan kemampuan
profesional, melindungi kepentingan profesional serta memajukan kesejahteraan anggotanya
dengan senantiasa mengindahkan kode etikanya dan ketentuan organisasinya.

9
f.       Memiliki jurnal dan sarana publikasi profesional lainnya yang menyajikan berbagai karya
penelitian dan kegiatan ilmiah sebagai media pembinaan dan pengembangan para anggotanya
serta pengabdian kepada masyarakat dan khazanah ilmu pengetahuan yang menopang
profesinya.
g.      Memperoleh pengakuan dan penghargaan yang selayaknya baik secara social ( masyarakat) dan
secara legal ( dari pemerintah yang bersangkutan atas keberadaan dan kemanfaatan profesi
termajsud).

2.      Syarat-syarat Profesi


Robert. W. Richey ( Arikunto, 1990 : 235) mengemukakan ciri-ciri dan syarat-syarat
profesi sebagai berikut :
a.       Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan kepentingan
pribadi.
b.      Seorang pekerja professional, secara aktif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari
konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.
c.       Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti
perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.
d.      Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.
e.       Membutuhkan suatu kegiatan yang sangat tinggi.
f.       Adanya organisasi yang dapat meninggalkan standar pelayanan, disiplin diri dalam profesi, serta
kesejahteraan anggotanya.
g.      Memberikan kesempatan untuk memajukan, spesialisasi, dan kemandirian.
h.      Memandang profesi suatu karier hidup ( alive career) dan menjadi seorang anggota yang
permanen.

3.      Cirri-ciri dan Syarat- syarat Profesi Guru


Ciri-ciri dan syarat-syarat di atas dapat digunakan sebagai criteria atau tolok ukur
keprofesionalan guru. Selanjutnya criteria ini akan berfuingsi ganda, yaitu untuk :
a.       Mengukur sejauh mana guru-guru di Indonesia telah memenuhi criteria profesionalisasi.
b.      Dijadikan titik tujuan yang akan mengarahkan segala upaya menuju profesionalisasi guru.

10
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak guru yang melakukan
tugasnya hanya dengan mengajar, membuat satuan pelajaran, membuat rencana pelajaran,
membuat alokasi waktu dalam bentuk program tahunan dan program caturwulan, melakukan
evaluasi hasil belajar yang hanya terbatas pada aspek kognitif siswa, dan menganalisis daya
serap siswa. Ia cenderung tidak mempedulikan kondisi psikologis yang terjadi pada siswa di kala
proses mengajar belajar berlangsung karena mengejar target kurikulum. Hal ini dilakukan oleh
guru karena takut “dimarahi” oleh kepala sekolah bila target kurikulum belum tercapai. Ada juga
guru (untuk mata pelajaran tertentu) yang malas memeriksa hasil ulangan siswa karena kepala
sekolah telah menginstruksikan batas minimum nilai yang harus dimasukkan ke buku rapor.
Guru tersebut beranggapan bahwa untuk apa diperiksa, toh nilainya juga sudah ada patokannya.
Adanya patokan nilai seperti ini akan memberikan peluang kepada guru untuk memanipulasi
nilai. Sudah tentulah kondisi dan tindakan seperti ini tidak memenuhi kriteria keprofesionalan.
Dengan kata lain ia tidak bertindak secara profesional sebagai seorang guru. Dengan demikian,
harus diakui bahwa masih ada guru di lapangan yang belum atau kurang profesional. Dan hal
inilah yang selalu disorot oleh masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan sejumlah cara dan tempat
untuk mengembangkan profesi guru.

Kurang profesionalnya guru dalam bertindak, tidak sepenuhnya dan kurang bijaksana bila kita
hanya menuding bahwa hanya guru tersebutlah yang tidak profesional. Sebab pihak
penyelenggara pendidikan (kepala sekolah, kakandep, kakanwil, beserta seluruh jajarannya)
kadang kala kurang menghargai jabatan profesi guru seperti kenyataan yang saya ungkapkan di
atas. Dengan demikian, para penyelenggara pendidikan pun perlu ditingkatkan derajat
keprofesionalannya dalam menjalankan tugas dan memangku jabatannya.

Untuk memperjelas masalah di atas, kita harus memahami dengan baik pengertian
mendidik. Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan
perkembangan manusia. Kadang orang mengatakan bahwa mendidik adalah me-manusiakan
manusia. Ada pula yang mengemukakan bahwa mendidik adalah membudayakan manusia.
Pengertian mendidik yang relatif operasional dikemukakan oleh Pidarta (1997) bahwa mendidik
adalah suatu upaya untuk membuat anak-anak mau dan dapat belajar atas dorongan diri sendiri
untuk mengembangkan bakat, pribadi, dan potensi-potensi lainnya secara optimal. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa mendidik memusatkan diri pada upaya pengembangan afeksi anak-anak,

11
sesudah itu barulah pada pengembangan kognisi dan keterampilannya. Berkembangnya afeksi
yang positif terhadap belajar, merupakan kunci keberhasilan belajar berikutnya, termasuk
keberhasilan dalam meraih prestasi kognisi dan keterampilan. Bila afeksi anak sudah
berkembang secara positif terhadap belajar, maka guru, orang tua, maupun anggota masyarakat
tidak perlu bersusah payah membina mereka agar rajin belajar. Apa pun yang terjadi mereka
akan belajar terus untuk mencapai cita-citanya. Melakukan pekerjaan mendidik seperti yang
telah dikemukakan di atas tidaklah gampang. Hanya orang-orang yang sudah belajar banyak
tentang pendidikan dan sudah terlatih yang mampu melaksanakannya. Ini berarti pekerjaan
mendidik memang harus profesional.

Guru harus dapat membangkitkan minat dan kemauan anak untuk belajar, memahami cara
belajar, senang belajar, dan tidak pantang mundur untuk belajar meskipun banyak rintangan yang
dihadapi. Inilah tuntutan masayarakat sebagai konsekuensi jabatan profesi yang disandang oleh
guru. Hal ini cukup beralasan sebab guru telah dibekali ilmu pendidikan dan ilmu tertentu untuk
diajarkan selama menjalani studi dalam waktu yang relatif cukup lama. Dengan cara mendidik
seperti yang telah dikemuakan, citra pendidikan di mata masyarakat dapat terdongkrak. Ini pula
merupakan tantangan bagi para pendidik bila ingin profesinya mendapat pengakuan dan tidak
diragukan oleh masyarakat.

Kini saatnya, siapapun kita untuk bersuara bangkit dan bergerak membangun habitus
baru demi memperbaiki generasi mendatang. Semua kegiatan pendidikan harus diarahkan
dengan jelas dan tegas kepada tujuan pendidikan. Pendeknya belajar bukan semata-mata untuk
sekolah tetapi terutama untuk hidup. Tragisnya sistem pendidikan di Indonesia telah mengubah
adigium kuno ini menjadi “kita belajar bukan untuk hidup, melainkan untuk sekolah.kita perlu
berubah untuk kembali visi itu, bahwa tujuan sekolah untuk kehidupan. Peran dan fungsi guru
agama di sekolah disamping guru lainnya menjadi penting dalm melahirkan insan cerdas dan
berkarakter mulia. Maka pelajaran agama yang dilakukan disekolah sejatinya harus mampu
menjamin akhlak dan moral anak didik, dan bukan sebatas pada pengetahuan bidang keagamaan.

Orang-orang yang terlibat dalam dunia pendidikan, khususnya penyelenggara, pengelola


dan pelaksana bidang pendidikan seharusnya adalah orang-orang yang kompetens secara
kognitif, apektif, pedagogik, dan social kepribadian mereka. Tanpa jaminan itu lembaga
pendidikan nasional akn mengalami kemandegan dalam memenihu cita-cita kesejahteraan
12
masyarakat sebagaimana di amanatkan pancasila dan UUD 1945. Jika demikian akan tercipta
lembaga pendidikan nasioanal yang mampu menjamin kualitas lulusan yang benar-benar
berkualitas, berkarakter mulia, memiliki integritas dan idealism yang tinggi. Tak ada gunanya
penambahan jumlah lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi bila tak
diikuti oleh komitmen untuk menjamin optimalisasi pemanfaatan fungsi pikiran manusia.
Artinya lulusan dunia pendidikan mestinya tidak menganggur, namun bekerja, bekerja dan
bekerja sebagai dampak positif dari kegiatan pendidikan yang diterimanya. Dalam kondisi inilah
baik pendidik maupun pengelola pendidikan harus bersinergi dan berkomitmen untukberubah
dan berbenah.

Tujuan dari pendidikan karakter adalah mengembangkan karakter bangsa agar mampu
mewujudkan nilai-nilai luhur pancasila. Artinya, meningkatkan mutu penyelenggaran dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Sementara
itu fungsi dari pendidikan karakter adalah mengembangkan potensi dasar agar berhati baik,
berpikiran baik, berperilaku baik; memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang
muktikultural dan menigkatkan peradaban bangsa kompetitif dalam pergaulan dunia.

Pada dasarnya guru memiliki kedudukan yang amat sangat menentukan bagi
perkembangan peserta didik. Sebagai pendidik guru menjadi nahkoda yang akan mengomandai
para peserta didik dalam mengarungi lautan kehidupan. Apabila sang nahkoda memberikan
instruksi salah, maka akibatnya sangatlah fatal. Kapal akan tersesat dan melenceng jauh dari
tujuan. Untuk itu kompetensi guru diatas haruslah dimiliki oleh guru yang notabene adalah
pendidik dari peserta didik. Pendidik hadir bukan utama kepada mereka yang cerdas dan baik,
namun sebaliknya kepada mereka yang tidak cerdas dan tidak berperilaku baik. Mereka itulah
yang perlu mendapat perhatian khusus, dan dibutuhkan sikap sadar dari pendidik. Dengan
kemampuan pendidik diyakini akan senang dan merespon pembelajaran dengan baik, dan dalam
hai ini kegiatan proses belajar mengajar dikategorikan sebagai PAKEM ( pembellajaran aktif,
kreatif, enjoy, dan menyenangkan).
Kalau ternyata banyak perilaku-perilaku negative dan menyimpang dari nilai-nilai dan
moral ditunjukkan oleh orang-orang terdidik atau orang-orang yang sedang menuntut ilmu di
bangku sekolah berarti lembaga pendidikan gagal dalam mengembangkan fungsinya

13
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada TYME, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif , mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi.
Penyelenggara tugas pendidikan adalah pemerintah dan pihak swasta. Perlu kita sadari
bahwa sekolah merupakan lembaga persemaian nilai-nilai positif dalam diri siswa. Sekolah harus
berani menjamin bahwa penyelenggaraan tugas pendiikan membuat siswa cerdas dan
berkarakter. Di titik inilah sangat diperlukan progam-program pendidikan dan latihan guru oleh
penyelenggaraan pendidikan. Lembaga swasta, harus berani mengalokasikan dana untuk
pembinaan guru tanpa harus menunggu nuggu program pemerintah.

Pancasila dan UUD 1945 harus dijadikan sebagai landasan komitmen bersama. Lembaga
pendidikan harus berada di garis terdepan dalam menyemaikan nilai persatuan dan kesatuan,
karena output dari pendidikan adalah insan terdidik yang siap mewujudkan kehidupan
masyarakat yang lebih nyata. Kesatuan dan persatuan masyarakat bangsa Indonesia adalah suatu
keharusan agar keutuhan Negara terpelihara. Bhinneka Tunggal Ika yaitu berbeda-beda tetapi
tetap satu juga menjadi obat mujarab meramu spirit kesatuan dan persatuan bangsa. Tak ada
hanyalah spirit persaudaraan dan kebersamaan; sementara perbedaan harus dijadikan perekat.

Seorang guru adalah seorang pekerja profesional yang mendapat pendidikan dan keahlian
untuk mencapai kualifikasi tertentu. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berhubungan dengan
pertimbangan nilai-nilai. Pendidikan berhubungan erat dengan transformasi nilai-nilai dari
masyarakat kepada anak didik atau dari diri guru itu sendiri kepada siswa. Dalam kaitan tersebut,
diperlukan etika profesi keguruan. Jadi etika profesi keguruan adalah ketentuan-ketentuan moral
atau kesusilaan yang merupakan pedoman bagi guru dalam melakukan tugasnya. Kode etik guru
di Indonesia dilahirkan oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Kode etik tersebut
adalah sebagai berikut:

(1)   berbakti dalam membimbing peserta didik,

(2)   memiliki kejujuran profesional dalam melaksanakan kurikulum sesuai dengan kebutuhan masing-
masing peserta didik,

(3)   mengadakan komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang peserta didik,


14
(4)   menciptakan suasana belajar yang kondusif dan mengadakan hubungan dengan orang tua siswa,

(5)   memelihara hubungan dengan masyarakat untuk kepentingan pendidikan,

(6)   secara individual atau berkelompok mengembangkan profesi,

(7)   menciptakan dan memelihara hubungan baik antarpendidik,

(8)   secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi, dan

(9)   melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

BAB V

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Peran dan tugas pokok guru adalah guru sebagai pengajar, guru sebagai pengajar dan juga
sebagai pendidik, guru sebagai pengajar, pendidik, dan juga agen pembaharuan dan
pembangunan masyarakat, guru yang berkewenangan berganda sebagai pendidik professional
dengan bidang keahlian lain selain kependidikan.
Sedikitnya ada enam tugas dan tanggung jawab guru dalam mengembangkan profesinya,
yaitu: guru bertugas sebagai pengajar, guru bertugas sebagai pembimbing, guru bertugas sebagai
administrator kelas, guru bertugas sebagai pengembang kurikulum, guru bertugas untuk
mengambangkan profesi, guru bertugas untuk membina hubungan dengan masyarakat.
Ada empat kompetensi yang wajib dimilki oleh seorang guru yaitu, kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Cara
meningkatkan keempat kompetensi yang wajib dimilki guru tersebut dapat dilakukan dengan
cara pelatihan, penelitian tindakan kelas dan memanfaatkan sumber belajar yang ada.

15
Menejemen sekolah memfasilitai para guru dengan sebuah program pelatihan singkat tentang
bagaimana melakukan penelitian tindakan kelas dan menggunakan sarana dan prasarana
(termasuk perlengkapan mengajar) secara efektif dan efisien. Dengan demikian, guru dapat
memanfaatkan sarana dan prasarana serta perlengkapan yang tersedia disekolah dengan sebaik-
baiknya. 
Guru yang kompeten akan melahirkan murid-murid yang rajin belajar karena mereka
mencintai proses pembelajaran dan memahami arti penting belajar bagi masa depan. Seorang
peserta didik yang sudah mencintai proses pembelajaran dan memahami arti penting belajar bagi
masa depannya pasti peserta didik itu akan rajin belajar. Timbal balik jika seorang peserta didik
rajin belajar dan menyadari pentingnya proses pembelajaran pasti peserta didik tersebut akan
lebih mudah menguasai materi pembelajaran, dengan menguasai materi pembelajaran pasti
peserta didik mampu meningkatkan hasil belajarnya atau meningkatkan nilai pelajarannya.

B.SARAN

Untuk Guru bekerjalah penuh tanggung jawab dengan ihklas, sehingga apa yang kita
lakukan mudah-mudahan menjadi berkah. Karena guru sekarang sudah diakui sebagai profesi
dan mendapatkan tunjangan profesi, hak tersebut harus sebanding kinerja kita selaku guru.
Uraian tersebut agaknya bersifat harapan, sebab harus diakui bahwa beberapa kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa jabatan guru masih jauh dari profesi guru yang sesungguhnya,
meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa mereka itu “berstatus guru”. Dengan kata lain, kita
masih harus banyak berbenah diri untuk menjadi guru yang profesional, meskipun kita telah
“berstatus guru”. Ini merupakan suatu tantangan bagi para guru untuk mendongkrak derajat
profesinya agar mendapat penghargaan dan pengakuan di mata masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Wau,Yasaratodo,.2017. Profesi Kependidikan. cetakan kesepuluh. Medan: Unimed Press

Sihombing, Dionisius,. 2016.Guru manusia kaya arti. Cetakan pertama. Medan: Unimed Press

17

Anda mungkin juga menyukai