PROFESI PENDIDIKAN
Disusun Oleh :
KELAS B (Kelompok 2)
Zulaika (2222141010)
MEI 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kami kesehatan,
kekuatan, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan mini riset ini tepat pada waktunya.
Walaupun hasilnya masih jauh dari apa yang menjadi harapan pembimbing.
Kami tentu menyadari bahwa Rekayasa Ide ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari ibu dosen untuk laporan ini.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Metode Penelitian........................................................................................... 11
B. Langkah Penelitian......................................................................................... 11
C. Teknik Pengumpulan Data............................................................................. 11
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................... 12
A. Solusi untuk mewujudkan guru yang profesional di masa yang akan datang. 12
BAB V PENUTUP.....................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................15
B. Saran...............................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Bagaimanakah nasib guru di Negara kita ? Pada jaman dulu, jauh sebelum era
globalisasi informasi, profesi dan posisi guru konon dihormati.bahkan dalam berbagai
upacara dan perayaan, mereka duduk di deretan utama. Namun kini wibawa para guru di
mata murid – murid pun kian jatuh.Murid masa kini , khususnya yang menduduki sekolah-
sekolah menengah di kota-kota pada umumnya hanya cenderung menghormati guru karena
hanya menginginkan nilai yang tinggi atau naik kelas dengan peringkat tinggi tanpa kerja
keras.Sebagiannya lagi menghormati guru agar mendapatkan dispensasi maaf dan maklum
apabila mereka telat meyerahklan tugas. Sikap dan prilaku masyarakat seperti itu memang
tidak sepenuhnya tanpa alasan yang bersumber dari para guru. Ada sebagian guru yang
terbukti memang berpenampilan tidak mendidik. Ada yang member hukuman badan di luar
batas normal kependidikan dan lainnya. Kelemahan lain yang juga ada pada sebagian guru
adalah kerendahan tingkat kompetensi profesionalisme sebagai guru .Penguasaan terhadap
materi dan metode pengajaran masih berada di bawah standar (Syah, 1988).
Selain itu, juga ada hasil penelitian resmi yang menunjukkan kekurangmampuan guru,
khususnya guru sekolah dasar sebagaimana hasil penelitian Badan Litbang Depdikbud RI
menyimpulkan, bahwa kemampuan membaca para siswa SD kelas VI di Indonesia masih
rendah. Kesimpulan ini ditarik dari data penelitian yang cukup mengejutkan , yakni bahwa
76,95% siswa kelas VI SD tidak dapat menggunakan kamus. Diantara yang mampu
menggunakan kamus pun ternyata hanya 5% yang dapat mencari kata dalam kamus bahasa
Indonesia secara sistematis dan benar.Menteri Koordinator Kesra yang menyoroti hasil
penelitian tahun 1993 itu menyebutkan , bahwa kegagalan tersebut disebabkan pengajaran
para guru hanya mementingkan penguasaan huruf tanpa penguasaan makna (Balikbang
Dipbuk RI 94). Bukti lain kelemahan sebagaian guru ditunjukkan oleh hasil penelitian
psiologi yang melkibatkann responden sebanyak 1975 siswa SD Negeri dan Swasta di
Jakarta. Penelitian untuk disertasi doctor fakultas Psikologi UI itu menghasilkan kesimpulan
bahwa guru di sekolah-sekolah dasar tersebut tidak mamapu mengidentifikasi siswa berbakat
(Anonim, 1993). Kenyataan-kenyataan negative seperti ini cepat atau lambat akan
menjatuhkan prestise (wibawa yang berkenaan dengan prestasi), khususnya prestise
profesionalisme para guru. Ironisnya, kemerosotan prestise profesional sering diikuti dengan
kemerosotan prestise sosial dan prestise material (mutrofin 1993). Yaitu bahwa para guru kini
kurang dihargai masyarakat.
2
B. Rumusan Masalah
1. Upaya-upaya apakah yang dapat meningkatakan profesionalisme guru ke depan?
2. Apa saja yang bisa menjadi solusi masalah ketidakprofesionalan seorang guru?
3. Bagaimana menerapkan keprofesionalan guru dan tenaga pendidik?
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Perihal mengenai teori tentang guru profesional telah banyak dikemukakan oleh para
pakar menejmen pendidikan, seperti Rice dan Bishoprick (1971), dan Gickman (1981).
Menurut Rice dan Bishoprick guru professional adalah guru yang mampu mengelola dirinya
sendiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari. Profesionalisasi guru oleh kedua
pakar tesebut dipandang sebagai suatu proses yang bergerak dari ketidaktahuan (ignorance)
menjadi tahu, dari ketidak matangan (immaturity) menjadi matang, dari diarahkan oleh orang
lain (otherdirectedness) menjadi mengarahkan diri sendiri4 . Glickman (1981) menegaskan
bahwa seseorang akan bekerja secara professional bilamana orang tersebut memilki
kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Maksudnya adalah seseorang akan bekerja
secara professional bilamana memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati
untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya seseorang tidak akan bekerja secara
profesioanal bilamana hanya memenuhi salah satu diantara dua persyaratan di atas. Jadi,
betapa pun tingginya kemampuan seseorang ia tidak akan bekerja secara profesional apabila
tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi. Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi kerja
seseorang ia tidak akan sempurna dalam menyelesaikan tugas-tugasnya bilamana tidak
didukung oleh kemampuan. Glickman, sesuai dengan pemikirannya di atas, seseorang guru
dapat dikatakan profesional bilamana memiliki kemampuan tinggi (highlevel of abstract) dan
motivasi kerja tinggi (high level of commitment).
Komitmen lebih luas daripada concern sebab komitmen itu mencakup waktu dan
usaha. Tingkat komitmen guru terbentang dalam garis kontinum, bergerak dari yang paling
rendah menuju yang paling tinggi. Guru yang memiliki komitmen yang rendah biasanya
kurang memberikan perhatian kepada murid, demikian pula waktu dan tenaga yang
dikeluarkannya untuk meningkatkan mutu pembelajaran pun sangat sedikit. Sebaliknya,
seorang guru yang memilki komitmen yang tinggi biasanya tinggi sekali perhatiannya kepada
murid, demikian pula waktu yang disediakan untuk peningkatan mutu pendidikan sangat
banyak. Tingkat abstraksi yang dimaksudkan disini adalah tingkat kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, mengklarifikasi masalah-masalah pembelajaran, dan menentukan
alternatif pemecahannya.
4
Menurut Glickman (1981) guru yang memilki tingkat abstraksi yang tinggi adalah
guru yang mampu mengelola tugas, menemukan berbagai permasalahan dalam tugas, dan
mampu secara mandiri dalam memecahkannya.
5
2. Aspek-Aspek Kompetensi Guru Profesional
a. Kompetensi Pedagogik
b. Kompetensi Kepribadian
c. Kompetensi Profesional.
d. Kompetensi Sosial.
6
pada murid-muridnya. Untuk mengatur efektif tidaknya seorang guru, Mitzel menganjurkan
cara penilaian dengan 3 kriteria, yaitu: presage, process dan product. Dengan demikian
seorang guru dapat dikatakan sebagai guru yang effektif apabila ia dari segi: presage, ia
memiliki “personality attributes” dan “teacher knowledge” yang diperlukan bagi pelaksanaan
kegiatan mengajar yang mampu mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi process,
ia mampu menjalankan (mengelola dan melaksanakan) kegiatan belajar-mengajar yang dapat
mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi product ia dapat mendatangkan hasil
belajar yang dikehendaki oleh masing-masing muridnya. Dengan penjelasan di atas berarti
latar belakang pendidikan atau ijazah sekolah guru yang dijadikan standar unsur presage,
sedangkan ijazah selain pendidikan guru berarti nilainya di bawah standar. Berdasarkan
pemahaman dari uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mutu guru dapat
diramalkan dengan tiga kriteria yaitu: presage, process dan product yang unsur-unsurnya
sebagai berikut:
1) Kriteria presage (tanda-tanda kemampuan profesi keguruan) yang terdiri dari unsur
sebagai berikut:
2) Kriteria process (kemampuan guru dalam mengelola dan melaksanakan proses belajar
mengajar) terdiri dari:
3) Kriteria product (hasil belajar yang dicapai murid-murid) yang terdiri dari hasil-hasil
belajar murid dari bidang studi yang diajarkan oleh guru tersebut. Dalam prakteknya
meramalkan mutu seorang guru di sekolah atau di madrasah tentunya harus didasarkan
kepada effektifitas mengajar guru tersebut sesuai dengan tuntutan kurikulum sekarang yang
berlaku, dimana guru dituntut kemampuannya untuk merumuskan dan mengintegrasikan
tujuan, bahan, metode, media dan evaluasi pengajaran secara tepat dalam mendisain dan
7
mengelola proses belajar mengajar, disamping itu guru juga harus mampu melaksanakan atau
membimbing terjadinya kualitas proses belajar yang akan dialami oleh murid-muridnya .
Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin, secara konseptual, unjuk kerja guru
menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Johnson mencakup tiga aspek, yaitu;
(a) kemampuan profesional, (b) kemampuan sosial, dan (c) kemampuan personal (pribadi).
Kemudian ketiga aspek ini dijabarkan menjadi:
1)Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan
konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya itu.
2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan.
b. Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja
dan lingkungan sekitar pada waktu membawa tugasnya sebagai guru.
1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap
keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para
siswanya . Ahmad Sabri dalam buku yang ditulis oleh Yunus Namsa mengemukakan pula
bahwa untuk mampu melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki
kemampuan profesional, yaitu terpenuhinya 10 kompetensi guru, yang meliputi:
8
3) Melaksanakan program belajar mengajar;
Guru sebagai sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah dan juga membantu perkembangan peserta
didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan
potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam
kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tugas guru tidak hanya
mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian
siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM).
9
Akan tetapi saat ini Ironisnya kekawatiran di dunia pendidikan kini menyeruak ketika
menyaksikan tawuran antar pelajar yang bergejolak dimana-mana. Ada kegalauan muncul
kala menjumpai realitas bahwa guru di sekolah lebih banyak menghukum daripada memberi
reward siswanya. Ada kegundahan yang membuncah ketika sosok guru berbuat asusila
terhadap siswanya.
10
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Metode Penelitian
Tempat penelitian
Penelitian ini kami lakukan secara online di SMA Negeri 1. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini dapat dibedakan atas:
1. data primer dalam penelitian ini merujuk pada data yang langsung dari informan.
Dalam hal ini para remaja yang berada pada usia sekolah menengah atas
2. data sekunder, yaitu menurut umar (2000:81) menyebutkan bahwa “data sekunder
adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut menjadi bentuk-bentuk seperti table,
grafik, diagram gambar ,dan sebagainya sehingga menjadi lebih informatif bagi pihak
lain”
B. Metode pelaksanaan
Wawancara
Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara yang dilaksanakan secara online
(melalui aplikasi WA atau WhatsApp)
11
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Solusi untuk mewujudkan guru yang profesional di masa yang akan datang.
1. Pembinaan yang di lakukan secara terencana dan terprogram yang dilakukan oleh
pemerintah.
Di dalam pendidikan guru merupakan suatu faktor yang terpenting dalam
pembelajaran dengan demikian, untuk meningkatkan profesionalitas seorang guru perlu di
adakan pembinaan agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik, sehingga upaya
pembinaan dan pengembangan pun semata-mata mengarah kepada profesi guru secara
berkelanjutan sepanjang kariernya. hal ini pemerintah perlu memiliki sistem pengembangan
profesional guru. Memberikan wadah sebagai sarana dan wahana berpikir maju untuk
pengembangan profesinya dalam konteks kelembagaan. Disamping itu, pemerintah pusat
perlu memiliki urutan jalur karier guru secara nasional. Untuk mewujudkan pembinaan guru
yang profesional pememerintah perlu meningkatkan profesionalismen seorang guru
dinataranya meningkatkan kualifikasi dan persaratan jenjang pendidikan yan lebih tinggi bagi
tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi seperti : diploma III bagi
guru-guru SMP/MTS dan starata I (sarjana) bagi guru-guru SMA/MA, tapi hal ini banyak
guru-guru yang tidak konsisten terhadap perubahan yang diinginkan oleh pemerintah
kedepan. Selain dari pada itu pemerintah juga harus mengadakan PKG (pusat kegiatan guru)
dan KKG (kelompok kerja guru) sehingga dengan itu semua guru di harapkan mampu
memecahkan masalah dan berbagi pengalamanya dalam mengajar. Selain penjelasan diatas
pemerintah juga harus mengadakan program sertifikasi guru, dimana pemerintah harus ketat
dalam penerima sertifikasi guru. Kerena dalam penerima sertifikasi seorang guru masih
terdapat kecurangan seperti pemberian hadiah kepeda petugas yang menyeleksi sertifikasi
tersebut. Dengan melihat kondisi guru yang ada di indonesia banyak sekali guru-guru yang
memiliki kopetensi mengajar yang memadai namun kopentensi tersebut tidak mampu di olah
dengan baik dalam proses pembelajaran maka dari itu dengan adanya pembinaan yang di
jelaskan diatas guru di harapkan mampu memberikan eksistensi dalam bidang pembelajaran.
12
2. Gagasan tentang sistem pengangkatan guru dan distribusinya
Dalam hal pengangkatan dan penempatan guru di satuan pendidikan maka pemerintah
pusat perlu mengangkat dan menempatkan guru baru atau mutasi guru lama secara baik.
kebutuhan guru baru termasuk perlunya memperhatikan hasil seleksi nasional penerimaan
calon guru baru yang tidak ditumpangi berbagai kepentingan politis. Dengan kata lain,
pengangkatan pertama guru baru harus sesuai dengan kebutuhan. Berkaitan dengan
penerimaan dan pengangkatan guru, perlu adanya sentralisasi sistem penerimaan dan
pengangkatan guru yang dilaksanakan secara terpadu dengan program pendidikan guru
dengan ikatan dinas pada LPTK yang berfungsi memenuhi kebutuhan guru secara regional
dan nasional. Dalam hal seleksi calon peserta pendidikan guru di LPTK diselenggarakan oleh
Kemendiknas secara regional sesuai dengan peta kebutuhan guru secara nasional. Dalam hal
penempatan dan penugasan guru, sebaiknya lulusan LPTK langsung diangkat dan
ditempatkan berdasarkan kerangka ikatan dinas dan kebutuhan tenaga guru di seluruh
Indonesia. Penugasan guru mengajar sebagai guru rumpun bidang studi terutama untuk
memenuhi kebutuhan guru di daerah terpencil yang menerapkan sekolah kecil atau satu atap.
Kemendikanas mempunyai kewenangan mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan
guru yang dilaksanakan secara regional di tingkat provinsi. Dari penjelasan di atas di
ungkapkan bahwa kesenjangan terjadi pada penempatan / penugasan antara kota dan desa
tidak merata sehingga penempatan guru tidak maksimal, sehingga solusi yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah ini dengan adanya penyetaraan antara pengakatan guru
di pedesaan dengan perkotaan dengan cara menyeleksi guru baru dengan kopentesi yang
memadai dan diberi gaji lebih besar dari perkotaan agar memberikan minat bagi guru untuk
dimutasikan di daerah pedesaan. Melihat relita yang ada bahwa anggapan guru di pedesaan
itu kebutuhan hidupnya saat di kota yang tadinya mudah dengan semua fasilitas yang ada
akan berkurang maka, dari itu dengan adanya gaji yang lebih besar akan memacu minatnya
untuk berkontribusi di pedesaan.
14
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis kami pada mini riset kami yang sebelumnya tentang
Profesionalisme guru, kami mengambil kesimpulan bahwa keprofesionalan guru itu
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti dukungan dan perhatian dari pemerintah dan
peningkatan pengetahuan dan pemahaman dari guru itu sendiri tentang profesionalisme
beserta upaya yang harus dilakukan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan profesionalisme
guru dan tenaga pendidik itu diperlukan dukungan dari pemerintah, penghargaa, dan
pelatihan bagi guru-guru dan terpentingnya adalah kesadaran dari guru itu sendiri dan niat
ingin maju dan berubah menjadi seorang guru yang profesional.
B. Saran
Kami berharap dan menyarankan agar pemerintah lebih aktif lagi memperhatikan
perkembangan profesionalisme guru, mendukung dan menyediakan sarana penunjang
profesionalisme guru dan tenaga pendidik di Indonesia agar tujuan pendidikan di Indonesia
ini bisa tercapai secara maksimal dan melahirkan generasi muda yang berpendidikan serta
berakhlak budi pekerti yag baik dan terdidik dengan meneladani guru yang profesional. Dan
apa yang kami kemukakan dalam makalah ini dapat dipelajari, dipertimbangkan oleh guru-
guru untuk meningkatkan profesionalisme guru-guru di seluruh sekolah. Selain itu kami
menyarankan agar ide-ide yang kami sampaikan ini bisa dipraktekkan, diterapkan, dan kami
harap seluruh pembaca makalah ini bisa memahami dan meningkatkan keprofesionalannya
sesuai bidangnya masing-masing.
15
Daftar Pustaka
http://digilib.uinsby.ac.id/9090/5/bab%202.pdf
16