Anda di halaman 1dari 19

REKAYASA IDE

PROFESI PENDIDIKAN

Disusun Oleh :

KELAS B (Kelompok 2)

Dosen Pengampun : Dr. Dilinar Adlin., M. Hum

Lestari Putri Cesia Harefa (2223141029)

Ade Irawan (2223141035)

Zulaika (2222141010)

Bunga Adelia (2223141038)

Alya Firda Syahratu (2223141028)

Liza Maysuri (2202441002)

PRODI PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEI 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kami kesehatan,
kekuatan, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan mini riset ini tepat pada waktunya.
Walaupun hasilnya masih jauh dari apa yang menjadi harapan pembimbing.

Kami tentu menyadari bahwa Rekayasa Ide ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari ibu dosen untuk laporan ini.

Atas perhatiannya kami mengucapkan terimakasih.

Medan, Mei 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat....................................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI.................................................................................... 4

BAB III METODE PELAKSANAAN...................................................................... 11

A. Metode Penelitian........................................................................................... 11
B. Langkah Penelitian......................................................................................... 11
C. Teknik Pengumpulan Data............................................................................. 11

BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................... 12

A. Solusi untuk mewujudkan guru yang profesional di masa yang akan datang. 12

BAB V PENUTUP.....................................................................................................15

A. Kesimpulan....................................................................................................15
B. Saran...............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………........16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Guru sebagai sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah dan juga membantu perkembangan peserta
didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan
potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam
kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tugas guru tidak hanya
mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian
siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM).
Akan tetapi saat ini Ironisnya kekawatiran di dunia pendidikan kini menyeruak ketika
menyaksikan tawuran antar pelajar yang bergejolak dimana-mana. Ada kegalauan muncul
kala menjumpai realitas bahwa guru di sekolah lebih banyak menghukum daripada memberi
reward siswanya. Ada kegundahan yang membuncah ketika sosok guru berbuat asusila
terhadap siswanya. Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan
bergesernya fungsi guru secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak
yang tadinya sama-sama membawa kepentingan dan saling membutuhkan, yakni guru dan
siswa, menjadi tidak lagi saling membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat
memberatkan, membosankan, dan jauh dari suasana yang membahagiakan. Dari sinilah
konflik demi konflik muncul sehingga pihak-pihak didalamnya mudah frustasi lantas mudah
melampiaskan kegundahan dengan cara-cara yang tidak benar.
Hugget (1985) mencatat sejumlah besar politisi Amerika Serikat yang mengutuk para
guru kurang professional, sedangkan orangtua juga telah menuding mereka tidak kompeten
dan malas.Kalangan bisnis dan industrialis pun memprotes para guru karena hasil didikan
mereka dianggap tidak bermanfaat.Sudah tentu tuduhan dan protes dari berbagai kalangan itu
telah memerosotkan harkat para guru.

1
Bagaimanakah nasib guru di Negara kita ? Pada jaman dulu, jauh sebelum era
globalisasi informasi, profesi dan posisi guru konon dihormati.bahkan dalam berbagai
upacara dan perayaan, mereka duduk di deretan utama. Namun kini wibawa para guru di
mata murid – murid pun kian jatuh.Murid masa kini , khususnya yang menduduki sekolah-
sekolah menengah di kota-kota pada umumnya hanya cenderung menghormati guru karena
hanya menginginkan nilai yang tinggi atau naik kelas dengan peringkat tinggi tanpa kerja
keras.Sebagiannya lagi menghormati guru agar mendapatkan dispensasi maaf dan maklum
apabila mereka telat meyerahklan tugas. Sikap dan prilaku masyarakat seperti itu memang
tidak sepenuhnya tanpa alasan yang bersumber dari para guru. Ada sebagian guru yang
terbukti memang berpenampilan tidak mendidik. Ada yang member hukuman badan di luar
batas normal kependidikan dan lainnya. Kelemahan lain yang juga ada pada sebagian guru
adalah kerendahan tingkat kompetensi profesionalisme sebagai guru .Penguasaan terhadap
materi dan metode pengajaran masih berada di bawah standar (Syah, 1988).
Selain itu, juga ada hasil penelitian resmi yang menunjukkan kekurangmampuan guru,
khususnya guru sekolah dasar sebagaimana hasil penelitian Badan Litbang Depdikbud RI
menyimpulkan, bahwa kemampuan membaca para siswa SD kelas VI di Indonesia masih
rendah. Kesimpulan ini ditarik dari data penelitian yang cukup mengejutkan , yakni bahwa
76,95% siswa kelas VI SD tidak dapat menggunakan kamus. Diantara yang mampu
menggunakan kamus pun ternyata hanya 5% yang dapat mencari kata dalam kamus bahasa
Indonesia secara sistematis dan benar.Menteri Koordinator Kesra yang menyoroti hasil
penelitian tahun 1993 itu menyebutkan , bahwa kegagalan tersebut disebabkan pengajaran
para guru hanya mementingkan penguasaan huruf tanpa penguasaan makna (Balikbang
Dipbuk RI 94). Bukti lain kelemahan sebagaian guru ditunjukkan oleh hasil penelitian
psiologi yang melkibatkann responden sebanyak 1975 siswa SD Negeri dan Swasta di
Jakarta. Penelitian untuk disertasi doctor fakultas Psikologi UI itu menghasilkan kesimpulan
bahwa guru di sekolah-sekolah dasar tersebut tidak mamapu mengidentifikasi siswa berbakat
(Anonim, 1993). Kenyataan-kenyataan negative seperti ini cepat atau lambat akan
menjatuhkan prestise (wibawa yang berkenaan dengan prestasi), khususnya prestise
profesionalisme para guru. Ironisnya, kemerosotan prestise profesional sering diikuti dengan
kemerosotan prestise sosial dan prestise material (mutrofin 1993). Yaitu bahwa para guru kini
kurang dihargai masyarakat.

2
B. Rumusan Masalah
1. Upaya-upaya apakah yang dapat meningkatakan profesionalisme guru ke depan?
2. Apa saja yang bisa menjadi solusi masalah ketidakprofesionalan seorang guru?
3. Bagaimana menerapkan keprofesionalan guru dan tenaga pendidik?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Sebagai panduan meningkatkan profesionalisme guru
2. Untuk menambah pengetahuan seorang guru sebagai pendidik tentang bagaimana
untuk meningkatkan profesionalisme guru agar dapat menjadi seorang guru yang
profesional dan dapat memajukan mutu pendidikan di Indonesia yang saat ini
mutunya masih tergolong rendah.
3. Menambah wawasan pengetahuan tentang profesionalisme guru di masa sekarang dan
yang akan datang
4. Meningkatkan pola pemikiran yang lebih inovatif dan kreatif agar menjadi guru dan
calon pendidik yang benar-benar profesional dalam bidangnya.
5. Membantu dan mempermudah guru memahami bagaimana menjadi seorang guru
yang profesional.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

1. Makna Profesionalisme Guru

Perihal mengenai teori tentang guru profesional telah banyak dikemukakan oleh para
pakar menejmen pendidikan, seperti Rice dan Bishoprick (1971), dan Gickman (1981).
Menurut Rice dan Bishoprick guru professional adalah guru yang mampu mengelola dirinya
sendiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari. Profesionalisasi guru oleh kedua
pakar tesebut dipandang sebagai suatu proses yang bergerak dari ketidaktahuan (ignorance)
menjadi tahu, dari ketidak matangan (immaturity) menjadi matang, dari diarahkan oleh orang
lain (otherdirectedness) menjadi mengarahkan diri sendiri4 . Glickman (1981) menegaskan
bahwa seseorang akan bekerja secara professional bilamana orang tersebut memilki
kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Maksudnya adalah seseorang akan bekerja
secara professional bilamana memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati
untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya seseorang tidak akan bekerja secara
profesioanal bilamana hanya memenuhi salah satu diantara dua persyaratan di atas. Jadi,
betapa pun tingginya kemampuan seseorang ia tidak akan bekerja secara profesional apabila
tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi. Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi kerja
seseorang ia tidak akan sempurna dalam menyelesaikan tugas-tugasnya bilamana tidak
didukung oleh kemampuan. Glickman, sesuai dengan pemikirannya di atas, seseorang guru
dapat dikatakan profesional bilamana memiliki kemampuan tinggi (highlevel of abstract) dan
motivasi kerja tinggi (high level of commitment).

Komitmen lebih luas daripada concern sebab komitmen itu mencakup waktu dan
usaha. Tingkat komitmen guru terbentang dalam garis kontinum, bergerak dari yang paling
rendah menuju yang paling tinggi. Guru yang memiliki komitmen yang rendah biasanya
kurang memberikan perhatian kepada murid, demikian pula waktu dan tenaga yang
dikeluarkannya untuk meningkatkan mutu pembelajaran pun sangat sedikit. Sebaliknya,
seorang guru yang memilki komitmen yang tinggi biasanya tinggi sekali perhatiannya kepada
murid, demikian pula waktu yang disediakan untuk peningkatan mutu pendidikan sangat
banyak. Tingkat abstraksi yang dimaksudkan disini adalah tingkat kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, mengklarifikasi masalah-masalah pembelajaran, dan menentukan
alternatif pemecahannya.

4
Menurut Glickman (1981) guru yang memilki tingkat abstraksi yang tinggi adalah
guru yang mampu mengelola tugas, menemukan berbagai permasalahan dalam tugas, dan
mampu secara mandiri dalam memecahkannya.

Adapun mengenai pengertian profesionalisme itu sendiri adalah, suatu pandangan


bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu
hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus. Profesionalisme guru
merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam
bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi
mata pencaharian. Sementara itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan
kata lain, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru yang
profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman
yang kaya di bidangnya.

Sedangkan Oemar Hamalik mengemukakan bahwa guru profesional merupakan orang


yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah
mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar .
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu jabatan, profesional
adalah kemampuan atau keahlian dalam memegang suatu jabatan tertantu, sedangkan
profesionalisme adalah jiwa dari suatu profesi dan profesional. Dengan demikian,
profesionalisme guru dalam penelitian ini adalah profesionalisme guru dalam bidang studi
Bahasa Arab, yaitu seorang guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang studi Bahasa Arab serta telah berpengalaman dalam mengajar Bahasa Arab sehingga
ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru Bahasa Arab dengan kemampuan
yang maksimal serta memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria guru profesional, dan
profesinya itu telah menjadi sumber mata pencaharian.

5
2. Aspek-Aspek Kompetensi Guru Profesional

Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas mengenai pengertian


profesionalisme guru, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan mengenai kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional. Karena seorang guru yang profesional
tentunya harus memiliki kompetensi profesional. Dalam buku yang ditulis oleh E. Mulyasa,
Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru itu mencakup empat aspek sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a


dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,


dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia13 .

c. Kompetensi Profesional.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c


dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta
didik memenuhi Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru.

d. Kompetensi Sosial.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d


dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi social adalah kemampuan guru
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserte didik, dan
masyarakat sekitar . Alisuf Sabri dalam jurnal Mimbar Agama dan Budaya mengutip
pernyataan Mitzel yang mengemukakan bahwa seorang guru dikatakan efektif dalam
mengajar apabila ia memiliki potensi atau kemampuan untuk mendatangkan hasil belajar

6
pada murid-muridnya. Untuk mengatur efektif tidaknya seorang guru, Mitzel menganjurkan
cara penilaian dengan 3 kriteria, yaitu: presage, process dan product. Dengan demikian
seorang guru dapat dikatakan sebagai guru yang effektif apabila ia dari segi: presage, ia
memiliki “personality attributes” dan “teacher knowledge” yang diperlukan bagi pelaksanaan
kegiatan mengajar yang mampu mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi process,
ia mampu menjalankan (mengelola dan melaksanakan) kegiatan belajar-mengajar yang dapat
mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi product ia dapat mendatangkan hasil
belajar yang dikehendaki oleh masing-masing muridnya. Dengan penjelasan di atas berarti
latar belakang pendidikan atau ijazah sekolah guru yang dijadikan standar unsur presage,
sedangkan ijazah selain pendidikan guru berarti nilainya di bawah standar. Berdasarkan
pemahaman dari uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mutu guru dapat
diramalkan dengan tiga kriteria yaitu: presage, process dan product yang unsur-unsurnya
sebagai berikut:

1) Kriteria presage (tanda-tanda kemampuan profesi keguruan) yang terdiri dari unsur
sebagai berikut:

a. Latar belakang pre-service dan in-service guru.

b. Pengalaman mengajar guru.

c. Penguasaan pengetahuan keguruan.

d. Pengabdian guru dalam mengajar.

2) Kriteria process (kemampuan guru dalam mengelola dan melaksanakan proses belajar
mengajar) terdiri dari:

a. Kemampuan guru dalam merumuskan Rancangan Proses Pembelajaran (RPP).

b. Kemampuan guru dalam melaksanakan (praktik) mengajar di dalam kelas.

c. Kemampuan guru dalam mengelola kelas.

3) Kriteria product (hasil belajar yang dicapai murid-murid) yang terdiri dari hasil-hasil
belajar murid dari bidang studi yang diajarkan oleh guru tersebut. Dalam prakteknya
meramalkan mutu seorang guru di sekolah atau di madrasah tentunya harus didasarkan
kepada effektifitas mengajar guru tersebut sesuai dengan tuntutan kurikulum sekarang yang
berlaku, dimana guru dituntut kemampuannya untuk merumuskan dan mengintegrasikan
tujuan, bahan, metode, media dan evaluasi pengajaran secara tepat dalam mendisain dan

7
mengelola proses belajar mengajar, disamping itu guru juga harus mampu melaksanakan atau
membimbing terjadinya kualitas proses belajar yang akan dialami oleh murid-muridnya .
Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin, secara konseptual, unjuk kerja guru
menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Johnson mencakup tiga aspek, yaitu;
(a) kemampuan profesional, (b) kemampuan sosial, dan (c) kemampuan personal (pribadi).
Kemudian ketiga aspek ini dijabarkan menjadi:

a. Kemampuan profesional mencakup:

1)Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan
konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya itu.

2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan.

3) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.

b. Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja
dan lingkungan sekitar pada waktu membawa tugasnya sebagai guru.

c. Kemampuan personal (pribadi) mencakup:

1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap
keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.

2) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai seyogianya dianut oleh seseorang


guru.

3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para
siswanya . Ahmad Sabri dalam buku yang ditulis oleh Yunus Namsa mengemukakan pula
bahwa untuk mampu melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki
kemampuan profesional, yaitu terpenuhinya 10 kompetensi guru, yang meliputi:

a. Menguasai bahan meliputi:

1) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah;

2) Menguasai bahn pengayaan/penunjang bidang studi;

b. Mengelola program belajar mengajar, meliputi :

1) Merumuskan tujuan intsruksional;

2) Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yang tepat;

8
3) Melaksanakan program belajar mengajar;

4) Mengenal kemampuan anak didik;

c. Mengelola kelas, meliputi:

1) Mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran;

2) Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi;

d. Menggunakan media atau sumber, meliputi:

1) Mengenal, memilih dan menggunakan media;

2) Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana;

3) Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar;

4) Menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan lapangan;

e. Menguasai landasan-landasan pendidikan.

f. Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar.

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran.

h. Mengenal fungsi layanan dan program bimbingan dan penyuluhan:

a. Mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan;


b. Menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan;

i. Mengenal dan menyelengarakan administrasi sekolah; j. Memahami prinsip-prinsip dan


menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran .

Guru sebagai sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah dan juga membantu perkembangan peserta
didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan
potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam
kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tugas guru tidak hanya
mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian
siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM).

9
Akan tetapi saat ini Ironisnya kekawatiran di dunia pendidikan kini menyeruak ketika
menyaksikan tawuran antar pelajar yang bergejolak dimana-mana. Ada kegalauan muncul
kala menjumpai realitas bahwa guru di sekolah lebih banyak menghukum daripada memberi
reward siswanya. Ada kegundahan yang membuncah ketika sosok guru berbuat asusila
terhadap siswanya.

Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya fungsi


guru secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak yang tadinya sama-
sama membawa kepentingan dan saling membutuhkan, yakni guru dan siswa, menjadi tidak
lagi saling membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat memberatkan, membosankan,
dan jauh dari suasana yang membahagiakan. Dari sinilah konflik demi konflik muncul
sehingga pihak-pihak didalamnya mudah frustasi lantas mudah melampiaskan kegundahan
dengan cara-cara yang tidak benar.

10
BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Metode Penelitian
 Tempat penelitian
Penelitian ini kami lakukan secara online di SMA Negeri 1. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini dapat dibedakan atas:
1. data primer dalam penelitian ini merujuk pada data yang langsung dari informan.
Dalam hal ini para remaja yang berada pada usia sekolah menengah atas
2. data sekunder, yaitu menurut umar (2000:81) menyebutkan bahwa “data sekunder
adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut menjadi bentuk-bentuk seperti table,
grafik, diagram gambar ,dan sebagainya sehingga menjadi lebih informatif bagi pihak
lain”

B. Metode pelaksanaan
 Wawancara

Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara yang dilaksanakan secara online
(melalui aplikasi WA atau WhatsApp)

11
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Solusi untuk mewujudkan guru yang profesional di masa yang akan datang.

1. Pembinaan yang di lakukan secara terencana dan terprogram yang dilakukan oleh
pemerintah.
Di dalam pendidikan guru merupakan suatu faktor yang terpenting dalam
pembelajaran dengan demikian, untuk meningkatkan profesionalitas seorang guru perlu di
adakan pembinaan agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik, sehingga upaya
pembinaan dan pengembangan pun semata-mata mengarah kepada profesi guru secara
berkelanjutan sepanjang kariernya. hal ini pemerintah perlu memiliki sistem pengembangan
profesional guru. Memberikan wadah sebagai sarana dan wahana berpikir maju untuk
pengembangan profesinya dalam konteks kelembagaan. Disamping itu, pemerintah pusat
perlu memiliki urutan jalur karier guru secara nasional. Untuk mewujudkan pembinaan guru
yang profesional pememerintah perlu meningkatkan profesionalismen seorang guru
dinataranya meningkatkan kualifikasi dan persaratan jenjang pendidikan yan lebih tinggi bagi
tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi seperti : diploma III bagi
guru-guru SMP/MTS dan starata I (sarjana) bagi guru-guru SMA/MA, tapi hal ini banyak
guru-guru yang tidak konsisten terhadap perubahan yang diinginkan oleh pemerintah
kedepan. Selain dari pada itu pemerintah juga harus mengadakan PKG (pusat kegiatan guru)
dan KKG (kelompok kerja guru) sehingga dengan itu semua guru di harapkan mampu
memecahkan masalah dan berbagi pengalamanya dalam mengajar. Selain penjelasan diatas
pemerintah juga harus mengadakan program sertifikasi guru, dimana pemerintah harus ketat
dalam penerima sertifikasi guru. Kerena dalam penerima sertifikasi seorang guru masih
terdapat kecurangan seperti pemberian hadiah kepeda petugas yang menyeleksi sertifikasi
tersebut. Dengan melihat kondisi guru yang ada di indonesia banyak sekali guru-guru yang
memiliki kopetensi mengajar yang memadai namun kopentensi tersebut tidak mampu di olah
dengan baik dalam proses pembelajaran maka dari itu dengan adanya pembinaan yang di
jelaskan diatas guru di harapkan mampu memberikan eksistensi dalam bidang pembelajaran.

12
2. Gagasan tentang sistem pengangkatan guru dan distribusinya
Dalam hal pengangkatan dan penempatan guru di satuan pendidikan maka pemerintah
pusat perlu mengangkat dan menempatkan guru baru atau mutasi guru lama secara baik.
kebutuhan guru baru termasuk perlunya memperhatikan hasil seleksi nasional penerimaan
calon guru baru yang tidak ditumpangi berbagai kepentingan politis. Dengan kata lain,
pengangkatan pertama guru baru harus sesuai dengan kebutuhan. Berkaitan dengan
penerimaan dan pengangkatan guru, perlu adanya sentralisasi sistem penerimaan dan
pengangkatan guru yang dilaksanakan secara terpadu dengan program pendidikan guru
dengan ikatan dinas pada LPTK yang berfungsi memenuhi kebutuhan guru secara regional
dan nasional. Dalam hal seleksi calon peserta pendidikan guru di LPTK diselenggarakan oleh
Kemendiknas secara regional sesuai dengan peta kebutuhan guru secara nasional. Dalam hal
penempatan dan penugasan guru, sebaiknya lulusan LPTK langsung diangkat dan
ditempatkan berdasarkan kerangka ikatan dinas dan kebutuhan tenaga guru di seluruh
Indonesia. Penugasan guru mengajar sebagai guru rumpun bidang studi terutama untuk
memenuhi kebutuhan guru di daerah terpencil yang menerapkan sekolah kecil atau satu atap.
Kemendikanas mempunyai kewenangan mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan
guru yang dilaksanakan secara regional di tingkat provinsi. Dari penjelasan di atas di
ungkapkan bahwa kesenjangan terjadi pada penempatan / penugasan antara kota dan desa
tidak merata sehingga penempatan guru tidak maksimal, sehingga solusi yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah ini dengan adanya penyetaraan antara pengakatan guru
di pedesaan dengan perkotaan dengan cara menyeleksi guru baru dengan kopentesi yang
memadai dan diberi gaji lebih besar dari perkotaan agar memberikan minat bagi guru untuk
dimutasikan di daerah pedesaan. Melihat relita yang ada bahwa anggapan guru di pedesaan
itu kebutuhan hidupnya saat di kota yang tadinya mudah dengan semua fasilitas yang ada
akan berkurang maka, dari itu dengan adanya gaji yang lebih besar akan memacu minatnya
untuk berkontribusi di pedesaan.

3. Gagasan tentang sistem hukuman dan penghargaan terhadap kinerja guru.


a. Sistem hukuman terhadap guru
Di dalam dunia pendidikan banyak sekali yang kita lihat pelanggara-pelanggaran
terhadap aturan dan ketetapan yang di lakukan oleh guru baik dalam lingkungan sekolah
maupun dalam mayarakat oleh karena itu ada beberapa hal hukum yang bisa di berikan
kepada guru jika guru tersebut melakukan pelanggran. Guru pada umunya mempunyai tugas
untuk mengajar tetapi kebanyakan guru yang kita lihat hanya mengisi absen lalu memberikan
13
catatan dan tugas tanpa ada penjelasan dari materi, maka bisa di katakan guru yang demikian
merupakan guru tidak bertanggung jawab atau malas mengajar. Oleh karena itu hukuman
yang bisa di berikan kepada guru tersebut berupa peringatan jika peringatan tersebut tidak di
hiraukan maka hukuman yang selanjutnya adalah pemecatan atau pemberhentian tugas
terhadap guru tersebut. Apalagi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhadap kode
etik profesi keguruan sangatlah tepat untuk menerima hukuman tersebut. Dengan adanya
solusi tersebut maka akan memberikan efek jera terhadap guru yang lain agar tidak mengikuti
tindakan guru yang menyimpang tersebut, dilihat realita yang ada masih banyak guru yang
berkopeten belum memiliki kesempatan untuk mengajar.

b. Sistem penghargaan terhadap kinerja guru


Penghargan merupakan pemberian hadiah terhadap seseorang yang sudah mampu
memberikan suatu hasil yang baik terhadap suatu bidang pekerjaan yang dilakukanya,begitu
juga dalam pendidikan, penghargaan dapat di berikan kepada seorang guru atau guru apabilah
guru tersebut melakukan tugas dengan baik dalam mengajar, penghargaan yang dapat di
berikan kepada guru tersebut berupa pengangkatan golongan, atau memberikan jabatan
tertentu. Dengan penghargaan berupa pengakatan golongan atau pemberian jabatan maka
kinerja seorang guru akan semakin bertambah dan memberikan motivasi kepada guru yang
lain bahwa penghargaan itu layak di berikan kepada guru yang bertanggung jawab.

14
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis kami pada mini riset kami yang sebelumnya tentang
Profesionalisme guru, kami mengambil kesimpulan bahwa keprofesionalan guru itu
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti dukungan dan perhatian dari pemerintah dan
peningkatan pengetahuan dan pemahaman dari guru itu sendiri tentang profesionalisme
beserta upaya yang harus dilakukan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan profesionalisme
guru dan tenaga pendidik itu diperlukan dukungan dari pemerintah, penghargaa, dan
pelatihan bagi guru-guru dan terpentingnya adalah kesadaran dari guru itu sendiri dan niat
ingin maju dan berubah menjadi seorang guru yang profesional.

B. Saran

Kami berharap dan menyarankan agar pemerintah lebih aktif lagi memperhatikan
perkembangan profesionalisme guru, mendukung dan menyediakan sarana penunjang
profesionalisme guru dan tenaga pendidik di Indonesia agar tujuan pendidikan di Indonesia
ini bisa tercapai secara maksimal dan melahirkan generasi muda yang berpendidikan serta
berakhlak budi pekerti yag baik dan terdidik dengan meneladani guru yang profesional. Dan
apa yang kami kemukakan dalam makalah ini dapat dipelajari, dipertimbangkan oleh guru-
guru untuk meningkatkan profesionalisme guru-guru di seluruh sekolah. Selain itu kami
menyarankan agar ide-ide yang kami sampaikan ini bisa dipraktekkan, diterapkan, dan kami
harap seluruh pembaca makalah ini bisa memahami dan meningkatkan keprofesionalannya
sesuai bidangnya masing-masing.

15
Daftar Pustaka

http://digilib.uinsby.ac.id/9090/5/bab%202.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai